makalah acute herpetic gingivostomatitis dan perikoronitis

6
Acute Herpetic Gingivostomatitis Merupakan penyakit infeksi yang biasa terjadi pada rongga mulut disebabkan oleh virus Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV- 1). Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak-anak di bawah usia 6 tahun, namun dapat juga terjadi pada remaja, dewasa, dan pasien imunokompromis, jarang ditemukan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan karena masih memiliki antibodi dari ibunya. Tanda klinis oral. Acute herpetic gingivostomatitis tampak difus, eritema, gingival licin/berkilau, dan mukosa oral yang berdekatan, dengan derajat edema dan pendarahan gingival yang bermacam-macam. Pada tahap inisial, ciri khasnya terdapat diskret dan vesikel spherikal keabuan, pada gingival, mukosa labial dan bukal, palatum lunak, faring, mukosa sublingual, dan lidah. Setelah kira-kira 24 jam, vesikel akan pecah membentuk ulser kecil dengan pinggiran kemerahan, meninggi, halo margin, dan pada bagian tengahnya berwarna kekuningan sampai keabuan. Rangkaian penyakit ini terjadi selama 7-10 hari dan tidak meninggalkan bekas luka.

Upload: nurul-datin-jeliha

Post on 26-Dec-2015

154 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

perawatan kedaruratan jaringan periodontal

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Acute Herpetic Gingivostomatitis dan Perikoronitis

Acute Herpetic Gingivostomatitis

Merupakan penyakit infeksi yang biasa terjadi pada rongga mulut disebabkan oleh virus

Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak-

anak di bawah usia 6 tahun, namun dapat juga terjadi pada remaja, dewasa, dan pasien

imunokompromis, jarang ditemukan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan karena

masih memiliki antibodi dari ibunya.

Tanda klinis oral. Acute herpetic gingivostomatitis tampak difus, eritema, gingival

licin/berkilau, dan mukosa oral yang berdekatan, dengan derajat edema dan pendarahan

gingival yang bermacam-macam. Pada tahap inisial, ciri khasnya terdapat diskret dan vesikel

spherikal keabuan, pada gingival, mukosa labial dan bukal, palatum lunak, faring, mukosa

sublingual, dan lidah. Setelah kira-kira 24 jam, vesikel akan pecah membentuk ulser kecil

dengan pinggiran kemerahan, meninggi, halo margin, dan pada bagian tengahnya berwarna

kekuningan sampai keabuan. Rangkaian penyakit ini terjadi selama 7-10 hari dan tidak

meninggalkan bekas luka.

Gejala oral. Mulut terasa sakit ketika makan, minum dan menelan. Vesikel yang pecah

merupakan bagian focal rasa nyeri dan pada umumnya sensitif terhadap sentuhan, perubahan

panas, dan makanan yang kasar. Gejala pada bayi biasanya iritabilitas dan menolak makanan.

Tanda dan gejala sistemik ekstraoral. Servikal adenitis, demam tinggi antara 101°F sampai

105°F (38,3°-40,6° C), dan biasanya terjadi malaise.

Perawatan. Terapi paliatif dan terapi antiviral. Jika onset penyakit dalam 3 hari, berikan

acyclovir 15 mg/kg 5 kali sehari selama 7 hari serta terapi paliatif seperti menghilangkan plak

dan debris. Pada pasien imunokompeten pemberian acyclovir harus dibatasi. NSAID (seperti

Page 2: Makalah Acute Herpetic Gingivostomatitis dan Perikoronitis

ibuprofen) dapat diberikan secara sistemik untuk mengurangi demam dan nyeri. Aplikasi

antibiotik secara lokal atau sistemik dapat digunakan untuk mencegah infeksi oportunistik

pada ulserasi.

Perikoronitis

Perikoronitis merupakan inflamasi gingiva di sekitar mahkota gigi yang erupsi sebagian.

Sering terjadi pada area molar ketiga mandibula. Perikoronitis terjadi akibat penumpukan

bakteri, plak, dan sisa makanan pada rongga operkulum gingiva dan gigi yang erupsi

sebagian. Sedangkan beberapa peneliti mengatakan bahwa perikoronitis merupakan suatu

proses infeksi. Pada gigi yang erupsi sebagian, mahkota gigi ditutupi oleh jaringan lunak

yang disebut dengan operkulum. Operkulum tidak dapat dibersihkan dengan sempurna

sehingga sering mengalami infeksi (Keys and Bartold, 2000). Perikoronitis dapat terjadi

secara akut, subakut, atau kronis.

Perikoronitis Akut. Perikoronitis akut diawali dengan rasa sakit yang terlokalisir dan

kemerahan pada gingiva. Rasa sakit dapat menyebar ke leher, telinga, dan dasar mulut. Pada

pemeriksaan klinis pada daerah yang terinfeksi, dapat terlihat gingiva yang kemerahan dan

bengkak, disertai eksudat, dan terasa sakit bila ditekan. Gejala meliputi limfadenitis pada

kelenjar limfe submandibularis, dan kelenjar limfe yang dalam, pembengkakan wajah, dan

eritema, edema dan terasa keras selama palpasi pada operkulum gigi molar, malaise, bau

mulut, eksudat yang purulen selama palpasi. Demam akan terjadi apabila tidak diobati.

Umumnya serangan akut dapat menyebabkan demam dibawah 38.5°C, selulitis, dan

Page 3: Makalah Acute Herpetic Gingivostomatitis dan Perikoronitis

ketidaknyamanan. Pada inspeksi biasanya ditemukan akumulasi plak dan debris akibat

pembersihan yang sulit dilakukan pada pseudopoket sekitar gigi yang erupsi sebagian.

Trismus dapat terjadi pada perikoronitis akut. (Shepherd and Brickley, 1994).

Perikoronitis Subakut. Perikoronitis subakut ditandai dengan timbulnya rasa kemeng/nyeri

terus menerus pada operkulum tetapi tidak ada trismus ataupun gangguan sistemik. (Shepherd

and Brickley,1994).

Perikoronitis Kronis. Perikoronitis kronis ditandai dengan rasa tidak enak yang timbul secara

berkala. Rasa tidak nyaman dapat timbul apabila operkulum ditekan. Tidak ada gejala klinis

yang khas yang menyertai perikoronitis kronis. Pada gambaran radiologi bisa didapatkan

resorpsi tulang alveolar sehingga ruang folikel melebar, tulang interdental di antara gigi

molar kedua dan molar ketiga menjadi atrisi dan menghasilkan poket periodontal pada distal

gigi molar kedua (Laine et al,2003).

Tanda klinis. Tampak eritema, edema, lesi supuratif yang lunak dengan rasa nyeri yang

menjalar ke telinga, tenggorokan, dan dasar mulut. Pasien merasa sangat tidak nyaman

karena adanya foul taste dan tidak dapat menutup rahangnya. Terdapat edema di pipi pada

bagian angulus rahang dan limfadenitis. Dapat terjadi trismus. Adanya komplikasi sistemik

seperti demam, leukositosis, dan malaise.

Perawatan. Perawatan perikoronitis tergantung pada derajat keparahan inflamasinya,

komplikasi sistemik yang ditimbulkan, dan pertimbangan apakah gigi yang terlibat nantinya

akan dicabut atau dipertahankan. Terapi bedah meliputi operkulektomi dan odontektomi yang

dilakukan setelah fase akut reda, tergantung dari derajat impaksi gigi (Blakey, White,

Ofenbacher, 1996). Prognosis dari perikoronitis baik apabila penderita dapat menjaga

kebersihan rongga mulutnya.

Perawatan akut perikoronitis meliputi:

Bilas area operkulum dengan air hangat untuk menghilangkan debris dan eksudat

Operkulum diangkat dari gigi dengan menggunakan scaller

Debris di bawah operkulum dibersihkan dengan air hangat. Pada kondisi akut, sebelum

dilakukan pembersihan debris dapat diberikan anestesi topikal

Instruksikan pasien agar berkumur-kumur tiap 1 jam, banyak istirahat dan menjaga

kebersihan mulut

Pemberian antibiotik dapat diberikan

Page 4: Makalah Acute Herpetic Gingivostomatitis dan Perikoronitis

Jika operkulum membengkak dan terdapat fluktuasi, lakukan insisi untuk mendapatkan

drainase

Ketika gigi molar ketiga impaksi ke arah permukaan distal maka dapat beresiko terjadi bone

loss pada permukaan distal gigi molar kedua. Untuk mengurangi resiko tersebut, gigi molar

ketiga yang impaksi sebagian atau seluruhnya harus segera diekstraksi. Jika memilih untuk

mempertahankan giginya maka pericoronal flap dikurangi dengan pembedahan. Hilangkan

jaringan pada bagian distal gigi sekaligus dengan flap pada bagian oklusal. Rekurensi akut

perikoronitis dapat terjadi jika insisi dilakukan hanya pada bagian oklusal sehingga

meninggalkan poket distal yang dalam.