makalah 10
DESCRIPTION
MAKALAHTRANSCRIPT
BLOK 10
2
DAFTAR ISI
Halaman judul......................................................................................................................1
Kata pengantar ....................................................................................................................2
Daftar isi...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang---------------------------------------------------------------------------------4
1.2 Manfaat Penulisan-----------------------------------------------------------------------------4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Makroskopik dan Mikroskopik Ginjal.......................................................................5
2.2 Mekanisme Kerja Ginjal.............................................................................................14
2.3 Metabolisme Air ........................................................................................................28
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................39
3.2 Saran..........................................................................................................................40
Daftar Pustaka.....................................................................................................................41
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam
tubuhmanusia. Sekitar 60% dari total berat badan orangdewasa terdiri dari air. Namun
bergantung kepada kandungan lemak & otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai
persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan dewasa. Dan
proses ekskresi air didalam tubuh yang terbesar yaitu ginjal. Ginjal adalah organ yang
sangat penting di dalam tubuh kita, di dalam ginjal akan mendapatkan hasil
metabolisme air dan terjadi pembentukan urin dari hasil sisa sisa metabolisme dan zat
zat lain yang tidak di butuhkan oleh tubuh. Urin yang terbentuk akan dibawa ke
kandung kemih melewati ureter. Saat kandung kemih terisi penuh, maka akan terjadi
refleks miksi. Sedangkan hasil dari metabolisme akan disalurkan ke organ tubuh
lainnya sebagai keseimbangan cairan didalam tubuh.
Dalam pembentukan urin di ginjal akan terjadi 3 proses, yaitu filtrasi
glomerulus, reabsopsi tubulus, dan sekresi tubulus. Prores-proses ini akan diatur oleh
beberapa regulasi seperti saraf, hormon dan lain-lain.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Dari laporan hasil belajar mandiri ini diharap pembaca mendapat pengetahuan
baru tentang peran,fungsi,serta mekanisme kerja dari traktus urinarius. Manfaat
laporan ini juga sebagai bahan presentasi saya dalam kelompok maupun dalam
pleno nantinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sasaran Pembelajaran
1. Makroskopis dan mikroskopis ginjal
2. Mekanisme ginjal
A. Filtrasi
B. Reabsorbsi tubulus
C. Sekresi tubulus
D. Eksresi
3. Metabolisme Air
Hasil Belajar Mandiri
1. A. Makroskopis Ginjal
Ginjal (Ren) merupakan organ produksi urin yang berbentuk kacang koro
2
dengan warna merah cokelat. Keduanya terletak pada bagian post abdomen, di
sebelah lateral collumna vertebralis, dan disebut retroperitoneal. Ren diselubungi
oleh jaringan lemak dan jaringan ikat kendor (Subagjo, 2002).
Bagian ren yang kanan letaknya setinggi V. T. XII – V. L. III sedangkan ren
kiri letaknya setinggi V. T. XI hingga V. L. III. Perbedaan letak ini dikarenakan
adanya hepar di atas ren kanan sehingga ren dextra lebih rendah dibanding ren
Ren memiliki ukuran panjang + 11 cm, lebar 6 cm, tebal 3 cm dan memiliki
berat pada pria 125 – 170 g, pada wanita 115 – 155 g.
Ren difiksasi di tempatnya oleh fascia renalis (fascia prerenalis dan fascia
retrorenalis), capsula adipose, dan capsula fibrosa (Subagjo,2002).
- Fascia Prarenalis
2
Merupakan penebalan jaringan ekstraperitoneal yang terletak ventral dari
ren. Ke lateral menggabung dengan fascia retrorenalis.
- Fascia Retrorenalis
Merupakan fascia prarenalis yang ke arah medialnya melekat pada collumna
vertebralis dan letaknya dorsal dari ren.
- Capsula Fibrosa
Adalah jaringan ikat atau membrane yang melekat langsung pada jaringan
ren dan menajadi dasar serta atap sinus renalis.
- Capsula Adiposa
Adalah jaringan lemak yang berada antara capsula fibrosa dengan fascia
renalis.
Bila dibuat irisan frontal ginjal di tengah-tengah melalui hilus renalis, maka
tampak bahwa ginjal terdiri dari dua bagian seperti di gambar di atas. Bagian
tersebut merupaka cortex renalis dan medulla renalis (Subagjo, 2002).
1. Cortex Renalis
2
Merupakan bagian luar ginjal yang berwarna merah cokelat dan
berbintik-bintik. Berbintik-bintik karena adanya corpuculus renalis dari
Malphigi yang terdiri dari Capsula Bowman dan Glomerulus.
2. Medulla Renalis
Letaknya dekat hilus, warnanya lebih pucat dan kelihatan bergaris-
garis. Namun bedanya, di cadaver, bagian medulla lebih terlihat gelap.
Ren berfungsi mempertahankan keseimbangan asam basa di dalam
darah dengan jalan membuang metabolit dan bahan-bahan yang tidak
berguna lagi dari darah.
Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya
saraf, masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta
keluarnya ureter. Pelvis renalis, yakni ujung atas ureter yang melebar terbagi
menjadi dua atau tiga kaliks mayor, dan menjadi beberapa cabang lagi yang
lebih kecil yaitu kalis minor yang muncul dari setiap kaliks mayor.
Vaskularisasi
Arteri renalis adalah cabang aorta abdominalis caudal dari a. Messenterica
superior, yang kanan dorsal dari vena cava inferior sebelum mencapai hilus
telah bercabang-cabang menjadi aa. Segmentales, biasanya 3 anterior dari
pelvis renalis dan 1 cabang diposterior dari pelvis renalis. Setelah mencapai
hilus renalis, masing-masing a. Renalis bercabang jadi 4-5 cabang yaitu : a.
Interlobaris yang berjalan didalam medula dan belok untuk membentuk a.
2
Arcuata yang berjalan diatas basis pyramida renalis (pada perbatasan cortex
medula). Dari a. Arcuata keluar cabang-cabang lagi yaitu a. Interlobularis
selanjutnya aliran darah ke vas afferens masuk ke glomerulus perifer keluar
melalui vas efferens, kemudian pembuluh balik dialirkan ke v. Interlobularis,
kemudian lanjut ke v. Arcuata, setalah itu dialirkan lagi ke v. Interlobaris
kemudian ke v. Renalis, dan diujung pembuluh balik dialirkan ke vena cava
inferior.
1. B Mikroskopis Ginjal
Ginjal yang tadi dijelaskan dibagi menjadi korteks dan medula.
Didalam medula ginjal terdiri atas 10 – 18 struktur berbentuk kerucut atau
piramid, yaitu piramid medula. Dari dasar setiap piramid, medula, terjulur
berkas- berkas tubulus yang paralel, yaitu berkas medula yang menyususp ke
dalam korteks.
Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Nefron adalah unit fungsional
terkecil dari bagian ginjal. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar, yaitu
2
korpus renalis; tubulus kontortus proksimal; segmen tipis dan tebal ansa
Henle; tubulus kontortus distal; dan tubulus atau duktus koligentes.
Korpuskel Renalis
Setiap korpus renalis berdiameter sekitar 200 µm dan terdiri atas
seberkas kapiler, yaitu glomerulus, yang dikelilingi oleh kapsul epitel
berdinding ganda yang disebut kapsula Bowman. Lapisan dalam kapsul ini
(lapisan viseral) menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan luar membentuk
batas luar korpuskel renalis dan disebut lapisan parietal kapsula Bowman.
Diantara kedua lapis kapsula bowman terdapat ruang urinarius, yang
menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan viseral.
Setiap korpuskel ginjal memiliki kutub vaskular tempat masuknya arteriol
aferen dan keluarnya arteriol eferen dan memliki katub urinarius tempat
tubulus kontortus proksimal berasal.
2
Tubulus Kontortus Proksimal
Pada kutub urinariu dikorpuskel ginjal, epitel gepeng dilapisan parietal
kapsula Bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus
proksimal berbentuk kuboid, atau silindris rendah. Tubulus ini lebih panjang
daripada tubulus distal dan karenanya tampak lebih banyak didekat korpuskel
ginjal dalam korteks gibjal.
Sel-sel epitel kuboid ini memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan
oleh adanya mitokondria panjang dalam jumlah besar. Apeks sel memiliki
banyak mikrovili dengan panjang kira-kira 1 µm, yang membentuk suatu
“brush border”.
Ansa Henle
Adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas segmen tebal descendens,
segmen tipis descendens, segmen tipis asendens, dan segmen tebal asendens.
Segmen tebal memiliki struktur sangat mirip dengan tubulus kontortus distal
bagian luar medula, segmen tebal desendens, dengan garis tengah luar sekitar
12 µm dan berlanjut sebagai segmen tipis desendens. Lumen di segmen nefrom
ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel gepeng dengan inti yang
hanya sedikit menonjol kedalam lumen.
Kira-kira seperyujuh dari semua nefron terletak dekat perbatasan kortek
medula dan disebut nefron jukstamedula. Nefron ini terutama penting untuk
mempertahankan gradien hipertonik dalam interstitium medula, yaitu dasar
kemampuan ginjal dalam mengahasilkan urin hipertonik.
Tubulus Kontortus Distal
2
Segemen tebal asendens ansa Henle menerobos korteks, setelah menempuh
jarak tertentu segmen ini menjadi berkelok-kelok dan disebut tubulus jontortus
distal. Segmen ini seperti segmen asendens, dilapisi oleh epitel selapis kuboid.
Tubulus distal berbeda dengan tubulus proksimal karena tidak adanya brush
border dan ukuran sel yang lebih kecil. Karena sel-sel tubulus distal lebih
gepeng dan lebih kecil dari sel tubulus proksimal, tampak lebih banyak sel dan
inti pada dinding tubulus distal daripada dinding tubulus proksimal. Dinding
segmen tubulus distal tampak lebih gelap dan sediaan mikroskopik karena
rapatnya inti, disebut makula densa. Sel-sel makula densa sensitif terhadap
kandungan ion dan volume air dalam cairan tubulus dan mengahasilkan sinyal
molekul yang berakibat pembebasan enzim renin ke dalam sirkulasi.
Didalam tubulus kontortus distal terjadi pertukaran ion, jika terdapat
aldosteron dalam jumlah cukup, Natrium diabsorbsi dan ion kalium disekresi.
Tubulus distal juga menyekresi ion hidrogen dan ammonium kedalam urin
tubulus. Aktivitas ini penting untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
dalam darah.
Duktus koligentes
Urin mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligentes, yang
saling bergabung membentuk duktus koligentes yang lebih besar dan lebih
lurus yang berangsur melebar sewaktu mendekati puncak piramid. Epitel
duktus koligentes responsif terhadap vasopresin arginin, atau hormon
antidiuretik (ADH) yang disekresi hipofisis posterior. Jika masukan air
2
terbatas, hormon antidiuretik disekresi dan epitel duktus koligentes mudah
dilalui air yang diabsorbsi dari filtrat glomerulus.
Fungsi ginjal
Mempertahankan keseimbangan H2O dan elektrolit di tubuh.
Untuk mempertahankan homeostasis eksresi air & elektrolit harus sesuai dangan
asupannya. Jika asupan melebihi ekskresi, jumlah zat dalam tubuh akan
meningkat. Jika asupan kurang dari ekskresi, jumlah zat dalam tubuh akan
berkurang. Hal ini tergantung terhadap kebiasaan makan & minum seseorang,
yang mengharuskan ginjal mengatur kecepatan ekskresi sesuai dengan asupan
zat.
Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.
Tubuh harus seimbang antara asam dan basa dengan menyesuaikan pengeluaran
H+ dan bikarbonat di urin.
Mengeluarkan produk-produk akhir metabolisme tubuh.
Misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk maka bahan-
bahan sisa ini akan menjadi racun terutama bagi otak.
Pengaturan tekanan arteri.
Ginjal berperan penting dalam mengatur tekanan arteri jangka panjang dengan
mengekresikan sejumlah natrium dan air. Ginjal juga mengatur arteri jangka
pendek dengan menyekresikan faktor atau zat vasoaktif seperti rennin, yang
menyebabkan pembentukan produk vasoaktif lainnya.
2
Pengaturan produksi Eritrosit
Ginjal menyekresi eritropoietin yang merangsang pembentukan sel darah merah.
Ginjal menghasilkan hamper semua eritropoietin yang disekresi ke dalam
sirkulasi. Pada orang dengan penyakit ginjal berat atau yang ginjalnya telah
diangkat dan digantikan dengan hemodialisis, timbul anemia berat seagai hasil
penurunan produksi eritropoietin.
Menghasilkan rennin, suatu hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai
yang penting dalam penghematan garam oleh ginjal.
Pengaturan Produksi 1.25-DIhidroksivitamin D3
Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1.25-DIhidroksivitamin D3
(Kalsitrol), dengan menghidroksilasi vitamin ini pada posisi ‘nomor 1’,
Kalsitriol penting untuk deposit kalsium yang normal dalam tulang dan
reabsorpsi kalsium oleh saluran cerna.
Sintesis glukosa
Ginjal mengsintesis glukosa dari asam amino dan prekusor lainnya selama masa
puasa yang panjang, proses ini disebut glukoneogenesis. Kapasitas ginjal
untuk menambahkan glukosa pada darah setelah masa puasa yang panjang dapat
menyaingi hati.
2. Mekanisme Ginjal
Terdapat tiga proses dasar yang terjadi pada pembentukan urin yaitu filtrasi,
reabsorbsi, dan sekresi :
2
1. Filtrasi
Darah yang mengalir dari arteriol aferen akan masuk ke glomelurus yang
selanjutnya akan tersaring ke dalam kapsul bowman. Filtrasi glomelurus
merupakan proses yang indiskriminatif. Kecuali sel darah dan protein plasma,
semua konstituen di dalam darah akan masuk ke lumen tubulus sebanyak 20%.
Bahan terfiltrasi yang tidak berguna bagi tubuh akan tetap dipertahankan di
dalam tubulus dan akan dikeluarkan dalam bentuk urin. Cairan yang terfiltrasi
dari glomelurus ke dalam kapsul Bowman harus melewati tiga lapisan
membran yaitu sebagai berikut :
Dinding kapiler glomelurus, yang terdiri dari satu lapis sel endotel
gepeng. Lapisan ini memiliki pori besar yang menyebabkan 100 kali
lebih permeabel terhadap H2O dan terlarut daripada kapiler di baian lain
tubuh.
Membran basal, adalah laipsan gelatinosa aseluler (tidak mengandung
sel) yang terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip diantara
glomerulus dan kapsul bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan
struktural dan glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma yang
kecil. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat di filtrasi karena tidak
dapat melewati pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan
albumin, protein plasma terkecil. Namun, karena bermuatan negative
maka glikoprotein menolak albumin dan protein plasma, yang juga
bermuatan negative. Karena itu protein plasma hampir tidak terdapat di
dalam filtrat.
2
Lapisan dalam kapsul Bowman, lapisan ini terdiri dari podosit (sel
mirip gurita) yang mengelilingi glomerulus. Setiap podosit memiliki
banyak foot process memanjang yang saling menjalin dengan foot
process podosit sekitar. Celah sempit diantara foot process yang
berdampingan, yang dikenal sebagai celah filtrasi, pembentuk jalur
tempat cairan meninggalkana kapiler glomerulus menuju lumen kapsul
Bowman.
Ada tiga tekanan yang mempengaruhi dalam filtrasi glomelurus yaitu :
1. Tekanan darah kapiler glomelurus (55mmHg) adalah tekanan cairan
yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomelurus. Tekanan darah
glomelurus yang tinggi dan tidak menurun ini cenderung mendorong
cairan menuju kapsul Bowman di seluruh kapiler glomelurus.
2. Tekanan osmotik koloid plasma (35mmHg) yang ditimbulkan oleh
distribusi tak seimbang protein-protein plasma di kedua sisi membran
glomelurus. Protein plasma lebih banyak terdapat di kapiler glomelurus
yang menyebabkan peningkatan air di di kapsul Bowman. Hal ini akan
mendorong air untuk berpindah melalui osmosis dari kapsul Bowman ke
glomelurus.
3. Tekanan hidrostatik kapsul Bowman (15mmHg) yang merupakan
tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus, cenderung
mendorong cairan keluar dari kapsul Bowman. Namun, tekanan darah
kapiler glomelurus masih tetap lebih besar dibandingkan dengan kedua
tekanan yang lain. Hal ini yang menyebabkan terjadinya filtrasi. Sisa
2
darah sebanyak 80% yang tidak masuk ke glomelurus akan mengalir
melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus.
Perbedaan tekanan diatas akan menghasilkan Tekanan Filtrasi Netto (TFN) ,
yang merupakan kalkulasi dari ketiga gaya di atas.
TFN = Tekanan Darah Kapiler Glomerulus – (Tekanan Osmotik Koloid
Plasma + Tekanan Hidrostatik Kapsul Bowman)
Adapun laju filtrasi glomerulus (LFG) bergantung pada tekanan filtrasi
glomerulus dan koefisien filtrasi, Koefisien filtrasi yaitu seberapa luas
permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeabel
membrane glomerulus. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kf adalah luas
permukaan dan permeabilitas membran glomerulus yang dapat dimodifikasi
oleh aktivitas kontraktil di dalam membrane.
Luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi di dalam glomerulus diwakili oleh
permukaan dalam kapiler glomerulus yang berkontak dengan darah. Setiap
kuntum kapiler glomerulus disatukan oleh sel mesangium. Sel-sel ini
mengandung elemen kontraktil (filament mirip aktin). Kontraksi sel-sel
mesangium ini menutup sebagian kapiler filtrasi, mengurangi luas permukaan
yang tersedia untuk filtrasi di dalam kuntum glomerolus. Ketika netto tidak
berubah maka penurunan Kf ini menurunkan LGF. Stimulasi simpatis
menyebabkan sel mesangium berkontraksi dan merupakan mekanisme kedua
2
(selain mendorong vasokontriksi arteriol aferen) yang digunakan oleh sistem
saraf simpatis untuk menurunkan LGF.
Laju Filtrasi Glomerulus = Kf x tekanan filtrasi netto
Peran reflex baroreseptor pada control ekstrinsik LGF
LGF (laju filtrasi glomerulus) diturunkan oleh respons reflex baroreseptor
terhadap penururnan tekanan darah. Selama reflex ini, terjadi vasokontriksi
akibat pengaruh di sebagian besar arteriol di seluruh tubuh (termasuk arteriol
aferen) sebagai mekanisme kompensasi untuk meningkatkan resistensi perifer
total. Arteriol aferen disarafi oleh serat vasokonstriksi simpatis jauh lebih
banyak dibandingkan arteriol eferen. Ketika arteriol aferen yang membawa
darah ke glomerolus berkonstriksi akibat peningkatan aktivitas simpatis, darah
yang mengalir ke dalam glomerolus akan lebih sedikit daripada normal
sehingga tekanan darah kapiler glomerolus menurun. penurunan LFG yang
terjadi pada gilirannya mengurangi volume urine. Dengan cara ini sebagian
H2O dan garam yang seharusnya keluar melalui urine dapat dipertahankan
didalam tubuh, dalam jangka panjang membantu memulihkan volume plasma
ke normal sehingga penyesuaian-penyesuaian kardiovaskuler jangka pendek
yang telah terjadi tidak lagi dibutuhkan. Mekanise lain misalnya, meningkatnya
rearbsopsi H2O dan garam oleh tubulus serta meningkatnya rasa haus juga ikut
berperan dalam memelihara tekanan darah jangka panjang meskipun volume
darah berkurang, dengan membantu memulihkan volume plasma.
2
Sebaliknya jika tekanan darah meningkat (misalnya akibat ekspansi volume
plasma setelah ingesti cairan berlebihan), respon sebaliknya yang terjadi.
Ketika baroreseptor mendeteksi peingkatan tekanan darah maka aktivitas
vasokonstriktor seimpatis ke arteriol, termasuk arteriol aferen ginjal menurun
secara reflex sehingga terjadi vasodilatasi arteriol aferen. Karena darah yang
masuk ke glomerolus melalui arteriol aferen yang melebar meningkat maka
tekanan darah kapiler gloerolus bertambah sehingga LGF meningkat. Karena
caian yang difiltrasi meningkat maka jumlah yang tersedia untuk dieliminasi
melalui urine juga meningkat. Yang berperan dalam meningkatkan volue urine
adalah penurunan reabsopsi H2O dan garam di tubulus oleh pengaruh hormone.
Kedua mekanisme ginjal ini menigkatkan filtrasi glomerolus dan penurunan
reabsorpsi H2O oleh garam dan tubulus – meningkatkan volume urine dan
mengeluarkan cairan yang berlebihan dari tubuh.
Mekanisme Autoregulasi LFG
Perubahan spontan yang terjadi pada LFG umumnya di cegah oleh mekanisme
regulasi intrinsic yang dilakukan oleh ginjal sendiri, atau disebut sebagai
otoregulasi. Mekanisme ini meliputi :
Mekanisme Miogenik, yang berespon terhadap perubahan tekanan di dalam
komponen vaskuler nefron. Otot polos vaskuler arteriol berkontraksi secara
inheren sebagai respon terhadap peregangan yang menyertai peningkatan
tekanan pada pembuluh darah. Arteriol aferen secara otomatis berkintriksi
sendiri ketika teregang akibat peningkatan tekanan darah arteri.
2
Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus (TGF)
Melibatkan aparatus jukstaglomerulus. Sel-sel otot polosnya membentuk
sel granural dan mengandung banyak granular sekretorik. Sel sel tubulus
di glanural ini mengandung makula densa yang dapat mendeteksi
perubahan kadar garam dan dapat menghasilkan adenosine. Adenosin ini
kemudian bekerja secara parakrin mempengaruhi arteriol aferen, sehingga
arterior akan bervasodilatasi meningkatkan aliran darahnya. Hal ini juga
mempengaruhi peningkatan jumlah filtrasi darah, dan meningkatkan
kandungan kadar garam di tubulus.
2. Reabsorpsi
Sewaktu filtrat melewati tubulus, bahan-bahan yang masih bermanfaat bagi
tubuh dikembalikan ke dalam plasma kapiler peritubulus ke sistem vena dan
kemudian ke jantung untuk disirkulasi. Reabsorpsi tubulus merupakan suatu
proses yang sangat selektif. Hanya nutrien, elektrolit, dan bahan lain yang
dibutuhkan oleh tubuh yang akan direabsorpsi. Untuk dapat direabsorpsi suatu
bahan harus melewati lima sawar terpisah yaitu membran luminal sel tubulus,
sitosol sel tubulus, membran basolateral sel tubulus, lalu masuk ke cairan
interstisial, dan terakhir bahan harus masuk ke plasma darah.
a. Mekanisme proses reabsorbsi Na+
Dari semua Na+ yang difiltrasi, dalam keadaan normal 99,5% direabsopsi,
dengan rata-rata 67 % direabsorpsi di tubulus proksimal, 25 % di lengkung
henle, dan 8 % di tubulus distal dan tubulus pengumpul.
2
Langkah aktif pada reabsorpsi Na+ melibatkan pembawa Na+-K+ ATPase
bergantung energi yang terletak di membran basolateral sel tubulus.
pembawa ini merupakan pembawa yang sama dengan yang terdapat di
semua sel dan secara aktif mengeluarka Na+ dari sel. Pada saat pompa
basolateral ini memindahkan Na+ keluar dari sel tubulus menuju ke ruang
lateral, konsentrasi Na+ intrasel dipertahankan tetap rendah sementara secara
stimulan terjadi peningkatan konsentrasi Na+ di ruang lateral; yaitu, pompa
tersebut memindahkan Na+ melawan gradien konsentrasinya. Dengan
demikian, transportasi netto Na+ dari lumen tubulus ke dalam darah
memerlukan energi.
Reabsorbsi natrium dipengaruhi oleh control dari system Renin-
Angiotensin-Aldosteron. Ginjal mensekresikan hormone rennin sebagai
respon terhadap penurunan NaCl / volume CES / tekanan darah arteri. Renin
mengaktifkan angiotensinogen, suatu protein plasma yang diproduksi oleh
H, yang merangsang hati menjadi angiotensin I.
Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting
enzyme yang diproduksi oleh paru. Angiotensin II merangsang korteks
adrenal untuk mensekresikan hormon aldosteron, yang merangsang
reabsorbsi Na oleh ginjal. Retensi Na menimbulkan efek osmotik yang
2
menahan lebih banyak air di CES. Retensi Na dan H2O tersebut bersama-
sama membantu mengkoreksi rangsangan semula yang mengaktifkan
system RAA ini. Angiotensin juga menimbulkan efek-efek lain yang
membantu menghilangkan rangsangan semula seperti merangsang rasa haus
sehingga dapat meningkatkan pemasukan cairan.
Reabsorbsi natrium memiliki peran penting yang berbeda – beda di setiap
segmen tempat penyerapannya :
1) Reabsorbsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam
reabsorbsi glukosa, asam amino, H2O, Cl-, dan urea.
2) Reabsorbsi natrium di lengkung Henle bersama dengan reabsorbsi Cl-,
berperan penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan
konsentrasi dan volume yang berbeda – beda, bergantung pada
kebutuhan tubuh untuk menyimpan atau membuang H2O.
3) Reabsorbsi natrium di bagian distal nefron bersifat variabel dan berada
dibawah kontrol hormon, menjadi penting dalam mengatur volume CES.
b. Mekanisme reabsorpsi glukosa dan asam amino
2
Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif sekunder; suatu
pembawa kotransportasi khusus yang secara stimulan memindahkan Na+
dan molekul organik tertentu dari lumen ke dalam sel. Gradien konsentrasi
Na+ lumen ke sel yang diciptakan oleh pompa Na+-K+ATPase basolateral
yang memerlukan energi ini mengaktifkan sistem kotransportasi ini yang
menarik molekul-molekul organik melawan gradien konsentrasi mereka
tanpa secara langsung menggunakan energi. Pada dasarnya, glukosa dan
asam amino mendapat “tumpangan gratis” dari proses reabsorpsi Na+
yang menggunakan energi.
Transpor Pasif
Transpor pasif terjadi saat bahan – bahan direabsorbsi tanpa menggunakan
energi. Reabsorbsi Cl-, H2O dan urea terjadi secara pasif dan bergantung pada
mekanisme reabsorbsi aktif Na+.
c. Reabsorpsi klorida
Ion klorida yang bermuatan negatif direabsorpsi secara pasif mengikuti
penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif ion Na+ yang
bermuatan positif. Jumlah Cl- yang direabsorpsi ditentukan olek kecepatan
reabsorpsi Na+ dan tidak dikontrol secara langsung oleh ginjal.
d. Reabsorpsi air
Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di seluruh panjang tubulus. dari
H2O yang difiltrasi, 80% direabsorpsi secara obligatik di tubulus proksimal
dan lengkung henle karena secara osmosis mengikuti reabsorpsi zat terlarut.
2
Reabsorpsi ini terjadi tanpa dipengaruhi oleh beban H2O tubuh dan tidak
diatur. Sisa 20%-nya direabsorpsi lam jumlah bervariasi di bagian distal
tubulus ; tingkat reabsorpsi ini berada di bawah kontrol langsung hormon,
bergantung pada status hidrasi tubuh.
Gaya yang mendorong reabsorpsi H2O di tubulus proksimal adalah
kompartemen hipertonisitas di ruang lateral antara sel-sel tubulus yang
diciptakan oleh pengeluaran aktif Na+ oleh pompa basolateral. Akibat pompa
ini, konsentrasi Na+ di cairan tubulus dan sel tubulus dengan cepat menurun
disertai peningkatan kosentrasinya di ruang lateral. Gradient osmotic ini
menginduksi aliran netto pasif h2O dari lumen ke dalam ruang lateral, baik
melalui sel maupun secara antarsel melalui taut erat yang “bocor”.akumulasi
cairan di ruang lateral menyebabkan terbentuknya tekanan hidrostatik , yang
mendorong H2O ke luar dari ruang lateral menuju cairan interstisium dan
akhirnya ke dalam kepiler peritubulus.
e. Reabsorpsi urea.
Jumlah urea yang terdapat dalam 125 ml cairan filtrasi di permulaan tubulus
proksimal mengalami pemekatan hamper tiga kali lipar dalam volume yang
hanya 44 ml di akhir tubulus proksimal. Akibatnya kosentrasi urea dalam
cairan tubulus menjadi jauh lebih besar daripada kosentrasi urea dalam plasma
di kapiler kapiler di sekitarnya. Dengan demikian tercipta gradient konsentrasi
agar urea secara pasif berdifusi dari lumen tubulus ke dalam plasma kapiler
peritubulus. Karena dinding tubulus proksimal hanya cukup premeabilitas
2
terhadap urea, sekitar 50% urea yang difiltrasi secara pasif direabsorpsi dengan
cara ini.
3. Sekresi
Sekresi tubulus merupakan pemindahan bahan-bahan selektif bahan-bahan dari
kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Dengan sekresi tubulus, tubulus
ginjal dapat secara selektif menambahkan bahan-bahan tertentu ke dalam cairan
tubulus. Sekresi suatu bahan mempercepat ekskresinya di urin. Sistem sekresi
terpenting adalah untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh
yaitu dengan sekresi ion H+, menjaga konsentrasi K+ dalam plasma darah untuk
mempertahankan eksitabilitas membran sel otot, dan untuk eliminasi secara
lebih efisien senyawa organik asing dari dalam tubuh.
a. Sekresi Ion Hidrogen
Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di
tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H+ bergantung pada
keasaman cairan tubuh. Sebaliknya sekresi H+ berkurang apabila konsentrasi
H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah.
b. Sekresi Ion Kalium
Ion Kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus, zat ini secara aktif direabsorbsi di
tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.
2
Beberapa faktor mampu mengubah kecepatan sekresi K+, yang terpenting
adalah hormon aldosteron yang merangsang sekresi K+ sel-sel tubulus di
bagian akhir nefron secara simultan untuk meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh
sel-sel tersebut. Peningkatan konsentrasi K+ plasma merangsang korteks
adrenal meningkatkan keluaran aldosteron, yang kemudian mendorong sekresi
dan ekskresi kelebihan K+. Sebaliknya penurunan konsentrasi K+ plasma
menyebabkan reduksi sekresi aldosteron, sehingga sekresi K+ oleh ginjal yang
dirangsang oleh aldosteron juga berkurang.
Faktor lain yang secara tidak sengaja mengubah besarnya sekresi K+ adalah
status asm-basa tubuh. Pompa basolateral di bagian distal nefron
mengekskresikan K+ atau H+ untuk ditukar dengan reabsorbsi Na+.
Peningkatan sekresi K+ atau H+ diikuti penurunan sekresi ion lainnya. Dalam
keadaan normal, ginjal mensekresikan K+ tetapi apabila cairan tubuh terlalu
asam dan sekresi H+ meningkat sebagai tindakan kompensasinya, sekresi K+
berkurang karenanya. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi secara tidak
sengaja di dalam cairan tubuh.
c. Sekresi Anion dan Kation Organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah,
satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation
organik. Sistem-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting, yaitu :
Menambahkan lebih banyak on organic tertentu ke cairan tubulus sehingga
mempermudah ekskresi zat-zat kimiawi dari dalam tubuh.
2
Ion organic yang melekat ke protein plasma tidak dapat difiltrasi melalui
glomerulus sehingga sekresi di tubulus mempermudah eleminasi ion-ion
organic yang tidak dapat difiltrasi di glomerulus.
Sistem ion organic dapat mensekresikan sejumlah besar ion organic yang
berbeda baik yang diproduksi secara endogen (dalam tubuh) maupun ion
organic asing yang masuk ke dalam tubuh.
Setelah terbentuknya hasil kerja ginjal yang tidak dibutuhkan akan
dieksresikan keluar tubuh melalui ureter dan ditampung semntara dalam
vesika urinaria kemudian terjadi refleks berkemih yang membewa urin keluar
dari tubuh.
Regulasi
A. Regulasi pembentukan urin
Kontrol hormon yang mempengaruhi regulasi urin adalah sebagai berikut.
Hormon antidiuretik
Hormon antidiuretik (ADH) dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus yang
selanjutnya akan disimpan dan dilepaskan oleh kelenjar hipofisis. Sekresi
ADH ini dikendalikan oleh konsentrasi air dalam darah. Fungsi hormone
tersebut mempermudah penyerapan air pada pembuluh distal dan pembuluh
pengumpul.
Konsentrasi hormone insulin
2
Apabila konsentrasi hormone insulin rendah (misalnya penderita diabetes
mellitus), maka kadar gula dalam darah tinggi dan akan dikeluarkan melalui
pembuluh distal. Keberadaan zat gula tersebut akan menggangu proses
penyerapan kembali air di dalam pembuluh distal, karena konsentrasi gula
meningkat. Akibatnya orang yang bersangkutan akan sering mengeluarkan
urin
Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh
adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin
rennin.
Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium.
Hormon ANP
Hormon peptida natriuretik atrium (atrial natriuretik peptide, ANP) yang di
hasilkan oleh jantung. Hormon ini disimpan dalam di granula dalam sel otot
atrium jantung khusus dan dibebaskan dari atrium ketika jantung secara
mekanis teregang oleh peningkatan volume plasma akibat peningkatan
volume CES. Hal ini terjadi akibat retensi NaCl dan H2O yang
menimbulkan peningkatan tekanan darah arteri. ANP ini kemudian
2
mendorong natriuresis dan diuresis, menurunkan volume plasma, dan juga
mempengaruhi sistem kardiovaskuler.
3.Metabilsme Air
Cairan Tubuh
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan
ekstraseluler, termasuk plasma darah dan cairan transeluler. Konsumsi cairan yang
ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah 1 ml air untuk
setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi
total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa
akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui
urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui
proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga
berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas = 240 ml) biasanya
dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan 1 gelas per harinya.
Fungsi Cairan Tubuh
Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral
serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel tubuh.
Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat
Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan
2
memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringanjaringan tubuh
seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi
biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam
menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh
dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur
panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37°C .
Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air (larutan pelarut), substansi terlarut (zat
terlarut).
1. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas
dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan
100 kPa (1 bar) and temperatur 273.15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut
yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,
seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik. Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.
Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,
nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang
dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa berolahraga seperti
tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan
2
tubuh non atlet. Menurut Horne (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam
tubuh meliputi:
a. Sel-sel lemak: Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan
peningkatan lemak tubuh.
b. Usia: Sesuai aturan, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.
c. Jenis kelamin: Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proposional, karena
lebih banyak mengandung lemak tubuh.
Tabel. Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia
Usia Kg Berat Badan %
Bayi prematur 80
3 bulan 70
6 bulan 60
1-2 tahun 59
11-16 tahun 58
Dewasa 58-60
Dewasa gemuk 40-50
Dewasa kurus 70-75
Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata
memerlukan 2.5 L air. Jumlah tersebut setara dengan cairan yang dikeluarkan tubuh
baik berupa keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja.
Pemasukan air dalam tubuh terdiri dari air minum dan air yang terkandung
dalam makanan. Air metabolisme diproduksi oleh proses oksidasi dari karbohidrat,
2
protein, dan lemak.. Menurut Eastwood (2003) 1 gram karbohidrat, protein, dan lemak
masing-masing memproduksi 0.60 gram, 0.41 gram, dan 1.07 gram air.
Air yang diminum atau air dalam makanan diserap di usus, masuk ke
pembuluh darah, beredar ke seluruh tubuh. Di kapiler air difiltrasi ke ruang
interstisium, selanjutnya masuk ke dalam sel secara difusi, dan sebaliknya, dari dalam
sel keluar kembali. Dari darah difiltrasi di ginjal dan sebagian kecil dibuang sebagai
urin, ke saluran cerna dikeluarkan sebagai liur pencernaan (umumnya diserap
kembali), ke kulit dan saluran nafas keluar sebagai keringat dan uap air.
Keringat dihasilkan kelenjar keringat yang tersebar di sebagian besar kulit.
Bila suhu tubuh meningkat, secara refleks terjadi sekresi keringat. Komposisi air
keringat mirip dengan cairan ekstraseluler tetapi kadar garamnya lebih rendah
(hipotonis). Keringat lebih berperan sebagai pengatur suhu tubuh, bukan sebagai
pengatur cairan tubuh.
Tabel. Jumlah pengeluaran cairan tubuh (mL)
Kehilangan
cairan
tubuh melalui
Jumlah Pengeluaran Cairan Tubuh (mL)
Pada suhu normal Pada suhu panasSaat bekerja
berat
Insensibel kulit 350 350 350
Saluran napas 350 250 650
Urin 1400 1200 500
Keringat 100 1400 5000
Feses 100 100 100
2
Total 2300 3300 6600
Kebutuhan air sangat dipengaruhi aktivitas fisik, suhu lingkungan serta suhu
tubuh. Bila udara panas, keringat lebih banyak dihasilkan. Saat berolahraga atau kerja
berat, dimana suhu tubuh meningkat, dihasilkan pula keringat yang lebih banyak. Air
berasal dari minuman, makanan dan hasil metabolisme (karbohidrat, protein dan
lemak. Selain dipengaruhi oleh suhu udara, kebutuhan air dapat pula dipengaruhi oleh
aktivitas, diet, dan kesehatan.
2. Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
yaitu elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah substansi yang menghantarkan arus
listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan
kapasitasannya untuk saling berikatan satu sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan
anion.
Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraseluler utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah
kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke
luar dan kalium ke dalam. Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk muatan
negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl-), sedangkan anion
intraselulernya utama adalah ion fosfat (PO4.3-).
Selain elektrolit, cairan tubuh juga mengandung non-elektrolit. Nonelektrolit
merupakan substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisoaiasi dalam larutan
2
dan diukur berdasarkan berat (mg/100ml atau mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang
secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
Pergerakan dan Keseimbangan Cairan Tubuh
Pergerakan cairan tubuh mencakup penyerapan air di usus, masuk ke pembuluh
darah, dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air mengalami filtrasi ke
ruang interstisium, selanjutnya masuk dalam sel melalui proses difusi, sebaliknya air
dalam sel keluar ke ruang interstisium dan masuk ke pembuluh darah.
Cairan tubuh berpindah antara kedua kompartemen untuk mempertahankan
keseimbangan nilai cairan. Pergerakan cairan tubuh ditentukan oleh beberapa proses
transpor yaitu difusi, transpor aktif, filtrasi, dan osmosis.
a. Difusi adalah proses pergerakan partikel dalam dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan
b. Transport Aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi.
Banyak zat terlarut penting ditransport secara aktif melewati membran sel
meliputi natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan asam amino. Transport Aktif
adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi. Banyak zat terlarut
penting ditransport secara aktif melewati membran sel meliputi
natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan asam amino.
c. Filtrasi adalah merembesnya suatu cairan melalui selaput permeable. Arah
perembesan adalah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke daerah
dengan tekanan yang lebih rendah.
d. Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeable dari area
dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut
2
lebih tinggi. Osmosis dapat terjadi melewati semua membran bila konsentrasi
zat terlarut pada kedua area berubah.
3.Elektrolit
Cairan tubuh selain mengandung air juga mengandung bahan lain yang
diperlukan oleh tubuh seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh terdiri dari
kation dan anion. Kation utama dalam cairan tubuh adalah natrium (Na+) dan kalium
(K+), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl-).
1) Natrium
Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada dalam
bentuk garam seperti natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini, natrium berada
dalam bentuk ion sebagai Na+. Diperkirakan hampir 100 gram dari ion natrium (Na+)
terkandung di dalam tubuh manusia. Garam natrium merupakan garam yang dapat
secara cepat diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang dewasa
berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap
kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan
keringat.
2) Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat pada cairan intraseluler dengan
konsentrasi ± 150 mmol/L. Sekitar 90% dari total kalium tubuh berada dalam
kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke ruangan
vascular yang terdapat pada cairan ekstraseluler dengan konsentrasi 3.5-5.0 mmol /L.
Konsentrasi total kalium dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2 g/kg berat badan.
2
Namun jumlah ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur dan massa
otot. Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari.
Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan
cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium
(Ca+) dan natrium (Na+), kalium akan berperan dalam transmisi saraf, pengaturan
enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan
garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan kalium yang
terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat.
3) Klorida
Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraseluler (ECF) adalah
elektrolit bermuatan negatif yaitu klorida (Cl-). Jumlah ion klorida (Cl-) yang terdapat
di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/kg berat badan dengan
konsentrasi antara 98-106 mmol/L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada
cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga
pankreas.
Sebagai anion utama dalam cairan ekstraseluler, ion klorida juga akan berperan
dalam menjaga keseimbangan cairan elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai
fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut
berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Bersama dengan ion natrium
(Na+), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui
keringat.
Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit
2
Ganggguan keseimbangan elektrolit umumnya berhubungan dengan
ketidakseimbangan natrium dan kalium. Ketidakseimbangan elektrolit umumnya
disebabkan oleh pemasukan dan pengeluaran natrium yang tidak seimbang.
Sedangkan ketidakseimbangan kalium jarang terjadi, namun jauh lebih
berbahaya dibanding dengan ketidakseimbangan natrium.
a. Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.
Perubahan yang terjadi pada volume dan komposisi cairan tubuh serta
osmolalitas akan menimbulkan 4 (empat) gangguan dasar di dalam tubuh yang secara
klinis dikenal Hipovolemia, Edema, Hiponatremia, dan Hipernatremia.
1. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu keadaan dengan volume cairan tubuh berkurang;
hal ini akan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Gejala- gejala klinis yang terjadi pada
hipovolemia yaitu pusing, kelemahan, keletihan, anoreksia, mual, muntah, haus,
kekacauan mental, konstipasi dan oliguria, HR meningkat, suhu meningkat, turgor
kulit menurun, lidah kering, mukosa mulut kering, mata cekung.
2. Edema
Pada umumnya edema berarti meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler disertai dengan penimbunan cairan ini dalam sela-sela jaringan dan
rongga serosa. Edema biasanya lebih nyata pada jaringan lunak atau jaringan ikat yang
renggang, misalnya jaringan subcutis dan paru-paru. Edema pada jaringan subcutis
menimbulkan pembengkakan dan tampak paling nyata pada jaringan lunak yang
2
tekanan jaringannya rendah, seperti sekitar mata dan alat kelamin luar (genitalia
sexterna).
3. Hiponatremia
Hiponatremia dapat terjadi karena penambahan air atau penurunan cairan kaya
natrium yang digantikan oleh air. Gejala neurologis biasanya tidak terjadi sampai
kadar natrium serum turun kira-kira 120-125 mEq/L.
4. Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dengan defisit cairan relatif.
Hipernatremia jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan
larutan NaCl 0.9% (kadar natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hipernatremia
juga dijumpai pada kasus dehidrasi dengan rasa haus (misal pada kondisi kesadaran
terganggu atau gangguan mental).
b. Gangguan Keseimbangan Air dan Kalium
Kadar normal kalium plasma berkisar antara 3.5-5 mEq/L. Bila kadar kalium
kurang dari 3.5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih dari 5
mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan kelainan
fatal listrik jantung yang disebut sebagai aritmia, kelebihan ion kalium darah akan
menyebabkan gangguan berupa menurunnya potensial trans-membran sel. Kekurangan
ion kalium ini menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat.
2
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai makhluk
hidup pasti membutuhkan air, karena tanpa air makhluk hidup tidak dapat bertahan
hidup. Ginjal adalah organ eksresi air terbesar dan ginjal berfungsi mengeliminasi
konstituen-konstituen plasma yang tidak diperlukan ke dalam urine sementara
menahan bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh. Satuan fungsional pembentuk
urine di ginjal adalah nefron, yang terdiri dari komponen vaskuler dan tubulus
yang saling berkaitan. Komponen vaskuler terdiri dari dua jaringan kapiler yang
terangkai, yang pertama adalah glomerulus, berkas kapiler yang menyaring
sejumlah besar volume plasma bebas protein ke dalam komponen tubulus.
Jaringan kapiler kedua terdiri dari kapiler peritubulus, yang melingkari komponen
tubulus. Kapiler peritubulus memberi makan jaringan ginjal dan ikut serta dalam
pertukaran antara cairan tubulus dan plasma. Komponen tubulus berawal di kapsul
Bowmann, yang melingkupi glomerulus untuk menerima filtrate dan kemudian
berlanjut sebagai saluran berkelok-kelok yang akhirnya berakhir di pelvis ginjal.
Ginjal melaksanakan tiga proses dasar dalam menjalankan fungsi regulatorik dan
ekskretoriknya yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.
Segala sesuatu yang tidak diperlukan oleh tubuh akan di keluarkan melalui urin,
sedangkan yang dibutuhkan oleh tubuh akan diserap dan disalurkan ke semua
organ yang membutuhkan air.
2
SARAN
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari makalah ini, baik dari
segi pembahasan maupun penulisan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini dan diharapkan
laporan ini dapat membantu pembaca sekalian.
2
DAFTAR PUSTAKA
Ganong WF, 2005. Review of medical physiology, 22th ed. Appleton & Lange.
Stamford. CT. USA
Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Alih
bahasa: Brahmn U. Pendit. Jakarta: EGC.
Lab Anatomi-Histologi FK UNAIR.2002. Diktat Anatomi Bagian 2.Surabaya:
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Junqueira. Luiz Carloz. 2007. Basic Histology : text and atlas. Edisi 10. Alih bahasa
J. Tambayong. Jakarta: EGC.
Murray, Robert K. 2009. Harper’s Ilustrated Biochemistry. 27 S T ed. Alih bahasa
Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.