limfadenopati

12
I. Definsi Limfadenopati atau hiperplasia limfois adalah pembesaran kelenjar limfe sebagai respon terhadap proliferasi limfosit R atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah infeksi suatu mikroorganisme. Limfadenopati regional merupakan indikasi adanya infeksi lokal. Sedangkan limfadenopati regional merupakan indikasi infeksi sistemik seoerti AIDS, atau gangguan autoimun seperti atritis rematoid atau lupus eritomatosus sistemik. Biasanya limfadenopati menunjukan keganasan. (Corwin,2009) Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. II. Klasifikasi Berdasarkan luas limfadenopati: • Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda. • Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio. (Bazemore AW,2002) Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer, sekitar ¾ penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan limfadenopati generalisata.2

Upload: faradilla-n-muliana

Post on 10-Dec-2015

110 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

limfa

TRANSCRIPT

I. Definsi

Limfadenopati atau hiperplasia limfois adalah pembesaran kelenjar limfe

sebagai respon terhadap proliferasi limfosit R atau limfosit B. Limfadenopati

biasanya terjadi setelah infeksi suatu mikroorganisme. Limfadenopati regional

merupakan indikasi adanya infeksi lokal. Sedangkan limfadenopati regional

merupakan indikasi infeksi sistemik seoerti AIDS, atau gangguan autoimun

seperti atritis rematoid atau lupus eritomatosus sistemik. Biasanya limfadenopati

menunjukan keganasan. (Corwin,2009)

Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran

lebih besar dari 1 cm.

II. Klasifikasi

Berdasarkan luas limfadenopati:

• Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.

• Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio. (Bazemore AW,2002)

Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer,

sekitar ¾ penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang

dengan limfadenopati generalisata.2

III. Etiologi

Obat-obat yang dapat menyebabkan limfadenopati, antara lain, adalah: alopurinol,

atenolol, kaptopril, karbamazepin, emas, hidralazin, penisilin, fenitoin, primidon,

pirimetamin, kuinidin, trimetoprimsulfametoksazol, sulindak. (Bazemore AW,2002)

a. Penyakit Kawasaki

Penyakit Kawasaki, disebut juga sindrom kelenjar getah bening

mukokutaneus, merupakan vaskulitis yang paling sering didapatkan pada anak.

Etiologinya tidak diketahui. Biasanya bersifat swasirna (selflimiting) dengan

manifestasi inflamasi lain yang berlangsung kurang lebih 12 hari. Dapat terjadi

komplikasi berupa aneurisma arteri koroner, kardiomiopati, gagal jantung, infark

miokard, aritmia, dan oklusi arteri perifer. (Sundel,2010)

Diagnosis ditegakkan bila terdapat demam >5 hari dengan minimal 4 dari 5

gejala berikut :

Injeksi konjungtiva bulbar bilateral

Perubahan membran mukosa oral (fi sura dan kemerahan pada bibir,

faring, strawberry tongue)

Perubahan pada ekstremitas (eritema telapak tangan dan kaki, edema

tangan dan kaki pada fase akut, dan deskuamasi periungual pada fase

konvalesen)

Ruam polimorfi k

Limfadenopati servikal (minimal 1 kelenjar dengan diameter >1,5 cm).

b. Limfadenitis Kikuchi

Limfadenitis Kikuchi, disebut juga penyakit Kikuchi, penyakit Kikuchi-

Fujimoto, atau limfadenitis nekrotikans histiositik Kikuchi, merupakan limfadenopati

jinak yang penyebabnya tidak diketahui dengan karakteristik limfadenopati servikal

dan demam. Penyebabnya diduga merupakan respons limfosit T dan histiosit terhadap

infeksi. Infeksi yang diduga menjadi penyebab meliputi Epstein Barr virus (EBV),

human herpesvirus 6, human herpesvirus 8, human immunodeficiency virus (HIV),

parvovirus B19, paramyxoviruses, parainfluenza virus, Yersinia enterocolitica, dan

toksoplasma.(Richard,MJ.2002)

c. Penyakit Kimura

Merupakan kelainan alergi infl amatorik dengan penyebab tidak diketahui;

penyakit endemik di Asia. Penyakit Kimura merupakan keadaan yang jinak, tetapi

dapat disalahtafsirkan sebagai keganasan. Gambaran klinisnya berupa nodul subkutan

di daerah servikal disertai limfadenopati servikal dan/ atau pembesaran kelenjar

parotis. Manifestasi sistemik hanya berupa keterlibatan ginjal. Disebut juga

limfogranuloma eosinofi lik.(Ranka SR,2007)

IV. Diagnosis

A. Anamnesis

a. Umur penderita dan lamanya limfadenopati

Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan

meningkat seiring bertambahnya usia. Kelenjar getah bening teraba pada

periode neonatal dan sebagian besar anak sehat mempunyai kelenjar getah

bening servikal, inguinal, dan aksila yang teraba.

Sebagian besar penyebab limfadenopati pada anak adalah infeksi atau

penyebab yang bersifat jinak. Berdasarkan sebuah laporan, dari 628

penderita yang menjalani biopsi karena limfadenopati, penyebab yang

jinak dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada 79% penderita berusia

kurang dari 30 tahun, 59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39%

penderita di atas 50 tahun.3 Di sarana layanan kesehatan primer, penderita

berusia 40 tahun atau lebih dengan limfadenopati mempunyai risiko

keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko keganasan

sebagai penyebab limfadenopati sebesar 0,4%.2 Limfadenopati yang

berlangsung kurang dari 2 minggu atau lebih dari 1 tahun tanpa

progresivitas ukuran mempunyai kemungkinan sangat kecil bahwa

etiologinya adalah keganasan.(Banzemore AW,2002)

b. Pajanan

Anamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab

limfadenopati. Pajanan binatang dan gigitan serangga, penggunaan obat,

kontak penderita infeksi dan riwayat infeksi rekuren penting dalam

evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan setelah bepergian dan riwayat

vaksinasi penting diketahui karena dapat berkaitan dengan limfadenopati

persisten, seperti tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus,

leishmaniasis, tularemia, bruselosis, sampar, dan anthrax. Pajanan rokok,

alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat berhubungan dengan metastasis

karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker kulit.

Pajanan silikon dan berilium dapat menimbulkan limfadenopati. Riwayat

kontak seksual penting dalam menentukan penyebab limfadenopati

inguinal dan servikal yang ditransmisikan secara seksual. Penderita

acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) mempunyai beberapa

kemungkinan penyebab limfadenopati; risiko keganasan, seperti sarkoma

Kaposi dan limfoma maligna non-Hodgkin meningkat pada kelompok ini.

Riwayat keganasan pada keluarga, seperti kanker payudara atau familial

dysplastic nevus syndrome dan melanoma, dapat membantu menduga

penyebab limfadenopati.(Banzemore AW,2002)

c. Gejala yang menyertai

Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering

menyertai limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom

mononukleosis. Demam, keringat malam, dan penurunan berat badan

lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom. Pada

limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita stadium I

dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada 10%

penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau

ruam dapat menunjukkan kemungkinan adanya penyakit autoimun, seperti

artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau dermatomiositis. Nyeri pada

limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal yang jarang,

tetapi spesifi k untuk limfoma Hodgkin.(Bazemore AW,2002)

B. Pemeriksaan Fisik

a. Karakter dan ukuran kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan

kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa.

Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai karakteristik terfi

ksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati karena

virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri,

dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri

biasanya disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada kasus yang

jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan pada

kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul kelenjar karena ekspansi

tumor yang cepat.(Banzemore AW,2002).

Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai

diameter 1 cm, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar

epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar getah bening inguinal lebih

dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada

penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan ukuran

kelenjar di bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan

ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan ukuran

kelenjar di atas 2,25 cm. Pada anak, kelenjar getah bening berukuran

lebih besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi toraks abnormal tanpa

adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan

gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa (tuberkulosis,

catscratch disease, atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma).

(Farrer R,1998)

Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang

menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar

maksimum 2 cm dan 1,5 cm merupakan batas ukuran yang memerlukan

evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan

penyakit granulomatosa. .(Banzemore AW,2002)

b. Lokasi limfadenopati

Limfadenopati daerah kepala dan leher

Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak,

tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama

limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak, umumnya berupa

infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium

atipikal, cat-scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi,

sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki, limfadenopati dapat

berlangsung selama beberapa bulan. Limfadenopati supraklavikula

kemungkinan besar (54%-85%) disebabkan oleh keganasan.3

Kelenjar getah bening servikal yang mengalami inflamasi dalam

beberapa hari, kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-anak)

khas untuk limfadenopati akibat infeksi stafi lokokus dan

streptokokus.(Fletchr.2010).

Kelenjar getah bening servikal yang berfl uktuasi dalam

beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa tanda-tanda infl

amasi atau nyeri yang signifi kan merupakan petunjuk infeksi

mikobakterium, mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae

(penyebab cat scratch disease).1 Kelenjar getah bening servikal yang

keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok menunjukkan

metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring,

tiroid, dan esofagus).1 Limfadenopati servikal merupakan

manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang paling sering (63-77%

kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh

mikobakterium nontuberkulosa. (Spelmun D.2010)

Limfadenopati epitroklear

Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis.

Penyebabnya meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma,

sarkoidosis, tularemia, dan sifi lis sekunder.

Limfadenopati aksila

Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi

atau jejas pada ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering

bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila anterior dan sentral

yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma

jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi,

hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital

atau epitroklear dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di

ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral.

(Banzemore AW,2002)

Limfadenopati supraklavikula

Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat

dengan keganasan. Pada penelitian, keganasan ditemukan pada 34%

dan 50% penderita. Risiko paling tinggi ditemukan pada penderita di

atas usia 40 tahun.1 Limfadenopati supraklavikula kanan

berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus.

Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan

dengan keganasan abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas,

testis, ovarium, prostat).1

Limfadenopati inguinal

Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2

cm pada orang normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki.

Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi merupakan penyebab

tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang

disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan

vulva, limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati

inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan pada 58% penderita

karsinoma penis atau uretra. .(Banzemore AW,2002)

Limfadenopati generalisata

Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi

serius, penyakit autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan

limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak pada anak adalah infeksi

adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh

leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut.

Limfadenopati

C. Biopsi kelenjar

Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang

paling besar, paling dicurigai, dan paling mudah diakses dengan

pertimbangan nilai diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinal mempunyai

nilai diagnostik paling rendah. Kelenjar getah bening supraklavikular

mempunyai nilai diagnostik paling tinggi. Meskipun teknik pewarnaan

imunohistokimia dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifi sitas biopsi

aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap merupakan prosedur diagnostik

terpilih. Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada biopsi merupakan hal yang

penting untuk diagnostik yang tepat, terutama untuk membedakan limfoma

dengan hiperplasia reaktif yang jinak.(Banzemore AW,2002)

Daftar Pustaka

1. Corwin.2009.Patofisiologi.Jakarta.EGC

2. Fletcher RH. 2010.Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults.Am Fam

Physician

3. Ferrer R.1998. Lymphadenopathy: Diff erential diagnosis and evaluation. Am Fam

Physician.

4. Bazemore AW. Smucker DR.2002.Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam

Physician.

5. Sundel R.2010.Epidemiology and etiology of Kawasaki disease. Am Fam Physician

6. Sundel R.2010.Clinical manifestations and diagnosis of Kawasaki disease.Am Fam

Physician

7. Richards MJ. 2010.Kikuchi’s disease. Am Fam Physician

8. Ranka SR, Rajput A, Kantharia CV.2004.Kimura’s disease. Indian J Otolaryngol Head

Neck Surg.