majalah zakat edisi maret 2013

48
ZAKAT MENUMBUHKAN BISNIS Maret-April 2013 M Jumadil Awwal 1434 H

Upload: anggi-bry

Post on 06-Jul-2016

53 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ZAKAT

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

ZAKATMENUMBUHKAN

BISNIS

Maret-April 2013 MJumadil Awwal 1434 H

Page 2: Majalah Zakat Edisi Maret 2013
Page 3: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

“Orang yang tidak beragama, atau kurang kuat kesadaran agamanya,

akan binasa dibawah tekanan kekayaan atau kekuasaan.”

Mr. Sjafruddin Prawiranegara

Dinukil dari buku Peranan Agama dan Moral

Dalam Pembangunan Masyarakat

dan Ekonomi Indonesia

(Djakarta: Bulan Bintang, 1966)

ilustrasi: ©shutterstock.com

Page 4: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

2 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Salam,Assalamu’alaikum wr. wb.

Bulan maulid Nabi Saw sudah berakhir. Tapi, kecintaan kita kepada Nabi Saw tetap dan akan terus hadir. Sebagai bukti hadirnya kecintaan itu, maka kita akan selalu meneladani cara Rasulullah Saw melakukan berbagai ibadah. Salah satunya, berzakat.

Karena itu, pada edisi kali ini, majalah Zakat mengambil tema Meneladani Zakat Nabi Saw dengan menurunkan dua tulisan. Yaitu, Peran Negara dalam Zakat dan Zakat pada Zaman Nabi. Tema ini juga didukung dengan resensi buku Sifat Zakat Nabi pada rubrik Kitabah.

Oleh UU No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, BAZNAS diberi amanat sebagai koordinator pengelaan zakat nasional. Salah satu tugasnya, menyusun laporan keuangan zakat standar yang terintegrasi secara nasional. Untuk melaksanakan tugas ini, BAZNAS menyusun Sistem Manajemen Informasi BAZNAS (Simba), yang nantinya akan menjadi acuan pengelolaan keuangan zakat secara nasional. Pada edisi kali ini kami menurunkan tulisan tentang proses tersusunnya Simba.

Selain itu, kami sajikan pula tulisan-tulisan yang mudah-mudahan memberi pengetahuan dan inspirasi kepada pembaca untuk berzakat dan melaksanakan amal saleh lainnya.

Majalah ini diterbitkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bekerja sama

DEwAN REDAKSI Prof Dr. Didin Hafidhuddin, Teten Kustiawan, M. Fuad Nasar, M.Sc,Hermin R. Rachim, Ndari Rumi widyawati

KONSUlTAN MEDIArubudesign.co

REDAKSI Karsono Tadjudin, Sunan Hasan, Emri widyantari

FOTOgRAFER Donang wahyu, Miroslav arofich

DESAIN gRAFISgunadi, Miroslav arofich

REDAKSI DAN IKlANJl. Palbatu 3 no 3, menteng dalam tebet Jakarta selatanTelp/fax. 021-83700128Email: [email protected], [email protected]

04

44

11 15SUlUH

CATATANZAKAT

ZAKATUTAMA

PROgAMZAKAT

01 HIKMAH mutiara hikmah

03 KHASANAH

24 INSPIRASI zakat menumbuhkan bisnis

28 DUNIA ZAKAT kolaborasi zakat & pajak di arab saudi

32 TOKOH hamka ulama yang otodidak

34 KIPRAH rumah pintar - baznas mandirikan yatim & dhuafa

40 KITABAH panduan berzakat sesuai syariah

42 SIRAH sang pemberani yang murah hati

suluh

Page 5: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 3

Subhanallah, anak uSia 3 Tahun hafal al Quran

Seorang anak perempuan berusia tiga tahun telah membuat

takjub warga Nigeria setelah dirinya berhasil menghafal Al-Qur’an secara keseluruhan, dan menjadi salah satu muslim termuda di dunia yang bisa menghafal Al-Quran 30 juz.

“Ini memang berkat dari Allah. Saya bersyukur kepada Allah atas hal ini,” kata Sayyada Maimunatu Syaikh Dahiru, ibu gadis itu kepada surat kabar Sunday Tribune, Ahad, 10/2/2013

Putrinya, Rukkayatu Fatahu Umar, telah menghafal 30 juz Al-Quran pada usia tiga tahun delapan bulan. Ia mulai menghafal Al-Quran di sebuah sekolah Islam yang didirikan oleh seorang ulama bernama Syaikh Dahiru Usman Bauchi. “Kami menggunakan ruang tamu besar, yang dibagi ke dalam beberapa kelas untuk belajar Al-Qur’an,” kata Maimunatu, yang mengajar di sekolah itu dan sudah hafal Al-Quran pada usia 12 tahun.

Rukkayatu saat ini sedang mempersiapkan diri untuk segera masuk ke sekolah, melanggar tradisi keluarga yang hanya boleh menyekolahkan anak perempuan untuk belajar pada usia sepuluh tahun.(senyumislam.wordpress.com)

biaya Penerbangan haji rendah, Pemondokan naik

Dirjen Penyelenggaraan

Haji dan Umroh Anggito Abimanyu mengatakan, pemerintah masih membahas besaran biaya haji bersama komisi VIII DPR

dan Kementerian Perhubungan. “Akhir Maret (selesai pembahasannya). Awal April sudah bisa disampaikan berapa biaya untuk tahun ini,” kata Anggito saat ditemui di gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2013).

Menurut Anggito, untuk sementara berdasarkan hasil pembahasan, biaya penerbangan haji 2013 diperkirakan akan lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. “Cuma, biaya sektor pemondokan di Arab Saudi bakal naik, “katanya.

Tahun lalu, biaya haji mencapai Rp 33,3 juta. Anggito enggan mengungkapkan besaran selisih kenaikan dan penurunan dua komponen tersebut. “Pada prinsipnya, Kementerian Agama berusaha menekan biaya haji, tanpa mengurangi pelayanan pada jamaah.” (hidayatullah.com)

khasanah

(Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2012, www.bi.go.id)

PoliTiSi belanda arnoud Van doorn maSuk iSlam

Arnoud Van Doorn, seorang petinggi dari partai milik

politisi Belanda ekstrim anti-Islam, geert wilders, telah masuk Islam setelah mempelajari agama Islam dan

kaum Muslim secara mendalam.

Berita ini mulai muncul bulan lalu, ketika ia

menulis “new beginning (permulaan baru)” pada akun Twitter-nya. Ia pun baru-baru ini menulis Syahadah dalam bahasa Arab.

Politisi itu setelah selama satu tahun terakhir ia mempelajari Al-Quran dan Hadis.

“Dengan masuknya saya ke Islam, saya merasakan bahwa akhirnya saya menemukan pedoman hidup,” pungkasnya (eramuslim.com)

Rp179 TriliunAset Perbankan Syariah Indonesia (4,4 % dari aset Perbankan Nasional)

Rp94,9 miliarFAKTA Dana Sosial Perbankan Syariah

Indonesia (8 Bank Umum Syariah, 4 Bank Unit Usaha Syariah)

Rp52,7 miliarDana Sosial Perbankan Syariah untuk Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (8 Bank Umus Syariah, 4 Bank Unit Usaha Syariah)

Page 6: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

pajak

zakat

ilustrasi: ©shutterstock.com

4 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

suluh

ZakaT Sebagai Pengurang PenghaSilan kena Pajak

“Setiap muzaki yang melakukan pembayaran zakat melalui

Badan Amil Zakat (menurut nomenklatur dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2011 berubah menjadi BAZNAS, BAZNAS Provinsi

dan BAZNAS Kabupaten/Kota) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang

teregistrasi mendapat insentif dalam kaitan dengan pembayaran

pajak penghasilan, yaitu bukti pembayaran zakat atau disebut

Bukti Setoran Zakat diperhitungkan sebagai komponen biaya

yang menjadi pengurang penghasilan kena pajak atau disebut

“pengurang penghasilan bruto”.

Page 7: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 5

suluh

Pembayaran zakat atas gaji karyawan melalui

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian/lembaga dan BUMN baik dilakukan secara tunai maupun payroll system juga diakomodasi sebagai pengurang penghasilan kena pajak, dengan syarat UPZ tersebut menyetorkan dana zakat yang terkumpul kepada BAZNAS dan atas dasar itu BAZNAS menerbitkan kwitansi bukti setoran zakat.

Terkait dengan itu, dalam Undang - Undang tentang Pengelolaan Zakat (UU No 23 Tahun 2011) bahwa BAZ atau lAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki. Bukti setoran zakat tersebut digunakan sebagai pengurang penghasilan bruto dalam pengisian SPT tahunan.

Pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak (penghasilan bruto) telah berlaku sejak 2001. Namun sampai saat ini masih banyak wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau pembayar zakat (muzaki) yang belum memanfaatkan pengurangan penghasilan bruto atas Pajak Penghasilan (PPh) tersebut. Untuk itu amil zakat dan pegawai pajak di semua kantor pelayanan diharapkan dapat memberi informasi dan penjelasan kepada para muzaki dan wajib Pajak yang dilayaninya.

Penting diketahui bahwa pengurang penghasilan bruto sebetulnya tidak hanya zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam, tetapi juga berlaku untuk zakat penghasilan yang dibayarkan oleh wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan atau lembaga zakat yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

Dalam ketentuan perpajakan yang berlaku di negara kita, khususnya yang terkait dengan PPh adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 bahwa zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib dikurangkan dari penghasilan bruto. Kebijakan Ditjen Pajak juga menetapkan bahwa terhadap wajib Pajak orang pribadi yang ketika penyampaian SPT Tahunan PPh yang menyatakan kelebihan bayar (termasuk lebih bayar karena pemotongan zakat), niscaya akan dilakukan pengembalian kelebihan pembayaran pajaknya tanpa melalui pemeriksaan, tetapi cukup dengan penelitian oleh pegawai pajak.

Upaya mensosialisasikan zakat sebagai pengurang penghasilan bruto, tidak cukup hanya dilakukan oleh BAZNAS dan Kementerian Agama saja. Tetapi dibutuhkan juga koordinasi, kerjasama dan sinergi dengan instansi terkait, terutama jajaran Direktorat Jenderal Pajak. Koordinasi, kerja sama dan sinergi itulah yang ke depan perlu dibangun di tingkat institusi, karena bagi umat Islam zakat dan pajak adalah dua kewajiban yang seiring dan paralel.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa zakat dan pajak harus dikelola secara amanah dan transparan. Kejujuran tidak hanya dituntut dari para muzaki dan wajib Pajak ketika menghitung sendiri kewajiban zakat dan pajak penghasilannya, tetapi

Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.ScKetua Umum BAZNAS

“Jika kita belum berhasil memperjuangkan zakat sebagai pengurang pajak, maka zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak jangan disia-siakan. “

juga para petugas pengumpul zakat dan pemungut pajak. Ketidakjujuran/ketidak-amanahan akan meruntuhkan kepercayaan masyarakat dan melemahkan kesadaran untuk berzakat melalui lembaga dan kesadaran membayar pajak secara jujur dan benar.

Tidak dapat dipungkiri bahwa zakat yang hanya diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto, memang belum memenuhi harapan maksimal para muzaki dan lembaga zakat di tanah air. Akan tetapi, menurut kaidah fikih, “Apa yang tidak didapat seluruhnya, jangan ditinggalkan seluruhnya.

Page 8: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

ilustrasi: ©shutterstock.com

6 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Mereka dirugikan karena zakat itu hak fakir miskin. Jadi, orang-orang muslim kaya yang tak

membayar zakat adalah orang-orang yang menahan atau merampas yang bukan miliknya. Bisa jadi, kemiskinan di suatu negara yang banyak muslim kayanya, terjadi karena orang kaya muslimnya tak mau membayar zakat. Maka, tak heran bila pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, orang-orang kaya muslim yang tidak berzakat diperangi.

Peran negara dalam Pengelolaan ZakaTBerbeda dengan ibadah wajib lainnya seperti shalat, puasa dan haji, zakat punya keistimewaan tersendiri. Antara lain, selain merupakan ibadah ritual yang sifatnya pribadi, zakat juga bersifat sosial. Bila seorang muslim tidak menunaikan shalat, puasa, atau zakat, tidak ada yang dirugikan. (ini bukan berarti ketiga ibadah itu boleh ditinggalkan). Tapi, kalau seorang muslim tidak membayar zakat, ada yang dirugikan, yaitu fakir miskin.

Di Indonesia jumlah penduduk miskinnya masih besar (29,13 juta orang per Maret 2012). Hal ini, mungkin juga, terjadi akibat banyaknya muslim kaya yang tidak membayar zakat. Atau, mereka sudah membayar zakat secara langsung sendiri-sendiri, tidak terorganisasi, misal lewat lembaga amil zakat (lAZ). Atau juga, mereka sudah membayarnya lewat lAZ, tapi pengelolaan zakatnya belum amanah dan profesional. . Nah, di sinilah perlunya peran negara dalam pengelolaan zakat.

zakatutama

Page 9: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 7

zakatutama

Pemerintah mulai berperan untuk melakukan modernisasi zakat pada era 1990-an dengan mengeluarkan Undang Undang Zakat No. 38/1999. Ini merupakan tonggak awal modernisasi zakat, baik dari sisi manajemen maupun dari sisi perluasan cakupan objek zakat. Dengan diberlakukannya UU ini, terutama pada satu dekade terakhir ini, penghimpunan dan pendayagunaan zakat meningkat cukup pesat.

Namun, bila dibandingkan dengan potensi zakat yang ada, peningkatan ini belum optimal karena masih terdapat kesenjangan yang sangat besar. Contohnya, penghimpunan zakat oleh BAZNAS dan lAZ pada tahun 2011, baru mancapai angka Rp1,73 triliun, sedangkan potensinya mencapai angka Rp217 triliun (riset terbaru BAZNAS dan FEM IPB). Artinya, penghimpunan zakat baru mencapai angka 0,8 persen dari total potensi yang ada.

Melihat situasi tersebut, maka kemudian pemerintah meningkatkan perannya dengan mengeluarkan Undang-Undang No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat (UUPZ). lewat UUPZ ini BAZNAS ditunjuk pemerintah (Kementerian Agama) sebagai koordinator pengelolaan zakat nasional. Koordinator ini diperlukan untuk memperlancar jalannya integrasi. Nah, integrasi ini akan mendorong penguatan sinergi antara BAZNAS dan lAZ baik dari segi penghimpunan penyaluran maupun pertanggungjawaban pengelolaan zakat.

Jika sinergi ini bisa benar-benar terjadi dan menguat, insya Allah tujuan diberlakukannya UUPZ ini akan tercapai, Yaitu, pengelolaan zakatnya efisien dan efektif, amanah dan profesional sehingga masyarakatnya, khususnya umat Islam akan sejahtera

Mengutip pendapat Abu Ubaid dalam kitab Al-Amwal, Staf Ahli

BAZNAS Dr. Irfan Syauqi Beik, MSc. menyatakan bahwa integrasi pengelolaan zakat ini penting. Sebab, di samping merupakan ibadah mahdhah, zakat juga merupakan bagian dari institusi keuangan publik yang perannya bergantung pada kondisi negara dan masyarakat. “Jika pemerintah memiliki political will yang baik, dan kondisi masyakatnya juga baik, pengelolaan zakat juga akan baik. Posisi zakat sebagai institusi keuangan publik sangat kuat. Demikian pula sebaliknya”.

Menurut dia, integrasi akan menjadikan pengelola zakat seperti tubuh yang satu, sama seperti pajak yang dikelola oleh satu tubuh. Yaitu Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan. BAZNAS dan lAZ harus diposisikan sebagai satu tubuh. Karena itu, menurut Irfan, peran BAZNAS sebagai koordinator seperti yang diamanatkan oleh UUPZ ini menjadi sangat penting.

Menurut Irfan Syauki Beik, dengan adanya UUPZ ini, maka zakat semakin mendapat penguatan. “Negara mendapat ‘perintah’ untuk membangun perzakatan nasional melalui upaya ‘fasilitasi’ dan ‘penguatan’ infrastruktur kelembagaan dan anggaran bagi pembangunan nasional. Kesemuanya ini harus dijabarkan oleh peraturan pemerintah (PP) yang akomodatif dan sportif, ”katanya.

UU Zakat yang lama tidak dijabarkan dengan PP. Akibatnya, tekanan terhadap Negara untuk mendorong pembangunan zakat, terlihat kurang kuat.

PP yang menerjemahkan pelaksanaan UUPZ ini memang diperlukan agar tidak terjadi salah tafsir, seperti yang terjadi belum lama ini. Karena belum ada PP-nya yang jelas, UUPZ disalahtafsirkan. Akhirnya, sejumlah pengelola zakat yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Zakat (Komaz) mengajukan judicial review atas UUPZ ini ke Mahkamah

“Jika pemerintah memiliki political will yang baik, dan kondisi masyakatnya juga baik, pengelolaan zakat juga akan baik. Posisi zakat sebagai institusi keuangan publik sangat kuat. Demikian pula sebaliknya”.

Dr. Irfan Syauqi BeikStaf Ahli BAZNAS

Page 10: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

8 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

zakatutama

Konstitusi pada 16 agustus 2012. Saat ini, UUPZ ini masih belum mendapat keputusan direvisi atau tidak oleh MK.

Salah satu pasal yang multitafsir adalah pasal 17 yang menyatakan, untuk “membantu” BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk lAZ.

Nah, kata “membantu” itu oleh penggugat ditafsirkan bahwa posisi lAZ yang ada di bawah koordinasi BAZNAS lemah, yaitu sekadar membantu. Padahal, tidak begitu. BAZNAS memandang bahwa wacana seolah terjadi pelemahan terhadap lAZ karena UUPZ yang sekarang menurunkan derajat subordinat dari BAZNAS, merupakan wacana kurang tepat. “Fungsi lAZ tetap tidak mengalami perubahan. Yaitu mereka tetap berhak melakukan penghimpunan dan penyaluran zakat secara mandiri,” kata Didin Hafidhuddin.

Menurut dia, kata membantu dalam pasal itu tidak berarti membatasi ruang gerak lAZ, atau pun bahwa lAZ berkewajiban menyetorkan zakat kepada BAZNAS. “Tidak ada sama sekali ketentuan itu. Yang ada yaitu kewajiban lAZ untuk memberikan laporan kepada BAZNAS. Ini pun harus diartikan sebagai bagian integrasi sistem zakat yang

sebenarnya sudah ada pada UU sebelumnya. Tapi tidak berjalan semestinya”.

Pasal lain yang disalahartikan adalah pasal 18 yang mengharuskan lAZ terdaftar sebagai organisasi masyarakat (ormas) yang mengelola bidang dakwah, pendidikan dan sosial. Aturan ini, kata para penggugat, dapat mematikan lebih dari 300 lAZ yang eksis yang pada kenyataannya seluruh lAZ itu berbadan hukum yayasan.

Padahal bagi BAZNAS, dalam persoalan ini yang terpenting adalah lembaga pengelola zakat tersebut memiliki status sebagai Badan Hukum, mampu transfaran, dan akuntabel. lebih jauh dari itu, kata Didin, lembaga itu harus bersedia diaudit secara syariah sesuai dengan perintah undang-undang.

Yang lainnya yang ditafsirkan salah secara berlebihan adalah pasal 38 yang melarang setiap orang menjadi amil zakat tanpa izin pejabat yang berwenang. Kalau larangan ini dilanggar, pelakunya akan dipidana kurungan paling lama setahun atau denda paling banyak Rp50 juta. Ayat ini ditafsirkan sebagai kriminalisasi terhadap amil zakat yang tidak

punya izin dari pejabat yang berwenang.

Soal potensi kriminalisasi pada UUPZ , kata Didin Hafidhudin, hal itu terlalu didramatisir. “larangan orang yang secara sembarangan bisa mengklaim diri sebagai amil merupakan konsekwensi dari sebuah penataan. Tidak bisa dengan mudah seseorang menyatakan diri sebgai amil. Tapi pada praktiknya memang amil tersebut bekerja tidak penuh dan asal-asalan. Atau, ia hanya muncul setahun sekali saat Ramadhan tiba. Inilah persepsi yang harus diluruskan, Yaitu, yang namanya amil itu harus bekerja penuh waktu dan professional”.

Selain itu, katanya lagi, Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam Fatwanya No.8 Tahun 2011 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan amil zakat adalah seseorang atau sekelompok orang yang diangkat pemerintah.

Page 11: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 9

zakatutama

Para amil dadakan itu tergolong amil tradisional. Ini harus ditata. Contohnya, BAZNAS kota Bogor telah mampu mengkoordinasikan sekitar 140 masjid sebagai UPZ dan melakukan pembinaan secara berkala. Hasilnya, penghimpunan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) selama Ramadhan 1433 H saja mencapai angka Rp7,1 miliar, naik hampir tiga kali lipat dari target awal. Apalagi jika masjid-masjid di seluruh nusantara bisa dikoordinasikan, hasilnya akan jauh lebih dahsyat. Penataan seperti inilah yang diperlukan, yaitu menjadikan masjid sebagai UPZ, ujung tombak pemberdayaan zakat.

gugatan itu mudah-mudahan datang karena belum jelasnya pasal-pasal itu, bukan karena adanya berbagai kepentingan yang sifatnya dana zakat, seperti yang dikatakan Prof. Azyumardi Azra. “Tarik menarik kepentingan ini tidak dapat dilepaskan dari kepentingan potensi dana yang sangat besar di tengah meningkatnya jumlah kelas menengah muslim.” kata dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu

di hadapan sidang pleno judicial review UUPZ di MK beberapa waktu lalu.

Terhadap gugatan ini Kementerian Agama berharap, MK bisa memberikan keputusan yang obyektif dan sesuai dengan UU Pengelolaan Zakat . “Kami harap seperti yang tertuang dalam UU Pengelolaan Zakat, “kata Menag Suryadharma Ali, November lalu.

Munurut Menag, upaya yang dilakukan komaz tersebut menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak mampu melihat secara utuh pentingnya penertiban administrasi perzakatan. “Pelaporan zakat perlu penertiban. Sebab, memang seharusnya tak ada lembaga liar yang meng-collect zakat tanpa terdaftar, “tegasnya.

Dia menekankan, masyarakat harus memahami bahwa pemungutan zakat itu harus melibatkan peran pemerintah. Pemungutan zakat tidak bisa dilakukan sembarangan. Meski begitu, dia juga memahami keberatan pidana yang bakal diterima. “Padahal di sisi lain, masih banyak pengumpul zakat di masyarakat yang belum mengurus administrasinya secara benar dan professional. Karena itu, wajar jika lembaga amil zakat mesti mendaftarkan diri”.

Pertanggungjawaban keuangan lAZ yang rapi, katanya, bisa menjadi modal utama kepercayaan publik. Bagi pemerintah, ini jadi parameter pengumpulan dana umat yang ditindaklanjuti sebagai data distribusi zakat nasional. Pelaporan kan kami harus tahu. Misal, zakat yang dikumpulkan secara nasional ada berapa. Uang zakat dipergunakan untuk apa. lAZ daerah kan harus memberikan laporan. Ini bukan suatu yang menyulitkan atau mendeskriditkan lAZ daerah. Uang kan mesti dipertanggungjawabkan. Jangan sampai terjadi penyimpangan.

“Tarik menarik kepentingan ini tidak dapat dilepaskan dari kepentingan potensi dana yang sangat besar di tengah meningkatnya jumlah kelas menengah muslim.”

Prof. Azyumardi Azra. Dosen Pascasarjana UIN Jakarta

Page 12: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

10 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

zakatutama

ZakaT Pada Zaman nabi

Kapan zakat ini mulai disyariatkan, para ulama berbeda pendapat. Tapi mayoritas, termasuk Ibnu Katsir berpendaat, zakat itu mulai disyariatkan pada tahun kedua hijriyah. Menurut ahli tafsir itu, tampaknya zakat yang ditetapka di Madinah merupakan zakat dengan nilai dan jumlah kewajiban yang khusus. Sedangkan yang dibicarakan di Mekah, merupakan kewajiban perseorangan semata.

foto: ©miroslav arofich

Page 13: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 11

zakatutama

Menurut Syayid Sabiq, zakat itu diwajibkan secara mutlak

pada permulaan Islam (di Mekah) dengan tidak membatasi pada harta yang diwajibkan untuk dizakati dan ketentuan kadarnya. Semua itu diserahkan kepada kesadaran dan kemurahan kaum muslimin. Akan tetapi, mulai tahun kedua setelah hijrah, besar dan jumlah setiap jenis harta yang wajib dizakati itu ditetapkan dan dijelaskan secara rinci.

Berbagai pendapat itu mengacu pada wahyu Allah tentang zakat sesuai dengan periode diturunkannya. Pada periode Makiyah, yaitu QS Ar-Rum: 39 dan QS:Az-Zariyat: 19, isinya baru penyadaran bahwa pada setiap harta yang dimiliki ada hak orang lain yang membutuhkan, misalnya fakir miskin. Sedangan pada periode Madaniyah, ayat-ayat tentang zakat sudah terinci. Yaitu, tentang golongan mustahiknya (QS At-Taubah:60), petugas pengelola zakat atau amilnya (QS At-Taubah:103), komoditas atau jenis harta yang wajib dizakati dengan persyaratan tertentu. Zakat pertanian (QS Al-An’am:141), zakat emas dan perak (QS At-Taubah: 34-35), zakat peternakan (Al-Hadis), zakat barang temuan (Al-Hadis), zakat perdagangan alhadist), dan zakat hasil usaha (QS Al-Baqarah:267).

Jelas, ketika di Madinah, zakat dijalankan melalu amil. Tidak sendiri-sendiri, seperti di Mekah. Dalam bukunya Sifat Zakat Nabi SAW, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan, para amil zakat pada QS AT-Taubah: 60 adalah orang-orang yang diangkat oleh penguasa untuk memungut, dan mendistribusikan zakat. “Dengan demikian, mereka sebagai pihak

Pada masa Nabi Saw, yang diangkat dan ditugaskan sebagai amil zakat bukanlah orang sembarangan, melainkan yang terbaik dan yang mendapat kepercayaan dari pemimpin Negara dalam hal ini Rasulullah, seperti Ali bin Abi Thalib, Muadz bin Jabal, dan lainnya.

yang diberi kewenangan, bukan sebagai pihak yang berstatus sebagai wakil. wakil orang yang menunaikan zakat bukan sebagai amil zakat.”

Dia mencontohkan, kalau dirinya mewakilkan kepada seseorang untuk menghitung harta zakatnya dan orang itu bukan diangkat oleh penguasa, maka orang itu bukan sebagai amil zakat. Ini berbeda dengan orang-orang yang diangkat oleh penguasa. “Mereka adalah amil zakat, karena mereka punya semacam kewenangan, sehingga mereka

diberi sebatas upah mereka,” tulisnya.

Pada masa Nabi Saw, yang diangkat dan ditugaskan sebagai amil zakat bukanlah orang sembarangan, melainkan yang terbaik dan yang mendapat kepercayaan dari pemimpin Negara dalam hal ini Rasulullah, seperti Ali bin Abi Thalib, Muadz bin Jabal, dan lainnya. Mereka diutus sampai ke daerah (di luar kota Madinah) untuk memungut zakat dari harta para muzakki dan mendistribusikannya ke para mustahik.

Menurut Utsaimin, para amil zakat ini harus berilmu dan amanah. “Dua syarat ini, merupakan syarat pada setiap pekerjaan. Sebab, pada setiap pekerjaan orang harus kuat dan

dia juga harus amanah padanya”.

Soal amil yang berilmu dan dipercaya ini diuraikan lebih rinci oleh dosen STID Al-Hikmah Jakarta, Ahmad Bisyri Abdul Syakur. Menurut dia, para amil zakat yang sesuai dengan syariat adalah mereka yang memahami konsep zakat secara utuh, memahami menajemen keuangan dengan baik, memahami fikih prioritas, memiliki akhlak Islam, dan siap bekerja penuh waktu dengan baik.

Pengelolaan zakat pada masa

Nabi dilanjutkan oleh para sahabat, sebagaimana diceritakan dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari: ”Imran bin Husain pernah diangkat untuk mengurus/mengelola harta zakat dan ia menceritakan bahwa kami menarik zakat dari pengalaman kami menarik zakat pada zaman Nabi Muhammad Saw. Begitu juga kami menyalurkannya”.

Karena itu, pengelolaan zakat saat ini harus dievaluasi terus agar selalu sesuai dengan pengelolaan zakat Nabi Saw. Tentu tidak harus kaku dan selalu khawatir untuk berijtihad dalam hal-hal yang multi tafsir. Menurut KH Didin, dalam melakukan penafsiran kembali tetap harus berlandaskan pada kaidah-kaidah yang bisa dipertanggungjawabkan, misalnya melalui qiyas.

Page 14: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

12 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

kaidah zakat ZakaT (memang)

haruS diaTur negara

Zakat bukan filantropi biasa, tetapi zakat adalah hak fakir-miskin dan mustahik lainnya yang wajib dikeluarkan dari harta yang telah mencapai nishab. Prof. Muhammad Abu Zahrah dalam buku yang judul aslinya Tanzhim al-Islam lil-al-mujtama’ memaparkan esensi zakat sebagai bentuk kerjasama sosial yang memberikan hak bagi orang miskin dalam harta orang kaya.

Zakat merupakan kewajiban sosial murni, dimana pengumpulan dan penyalurannya tidak boleh merendahkan orang miskin atau mengesankan orang kaya lebih mulia. Para ahli fikih secara konsensus menyatakan bahwa yang berhak mengumpulkan zakat adalah pemerintah (waliyul amr).

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menfardhukan atas mereka menunaikan zakat. Ambillah zakat itu dari orang-orang kaya di antara mereka dan serahkanlah kepada orang-orang miskin di antara mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Page 15: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 13

kaidahzakat

Dalam tinjauan sejarah dicatat setelah turunnya ayat

tentang zakat (QS At-Taubah: 103) pada tahun ke-10 Hijrah, Nabi mengutus para sahabat, di antaranya Mu’adz bin Jabal sebagai kepala pengadilan (qadhi) dan wali negeri (setingkat gubernur) di Yaman. Mu’adz sekaligus melaksanakan tugas memungut zakat dari orang-orang kaya dan dibagikan kepada fakir-miskin di wilayah setempat. Sebagaimana dicatat dalam sejarah Islam, Nabi mengutus beberapa amil ke berbagai daerah untuk mengumpulkan dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada fakir-miskin dan mustahik lainnya.

Dalam rangka membela hak-hak orang miskin, Khalifah Abubakar Ash Shiddiq (11-13 H/632-634 M) selaku pemimpin negara pernah mengeluarkan ultimatum menumpas pembangkang kewajiban zakat. logika yang digunakan Abubakar saat itu sederhana saja, yaitu menolak membayar zakat sama dengan tidak mengakui kekuasaan pemerintah yang sah.

Pada masa Utsman ibnu Affan (23-35 H/644-655 M), harta Baitul Maal (kas negara) yang antara lain bersumber dari penerimaan zakat berlimpah dan bersamaan dengan itu mulai muncul rongrongan terhadap kepemimpinan Utsman. Utsman

Oleh M. Fuad NasarWakil Sekretaris BAZNAS

mengambil kebijakan bahwa pemerintah hanya memungut harta zakat yang nampak saja, seperti hasil peternakan unta, sapi, kambing, tanaman dan buah-buahan, sedangkan harta zakat yang tidak nampak, yakni uang dan barang-barang perdagangan yang bergerak, diserahkan kepada pemiliknya untuk menyerahkan sendiri zakatnya kepada fakir-miskin.

lembaga pengelola zakat memiliki karakter yang berbeda dengan lembaga keuangan atau perusahaan. Dana zakat yang terkumpul tidak boleh dianggap sebagai aset oleh lembaga pengelolanya sehingga bebas digunakan semaunya lembaga. Amil zakat bukan pemilik dana zakat, melainkan hanya penerima amanah. lembaga zakat wajib menaati ketentuan syariah dalam pengumpulan dan penyaluran zakat serta mengikuti aturan perundang-undangan negara.

Oleh karena Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan konstitusi, Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 pasal 29 menjadi pijakan konstitusional bagi pemerintah untuk mengatur, melayani, memajukan dan melindungi kehidupan beragama yang diakui di Indonesia. Bapak Proklamator Kemerdekaan RI almarhum Bung Hatta dalam buku Sekitar Proklamasi (1970) menegaskan bahwa dalam

negara Indonesia yang memakai semboyan Bhineka Tunggal Ika, tiap-tiap peraturan dalam kerangka Syariat Islam yang hanya mengenai orang Islam dapat dimajukan sebagai rencana Undang-Undang ke DPR, yang setelah diterima oleh DPR, mengikat umat Islam Indonesia.

Jika sudut pandang konstitusional di atas yang digunakan, maka tidak perlu dipersoalkan bahwa pengaturan pengelolaan zakat oleh negara merupakan sebuah keniscayaan hukum. Pengelolaan zakat tidak bisa diserahkan pada mekanisme pasar, tetapi pengelolaan zakat perlu diatur dan harus ada pengawasaan berdasarkan regulasi. Regulasi perzakatan di Indonesia tidak menafikan peran dan partisipasi masyarakat.

Perubahan yang mendasar dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat ialah semua lembaga yang menghimpun dana zakat harus terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem pelaporan dan pertanggungjawaban. Dalam undang-undang digariskan bahwa hubungan BAZNAS pusat dan BAZNAS daerah bersifat hirarkis. Pengaturan dan pengawasan pengelolaan zakat diperlukan karena pengelolaan zakat tidak bisa dilepaskan dari dua aspek, yaitu otoritas dan trust dalam masyarakat.

Page 16: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

14 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

tidak ada program bersama yang dilakukan bersama-sama,” katanya.

UU Zakat itu saat ini masih dalam proses Yudicial Review. Meski begitu, kata Didin, para pengurus BAZNAS di daerah tak perlu galau dan gamang. “Kita tidak boleh berhenti berbuat karena kondisi itu. walaupun, misalnya, fungsi dan peran BAZNAS diperkecil, kegiatan kita tetap berjalan. Jangan sampai kondisi ini menjadi penghalang atau keraguan kita dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan untuk masyarakat yang memang sangat baik,” tegasnya.

ZCD ini, kata Didin, bersifat komprehensif. Artinya, kalau

Menurut Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin, ZCD ini

sebenarnya sudah dilaksanakan BAZNAS provinsi dan kabupaten/kota dengan nama lain. “Jadi, ini lebih menajamkan supaya ada perencanaan yang baik, ada data yang jelas, dan ada yang melakukan pendampingan,” katanya pada pengarahan Rakernas itu.

Dia berharap, ZCD ini tidak asal-asalan dilakukan. “Yang namanya memberi kail, perlu juga tahu di mana

mengailnya, bagaimana cara mengailnya , dan bagaimana cara pemasarannya,”jelasnya.

Dia juga beharap, dengan ZCD ini, antara BAZNAS yang satu dengan BAZNAS yang lain terhubung atau terintegrasi. “Ini merupakan program bersama yang didanai, dikonsep, dievaluasi dan ditreatment secara bersama-sama. Sehingga BAZNAS ini menjadi satu kesatuan. Tidak ada artinya, BAZNAS diangkat sebagai koordinator oleh UU No. 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, kalau

Dalam rangka menyambut milad BAZNAS ke 12, BAZNAS menyelenggarakan berbagai kegiatan, antara lain rapat kerja nasional (rakernas) yang membahas khusus tentang Pedoman Program Zakat Community Development. (ZCD). Rakernas yang diadakan di Bogor dan Sukabumi, pada 15-16 Januari 2013 ini diikuti oleh BAZNAS provinsi dari seluruh Indonesia.

ada suatu peningkatan, yang meningkat itu bukan sekedar pendapatan, tetapi juga aspek-aspek lain, seperti kemampuan membaca Al-Quran dan aktivitas ibadah. “Kita harus mampu menghasilkan orang-orang yang lebih baik, bukan dalam hal penghasilannya saja tapi segalanya. Ini indikator yang mungkin tidak pernah kita pikirkan sebelumnya padahal ini bagian sangat penting dalam program pemberdayaan yang kita lakukan,”ujarnya.

programbaznas

rakernaS baZnaS bahaS ZakaT ComdeV

Page 17: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 15

programbaznas

Menurut Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhudin,

pemberdayaan ini bersifat integratif dan komprehensif. “Pemberdayaannya bukan hanya ekonomi, dan kesehatan, tapi juga agama, akhlak dan moral,” katanya pada pencanangan program ZCD Nasional, 16 Januari di Sukabumi usai peresmian gedung Seribu. Kedua acara ini merupakan rangkaian kegiatan BAZNAS dalam menyambut miladnya yang ke 12.

Dalam kesempatan itu Didin menyerahkan dana Rp5 miliar secara simbolis kepada tiga perwakilan BAZNAS Provinsi, Yaitu Drs. HM Natsir, MPd (BAZNAS Sulawesi Tenggara), HM Arsyad (BAZNAS Kalimantan Selatan), dan Prof. Syamsul Bahri Khatib (BAZNAS Sumatera Barat)

Ke-100 desa ini merupakan pilot project. Datanya diserahkan kepada para pimpinan BAZNAS provinsi, dan kabupaten/kota. Dalam hal pendataan, BAZNAS juga bekerja sama dengan

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNPPK) di bawah komando wakil presiden. “Jadi, kami sudah dapat data secara nasional by name by address mengenai orang paling miskin. Mereka akan di-treatment dengan berbagai macam pendekatan atau arah berbasis ZIS.,” katanya

Dana stimulan Rp5 miliar ini merupakan langkah awal. Setelah ini, dia berharap, BAZNAS provinsi dan kabupaten/kota bisa membiayai program ini secara

sektor dalam jangka waktu 10 tahun, dengan catatan jumlah penerimaan zakat semakin bertambah.

Terhadap program ZCD ini wakil Menteri Agama Nasarudin Umar mengingatkan bahwa bahwa zakat itu adalah ibadah mahdah yang takaran asnafnya sudah ditetapkan dalam Al-Quran. Karena itu dia minta agar BAZNAS jangan terlalu rasional memikirkan pemanfaatan zakat ini sampai melampaui takaran asnaf yang ditetapkan dalam

baZnaS kuCurkan dana STimulan rP5 miliar unTuk ZCd naSional

Untuk memberikan pemberdayaan kepada

masyarakat dhuafa lewat program zakat community developmen (ZCD) di 100

desa kota/kabupaten di seluruh Indonesia,

BAZNAS mengucurkan dana stimulan sebesar

Rp5 miliar.

bersama-sama. “Artinya, kita, umat Islam harus memberikan zakat sebagai salah satu alat untuk mengentaskan masyakat miskin,” katanya.

Berdasarkan diskusi dengan teman-temannya, Prof Didin menegaskan bahwa seandainya jumlah orang miskin sekarang ini sekira 32,8 juta orang, maka kemiskinan itu bisa diselesaikan dengan baik dari berbagai

Al-Quran. “Tidak boleh zakat itu dimanfaatkan untuk hal-hal di luar yang dicantumkan dalam Al-Quran. Tapi kalau infak dan sedekahnya boleh saja. Jangan sampai kita bermasalah di dalam pertanggungjawaban di akhirat nanti,” kata Nasarudin.

Namun, dia yakin, BAZNAS telah memikirikan hal ini karena ahli fikih zakatnya banyak, antara lain, Prof. Didin Hafidhuddin.

Page 18: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

16 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Bila zakat dikelola secara amanah dan profesional serta

didukung penuh oleh seluruh masyarakat sampai tingkat bawah, dananya akan sangat membantu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan demikian, sebagai pengelola zakat nasional, Badan Zakat Nasional (BAZNAS), suatu saat nanti bisa membantu pemerintah bila pemerintah mengalami defisit anggaran.

“Kita berharap ke depan, BAZNAS mampu menalangi defisit APBN dan APBD bila memang dibutuhkan karena pemerintah mengalami defisit anggaran,” kata wakil Menteri Agama (wamenag) Prof. Dr. Nasaruddin Umar pada peresmian gedung Seribu

BAZNAS Kabupaten Sukabumi di Sukabumi, Rabu,16 Januari 2013

gedung yang diresmikan Bupati Sukabumi H. Sukmawijaya itu berukuran 18 m x 18 m hasil sedekah Rp1000 masyarakat Sukabumi selama 4 Ramadhan. Pada acara ini hadir pula, antara lain mantan Bupati Sukabumi Oman Sulaeman, Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin, anggota DPR RI Komisi X Dr. Hj. Reni Marlinawati, dan Asda III Provinsi Jawa Barat (bidang Kesra) H. Arief.

Menurut wamenag, kondisi seperti ini pernah terjadi di Mesir sebelum Mesir yang sekarang ini. Ketika Mesir mengalami defisit anggaran, pemerintahnya tidak meminta bantuan ke negara lain, tapi ke Yayasan wakaf Universitas

Al-Azhar. “Jadi, Yayasan wakaf Universitas Al-Azhar itu memiliki kekayaan yang luar biasa dan pengelolaannya juga sangat bagus,” katanya.

Ia yakin, mimpi umat Islam agar BAZNAS seperti Yayasan wakaf Al-Azhar itu bisa menjadi kenyataan. Sebab, katanya, pengeluaran dana muslim Indonesia melalui zakat itu sangat ikhlas, tidak perlu menggunakan pembukuan ganda.

Ia mengajak umat Islam untuk menciptakan tradisi baru di lingkungan masing-masing. Yaitu, membuat kotak amal di dalam lemari sebagai tempat zakat. Ini untuk memisahkan antara uang pribadi dan uang zakat. “

Membuat celengan seperti itu tentu merepotkan. Nah, sekarang tidak usah repot-repot membuat celengan sendiri. Sebab, lembaga keuangan syariah , seperti perbankan syariah atau lembaga amil zakat ada dimana-mana.

Ia menilai gedung seribu ini insya Allah berkah karena lahir dari keikhlasan. Ia memuji BAZNAS Kabupaten Sukabumi yang telah berhasil membangun gedung yang relatif megah dari uang recehan seribu rupiah. “

Menurut dia, sejak berdirinya hingga sekarang, BAZNAS Kabupaten Sukabumi hampir tak pernah absen dari peraihan berbagai penghargaan. Maka, tak heran kalau kemudian Sukabumi dikenal Sebagai kabupaten peradaban zakat.

Dengan adanya gedung ini dia juga berharap, pegelolaan zakat di Sukabumi lebih baik lagi. Maka, di dalam testimoninya pada gedung Seribu ini, wamenag menulis “Sukabumi sebagai Teladan lPZ Tingkat Nasional ke Depan”.

baZnaS diharaPkan jadiSumber dana aPbn dan aPbd

Wamenag Prof. Dr. Nasaruddin Umar dan Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin tengah

memberikan testimoni pada Gedung Seribu programbaznas

foto: ©dika_rubu

Page 19: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 17

Ketua Umum BAZNAS, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, M.Sc

mengatakan, agar maksimal, pengelolaan zakat harus dikerjakan dengan cara berjamaah oleh organisasi-organisasi pengelola zakat di negeri ini.

“Tidak ada yang bisa dilakukan tanpa berjamaah. Tak mungkin ada ‘pemain tunggal’ dalam mengelola zakat, sebab masalah ini begitu berat dan kompleks,” kata Didin.

Hal ini diungkapkan oleh Didin setelah penandatanganan MoU

antara BAZNAS dan Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyah. MoU ini mengukuhkan komitmen BAZNAS untuk mengembangkan kelembagaan lembaga Amal Zakat(lAZ) dalam organisasi massa tersebut.

Ketua Umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyah, KH Abdullah Djaidi berharap, melalui kerjasama ini, BAZNAS dapat mendampingi perkembangan lAZ Al-Irsyad hingga mampu menjadi lAZ yang kuat.

laZ al-irSyad dukung baZnaS imPlemenTaSikan uu ZakaT no. 23/2011

Permasalahan zakat di tanah air begitu kompleks, terutama dalam menggali potensi zakat yang mencapai Rp217 Triliun. Kenyataannya hingga saat ini, penghimpunan zakat masih jauh dari potensi yang diketahui dari hasil penelitian BAZNAS dengan FEM IPB tahun 2011 itu, yakni hanya kurang dari Rp.2 triliun per tahun.

Pada 17 Januari 2013 Jakarta dan kawasan sekitarnya

kembali dilanda banjir. Untuk meringankan beban para korban, BAZNAS menyalurkan bantuan sedikitnya Rp200 juta dalam bentuk logistik, pakaian dan berbagai kebutuhan lain di kawasan Kampung Melayu dan Cawang (Jakarta Timur) Semanan (Jakarta Barat), Bekasi (Jawa Barat). Selain itu,

banjir di jakarTaPengungSi buTuh banTuan PSikiS

disalurkan pula logistik ke daerah-daerah yang susah dijangkau dan belum mendapat bantuan, karena donatur dan pihak-pihak yang menyumbang memusatkan bantuan di Kampung Melayu dan Bukit Duri, Jakarta Timur.

Corporate Secretary BAZNAS, Hermin R Rachim mengatakan, memasuki satu pekan musibah banjir ini, lingkungan lokasi bekas banjir harus segera dibersihkan. Karena itu, mulai Senin (21/1),

BAZNAS bersama relawan dari Tagana, UgM dan STAN

akan mendistribusikan alat kebersihan seperti karbol, detergen dan peralatan mandi.

Selain mendistribusikan bantuan fisik, amil BAZNAS yang turun ke lapangan juga menjadi teman berbagi bagi para pengungsi. Karena,

bukan hanya bantuan logistik yang diperlukan, mereka juga butuh rekan untuk sekedar mendengarkan keluh kesah selama menghadapi banjir.

“Akhir pekan kemarin saat saya terjun langsung ke lapangan, Ibu Sri, seorang pengungsi dari Kampung Pulo, mengeluhkan langkanya bantuan makanan untuk anak-anak. lagipula, pembagian yang dilakukan panitia, tidak adil. lalu saya mencoba memberikan pengertian, bahwa dermawan hanya memberikan semampu mereka, sehingga kita mesti bersabar dan ikhlas,” katanya.

Hermin mengatakan, BAZNAS mengajak dan menghimbau kepada para muzaki untuk memperhatikan permasalahan korban banjir sehingga dalam memberikan bantuan, tidak melulu logistik.

programbaznas

Page 20: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

18 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Kendaraan itu diberi nama “Motor Pintar.” Bentuknya sepeda motor dengan tambahan kotak yang diletakkan di jok pembonceng. Di kotak

itulah diletakkan buku-buku bahan bacaan untuk masyarakat terpencil.

Pekan lalu, SIKIB memercayakan satu unit motor pintar untuk diberikan kepada BAZNAS, bersinergi dengan Program Indonesia Cerdas. Koordinator SIKIB, layly Nuh menyerahkan kepada Teguh waluyo, pengelola Rumah Pintar Pijoengan Yogyakarta disaksikan Kepala

Sikib Serahkan banTuan moTor PinTarDivisi Pendayagunaan dan Pendistribusian, Faisal Qosim.

“Motor Pintar” ini akan digunakan untuk melayani masyarakat yang berada di lereng pegunungan, diantara Kabupaten gunung Kidul dan Kabupaten Sleman. Motor ini akan mengunjungi Pos Yandu, Taman Kanak-kanak yang wilayahnya jauh dari lokasi rumah pintar.

“Motor Pintar” ini juga digunakan untuk pelayanan di daerah yang mengalami bencana seperti gunung meletus, gempa bumi, angin puting beliung di wilayah Yogyakarta.

Bantuan motor pintar ini merupakan kali kedua diterima BAZNAS, setelah tahun 2010 lalu. Motor pintar diserahkan untuk melangkapi program Rumah Pintar BAZNAS di Banyumelek, NTB. Kerja sama dengan SIKIB telah berlangsung sejak tsunami Aceh tahun 2004 dan terus berlangsung hingga saat ini.

Minimnya fasilitas pendidikan, terutama buku di kawasan terpencil mengundang perhatian Persatuan Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).Dirancanglah sebuah kendaraan bermotor yang bisa lincah menjangkau daerah sulit seperti pegunungan, namun dapat memuat banyak buku.

PerhimPunan bmT Seluruh indoneSiaSiaP berSinergi Para pengurus Perhimpunan Baitul Maal wa

Tamwil (BMT) Indonesia mengingatkan pentingnya sinergi dengan organisasi pengelola zakat untuk mengatasi program kemiskinan. M. Burhan Nl dari BMT Safina Klaten mengatakan, BMT bersama BAZNAS yang memiliki kepanjangan tangan di daerah seluruh Indonesia, dapat bersama-sama menghidupkan usaha kecil masyarakat muslim. Yaitu masyarakat kecil bisa memperoleh modal usaha dari umat juga, bukan dari rentenir.

Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. Didin Hafidhuddin mengatakan, misi ‘wa tamwil’ pada program-program BMT, yang membantu permodalan pengusaha kecil, berpeluang untuk melahirkan muzaki-muzaki baru.

programbaznas

Page 21: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 19

Utusan Khusus Presiden RI untuk Penanggulangan

Kemiskinan, HS Dilon, bersilaturahmi ke Kantor BAZNAS dalam mengatasi persoalan kemiskinan melalui pendayagunaan dana zakat, infak dan sedekah. Diakuinya, kendati pemerintah telah banyak berbuat, persoalan kemiskinan belum teratasi. Peran BAZNAS lebih jauh diharapkan menjadi pendamping orang-orang miskin untuk medapatkan hak-haknya.

hS dilon banTu Wujudkan TerCaPainya haSil PoTenSi ZakaT

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) sukses menghimpun dana zakat dari masyarakat

daerahnya hingga Rp75,5 miliar pada tahun 2012 atau meningkat 60 persen dari penghimpunan tahun sebelumnya.

Ketua BAZNAS Sumbar, Prof. Dr. H Syamsul Bahri Khatib mengatakan, meningkatnya penghimpunan zakat di Sumbar adalah karena meningkatnya secara signifikan penghimpunan zakat di tingkat

ZakaT PnS TuruT enTaSkan kemiSkinan di Sumbar

kabupaten. Pembayar zakat di daerah ini didominasi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemda dan Kementerian Agama.

Tingginya partisipasi PNS dalam menyukseskan penghimpunan ini karena adanya dukungan gubernur Sumbar yang mewajibkan PNS di lingkungan Pemerintah Daerah Sumbar untuk mengeluarkan zakat 2,5 persen dari gaji dan pendapatan lainnya setiap bulannya yang dipotong langsung oleh bendaharawan.

Aturan yang diterbitkan Pemerintah Provinsi tersebut dilengkapi dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat yang mengatur tentang ketentuan nisab zakat gaji dan honor sesuai dengan syariat Islam.

Program-program konkrit BAZNAS Sumbar dilaksanakan melalui lima program besar, yaitu Sumbar Iman dan Taqwa, Sumbar Cerdas, Sumbar Sehat, Sumbar Peduli dan Sumbar Makmur.

programbaznas

Page 22: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

20 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

berkisar antara Rp60 miliar hingga Rp120 milyar. Sejak tahun 2009 hingga November 2012 telah terkumpul dana zakat dan infak sebesar Rp5,4 miliar.

Di Kabupaten Sukabumi Didin berkunjung ke BAZNAS yang salah satu program unggulannya adalah membangkitkan usaha mikro berbasis masjid Desa Peradaban Zakat (Bumi-DPZ) dengan menggandeng pengusaha lokal. Salah satu kegiatannya adalah membentuk Pesanggrahan Domba.

Menurut Didin, Kabupaten Sukabumi adalah salah satu contoh daerah pengelolaan zakat yang baik. Daerah yang menonjol pengelolaan zakatnya, baik penghimpunan maupun pendayagunaan, salah satu sebab utamanya adalah daerah tersebut mendapat dukungan dan dorongan penuh dari kepala daerah.

Ketua Umum BAZNAS juga bersyukur bahwa masih ada kelompok profesional dan pengusaha muda yang suka berzakat. Karena salah satu hikmah zakat adalah membentuk karakter etika kerja, yaitu hanya mau mencari rezeki yang halal. Yang juga ditekankan adalah bahwa pengusaha tidak akan rugi atau pailit dengan berzakat.

Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin saat menyerahkan zakat secara simbolis kepada mustahik, disaksikan Asisten III Pemkab Kutai Kartanegara Khaerul Fadlan.

Kunjungan dilakukan ke Aceh, Bangka Belitung, Kutai

Kartanegara dan Sukabumi baru-baru ini.

Pada forum yang digelar di Kabupaten Aceh Besar, Didin menekankan perlunya penguatan kelembagaan dan kewenangan Baitul Mal dalam pengelolaan zakat. “Saya harap zakat bisa juga berfungsi sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD),”katanya

Di Aceh pengumpulan zakat meningkat setiap tahun. Tahun 2009 mencapai Rp84,5 milyar, tahun 2010 Rp87 miliar, tahun 2011 Rp100,1 miliar.

gubernur Aceh melalui Asisten III Pemprov Aceh Muzakkar,

menghimbau Baitul Mal Aceh untuk terus meningkatkan profesionalitas, transparansi dan akuntabelitasnya, sehingga diharapkan menjadi lembaga kepercayaan publik.

Di Pangkalpinang, Bangka Belitung, Didin menekankan, zakat adalah ibadah yang memiliki posisi strategis dan menentukan dalam upaya menyejahterakan masyarakat. Zakat, menurutnya, bukanlah filosofi dan teori semata. Zakat bisa menyejahterakan umat bila dikelola secara amanah dan transparan.

Saat di Kutai Kertanegara, Didin mendapati masalah yang dihadapi BAZNAS setempat yaitu belum di temukan cara yang tepat dan efektif untuk meyakinkan muzakki membayar zakatnya, terutama melalui BAZNAS.

Di Kutai sendiri, potensi riil zakat

menguaTkan Pengelolaan ZakaT daerahKetua Umum BAZNAS, Prof. Didin Hafidhuddin berkeliling ke beberapa daerah di Indonesia untuk memastikan perkembangan dan penguatan BAZNAS daerah untuk mewujudkan BAZNAS sebagai pemimpin dalam integrasi zakat nasional.

Ketua Umum BAZNAS Prof Dr KH Didin Hafidhuddin (berdiri kiri) bersama sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov. Kep. Bangka Belitung dan para mustahik (berdiri belakang).

programbaznas

Page 23: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

SIMBA

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 21

programbaznas

Undang-Undang No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat (UUPZ) memberi amanat yang cukup berat buat BAZNAS. Yaitu, BAZNAS harus menjadi koordinator pengelolaan zakat

secara nasional. Peran ini memberi konsekwensi, BAZNAS harus memimpin jalannya proses integrasi dan sinergi baik dari segi manajemen maupun dari sisi kesesuaian syariah (shariah compliance).

baZnaS jadi PuSaT PelaPoran ZakaT naSionalmenuju imPlemenTaSi Simba

Page 24: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

22 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

programbaznas

Dalam hal manajemen, termasuk di dalamnya soal data dan informasi, BAZNAS memiliki tugas membuat laporan zakat nasional yang kemudian akan dilaporkan ke presiden. Karena jangkauannya nasional berarti BAZNAS harus mengkoordinasikan pelaporan dari BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota dan lembaga amil zakat (lAZ) seluruh Indonesia.

Tugas berat ini akan terasa ringan manakala didukung oleh lembaga pengelola zakat yang berada di bawah koordinasinya. Dalam hal pelaporan zakat, berarti, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan lAZ-lAZ harus memberi laporan tentang pengelolaan zakatnya ke BAZNAS (pusat).

Ini memang sudah merupakan kewajiban mereka seperti diatur dalam UUPZ pasal 19. Di sana ditegaskan bahwa lAZ wajib melaporkan pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang diaudit kepada BAZNAS secara berkala.

Dari pasal ini jelas bahwa yang diwajibkan UUPZ kepada lAZ adalah menyampaikan laporan, bukan menyetorkan dana zakat kepada BAZNAS. Sebenarnya di UU Zakat sebelumnya, UU No. 3/1999 pasal 9, kewajiban pelaporan ini sudah ada. Cuma, dalam praktiknya, belum bisa berjalan secara optimal karena mekanismenya tidak jelas. Nah, pada UUPZ ini, mekanisme pelaporannya sudah jelas, yaitu kepada BAZNAS.

Karena itu, menurut Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, kewajiban memberi laporan ini harus diartikansebagai bagian dari integrasi zakat. “Integrasi ini penting agar pembangunan zakat nasional terakselerasi dengan baik dan

sinergi antara BAZNAS dan lAZ, baik dari sisi penghimpunan, penyaluran, maupun pertanggungjawaban pengelolaan zakat terdorong semakin kuat,” katanya.

Integrasi itu tentu termasuk di dalamnya integrasi dalam hal pelaporan zakat. Jadi, tugas BAZNAS tidak hanya membuat laporan yang biasa, tapi laporan yang terintegrasi antara BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota dan lAZ secara nasional. Katakanlah, BAZNAS menjadi pusat pelaporan zakat secara nasional.

Jadi, dengan peran sebagai koordinator, BAZNAS menjadi pusat data dan informasi dengan cara mengimpun, mengolah dan menyajikan data pengelolaan zakat dari seluruh Indonesia melalui pengembangan sistem teknologi informasi online, melakukan publikasi pengelolaan zakat nasional melalui berbagai fitur dan media serta aktif melakukan kebijakan zakat nasional.

Memang harus ada suatu sistem untuk tersusunnya laporan zakat nasional yang terintegrasi. Menurut Manajer Koordinator Zakat Nasional (KZN) BAZNAS Noor Aflah, karena jumlah BAZNAS baik provinsi maupun kabupaten/kota itu banyak, Yaitu 34 provinsi dan 507 kabupaten/kota, maka diperlukan suatu sitem manajemen informasi. “Tanpa sistem akan sulit untuk membuat laporan zakat nasional yang terintegrasi. Karena itu, disusunlah Sistem Manajemen Informasi BAZNAS (Simba),” katanya.

Simba merupakan sebuah sistem yang bisa memfasilitasi pengumpulan data dan informasi, misalnya tentang jumlah muzakki dan mustahik. “Jadi, data dan informasi yang ada dalam pengelolaan zakat nasional baik dari badan amil zakat (BAZ) maupun lembaga amil zakat (lAZ) itu dikumpulkan menjadi satu dalam Simba,”urainya.

Simba adalah sebuah sistem yang standar. Dengan kata lain, Simba ini akan menstandarkan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. Yaitu mengacu kepada standar laporan keuangan yang ada di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Khusus untuk zakat, PSAK yang jadi acuan adalah PSAK 109.

Sebelum ini, artinya sebelum BAZNAS diberi amanah sebagai koordinator pengelolaan zakat nasional, sebenarnya BAZNAS telah membuat sistem sendiri. Selain itu, BAZNAS juga pernah memanfaakan sistem dari luar, seperti Sistem Zakat Indonesia (Simzaki), yang dibuat oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).

Namun, kata Noor Aflah, ketika sistem-sistem itu diterapkan untuk kepentingan pengelolaan data dan informasi yang ada di BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan lAZ seluruh Indonesia, ternyata dari segi aplikasi tidak bisa. “Sudah mentok karena banyak kendalanya,” jelas Noor Aflah.

Simba merupakan sebuah sistem yang bisa memfasilitasi pengumpulan data dan informasi, misalnya tentang jumlah muzakki dan mustahik. “Jadi, data dan informasi yang ada dalam pengelolaan zakat nasional baik dari badan amil zakat (BAZ) maupun lembaga amil zakat (LAZ) itu dikumpulkan menjadi satu dalam Simba,”

Page 25: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 23

Lampirkan Bukti Setor Zakat pada SPT Tahunan Anda

badanamilzakat @baznasindonesia www.baznas.or.id

Info lebih lanjut hubungi: 021-390 4555 atau 08707 7373 555

INGIN PAJAK ANDA

Page 26: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

24 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

ZakaT menumbuhkan biSniSSekecil apapun sebuah perusahaan, jika ia dikelola secara profesional dan penuh ketaatan kepada perintah-perintah Allah, sehingga Allah ridha, maka perusahaan itu akan menjadi besar, bahkan menjadi terbesar di negara tempat ia beroperasi.

inspirasi

foto: ©miroslav arofich

Page 27: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 25

Hal seperti itu dialami oleh PT Armindo CaturPratama, yang

didirikan oleh Ir.H. Isnu Santoso, Ir. H. Agus Budhiarto, dan Jacob Riberu pada tahun 1992 di Desa gunung Putri, Cibinong, Bogor. Ketika mulai beroperasi (1995), perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi baja itu, punya lahan usaha hanya seluas 11.800 m2, karyawannya hanya 50 orang dan kapasitas produksinya yang berupa gorong-gorong baja dan galvanis hanya seratusan ton per bulan.

Itu terjadi karena memang bisnis ini dimulai dengan modal relatif kecil. “Ya, kami menjalankan usaha ini awalnya karena nekad saja bondo nekadlah. Untuk mendapatkan modal, kami mem-borg-kan rumah kami bertiga ke bank,” kata Budhiarto.

“Itu pun, tidak mudah mendapatkannya. Sebab, oleh bank, orang pribumi dianggap tak bisa berbisnis. Oleh pengusaha pribumi, uang yang ada umumnya digunakan untuk konsumtif, bukan

untuk pengembangan usaha. Maka, oleh bank kami dijadikan kelinci percobaan,” kata Isnu menambahkan.

Budhiarto dan Isnu adalah teman satu kampus. Mereka sama-sama kuliah di Universitas Trisakti, Fakultas Teknik Sipil, tapi berbeda angkatan. Setelah lulus dari sarjana mudanya, Isnu sibuk berbisnis. Sehingga ia baru kuliah kembali ketika Budhi mau menempuh ujian akhir. Setelah lulus, mereka berpisah. Budhi bekerja di PT Adhi Karya, Isnu di perusahaan konstruksi baja Bakrie Brothers. Tapi, kemudian mereka bertemu di Bakrie Borthers. Ini pun karena Budhi diajak oleh Isnu, setelah Budhi bekerja 4 tahun sebagai kontraktor. Ketika itu, Jacob sudah bekerja di Bakrie Brothers. Di sana mereka membangun pertemanan.

Mereka benar-benar kompak. Buktinya, ketika Isnu memutuskan keluar dari Bakrie untuk membangun usaha, Budhi dan Jacob menyetujuinya. Mereka keluar dari

Bakrie, ketika Tantri Abeng masuk ke Bakrie melakukan perubahan manajemen. “Organisasinya kan diubah. Dengan perubahan itu, ada kemungkinan, hari ini kami manajer, besok hari kami tidak punya jabatan apa-apa,” kata Isnu yang saat mau keluar sudah mencapai jabatan senior manager.

Kekompakan yang sudah tumbuh ketika di Bakrie Brothers ini mereka perkuat saat menjalankan Armindo Mereka berada pada jabatan masing-masing sesuai dengan kemampuan dan karakternya. Budhi menjadi direktur operasional, Isnu menjadi direktur marketing, dan Jacob jadi direktur keuangan dan HRD.

Jacob yang non-muslim tak menjadi halangan bagi Budhi dan Isnu untuk bekerja sama. Mereka menjaga toleransi, saling menghormati, dan saling berkorban demi tumbuhnya perusahaan. Dengan segala keterbatasan yang ada, mereka membangun perusahaan ini dengan membangun

inspirasifoto: ©miroslav arofich

Page 28: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

26 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

“Kami sadar, kami mendapatkan seperti ini karena ridha Allah. Dan kami juga sadar, keuntungan yang kami dapatkan, tidak hanya milik kami sendiri, tapi ada hak orang lain. Maka, kita harus saling berbagi melalui zakat.”

sumber daya manusia (SDM).-nya “Kalau manusianya sudah terbangun dengan baik, segala sesuatunya akan berjalan dengan baik,” tegas Budhi.

Pembangunan SDM yang dilakukan Armindo tidak hanya dari sisi skill, tapi juga dari sudut moral. Yang sifatnya skill, Armindo melakukannya melalui pembalajaran sistem manajemen ISO dan sistem keselamatan kerja karyawan. Sedangkan yang sifatnya akhlak atau sikap, Armindo melakuannya lewat latihan-latihan outband atau latihan internal lainnya. Selain itu, SDM juga diberi sarana dan prasarana untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Satu fasilitas yang cukup membanggakan, khususnya bagi SDM muslim adalah adanya masjid yang refresentatif yang didesain oleh tim Armindo sendiri, hasil diskusi para karyawan, bukan usulan direksi. lewat masjid yang dibangun tahun 2012 itu, selain melakukan shalat berjamaah, para karyawan juga melakukan berbagai kegiatan keagamaan, seperti pengajian bulanan dengan

mendatangkan dai-dai, seperti Arifin Ilham, Yusuf Mansyur, dan KH Didin Hafidhuddin. Para karyawatinya juga aktif dengan membentuk Khairunnisa.

Dengan upaya-upaya itu Armindo kian tumbuh. Kini lahan usahanya jadi 20 ha. Product-nya tidak hanya gorong-gorong baja, tapi juga tower, dengan kapasitasnya menjadi 4200 ton per tahun serta galvanis (anti karat) dengan kapasitasnya 5000-an ton per bulan. Pada tahun 2012 omsetnya Rp500-an miliar. Pada 2013 ini, omsetnya ditargetkan mencapai Rp800-an miliar.

Menurut Isnu, peningkatan itu terjadi, sebenarnya bukan hanya karena adanya berbagai upaya tadi, tapi karena adanya ridha Allah Swt. “Kami sadar, kami mendapatkan seperti ini karena ridha Allah. Dan kami juga sadar, keuntungan yang kami dapatkan, tidak hanya milik kami sendiri, tapi ada hak orang lain. Maka, kita harus saling berbagi melalui zakat, “katanya.

Armindo memang sangat concern dengan berbagi ini. Mereka punya budget zakat penghasilan rata-rata mencapai Rp1,8 miliar. Yang sekitar 50%-nya dipercayakan kepada BAZNAS yang sudah

bekerja sama dengan Armindo sejak 2010. Bagian zakat lainnya dikelola sendiri untuk kegiatan CSR, seperti di Yogyakarta, dan Bogor (Hambalang).

Kegiatan keagamaan, seperti pengajian dan pembayaran zakat, muncul signifikan di Armindo karena Budhi dan Isnu berasal dari keluarga muslim yang taat. Ketika di Yogyakarta, Budhi hidup dalam lingkungan orang tuanya yang suka menjadi panitia Qurban dan zakat fitrah. Yang disampaikan kedua orang tuanya pasti yang berhubungan dengan zakat dan qurban karena mereka berzakat dan berqurban. Pesan ibunya yang selalu dia ingat adalah,” Kamu harus jadi muslim yang baik yang bisa saling berbagi, yang bisa mengangkat derajat manusia lain”.

Begitu pula Isnu. Dia lahir dari keluarga yang rajin mengikuti pengajian. Sampai sekarang, di rumah orang tuanya itu selalu ada pengajian bulanan. Bahkan, terbentuk perkumpulan pengajian untuk keluarga. Selain pengajian itu, yang sangat mendorong Isnu berbagi adalah ayahnya mewakafkan masjid untuk masyarakat sekitarnya.

inspirasi

Isnu Santosa Agus BudhiartoDua pendiri Armindo

Page 29: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 27

agenda

Mei 2013

StadiumGeneral

SKSS

9-11 Mei 201324

Parentingbersama

Elly Risman

AGENDA BAZNAS

30Juni 2013

Kampanye Ramadhan bersama Presiden RITarhib Ramadhan

23Juli 2013

Hari Anak NasionalAyo Berbagi

Talkshow di RadioGerakan berinfak

siswa SD-SMA

18Juli 2013

Buka PuasaBersama Kadin

23-25Juli 2013

Orphan Camp

24Juli 2013

buka puasabersama

anak yatim

Page 30: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

28 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

kolaboraSi ZakaT & Pajak di arab Saudi

Bila secara umum tujuannya sama, alangkah baiknya zakat

dan pajak dikelola dalam satu atap. Dengan cara ini, zakat dan pajak bisa berkolaborasi dalam upaya mencapai masyarakat yang sejahtera. Nah, pengelolaan yang satu atap ini, ada di Arab Saudi.

Di Arab Saudi, zakat dan pajak dikelola di bawah kementerian keuangan. Untuk keperluan ini, maka dibentuklah badan khusus bernama Maslahat Az-Zakat wa Ad-Dakhl atau Departement of Zakat and Income Tax (Badan Zakat dan Pajak). Dengan demikian, di Arab Saudi zakat dan pajak benar-benar sudah seperti saudara.

Direktur Badan dan Zakat Arab Saudi Ibrahim bin Muhammad Muflih menjelaskan tentang tugas dan fungsi badan ini kepada Ketua Umum BAZNAS Prof. DR. KH Didin Hafidhuddin selaku Sekjen world Zakat Forum (wZF) dan rombongan saat melakukan kunjungan ke Riyadh Arab Saudi pada 20-21 Mei 2012 lalu. Tugas dan fungsi dari Badan Zakat dan Pajak itu garis besarnya adalah:

Pertama, melakukan pengumpulan zakat dan pajak dari pihak-pihak yang diwajibkan untuk membayarnya. Pembayaran zakat (2,5%) sifatnya wajib bagi perusahaan Arab Saudi dan pajak (20% atau sesuai dengan perjanjian bilateral Penghindaran Pajak Berganda) diwajibkan kepada perusahaan asing yang melakukan kegiatan usaha/bisnis di Arab Saudi.

Kedua, memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian dan pengecekan atas harta kekayaan perusahaan dan jumlah zakat yang wajib ditunaikan atau nilai pajak yang harus dibayarkan ke kas negara.

Ketiga, tidak memiliki kewenangan untuk menagih zakat dari perorangan/individu. Bagi

Zakat dan pajak sama-sama bertujuan ingin menyejahterakan masyarakat. Bedanya, zakat merupakan kewajiban agama yang sangat penting artinya bagi kesejahteraan umat (Islam). Sedangkan pajak merupakan kewajiban Negara yang sangat penting artinya untuk pembangunan bangsa.

dunia zakat

foto: ©miroslav arofich

Page 31: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 29

perorangan/individu, kewajiban zakatnya diserahkan kepada masing-masing individu.

Keempat, hanya memiliki kewenangan pengumpulan atau pemungutan. Dalam penyalurannya, untuk zakat disalurkan khusus kepada delapan asnaf sebagaimana ketentuan syariat melalui Kementerian Sosial Arab Saudi yang berkewenangan membiayai pengeluaran keamanan sosial. Sedangkan penerimaan pajak masuk ke dalam rekening penerimaan pajak.

Dengan demikian jelas, setiap individu memang diwajibkan membayar zakat. Tapi ia boleh menyalurkan zakatnya langsung kepada mustahiknya atau melalui yayasan sosial. Jika sudah membayar zakat, ia tidak ditarik pajak lagi. Dana pajak akan digunakan untuk membiayai kelangsungan negara, sedangkan dana zakat akan disalurkan melalui Departemen Sosial sesuai dengan peruntukaannya, yaitu yang delapan asnaf itu.

Berbeda dengan zakat individu, zakat perusahaan harus dibayarkan melalui Badan Zakat dan Pajak itu. Setiap perusahaan yang telah membayarkan zakatnya akan mendapatkan sertifikat tanda telah membayar zakat. Sertifikat ini akan memudahkan perusahaan itu untuk memperpanjang izin usahanya. Yang tidak memiliki sertifikat berarti perusahaan itu tidak membayar zakat. Maka, izin usahanya tidak diperpanjang lagi.

Bagaimana dengan perusahaan yang pemiliknya non muslim atau asing? Mereka tentu tak wajib membayar zakat. Yang diwajibkan kepada mereka adalah membayar pajak. Jadi jelas, zakat itu dibayarkan oleh perusahaan milik muslim, sedangkan pajak dibayar oleh perusaahaan non muslim.

menghimpun dana zakat dan pajak ini mentransfer dana tersebut ke rekening milik Badan Moneter Harian Arab Saudi untuk kemudian didistribusikan kepada yang membutuhkannya.

Melihat begitu berkembangnya pengeloaan zakat di Arab Saudi, kata M. Fuad Nasar, MSc (Sekretaris BAZNAS), Indonesia masih perlu belajar dari negara lain, termasuk dari Arab Saudi. Ini unuk mewujudkan pusat data dan informasi zakat nasional yang terintegrari sesuai dengan maksud Undang-Undang No. 23 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Selain itu juga untuk mewujudkan sinergi atau intergrasi pembayaran pajak dan zakat.

Pembayaran zakat yang seperti ini memastikan bahwa kewenangan resmi untuk menghimpun zakat hanya ada pada pemerintah. Ini seperti pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada masa itu, pengumpulan zakat berada di bawah kewenangan negara. Peran negara ini tegas dalam pengelolaan zakat.

Pengelolaan zakat oleh Badan Zakat dan Pajak ini, terutama dalam hal pengumpulan zakat dan pajak telah menggunakan online system. Mereka punya pusat data dan informasi yang lengkap dengan dukungan Information and Communication Technology (ICT).

Dengan dukungan ICT ini terjadi peningkatan penerimaan zakat yang signifikan. Pada 2012, kenaikannya ini mencapai 18 % atau jumlahnya menjadi 23,3 miliar SAR. Ini terdiri dari penerimaan zakat perdagangan yang lebih dari 11 miliar SAR dan pendapatan dari penghasilan kena pajak perusahaan-perusahaan asing mencapai 12 miliar SAR. Kenaikan ini terjadi juga karena tumbuhnya perekonomian Arab Saudi tahun 2011.

Kementerian Keuangan Arab Saudi yang membawahkan Badan Zakat dan Pajak memperkirakan, aset potensial yang wajib dikenakan zakat sebesar 450 miliar SAR. Kementerian ini berencana akan meningkatkan infrastrukturnya dengan membuka lima kantor cabang baru di Jazan, Najran, Arar, dan Al-Jouf. Tidak hanya itu, Arab Saudi juga telah menandatangani 31 perjanjian dengan negara-negara asing untuk upaya menghindari pajak berganda.

Setelah berhasil membukukan penerimaan zakat dan pajak yang tinggi, kementerian yang

dunia zakat

foto: ©miroslav arofich

Page 32: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

30 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Islam kini menjadi agama nomor 2 terbesar di dunia, sehingga

di banyak belahan bumi yang dihuni manusia ini, insya Allah telah berkumandang azan dan ayat suci Al Qur’an. Jumlah ini tentu sangat membanggakan Rasulullah Saw yang dulu mendakwahkan Islam dari satu orang ke satu orang lainnya, meskipun secara kualitas sebagian besar masih jauh dari ajaran Rasulullah Saw. Berkembangnya Islam ke seluruh penjuru bumi ini tak lepas dari antusiasme umat, dimulai sejak zaman para sahabat, yang melaksanakan ajaran Islam secara kaffah dan mendakwahkannya setiap saat kepada siapa saja, melalui ucapan maupun perbuatan mereka.

Antusiasme itu tercermin setiap kali turun ayat Al-Quran, merekalah orang-orang

opini

anTuSiaS berdakWah

melalui ZakaT

pertama yang berlomba-lomba untuk melaksanakan dan menyebarkannya. lihat pula bagaimana sikap para sahabat ketika Rasulullah Saw menyerukan infak untuk perjuangan fi sabilillah. Abu Bakar membawa semua harta miliknya sejumlah 4.000 dirham, sekitar Rp. 200 jutaan pada masa sekarang . Ketika Rasulullah Saw menanyakan apa yang ditinggalkan untuk keluarganya, Abu Bakar menjawab, “cukup Allah dan RasulNya.” Sehingga Rasulullah Saw pun bersabda,” Tidak ada harta yang paling bermanfaat bagiku sebagaimana bermanfaatnya harta Abu Bakar”. (HR Abu Da-wud dan Tirmidzi)

Tak mau kalah, Umar datang dengan menyerahkan setengah dari keseluruhan hartanya.

Utsman telah menyerahkan kepada Jaisul Usrah dalam Perang Tabuk sejumlah 940 ekor unta ditambah dengan 60 ekor kuda untuk membulatkan jumlah menjadi seribu ekor. Beliau juga membawa 1.000 dinar emas, setara 2.2 milyar rupiah dalam pakaiannya. Kafilah dagangnya yang hendak berangkat ke Syam 200 ekor unta termasuk barang dagangannya dia keluarkan sedekahnya. Masih belum cukup, Utsman juga memberikan 100 ekor unta dan 1000 dinar emas. Rasulullah Saw pun ber-sabda, “Ya Allah, ridhailah Utsman, sesungguhnya aku telah ridha padanya.”

Abdurahman bin Auf, membawa 200 uqiyah perak, senilai Rp300 jutaan. Bagi yang memiliki sedikit harta pun tak rela untuk tidak berinfak fi sabilillah, mereka

foto: ©donang wahyu

Page 33: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 31

Emmy HamidiyahSekretaris BAZNAS

berinfaq semampunya. ‘Ashim bin Adiy membawa 70 wasaq kurma, ada yang membawa dua mud bahkan satu mud kurma, tidak satu pun para sahabat Nabi yang tidak memberi kecuali kaum munafik.

Setelah era sahabat Rasulullah yang mulia, perkembangan Islam terus dilakukan oleh para tabiin, salafussaleh yang melaksanakan dan mendakwahkan ajaran Islam dengan penuh antusias. Mereka mengunjungi daerah-daerah yang jauh untuk memperkenalkan Islam melalui pengajaran Al Qur’an, hadis dan melalui perilakunya sehari-hari, termasuk berzakat dan berinfak yang membuat masyarakat jatuh hati dengan kedermawanannya dan tergerak untuk masuk Islam. Penyebaran Islam yang jauh dari pertumpahan darah, yang penuh kedermawanan ini membuat Islam semakin diakui kebenarannya sebagai Rahmatan lil alamiin. Hingga hari ini Islam telah menjadi agama yang dipeluk oleh hampir 2 miliar manusia

Sayangnya, perkembangan Islam di Indonesia, justru mengalami penurunan. Akhir-akhir ini, ketika di Amerika dan Eropa orang berbondong-bondong beralih ke Islam, di Indonesia prosentase penduduk yang beragama Islam semakin menurun. Dari 92%, kini tinggal 85%. Itu baru dari sisi jumlah, belum dari sisi kualitas. Dari sisi kualitas, yang mengerjakan shalat lima waktu secara rutin mungkin tak

opini

sampai dari separuhnya. Sungguh memprihatinkan. Dakwah yang terus dilakukan, ternyata tak mampu membentengi umat agar tetap konsisten menjadi muslim. Diperlukan strategi dakwah yang berbeda agar umat mengenal ajaran Islam, meyakininya sebagai agama yang paling baik dan benar serta mengamalkannya secara kaffah dengan penuh antusias.

Pada masa ini, ketika umat sudah apatis pada khutbah dan ceramah, ketika keteladanan dari ulama sudah tidak banyak lagi, dakwah yang paling efektif adalah dakwah bil hal. Zakat adalah ajaran Islam yang sangat strategis untuk menjadi alat dakwah. Dengan zakat, Islamlah agama yang sesungguhnya mengajarkan cinta kasih, kepedulian terhadap sesama, kasih sayang kepada si lemah, kesetaraan, kesejahteraan dan kedamaian di alam semesta.

BAZNAS sebagai lembaga yang didirikan khusus untuk mengelola zakat di Indonesia, adalah lembaga yang sangat tepat untuk menjadi pusat dakwah ini. BAZNAS di setiap tingkatan baik nasional, provinsi dan kota/kabupaten termasuk UPZ baik yang di masjid maupun non masjid, idealnya menjadi tempat umat mendapatkan pencerahan dan ketenteraman Islam.

Setiap amil sejatinya adalah pendakwah, yang idealnya harus menjadi rujukan umat

dalam menjalankan ajaran Islam khususnya zakat, infak dan sedekah. Sebagaimana antusiasme para sahabat untuk menyebarkan ajaran Islam, antusiasme amil untuk mendakwahkan kwajiban zakat dan anjuran infak/sedekah harus merasuki sel-sel tubuhnya. Seperti para mujahid yang terus berjuang membela dan menegakkan ajaran Islam, amil harus terus menyampaikan hikmah zakat, infak, sedekah setiap saat, kepada setiap orang, terus-menerus tanpa rasa bosan. Dan yang lebih utama, melalui dana zakat, infak, sedekah yang terhimpun, amil harus antusias menyalurkankannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Alangkah idealnya ketika UPZ dan BAZNAS bisa menjadi rumah penyelamat bagi umat yang kelaparan, perlu bantuan biaya sekolah, biaya berobat saat sakit, saat ingin terlepas dari lilitan utang, atau rumah penyelamat bagi muallaf yang terusir. Juga rumah pendukung bagi muallaf dan umat yang ingin menambah keimanannya, serta bagi setiap perjuangan menegakkan asma Allah di bumi ini. Ketika fungsi ideal BAZNAS ini tercapai, insya Allah umat Islam Indonesia pun akan kembali, percaya diri memeluk agama Islam yang mulia.

“Setiap amil sejatinya adalah pendakwah, yang idealnya harus menjadi rujukan umat dalam menjalankan ajaran Islam

khususnya zakat, infak dan sedekah. Sebagaimana antusiasme para sahabat untuk menyebarkan ajaran Islam, antusiasme

amil untuk mendakwahkan kewajiban zakat dan anjuran infak/sedekah harus merasuki sel-sel tubuhnya.”

Page 34: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

32 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Pendidikan formalnya hanya sampai kelas 2 sekolah dasar

(SD), tetapi keahliannya dalam berbagai bidang, seperti agama, sastra, dan politik, benar-benar mumpuni. Sehingga, ia dikenal sebagai seorang ulama, satrawan, sejarawan, dan politikus. Jasa dan karya-karyanya juga dihargai. Sehingga, ia mendapatkan berbagai perhargaan, seperti Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar, Kairo dan Universitas Kebangsaan Malaysia, serta gelar Datuk Indono dan Pangeran wiroguno dari pemerintah Indonesia.

HAMKA bisa mencapai prestasi itu karena ia seorang pembelajar mandiri (otodidak) berbagai ilmu pengetahuan, seperti agama,

filsafat, sastra, sejarah, dan politik, baik Islam maupun Barat. Minat bacanya sudah tumbuh sejak kecil. Ketika ia bersekolah di Thawalib atas kemauan ayahnya, ia lebih senang berada di perpustakaan milik gurunya, Zainuddin labay El Yunusy. Dia baca berbagai macam buku, lalu dia pinjam untuk dibaca di rumah.

Suatu ketika, ayahnya memergoki HAMKA tengah membaca buku-buku yang tak ada hubungannya dengan pelajaran di Thawalib, seperti buku Kaba Cindu Mato. Melihat itu, ayahnya marah. “Apakah engkau akan menjadi alim nantinya, atau menjadi tukang cerita?” kata ayahnya.

Selain membaca, dalam memenuhi keinginantahuannya

hamka ulama

yang oTodidak

Ia adalah Haji Abdul Malik Karim

Amarullah atau lebih dikenal dengan

julukan HAMKA. Putra sulung dari tujuh bersaudara

ini lahir di Desa Kampung Molek,

Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari

1908. Ia dibesarkan dalam keluarga yang

taat melaksanakan ajaran Islam. Ayahnya bernama Abdul Karim

Amarullah, ulama di Minangkabau,

yang akrab dipanggil Haji Rasul. Ibunya

bernama Siti Shafiyah, berasal dari keturunan seniman di

Minangkabau.

tokoh

foto: ©google.com

Page 35: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 33

itu, HAMKA juga suka dengan berkelana. Maka, ayahnya memberi gelar kepada putranya itu si “Bujang Jauh”. Pada usia 16 tahun, ia merantau ke Jawa untuk menimba ilmu tentang pergerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, RM Sorjopranoto, Haji Fachruddin, AR Sutan Mansyur dan Ki Bagus Hadikusumo. Dengan tokoh-tokoh itu HAMKA bertukar pikiran sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato.

Hanya setahun ia merantau ke Jawa. Ketika kembali di Padang Panjang (1925), ia mulai menerapkan pengalamannya dari perantauan, yaitu menulis di majalah dan berpidato. HAMKA dikritik ayahnya karena ia sudah berani berpidato padahal ilmunya belum ada. “Pidato-pidato saja adalah percuma. Isi dahulu dengan pengetahuan. Dengan pengetahuan, barulah ada arti dan manfaatnya pidato-pidatomu itu,” kritik ayahnya.

Kritik tak hanya datang dari ayahnya, tapi juga dari masyarakat. Pidato-pidatonya itu kurang diterima baik oleh masyarakat. Mereka seringkali mencemooh HAMKA sebagai “tukang pidato yang tidak berijazah” Sebagian ulama pun mengkritik HAMKA karena HAMKA belum menguasai bahasa Arab dengan baik.

Berbagai kritik itu mencambuk dirinya untuk meningkatkan kemampuannya. Intinya, ia harus memperdalam ilmu keagamaan dan bahasa Arab. Karena itu, pada 1927 ia mengambil keputusan pergi ke Mekah untuk menimba ilmu dan menunaikan ibadah haji. Ia berangkat dengan biaya sendiri dan tanpa pamit kepada ayahnya. Selama di Mekah, HAMKA bekerja di percetakan milik Tuan Hamid, putra Majid Kurdi, mertua Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Di sini

ia dapat membaca berbagai kitab klasik, buku dan bulletin Islam dalam bahasa Arab, satu-satunya bahasa yang dikuasainya.

Kemahiran berbahasa Arab inilah yang membantu HAMKA bisa otodidak. Dengan bahasa Arab yang baik, dia jadi mudah menyelidiki karya ulama dan pujangga besar, seperti Zaki Mubarak, Jurzi Jaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Husain Haikal. Dengan bahasa Arab juga ia mampu meneliti karya-karya sarjana Prancis,

Inggris dan Jerman.

HAMKA bermukim di Mekah selama 7 bulan. Tadinya ia akan menetap di sana, tapi tidak jadi. Agus Salim yang sempat bertemu HAMKA di Tanah Suci menasihatinya agar ia lebih baik kembali ke tanah air. Sebab, banyak pekerjaan yang bisa ia lakukan menyangkut pekerjaan, studi, dan perjuangan.

Ia tidak kembali ke Padang Panjang, tapi malah menetap di Medan, kota tempat berlabuhnya kapal yang membawanya pulang. Di sini ia berkarier sebagai penulis artikel dan buku.

Ia sempat kembali ke tempat kelahirannya. Itu pun karena dibujuk kakak iparnya Ahmad Rasyid Sutan Mansyur.

Tapi setelah setahun menetap di Sungai Batang, HAMKA kembali merantau, ke Medan.

Di Medan, ia kembali melanjutkan aktivitasnya sebagai penulis Tasauf Modern, dan Falsafah Hidup.

Selain menulis, HAMKA juga aktif di Muhammadiyah. Dia terpilih menjadi Ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada 1946. Pada 1953 ia dipilih sebagai penasihat PP Muhammadiyah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Prof Dr. Mukti Ali melantiknya sebagai Ketua Umum

Majlis Ulama Indonesia (MUI). Tapi, pada April 1981 HAMKA mengundurkan diri dari MUI karena mempertahankan prinsip tentang haramnya merayakan hari natal bagi umat Islam. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 24 juli 1981, HAMKA berpulang ke Rahmatullah.

Karena Buya HAMKA teguh memegang prinsip yang diyakininya, ia jadi seorang ulama yang disegani. Sikap independennya ini tidak hanya ia tunjukkan saat jadi Ketua Umum MUI, tapi juga pada zaman Soekarno. Ketika itu, ia berani mengeluarkan fatwa haram menikah lagi bagi Presiden Soekarno. Ini membuat Soekarno marah besar. HAMKA juga terus mengeritik kedekatan pemerintah dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Maka, akhirnya ia dijebloskan ke penjara di Sukabumi oleh Soekarno.

tokoh

Karena Buya HAMKA teguh memegang prinsip yang diyakininya, ia jadi seorang ulama yang

disegani. Sikap independennya ini tidak hanya ia tunjukkan saat jadi Ketua Umum MUI, tapi juga

pada zaman Soekarno.

Page 36: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

34 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

kiprah

rumah PinTar - baZnaSmandirikan yaTim dan dhuafa

Pendidikan hidup mandiri tidak hanya dapat diraih dari pendidikan formal di sekolah bergengsi. Tapi, bisa juga diperoleh dari pendidikan informal di sekolah sederhana bantuan dana zakat, seperti “Rumah Pintar” yang berada di pinggir danau nan elok di Desa Tamansari, Ciapus, Bogor, binaan BAZNAS.

foto: ©miroslav arofich

Page 37: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 35

kiprah

Hal itu diakui oleh salah seorang alumninya, Hana

Akmalia (19). Menurut dia, di “Rumah Pintar” anak-anak yatim didorong mandiri, tidak boleh menunggu belas kasihan orang lain. caranya siswa diberi berbagai keterampilan, seperti memotret, memandu acara (MC).

Dari berbagai keterampilan itu, Hana lebih menekuni bidang MC. Akhirnya, MC menjadi salah satu keahlian yang dapat digunakan untuk mencari nafkah. Ia juga jadi guru taman kanak di “Rumah Pintar” itu sejak 2012.

“Rumah Pintar” didirikan pada 2010 oleh Baban Sarbana. Dana awalnya diambil dari gajinya ketika ia bekerja sebagai manajer pemasaran di perusahaan swasta bidang IT di Jakarta. Dia pernah kuliah di IPB jurusan Komputer setelah meraih S1dari Unpak Bogor, ia dapat beasiswa S2 dari Menpora untuk kuliah di UI. Dan berhasil menggondol gelar S2 bidang Leadership Strategy.

Baginya, “Rumah Pintar” adalah praktik atau penerapan ilmu yang diperolehnya dari UI. “Dengan ilmu yang sama, teman teman saya memilih bekerja di pemerintah. Tapi, saya terpanggil untuk membangun masyarakat dhuafa tempat kelahiran saya,” kata Baban yang lahir 38 tahun lalu di Desa Tamansari, Ciapus, Bogor.

Untuk mengembangkan kegiatan sosialnya, Baban membangun jaringan dengan membentuk yatimonline.com. Dia bekerja sama dengan sejumlah donatur atau lembaga pengelola zakat. Sejak bekerja sama dengan BAZNAS (201I), “Rumah Pintar” tumbuh. Jumlah siswanya yang tadinya 30 orang menjadi 50 orang ditambah 16 orang siswa taman kanak-kanak (TK), dan

bangunannya pun lebih nyaman untuk belajar.

Menurut Baban, agar tidak habis begitu saja dana operasional dari BAZNAS setiap tahun digunakan untuk membentuk karakter para siswa, misalnya kemandirian dan kepedulian kepada dhuafa. Dari pendanaan lain, ia membentuk Kelompok Usaha Budaya Pintar Dhuafa (Kubid) untuk para ibu anak yatim. Mereka diberi pinjaman mulai Rp500 ribu sampai Rp2 juta untuk usaha-usaha kecil, seperti berjualan ikan asin menjemur sendiri sampai bisa membuka warung kecil.

Usaha ini sudah berjalan setahun dan lancar. Pinjaman dikembalikan melalui sarana cilawi (cicilan awi). Yaitu, cicilan sebesar Rp2000 per hari yang dimasukkan ke dalam bambu. Setelah dua minggu, cilawi itu ditagih oleh siswa “Rumah Pintar”. “Dari kegiatan menagih itu, para siswa akan belajar berwirausaha karena mereka akan bertanya langsung ke pelaku usaha,” kata Baban

lewat “Rumah Pintar” ini akan lahir siswa yang punya visi. Yang untuk mencapainya mereka harus melanjutkan kuliah, seperti yang dilakukan anak kembar Yoga dan Yogi, yang masuk ke “Rumah Pintar” pada 2010 bersamaan dengan Hana. Yoga, ingin jadi pengusaha di bidang peternakan, maka ia kuliah di Universitas Sudirman (Unsoed) Purwekerto, jurusan peternakan. Ia baru duduk di tingkat I. Sedangkan Yogi, ingin jadi guru olah raga kuliah di tingkat I Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Penidikan (STKIP), Bandung. Yogi pun baru duduk di tingkat I.

Yoga saat ini menjadi anak asuh seorang donator. Dia berharap, Yoga tidak berubah pikiran untuk

menjadi pengusaha setelah ia menamatkan pendidikannya di Unsoed. Sebab, Baban telah mempersiapkan pekerjaan buat Yoga. “Saya sudah buatkan CV Sukses Berkah Mandiri. Begitu dia lulus, dia bisa jadi direktur utama,” katanya.

Siswa Rumah Pintar diedukasi tidak hanya dengan teori, tapi juga dengan keteladatan. Tiga anak tadi, yaitu Hana, Yoga, dan Yogi, menurut Baban, lebih efektif mendidik siswa lainnya dari pada sekadar teori. Selain itu, Baban juga bisa jadi teladan. Sebab, dia bisa jadi sarjana dari ibu seorang tukang bakwan dan ayah seorang petani yang tidak tamat SD. “ Kalau saya lahir dari keluarga kaya, mungkin mereka tidak terlalu tersentuh,” jelasnya.

Bagi ayah dua anak ini, bekerja memberdayakan yatim dan dhuafa merupakan bekal untuk akhirat.

Baban SarbanaPendiri yatimonline.com

foto: ©miroslav arofich

Page 38: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

36 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Bapak, boleh enggak setelah

lulus, Mas masuk Pondok

Pesantren Gontor?

Memang, tak sedikit orang tua yang tak tega melepas anaknya jauh-jauh ke luar kota untuk mengecap pendidikan di pesantren. Mereka khawatir, anaknya menderita karena aturan-aturan ketat yang ada di pesantren.

Padahal faktanya, banyak pondok pesantren yang mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang ikut serta dalam membangun negeri tercinta ini. Salah satunya adalah Pondok Modern Darussalam gontor (PMDg). Pondok pesantren yang

daTang ke PeSanTren gonTormau Cari ilmu?

Pertanyaan ini diajukan seorang anak kelas 6 Sekolah Dasar

(SD) kepada ayahnya. Tapi, ayahnya terdiam menanggapi keinginan putra sulungnya itu. Usai lulus SD, anak itu tidak diantar ayahnya ke gontor. Ya, anak itu akhirnya tak bisa menggapai impiannya untuk mondok di pesantren yang sudah kesohor sampai ke manca negara itu.

Itu terjadi, barangkali karena sang ayah merasa berat melepas anaknya yang masih terbilang kanak-kanak untuk mondok.

silaturahim

foto: gontor_foto gontor.ac.id

Page 39: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 37

didirikan 20 September 1926/ 2 Rabiul Awwal 1345 itu telah melahirkan banyak tokoh nasional. Salah satu di antaranya Ahmad Fuadi, seorang novelis.

Setelah lulus dari Kulliyatul Mualimin al-Islamiyah (KMI) PMDg pada 1992, penulis novel 5 Menara itu melanjutkan kuliah ke Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, jurusan Hubungan Internasional. lalu, ia menyabet berbagai beasiswa di luar negeri. Bahasa asing yang dikuasainya, Inggris, Arab, dan Perancis.

Kalau saja ayah tersebut mengizinkan anaknya nyantri di pondok pesantren gontor, bisa jadi anak itu akan sukses menggapai berbagai impiannya seperti Ahmad Fuadi. Bahkan lebih dari itu.

Karena itu ada baiknya, kita jalan-jalan ke gontor, ke pusatnya yang berlokasi di desa gontor, Ponorogo, Jawa Timur.

Begitu masuk pondok, pengunjung akan melewati lapangan sepak bola utama, deretan tembok asrama, menara masjid. Baru kemudian tangga utama masjid. Di dekat tangga masjid, tepatnya di tembok asrama santri baru, terpampang tulisan besar “Ke Gontor, Apa yang Kamu Cari?”

Dengan pertanyaan ini, siapa saja yang datang ke sana, seakan ditanya niatnya datang ke pondok. Mau menuntut ilmu atau mau main-main?

Untaian kata-kata itu terpampang di beberapa gedung di Pondok Modern Darussalam gontor (PMDP), baik di pondok putra maupun putri. Meski lokasi pondok putra putri itu tersebar, “resep” belajar mengajarnya sama. Yaitu, mulai pukul 4 dini hari hingga pukul 10 malam. gurunya mengenakan jas dan atau berdasi.

Santrinya bercelana panjang dan kemeja. Ketika shalat saja mereka bersarung dan berkopiah (berpeci).

Mata ajarannya selain agama, juga pengetahuan umum. Kedua ilmu ini diberikan secara berimbang. Pelajaran agama dan bahasa (Arab dan Inggris) disampaikan dengan bahasa pelajaran (tidak diterjemahkan). Dalam kesehariannya, santri diwajibkan berbahasa Arab atau Inggris, bergantian setiap minggu. Bahasa Indonesia dilarang digunakan oleh santri. Untuk santri baru, mereka masih dibolehkan berbicara dalam bahasa Indonesia selama beberapa bulan pertama. Setelah itu, mereka wajib membiasakan diri berbicara dalam bahasa Inggris/Arab.

Hal yang menarik lainnya yaitu, santri selalu antri dan lari. Mau ke kelas atau ke masjid , mereka lari atau jalan rapi berduyun-duyun. lalu, kakak kelasnya bertepuk tangan memberikan aba-aba agar mereka bersemangat dan cepat berkumpul di masjid atau kelas.

Kalau mau makan juga begitu. Mereka lari ke dapur, dan antri. Santri bisa makan di Dapur

Umum atau Dapur Keluarga (yang dikelola oleh pendiri pondok yang menyebar di kawasan pondok). Kalau makan di Dapur Umum, santri harus membawa piring sendiri-sendiri. Yang diketahui pinjam piring akan dihukum. Piring sudah disediakan, bila mereka makan di Dapur Keluarga.

Menu makannya sederhana, bukan aneka fast food. Menu sehari-hari para santri, kelakar seorang ustaz di gontor, tak pernah lepas dari sajian “sate”, yaitu sayur tewel (nangka muda), sayur tempe, dan sayur telo (ketela).

Hal-hal seperti itu saja diatur ketat apalagi soal menghadapi ujian pelajaran. Pondok membuat aturan sedemikian rupa sehingga para santri sulit mencontek. Pada semua ujian yang diadakan di pondok diatur secara baku, meja-meja dipasang secara terbalik, yaitu lacinya menghadap ke depan.

Karena begitu disiplinnya, biasanya pimpinan pondok minta kepada orang tua yang mengantarkan anak-anaknya ke pondok untuk mengikhlaskannya dididik di pondok pesantren gontor.

silaturahim

foto: gontor_foto gontor.ac.id

Page 40: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

38 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

ZakaT& reZeki

tanyajawab

2,5%ZAKAT

25%investasi

35%gaji

10%bahan baku

7.5%hutang

20%operasional

Saya adalah seorang pengusaha yang Alhamdulillah sampai saat ini telah menzakatkan 2,5% dari total order. Apakah menzakatkan 2,5% dari pendapatan kotor per bulan sudah benar? Bagaimanakah dampak zakat tersebut kepada usaha yang dijalankan? Adakah dalil-dalil yang menjelaskan tentang hubungan zakat dengan rezeki seseorang?

Kusuma Widyaka, Purwokerto

anda berTanya kami menjaWab

Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.ScKetua umum BAZNAS

Page 41: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 39

Yang Bapak lakukan dengan mengeluarkan zakat 2,5% dari pendapatan kotor sudah benar dan termasuk perbuatan utama, meskipun menurut ketentuan syara’ zakat itu dikeluarkan setelah dikurangi kebutuhan pokok Bapak beserta keluarga yang menjadi tanggungan Bapak.

tanyajawab

Apa yang telah Bapak lakukan insya Allah termasuk ke dalam kategori tathawwa’khairan (yang mengerjakan kebajikan dengan melebihkan dari ketentuan berdasarkan kerelaan dan kesadaran), sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Baqarah:158 dan 184 ,”…dan barangsiapa yang berbuat kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Swt Maha Pembalas kebaikan dan Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 158).

Adapun dampak zakat terhadap usaha yang Bapak lakukan, insya Allah akan banyak memberikan dampak positif, antara lain sebagai berikut:

1. Sesuai dengan namanya, zakat yang berarti bersuci, bersih, berkah, dan berkembang, maka insya Allah usaha dan penghasilan Bapak akan menjadi bersih, memberi berkah, dan berkembang dari waktu ke waktu.

“…Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (QS. ar-

Rum: 39)

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka…” (QS. at-Taubah: 103)

Dalam sebuah hadis (Mukhtir Ahaadits, hlm. 72 – 73), Rasulullah Saw. bersabda, “Dan sedekah itu tidaklah menambah harta kecuali akan menambah banyak. Karena itu, bersedekahlah kamu sekalian, semoga Allah Swt akan melimpahkan rahmat kepada kamu sekalian.”

2. Dengan berzakat secara teratur, insya Allah Bapak akan mendapatkan ketenangan dan kekuatan batin, yang dengan sendirinya akan meningkatkan produktivitas di dalam bekerja dan berusaha. Dalam sebuah hadis riwayat Thabrani dan Abu Darda (Badai’us-Shan’ami. II:11), Rasulullah Saw. Bersabda:

“Bayarlah zakat kekayaan kamu sekalian, yang dengannya (dengan berzakat) kamu akan mendapatkan ketenangan batin.”

Page 42: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

40 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

memberi Umar bin Al-Khattab sebuah pemberian, namun ia berkata,”Berikan saja kepada orang yang lebih fakir dariku.” Beliau bersabda, “Ambillah, lantas kelolalah atau sedekahkanlah. Apa yang diberikan kepadamu dari harta ini sedang kamu tidak berambisi, tidak pula meminta, maka ambillah ia , dan yang tidak demikian maka jangan perturutkan jiwamu kepadanya.” (HR Muslim).

Menurut Utsaimin, “pemberian” pada hadis itu adalah pemberian atas pekerjaan Umar sebagai amil zakat karena Rasulullah Saw mengutus Umar r.a untuk mengurusi zakat. Sedangkan “tidak berambisi” dan “tidak meminta” maksudnya tidak sangat menginginkan dan tidak menuntut.

Pada bagian kandungan hadis, Utsaimin menjelaskan, soal bagian zakat ini ada yang berpendapat sebagai suatu kewajiban, maksudnya wajib menerimanya asal tidak berambisi untuk itu. Ada juga yang berpendapat sebagai anjuran karena Umar menolaknya.

Selain soal Bagian Zakat, buku ini juga mengulas panjang lebar soal makna zakat, fungsi dan manfaat zakat, kapan dan dimana zakat diwajibkan, hukum zakat, harta benda yang wajib dizakati, kadar dan waktu mengeluarkan zakatnya berdasarkan hadis-hadis sahih.

Hadis-hadis itu dijelaskan maknanya secara perkata atau perkalimat. Kemudian dijelaskan syarah hadis secara umum. Dan akhirnya, dijelaskan intisari atau kandungan hadisnya. Karena itu, buku ini perlu dibaca oleh siapa saja yang mau berzakat atau para pengelola zakat.

Itu suatu hal yang menggembirakan. Sebab, lewat kerja lAZ itu akan

banyak dana zakat yang dihimpun dan didistribusikan ke mustahiknya. Dengan demikian, kemiskinan di Indonesia yang masih jadi persoalan besar bisa segera dapat diatasi.

Moga-moga mereka ikhlas berkiprah di dunia zakat karena ingin membantu para dhuafa. Bukan karena mereka punya ambisi untuk mendapatkan bagian (penghasilan) dari aktivitas itu. Kalau itu terjadi, itu yang tidak dibolehkan, seperti yang dibahas dalam buku ini.

Pada Bab Bagian Amil Zakat (hal 354) Utsamin, penulis buku ini, membahas hadis yang diriwayatkan dari Salim bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya, Bahwa Rasulallah Saw.

Panduan berZakaT SeSuai Syariah

Potensi dana zakat yang belum dihimpun masih besar. Dari Rp217 triliun, menurut riset terbaru BAZNAS dan Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor ( FEM IPB), baru dihimpun Rp1,7 triliun oleh BAZNAS dan lembaga amil zakat (lAZ). Maka,tak mengherankan kalau kemudian bermunculan lAZ-lAZ baru.

Spesifikasi Buku Judul Buku : Sifat Zakat Nabi SawPenulis : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPenerbit : Darus sunnah PressHarga : Rp70.000

kitabah

Page 43: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 41

Mas Zaki

komik: ©cho-cco

Page 44: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

42 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

Usianya masih muda ketika ia masuk Islam, 16 tahun. Tapi, keimanannya luar biasa kokoh. Meski disiksa dengan cara badannya diikat dan disulut api oleh pamannya karena ia masuk Islam, ia tetap pada keislamannya. “Aku tidak akan kembali kepada kekufuran selama-lamanya,” tegasnya.

AZ-ZUBAIR BIN AL-AWWAM

SANG PemberANiyANG murAh hAti

sirah

foto: ©miroslav arofich

Page 45: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 43

sirah

Itulah dia Az-Zubair bin al Awwam. Dia memang memegang erat

keislammannya hingga akhir hayatnya. Ia mati syahid dibunuh pada perang Jamal dalam usia 75 tahun. Ada yang menyatakan 60-an tahun.

Sebelum hijrah, Zubair dipersaudarakan oleh Rasulullah Saw. dengan Thalhah di Mekah. Maka, setiap nama Thalhah disebut, nama Zubair juga disebut bersamanya. Begitu pula sebaliknya.

Sama seperti Thalhah, Zubair juga seorang pemberani dalam membela Islam. Keberaniannya itu telah hadir sejak kecil. Dia dikenal sangat piawi dalam memainkan pedangnya di atas tunggangan kudanya. Maka, ahli sejarah menyebutnya, pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah pedang Az-Zubair.

Suatu ketika, tersiar kabar bahwa Rasulullah Saw. terbunuh. Kaum muslimin lainnya, karena jumlahnya masih sangat sedikit, kurang berani meneliti kebenaran kabar itu. Mereka sering bersembunyi di rumah Al-Arqam.Tapi, Zubair tidak begitu. Ia malah menghunus pedangnya. Ia acung-acungkan pedangnya itu. lalu ia berjalan di jalan-jalan kota Mekah laksana badai. Padahal, ia masih sangat muda. Ia bertekad, bila berita itu benar ia akan menebas pembunuh Rasulullah Saw.itu. Pokoknya, ia berpikir bahwa ia akan menebas semua pundak orang Quraisy hingga ia dapat mengalahkannya. Atau sebaliknya, ia tewas dibunuh musuh umat Islam itu.

Ia terus berjalan dengan pedangnya itu hingga ia sampai di suatu dataran tinggi Mekah. Rasulullah Saw. yang dikabarkan terbunuh itu ternyata masih hidup. Beliau mendatangi Zubair dan menanyakan alasan dia

berada di tempat itu. Zubair menjelaskan bahwa dirinya ada di situ karena mendapat berita Nabi Saw. terbunuh. Mendengar hal itu, kemudian Rasulullah Saw. mendoakan kebaikan untuk Zubair dan keampuhan bagi pedang Zubair.

Pedangnya memang ampuh. Pada perang Khandak, dengan pedangnya Zubair bin Awwam menebas kepala Utsman bin Abdullah bin al-Mughirah beserta tutup kepalanya yang terbuat dari besi. Karena pembelaannya yang besar pada Islam, ia tak pernah ketinggalan dari satu pertempuran pun. Ia tidak pernah jera atau takut dengan luka itu, meski perang yang ia hadapi selalu mendatangkan luka pada tubuhnya. Banyaknya bekas-bekas luka pada tubuhnya menandakan kepahlawanan dan keperkasaan dirinya.

Dengan kondisinya yang seperti itu betapa tinggi kecintaannya kepada Rasululllah Saw. Rasulullah Saw. juga mencintainya. Beliau sangat membanggakan sahabatnya ini. Sampai-sampai beliau bersabda,” Setiap nabi itu mempunyai pengikut setia. Dan pengkikut setiaku adalah Az-Zubair bin al Awwam”.

Karena kesetiaannya itu, Rasulullah Saw. jauh-jauh hari sudah menyebut bahwa Az-Zubair termasuk orang yang mati syahid.

Dengan syahidnya Zubair bukan berarti ia membela Islam hanya dengan nyawanya. Selain pemberani, ia juga seorang pemurah. Kemurahan hati dan keberaniannya ini seimbang seperti dua kuda yang sepadan. Sebagai seorang yang sukses dalam mengelola perniagaannya,.kekayaan Zubair melimpah. Namun, semua itu dibelanjakannya untuk membela Islam, sehingga ia

mati dalam kondisi memiliki utang.

Zubair itu tidak hanya kaya dari pernigaannya saja, tapi juga dari upeti para penguasa yang ditaklukkannya. Tentang hal ini Mughit bin Sumarya r.a bercerita: Az-Zubair mempunyai seribu orang mamluk (penguasa-penguasa yang daerahnya ditaklukkan oleh kepemimpinan Zubair). Setiap mamluk itu mengirimkan upeti kepada Zubair secara rutin. Namun, tidak ada satu pun upeti para penguasa itu yang masuk ke rumah Zubair. Hal ini karena Zubair menyedekahkan semua harta tersebut.

Dia mampu menyerahkan nyawa dan hartanya demi membela Islam, karena tawakalnya kepada Allah Swt sangat kuat. Ia pernah berwasiat kepada anaknya, Abdullah, agar melunasi utang-utangnya. “Bila aku tidak mampu membayar utang, mintalah kepada Tuanku,” wasiat Zubair.

Abdullah menanyakan kepadanya,” Maulana mana yang Ayah maksud?”

Ia pun menjawab,” Allah,sebaik-baik pelindung dan pemberi pertolongan.”

Setelah mendapat pesan itu, Abdullah sering mengatakan,” Maka demi Allah, setiap aku terjatuh ke dalam kesukaran karena utangnya, aku selalu memohon, “wahai penolong Zubair, lunasilah utangnya.” Maka, utang itu lunas berkat pertolongan Allah Swt.

Melihat keutamaannya ini, maka wajarlah bila Az-Zubair bin al-Awwam adalah salah satu dari 10 orang sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga . Ia juga salah seorang dari enam ahli syura (orang-orang yang ikut bermusyawarah dalam pemilihan khalifah pengganti Umar bin Khaththab.

Page 46: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

44 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H

catatanzakat

Penjelasan UU menguraikan bahwa kemanfaatan berarti

pengelolaan zakat dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mustahik. Dan yang dimaksud dengan keadilan adalah pengelolaan zakat dalam pendistribusiannya dilakukan secara adil.

Realitas saat ini menunjukkan bahwa dana zakat yang berhasil dihimpun badan/lembaga pengelola zakat masih sangat kecil dibandingkan jumlah fakir miskin dan potensi yang ada. Oleh karena itu, para pengelola zakat harus dapat merumuskan, menyepakati, dan melaksanakan secara bersama-sama kebijakan pendistribusian dan pendayagunaan yang mencerminkan kemanfaatan dan keadilan.

Adalah tidak adil, bila salah satu mustahik, misalnya fakir di suatu daerah, tidak mendapatkan bagian dana zakat. Sedangkan, ada mustahik lain yang juga fakir mendapatkan bagian zakat, bahkan lebih dari satu kali dari para pengelola zakat yang berbeda.

Adalah tidak bermanfaat, bila zakat diberikan terus menerus kepada mustahik yang sebenarnya tergolong mustahik sementara, bukan mustahik permanen.

terintegrasi.

Dalam hal peta wilayah, data based itu harus bisa menjelaskan secara detail tentang nama dan alamat (by name by address) mustahik. Sedangkan dalam hal peta klasifikasi asnaf mustahik, data based itu harus mampu menjelaskan tentang kategori atau kelompok mustahik, yaitu permanen, semi permanen, dan temporer. Bahkan lebih dari itu, harus jelas, sifat-sifatnya, apakah dia seorang yang berani meminta, atau yang tak berani meminta.

Nah, data based ini harus berada di BAZNAS kabupaten/kota. Sebab, secara struktural, kabupaten/kota adalah koordinator pengelolaan zakat yang memiliki wilayah di mana mustahik berdomisili. Selain itu, bicara mustahik adalah bicara siapa dan di mana. Maka, dengan sistem pengelolaan zakat yang terintegrasi inilah diharapkan nantinya tidak ada duplikasi mustahik di seluruh Indonesia.

Dan sistem inilah yang saat ini tengah dikembangkan dan diaplikasikan di BAZNAS sebagai upaya perwujudan asas pengelolaan zakat yang adil dan bermanfaat.

KemANfAAtAN dAN KeAdilAN dAlAm PeNGelolAAN ZAKAt

Misalnya, seorang miskin yang dari segi fisik masih kuat untuk bekerja. Dia tidak harus terus menerus diberi zakat. Dalam rentang waktu tertentu, dia harus bisa beralih menjadi muzaki/munfik.

Ketidakadilan dan ketidakmanfaatan itu bisa terjadi karena tidak adanya sistem yang mampu memetakan wilayah dan klasifikasi asnaf mustahik dalam penyaluran zakat. Katakanlah, tidak ada petanya. Bisa diibaratkan, seorang yang tengah mencari saudaranya di suatu kota yang asing baginya. Kalau tidak punya peta, ia akan salah alamat, menyasar kemana-mana. Ya, bisa jadi zakat itu hanya diberikan kepada mustahik yang berani meminta (assaail), sementara mustahik yang tak minta-minta (al-mahrum), seumur hidupnya tak pernah diberi zakat.

Karena itu, demi keadilan dan kemanfaatan dalam pendistribusian zakat, dibutuhkan sebuah sistem yang mampu memetakan wilayah dan klasifikasi asnaf mustahik. Dengan dukungan Information Technology (IT) dalam bentuk Geographic Information System (GIS), perlu dibangun data based yang menggambarkan peta wilayah dan klasifikasi asnaf mustahik yang jelas dan

Teten KustiawanDirektur Pelaksana BAZNAS

Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat menetapkan bahwa asas dalam pengelolaan zakat adalah Syariat Islam, Amanah, Kemanfaatan, Keadilan, Kepastian Hukum, Terintegrasi, dan Akuntabilitas. Asas Kemanfaatan dan Keadilan merupakan asas yang secara khusus hanya terkait dengan pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

Page 47: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 45

Page 48: Majalah Zakat Edisi Maret 2013

46 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H