lp hnp

36
BAB I KONSEP TEORI 2.1 Anatomi Fisiologi Vertebrae Tulang (belakang) pada batang punggung sepanjang punggung, menghubungkan tengkorak dengan panggul. Tulang ini melindungi syaraf yang menonjol pada otak dan menjalar kebawah punggung dan ke seluruh tubuh. tulang belakang tersebut dipisahkan oleh piringan yang berisi bahan yang lembut, seperti agar-agar, yang menyediakan batalan ke batang tulang belakang. Piringan ini bisa hernia (bergerak keluar dari tempatnya) atau pecah karena luka berat atau tegangan. Batang tulang belakang dibagi kedalam beberapa bagian-cervical tulang belakang (leher), thoracic spine (bagian punggung dibelakang dada), lumbar tulang belakang (punggung bagian bawah), dan sacral tulang belakang (bagian yang dihubungkan dengan panggul yang tidak bisa bergerak). Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. 2.2 Pengertian HNP HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1,

Upload: nurulrahmalia

Post on 11-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ng

TRANSCRIPT

BAB IKONSEP TEORI

2.1Anatomi Fisiologi VertebraeTulang (belakang) pada batang punggung sepanjang punggung, menghubungkan tengkorak dengan panggul. Tulang ini melindungi syaraf yang menonjol pada otak dan menjalar kebawah punggung dan ke seluruh tubuh. tulang belakang tersebut dipisahkan oleh piringan yang berisi bahan yang lembut, seperti agar-agar, yang menyediakan batalan ke batang tulang belakang. Piringan ini bisa hernia (bergerak keluar dari tempatnya) atau pecah karena luka berat atau tegangan. Batang tulang belakang dibagi kedalam beberapa bagian-cervical tulang belakang (leher), thoracic spine (bagian punggung dibelakang dada), lumbar tulang belakang (punggung bagian bawah), dan sacral tulang belakang (bagian yang dihubungkan dengan panggul yang tidak bisa bergerak). Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus.2.2Pengertian HNPHNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf ( Smeltzer, 2001).Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003).Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar syaraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik ( Price, 2005).Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus (lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra). (Smeltzer, 2001).Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990).Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif atau trauma yang ditandai dengan menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).2.3Etiologi HNP1.Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra2.Spinal stenosis3.Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll4.Pembentukan osteophyte5.Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.

2.4Patofisiologi HNPDaerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan airdiskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor danmengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolusmelalui anulus dengan menekan akar akar syaraf spinal.Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara L4 sampai L5, atau L5 sampai S1. Arahherniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbalmiring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discusantara L5 dan S1.Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar proteinyang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsungpada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleuspulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.

2.5Pathway HNPProses degeneratifKehilangan protein polisakaridaKandungan air menurun

Traumastress okupasiHNPNukleus pulposus terdorongUjung syaraf spinal tertekan

Perubahan sensasinyeripenurunan kerja reflek

Gangguan Mobilitas Fisik

2.6Manifestasi Klinis HNP1.Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas2.Nyeri tulang belakang3.Kelemahan satu atau lebih ekstremitas4.Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkapGejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi diikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, mati rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.2.7Komplikasi HNP1.Infeksi lukakarena tindakan pembedahan HNP2.Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal

2.8Penatalaksanaan HNP1.Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :a.Tidur selama 1 2 hr diatas kasur yang kerasb.Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi sarafc.Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.d.Terapi panas dingin.e.Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korsetf.Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya residesg.Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS)2.Pembedahana.Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.

2.9Pemeriksaan Penunjang HNP1.Laboraturium :Daerah rutinCairan cerebrospimal2.Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keping sendi3.CT scan lumbosakral4.MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi.5.Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan pemeriksaan fisik sebelum pembedahan.6.Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesimeliputi bagian akar saraf spinal.7.Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi8.Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal

2.10Legal EtikTuan P berumur 53 tahun menderita penyakit HNP. Tuan P tersebut mengalami nyeri yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat tuan Pmengubah posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun meminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa penambahan obat analgesik tidak diperbolehkan oleh dokter diruang tersebut di karenakan dapat mengakibatkan kerja jantung cepat,gangguan pernafasan(sesak nafas).PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK1.Mengembangkan data dasar :a.Orang yang terlibat : Klien, keluarga klien, dokter, dan perawatb.Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan klien untuk memberikan penambahan dosis morphin.c.Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri kliend.Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak diberikan penambahan dosis morphin, klien dan keluarganya menyalahkan perawat dan apabila keluarga klien kecewa terhadap pelayanan di bangsal mereka bisa menuntut ke rumah sakit.2.Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :Penderitaan klien dengan HNP ,mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Klien meminta penambahan dosis pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang terjadi adalah :a.Penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan ( sesak nafas).b.Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien.

3.Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi tindakan tersebut :a.Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri. Konsekuensi :1)Tidak mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan ( sesak nafas).2)Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung3)Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri4)Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebutb.Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri. Konsekuensi :1)Tidak mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan ( sesak nafas).2)Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)3)Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhic.Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila diperlukan. Artinya penambahan diberikan kadang-kadang pada saat tertentu misalnya pada malam hari agar klien bisa tidur cukup.Konsekuensi :1)Risiko mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan ( sesak nafas) sedikit dapat dikurangi2)Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup beristirahat.3)Hak klien sebagian dapat terpenuhi.4)Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.4.Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.5.Mendefinisikan kewajiban perawat :a.Memfasilitasi klien dalam manajemen nyerib.Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeric.Mengoptimalkan sistem dukungand.Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapie.Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya6.Membuat keputusanDalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.PRINSIP LEGAL DAN ETIK :1.Menurut teori mengenai tindakan yang mengakibatkan dua efek yang berbeda, diperbolehkan untuk menaikkan derajat/dosis pengobatan untuk mengurangi penderitaan nyeri klien sekalipun hal tersebut memiliki efek sekunder (untuk mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan ( sesak nafas) ).Prinsip kemanfaatan (beneficence) dan tidak merugikan orang lain (non maleficence) dapat dipertimbangkan dalam kasus ini. Mengurangi rasa nyeri klien merupakan tindakan yang bermanfaat, namun peningkatan dosis yang mempercepat kerja jantung dan gangguan pernafasan(sesak nafas) dapat dipandang sebagai tindakan yang berbahaya. Tidak melakukan tindakan adekuat untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat membahayakan klien, dan tidak mempercepat kematian klien merupakan tindakan yang tepat (doing good).2.Veracity (kejujuran)Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

2.1Pengkajian KeperawatanA.IDENTITAS KLIENNama:Tn. PNo. Reg: 159000Umur:53 thTgl. MRS: 05-12-2013Jenis Kelamin:LDiagnosis medis: HNPSuku/Bangsa:Jawa/IndonesiaTgl Pengkajian: 05-12-2013, (09.00)Agama:IslamPekerjaan:Pekerja bangunanPendidikan:SDAlamat:Kesamben, JombangB.RIWAYAT KEPERAWATAN1.Keluhan Utama:Nyeri punggung bawah1.1Riwayat penyakit sekarangPasien kemarin datang ke RSUD dengan keluhan nyeri pada daerah punggung bagian bawah sampai menjalar ke paha.P: Trauma (Mengangkat dan mendorong benda berat)Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, sifatnya menetapR: Nyeri pada bagian punggung bawah sampai menjalar ke pahaS: 6T: nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahatUpaya yang telah dilakukan: beli obat penghilang nyeriTerapi atau operasi yang pernah dilakukan: -1.2Riwayat penyakit dahuluPasien dulu pernah jatuh dengan posisi dudukKebiasaan berobat: beli obat diwarungAlergi: -1.3Riwayat kesehatan keluargaKeluarga pasien belum tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.1.4Riwayat kesehatan lingkunganLingkungan tempat tinggal pasien cukup terjaga kebersihannya.

C.PEMERIKSAAN FISIKTanda-tanda Vital :S: 36CN: 80 x/mntTD: 120/80 mmHgRR: 20 x/mntBB: 65 Kg

D.PEMERIKSAAN PER-SISTEM1.Sistem KardiovaskulerWajahInspeksi:sembab(-), pucat(-), oedem periorbital(-), sianosis(-), pembuluh darah mata pecah(-), konjungtiva tidak pucat.LeherInspeksi: bendungan vena jugularis (-)Palpasi: arteri carotis komunis (frekuensi : normal, kekuatan: normal, irama : normal).DadaInspeksi: kesimetrisan dada (+)Palpasi: letak ictus cordis (normal)Perkusi: batas jantung (normal)Auskultasi: BJ 1 dan 2 normal,tidak ada kelainan pada bunyi jantung.

2.Sistem PernafasanHidungInspeksi:Nafas cuping hidung(-), Secret / ingus(-), epistaksis(-), polip(-), warna mukosa(-), oedem pada mukosa(-), kebersihan bersih, intak septumnasi(-), deformitas(-), naso faringeal tube(-), pemberian O2: nasal, masker(-).Palpasi: nyeri tekan(-), tidak ada fraktur tulang nasalMulutInspeksi: mukosa bibir (sianosis (-)), Alat bantu nafas ETT(-), oro faringeal tube(-).DadaInspeksi: penggunaan otot bantu pernapasan (-)Perkusi: normalPalpasi: nyeri tekan (-), odema (-)Auskultasi: normal

3.Sistem PencernaanAnamnesa :Gangguan defekasi (konstipasi)MulutInspeksi: mukosa bibir normal, labio/palatoschiziz(-), gigi normal, Gusi (berdarah(-), lesi/bengkak(-), edema(-)), Produksi saliva normal, pembesaran kelenjar parotis(-).Palpasi: nyeri tekan pada rongga mulut(-), massa(-)LidahInspeksi: Posisi normal, warna dan bentuk normal, simetris normal, kebersihan bersih, warna normal, gerakan normal, tremor normal, lesi(-).Palpasi: oedema(-), nyeri tekan(-)Faring EsofagusInspeksi: hiperemi(-), warna dan bentuk palatum normal, Tonsil (bentuk, warna dan ukuran) normal.Palpasi: pembesaran kelenjar(-)AbdomenInspeksi: pembesaran abnormal (-)Palpasi:Kuadran I:Heparhepatomegali(-), nyeri tekan(-),shifting dullness(-)Kuadran II:Gasternyeri tekan abdomen(-), distensi abdomen(-)Liensplenomegali(-)Kuadran III:Massa(skibala, tumor)(-), nyeri tekan(-)Kuadran IV:Nyeri tekanpada titik Mc Burney(-)Perkusi: batas batas hati (tidak ada pembengkakan pada KW1)Auskultasi: bising usus (-), borborygmi (-), hiperperistaltik (-),hipoaktif(-)

4.Sistem PerkemihanAnamnesa:inkontinensia urin (ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin yang keluar dari buli-buli baik disadari maupun tidak disadari).Laki-Laki :PenisInspeksi:Mikropenis(-), makropenis(-), hipospadia(-), epispedia(-), stenosis meatus uretra eksterna(-),fistel uretrocutan(-), ulkus(-), tumor penis(-), warna kemerahan(-), kebersihan(+), adanya luka atau trauma(-).Palpasi: nyeri tekan(-)ScrotumInspeksi: pembesaran(-), transiluminasi/ penerawangan(-), luka /trauma(-), tanda infeksi(-), kebersihan(+).Palpasi: nyeri tekan(-), penurunan testis(-)Kandung kemihInspeksi: tidak adanya massa/ benjolan, pembesaran kandung kemih dan keteganganya(-)Palpasi: adanya nyeri tekan(-), teraba massa(-)GinjalInspeksi:pembesaran daerah pinggang (karena hidronefrosis atau tumor di daerah retroperitoneum)(-).Palpasi: tidak adanya nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas umbilikus, suhu kulit normal, massa(-).Perkusi: nyeri ketok(-)

5.Sistem Muskuluskeletal & IntegumenAnamnese: Adanya nyeri di punggung bawah, kelemahan kedua ekstremitasbawah.Warna kulitHiperpigmentasi(-), hipopigmentasi (-), icterus (-), kering(-), mengelupas(-), bersisik (di sela-sela jari kaki/tangan)(-).Kekuatan otot:5533Fraktur: (-)Luka: (-)Lesi: (-)

6.Sistem Endokrin dan EksokrinKepalaInspeksi: distribusi rambut normal, ketebalan (-), kerontokan(hirsutisme)(-)alopesia (botak)(-), moon face(-).LeherInspeksi: bentuknormal, pembesarankelenjar thyroid(-), perubahan warna(-)Palpasi: pembesaran kelenjar (thyroid, parathyroid)(-), nyeri tekan(-), suhu(+)GenetaliaInspeksi: Rambut pubis( distribusi, ketebalan, kerontokan)normal, kebersihanbersih.Palpasi:tidakada benjolan

7.Sistem NeurologiPemeriksaan Nervus 1-12 :1.Nervus 1 Olfaktorius :Normal: klien mampu membedakan aroma( normosmi).2.Nervus 2 Optikus :Tajam Penglihatan: normalLapang penglihatan: normal

3.Nervus 3 Oculomotorius: Normal4.Nervus 4 Toklearis: Normal5.Nervus 5 Trigeminus: Normal6.Nervus 6 Abdusen: Normal7.Nervus 7 Facialis: Normal8.Nervus 8 Auditorius/ Akustikus :Pendengaran: NormalKeseimbangan: Normal9.Nervus 9 Glosoparingeal: Normal10.Nervus 10 Vagus: Normal11.Nervus 11 Aksesorius: Normal12.Nervus 12 Hipoglosal/ Hipoglosum: NormalReflek Patela: kanan (+), kiri (+)Reflek Archiles: kanan (+), kiri (+)Tingkat kesadaran (kualitas):Compos Mentis: sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.Tingkat kesadaran (kuantitas): E (4), V (5), M (6)

8.Sistem ReproduksiLaki-laki :GenetaliaInspeksi: bentuk normal, rambut pubis normal, kebersihan bersih, odema (-), varices(-), benjolan(-), luka(-)Palpasi:benjolan(-)

9.Sistem Persepsi SensoriMataInspeksi:Kesimetrisan mata(+), bentuk mata(+), lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna, cairan yang keluar ) normal, Bulu mata (penyebaran, posisi masuk : Enteropion, keluar :ksteropion) normal, produksi air mata normal, Kornea : Normal berkilau, transparan, Iris dan pupil : warna iris dan ukuran normal, Lensa : Normal jernih dan transparan, Sclera : warna ( putih).Palpasi: Teraba lunak, tidak nyeri, palpasi kantong lakrimal(-),pemeriksaan TIO(-).HidungPalpasi:Sinus (maksilaris, frontalis, etmoidalis, sfenoidalis)normal, Palpasi fossa kanina (tidak nyeri), Pembengkakan(-), Deformitas(-).Perkusi: pada regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat(-).

2.2Diagnosa Keperawatan1.Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisikNS. DIAGNOSIS :(NANDA-I)Nyeri Akut

DEFINITION:Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jarigan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba tiba atau lambat dari intensias ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung < 6 bulan.

DEFINING CHARACTERISTICSLaporan isyarat, perilaku berjaga-jaga/ melindungi area nyeri, indikasi nyeri yang bisa diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, fokus pada diri sendiri, melaporkan nyeri secara verbal.

RELATED FACTORS:Agens cedera (mis, : biologis, zat kimia, fisik dan psikologis).

ASSESSMENTSubjective data entry

Pasien mengatakan sering mengeluh nyeri pada daerah punggung bawah dan nyeri semakin hari terasa berat.P: Trauma (Mengangkat dan mendorong benda berat).Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, sifatnya menetap.R: Nyeri pada bagian punggung bawah sampai menjalar ke paha.T:nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahat.Objective data entry

S: 36CN: 80 x/mntTD: 120/80 mmHgRR: 20 x/mntBB: 65 Kg

SkalaNyeri: 6Grimace : (+)

DIAGNOSISClientDiagnosticStatement:Ns. Diagnosis (Specify):Nyeri

Related to:

Berhubungandengan agen cedera fisik

2.3Intervensi KeperawatanNICNOC

INTERVENSIAKTIVITASOUTCOMEINDICATOR

1.Management nyeri (1400)Definisi :Mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh pasien.1.Pengkajian :lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasiobservasi reaksi non verbal dariketidaknyamanangunakan teknik komunikasiterapeutik untukmengetahui pengalaman nyeri pasienkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri2.Health Education :ajarkan tentang teknik non farmakologibantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan3.Kolaborasi :evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampaukolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil4.Aktifitas Lain :kontrol lingkungan yang dapat mempe ngaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingantingkatkan istirahatberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.1.Control Nyeri (1605)Definisi :Aksi individu untuk mengontrol nyeri1.Melaporkan pengontrolan nyeri(3)2.Mendeskripsikan faktor penyebab(2)3.Mengakui hubungan gejala dengan nyeri (5)4.Mengakui serangan nyeri (5)5.Menasehati pemakaian analgesik (4)6.Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan(5)

2.4Implementasi KeperawatanNo. Dx Kep.Tanggal, JamTindakanParaf

a.1.05-12-201309.00melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasimengobservasi reaksi non verbal dariketidaknyamananmenggunakan teknik komunikasiterapeutik untukmengetahui pengalaman nyeri pasienmengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyerimengevaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampaumengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat analgesikjika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasilmemberikan analgesik morphine untuk menurunkan nyeriTtd

2.5Evaluasi KeperawatanNo. Dx. Kep.Tanggal, JamEvaluasiParaf

1.5 Desember 2013,09.00S:Pasien mengatakan sering mengeluh nyeri pada daerah punggung bawah dan nyeri semakin hari terasa berat.P : Trauma (Mengangkat dan mendorong benda berat), Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, sifatnya menetap, R : Nyeri pada bagian punggung bawah sampai menjalar ke paha,T : nyeri hebat ketika melakukan aktifitas dan nyeri sedikit berkurang saat istirahat.

O:Suhu : 36C, Nadi: 80 x/mnt, TD: 120/80 mmHg, RR : 20 x/mnt, BB : 65 Kg, , Skala nyeri : 6A: Masalah belum teratasiP: Intervensi dilanjutkanI:melakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan factor presipitasiE:Keluarga pasien mengatakansudah tidaknyeriR: sudah tercapaiTtd

BAB IVPENUTUP

4.1KesimpulanDiskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)Hernia dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis, hernia thorakalis. Dimana pada hernia lumbosacralis penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung dimana piringan tersebut mengalami herniasi dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena.

4.2SaranDiharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dapat memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan apabila mendapati klien hernia nucleus pulposus di lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Heather Herdman.T, 2010,Nursing Diagnoses:Definition and Clasification 2009-2011.Ester Monica, 2010,Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, EGC, Jakarta.Smeltzer, Suzane C,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002Price, Sylvia Anderson . 2003 .PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGCAnonim. 2010. Herniated Nucleus Pulposus. [Internet]. Bersumber darihttp://medicastore.com/penyakit/3226/Herniated_nucleus_pulposus_slipped_disk.html.Inkandar, Ridho. 2012. Hernia Nukleus Pulposus. [Internet]. Bersumber dari : http://ridho-iskandar.blogspot.com/2012/03/hernia-nukleus-pulposus.html.