lp neurogenic bladder dan anemia.docx
TRANSCRIPT
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
1/26
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA DI PAV G2
RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA
1. Pengertian
Neurogenic bladderadalah suatu disfungsi kandung kemih akibat kerusakan sistem saraf
pusat atau saraf tepi yang terlibat dalam pengendalian berkemih. Keadaan ini bisa berupa
kandung kemih tidak mampu berkontraksi dengan baik untuk miksi (underactive
bladder) maupun kandung kemih terlalu aktif dan melakukan pengosongan kandung
kemih berdasar refleks yang tak terkendali (overactive bladder).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari
normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm 3darah
atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml
darah.
2. Anatomi Fisiologi
A.
Kandung Kemih (Bladder)
Kandung kemih merupakan otot, kantung berongga terletak tepat di belakang
tulang kemaluan. Kapasitas kandung kemih dewasa adalah sekitar 300 sampai 600
mL urin. Pada masa kanak-kanak , kandung kemih ditemukan dalam perut. Pada
masa remaja dan sampai dewasa ,kandung kemih mengasumsikanposisinya dalam
panggul sejati (Smeltzer & Bare, 2004).
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
2/26
Gambar 1. Bladder
(Smeltzer & Bare,, 2004)
B. Struktur otot detrusor dan sfingter
Susunan sebagian besar otot polos kandung kemih sedemikian rupa sehingga
bila berkontraksi akan menyebabkan pengosongan kandung kemih. Pengaturan
serabut detrusor pada daerah leher kandung kemih berbeda pada kedua jenis
kelamin, pria mempunyai distribusi yang sirkuler dan serabut-serabut tersebut
membentuk suatu sfingter leher kandung kemih yang efektif untuk mencegah
terjadinya ejakulasi retrograd sfingter interna yang ekivalen. Sfingter uretra
(rhabdosfingter) terdiri dari serabut otot luruk berbentuk sirkuler. Pada pria,
rhabdosfingter terletak tepat di distal dari prostat sementara pada wanita
mengelilingi hampir seluruh uretra. Rhabdosfingter secara anatomis berbeda dari
otot-otot yang membentuk dasar pelvis. Pemeriksaann EMG otot ini menunjukkan
suatu discharge tonik konstan yang akan menurun bila terjadi relaksasi sfingter
pada awal proses miksi (Japardi, 2002).
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
3/26
C. Persarafan dari kandung kemih dan sfingter
a. Persarafan parasimpatis (N.pelvikus)
Pengaturan fungsi motorik dari otot detrusor utama berasal dari neuron
preganglion parasimpatis dengan badan sel terletak pada kolumna
intermediolateral medula spinalis antara S2 dan S4. Neuron preganglionik
keluar dari medula spinalis bersama radiks spinal anterior dan mengirim akson
melalui N.pelvikus ke pleksus parasimpatis pelvis. Ini merupakan suatu
jaringan halus yang menutupi kandung kemih dan rektum. Serabut
postganglionik pendek berjalan dari pleksus untuk menginervasi organ- organ
pelvis. Tidak terdapat perbedaan khusus postjunctional antara serabut
postganglionik danotot polos dari detrusor. Sebaliknya, serabut postganglionik
mempunyai jaringan difus sepanjang serabutnya yang mengandung vesikel
dimana asetilkolin dilepaskan. Meskipun pada beberapa spesies transmiter
nonkolinergik nonadrenergik juga ditemukan, keberadaannya pada manusia
diragukan (Japardi, 2002).
b. Persarafan simpatis (N.hipogastrik dan rantai simpatis sakral)
Kandung kemih menerima inervasi simpatis dari rantai simpatis
torakolumbal melalui a hipogastrik. Leher kandung kemih menerima
persarafan yang banyak dari sistem saraf simpatis dan pada kucing dapat
dilihat pengaturan parasimpatis oleh simpatis, sedangkan peran sistim simpatis
pada proses miksi manusia tidak jelas. Simpatektomi lumbal saja tidak
berpengaruh pada kontinens atau miksi meskipun pada umumnya akan
menimbulkan ejakulasi retrograd. Leher kandung kemih pria banyak
mengandung mervasi noradrenergik dan aktivitas simpatis selama ejakulasi
menyebabkan penutupan dari leher kandung kemih untuk mencegah ejakulasi
retrograde (Japardi, 2002).
c.
Persarafan somantik (N.pudendus)
Otot lurik dari sfingter uretra merupakan satu-satunya bagian dari
traktus urinarius yang mendapat persarafan somatik. Onufrowicz
menggambarkan suatu nukleus pada kornu ventralis medula spinalis pada S2,
S3, dan S4. Nukleus ini yang umumnya dikenal sebagai nukleus Onuf,
mengandung badan sel dari motor neuron yang menginnervasi baik sfingter
anal dan uretra. Nukleus ini mempunyai diameter yang lebih kecil daripada sel
kornu anterior lain, tetapi suatu penelitian mengenai sinaps motor neuron ini
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
4/26
pada kucing menunjukkan bahwa lebih bersifat skeletomotor dibandingkan
persarafan perineal parasimpatis preganglionik (Japardi, 2002).
Serabut motorik dari sel-sel ini berjalan dari radiks S2, S3 dan S4 ke
dalam N.pudendus dimana ketika melewati pelvis memberi percabangan ke
sfingter anal dan cabang perineal ke otot lurik sfingter uretra. Secara
elektromiografi, motor unit dari otot lurik sfingter sama dengan serabut lurik
otot tapi mempunyai amplitudo yang sedikit lebih rendah (Japardi, 2002).
d. Persarafan sensorik traktus urinarius bagian bawah
Sebagian besar saraf aferen adalah tidak bermyelin dan berakhir pada
pleksus suburotelial dimana tidak terdapat ujung sensorik khusus. Karena
banyak dari serabut ini mengandung substansi P, ATP atau calcitonin gene-
related peptide dan pelepasannya dapat mengubah eksitabilitas otot, serabut
pleksus ini dapat digolongkan sebagai saraf sensorik motorik daripada
sensorik murni (Japardi, 2002).
Ketiga pasang saraf perifer (simpatis torakolumbal, parasimpatis sacral
dan pudendus) mengandung serabut saraf aferen. Serabut aferen yang berjalan
dalam n.pelvikus dan membawa sensasi dari distensi kandung kemih
tampaknya merupakan hal yang terpenting pada fungsi kandung kemih yang
normal. Akson aferen terdiri dari 2 tipe, serabut C yang tidak bermyelin dan
serabut A bermyelin kecil (Japardi, 2002).
Peran aferen hipogastrik tidak jelas tetapi serabut ini mungkin
menyampaikan beberapa sensasi dari distensi kandung kemih dan nyeri.
Aferen somatik pudendal menyalurkan sensasi dari aliran urine, nyeri dan
suhu dari uretra dan memproyeksikan ke daerah yang serupa dalam medula
spinalis sakral sebagai aferen kandung kemih. Hal ini menggambarkan
kemungkinan dari daerah-daerah penting pada medulla spinalis sakral untuk
intergrasi viserosomatik (Japardi, 2002).
Nathan dan Smith (1951) pada penelitian pasien yang telah mengalami
kordotomi anterolateral, menyimpulkan bahwa jaras asending dari kandung
kemih dan uretra berjalan di dalam traktus spiotalamikus. Serabut spinobulber
pada kolumna dorsalis mungkin juga berperan pada transmisi dari informasi
aferen (Japardi, 2002).
D.
Hubungan dengan susunan saraf pusat
a. Pusat Miksi Pons
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
5/26
Pons merupakan pusat yang mengatur miksi melalui refleks spinal-
bulber-spinal atau long loop refleks. Demyelinisasi Groat (1990) menyatakan
bahwa pusat miksi pons merupakan titik pengaturan (switch point) dimana
refleks transpinal-bulber diatur sedemikian rupa baik untuk pengaturan
pengisian atau pengosongan kandung kemih. Pusat miksi pons
berperansebagai pusat pengaturan yang mengatur refleks spinal dan menerima
input dari daerah lain di otak (Japardi, 2002).
b.Daerah kortikal yang mempengaruhi pusat miksi pons
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lesi pada bagian
anteromedial dari lobus frontal dapat menimbulkan gangguan miksi berupa
urgensi, inkontinens, hilangnya sensibilitas kandung kemih atau retensi urine.
Pemeriksaan urodinamis menunjukkan adanya kandung kemih yang
hiperrefleksi (Japardi, 2002).
Gambar di bawah ini ini menggambarkan daerah kontrol kortikal di
frontal dan cingulate gyri serta daerah subkortikal memberikan pengaruh
penghambatan pada berkemih pada tingkat pons dan memberikan rangsang
yang berpengaruh pada sfingter kemih eksternal. Hal ini memungkinkan
adanya kontrol sukarela berkemih sehingga biasanya evakuasi kandung kemih
dapat ditunda (Dorsher & McIntosh , 2011).
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
6/26
Gambar 2. Fisiologi mikturisi
(Dorsher & McIntosh , 2011)
E. Fisiologi pengaturan fungsi sfingter kandung kemih
a. Pengisian urine
Pada pengisian kandung kemih, distensi yang timbul ditandai dengan
adanya aktivitas sensor regang pada dinding kandung kemih. Pada kandung
kemih normal, tekanan intravesikal tidak meningkat selama pengisian sebab
terdapat inhibisi dari aktivitas detrusor dan active compliance dari kandung
kemih. Inhibisi dari aktivitas motorik detrusor memerlukan jaras yang utuh
antara pusat miksi pons dengan medulla spinalis bagian sakral. Mekanisme
active compliance kandung kemih kurang diketahui namun proses ini juga
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
7/26
memerlukan inervasi yang utuh mengingat mekanisme ini hilang pada
kerusakan radiks S2-S4 (Japardi, 2002).
Selain akomodasi kandung kemih, kontinens selama pengisian
memerlukan fasilitasi aktifitas otot lurik dari sfingter uretra, sehingga tekanan
uretra lebih tinggi dibandingkan tekanan intravesikal dan urine tidak mengalir
keluar (Japardi, 2002).
b.
Pengaliran urine
Pada orang dewasa yang normal, rangsangan untuk miksi timbul dari distensi
kandung kemih yang sinyalnya diperoleh dari aferen yang bersifat sensitif
terhadap regangan. Mekanisme normal dari miksi volunteer tidak diketahui
dengan jelas tetapi diperoleh dari relaksasi oto lurik dari sfingter uretra dan lantai
pelvis yang diikuti dengan kontraksi kandung kemih. Inhibisi tonus simpatis pada
leher kandung kemih juga ditemukan sehingga tekanan intravesikal
diatas/melebihi tekanan intra uretral dan urine akan keluar. Pengosongan kandung
kemih yang lengkap tergantung adri refleks yang menghambat aktifitas sfingter
dan mempertahankan kontraksi detrusor selama miksi (Japardi, 2002).
Gambar 3. Palpasi Bladder
(Smeltzer, 2004)
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
8/26
3. Patofisiologi
Gangguan kandung kencing / bladder dapat terjadi akibat dari kerusakan saraf atau
lesi yang terjadi pada system saraf manusia. Apabila system saraf pusat atau system
saraf tepi yang merupakan jalur persarafan system perkemihan mengalami gangguan
maka akan mengganggu proses berkemih. Otak, pons, medulla spinalis dan saraf
perifer merupakan beberapa bagian dari system saraf yang memungkinkan untuk
terlibat. Gejala yang dapat terjadi apabila terjadi disfungsi kandung kemih / bladder
adalah retensi inkontinensia yang berlebihan, urinasi yang kerapkali hanya sedikit,
atau kombinasi dari keduanya (Saputra, 2012). Berdasarkan lokasinya penyebab
Neurogenic Bladderdibagi menjadi tiga, antara lain :
1. Lesi Supra Pons
Reflek-reflek miksi diatur pada pusat miksi pons. Dimana seluruh aktivitas nya
kebanyakan diatur oleh input inhibisi dari lobus frontal bagian medial, ganglia basalis
dan tempat lain. Apabil terjadi kerusakan atau gangguan akan mengakibatkan
hilangnya inhibisi dan menimbulkan keadaan hiperrefleksi. Pada kasus terjadinya
kerusakan lobus depan, tumor, demyelinisasi preventrikuler, dilatasi kornu anterior
ventrikel lateral pada hidrosefalus atau kelainan ganglia basalis, dapat menimbulkan
kontraksi kandung kemih yang hiperrefleksi. retensi urine dapat ditemukan secara
jarang yaitu bila terdapat kegagalan dalam memulai proses miksi secara volunter
(Japaradi, 2002).
2.
Lesi antara Pusat Miksi Pons dan Sakral Medula Spinalis
Bila terdapat lesi pada Medula Spinalis yang terletak antara pusat miksi pons dan
bagian sacral medulla spinalis, akan mengganggu jaras yang menginhibisi kontraksi
detrusor dan pengaturan fungsi sfingter detrusor. Beberapa keadaan yang mungkin
untuk terjadi antara lain :
a.
Hiperrefleksi kandung kencing
Keadaan ini hampir sama dengan keadaan lesi pada supra pons. Mekanisme
inhibisi normal hilang dan mengakibatkan kandung kencing /bladder menjadi
hiperrefleksi. hal ini akan menyebabkan kenaikan tekanan pada penambahan yang
kecil dari volume kandung kencing. Apabila mendapat tambahan volume sedikit
kandung kencing akan merespon nya dengan melakukan refleksi yang berlebihan
/ hiperrefleksi, sehingga tekanan pada kandung kencing akan meningkat tinggi.
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
9/26
b.
Disinergia Detrusor-Sfingter (DDS)
Pada kondisi fisiologis tubuh dalam proses miksi, sfingter akan berelaksasi
mendahului kontraksi detrusor. Pada keadaan DDS, terjadi kontraksi sfingter dan
otot detrusor secara bersamaan. Kegagalan sfingter untuk berelaksasi
mengakibatkan miksi terhambat sehingga meningkatkan tekanan intravesikal.
Terkadang menyebabkan dilatasi saluran kencing bagian atas. Urine dapat keluar
dari kandung kencing /bladder apabila kontraksi detrusor lebih lama dari
kontraksi sfingter sehingga mengakibatkan aliran urine terputus-putus.
c. Kontraksi Detrusor yang lemah
Kontraksi hiperrefleksi yang terjadi cenderung lemah, sehingga pengosongan
kandung kemih tidak tuntas. Keadaan ini bila terjadi bersamaan dengan disinergia
akan menimbulkan peningkatan volume residu pasca miksi.
d. Peningkatan volume residu pasca miksi
Apabila terdapat volume residu pasca miksi yang tinggi akibat hiperrefleksi
kandung kencing /bladder, maka penderita akan mudah mengalami kontraksi dan
miksi meskipun hanya terdapat sedikit penambahan volume pada kandung
kencing /bladder. Penderita akanmengeluh mengenai seringnya miksi dalam
jumlah yang sedikit.
3.
Lesi Lower Motor Neuron (LMN)
Lesi yang terdapat pada lower motor neuron di S2-S4 baik dalam kanalis spinalis
maupun ekstradural akan menimbulkan gangguan pada fungsi kandung kencing dan
hilangnya sensibilitas kandung kencing. Proses pendahuluan miksi secara volunteer
hilang dan mekanisme untuk menimbulkan kontraksi detrusor hilang, ini enyebabkan
kandung kencing menjadi atonik atau hipotonik bila kerusakan denervasinya adalah
parsial. Compliance kandung kencing juga hilang karena hal ini merupakan suatu
proses aktif yang tergantung pada utuhnya persarafan.
4. Etiologi
A. Kelainan pada sistem saraf pusat :
1. Alzheimers disease
2. Meningomielocele
3. Tumor otak atau medulla spinalis
4.
Multiple sclerosis
5. Parkinson disease
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
10/26
6.
Cedera medulla spinalis
7. Pemulihan stroke
B.
Kelainan pada sistem saraf tepi :
1. Neuropati alkoholik
2. Diabetes neuropati
3.
Kerusakan saraf akibat operasi pelvis
4.
Kerusakan saraf dari herniasi diskus
5. Defisiensi vitamin B12
5. Manifestasi Klinik
Berdasar tipenya sendiri, neurogenic bladder mempunyai beberapa
manifestasi klinis masing- masing. Berikut perbedaan manifestasi klinis pada masing-
masing tipe neurogenic bladder (Saputra, 2012):
a. Neurogenic bladderyang flasid
Pada tipe ini, manifestasi yang akan muncul diantaranya:
1)
Inkontinensia overflow
2) Berkurangnya tonus sfingter ani
3) Distensi hebat kandung kemih yang disertai rasa penuh pada kandung kemih
b.
Neurogenic bladderyang spastic
Manifestasi klinis yang akan muncul pada tipe ini adalah sebagai berikut:
1) Urinasi involunter atau urinasi yang kerapkali hanya sedikit tanpa rasa penuh
pada kandung kemih
2) Kemungkinan spasme spontan lengan dan tungkai
3) Peningkatan tonus sfingter ani
c.
Neurogenic bladdercampuran
Manifestasi klinis yang akan muncul pada tipe ini adalah sebagai berikut:
1)
Tumpulnya persepsi akan kandung kemih yang penuh
2)
Berkurangnya kemampuan untuk mengosongkan kandung kemih
3) Gejala urgensi yang tidak dapat dikembalikan.
-
5/19/2018 LP NEUROGENIC BLADDER DAN ANEMIA.docx
11/26
d.
Tanda-tanda umum anemia:
1) pucat,
2)
tacicardi,
3) bising sistolik anorganik,
4) bising karotis,
5)
pembesaran jantung.
e.
Manifestasi khusus pada anemia:
1) Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri,
demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
2)
Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb