lesi pra kanker serviks final
TRANSCRIPT
LESI PRA KANKER
PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyakit sel dengan ciri kegagalan atau gangguan dalam mengatur
multiplikasi dan fungsi homeostatiknya dalam organisme multiseluler. Sifat umum penyakit
kanker adalah pertumbuhan yang berlebihan, gangguan diferensiasi sel, bersifat invasi, bersifat
metastatic, bersifat herediter, terjadi pergeseran metabolisme menuju makromolekul dalam
bentuk nukleosida dan asam amino yang meningkatkan kebutuhan karbohidrat untuk
pertumbuhannya. Adapun cara sel kanker mengganggu hospes adalah dengan melakukan
pendesakan terhadap organ sekitarnya, menghancurkan jaringan sekitarnya, gangguan sistemik
karena metastase dan mungkin mengeluarkan toksin sehingga hospes tampak toksis.
Kanker serviks adalah penyakit kanker terbanyak kedua di seluruh dunia setelah kanker
payudara ( mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita). Di beberapa negara bahkan menjadi
penyebab kanker terbanyak pada wanita dengan kontribusi 20-30%. Di negara berkembang
keganasan pada serviks merupakan penyebab kematian wanita karena kanker terbanyak
sedangkan di negara maju menjadi penyebab kematian nomor dua. Di Indonesia, Departemen
Kesehatan RI tahun 2004 mencatat kanker serviks sebagai urutan pertama kanker yang diderita wanita
dengan rata-rata usia penderita didiagnosa pada umur diatas 50 tahun, namun kanker ini dapat saja
muncul dini pada wanita di usia 20-an tahun.. Setiap tahun di seluruh dunia terdapat 600.000 kanker
serviks invasif baru dan 300.000 kematian. Di negara barat yang maju kanker serviks hanya
mencapai 4-6% dari seluruh penyakit kanker pada wanita. Perbedaan yang besar ini disebabkan
oleh penggunaan metode skrining massal yang sudah efektif.
Sebagian kasus kanker serviks pada negara berkembang terdiagnosis pada stadium lanjut.
Faktor-faktor yang berperan dalam hal ini adalah kurang efektifnya program skrining baik
infrastruktur, tehnik dan organisasinya. Penyebab lain adalah faktor geografis, finansial dan
budaya. Wanita dengan kanker serviks tampaknya belum merasakan gejala pada stadium dini
penyakit dan sebagian besar mencari pertolongan saat mereka gejala sudah muncul. Kira-kira
hanya 5 % wanita di negara berkembang melakukan skrining pada periode 5 tahun terakhir,
sedangkan 70% wanita di Amerika Serikat dan Eropa telah melakukan skrining sedikitnya satu
kali.
Kanker serviks merupakan penyakit yang sangat dapat dihindari karena
perkembangannya yang dinilai relatif lambat, dengan lesi-lesi pre-kanker yang secara bertahap
berkembang melalui beberapa stadium yang dapat dikenali (multistep) melalui program-program
skrining sitologi sebelum akhirnya menjadi kanker invasif. Penyakit ini memiliki tingkat
kesembuhan yang tinggi jika dapat didiagnosa sebelum berkembang menjadi kanker invasif,
melalui operasi, radioterapi serta kemoterapi. Namun demikian, kanker serviks invasif tetap
memiliki angka kematian yang signifikan bahkan tertinggi pada penyakit kanker wanita.
LESI PREKANKER PADA SERVIKS
Sel-sel pada permukaan serviks kadang tampak abnormal tetapi tidak ganas.
Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan
langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian
bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan
prekanker yang bisa berubah menjadi kanker.
Saat ini telah digunakan istilah yang berbeda untuk perubahan abnormal pada sel-sel di
permukaan serviks, salah satu diantaranya adalah lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya kelainan
jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang abnormal hanya ditemukan di lapisan permukaan).
Secara histopatologi karsinoma serviks terdini dari 2 jenis, yaitu: jenis karsinoma
epidermoid (95%) dan jenis adenokar-sinoma (5%). Proses perubahan sel kolumner endoserviks
menjadi sel skuamosa ektoserviks terjadi secara fisiologik pada setiap wanita yang disebut
sebagai proses metaplasia. Karena adanya faktor-faktor risiko yang bertindak sebagai ko-
karsinogen, proses metaplasia fisiologis ini dapat berubah menjadi proses displasia yang bersifat
patologis. Adanya proses displasia inilah yang dinamakan sebagai lesiprakanker atau disebut
sebagai Cervical Intraepithelial Neo-plasia (CIN) atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS).
Perubahan pada sel-sel ini bisa dibagi ke dalam 2 kelompok:
1. Lesi tingkat rendah
Merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk dan jumlah sel yang membentuk
permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan sendirinya. Tetapi yang
lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan lebih abnormal, membentuk lesi tingkat tinggi. Lesi
tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1). Lesi
tingkat rendah paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun, tetapi juga
bisa terjadi pada semua kelompok umur.
2. Lesi tingkat tinggi : ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak sangat berbeda dari
sel yang normal.
Perubahan prekanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks. Selama berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak akan menjadi ganas dan tidak akan menyusup
ke lapisan serviks yang lebih dalam. Lesi tingkat tinggi juga disebut displasia menengah atau
displasia berat, NIS 2 atau 3, atau karsinoma in situ. Lesi tingkat tinggi paling sering ditemukan
pada wanita yang berusia 30-40 tahun.
Jika sel-sel abnormal menyebar lebih dalam ke dalam serviks atau ke jaringan maupun
organ lainnya, maka keadaannya disebut kanker serviks atau kanker serviks invasif. Kanker
serviks paling sering ditemukan pada usia diatas 40 tahun.
Lesi prakanker serviks tersebut di atas dibagi menjadi :
CIN I : sesuai dengan displasia ringan.
CIN II :sesuai dengan displasia sedang.
CIN III : sesuai dengan displasia berat.
Sehingga perkembangan kanker leher rahim dapat digambarkan sebagai berikut : CIN I --> CIN
II --> CIN III --> CIS --> Ca invasif.
CIS = Carcinoma Insitu.
Gambar. 1. Perkembangan Ca serviks
Lamanya waktu yang diperlukan untuk perkembangan dari CIN I atau displasia ringan sampai
menjadi karsinoma insitu dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel .1.Waktu yang Diperlukan oleh Penderita Displasia untuk MenJadi Karsinoma Insitu
Tingkat Displasia Waktu ( bulan )
Sangat ringan 82 ( 7 tahun )
Ringan 58 ( 5 tahun )
Sedang 38 ( 3 tahun )
Berat 12 ( 1 tahun )
KANKER SERVIKS
01. DEFINISI
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina ). Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
02. PENYEBAB
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak
terkendali. Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang
disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya
disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks:
1. HPV (human papillomavirus)
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
4. Berganti-ganti pasangan seksual
5. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18
tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah berhubungan dengan wanita yang menderita
kanker serviks.
6. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak
digunakan pada tahun 1940-1970)
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian pil KB
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara rutin)
03. PATOGENESIS
Serviks mempunyai 2 jenis epitel yaitu kolumner dan skuamosa yang dihubungkan satu sama lain
oleh sambungan skuamosa kolumner. Epitel kolumner akan diganti oleh epitel skuamosa yang baru pada
proses metaplasia.
Proses metaplasia terjadi dalam 2 periode yakni masa dinamik yang merupakan pergantian
bertahap epitel kolumner dari skuamosa dan masa maturasi yang merupakan proses diferensiasi dan
pematangan dari sel-sel yang sudah mengalami masa dinamis.
Pada masa dinamik dengan pengaruh faktor-faktor pencetus dapat terjadi perubahan atipik yang
secara klinis disebut NIS. Displasia berawal dari fokus tunggal di zona transformasi serviks. Bibir
anterior serviks kemungkinan dikenai 2 kali lebih banyak dari bibir posterior dan jarang sekali dysplasia
berawal dari sudut lateral. Virus HPV memiliki selubung protein yang dikenal dengan kapsid mayor L1
dan kapsid minor L2 serta memproduksi protein E1,E2,E5,E6,E7 yang bersifat onkogen. Oknoprotein E6
dan E7 ini merupakan penyebabnya terjadinya degenerasi keganasan pada sel serviks. Oknoprotein E6
dan E7 tersebut akan mengikat tumor subpressor gene P53 (TSG T53) dan TSG. Ikatan tersebut akan
melepaskan E2F yang bersifat sebagai faktor transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol yang
menyebabkan terjadinya suatu siklus yang bersifat mutagenesis. Adanya infeksi HPV beresiko tinggi ini
yang tak bisa diatasi oleh tubuh akan menjadi pemicu terjadinya perubahan sel abnormal atau
mutagenesis sel. NIS bila tidak ditanggulangi dengan baik akan berlanjut menjadi karsinoma invasif
dengan perjalanan waktu.
Hubungan antara epitel skuamosa pada vagina dan daerah ektoserviks, dengan epitel kolumna
pada daerah kanalis endoserviks disebut hubungan skuamokolumnar original. Posisi sambungan
skuamokolumnar original menentukan daerah perluasan metaplasia skuamosa seviks. Metaplasia
skuamosa adalah proses yang penting dalam terjadinya kanker pada serviks.
04. GEJALA KLINIS
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini
tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan
menyusup ke jaringan di sekitarnya.
Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan
hubungan seksual dan setelah menopause
Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung
darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
Nyeri panggul, punggung atau tungkai
Dari vagina keluar air kemih atau tinja
Patah tulang (fraktur).
05. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
1. Pap smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya
yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikspun menurun sampai
lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18
tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
Normal
Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ
tubuh lainnya).
2. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada
serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
4. Tes Schiller
Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat,
sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
Untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan beberapa pemeriksan berikut:
Sistoskopi
Rontgen dada
Urografi intravena
Sigmoidoskopi
Scanning tulang dan hati
Barium enema.
Penentuan Stadium Ca Serviks
Penentuan stadium dilakukan dengan pemeriksaan klinik. Pemeriksaan kanker serviks yang
memiliki akurasi tinggi adalah bila pemeriksaan dilakukan dengan narkose. Stadium klinik
sangat terbatas keakuratannya namun stadium klinik tetap diperlukan untuk persiapan
pembedahan terutama pada negara-negara dengan keterbatasan fasilitas kesehatan dimana
penentuan stadium melalui proses pembedahan sangat terbatas untuk dilakukan.
Tabel 2. Stadium klinik karsinoma serviks
0 (Pre-invasif) Lesi belum menembus membrana basalis
I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrana basalis kurang dari 3mm
dengan diameter permukaan tumor <7mm
IA2 Lesi telah menembus membrana basalis > 3mm tetapi
<5mm dengan diameter permukaan tumor <7mm
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer <4cm
IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer >4cm
II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan
sepertiga proksimal vagina)
IIA Lesi telah meluas kesepertiga vagina proksimal
IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai
dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks ( menyebar ke parametrium dan
atau sepertiga vagina distal)
IIIA Lesi menyebar kesepertiga vagina distal/bawah
IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul
IV Lesi menyebar keluar dari organ genitalia
IVA Lesi meluas keluar rongga panggul, menyebar ke mukosa
vesika urinaria
IVB Lesi meluas ke mukosa rektum dan atau meluas ke organ
jauh
06. SKRINING CA SERVIKS
Ada beberapa metode skrining yaitu Pap smear, kolposkopi, thin prep, kuretasi endoserviks dan
biopsi. Sistem Bethesda adalah system pelaporan yang saat ini sudah banyak di terima. Sistem ini berusaha
mengurangi keraguan dalam diagnosis yang selama ini terjadi serta mengembangkan terminology yang
tetap sehingga standar penatalaksanaan yang jelas dapat dibuat. Meskipun banyak teknik pemeriksaan
skrining, diagnosis definitive yang dapat dipercaya hingga saat ini adalah hasil pemeriksaan patologi
anatomi dari biopsi. Kuretase endoserviks sangat berperan dalam menegakkan diagnosis adenokarsinoma
insitu serviks (AIS). Biopsi kadang kala harus dibantu dengan kolposkopi karena lesinya kecil atau
multifokal.Bila seluruh daerah sambungan skuamokolumnar baru dapat terlihat masih rasional untuk tidak
melakukan kuratase endoserviks. Pada papsmear sebaiknya dilakukan setidak-tidaknya 3 tahun setelah
pertama kali hubungan seksual.Skrining sebaiknya dilakukan 2 tahun sekali.Sedang pada wanita 70 tahun
dengan 3 kali pemeriksaan berturut-turut normal dan tidak didapatkan riwayat sitologi yang abnormal
dalam sepuluh tahun terakhir, maka dapat dipertimbangkan untuk tidak melanjutkan prosedur skrining.
Pemeriksaan HPV DNA dapat ditambahkan pada wanita berumur lebih dari 30 tahun.
Tekhnik Paps smear :
Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan senggama maupun memakai
obat-obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama. Waktu yang baik untuk pemeriksaan
adalah beberapa hari setelah selesai menstruasi. Ibu dalam posisi litotomi, dipasang spekulum
vagina tanpa menggunakan pelicin, dan tanpa melakukan periksa dalam sebelumnya. Setelah
portio ditampakkan, maka spatula Ayre di- tempelkan pada portio uteri dengan bagian yang lebih
panjang dimasukkan ke dalam canalis cervicalis, lalu spatula diputar 180° searah jarum jam.
Lendir yang didapat dioleskan pada objek gelas, lalu difiksasi atau direndam dalam larutan
alkohol 96%. Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap direndam dalam alkohol) atau dikirim
secara kering dengan mengeringkan sediaan setelah direndam dalam alkohol setengah jam.
Gambar 2. Tekhnik pemeriksaan Pap smear
Interpretasi hasil pap smear
Normal
Tidak ada sel abnormal terdeteksi, tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap
smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.
Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous cells of
undetermined significance)
sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus ini, Pap
smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belum jelas
memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Perlu dilakukan analisa ulang sampel untuk
mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus,
sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus,
perlu dilakukan tes lebih lanjut.
Lesi intra epithelial sel bersisik(Squamous intraepithelial llesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin
sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain
dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi
kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan
menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
Sel glandular atipikal(Atypical glandular cells)
Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan dalam uterus. Sel
glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka bersifat
kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal.
Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or adenocarcinoma cells)
Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis hampir
yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker timbul
di permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di sel
glandular
Tabel 3. Klasifikasi hasil pemeriksaan sitologi
Class Description Bethesda 2001
I Normal Normal and variants
II Reactive Changes Reactive Changes
Atypia ASC, ASG
Koilocytosis Low Grade SIL
III CIN I Mild dysplasia Low Grade SIL
III CIN II Moderate dysplasia High Grade SIL
III CIN III Severe dysplasia High Grade SIL
IV Ca in situ, suspicious High Grade SIL
V Invasive Microinvasion (<3mm)
Frankly invasive (>3mm)
CIN = cervical intraepithelial neoplasia, SIL = squamous intraepithelial lesion
07. PENATALAKSANAAN
Prinsip utama pengobatan adalah memberikan terapi adekuat untuk menghilangkan penyakit secara
aman, efektif dan mencegah rekurensi.
Pengobatan lesi pra kanker
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut:
tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
rencana penderita untuk hamil lagi
usia dan keadaan umum penderita.
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah
yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus
menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:
Kriosurgeri (pembekuan)
Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan
yang sehat di sekitarnya
LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
Pengobatan Ca Serviks
Pada stadium IA1 terapi konservatif dapat memberi hasil yang cukup baik. Bagi wanita yang
masih ingin mempunyai anak maka dapat dilakukan pembedahan koninasi atau amputasi serviks.
Pada wanita yang sudah cukup anak, dapat dilakukan histerektomi totalis. Pembedahan dianggap
cukup jika tidak dijumpai emboli di pembuluh limfe atau pembuluh darah serta tepi sayatan
bebas tumor.
Pada stadium IA2 terapi konservatif masih tetap dapat dilakukan. Pembedahan terpilih adalah
histerektomi radikal tipe I atau II dengan limfadenektomi pelvis. Sedangkan untuk stadium IB2-
IIA seringkali dilakukan tipe II atau III dan dilakukan evaluasi pembuluh limfe paraaortik. Pada
pasca operasi jika ditemukan adanya metastasis ke parametrium dan kelenjar limfe maka terapi
dilanjutkan dengan terapi adjuvant berupa terapi radioterapi atau kemoradiasi.
Pada pasien dengan kanker serviks stadium IIB – IVA dapat dilakukan radioterapi lengkap
yaitu radiasi eksterna dilanjutkan dengan intrakaviter radioterapi.
Untuk stadium IVB terapi yang dapat diberikan berupa pengobatan atau radioterapi paliatif,
karena penyembuhan tidak dapat dilakukan. Pengontrolan simptom, pengurangan morbiditas dan
menjaga kualitas hidup menjadi tujuan utama pada stadium ini.
08. USAHA PREVENTIF
Sebagian besar wanita di negara-negara berkembang tidak memiliki akses untuk melakukan
skrining secara rutin. Hanya 5% dari wanita-wanita di Negara berkembang di seluruh dunia yang
telah melakukan Pap-smear selama 5 tahun terakhir 50% pasien yang terdiagnosa dengan kanker
serviks tidak melalukan Pap smear > 10 tahun. Di Amerika Selatan angka kematian akibat
kanker serviks lebih tinggi dibandingkan dengan kematian akibat komplikasi persalinan. Begitu
pula di Indonesia dimana fasilitas untuk skrining sangat terbatas, sehingga kanker serviks masih
menduduki urutan pertama kematian akibat kanker pada wanita
Pengembangan vaksin HPV telah dilakukan, namun harga dari vaksin yang masih relatif
tinggi menyebabkan wanita-wanita di negara-negara berkembang, yang sebenarnya paling
membutuhkan, masih kesulitan untuk mendapatkannya. Selain itu vaksin HPV ini juga
dikhawatirkan membuat para wanita yang telah divaksinasi merasa telah aman dari ancaman
kanker serviks dan berhenti melakukan Pap-smear yang seharusnya tetap dilakukan
Proses skrining preventif untuk kanker serviks yang sekarang ini sedang berkembang adalah
suatu tes pengenalan DNA-HPV seperti tes molekuler dengan polymerase chain reaction (PCR)
dan hybrid capture (HC).
Langkah mencegah kanker serviks:
1. Pemeriksaan teratur, perempuan dewasa yang melakukan hubungan seks secara teratur,
lakukan tes pap smear setiap dua tahun sampai berusia 70 tahun.
2. Waspadai gejalanya, terutama perdarahan setelah aktivitas seksual.
3. Hindari merokok. Perempuan sebaiknya tidak merokok, karena dapat merangsang
timbulnya sel-sel kanker melalui nikotin dalam darah. Resiko perempuan perokok
terkena kanker mulut rahim adalah 4 hingga 13 kali lebih besar, dibanding perempuan
bukan perokok. Diperkirakan nikotin memberikan efek toksik pada sel epitel, sehingga
memudahkanmasuknyamutagenvirus.
4. Hindarkan antiseptik. Hindarkan kebiasaan mencuci vagina dengan menggunakan obat-
obatan antiseptik maupun deodoran, karena akan mengakibatkan iritasi di serviks
yangmerangsangterjadinyakanker.
5. Hindari pemakaian bedak (talk). Hindari pemakaian talk (bedak) vagina pada perempuan
usia subur, karena bisa mengakibatkan kanker ovarium (indung telur). Hindari
penggunaan estrogen pada perempuan yang terlambat menopause.
6. Hubungan seksual terlalu dini. Perempuan di bawah usia 18 tahun sebaiknya tidak
melakukan hubungan seks. Lakukan hubungan seksual yang stabil.
7. Waspada terhadap penyakit kelamin pasangan. Jangan melakukan hubungan seksual
dengan penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularannya.
8. Jangan berganti-ganti pasangan seksual. Istri yang suaminya gemar 'jajan di luar' juga
berpotensi besar terserang kanker mulut rahim.
9. Hindari penggunaan obat-obatan tanpa konsultasi dokter. Pemberian hormon
diethistilbesterol (DES) sewaktu hamil juga dapat menimbulkan kanker serviks dan
vagina pada keturunannya.