lp neuroblastoma
DESCRIPTION
keperawatan anakTRANSCRIPT
A. Definisi
Neuroblastoma adalah tumor embrional dari system saraf otonom yang
mana sel tidak berkembang sempurna. Neuroblastoma umumnya terjadi bayi usia
rata-rata 17 bulan. Tumor ini berkembang dalam jaringan sistem saraf simpatik,
biasanya dalam medula adrenal atau ganglia paraspinal, sehingga menyebabkan
adanya sebagai lesi massa di leher, dada, perut, atau panggul. Insiden
neuroblastoma adalah 10,2 kasus per juta anak di bawah 15 tahun. Yang paling
umum kanker didiagnosis ketika tahun pertama kehidupan (Jhon, 2010).
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel
crest neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf
simpatis. Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf
simpatis. Tempat tumor primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal atau
ganglia paraspinal toraks, leher dan pelvis. Neuroblastoma umumnya bersimpati
dan seringkali bergeseran dengan jaringan atau organ yang berdekatan (Cecily &
Linda, 2002)
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel Krista neurak
embronik, dapat timbul disetiap lokasi system saraf simpatis, merupakan tumor
padat ganas paling sering dijumpai pada anak. Insiden menempati 8% dari tumor
ganas anak, atau di posisi ke-4. Umumnya ditemukan pada anak balita, puncak
insiden pada usia 2 tahun. Lokasi predeileksi di kelenjar adrenal retroperitoneal,
mediastrinum, pelvis dan daerah kepala-leher. Tingkat keganasan neuroblastoma
tinggi, sering metastasis ke sumsum tulang, tulang, hati, kelenjar limfe, dll
(Willie, 2008).
Tumor ini biasanya tidak memungkiri asalnya, dengan mengeluarkan
hormon katekolamin. Tekanan darah tinggi yang merupakan akibat tumor ini
jarang menimbulkan keluhan, tetapi dapat berfungsi sebagai zat penanda tumor: di
dalam air kemih dapat dilihat hormon yang dikeluarkan, sehingga diagnosis tumor
menjadi jelas. Dengan dapat dipastikan, apakah tumornya neuroblastoma atau
nefroblastoma (Wim De Jong, 2005)
B. Klasifikasi (Stadium)
Beberapa system penentuan stadium staging, system kelompok evans dan
kelompok Onkologi Pediatrik (Pediatrik Oncology Group POG ). System
klasifikasi stadium neuroblastoma terutama memakai system klasifikasi stadium
klinis neuroblastoma internasional (INSS).
Klasifikasi stadium INSS :
o Stadium I
Tumor terbatas pada organ primer, secara makroskopik reseksi utuh, dengan atau
tanpa residif mikroskopik. Kelenjar limfe regional ipsilateral negative.
o Stadium IIA
Operasi tumor terbatas tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe regional
ipsilateral negative.
o Stadium IIB
Operasi tumor terbatas dapat ataupun tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe
regional ipsilateral positif.
o Stadium III
Tumor tak dapat dieksisi, ekspansi melewati garis tengah, dengan atau tanpa
kelenjar limfe regional ipsi atau tanpa kelenjar limfe regional ipsilateral positif.
o Stadium IV :
Tumor primer menyebar hingga kelenjar limfe jauh, tulang, sumsum tulang, hati,
kulit atau organ lainnya.
o Stadium IVS
Usia <1 tahun, tumor metastasis ke kulit,hati, sumsum tulang, tapi tanpa
metastasis tulang (Willie, 2008).
System Pediatric Oncologic group (POG) membagi stadium neuroblastoma
menjadi :
o Stadium A
Tumor yang direseksi sacara kasar.
o Stadium B
Tumor local tidak direseksi.
o Stadium C
Metastasis ke kelenjar limfe intraktivita yang tidak berdekatan
o Stadium D
Metastasis di luar kelenjar limfe
o Stadium Ds
Bayi dengan adrenal kecil terutama dengan penyakit metastasis terbatas pada
kulit, hati dan sumsum tulang
o Stadium D Neonatus
Telah diketahui dengan mengalami remisi spontan. Keterlibatan sumsum tulang
pada stadium ini merupakan factor prognosis yang buruk (Nelson, 2000).
C. Etiologi, Faktor Predisposisi, dan Presipitasi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Mungkin
berhubungan dengan faktor keturunan karena pada sel-sel tumor ditemukan
kelainan genetik tertentu dan sering kali ditemukan abnormalitas pada kromosom
No.1. Prognosis tergantung kepada usia anak, ukuran tumor dan luasnya
penyebaran tumor. Pada anak yang berumur kurang dari 1 tahun dan tumornya
kecil serta belum menyebar, prognosisnya sangat baik. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile (pada anak-anak)
berkaitan dengan orang tua atau selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia
tertentu seperti hidantoin, etanol, dan lain-lain. (Willie , 2008).
Kelainan sitogenik yang terjadi pada neuroblastoma kira-kira pada 80%
kasus, meliputi penghapusan (delesi) parsial lengan pendek kromosom 1, anomali
kromosom 17, dan ampifilatik genomik dari oncogen N-Myc, suatu indikator
prognosis buruk (Nelson, 2000).
D. Pathofisiologi
Neuroblastoma seringkali mulai pada jaringan syaraf dari kelenjar-kelenjar
adrenal. Ada dua kelenjar adrenal, satu diujung atas dari setiap ginjal dibelakang
dari perut bagian atas. Kelenjar-kelenjar adrenal menghasilkan hormon-hormon
penting yang membantu mengontrol denyut jantung, tekanan darah, gula darah,
dan cara tubuh bereaksi pada stres. Neuroblastoma mungkin juga mulai di dada,
pada jaringan syaraf dekat tulang belakang di leher, atau di sumsum tulang
belakang (spinal cord). Prognosis tergantung kepada usia anak, ukuran tumor dan
luasnya penyebaran tumor.
Neuroblastoma hematogen, terutama ke hati sum-sum tulang, skelet, dan
durameter intra cranial dapat menimbulkan tanda-tanda TIK. Secara histologis
neuroblasma terdiri dari sel bulat kecil dengan granula yang banyak dengan area
klasifikasi dengan nekrosis dengan pendarahan yang luas. Neuroblasma
merupakan tumor dengan vascularisasi banyak berwarna ungu biasanya sulit dan
dapat kistic. Tumor mudah pecah karena kapsulnya rapuh sehingga dapat
menimbulkan pendarahan selama operasi (Nelson, 2000).
Web of Caution
Faktor keturunan (kromosom no 1
abnormal)
Bumil terpapar hidantion, etanol
neuroblastoma
kelenjar adrenal
Retroperitoneal MediastinalLeher & sumsum
tulang
Produksi hormon kel. Adrenal terganggu
epinefrin
TD, HR
Menekan organ dalam abdomen
Reaksi stress
Ansietas & anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan
Nyeri abdomen
Nyeri akut
Pelebaran vena dinding abdomen
edema
Mual, muntah, anoreksia
Massa menekan mediastinal
Batuk, sulit bernafas, sulit
menelan
Ekspansi dada
Pola nafas tidak efektif
Eritrosit, leukosit, trombosit
Anemia, mudah memar, imun kurang
Resiko injuri & resiko infeksi
Menekan corda spinalis
Kelemahan tungkai & lengan
Intoleransi aktivitas
E. Tanda dan Gejala
Gejalanya tergantung kepada asal tumor dan luas penyebarannya.
Gejala awal biasanya berupa perut yang membesar, perut terasa penuh dan nyeri
perut. Gejalanya juga bisa berhubungan dengan penyebaran tumor (Engky, 2014):
1) Kanker yang telah menyebar ke tulang akan menyebabkan nyeri tulang
2) Kanker yang telah menyebar ke sumsum tulang menyebabkan:
Berkurangnya jumlah sel darah merah sehingga terjadi anemia
Berkurangnya jumlah trombosit sehingga anak mudah mengalami memar
Berkurangnya jumlah sel darah putih sehingga anak rentan terhadap infeksi
3) Kanker yang telah menyebar ke kulit bisa menyebabkan terbentuknya
benjolan-benjolan di kulit
4) Kanker yang telah menyebar ke paru-paru bisa menyebabkan gangguan
pernafasan
5) Kanker yang telah menyebar ke korda spinalis bisa menyebabkan kelemahan
pada lengan dan tungkai.
Sekitar 90% neuroblastoma menghasilkan hormon (misalnya epinefrin, yang
dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan terjadinya kecemasan).
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan;
Kulitnya pucat
Di sekeliling mata tampak lingkaran hitam
Kelelahan menahun, kelelahan yang berlebihan berlangsung selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan
Diare
Rasa tidak enak badan (malaise) berlangsung selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan
Keringat berlebihan
Gerakan mata yang tak terkendali
Rewel
Demam.
Sesak napas.
Mudah memar atau berdarah.
Petechiae (noda-noda rata yang menunjukan dibawah kulit yang disebabkan
oleh perdarahan).
Tekanan darah tinggi.
Menurut Cecily dan Linda (2002), gejala dari neuroblastoma yaitu:
Gejala yang berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal,
paraspinal.
1. Massa abdomen tidak teratur,tidak nyeri tekan, keras, yang melintasi garis
tengah.
2. Perubahan fungsi usus dan kandung kemih
3. Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
4. Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
5. Defisit sensoris
6. Hilangnya kendali sfingter
Gejala-gejala yang berhubunngan dengan masa leher atau toraks.
1. Limfadenopati servikal dan suprakavikular
2. Kongesti dan edema pada wajah
3. Disfungsi pernafasan
4. Sakit kepala
5. Proptosis orbital ekimotik
6. Miosis
7. Ptosis
8. Eksoftalmos
9. Anhidrosis
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes urin dua puluh empat jam:
Tes dimana urin dikumpulkan untuk 24 jam untuk mengukur jumlah-jumlah dari
senyawa-senyawa tertentu. Jumlah yang tidak biasa (lebih tinggi atau lebih rendah
dari normal) dari senyawa dapat menjadi tanda dari penyakit pada organ atau
jaringan yang membentuknya. Jumlah yang lebih tinggi dari normal dari senyawa-
senyawa homovanillic acid (HMA) dan vanillyl mandelic acid (VMA) mungkin
adalah tanda dari neuroblastoma.
2) Studi-studi kimia darah:
Prosedur dimana sample darah diperiksa untuk mengukur jumlah-jumlah dari
senyawa-senyawa tertentu yang dilepaskan kedalam darah oleh organ-organ dan
jaringan-jaringan dalam tubuh. Jumlah yang tidak biasa (lebih tinggi atau lebih
rendah dari normal) dari senyawa dapat menjadi tanda dari penyakit pada organ
atau jaringan yang membentuknya. Jumlah yang lebih tinggi dari normal dari
hormon-hormon dopamine dan norepinephrine mungkin adalah tanda dari
neuroblastoma.
3) Cytogenetic analysis:
Tes dimana sel-sel dalam sample darah atau sumsum tulang dilihat dibawah
mikroskop untuk mencari perubahan-perubahan tertentu pada kromosom-
kromosom.
4) Aspirasi dan biopsi sumsum tulang:
Pengangkatan dari potongan yang kecil dari tulang, sumsum tulang, dan darah
dengan memasukan jarum kedalam hipbone (tulang pinggul) atau breastbone
(tulang dada). Pathologist (ahli patologi) melihat keduanya sample-sample tulang
dan sumsum tulang dibawah mikroskop untuk mencari tanda-tanda dari kanker.
Biopsi: Pengangkatan dari sel-sel atau jaringan-jaringan sehingga mereka dapat
dilihat dibawah mikroskop oleh pathologist untuk diperiksa tanda-tanda dari
kanker.
5) X-ray:
X-ray adalah tipe dari sorotan energi yang dapat menembus tubuh dan keatas film,
membuat gambaran dari area-area didalam tubuh.
6) CT scan (CAT scan):
Prosedur yang membuat rentetan dari gambar-gambar detil dari area-area didalam
tubuh, diambil dari sudut-sudut yang berbeda. Gambar-gambar dibuat oleh
komputer yang dihubungkan pada mesin x-ray. Dye (zat pewarna) mungkin
disuntikan kedalam vena atau ditelan untuk membantu organ-organ atau jaringan-
jaringan nampak lebih jelas. Prosedur ini juga disebut computed tomography,
computerized tomography, atau computerized axial tomography.
7) Pemeriksaan neurologik:
Rentetan dari pertanyaan-pertanyaan dan tes-tes untuk memeriksa otak, sumsum
tulang belakang (spinal cord), dan fungsi syaraf. Pengujian memeriksa status
mental sesorang, koordinasi, dan kemampuan untuk berjalan secara normal, dan
berapa baik otot-otot, indera-indera, dan refleks-refleks bekerja. Ini mungkin juga
disebut pemeriksaan neuro atau pemeriksaan neurologik.
8) Pemeriksaan Ultrasound:
Prosedur dimana gelombang-gelombang suara bertenaga tinggi (ultrasound)
dipantulkan dari jaringan-jaringan atau organ-organ internal dan membuat gema-
gema (echoes). Gema-gema membentuk gambar dari jaringan-jaringan tubuh yang
disebut sonogram.
9) Studi Immunohistochemistry:
Prosedur dimana dye-dye atau enzim-enzim ditambahkan pada sample darah atau
sumsum tulang untuk menguji antigen-antigen tertentu (protein-protein yang
menstimulasi respon imun tubuh) (Engky, 2014).
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Cecily (2002), International Staging System untuk neuroblastoma
menetapkan definisi standar untuk diagnosis, pertahapan, dan pengobatan serta
mengelompokkkan pasien berdasarkan temuan-temuan radiografik dan bedah,
ditambah keadaan sumsum tulang.
Tumor yang terlokalisasi dibagi menjadi tahap I, II, III, tergantung cirri
tumor primer dan status limfonodus regional. Penyakit yang telah mengalami
penyebaran dibagi menjadi tahap IV dan IV (S untuk spesial ), tergantung dari
adanya keterlibatan tulang kortikal yang jauh, luasnya penyakit sumsum tulang
dan gambaran tumor primer.
Anak dengan prognosis baik umumnya tidak memerlukan pengobatan,
pengobatan minimal, atau banyak reseksi. Reseksi dengan tumor tahap I. Untuk
tahap II pembedahan saja mungkin sudah cukup, tetapi kemoterapi juga banyak
digunakan dan terkadang ditambah dengan radioterpi lokal. Neuroblastoma tahap
IVS mempunyai angka regresi spontan yang tinggi, dan penatalaksanaannya
mungkin hanya terbatas pada kemoterapi dosis rendah dan observasi ketat.
Neuroblastoma tahap II dan IV memerlukan terapi intensif, termasuk
kemoterapi, terapi radiasi, pembedahan, transplantasi sumsum tulang autokolog
atau alogenik, penyelamatan sumsum tulang, metaiodobenzilquainid (MIBG), dan
imunoterapi dengan antibody monklonal yang spesifik terhadap neuroblastoma.
Pengobatan terdiri atas penggunaan kemoterapi multiagens secara simultan
atau bergantian.
1. Siklofosfamid – menghambat replikasi DNA.
2. Doksorubisin – mengganggu sintesis asam nukleat dan memblokir
transkripsi DNA.
3. VP-16 – menghentikan metaphase dan menghambat sintesis protein dan
asam nukleat.
Jenis terapi :
1. Neuroblastoma berisiko rendah
Perawatan untuk pasien neuroblastoma beresiko rendah meliputi:
a) Operasi yang diikuti oleh watchful waiting (penungguan yang diawasi
dengan ketat).
b) Watchful waiting sendirian untuk bayi-bayi tertentu.
c) Operasi diikuti oleh kemoterapi, jika kurang dari separuh dari tumor yang
dikeluarkan atau jika gejala-gejala serius tidak dapat dibebaskan dengan
operasi.
d) Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-
persoalan serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
e) Kemoterapi dosis rendah.
2. Neuroblastoma beresiko sedang
Perawatan untuk pasien neuroblastoma berisiko sedang mungkin meliputi :
a) Kemoterapi.
b) Kemoterapi yang diikuti oleh operasi dan/atau terapi radiasi.
c) Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-
persoalan yang serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
3. Neuroblastoma beresiko tinggi
a) Kemoterapi dosis tinggi yang diikuti oleh operasi untuk mengeluarkan
sebanyak mungkin tumor.
b) Terapi radiasi pada tempat tumor dan, jika diperlukan, pada bagian-bagian
lain tubuh dengan kanker.
c) Transplantasi sel induk (Stem cell transplant).
d) Kemoterapi yang diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
e) Percobaan klinik dari monoclonal antibody therapy setelah kemoterapi.
f) Percobaan klinik dari terapi radiasi dengan yodium ber-radioaktif sebelum
stem cell transplant.
g) Percobaan klinik dari stem cell transplant yang diikuti oleh 13-cis retinoic
acid (Engky, 2014).
H. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Pengkajian
a. Biodata atau identitas pasien : Anak meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat)
b. Riwayat kesehatan : meliputi riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu dan riwayat penyakit keluarga.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum :
Kesadaran baik, anak tampak lemah, kulit pucat, tangis lemah, tanda-tanda
infeksi ada. BB : 2500 gr.
2. Sistem respirasi:
Hidung normal, gerakan dada simetris, hidung terpasang kanul 02 2 1
liter/menit, respirasi 72 X/menit reguler, Whezing -/-, Rochi -/-, sekret pada
jalan nafas (-).
3. Sistem Sirkulasi:
Akral hangat, kulit pink pale, kapillari refill normal, Ukuran dan posisi
anatomi jantung normal, S1 dan S2 normal reguler, Frekwensi nadi 136
X/menit reguler, denyut nadi arteri femoralis +, bendungan vena jugularis (-),
suhu 36,8 o C.
4. Neurologis:
Tidak tampak adanya paralise baik pada ektremitas maupun wajah. Ovula
simetris, lidah simetris. Tremor (-), Jeterry (-), kejang (-). Reflek moro (+),
reflek menggenggam (+), reflek menghisap (+). Babinski (-), kaku kuduk (-),
keringat dingin (-).
5. Gastrointestinal:
Rongga mulut tidak tampak kelainan anatomi, moniliasis (+), reflek menghisap
(-), kemampuan menelan baik, Peristaltik (+), minum kurang, muntah,mual
(+), hepar terjadi pembesaran ( hepatomegali ),terasa penuh pada abdomen
6. Perkemihan:
Tanda hernia (-), paricocel (-), bak normal warna kuning jernih, frekwensi 12
X/24 jam. Tanda-tanda ISK (-).
7. Reproduksi:
Bayi laki-laki, ginekomasti (+),penis normal, skrotum agak padat dan
kemerahan.
8. Muskulo skeletal
Pada kepala terpasang wing nidle Dex 15 % 10 tetes/menit. Lingkar kepala 33
cm, hidrocephalus tidak ada, tidak ditemukan bulging pada ubun-ubun. Tulang
ektremitas normal, tulang belakang normal, spina bifida (-), kekuatan
ektremitas lemah, intoleransi aktifitas .
9. Endokrine:
Suhu tubuh 36,8 o C, Gula darah acak hasil lab 120 mg/%.
10. Integumen
Kulit pink pale, cyanosis (-), ikterus (-), turgor menurun, erytema (-), petechie,
ekimosis (+) kulit pada ektremitas bawah tampak kering, tidak ada lecet dan
kemerahan pada kulit sekitas anus dan skrotum, tampak nodul kemerahan
didaerah sakrum dan femur. Leher bersih dan tidak ditemukan kelainan. Kulit
tangan dan kaki normal. Bentuk dan ukuran serta posisi telinga tidak tampak
kelainan. Kebersihan kulit cukup.
11. Sosial
Kedua orang tua sering menanyakan keadaan anaknya dan meminta agar
segera bisa diajak pulang. Ibu ingin menyusui anaknya. Keluarga sangat
mengharapkan bayinya. Keluarga bertanya bagimana kemungkinan anaknya.
Orang tua takut karena anaknya banyak memakai selang (Engky, 2014).
I. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul, yaitu :
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (tumor)
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d asupan nutrizi yang
inadekuat
3. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d gangguan muskuloskeletal.
5. Risiko infeksi faktor risiko lamanya dirawat di RS dan adanya kunjungan
(menurunnya system pertahanan tubuh)
J. Rencana Tindakan Keperawatan Yang lazim Terjadi
Diagnosa TTujuan Rencana Tindakan RasionalNyeri akut b.d agen cadera biologis (tumor)
Setelah dirawat selama 25 menit diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria:1. Suhu 36,5-37,5 2. Nyeri normal 0-2 3. Anak tidak rewel
1. Kaji tingkat nyeri 2. Ajarkan relaksasi nafas
dalam 3. Berikan mainan kesukaan
anak 4. Melakukan kolaborasi
dengan tim dokter pemberian obat analgesik non narkotik
1. Mengetahui tingkat dan derajad nyeri2. Mengurasi rasa nyari
3. Mengalihkan proses nyari di hipotalamus
4. Menentukan terapi obat yang akan diberikan
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d asupan nutrizi yang inadekuat
Setelah dirawat selama 2 kali 48 jam diharapkan nutrizi terpenuhi dengan kriteria hasil :1. BB meningkat 2. Nafsu makan dan
minum bertambah 3. Turgor kulit (+)
1. Kaji intake out put 2. Beri makan yang tidak
merangsang 3. Beri makana sedikit tapi
sering 4. Observasi TTV5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat vomiting 3x sehari
1. Mengetahui pemasukan dan pengeluaran nutrizi2. Mual muntah
3. Memenuhi kebutuhan nutrizi
4. Mengetahui keadaan umum pasien
5. Mengurangi rasa mualdan muntah
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
Setelah dilakukan tindakan selama 2 kali 24 jam diharapkan produksi elektrolit
1. Kaji tingkat keemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan klien
2. Berikan permainan dan
1. Mengetahui tingkat kekuatan dan kekuatan otot pasien dalam beraktivitas
2. Jenis dan alat yang tidak sesuaidengan usia klien dapat menguras
kembali normal dengan kriteria hasil:1. Anak dapat/mampu
mobilisasi sendiri tanpa dibantu olah keluarga
2. BB bertambah 3. Anak menunjukan
adanya peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas
aktivitas sesuai usia 3. Tetapkan /buatlah jadwal yang
teratur 4. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi5. Berikan situasi yang aman dan
tenang
energi.3. Permainan yang terlalu lama dapat membuat klien cepat lelah
4. Menentukan jadwal dan teknik mobilisasi yang tepat dan benar
5. Cara yang tenang dan aman dapat membuat klien beristirahat dengan tenang dan nyaman
.
Ketidakefektifan pola nafas b.d gangguan muskuloskeletal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.Kriteria hasil :1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.2. Ekspansi dada simetris.3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.4. Kecepatan dan irama
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lendir.2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan. 3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alat bantu nafas5) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
1. Membersihkan jalan nafas2. Meningkatkan kadar oksigen yang bersirkulasi dan memperbaiki status kesehatan3. Membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien4. Perubahan AGD dapat mencetuskan disritmia jantung.5. Terapi oksigen dapat membantu mencegah gelisah bila klien menjadi dispneu, dan ini juga membantu mencegah edema paru.
respirasi dalam batasRisiko infeksi faktor risiko lamanya dirawat di RS dan adanya kunjungan (menurunnya system pertahanan tubuh)
Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam berupa pendidikan kesehatan tentang infeksi diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Jumlah leukosit dalam batas normal
1. Batasipengunjung 2. Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tngan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan klien
3. Gunakan sabun tangan anti mikroba untuk mencuci tangan
4. Cucitangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Ikuti standar precautions dan gunakan sarung tangan ketika bersentuhan dengan darah, membran mukosa, kulit terbuka atau substansi tubuh lainnya
1. Banyaknya pengunjung dapat mengganggu waktu istirahat klien2. Standar precaution harus diterapkan pada semua pasien, semua pasien
diasumsikan sebagai pembawa patogen3. Mensterilkan tangan dari bakteri4. Pencegahaninfeksi yang baik dibutuhkan untuk mencegah infeksi saat
perawatan.
Keterangan :
b. d = berhubungan dengan
K. Daftar Pustaka
Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC.
De Jong,Wim. 2005. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan
Dukungan Keluarga. Jakarta: ARCAN.
Japaries, Willie. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: FKUI.
Maris, Jhon. 2010. Recent Advances in Neuroblastoma. Disitasi
dari http://www.nejm.org/ pada 5 November 2010.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Jilid 3. Jakarta: EGC.
Suriadi dan Yulianni, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta:
CV.Sagung Seto.
Thomas,R. 1994. Atlas bantu Pedriatri. Jakarta: Hipokrates.
Wilkinson,Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Engky.http://usfinitengky.blogspot.com/2011/12/vbehaviorurldefaultvmlo03.html.
Diunduh pada tanggal 4 Mei 2014.