lia referat
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
Epidemiologi Pendahuluan
Berdasarkan beberapa laporan, penyakit toxoplasmosis tersebar di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Banyaknya keluarga di Indonesia memelihara kucing dan anjing yang
merupakan salah satu risikonya terjadinya penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang berasal
dari berbagai jenis kuman antara lain protozoa, bakteri penyebab disentri dan toxoplasmosis.
Toxoplasmosis telah lama diketahui sebagai penyebab utama kelainan kongenital
pada bayi seperti : toxoplasmosis kongenital, abortus, lahir mati dan prematuritas serta
toxoplasmosis akuasita pada orang dewasa. Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa infeksi oleh
kuman TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalo virus, Herpes Simplex) pada wanita,
yang biasanya menyebabkan infeksi sub klinis (silent infection), dapat menyebabkan
kemandulan (interfilitas); yaitu berkisar antara 70% wanita infertil ternyata terinfeksi oleh
kuman TORCH.
Toxoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii sebagai penyakit zoonosis yaitu
infeksi pada manusia dan binatang. Toxoplasma gondii termasuk spesies dari kelas sporozoa
(Coccidia), pertama kali ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundii di Afrika
Utara (Tunisia) oleh Nicolle dan Manceaux pada tahun 1908. Tabun 1928 Toxoplasma gondii
ditemukan pada manusia pertama kali oleh Castellani, Yanku, kemudian oleh Torres, dan
mengklasifikasikan parasit tersebut sebagai suatu "encefalon". Hospes definitif adalah kucing
dan Filidae, dan hospes perantaranya adalah manusia dan mamalia lainnya serta beberapa
jenis burung.
Toxoplasma gondii dapat timbul di seluruh dunia dan merupakan salah satu infeksi
parasitik paling utama pada manusia. Infeksi didapat melalui memakan jaringan kista pada
daging yang kurang matang memasaknya , melalui oocyst yang diekresikan oleh kucing, dan
tanah atau air yang terkontaminasi.
Suatu penelitian di Norwegia yang melibatkan 35.940 wanita hamil selama 1992
hingga 1994, memberikan gambaran sebagai berikut : 10,9% wanita terinfeksi sebelum
kehamilan dan 0,17% terjangkit infeksi selama kehamilan. Ini berarti, 1 dari 10 ibu hamil
beresiko mengidap infeksi Toxoplasma gondii. Ketika infeksi primer timbul selama
kehamilan, Toxoplasma gondii dapat ditransmisikan dari ibu ke fetusnya. Infeksi fetus dapat
menyebabkan lesi inflamasi pada otak, retina, dan koroid yang dapat berkembang menjadi
kerusakan saraf permanen atau kerusakan penglihatan. Walaupun jarang namun infeksi fetus
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
juga dapat menyebabkan kematian. Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan dengan
mendapatkan antibody IgM dan IgG anti Toxoplasma gondii dalam tes serologi. Sebagai
parasit, Toxoplasma gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel
darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikuloendotelial dan
system saraf pusat.
Toksoplasmosis adalah penyakit yang dapat menyerang manusia, yang dapat menjadi
berat pada pasien imunokompromise, seperti penderita AIDS yang memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami cerebral toxoplasmosis, encephalitis, disseminate toksoplasmosis,
gold standar-nya adalah pemerikasaan serologi dan pemeriksaan PCR dan biopsi, cerebral
toksoplasmosis ditandai dengan peradangan pada selaput meinges, pada pemeriksaan LCS
didapatkan adanyan keadaan pleositosis.
Etiologi
Toxoplasma gondii adalah anggota dari famili Apicomplexa, oosit parasit ini
didapatkan pada feses kucing. Setelah 2 sampai 3 hari, oosit dapat terinhalasi atau melalui
jalur fekal oral. Takizoid meni,mbulkan respon imun yang masih relative rendah, bradizoit
dapat bermigrasi menuju sel otak dan otot, bradizoit terlindung dari respon imun Host.
T.gondii pada manusia dapat menjadi dorman dan menjadi penyakit kronik
Patogenesis
Toxoplasma gondii berkembang dari takizoid kemudian secara perlahan-lahan
menjadi bradizoit. Dengan pemeriksaaan mikroskop electron dan microarray ~ 4,400 dapat
diidentifikasi bahwa cDNAs dari Toxoplasma gondii memiliki ~600 genes, dalam perubahan
menjadi bradizoit, membutuhkan banyak ekspresi gen. Seperti protein permukaan putative
( aSAG1-related protein, BSR4, CST1, SAG2C/D, SAG4A,SRS9 dan mucin), enzim yang
berfungsi untuk metabolisme T. gondii (methionine aminopeptidase, pyruvate kinase, lactate
dehydrogenase, oligopeptidase, aminotransferase, and glucose-6-phosphate dehydrogenase
homologues dan protein stress BAG 1/5) dan beberaba unit gen yang mengkode
pembentukan organel-organel protein (MIC1, ROP1, ROP2, ROP4, GRA1, GRA5, and
GRA8). Molekul permukaan putative a SAG 1 hanya dimiliki saat stadium bradizoit.
SAG2C/D and BSR4 merupakan gen spesifik khas untuk bradizoit.mucin sangat berperan
untuk invasi ke sel host, Methionine aminopeptidase (MAP) berfungsi sebagai regulasi
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
protein dengan membelah ujung amino methionine oligopeptidase memodifikasi metabolisme
enzim lactulosa. Penurunan ekspresi G6PG pada bradizoit berfungsi untuk metabolisme
gula, karbohidrat. G6PD merupakan enzim yang memulai metabolisme pentosa pospat dan
penurunan. Penurunan pada aktivitas glikolitik akan menimbulkan kenaikan piruvat kinase
dan lactate dehidrogenase pada bradizoit.
Gambaran pendeteksian ekspresi gen
Bradizoit cDNA mengekspresikan molekul EST, untuk berubah menjadi Takizoid.
Takizoid mengekspresikan NTPase takizoid. Tetapi secara detail untuk proses diferensiasi
dari bradizoit menjadi takizoid secara detail belum diketahui. Pada saat bradizoit mulai
tumbuh terdapat ekspresi gen yang telah ditranskripsi ROP1, ROP2, ROP4, GRA1, GRA5,
GRA8, and MIC1. A glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), tetapi gen apa yang
memicunya, belum diketahui.
Dari penelitian dikatahui bahwa5′ and 3′ RACE (rapid amplification of cDNA ends)
pada bradizoit cDNA dengan primer yang terkode oleh EST
Toxoplasma gondii, dapat menyebabkan kelainan infeksi letal yang berkembang pada
janin, menyebabkan chorioretinitis, T. gondii menyebabkan penyakit kronik yang dapat
bertahan sepanjang hayat, tetapi hingga saat ini belum dapat diproduksi vaksin anti
toksoplasmosis. T. gondii menyebabkan respon imun IFN meningkat,dan keadaan terinfeksi
toksoplasma dapat menginduksi seseorang terkena helicobacter pylori secara mudah
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
Infeksi Toxoplasma gondii pada pasien imunokompetean secara normal akan
menimbulkan respon type 1 T-cell (Th1), dengan ekspresi (IFN)- yang meningkat, T cells
diperkirakan memiliki peran pada respon tubuh terhadap kuman T. Gondii yang dorman.
Pada pemeriksaan Cytometric telah diketahui bahwa jumlah Tsell terbanyak terdapat pada
aqueous humor saat inflamasi dibandingkan di darah perifer
Siklus Hidup Toxoplasma Gondii
Hospes definitif Toxoplasma gondii adalah kucing atau binatang sejenisnya (Felidae).
Dalam tubuh kucing (sel epitel usus kecil kucing) berlangsung daur aseksual (skizogoni) dan
daur seksual (gametogoni). Daur seksual tersebut menghasilkan ookista yang selanjutnya
dikeluarkan bersama tinja kucing. Bila ookista ini tertelan oleh manusia, tikus, burung, atau
mamalia lain, maka pada berbagai jaringan hospes perantara ini dibentuk kelompok-
kelompok trofozoit. Mamalia tersebut di sini berperan sebagai hospes perantara, sementara
pada manusia dapat sekaligus sebagai penderita toxoplasmosis akibat konsumsi makanan
yang terkontaminasi Toxoplasma gondii atau konsumsi daging mamalia yang telah terinfeksi
Toxoplasma gondii. Trofozoit-trofozoit yang membelah secara aktif akan disebut sebagai
takizoit. Kecepatan takizoit membelah akan makin berkurang dan terbentuklah kista yang
mengandung bradizoit. Pada masa ini, manusia yang terinfeksi akan masuk masa infeksi laten
(menahun). Apabila kucing sebagai hospes definitif makan hospes perantara yang terinfeksi
(misalnya burung atau tikus), maka terbentuk lagi berbagai stadium seksual di dalam sel
epitel usus kecilnya. Demikian seterusnya siklus Toxoplasma gondii ini akan berulang seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
Berikut ini adalah siklus hidup Toxoplasma gondii yang digambarkan dalam bentuk
bagan sehingga lebih mudah dipahami :
KUCING (HOSPES DEFINIF)
Di usus kucing terjadi daur seksual (gametogoni) dan aseksual (skizogoni)
Daur seksual menghasilkan ookista dan sporogoni yg keluar bersama tinja kucing
TIKUS & MAMALIA LAIN (HOSPES PERANTARA)
MANUSIA (HOSPES PERANTARA)
Trofozoit
Takizoit
Kista yg mengandung bradizoit (kista jaringan)
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
Masa Inkubasi
Pada manusia masa inkubasi Toxoplasma gondii adalah 10-23 hari setelah
mengkonsumsi daging yang terkontaminasi dan 5-20 hari setelah terpapar kucing yang
terinfeksi.
Gejala Klinik
T. Gondii dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh kecuali sel darah merah
(tidak berinti). Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh tergantu pada :
1. Umur
2. Virulensi strain toxoplasma
3. Jumlah parasit
4. Organ yang diserang
Pada orang yang tidak memiliki gangguan imunitas dan tidak hamil, infeksi T. Gondii
akan memberikan gambaran asimptomatik. Kira-kira 10-20% pasien berkembang menjadi
limfadenitis, gejala seperti flu yaitu demam, malaise, mialgia, sakit kepala, radang tenggorok,
limfadenopati, dan ruam kulit. Pada beberapa kasus penyakit ini dapat menyerupai
mononukleosis infeksiosa. Gejala penyakit ini dapat berubah mesikipun tanpa terapi dalam
minggu samapai bulan tetapi pada beberapa kasus perubahan ini dapat terjadi dalam waktu
yang lama yaitu tahunan.gejala yang berat seperti miositis, miokarditis, pneumonitis, dan
tanda neurologi yaitu paralisis fasial, gangguan reflek, hemiplegia, dan koma dapat mungkin
terjadi tetapi kasusnya jarang. Gambaran toxoplasmosis okular unilateral dengan uveitis
dapat terlihat pada orang dewasa dan dewasa muda. Pada indeksi akut di retina ditemukan
reaksi peradangan fokal dengan edema dan infiltrasi leukosit yang dapat menyebabkan
kerusakan total dan pada proses penyembuhan menjadi parut dengan atrofi retina dan koroid
disertai pigmentasi. Sindrom ini biasanya merupakan manifestasi dari infeksi kongenital yang
asimptomatik atau reaktivasi infeksi laten.
Infeksi dapatan selama hamil dapat menimbulkan toxoplasmosis kongenital pada
janin. Gejalanya terjadi karena adanya infeksi pada saat perkembangan otak dan retina. Berat
infeksi tergantung pada umur janin pada saat terjadi infeksi, makin muda usia janin saat
terinfeksi maka makin berat kerusakannya. Sebaliknya makin muda usia kehamilan saat
terjadi infeksi primer pada ibunya maka makin kecil presentase janin yang terinfeksi. Triade
klasik toxoplasmosis adalah hidrosefalus, retinokoroiditis, dan perkapuran intrakranial,
sedangkan tetrade sabin adalah gejala triade ditambah kelaianan psikomotor. Gambaran dari
penyakit mata pada infeksi toxoplasmosis adalah gangguan bilateral, korioretinitis dengan
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
strabismus, nistagmus, dan mikroftalmia. Hidrosefalus terjadi karena penyumbatan
aquaduktus syilvii oleh ependimitis. Janin yang terinfeksi pada trimester akhir akan bergejala
demam, ruam kulit, hepatomegali, splenomegali, pneumonia, atau infeksi umum lain. Janin
yang lahir prematur memiliki gejala klinis yang lebih berat daripada yang cukup bulan, dapat
disertai hepatosplenomgelai, ikterus, leimfadenopati, dan kelainan SSP serta lesi mata. Janin
yang terinfeksi sebagian besar asimptomatik pada saat lahir yang selanjutnya akan berlanjut
menjadi gangguan penglihatan, dan membahayakan hidupnya jika terlambat diterapi. Infeksi
pada trimester pertama dapat mengakibtkan aborsi.
Infeksi toxoplasmosis pada penderita imunosupresan biasanya berat. Gejala umumnya
adalah penyakit neurologi, terutama pada infeksi reaktivasi.ensefalitis dengan gejala sakit
kepala, disorientasi, hemiparesis, perubahan reflek, konvulsi, dan drowsiness dapat
menimbulkan koma dan kematian. Nekrosis yang terjadi karena multiplikasi parasit dapat
meneybabkan abses pada jaringan saraf. Selain itu juga dapat terjadi miokarditis dan
pneumonitis.
1. Toxoplasmosis akuisita
a. Toxoplasmosis akuisita pada orang sehat asimptomatis, biasanya sembuh sempurna;
dapat dijumpai non febrile disseminate lymphadenopathy yang menyerupai infeksi
mononukleosis; gejala berat seperti ensefalitis, miokarditis dan pneumonia jarang terjadi.
b. Toxoplasmosis akuisita pada orang menderita immunodefisiensi; keadaan ini
menyebabkan penyakit menjadi berat dan fatal, disebabkan oleh infeksi primer atau
reaktivasi infeksi laten.
2. Toxoplasmosis kongenital
Terjadi akibat masuknya toxoplasma melewati sawar plasenta pada 20-30% wanita hamil
dengan infeksi primer.
Ada 4 bentuk :
a. Neonatus dilahirkan dengan gejala
b. Gejala timbul dalam minggu atau bulan-bulan pertama
c. Gejala sisa atau relaps penyakit yang tidak terdiagnosis selama anak dan remaja
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
d. Infeksi subklinis
Kuman TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalo virus, Herpes simplex virus)
merupakan salah satu penyebab Penyakit Radang Panggul (PRP) pada wanita; wanita
dengan PRP tanpa keluhan disebut subklinis, tetapi akibat yang ditimbulkan adalah
kemandulan (infertilitas). Terbukti bahwa hampir 70% wanita infertil, terutama infertil
sekunder ternyata terinfeksi dengan kuman TORCH. Banyak wanita infertil tidak
mempunyai keluhan, tidak mempunyai riwayat infeksi, tetapi pada pemeriksaan
laboratorium terdapat positif terinfeksi kuman TORCH, sehingga diperkirakan bahwa
banyak kasus infeksi subklinis berlalu tanpa terdiagnosis.
Perlu diduga adanya infeksi subklinis, bila :
1) Dijumpai adanya penyumbatan/perlengketan tuba, meskipun tidak ada riwayat
infeksi.
2) Riwayat kehamilan ektopik.
3) Ditemukan perlengketan genitalia interna pada saat laparaskopi maupun laparatomi.
4) Wanita dengan fluor vagina mukopurulen tanpa keluhan PRP.
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
Diagnosis
Diagnosis toxoplasmosis dapat dilakukan secara observasi langsung pada ada
tidaknya parasit di dalam jaringan, termasuk pada biopsi limfonodi dan bilasan
bronkoalveolar. Selain itu imunohistokima dan mikroskop elektron dapat juga digunakan.
PCR dapat membantu teruatama untuk mendeteksi infeksi kongenital di uterus. T. Gondii
juga dapat diisolasi dari otot, otak, darah atau cairan tubuh lain menggunakan kultur sel atau
inokulasi. Metode tomografi sering digunakan untuk mendiagnosis toxoplasmosis serebral
sedangkan USG digunakan untuk janin. Gambaran CT scan dan MRI untuk kasus ini adalah
lesi tunggal atau multipel dengan predileksi pada ganglion basal dan perbatasan substansi
abu-abu dan putih.
Cara diagnosis yang paling sering adalah tes serologi. Tes serologi yang paling sering
adalah IFA dan ELISA. Tes serologi yang lain adalah Sabin Feldman, indirek hemaglutinasi,
lateks aglutinasi, modifikasi aglutinasi, dan fikasasi komplement.
Pada penelitian epidemiologi, cara yang sering digunakan adalah toxoplasmin skin
test. Tes IgM digunakan untuk mengetahui kapan waktu infeksi, misalnya pada wanita hamil.
IgM dapat ditemukan setelah 18 bulan pasca infeksi akut dan false positif biasanya terjadi.
Pada reaktivasi infeksi laten tampak adanya antibodi IgG dari infeksi lampau.
1. Dye test Sabin Feldman
Merupakan pemeriksaan yang pertama kali ditemukan. Dasar test ini yaitu toxoplasma
gondii mudah diwarnai dengan metilen blue. Tetapi bila dicampur dengan serum kebal,
maka parasit tidak dapat mengambil warna lagi karena anti bodi toxoplasma yang ada dalam
serum tersebut akan melisis parasit ini.
2. Complement Fixation Test (CFT)
Complement fixaton test (CFT) berdasarkan reaksi antigen antibodi yang akan mengikat
komplement sehingga pada penambahan sel darah merah yang dilapisi anti bodi tidak
terjadi hemolisis.
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
3. Reaksi Fluoresensi antibodi,
Reaksi fluoresensi anti bodi memakai sediaan yang mengandung toxoplasma yang telah
dimatikan. Anti bodi yang ada dalam serum akan terikat pada parasit. Setelah ditambah
antiglobulin manusia yang berlabel fluoresens.
4. Indirect Hemagglutination Test
Mempergunakan antigen yang diletakkan pada sel-sel darah merah, bila dicampur dengan
serum kebal menimbulkan aglutinasis.
5. Enzym Linked Immunosorhen Assay (Elisa).
Elisa mempergunakan antigen toxoplasmosis yang diletakkan pada penyangga padat. Mula-
mula diinkubasi dengan serum penderita, kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar
anti bodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah
ikatan antigen anti bodi dicampur dengan substrat.
Diagnosis terhadap toxoplasmosis secara mudah dapat ditegakkan dengan menemukan anti
bodi terhadap penderita terhadap serum darah penderita Anti toxoplasma gondii kelas IgM
timbul segera setelah infeksi, dan baru mencapai puncaknya pada minggu keempat kemudian
menurun secara lambat dan tidak terdeteksi lagi setelah empat bulan. Sedang anti toxoplasma
kelas IgG dapat dideteksi setelah 3 atan 4 bulan infeksi dan kadarnya menetap sampai
bertahun-tahun. Dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM, maka kita dapat mengetahui
apakah seseorang dalam infeksi akut, rentan atau kebal tehadap toxoplasmosis. Selain seperti
cara di atas bisa juga dilakukan pemeriksaan histopatologis jaringan otak, sum-sum tulang
belakang, kelenjar limpe, cairan otak merupakan diagnosis pasti tetapi cara ini sulit dilakukan.
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
Pengobatan
Obat-obat yang dipakai saat ini hanya membunuh bentuk takizoit T. gondii dan tidak
membasmi bentuk kistanya, sehingga obat-obat ini dapat memberantas infeksi akut, tetapi
tidak dapat menghilangkan infeksi menahun yang dapat menjadi aktif kembali.
Pirimetamin dan sulfonamid dapat bekerja secara sinergis, maka dipakai sebagai
kombinasi selama 3 minggu atau sebulan. Pirimetamin dapat menekan hemopoesis dan dapat
menyebabkan trombositopenia dan leukopenia. Untuk mencegah efek samping ini, dapat
ditambahkan asam folinik atau ragi. Pirimetamin bersifat teratogenik, maka obat ini tidak
dianjurkan untuk wanita hamil.
Pirimetamin diberikan dengan dosis 50 mg – 75 mg sehari untuk dewasa selama 3
hari dan kemudian dikurangi menjadi 25 mg sehari (0,5 – 1 mg/KgBB?hari) selama beberapa
minggu pada penyakit berat. Karena half lifrnya adalah 4-5 hari, pirimetamin dapat diberikan
2 hari sekali atau 3 – 4 hari sekali. Asam folinik diberikan 2 – 4 mg sehari atau dapat
diberikan ragi roti 5 – 10 mg sehari, 2 kali seminggu.
Sulfonamide dapat menyebabkan trombositopenia dan hematuria, diberikan dengan
dosis 50 – 100 mg/KgBB/hari selama beberapa minggu atau bulan.
Spiromicin adalah antibiotika macrolide, yang tidak menembus plasenta, tetapi
ditemukan dengan konsentrasi tinggi di plasenta. Spiramicin diberikan dengan dosis 100
mg/KgBB?hari selama 30 – 45 hari. Obat ini dapat diberikan pada wanita hamil yang
mendapat infeksi primer, sebagai obat profilaktik untuk mencegah transmisi T. gondii ke
janin dalam kandungannya.
Klindamisin efektif untuk pengobatan toxoplasmosis, tapi dapat menyebabkan colitis
pseudomembranosa atau colitis ulcerative, maka tidak dianjurkan untuk pengobatan rutin
pada bayi dan wanita hamil. Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi peradangan pada
mata, tetai tidak dapat digunakan sebagai obat tunggal.
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
Obat macrolide lain yang efektif terhadap T. gondii adalah klaritromisin dan
azitromisin yang diberikan bersama pirimetamin pada penderita AIDS dengan ensefalitis
toxoplasmik. Obat yang baru adalah hidroksinaftokuinon (atovaquoene) yang bila
dikombinasi dengan sulfadiazine atau obat lain yang aktif terhadap T. gondii, dapat
membunuh kista jaringan pada mencit. Tapi hasl penelitian pada manusia masih ditunggu.
Toksoplasmosis yang akuisita yang asimptomatik tidak perlu diberi pengobatan.
Seorang ibu yang hamil dengan infeksi primer harus diberikan pengobatan selama sedikitnya
1 tahun. Penderita imunokompromais (AIDS, keganasan) yang terjangkit toksoplasmosis akut
harus diberi pengobatan.
Pencegahan
Untuk terhindar dari penyakit toxoplasma memelihara kesehatan tubuh dan
kebersihan lingkungan dengan baik. Hidup sehat dan selalu berbahagia, jauh dari stress dan
tekanan serta selalu mengkonsumsi makanan dan minuman yang telah dicuci atau yang telah
dimasak dengan benar. Apabila memelihara kucing dirumah, sebaiknya juga memberi
makanan serta minuman yang telah dimasak. Jangan biarkan kucing berburu tikus atau
burung liar. Selalu menjaga kebersihan dan kesehatannya. Usahakan menyediakan tempat
khusus bagi kucing yaitu kotak berisi pasir kering untuk membuang kotoran dan air
kencingnya. Setiap dua hari sekali tempat tersebut diganti atau dibuang tapi sebelumnya
harus disiram dengan air panas atau dibersihkan dengan disenfektan dengan tujuan
membunuh telur toxoplasma.
Hal yang sangat penting ditekankan bahwa tidak semua kucing berpotensi menularkan
toxoplasma, tapi hanya kucing atau hewan lain yang menderita toxoplasma yang menjadi
sumber penyakit. Bergaul, memelihara dan memiliki kucing yang sehat tidak akan
menyebabkan sakit dan kemandulan.
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
Kesimpulan
1. Toxoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii sebagai penyakit zoonosis yaitu
infeksi pada manusia dan binatang. Stadium infektif dari toxoplasma adalah ookista.
Manusia akan tertular melalui konsumsi daging yang mengandung ookista, dengan masa
inkubasi 10-23 hari setelah mengonsumsi daging yang terkontaminasi & 5-20 hari setelah
terpapar kucing yang terinfeksi.
2. Salah satu resiko terjadinya toxoplasmosis adalah kucing & anjing, sebagai hewan
peliharaan. Kucing merupakan hospes definitif dan manusia serta mamalia lainnya
sebagai hospes perantara.
3. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh tergantung pada umur, virulensi strain
toxoplasma, jumlah parasit, organ yang diserang.
4. Toxoplasmosis dapat terjadi pada pria dan wanita. Jika imunitasnya baik, gejala tidak
timbul. Namun jika imunitasnya turun akan menimbulkan gejala dari yang ringan
(demam, malaise, mialgia, sakit kepala, radang tenggorok) sampai berat (miokarditis,
pneumonitis) dan tanda neurologi (paralisis fasial, gangguan reflek, koma) yang kasusnya
jarang terjadi.
5. Infeksi akuisita selama hamil dapat menimbulkan toxoplasmosis kongenital pada janin.
Gejala terjadi karena adanya infeksi pada saat perkembangan otak dan retina. Berat
infeksi tergantung pada umur janin pada saat terjadi infeksi. Makin muda usai kehamilan
yang terinfeksi toxoplasmosis, makin berat kerusakannya.
6. Diagnosis toxoplasmosis dapat dilakukan secara observasi langsung pada keberadaan
parasit di dalam jaringan, termasuk pada biopsi limfonodi dan bilasan bronkoalveolar.
Pada penelitian epidemiologi cara yang sering digunakan adalah toxoplasmin skin test.
Tes IgM digunakan untuk mengetahui kapan waktu infeksi. Pada reaktivasi infeksi laten
tampak adanya antibodi IgG dari infeksi lampau.
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
7. Obat-obat yang dipakai saat ini hanya membunuh bentuk takizoit T. gondii dan tidak
membasmi bentuk kistanya. Sehingga obat-obat ini dapat memberantas infeksi akut,
tetapi tidak dapat menghilangkan infeksi menahun yang dapat menjadi aktif kembali.
8. Untuk terhindar dari toxoplasmosis, perlu memelihara kesehatan tubuh dan kebersihan
lingkungan dengan baik. Konsumsi makan-minuman harus dicuci atau dimasak dengan
benar. Apabila memelihara kucing di rumah, beri makanan serta minuman yang telah
dimasak dan bersih. Menyediakan tempat khusus bagi kucing untuk membuang kotoran
dan air kencingnya. Secara rutin tiap dua hari sekali dilakukan penggantian tempat buang
air. Piring tempat makan kucing hendaknya disiram dulu dengan air panas atau
dibersihkan dengan disenfektan dengan tujuan membunuh telur toxoplasma.
ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI ILMU KEPANITERAAN ANAK RSUD BEKASI NURMAULIA DOC.NURMAULIA DOC.
Referensi
1. Sriasi Gandahusada. 2004. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC, hlm 159-160.
2. Srisasi Gandahusada. 2006. Toxoplasma gondii. Parasitologi Kedokteran, Edisi 3.
Jakarta : Penerbit FKUI,
3. Pelloux H. May 1-4, 2004. Toxoplasmosis in the immunocompromised host:
epidemiology and diagnosis. European Society of Clinical Microbiology and Infection
Disease.
4. Michael D. Cleary, Upinder Singh,† Ira J. Blader, Jeremy L. Brewer, and John C.
Boothroyd. June 1-3, 2002. Toxoplasma gondii Asexual Development: Identification
of Developmentally Regulated Genes and Distinct Patterns of Gene Expression.
Eukaryot Cell. American Society for Microbiology , pp : 329–340.
5. Michael E. Grigg, Ph.D. November 20, 2007. The Food and Water-borne Parasite.
National Institute of Alergy and Infectious Disease.
6. Eric J. Feron, Vincent N. A. Klaren, Eddy A. Wierenga, Georges M. G. M. Verjans,
and Aize Kijlstra. 2001. Investigative Ophthalmology and Visual Science vol. 42, pp :
3228-3232.
7. Chandrasekharam N. Nagineni, Barbara Detrick, and John J. Hooks. Jan, 2000.
Toxoplasma gondii Infection Induces Gene Expression and Secretion of Interleukin-1
(IL-1), IL-6, Granulocyte-Macrophage Colony-Stimulating Factor, and Intercellular
Adhesion Molecule 1 by Human Retinal Pigment Epithelial Cells. American Society
for Microbiology, pp : 407–410.
8. Calin Stoicov, Mark Whary, Arlin B. Rogers, Frederick S. Lee, Kristine Klucevsek, Hanchen Li,
Xun Cai, Reza Saffari, Zhongming Ge, Imtiaz A. Khan, Crescent Combe, Andrew Luster, James
G. Fox, and JeanMarie Houghton. 2004. Co-infection Modulates Inflammatory Responses and
Clinical Outcome of Helicobacter felis and Toxoplasma gondii Infections. The American
Association of Immunologists, Inc., pp : 3330-3336.