kanker serviks

40
KANKER SERVIKS PENDAHULUAN 4,10 Kanker serviks (juga disebut kanker leher rahim atau kanker mulut rahim) dimulai pada lapisan serviks. Kanker ini terbentuk sangat perlahan. Pertama, beberapa sel berubah dari normal menjadi sel- sel pra-kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi bertahun-tahun, tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan ini sering disebut displasia. Hal ini dapat ditemukan dengan tes Pap Smear dan dapat diobati untuk mencegah terjadinya kanker. Ada 2 jenis utama kanker serviks. Sekitar 8-9 dari 10 jenis yang ada adalah karsinoma sel skuamosa yang berasal dari porsio (cervix pars vaginalis). Di bawah mikroskop, kanker jenis ini terbentuk dari sel-sel seperti sel-sel skuamosa yang menutupi permukaan serviks. Sebagian besar sisanya adalah adenokarsinoma yang berasal dari kanalis servikalis. Kanker ini dimulai pada sel-sel kelenjar yang membuat lendir. Jarang terjadi, kanker memiliki kedua jenis gambaran diatas dan disebut karsinoma campuran. ETIOLOGI Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Terdapat bukti kuat kejadiannya berhubungan erat dengan sejumlah faktor resiko, diantaranya : Faktor Resiko Kanker Serviks 1

Upload: tqaheyka

Post on 29-Jun-2015

830 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: KANKER SERVIKS

KANKER SERVIKS

PENDAHULUAN4,10

Kanker serviks (juga disebut kanker leher rahim atau kanker mulut rahim) dimulai pada lapisan

serviks. Kanker ini terbentuk sangat perlahan. Pertama, beberapa sel berubah dari normal

menjadi sel-sel pra-kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi bertahun-tahun,

tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan ini sering disebut displasia. Hal ini dapat

ditemukan dengan tes Pap Smear dan dapat diobati untuk mencegah terjadinya kanker.

Ada 2 jenis utama kanker serviks. Sekitar 8-9 dari 10 jenis yang ada adalah karsinoma sel

skuamosa yang berasal dari porsio (cervix pars vaginalis). Di bawah mikroskop, kanker jenis ini

terbentuk dari sel-sel seperti sel-sel skuamosa yang menutupi permukaan serviks. Sebagian besar

sisanya adalah adenokarsinoma yang berasal dari kanalis servikalis. Kanker ini dimulai pada sel-

sel kelenjar yang membuat lendir. Jarang terjadi, kanker memiliki kedua jenis gambaran diatas

dan disebut karsinoma campuran.

ETIOLOGI

Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Terdapat bukti kuat kejadiannya

berhubungan erat dengan sejumlah faktor resiko, diantaranya :

Faktor Resiko Kanker Serviks

Faktor resiko adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kemungkinan seseorang mendapatkan

penyakit kanker. Faktor-faktor resiko dibawah ini dapat meningkatkan peluang seorang wanita

terkena kanker serviks:

Infeksi Virus Human Papilloma (HPV)9,10

Pada kanker serviks, faktor risiko yang terpenting adalah infeksi HPV (human papilloma virus).

HPV ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak kulit seperti vaginal, anal, atau

oral seks, kontak kulit ke kulit dengan daerah tubuh yang terinfeksi HPV.

Studi-studi epidemiologi menunjukkan 90% lebih kanker serviks dihubungkan dengan jenis

human papilomma virus (HPV). Beberapa bukti menunjukkan kanker dengan HPV negatif

ditemukan pada wanita yang lebih tua dan dikaitkan dengan prognosis yang buruk. HPV

1

Page 2: KANKER SERVIKS

merupakan faktor inisiator kanker serviks. Onkoprotein E6 dan E7 yang berasal dari HPV

merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein E6 akan mengikat p53

sehingga TSG p53 akan kehilangan fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7 akan mengikat TSG

Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F yang merupakan faktor transkripsi sehingga siklus

sel dapat berjalan tanpa kontrol.

Virus HPV berisiko rendah dapat menimbulkan genital warts (penyakit kutil kelamin) yang

dapat sembuh dengan sendirinya dengan kekebalan tubuh. Namun pada Virus HPV berisiko

tinggi, virus ini dapat mengubah permukaan sel-sel vagina. Bila tidak segera terdeteksi, infeksi

Virus HPV dalam jangka panjang dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker serviks.

Yang termasuk tipe ini adalah Virus HPV tipe 16, 18, 31, 33 dan 45. Melakukan hubungan seks

tidak aman terutama pada usia muda, memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Tiga dari empat

kasus baru infeksi virus HPV menyerang wanita muda (usia 15-24 tahun). Infeksi Virus HPV

dapat terjadi dalam 2-3 tahun pertama mereka aktif secara seksual. Pada usia remaja (12-20

tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan sperma dapat memicu

perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan

kemudian infeksi Virus HPV. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker

serviks. Selain itu, wanita yang memiliki banyak pasangan seks (atau yang berhubungan seks

dengan beragam lelaki) memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan HPV.

Tes Pap smear, dan beberapa tes baru lainnya, dapat menemukan perubahan yang mengarah ke

infeksi HPV. Meskipun tidak ada obat untuk HPV, sel-sel abnormal yang diakibatkan oleh

infeksi virus ini masih dapat diobati. Saat ini sudah ada beberapa vaksin yang mencegah

terjadinya infeksi dari beberapa jenis HPV.

Faktor Resiko Lainnya 4,9,10

Merokok: Wanita yang merokok berada dua kali lebih mungkin mendapat kanker serviks

dibandingkan mereka yang tidak. Rokok mengandung banyak zat racun/kimia yang dapat

menyebabkan kanker paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa ke dalam aliran darah ke seluruh tubuh

ke organ lain juga. Produk sampingan (by-products) rokok seringkali ditemukan pada mukosa

serviks dari para wanita perokok.

2

Page 3: KANKER SERVIKS

Infeksi HIV: HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit

AIDS- tidak sama dengan HPV. Ini dapat juga menjadi faktor resiko kanker serviks. Memiliki

HIV agaknya membuat sistem kekebalan tubuh seorang wanita kurang dapat memerangi baik

infeksi HPV maupun kanker-kanker pada stadium awal.

Infeksi Klamidia : Ini adalah bakteri yang umum menyerang organ wanita, tersebar melalui

hubungan seksual. Beberapa riset menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau infeksi

saat ini berada dalam resiko kanker serviks lebih tinggi.

Diet : Diet rendah sayuran dan buah-buahan dapat dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker

seviks. Juga, wanita yang obesitas berada pada tingkat resiko lebih tinggi.

Pil KB: Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker

serviks. Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan semakin lama

wanita tersebut menggunakan pil kontrasepsi tersebut dan cenderung menurun pada saat pil

dihentikan.

Hamil pertama di usia muda: Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir

selalu 2x lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya, daripada wanita yang menunda

kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua

Penghasilan rendah: Wanita miskin berada pada tingkat resiko kanker serviks yang lebih

tinggi. Ini mungkin karena mereka tidak mampu untuk memperoleh perawatan kesehatan yang

memadai, seperti tes Pap Smear secara rutin.

DES (diethylstilbestrol): DES adalah obat hormon yang pernah digunakan antara tahun 1940-

1971 untuk beberapa wanita yang berada dalam bahaya keguguran. Anak-anak wanita dari para

wanita yang menggunakan obat ini, ketika mereka hamil berada dalam resiko terkena kanker

serviks dan vagina sedikit lebih tinggi.

Riwayat Keluarga: Kanker serviks dapat berjalan dalam beberapa keluarga. Bila ibu atau kakak

perempuan memiliki kanker serviks, resiko untuk terkena kanker ini bisa 2 atau 3x lipat.

EPIDEMIOLOGI11

Kanker serviks adalah jenis kanker yang paling sering dijumpai pada wanita setelah

kanker payudara dan dapat menyebabkan kematian. Angka kejadiannya sekitar 74%

dibandingkan kanker ginekologi lainnya. Data WHO tahun 2003 menyebutkan bahwa sekitar

500.000 wanita setiap tahunnya didiagnosa menderita kanker serviks, dan hampir 60%

3

Page 4: KANKER SERVIKS

diantaranya meninggal dunia. Jumlah prevalensi wanita pengidap kanker serviks di Indonesia

terbilang cukup besar. Setiap hari, ditemukan 40-45 kasus baru dengan jumlah kematian

mencapai 20-25 orang. Sementara jumlah wanita yang berisiko mengidapnya mencapai 48 juta

orang.

Beberapa peneliti berpikir bahwa kanker serviks non-invasif (yang hanya terjadi di leher

rahim ketika ditemukan) adalah sekitar 4 kali lebih umum daripada jenis kanker serviks yang

invasif. Ketika ditemukan dan diobati secara dini, kanker serviks seringkali dapat disembuhkan.

Kanker serviks cenderung terjadi pada wanita paruh baya. Kebanyakan kasus ditemukan pada

wanita yang dibawah 50 tahun. Ini jarang terjadi pada wanita muda (usia 20 tahunan).

PATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI 1

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan

endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologik

antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari porsio dengan epitel kuboid/silindris

pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ berada di luar

ostium uteri eksternum, sedang pada wanita berumur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis

serviks. Maka untuk melakukan Pap smear yang efektif, yang dapat mengusap zona

transformasi, harus dikerjakan dengan skraper dari Ayre atau cytobrush sikat khusus. Pada awal

perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan

dengan spekulum, tampak sebagai porsio yang erosif (metaplasi skuamosa) yang fisiologik atau

patologik. Tumor dapat tumbuh : 1) eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa

proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis; 2) endofitik mulai dari SCJ tumbuh

ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus; 3) ulseratif

mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal forniks

vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal, secara normal mengalami proses metaplasia (erosio) akibat saling

mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif

(metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-

diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.

Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.

4

Page 5: KANKER SERVIKS

Periode laten (dari NIS-I sampai dengan KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita.

Umumnya fase prainvasif berkisar di antara 3-20 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel

displastik serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan

pengobatan atau tanpa diobati itu dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik

sebagian terbesar (95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya

adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah

sarkoma.

Tingkatan pra-maligna1

Porsio yang erosif dengan ektropion bukanlah termasuk lesi pra-maligna, selama tidak

ada bukti adanya perubahan displastik dari SCJ. Penting untuk dapat mengambil sel-sel dari SCJ

untuk pemeriksaan eksfoliatif sitologi, meskipun pada pemeriksaan ini ada kemungkinan terjadi

negatif palsu atau positif palsu. Perlu ditekankan bahawa terapi hanya boleh dilakukan atas dasar

bukti histopatologik. Oleh sebab itu, untuk konfirmasi hasil Pap smear, perlu tindak lanjut upaya

diagnostik biopsi serviks.

Penyebaran1

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah : a) ke

arah forniks dan dinding vagina, b) ke arah korpus uterus, c) ke arah parametrium dan dalam

tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih.

Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor dapat

menyebar ke kelenjar iliaka luar dan kelenjar iliaka dalam (hipogastrika). Penyebaran melalui

hematogen adalah tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja.

Tergantung dari kondisi imunologik tubuh penderita KIS (karsinoma insitu) akan berkembang

menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman invasi < 1 mm

dan sel tumor belum terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah > 1 mm dari

membrana basalis, atau < 1 mm tetapi sudah tampak berada dalam pembuluh limfe atau darah,

maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin telah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi

secara klinis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas

praklinik (stadium IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen

menuju kelenjar limfe regional dan secara perkontinuitatum menuju forniks vagina, korpus

5

Page 6: KANKER SERVIKS

uterus, rektum dan kandung kemih, yang pada stadium akhir dapat menimbulkan fistula rektum

atau kendung kemih. Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional

melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliaka, obturator, hipogastrika, prasakral, praaorta,

dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena

subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati, ginjal, tulang dan otak.

Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan oleh perdarahan yang

berlebihan dan gagal ginjal kronis akibat uremia oleh karena obstruksi ureter di tempat ureter

masuk ke dalam kandung kemih.

PEMBAGIAN TINGKAT KEGANASAN1,8

Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi

jaringan biopsi, ditentukan dengan penentuan stadium. Penentuan stadium klinis ini harus

mempunyai hubungan dengan kondisi klinis, didukung oleh bukti-bukti klinis, dan sederhana.

Pemeriksaan stadium kanker menurut FIGO masih berdasarkan pemeriksaan klinis

praoperatif ditambah dengan foto thorak serta sitoskopi dan rektoskopi. Penggunaan alat bantu

seperti CT-scan, MRI, ataupun PET tidak dijadikan standar karena sebagian kasus berada di

negara berkembang dengan fasilitas peralatan kesehatan yang masih minim. Sekali stadium

ditetapkan tidak boleh berubah lagi walaupun apa pun hasil akhir terapi yang diberikan.

Temuan dengan pemeriksaan CT-scan, MRI, atau PET tidak mengubah stadium, tetapi

dapat digunakan sebagai informasi untuk rencana terapi yang akan dilakukan. Kecurigaan

adanya metastase ke kelenjar getah bening pelvis atau para aorta (adenopati) jangan dilanjutkan

dengan biopsi kelenjar karena terlalu bahaya.

Stadium Ia yang hanya dapat diketahui dari pemeriksaan mikroskopi, ke dalam invasi sel

tumor ke stroma diukur dari membran basalis atau permukaan kelenjar dari mana tumor ini

berasal. Adanya invasi sel tumor ke dalam pembuluh darah atau limfe tidak mempengaruhi

stadium. 

6

Page 7: KANKER SERVIKS

Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 8

Stadium 0          Kasinoma in situ, karsinoma intra epitel

Stadium I           Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)

Stadium Ia         Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang

dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial

dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih

dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7mm

Stadium Ia1       Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan lebar tidak lebih

dari 7mm

Stadium Ia2        Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang dari 5mm dan

lebar tidak lebih dari 7mm

Stadium Ib         Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis tidak lebih dari Ia

Stadium Ib1       Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4cm

Stadium Ib2       Besar lesi secara klinis lebih besar dari 4 cm

Stadium II        Telah melibatkan vagina, tapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke

parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIa        Telah melibatkan vagina, tapi belum melibatkan parametrium

Stadium IIb        Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul

Stadium III       Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding

panggul. Dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam

stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

Stadium IIIa      Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai

dinding panggul

Stadium IIIb      Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan

fungsi ginjal

Stadium IV        Perluasan ke luar organ reproduktif

Stadium IVa      Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum

Stadium IVb      Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

7

Page 8: KANKER SERVIKS

Gambar 1. Stadium Kanker Serviks

Stadium kanker seviks menurut sistem TNM 1

T          Tak ditemukan tumor primer

T1S      Karsinoma pra-invasif, ialah KIS (Karsinoma In Situ)

T1  Karsinoma terbatas pada serviks, (walaupun ada perluasan ke korpus uteri)

T1a  Pra-klinik adalah karsinoma yang invasif dibuktikan dengan pemeriksaan histologik

T1b  Secara klinis jelas karsinoma yang invasif

T2  Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding panggul,

atau karsinoma telah menjalar sampai dinding vagina, tetapi belum sampai 1/3 distal

T2a  Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium

T2b  Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium

T3  Karsinoma telah melibatkan 1/3 distal vagina atau telah mencapai dinding panggul (tidak

ada celah bebas antara dinding panggul)

8

Page 9: KANKER SERVIKS

NB :    Adanya hidronefrosis atau gangguan faal ginjal akibat stenosis ureter karena

infiltrasi tumor, menyebabkan kasus dianggap sebagai T3 meskipun pada penemuan lain

kasus itu seharusnya masuk kategori yang lebih rendah

T4  Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rektum atau kandung kemih, atau meluas sampai

panggul. (Ditemukannya edema bulosa tidak cukup bukti untuk mengklasifikasi sebagai

T4)

T4a  Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan secara histologik

T4b  Karsinoma telah meluas sampai di luar panggul

NX      Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda -/+ ditambahkan

untuk tambahan ada/tidak adanya informasi mengenai pemeriksaan histologik, jadi : NX

+ atau NX -

N0       Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi

N1       Kelenjar limfa regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh cara-cara

diagnostik yang tersedia ( misalnya limfografi, CT-scan panggul)

N2       Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah bebas infiltrat

diantara massa ini dengan tumor

M0       Tidak ada metastsis berjarak jauh

M1       Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas bifurkasio arteri iliaka

komunis

TANDA DAN GEJALA KLINIS

Walaupun telah terjadi invasi tumor ke dalam stroma, kanker serviks masih mungkin

tidak menimbulkan gejala. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Getah

yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami pasca

koitus (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%). 2

Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau perdarahan bercak

setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Dengan makin tumbuhnya penyakit, tanda

menjadi semakin jelas. Perdarahan menjadi semakin banyak, lebih sering, dan berlangsung lebih

lama. Namun, terkadang keadaan ini diartikan penderita sebagai perdarahan yang sering dan

9

Page 10: KANKER SERVIKS

banyak. Juga dapat dijumpai sekret vagina yang berbau terutama dengan massa nekrosis lanjut.

Nekrosis terjadi karena pertumbuhan tumor yang cepat tidak diimbangi dengan pertumbuhan

pembuluh darah (angiogenesis) agar mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini

menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non spesifik. 1

Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering

terjadi, juga di luar koitus (perdarahan spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi pada

tingkat klinik yang lebih lanjut (II atau III), terutama pada tumor yang bersifat eksofitik. Pada

wanita usia lanjut yang sudah tidak melayani suami secara seksual, atau menopause bilamana

mengidap kanker serviks sering terlambat datang meminta pertolongan. Perdarahan spontan saat

berdefekasi terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala, memaksa mereka

datang ke dokter. Adanya perdarahan spontan pervaginam saat berdefekasi, perlu dicurigai

adanya karsinoma serviks tingkat lanjut. Adanya bau busuk yang khas memperkuat dugaan

adanya karsinoma. Anemia akan menyertai sebagai akibat dari perdarahan pervaginam yang

berulang. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan pembiusan umum

untuk dapat melakukan pemeriksaan dalam yang cermat, khususnya pada lumen vagina yang

sempit dan dinding sklerotik yang meradang. Gejala lain yang dapat timbul adalah gejala-gejala

yang disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum tingkat akhir (terminal stage), penderita

meninggal akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal (CRF= Chronic Renal Failure)

akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan

obstruksi total.1

Pada hasil pemeriksaan fisik dapat ditemukan serviks yang tampak normal pada penyakit

karsinoma insitu. Apabila penyakit semakin progresif, semakin dapat ditemukan tanda klinis.

Kanker infiltratif akan menyebabkan pembesaran, irregularitas dan konsistensi yang lunak pada

serviks dan kadang pada parametria yang bersebelahan. Pertumbuhannya dapat berbentuk

endofitik yang menunjukkan pembesaran serviks berbentuk barrel, atau eksofitik di mana lesinya

sangat rapuh, mudah berdarah dan berbentuk bunga kol pada porsio vaginalis. Ulkus dapat

merupakan manifestasi primer pada karsinoma invasif; pada stadium awal perubahannya sering

bersifat superfisial sehingga mirip ektropion atau servisitis kronik. Dengan meningkatnya

progresivitas penyakit, ulkus bertambah dalam dan menjadi nekrotik dengan pinggir yang

berindurasi dan rapuh disertai permukaan yang berdarah. Forniks vagina yang bersebelahan

dapat ikut terkena. Kadang keterlibatan parametrium yang ekstensif dari proses infiltratif dapat

10

Page 11: KANKER SERVIKS

menyebabkan penebalan nodular dari ligamen uterosakral dan kardinal sehingga menyebabkan

hilangnya mobilisasi dan fiksasi serviks. 2

Membuat diagnosa karsinoma serviks uterus yang sudah agak lanjut tidaklah sulit. Yang

menjadi masalah ialah, bagaimana mendiagnosis dalam tingkat yang sangat awal, misalnya pada

tingkat pra-invasif, lebih baik jika dapat menangkapnya dalam tingkat pra-maligna

(displasia/diskariosis serviks). 2

DIAGNOSIS1,4

Hasil pemeriksaan sitologi eksploratif dari ekto dan endo-serviks yang positif tidak boleh

dianggap diagnosis pasti. Diagnosis harus dapat dipastikan dengan pemeriksaan histopatologik

dari jaringan yang diperoleh dengan melakukan biopsi. 

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:

Pap smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan

biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker serviks pun menurun

sampai lebih dari 50%.

Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun,

sebaiknya menjalani tes Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-

turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.

Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:

- Normal

- Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)

- Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)

- Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)

- Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau

ke organ tubuh lainnya).

11

Page 12: KANKER SERVIKS

Gambar 2. Pemeriksaan Pap Smear

Biopsi

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada

serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.

Tidak jarang adanya hasil sitologi yang negatif pada karsinoma serviks yang invasif. Lesi apa

pun pada serviks harus di biopsi tanpa memperhitungkan hasil pemeriksaan sitologi. Biopsi pada

area yang positif Shiller atau pada area yang ulseratif, lesi yang bergranular, nodular atau papillar

dapat memberikan diagnosis pada kebanyakan kasus.

Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)

Tanda kanker invasif dini dari pemeriksaan kolposkopi termasuk kapiler-kapiler yang irregular

dan berbengkok-bengkok dan sering mengalami perubahan arah secara tiba-tiba sehingga

menyebabkan terbentuknya sudut yang akut. Ulserasi atau gambaran serviks yang irregular,

mengkilat, permukaan yang kekuning-kuningan dan pembuluh darah yang atipikal dan banyak

adalah sering. Perdarahan juga dapat terjadi setelah iritasi ringan.

Tes Schiller

Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat,

sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.

Konisasi

Konisasi serviks dapat dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya invasi. Jika biopsi serviks

menunjukkan kanker mikroinvasif (<3 mm), konisasi harus dilakukan untuk mencari invasi yang

12

Page 13: KANKER SERVIKS

lebih dalam. Spesimen konisasi harus diberi tanda supaya area yang terkena dapat dilokalisasi

secara spesifik dalam arti mencari sirkumferensi dan margin dari serviks. Konisasi pada

karsinoma serviks yang invasif adalah kontraindikasi karena hanya akan memperlambat terapi

dan sebagai predisposisi terjadinya infeksi pelvik dan perdarahan.

Untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan beberapa pemeriksan berikut:

- Sistoskopi

- Rontgen dada

- Urografi intravena – untuk mencari ada atau tidaknya obstruksi ureter yang dapat

menyebabkan terjadinya hidroureter dan hidronefrosis.

- Sigmoidoskopi

- Scanning tulang dan hati

-  Barium enema.

MRI, CT, limfangiografi, PET (positron emission tomography) dapat menunjukkan adanya

penyebaran ke pelvis atau nodus limfe periaortik. Sensitivitas MRI, CT, PET terhadap kanker

serviks dalam mencari metastase nodus limfe masing-masing 60%, 45%, dan 80%. Pemeriksaan

radiologi ini penting untuk merencanakan terapi terutama perluasan lapang terapi radiasi atau

operasi.

PENATALAKSANAAN 2,8

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor,

stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan fungsi reproduksi. Penatalaksanaan

pengobatan  kanker serviks uteri dapat dilakukan dengan berbagai modalitas terapi,

diantaranya adalah :

Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker

seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop

electrosurgical excision procedure). Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki

anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan

13

Page 14: KANKER SERVIKS

Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita

tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.

Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur

ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung

telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.

Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada

daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker

dan menghentikan pertumbuhannya.

Ada 2 macam radioterapi:

- Radiasi eksternal : sinar berasal dari sebuah mesin besar

Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5

hari/minggu selama 5-6 minggu.

-  Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung

ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat

di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.

Efek samping dari terapi penyinaran adalah:

- iritasi rektum dan vagina

- kerusakan kandung kemih dan rektum

- ovarium berhenti berfungsi.

Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani

kemoterapi. Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat

sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker. Kemoterapi

diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode

pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi dengan pemulihan, begitu seterusnya.

14

Page 15: KANKER SERVIKS

Terapi biologis

Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam

melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh

lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan

kemoterapi. 

Sedangkan berdasarkan dari stadiumnya, penatalaksanaan pada kanker serviks dapat

dilakukan sebagai berikut :

A. Penatalaksanaan pada stadium awal

(Stadium IA2  sampai IIA)

1. Histerektomi radikal dan limfadenektomi terapeutik

Teknik histerektomi radikal (pertama kali diperkenalkan oleh Weirtheim,

Meigs, Okabayashi) disertai limfadenektomi pelvik hanya dilakukan pada kanker

yang terbatas di serviks (stadium I dan II).

Pasien dengan kanker serviks stadium I diindikasikan untuk Histerektomi

tipe I.. Bila fungsi reproduksi masih diperlukan dapat dilakukan konisasi serviks

dilanjutkan dengan pengamatan lanjut. Pada tingkat klinik (KIS) tidak dibenarkan

dilakukan elektrokoagulasi atau elektrofulgerasi, bedah kryo (cryosurgery) atau dengan

sinar laser, kecuali yang menangani seorang ahli dalam koloskopi dan penderita masih

muda dan belum mempunyai anak. Dengan biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk

diagnostik acapkali menjadi terapeutik. Ostium uteri internum tidak boleh sampai rusak

karenanya. Bila penderitanya telah cukup tua, atau sudah mempunyai cukup anak, uterus

tidak perlu ditinggalkan, agar tidak kambuh (relaps) dapt dilakukan histerektomi

sederhana (simple vaginal hysterectomy). 1

Pada stadium Ia2, dengan invasi stroma lebih dari 3mm, tetapi kurang dari 5mm,

kemungkinan invasi pembuluh darah atau limfe sekitar 7%. Kasus pada stadium ini harus

dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenektomi kelenjar getah bening pelvik atau

radiasi bila ada kontraindikasi operasi. Bahkan, limfadenektomi dapat diabaikan bila

tidak ada kecurigaan anak sebar. Bagi penderita yang masih ingin hamil dapat dilakukan

trakhelektomi. Jenis pembedahan lebih bersifat individual. Bila dijumpai invasi limfe

15

Page 16: KANKER SERVIKS

atau vaskular sebaiknya dilakukan histerektomi atau radiasi karena kemungkinan adanya

anak sebar ke kelenjar getah bening.

Pada tingkat klinik Ia, umumnya dianggap dan ditangani sebagai kanker yang

invasif. Bilamana kedalaman invasi kurang dari atau hanya 1mm dan tidak meliputi area

yang luas serta tidak melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah, penanganannya

dilakukan seperti KIS di atas.

Pada stadium Ib pengobatannya adalah histerektomi radikal dengan

limfadenektomi kelenjar getah bening pelvik dengan/tanpa kelenjar getah bening

paraaorta memberikan hasil yang efektif. Sama halnya dengan diberikan terapi radiasi.

Pada penderita yang berusia muda operasi radikal lebih disukai karena dapat

mempertahankan fungsi ovarium. Bagi penderita yang masih ingin hamil dengan ukuran

lesi <2cm dapat dilakukan operasi trakhelektomi radikal asalkan tidak dijumpai anak

sebar pada kelenjar getah bening pelvik. Disamping dapat mempertahankan fungsi

hormonal, keunggulan lain terapi operatif tidak terjadi stenosis vagina akibat radiasi yang

dapat mengganggu aktivitas seksual, di samping itu, tidak akan terjadi kekambuhan pada

serviks dan uterus. Pemilihan terapi radiasi lebih ditujukan pada kasus dengan indikasi

kontrasepsi.

Pada stadium IIa, jenis terapinya tergantung pada perluasan tumor ke vagina.

Keterlibatan vagina yang minimal dapat dilakukan histerektomi radikal, limfadenektomi

pelvik, dan vaginektomi bagian atas. Terapi yang optimal pada kebanyakan stadium IIa

adalah kombinasi radiasi eksternal dan radiasi intrakaviter. Operasi radikal dengan

pengangkatan kelenjar getah bening pelvik dan paraaorta serta pengangkatan vagina

bagian atas dapat memberikan hasil yang optimal asalkan tepi sayatan bebas dari invasi

sel tumor.

16

Page 17: KANKER SERVIKS

Tabel 1: Tipe-tipe histerektomi berdasarkan radikalitas.2

Tipe histerektomi Indikasi Prosedur

Tipe I Stadium IA1 Histerektomi ekstrafascial dan

pembuangan jaringan serviks

Tipe II

( radikal termodifikasi)

Stadium IA2

sampai IIA

Arteri uterina yang menyilang

ureter diligasi. Ligamen

uterosakral dan kardinal

dipisahkan di tengah ke arah

perlekatan masing-masing di

dinding sakrum dan pelvik.

Tipe III

( histerektomi radikal)

Stadium IA2

sampai IIA

Arteri uterina diligasi bermula dari

arteri vesika superior dan arteri

iliaka interna. Ligamen uterisakral

dan kardinal dipisahkan di tengah

ke arah perlekatan masing-masing

di dinding sakrum dan pelvik.

Setengah bagian vagina atas

diangkat.

Tipe IV Diseksi ureter secara total dari

ligamen vesikouterina, arteri

vesika superior diambil dan tiga

perempat dari vagina diangkat.

Tipe V Melibatkan reseksi tambahan pada

bagian vesika urinaria atau distal

ureter dan reimplantasi ureter ke

vesika urinaria.

17

Page 18: KANKER SERVIKS

2. Terapi adjuvan kemoterapi pasca bedah

Terapi radiasi adjuvan pasca bedah disertai kemoterapi diindikasikan pada wanita

yang menderita kanker serviks terlokalisasi dengan risiko tinggi untuk kambuh

seperti nodus limfe positif, dan penyebaran ke parametrium.

3. Radiasi primer dengan gabungan kemoterapi

Pemilihan terapi bergantung pada ukuran tumor, keadaan umum pasien dan

keputusan dari onkologis itu sendiri. Operasi biasanya diindikasikan pada pasien

usia muda dengan harapan dapat mempertahankan fungsi dari ovarium. Jika pasien

memerlukan terapi radiasi post operatif, dilakukan transposisi ovari ke arah luar dari

daerah radiasi. Untuk radiasi primer pada kanker serviks, pancaran radiasi eksternal

dikombinasikan dengan radiasi intrakaviter. Terdapat 5 hasil penelitian yang

menyatakan radiasi yang dikombinasikan dengan kemoterapi lebih baik

dibandingkan hanya dengan menggunakan radiasi. Hal ini menyebabkan kombinasi

dari radiasi dengan kemoterapi dijadikan standar terapi pada pasien yang

diindikasikan terapi radiasi.

Penatalaksanaan pada Situasi Khusus2

A.Penyakit stadium IA1

Diagnosis definitif pada karsinoma serviks sel skuamosa mikroinvasif hanya dapat

ditegakkan dengan konisasi. Pasien dengan kanker tipe ini dapat diterapi dengan

histerektomi. Untuk wanita usia muda yang masih mau mempertahankan fertilitas, hanya

konisasi yang dapat diterima sebagai modalitas terapi dengan syarat karsinoma sel

skuamosa mikroinvasif dengan invasi < 3mm dan tidak ada invasi ke ruang limfovaskular.

Jika hasil dari kuretase endoservikal adalah positif (terdapat invasi), resiko untuk

terjadinya residual adalah sebanyak 33 %.

B.Trakelektomi radikal

Sebuah prosedur yang disebut trakelektomi radikal muncul sebagai terapi alternatif

dari histerektomi radikal dan memungkinkan wanita muda tertentu dengan kanker stadium

awal (IA2 atau IB1 kecil) untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini

18

Page 19: KANKER SERVIKS

yang juga dikenal dengan nama radical vaginal trachelectomy (RVT) dan Dargent operation

melibatkan pengangkatan serviks, parametria dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada

jahitan berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam

rahim. Dilakukan juga pengangkatan terhadap kelenjar getah bening di dekatnya untuk

mencari adanya metastase ke nodus limfe. Operasi ini dilakukan baik melalui vagina ataupun

perabdominal.

Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan

melahirkan bayi yang sehat melalui operasi sesar. Dalam sebuah penelitian, tingkat kehamilan

setelah 5 tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada wanita normal

pada umumnya yaitu sebesar 16% pada trimester pertama dan 10% pada trimester kedua.

Sebanyak 19% melahirkan prematur dan 49% melahirkan cukup bulan. Sedangkan risiko

kanker untuk kambuh kembali cukup rendah. 

C. Kanker Serviks Bulky

Bulky berarti massa kanker bersifat besar dari segi ukurannya. Juga dikenal sebagai Bulky

Stage IB cervix cancer dan merupakan tipe kanker yang paling berat dan survival yang paling

buruk dibandingkan kanker stadium I yang lebih kecil. Kanker tipe ini dapat diterapi dengan:

1. Terapi radiasi primer dengan gabungan kemoterapi dan kemudian dilanjutkan dengan

histerektomi ekstrafasial adjuvan.

2. Histerektomi radikal primer dan limfadenektomi terapeutik diikuti dengan radiasi

yang dikombinasi dengan kemoterapi berdasarkan hasil dari pemeriksaan patologi.

3. Kemoterapi neoadjuvan dilanjutkan dengan histerektomi radikal dan limfadenektomi

kemudian dilanjutkan kemoterapi berdasarkan indikasi dari pemeriksaan patologi.

Neoadjuvan dengan kemoterapi Cisplatinum, Vinblastin dan Bleomycin sebanyak 3

siklus untuk kasus kanker serviks stadium awal dengan tumor Bulky sebelum

dilakukan tindakan radikal histerektomi dan limfadenektomi pelvis.

         

B. Penanganan terhadap perluasan lokal (stadium IIB sampai IVA)

Pasien dengan perluasan kanker serviks lokal diterapi dengan radiasi primer

disertai dengan kemoterapi.

19

Page 20: KANKER SERVIKS

Stadium IIB – IIIB, diberikan radiasi eksternal seluruh panggul 5000 cGy,

dilanjutkan dengan radiasi empat arah (box system) 3000cGy.

Pada stadium IIB, III, IVA dilakukan radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian

cisplatin 40 mg/m2/minggu selama radiasi luar. Jika sudah metastase ke kelenjar getah

bening iliaka kommunis atau para-aorta lapangan radiasi diperluas.        

Pada kasus-kasus stadium IIB, III dan IVA ini tidak mungkin lagi dilakukan tindakan

operatif karena tumor telah menyebar jauh dari luar serviks. Pada bulan Februari 1999

National Cancer Institute (NCI) di Amerika Serikat mengumumkan kemoradiasi berbasis

platinum memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan radiasi saja untuk penderita

kanker serviks stadium IIB-IVA, stadium IA2 –IIA resiko tinggi dan stadium IB2 lesi

besar (bulky tumor). Pemberian Sisplatin tunggal sama efektifnya dengan kombinasi

Ifosfamid, tetapi samping tentunya sampai 30 %. Bagi penderita dengan gangguan fungsi

ginjal tidak dianjurkan pemberian Sisplatin dan sayangnya sampai saat ini belum ada

kemoterapi penggantinya. Luas lapangan radiasi bergantung pada besar tumor serta

jauhnya keterlibatan vagina. Bila dari hasil pemeriksaan imaging dicurigai anak sebar

sampai kelenjar getah bening paraaorta, lapangan radiasi harus diperluas sampai

mencakup daerah ini.

Khusus stadium IVA dengan penyebaran hanya ke mukosa kandung kemih lebih disukai

operasi eksenterasi daripada radiasi. Terapi eksenterasi juga menjadi pilihan terapi kuratif

atau paliatif pada kasus persisten sentral setelah mendapat kemoradiasi ataupun bila ada

komplikasi fistula rekto-vaginal atau vesiko-vaginal.

C. Penanganan pada penyakit primer disseminata (stadium IVB) dan persisten atau

rekuren

Pada stadium IVB, kasus dengan stadium terminal prognosisnya sangat jelek, jarang dapat

bertahan hidup sampai setahun semenjak didiagnosis. Pada penderita stadium IVB bila

keadaan umum memungkinkan dapat diberikan kemoradiasi konkomitan, tetapi hanya

bersifat paliatif. 

20

Page 21: KANKER SERVIKS

D. Eksenterasi pelvis total

Dapat dipertimbangkan pada stadium IVA bila tidak meluas sampai dinding

panggul, terutama bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal IVB atau residif.         

E. Terapi paliatif

Perawatan komprehensif termasuk terapi antitumor dan suportif dari keluarga.

Terapi paliatif yang dapat dilakukan adalah pemberian salep antimikroba jika

terdapat keluhan keluarnya cairan yang purulen dan berbau busuk dari vagina. Pada

kasus perdarahan pervaginam dapat diberikan agen hemostatik. Jika terdapat

keluhan nyeri dapat diberikan analgesik NSAID atau fentanil.

 

Pengobatan adjuvan 2        

   Hal penting lain yang harus dipertimbangkan adalah mengevaluasi hasil operasi, secara

komprehensif, karena pengobatan tambahan/adjuvan didasarkan pada berbagai faktor.

Pilihan terapi adjuvan yang bisa diberikan adalah kemoradiasi, kemoterapi atau hanya

radiasi. Faktor prognosis yang digunakan saat ini meliputi faktor kliniko-patologik yaitu

umur, stadium, limfo besar lesi, jenis histologi, derajat diferensiasi, deep cervical stromal

invasion, invasi -vaskuler, metastase kelenjar getah bening. Sedangkan faktor biomolekuler

yang banyak diteliti adalah molekul adhesi sel E-kaderin dan katenin, enzim protease

MMP, kaptensin D Heparanase,. Petanda biomolekuler Indeks DNA, Gen supresor p53 dan

berbagai proto-onkogen misalnya epifermal growth factor(EGF).

Efek samping pengobatan 2,4

Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel

yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan. Efek

samping dari pengobatan kanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan. Selain

itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda.

Metoda untuk membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks

sama dengan metode yang digunakan untuk mengobati lesi prekanker. Efek samping yang timbul

berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan atau keluar cairan encer dari vagina.

21

Page 22: KANKER SERVIKS

Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut

bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita juga mungkin

akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan

air kemih bisa dipasang kateter. Beberapa saat setelah pembedahan, aktivitas penderita harus

dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual)

biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu. Setelah menjalani histerektomi,

penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi

gairah seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi banyak penderita

yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap

seksualitasnya bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil

lagi. Saat ini kadar mortalitas radikal histerektomi dengan limfadenektomi telah berkurang

sebanyak 1%. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah disfungsi kandung kemih jangka

panjang. Kira-kira 75% pasien mengalami perbaikan setelah 1-2 minggu pasca radikal

histerektomi. Komplikasi berat lain termasuk terbentuknya fistula di mana fistula ureterovaginal

adalah yang paling sering yaitu sebanyak 1-2% diikuti dengan fistula vesikovaginal dan

rektovaginal. Komplikasi lain termasuk infeksi saluran kemih, kista limfe dan limfedema, sepsis

luka, dehisensi, penyakit tromboembolik, ileus, perdarahan pascabedah dan obstruksi intestinal.

Selama menjalani radioterapi, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar biasa,

terutama seminggu sesudahnya. Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter

biasanya menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif. Pada radiasi eksternal, sering

terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-

gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan

udara yang cukup, tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak

menggunakan pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari. Biasanya, selama menjalani

radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal,

vagina menjadi lebih sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika

melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan

dilator dan pelumas dengan bahan dasar air. Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering

berkemih.

22

Page 23: KANKER SERVIKS

Efek samping dari kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang

digunakan. Selain itu, efek sampingnya pada setiap penderita berlainan. Biasanya obat anti-

kanker akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat, termasuk sel darah (yang

berfungsi melawan infeksi, membantu pembekuan darah atau mengangkut oksigen ke seluruh

tubuh). Jika sel darah terkena pengaruh obat anti-kanker, penderita akan lebih mudah mengalami

infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan serta kekurangan tenaga. Sel-sel pada akar

rambut dan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan juga membelah dengan cepat. Jika sel-sel

tersebut terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami kerontokan rambut, nafsu

makannya berkurang, mual, muntah atau luka terbuka di mulut.

Terapi biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai flu, yaitu menggigil, demam,

nyeri otot, lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan diare. Kadang timbul ruam, selain

itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan.

Karsinoma serviks uterus dalam kehamilan 1

Tumor ganas di serviks tidak menghalangi untuk adanya kehamilan. Terdapat 1 diantara

3000 kehamilan. Tidak ada perbedaan antara karsinoma serviks di dalam dan di luar kehamilan,

mengenai perjalanan penyakitnya, dalam rasio kesembuhan pada tingkat klinik yang sama.

Untuk penanganan primer dipilih pembedahan, karena penyinaran, mempunyai efek samping

yang merugikan penderita yang berusia muda.

Dalam menghadapi wanita hamil dengan kanker leher-rahim perlu dibedakan 3 hal, yakni

tuanya kehamilan, umur penderita, dan jumlah anak. Penanganan dengan pembedahan

didasarkan atas tingkat klinik penyakit dan umur kehamilan. Pada tingkat 0 kehamilan diteruskan

sampai partus berlangsung spontan, dan bila 3 bulan pasca persalinan masih tetap ada, maka

ditangani seperti kondisi tidak hamil dengan memperhatikan tingkatan klinik yang ada saat itu.

Pada tingkat klinik I,II,III ke atas dengan kehamilan :

1. Trimester I dan awal trimester II : histerektomi radikal dengan limfadenektomi

panggul dengan janin in utero

2. Trimester II lanjut : ditunggu sampai janin viable (dapat hidup di luar rahim

(kehamilan >34 minggu). Dikerjakan seksio sesarea klasik/korporal, diteruskan

dengan histerektomi radikal dan limfadenektomi panggul

3. Pasca persalinan : histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul.

23

Page 24: KANKER SERVIKS

Pengamatan lanjut1

Tiap 3 bulan selama 2 tahun pertama kemudian tiap 6 bulan, tergantung dari keadaan. Jangan

dilupakan meraba kelenjar inguinal dan supraklavikular, perabaan abdomen, perabaan

abdomino-vaginal, dan abdomino-rektal, pemeriksaan sitologi puncak vagina dan foto rontgen

toraks (tiap 6 bulan). Kolposkopi sangat penting untuk meneliti puncak vagina, untuk

menemukan bentuk-bentuk pra-maligna. Rektoskopi, sitoskopi dan pemeriksaan lain seperti

renogram, IVP (Intravenous Pyelography) dan CT-scan panggul atau limfografi dilakukan

menurut indikasi. Dewasa ini MRI dapat digunakan pula.

PROGNOSIS 5,6

Faktor yang menentukan prognosis diantaranya adalah :

1) Usia penderita

2) Keadaan umum penderita

3) Tingkat klinik keganasan

4) Ciri-ciri histologik sel tumor

5) Kemampuan ahli atau tim ahli yang menangani

6) Sarana pengobatan yang ada

Faktor kliniko-patologik          

Kombinasi faktor klinis dan hasil pemeriksaan patologi anatomi dari jaringan operasi yang

disebut sebagai faktor kliniko-patologik saat ini digunakan sebagai faktor prognosis pada

pasien kanker serviks uteri.

Stadium           

Angka ketahanan hidup 5 tahun untuk karsinoma serviks adalah 68% pada wanita kulit putih

dan 55% pada wanita kulit hitam di Amerika Serikat, dimana pada stadium 0, 99-100%;

stadium IA, > 95%; stadium IB-IIA, 80-90%; stadium IIB, 65%; stage III, 40%; dan stadium

IV, < 20%. Penelitian di Memorial Sloan-Kattering Cancer Center pada 431 pasien stadium

1B atau IIA, didapatkan 71 pasien metastase pada KGB.  2

24

Page 25: KANKER SERVIKS

Ukuran lesi   

Ukuran lesi merupakan prediktor pada metastase KGB, invasi limfo-vaskuler serta survival.

Angka ketahanan hidup masing masing 90%, 60%, 40% pada ukuran lesi  < 2cm, > 2cm dan

> 4cm.Cut-of point besar lesi adalah 4 cm, namun analisa multivariat menunjukkan tidak ada

perbedaan odd ratio pada ukuran 3,1-4 cm dengan 4,1-5 cm.

Invasi Limfo-vaskuler

Invasi limfo-vaskuler sampai saat ini masih merupakan kontroversi dan menjadi perdebatan.

Beberapa analisis mendapatkan tidak didapatkan korelasi bermakna terhadap survival.

Laporan lain mendapatkan angka survival 5 tahun sebesar 90% bila tidak ada invasi

limfovaskuler, sementara bila ada invasi sebesar 50-70%. Angka risiko kekambuhan

meningkat sesuai dengan tingkat invasi limfo-vaskuler. Sebuah penelitian mendapatkan

angka rekurensi pada 2 tahun pertama pada invasi-limfovaskuler yang tinggi (45%), sedang

(33%), ringan (15%) dan negatif (7%). Metastase pada kelenjar getah bening selain berfungsi

sebagai faktor prognosis /faktor prediktor bebas terhadap survival, juga sering digunakan

sebagai acuan untuk mengevaluasi faktor prognosis lain, misalnya besar lesi, invasi

limfovaskuler, juga beberapa faktor biomolekuler misalnya MMP dan VEGF. Pasien tanpa

metastase pada KGB mempunyai angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 85-90%, sedangkan

pasien dengan metastase KGB bervariasi antara 20-74%.

Jenis histologi        

Jenis histologi adenokarsinoma meliputi kurang lebih 15 – 25 % dari keseluruhan keganasan

pada serviks uteri. Kasus adenokarsinoma cenderung meningkat pada wanita usia muda.

Analisis multivariat menyimpulkan, secara keseluruhan survival pasien dengan

adenokarsinoma lebih buruk yaitu 59 % dibanding 73 % pada pasien dengan kanker sel

skuamosa.

25