makalah 2
TRANSCRIPT
![Page 1: makalah 2](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083000/5571f9d54979599169908a7b/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Community Development adalah suatu bentuk pembangunan komunitas terpadu di
daerah sekitar area pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan Asing yang
bersangkutan.
Pembangunan ini mencakup semua aspek dengan maksud untuk membina
hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan menciptakan sumber-sumber daya
manusia yang berpotensi untuk memajukan pembangunan Indonesia mendatang serta
membangun daerah sekitar area. Aspek - aspek yang ditingkatkan antara lain :
pendidikan, ekonomi, kesehatan, pembangunan sarana dan prasarana, dll.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa bagi semua perusahaan Asing yang
bergerak dalam bidang pengeboran wajib memberikan ganti rugi kepada daerah tempat
dilakukannya pengeboran. Bentuk ganti ruginya berupa pembangunan di segala bidang di
area pengeboran yang disebut dengan Community Development.
Community Development ini sangatlah penting untuk kelancaran pekerjaan yang
dilakukan oleh perusahaan Asing tersebut. Maka dari itu, kami mencoba membahas
mengenai community development yang telah dilaksanakan oleh perusahaan Asing
dalam hal ini adalah Chevron Pacific Indonesia dalam kegiatan pengeboran di Indonesia.
BAB II
TEORI DASAR
Chevron Pacific Indonesia (CPI) adalah anak perusahaan dari Chevron yang
bertugas mengeksplorasi minyak yang ada di Riau. Sebelum diambil alih oleh Chevron,
perusahaan ini bernama Caltex Pacific Indonesia. Para karyawan CPI ditempatkan di 4
kota di Riau yaitu Dumai, Duri, Minas dan Rumbai. CPI juga merupakan perusahaan
minyak kontraktor terbesar di Indonesia, dengan produksi sudah mencapai 2 miliar
barrel.
![Page 2: makalah 2](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083000/5571f9d54979599169908a7b/html5/thumbnails/2.jpg)
CPI pertama kali didirikan di Indonesia pada awal tahun 1924. Standard Oil
Company of California (Socal) dan Texas Oil Company (Texaco) membentuk sebuah
perusahaan patungan di daerah Sumatera, bernama N.V. Nederlandsche Pacific
Petroleum Maatschappij atau NPPM. Perusahaan ini menemukan sebuah sumur minyak
non-produktif yang akhirnya ditutup. Pada tahun 1944, ahli geologi NPPM, Richard H.
Hopper dan Toru Oki bersama timnya menemukan sumur minyak terbesar di Asia
Tenggara, Minas. Sumur ini awalnya bernama Minas No. 1. Minas terkenal dengan jenis
minyak Sumatera Light Crude (SLC) yang baik dan memiliki kadar belerang rendah.
Pada masa awal 1950-an, NPPM berubah nama menjadi Caltex Pacific Oil
Company (CPOC), dan mulai melakukan ekspor minyak dari Minas, melalui Perawang.
Sumur minyak barupun ditemukan di Duri, Bengkalis, dan Petapahan. Nama Caltexpun
berubah kembali di awal 1960-an menjadi Caltex Pacific Company (CPC).
Seiring semakin banyaknya sumur minyak yang ditemukan di daerah operasi
Caltex, peta daerahpun dibuat. Peta daerah operasi ini biasa disebut Kangaroo Block,
karena bentuknya yang seperti kangguru. Di luar Kangaroo Block, Caltex (yang pada
dekade 1970-an mengubah kembali namanya menjadi PT Caltex Pacific Indonsia) pada
saat itu juga mengopeasikan daerah Coastal Plains Pekanbaru Block (CPP Block) dan
Mount Front Kuantan Block (MFK Block).
Pada 1980, CPI merasa memerlukan suatu terobosan untuk meningkatkan produksi
minyak di ladang minyak Duri. Pada tahun ini dibangunlah proyek Sistem Injeksi Uap
terbesar di dunia, yaitu Duri Steam Flood, yang diresmikan Presiden Soeharto pada
pertengahan 1980an.
Pada tahun 2005, Caltex, sebagai anak perusahaan Chevron dan Texaco Inc.
diakuisisi oleh Chevron bersama dengan Texaco dan Unocal. Maka, resmi nama PT
Caltex Pacific Indonesia berubah menjadi PT Chevron Pacific Indonesia.
PT Chevron Pacific Indonesia merupakan salah satu dari perusahaan pengeboran
Asing yang telah menerapkan Community Development di segala aspek kehidupan
bermasyarakat.
![Page 3: makalah 2](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083000/5571f9d54979599169908a7b/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu bentuk kontribusi PT Chevron Indonesia Company dalam pengembangan
lingkungan di sekitar wilayah operasinya yaitu melalui kegiatan Community Development
(CD). Kegiatan tersebut telah dilakukan sejak awal beroperasinya di tahun 1970-an (dulu
Unocal Indonesia Company), meski masih terbatas dalam bentuk charity (sumbangan).
Baru pada tahun 1990-an, ketika wacana Corporate Social Responsibility (CSR) mulai
didengungkan, terjadi perubahan orientasi dimana pihak Chevron mulai proaktif
melakukan pendekatan untuk lebih memahami apa yang menjadi kebutuhan masyarakat
di sekitarnya. "Misi Chevron dalam pelaksanaan CD ini yaitu menunjang bisnis dan
membangun citra Chevron sebagai anggota masyarakat yang baik dengan membantu
masyarakat dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial untuk mencapai
pertumbuhan yang berkesinambungan dan mandiri,"
Serangkaian dialog dengan masyarakat setempat, kemudian berhasil dirumuskan
berbagai program melalui pola kemitraan (partnership). Dalam hal ini masyarakat
ditempatkan sebagai subyek, dalam rangka penguatan kapasitas (capacity building)
menuju kemandirian. Penyempurnaan pelaksanaan CD terus dilakukan antara lain dengan
dibentuknya divisi khusus di bawah Community Relations Department yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan program CD, pada tahun 2001. Melalui divisi khusus itu
dimaksudkan agar pelaksanaan CD lebih fokus, terprogram dan bisa dievaluasi. Sejak
bergabungnya Unocol ke dalam Chevron, kini program CD berada di bawah Government
& Public Affair Department.
Berbagai kegiatan yang pernah dilakukan antara lain pengembangan masyarakat
tani di Desa Lawe-lawe, Kabupaten Panajam Paser Utara (PPU), dimana pada tahun 2005
sejumlah petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Gotong Royong diikutkan dalam
studi banding ke Balai Pertanian “Karya Nyata”, Bogor, Jawa Barat. Begitu juga untuk
program sosial, Chevron aktif membantu pembangunan gedung sekolah, perbaikan jalan,
![Page 4: makalah 2](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083000/5571f9d54979599169908a7b/html5/thumbnails/4.jpg)
dan sarana sosial lainnya. Meskipun Chevron telah mempunyai divisi khusus yang
menangani pengembangan masyarakat, namun perusahaan pertambangan batubara ini
tetap mempunyai keterbatasan karena kegiatan utamanya adalah di bidang pertambangan.
Disadari bahwa untuk mengoptimalkan kegiatan CD dibutuhkan kompetensi di
bidang pengembangan masyarakat. Oleh karena itu pihak Chevron menganggap perlu
untuk menjalin kerjasama dengan pihak lain yang lebih kompeten. Untuk itu Chevron
memutuskan bekerjasama dengan PT Permodalan Nasional Madani (Persero), khusus
untuk pengembangan Lembaga Keuanagn Mikro (LKM). Kerjasama ini diawali dengan
penandatanganan Nota Kesepahaman bersama antara Chevron dengan PNM tanggal 27
Juni 2005, untuk jangka satu tahun, dari 1 November 2005 hingga 31 Oktober 2006.
Pihak PNM terlebih dahulu melakukan assessment survey terhadap potensi ekonomi dan
komoditas di beberapa wilayah seperti di Kabupaten Kutai Kartanegara (6
desa/kelurahan), Kabupaten Penajam Paser Utara/PPU (13 desa/kelurahan), dan
Kotamadia Balikpapan (4 kelurahan). Dari survey itu berhasil diidentifikasi berbagai
potensi ekonomi sekaligus dirumuskan kemungkinan pengembangannya.
Langkah selanjutnya berupa pengkajian terhadap kebutuhan dan potensi wilayah,
pelatihan kelompok usaha mikro dan kecil (UMK), konsultasi bisnis, pembentukan dan
pendampingan UKM dan LKM, penyediaan teknologi informasi, pemagangan, serta
monitoring dan evaluasi. Pembentukan LKM merupakan instrumen yang dinilai sangat
penting dalam menunjang keberhasilan UMK, baik melalui jasa pembiayaan maupun
konsultasi dan pendampingan. Pola ini dinilai jauh lebih efektif, karena dana CD akan
dikelola secara profesional oleh LKM dalam bentuk dana bergulir. Berbeda dengan pola
charity dimana dana tersebut diberikan secara langsung kepada pelaku UKM yang
umumnya tidak dikembalikan. PNM yang sudah berpengalaman mengembangkan LKM
melalui bantuan jasa manajemen, akan membantu mempersiapkan pendirian LKM
sampai LKM tersebut operasional dan mandiri. Dengan adanya LKM ini diharapkan akan
mampu mendukung pengembangan UMK yang selama ini tidak mempunyai akses
terhadap perbankan. Berbagai kelompok usaha yang selama ini pernah mendapatkan
pembinaan dari Chevron diharapkan bisa menjadi nasabah utama LKM. Untuk itu
Chevron menganggarkan dana sebesar Rp 1,5 miliar, termasuk fee untuk PNM sebesar 15
persen. Kerjasama antara PNM dan Chevron ini merupakan bentuk sinergi yang saling
![Page 5: makalah 2](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022083000/5571f9d54979599169908a7b/html5/thumbnails/5.jpg)
menguntungkan. Bagi PNM sendiri, berdirinya LKM baru sekaligus akan menambah
jaringan PNM dalam pengembangan UMK. Sedangkan Chevron sendiri juga
berkepentingan untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat di sekitar daerah operasinya,
sekaligus untuk mendukung program pemerintah daerah.
Dalam pengembangan program CD, pihak Chevreon telah memfokuskan pada
empat kegiatan utama yang meliputi pemberdayaan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan
lingkungan. Pemberdayaan ekonomi merupakan program terdepan, karena kegiatan inilah
diharapkan mampu meciptakan siklus ekonomi. Satu hal yang penting bahwa
pelaksanaan CD ini pada dasarnya harus sejalan dengan program Pemerintah Daerah.
Selain itu, pelaksanaan CD di Chevron juga mengemban misi Goal Corporate Global
Chevron mengenai Community Engagement (CE, istilah lain dari CD), yakni memberikan
kontribusi positif bagi peningkatan kualitas hidup dimana Chevron beroperasi. Hal
tersebut diwujudkan dalam berbagai program yang dapat menciptakan keberlangsungan
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas individu maupun institusi.
Dalam pelaksanaan program CD tersebut harus melalui suatu proses mulai dari
usulan masyarakat yang akan kaji dan dinilai kelayakannya. Selanjutnya, rencana
program tersebut akan dikonsultasikan dengan instansi terkait dan stakeholder lainnya
guna mendapatkan tanggapan dan masukan. Apabila dinilai layak maka akan diteruskan
dalam forum konsultasi di Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
tingkat Kecamatan/Kabupaten. Setelah lolos dalam konsultasi di Musrenbang, baru
diajukan ke BP Migas di Jakarta untuk mendapatkan persertujuan. Setelah mendapatkan
persetujuan dari BP Migas, barulah program tersebut dilaksanakan.