leng kap

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit berbasis lingkungan memang berhubungan dengan sanitasi. Menurut Notoatmodjo (2003) sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Hampir tidak ada daerah di Indonesia yang terbebas dari serangan penyakit DBD. Penelitian menunjukkan bahwa DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia. Dua ratus kota melaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB). Angka kejadian meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 dan secara drastis melonjak menjadi 627 per 100.000 penduduk. Di musim hujan, penyakit DBD meningkat kejadiannya dan tidak jarang menelan korban. Di tahun 2004, penyakit ini menjadi berita utama di hampir semua surat kabar nasional. Semua rumah sakit kebanjiran penderita DBD dan tidak sedikit kasus yang berakhir 1

Upload: alfinkamal

Post on 07-Jul-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kap lengkap

TRANSCRIPT

Page 1: Leng Kap

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit berbasis lingkungan memang berhubungan dengan sanitasi. Menurut

Notoatmodjo (2003) sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan

yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebagainya. Hampir tidak ada daerah di Indonesia yang terbebas dari serangan

penyakit DBD. Penelitian menunjukkan bahwa DBD telah ditemukan di seluruh

propinsi di Indonesia. Dua ratus kota melaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB).

Angka kejadian meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 dan

secara drastis melonjak menjadi 627 per 100.000 penduduk. Di musim hujan,

penyakit DBD meningkat kejadiannya dan tidak jarang menelan korban. Di tahun

2004, penyakit ini menjadi berita utama di hampir semua surat kabar nasional. Semua

rumah sakit kebanjiran penderita DBD dan tidak sedikit kasus yang berakhir dengan

kematian. Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan kasus DBD di semua negara Asia.

Salah satu penyebabnya, yaitu pengaruh globalisasi dan mobilisasi yang semakin

tinggi turut mempermudah penyebaran penyakit DBD. Cukup sulit untuk menghindari

penyakit DBD. Anda dapat tertular saat berada di bus, di tempat bekerja, atau saat

bercengkerama di halaman

DBD merupakan penyakit endemik dan epidemik yang menyebar luas di

beberapa daerah di termasuk Indonesia. Penyakit ini terutama ditemukan di daerah

subtropik dan tropik. Demam berdarah adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui

1

Page 2: Leng Kap

gigitan nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit

dengan angka kematian dan kesakitan yang tinggi di Indonesia (Depkes RI, 1982).

Penyakit demam dengue dan DBD pada seseorang dapat disebabkan oleh virus

dengue yang termasuk family Flaviviridae. Virus dengue terdiri dari 4 serotip, yaitu:

DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus

dengue mengalami empat stadium dalam siklus hidupnya, yaitu: telur, larva, pupa dan

dewasa. Tempat untuk perindukan paling potensial adalah tempat penampungan air

(TPA) yang digunakan utuk keperluan sehari-hari: drum, bak mandi, bak WC,

gentong/ tempayan dan lain-lain. Tempat perindukan lain yang non-TPA adalah vas

bunga, pot tanaman hias, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, tempat minum burung

dan lain-lain, serta tempat penampungan air alamiah: lubang pohon, pelepah daun

pisang, pelepah daun keladi, lubang batu dan lain-lain. Tempat perindukan yang

paling disukai adalah yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terlindungi dari sinar

matahari langsung

Infeksi virus Dengue merupakan suatu penyakit yang dapat menular yang

disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi klinis adanya panas tinggi

mendadak tanpa disertai kebocoran plasma dan perdarahan yang bertendensi

menimbulkan DHF bahkan DSS. Infeksi virus Dengue sampai saat ini masih

merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang cenderung

meningkat jumlah penderitanya dan semakin luas penyebarannya. Hal ini karena

masih tersebarnya nyamuk Aedes aegypti di seluruh pelosok tanah air, kecuali pada

daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut .

2

Page 3: Leng Kap

Data Nasional Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan menunjukkan

bahwa penderita DBD di Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2007 hingga

bulan Februari 2008. Khusus di provinsi Jatim pada tahun 2007 terdapat 24.878 kasus

DBD dengan 345 kematian. Untuk bulan Januari hingga akhir Februari 2008 sudah

tercatat 577 kasus dengan 14 kematian. Angka penderita DBD di Jateng selain

dipengaruhi cuaca dan siklus peningkatan penyebaran juga disebabkan oleh

rendahnya perilaku sehat dari masyarakat. Tahun 2014 jumlah kasus dbd sejumlah

1.628 kasus atau turun 31.13% dari 2.364 kasus pada tahun 2013. Sedangkan IR DBD

tahun 2013 yang semula 134,09 turun menjadi 92,43 atau turun 41,47% pada tahun

2014. Jumlah kematian pada tahun 2014 27 kasus atau tetap sama tahun 2013 yang

berjumlah 27 kasus. IR DBD kota Semarang dari tahun 2006 sampai tahun 2014

selalu jauh lebih tinggi dari pada IR Jawa Tengah dan IR nasional. Tahun 2014 IR

DBD kota semarang 3 kali lebih tinggi daripada IR jawa tengah dan IR nasional.

Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan 5-9 tahun yaitu

sebanyak 436 kasus atau 27% dan terendah golongan umur >60 tahun sebanyak 3

kasus. IR kecamatan Tembalang DBD 166,89/100000 penduduk menduduki peringkat

IR DBD kecamatan tertinggi kota Semarang. Pada urutan kedua kecamatan Genuk

126,12/100000 dan kecamatan Ngaliyan di ururtan ketiga dengan IR DBD

106,10/100000. Kecamatan dengan IR terendah adalah kecamatan Tugu dengan IR

43,37/100000 (Profil Kesehatan Kota Semarang Dinas Kesehatan,2014)

Keberhasilan dalam upaya penanganan kasus infeksi virus Dengue ini

terutama ditentukan oleh kecermatan dalam mendiagnosa secara dini serta

penatalaksanaannya dan perawatan termasuk observasi tekanan darah, denyut nadi

serta pemberian cairan untuk mencegah hingga mengatasi syok .

3

Page 4: Leng Kap

Untuk memberantas penyakit ini diperlukan pembinaan peran serta

masyarakat yang terus-menerus dalam memberantas nyamuk penularnya dengan cara

3 M yaitu menguras bak mandi, menutup tempat penyimpanan air dan mengubur

barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (Rejeki dkk, 1999). Penulis

tertarik untuk lebih mendalami Diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif Dalam

Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Seorang Laki-laki 22tahun Dengan Infeksi

Dengue Dengan Pendekatan HL Blum.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif Dalam Layanan

Kedokteran Keluarga Terhadap Seorang Laki-laki 22tahun Dengan Infeksi Dengue

Dengan Pendekatan HL Blum?

4

Page 5: Leng Kap

1.3 TUJUAN

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis Holistik Dan Terapi

Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Seorang Anak

Perempuan 6 tahun Dengan Infeksi Dengue Dengan Pendekatan HL Blum.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang

mempengaruhi terjadinya infeksi dengue.

b) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang

mempengaruhi terjadinya infeksi dengue.

c) Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan kesehatan yang

mempengaruhi terjadinya infeksi dengue.

d) Untuk memberikan solusi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya Infeksi dengue.

1.4 MANFAAT

1.4.1. Bagi Masyarakat

a) Masyarakat mengetahui mengenai infeksi dengue

b) Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan yang

berpengaruh dengan terjadinya infeksi dengue

1.4.2. Bagi Mahasiswa

5

Page 6: Leng Kap

a) Mahasiswa melakukan diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif

Dalam Layanan Kedokteran Keluarga

BAB II

ANALISA SITUASI

2.1 CARA PENGAMATAN DAN WAKTU PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap aspek perilaku, lingkungan.

Aspek lingkungan dilakukan diamati dengan melakukan alloanamnesis dengan orang

tua pasien dan kunjungan rumah pasien di Genuk Sari 005/ 007 wilayah kerja

Puskesmas Genuk Semarang.

Waktu pengamatan:

1) Sabtu, 2 Januari 2015 pukul 09.00 WIB

2.2 HASIL PENGAMATAN

2.2.1 Anamnesis Holistik

2.2.1.1 Aspek 1 Personal

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Vivi

Usia : 6 th

Jenis kelamin : perempuan

6

Page 7: Leng Kap

Pendidikan : -

Alamat : Genuk Sari 5 / 7 Semarang

Keluhan utama : panas mendadak

Harapan : pasien sembuh dan aktif seperti sedia kala

Kekhawatiran : panas terus menerus, pasien meninggal

2.2.1.2 Aspek 2 Anamnesis Medis Umum

ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang

4 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien panas tinggi mendadak,

terus menerus, tanpa sebab, menggigil (-),batuk (-), nyeri perut (+),

mual (+), muntah (-), mencret (-) bintik merah seperti digigit nyamuk

(-), riwayat pergi keluar kota(1 minggu terakhir) disangkal, berak

seperti petis (-), muntah darah (-), berak tak ada kelainan, kencing tak

ada kelainan, warna kuning jernih. Pasien kemudian di obati dengan

obat warung setelah di obati

Tetangga maupun teman penderita ada yang sakit seperti ini. Tetapi

sudah sembuh.

1 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh panas tidak membaik.

Timbul bintik bintik merah di paha. Penderita dibawa ke Klinik

7

Page 8: Leng Kap

Pratama As Syifa. Dan dilakukan uji laboratorium dengan hasil

trombosit 30.000 dan kemudian di usulkan untuk dirujuk ke RSISA.

Di RSISA penderita disarankan mondok .

Riwayat Penyakit Dahulu

- Penderita baru pertama kali sakit seperti ini

- Tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

- tidak mempunyai sakit kelainan darah, jantung, alergi, dan lain

sebagainya.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Keluhan serupa (-)

- Tetangga ada yang sakit serupa tapi sudah sembuh.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan ketiga kakaknya. Ayah bekerja

pengepul rosok penghasilan Rp / bulan.Ibu tidak bekerja, menanggung

3 orang anak yang sudah mandiri.Tidak ada sumber penghasilan

selain yang sudah disebutkan.

Kesan : Tingkat sosial ekonomi cukup/ marginal.

8

Page 9: Leng Kap

2.2.1.3 Aspek 3 Kondisi Internal

Pasien berumur 6 tahum sehingga pasien tidak memiliki pengetahuan

mengenai infeksi dengue. Pasien memiliki kebiasaan bermain di kumpulan

rosok bersama teman-teman pasien. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari.

2.2.1.4 Aspek 4 Kondisi Eksternal

Perilaku kesehatan orang tua pasien

Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai infeksi

dengue, pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang keluarga,

keluarga tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan

lingkungan. Keluarga juga memiliki pengetahuan yang kurang

dalam penerapan PHBS. Menggunakan repellan dan menyalakan

obat nyamuk bakar apabila banyak nyamuk di rumah.

Pelayanan Kesehatan

Keluarga pasien tinggal di Genuk Sari 5/7 cakupan Puskesmas

Genuk. Jarak rumah tempat tinggal keluarga pasien dengan puskesmas

tidak jauh sehingga sangat mudah dicapai dengan akses transportasi

9

Page 10: Leng Kap

apapun. Keluarga pasien selalu memeriksakan diri ke puskesmas saat

merasa mengalami keluhan

2.2.1.5 Derajat fungsional

Derajat fungsional : 2 (dua)

2.2.1.6 Anamnesis Keluarga

ANAMNESIS KELUARGA

Genogram

keterangangabar:

: Laki-laki

: Perepuan

: Pasien

Bentuk dan struktur keluarga

Pasien merupakan anak ke empat dari empat bersaudara tinggal

dari kecil dengan ayah, ibu, dan kakak lak-lakinya yang belum

menikah.

Fase kehidupan keluarga

Ayah dan ibu pasien menikah saat usia 18tahun, anak pertama

10

Page 11: Leng Kap

laki-laki lahir tahun 1990, anak kedua laki-laki lahir tahun 1995, anak

ketiga lahir tahun 2009. Anak pertama dan kedua sudah bekerja dan

berpenghasilan, juga membantu ekonomi keluarga.

Identifikasi fungsi keluarga

Menu makanan dirumah selalu diusahakan makan sayur dan lauk

pauk

Sumber penghasilan dari ayah yang bekerja sebagai pengepul

rosok.

Keluarga tidak mengatur penghasilan dan kebutuhannya

Risiko-risiko internal keluarga

Keluarga pasien terdiri dari seorang ayah, ibu dan dua orang

anak, aspek kebiasaan keluarga pasien menjadi aspek resiko bagi

penyakit yang dialaminya saat ini.

Risiko-risiko eksternal keluarga

Perilaku kesehatan lingkungan

Pengetahuan lingkungan rumah tinggal pasien kurang

mengenai infeksi dengue, berkebiasaan menggantung baju di

ruang keluarga, jarang ikut kerja bakti untuk membersihkan

11

Page 12: Leng Kap

lingkungan. Tidak teratur menguras bak mandi.

Keadaan Lingkungan

Pasien tinggal di limgkungan Genuk Sari, rumah sekitar 20

meter dari gang. Luas rumah lebih kurang 5x13m2 .Batas kanan, kiri,

adalah dinding yang langsung berbatasan dengan rumah tetangga.

Batas belakang merupakan dinding yang tidak berhubungan langsung

dengan halaman belakang . Halaman rumah pasien terdapa tkumoulan

barang rosok plastik yang mudah di genangi air. Tidak terdapat ruang

tamu dan ruang keluarga tidak dibatasi oleh bilik. Bagian belakang

rumah adalah dapur, kamar mandi, dan tempat mencuci, tidak ada

ventilasi maupun genting kaca di bagian belakang. Di bagian belakang

rumah terdapat sumur artetis yang digunakan pasien untuk mencuci

pakaian, mencuci alat alat makan. Terdapat tiga kamar tidur di dalam

rumah. Penerangan berasal dari lampu listrik tanpa adanya akses

untuk mendapatkan cahaya matahar sepanjang waktu dari hingga sore

hari. Sumber air bersih untuk air minum didapatkan dari PAM. Untuk

keperluan minum, biasanya air PAM dimasak lebih dulu sampai

mendidih. Penilaian air minum secara fisik: kualitas air jernih, tidak

berwarna, tidak berbau.

Pasien membuat wadah pembuangan sampah yang terbuat dari

ember bekas berukuran besar dan diletakkan di tepi gang depan

rumahnya yang berjarak 5 m dan 7 m dari sumur. Sampah

12

Page 13: Leng Kap

tersebut dikumpulkan setiap hari oleh petugas sampah. Jika petugas

sampah tidak datang, nenek pasien membuang sampah di tempat

pembuangan sampah yang ada di dekat rumah.

Denah Rumah Keluarga Pasien

Pelayanan Kesehatan

Masyarakat sekitar rumah tempat tinggal juga berada dalam

wilayah cakupan Puskesmas Genuk. Akses terhadap puskesmas juga

mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan

13

Page 14: Leng Kap

umum.

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Status praesens

Umur : 6 th

BB : 13 kg

PB : 115 cm

Keadaan umum : baik

Kesadaran : komposmentis

Tanda Vital

Nadi : 100 x/menit, isi dan tegangan cukup

RR : 26 x/menit

Temperatur 37,2 C

Keadaan tubuh

Anemik : (-)

Sianotik : (-)

Ikterik : (-)

Turgor : cukup

Tonus : normotoni

Rambut : kemerahan, tidak mudah dicabut

Kulit : petechie (-)

Oedema : (-)

Cerebral : kejang (-)

Dyspnoe : (-)

14

Page 15: Leng Kap

Kepala

Lingkar kepala : mesosefal (lingkar kepala 49 cm)

UUB : datar

Mata : konjungtiva palpebra anemis - / -

Hidung : napas cuping (-), perdarahan hidung (-)

Telinga : sekret (-)

Mulut : sianosis (-), kering (-)

Bibir : kering (-), mukosa dalam sianosis (-)

Selaput lendir: kering (-)

Lidah : kotor (-), tremor (-)

Gigi : karies (-)

Tenggorokan : T1-1, faring hiperemi(-), pseudomembran (-)

Leher : Pembesaran nnll (-)

Dada

Paru

Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi :

suara dasar : vesikuler

suara tambahan : ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/- seluruh lapangan

paru

Jantung

15

Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS

Batas atas : SIC II LPS sinistra

Batas kanan : SIC II LPS dextra

Page 16: Leng Kap

Bunyi jantung : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)

Apex cordis : tidak kuat angkat dan tidak melebar

Frekuensi : 120 x/menit

Aktivitas : normoaktif

Thrill : (-)

Irama : reguler

Souffle : (-)

Mitral : M1 > M2

Aortal : A1 < A2

Pulmonal : P1 < P2

Abdomen

Inspeksi : Datar, lemas, venektasi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Perkusi : Hepar : ¼ - ¼ BH, tympani

Lien : So

Palpasi : Hepar teraba

Lien tak teraba

Alat kelamin : tidak dilakukan

Kelenjar

16

Page 17: Leng Kap

Pembesaran nnll leher (-)

Anggota gerak Superior Inferior

Akral dingin - / - - / -

Sianosis - / - - / -

Oedem - / - - / -

Capp. Refill < 2” < 2”

Reflek fisiologis + / + N + / + N

Reflek patologis - / - - / -

Uji tourniquet : -

PEMERIKSAAN STATUS GIZI

Status Gizi Antropometri NCHS – WHO

Laki-laki : BB = 13 kg, PB = 115cm

BMI : Gizi Cukup

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Tidak dilakukan

2.2.3 Diagnosis Holistik

a Aspek 1 Personal

- Keluhan utama : panas mendadak

- Harapan : pasien sembuh dan aktif seperti sedia kala

- Kekhawatiran : panas terus menerus, pasien meninggal

b Aspek 2 Anamnesis Medis Umum

17

Page 18: Leng Kap

- Diagnosis kerja : susp. DHF

- Diagnosis Banding : typhoid

c Aspek 3 Kondisi Internal

Pasien berumur 3 tahum sehingga pasien tidak memiliki

pengetahuan mengenai infeksi dengue. Pasien memiliki kebiasaan

bermain di kumpulan rosok bersama teman-teman pasien. Pasien

mandi minimal 2x dalam sehari.

d Aspek 4 Kondisi Eksternal

Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai infeksi dengue,

pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang keluarga, keluarga

tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.

Keluarga juga memiliki pengetahuan yang kurang dalam

penerapan PHBS. Menggunakan repellan dan menyalakan obat

nyamuk bakar apabila banyak nyamuk di rumah.

e Aspek 5 Derajat Fungsional

Derajat fungsional: 2

2.2.4 Diagnosis keluarga

18

Page 19: Leng Kap

a Aspek 1 Personal

- Keluhan : panas mendadak

- Kekhawatiran : keadaan memburuk, pasien meninggal

- Harapan : agar sehat

b Aspek 2 Anamnesis Medis Umum

- Diagnosis kerja : susp. DHF

- Diagnosis Banding : typhoid

c Aspek 3 Kondisi Internal

Pasien berumur 3 tahum sehingga pasien tidak memiliki

pengetahuan mengenai infeksi dengue. Pasien memiliki

kebiasaan bermain di kumpulan rosok bersama teman-teman

pasien. Pasien mandi minimal 2x dalam sehari.

d Aspek 4 Kondisi Eksternal

e Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai infeksi dengue,

pasien berkebiasaan menggantung baju di ruang keluarga, keluarga

tidak pernah ikut kerja bakti untuk membersihkan lingkungan.

Keluarga juga memiliki pengetahuan yang kurang dalam penerapan

PHBS. Menggunakan repellan dan menyalakan obat nyamuk bakar

apabila banyak nyamuk di rumah.

f Aspek 5 Derajat Fungsional

Derajat fungsional: 7

19

Page 20: Leng Kap

Usulan Penatalaksanaan Komprehensif

1) Identifikasi Masalah

Dalam kasus ini terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi

penyebab timbulnya infeksi dengue pada anak, yaitu:

1. Lingkungan tempat tinggal pasien yang merupakan daerah

dengan ABJ rendah

2. Lingkungan tempat tinggal pasien adalah lingkungan yang

banyak terdapat kumpulan rosok yang digenangi air

3. Bagian belakamg rumah pasien yang lembab dan kurang

pencahayaan

4. Terdapat Sumur artetis yang tidak tertutupi yang tidak pernah

di bersihkan

5. Tngkat pengetahuan pasien dan lingkungan yang kurang dalam

kaitannya dengan infeksi dengue

6. Kebiasaan pasien dan keluarga menggantung baju

20

GENETIKA

- Pengetahuan kurang- Kebiasaan bermain di

kumpulan rosok yang di genangi air.

- menggantung pakaian

PERILAKU

Tidak ada peran genetic dalam kejadian infeksi dengue

- Banyak barang rosok digenangi air

- Rumah yang kurang pencahayaan

- ABJ rendah

PELAYANAN

INFEKSI DENGUE

LINGKUNGAN

Page 21: Leng Kap

Gambar 2.1 Diagram HL Blum

Permasalahan yang teridentifikasi tersebut kemudian ditentukan prioritas masalahnya

dengan menggunakan metode Hanlon kualitatif dengan 3 Kelompok kriteria :

1. Kelompok kriteria U : Mendesak (Urgency)

Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus segera

ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya, semakin mendesak untuk

ditanggulangi.

2. Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)

Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif

berapa rupiah, orang dll.

3. Kelompok Kriteria G : Perkembangan (Growth)

Kecenderungan atau perkembangan akibat dari permasalahan. Semakin

berkembang masalah, semakin diprioritaskan.

Metode Hanlon Kualitatif

Tabel 2.1 Kriteria Urgency

Masalah 1 2 3 4 5

21

PELAYANAN

Page 22: Leng Kap

1 - - - + 1

2 - - - 0

3 - - 0

5 + 1

6 -

Tabel 2.2 Kriteria Seriously

Masalah 1 2 3 4 51 - - - + 1

2 - - - 0

3 + + 4

4 + 1

5 -

Tabel 2.3 Kriteria Growth

Masalah 1 2 3 4 51 - - - + 1

2 - - - 0

3 - - 0

4 + 1

5 -

22

Page 23: Leng Kap

Keterangan :

1. Banyak pakaian tergantung di beberapasudut

2. Jentiknyamuk

3. Pengetahuankurang

4. Pencahayaankurang

5. Lingkungan rumah terdapat barang bekas yang digenangi air

Tabel 2.4 Urutan Prioritas Masalah

Masalah U S G Total Prioritas1 1 1 1 3 42 0 0 0 0 13 0 4 0 4 54 2 2 2 6 65 1 1 1 3 36 - - - - 2

Urutan prioritas masalah

1. Jentik nyamuk

2. Lingkungan rumah terdapat kumpulan rosok yang di genangii air

3. Pencahayaan kurang dan suasana lembab

4. Banyak pakaian tergantung di beberapa sudut

5. Pengetahuankurang

23

Page 24: Leng Kap

Table 2.5 Plan of Action

No

Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Waktu Pelaks P.dana

Metode Tolokukur program

Tolokukurhasil

1 Pemberantasanjentiknyamuk

Mengurangi vector dengue

Rumahwarga + jentik

Kudu 2/ 3

Koas Koas Ikanisasi Terbaginya ikan pada 5 rumah + jentik

Berkurangnyabakberjentiknyamuk

2 Menutup barang kumpulan rosok

Meniadakantempat berkembangbiaknya vektor

Rumahwarga yang ada barang rosok yang tergenang air

Kudu 2/3

Koas Koas Menutup dengan terpal

Menutup barang rosok dengan terpal

Berkurangnya genangan air pada barang rosok.

3 Pencahayaan rumah

Pencahayaan rumah baik, rumah tidak lembab

Rumahpasien infeksi dengue

Kudu 2/3

Koas Koas Gentingkaca

Terpasangnya genting kaca

Pencahayaan rumah baik, rumah tdk lembab

4 Pembagian container

PSN Rumahpasieninfeksi dengue

Kudu 2/3

Selasa 27/10/15

Koas Koas Container

Penempatan container pakaian

Penggunaan container untukpakaianbekaspakai

24

Page 25: Leng Kap

5 Penyuluhan

Wargamengertittg DBD

Warga Kudu 2/3

Selasa 27/10/15

Koas Koas Penyuluhan + leaflet

Terbaginya leaflet minimal 20 rumah

Meningkatnyaengetahuanttg PSN dan DBD

2) Intervensi

a Promotif

Patient centered

Pasien dijelaskan tentang infeksi dengue serta cara-cara yang dapat dilakukan

dalam rangka pemberantasan dan pencegahan penyakit tersebut.

Penjelasan tentang infeksi dengue meliputi : Penyebab dari penyakit ini adalah

virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes aegypti.

Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan kaki,

aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dan dengan 2

puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 dan lebih suka pada

tempat genangan air yang bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit tersebut

sangat berbahaya karena dapat mematikan..

Family oriented

Penjelasan tentang infeksi dengue meliputi : Penyebab dari penyakit ini

adalah virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes

aegypti. Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan

kaki, aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dan dengan

2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 dan lebih suka

25

Page 26: Leng Kap

pada tempat genangan air yang bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit

tersebut sangat berbahaya karena dapat mematikan.

Community oriented

Penjelasan tentang infeksi dengue meliputi : Penyebab dari penyakit ini

adalah virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk Aedes

aegypti. Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan

kaki, aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari dan dengan

2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 dan lebih suka

pada tempat genangan air yang bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit

tersebut sangat berbahaya karena dapat mematikan.

Patient centered

1) Menggunakan mosquito repellent atau insektisida bentuk spray.

Family oriented

1) Pemberantasan vektor jangka panjang / pemberantasan sarang nyamuk

(PSN)

2) Menutup tempat-tempat penyimpanan air

3) Mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, botol atau ban bekas

serta semua barang bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.

26

Page 27: Leng Kap

4) Menguras bak mandi / tempat menampung airMemperbanyak istirahat

di rumah dan mengurangi bermain bersama teman-teman sesama balita.

5) Menyimpan baju dalam lemari.

6) Mengganti sebagian genting kaca sehingga pencahayaan cukup.

Community oriented

1) Pemberantasan vektor jangka panjang / pemberantasan sarang

nyamuk (PSN)

2) Menutup tempat-tempat penyimpanan air

3) Mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, botol atau ban bekas

serta semua barang bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.

4) Menguras bak mandi / tempat menampung air

5) Memperbanyak istirahat di rumah dan mengurangi bermain bersama

teman-teman sesama balita

6) Mengganti sebagian genting kaca sehingga pencahayaan cukup.

b Kuratif

Patient centered

1. Perawatan

Infus kristaloid iv6-7cc/kgBB/jam

2. Medikamentosa

PO : Parasetamol 3x500mg

Vit B complex 3x1 tab

27

Page 28: Leng Kap

Vit. C 3x500 mg

3. Diet

3 x lunak

3 x 200 cc susu

1 x buah

banyak minum

Kebutuhan

24 jam

Cairan (cc)

4896

Kalori (kkal)

1360

Protein (gr)

64Iv 2 jalur 3000 576 -3 x 100 lunak saring

300 1017 43,26

3 x 200 cc susu 600 366 18,6

1 x buah 100 50 9,6

Mx : - Pengawasan keadaan umum dan tanda vital.

- Pengawasan perkembangan dan fluktuasi jumlah trombosit,

hemoglobin dan hematokrit

4. Rujuk ke Rumah SakitIslam Sultan Agung

28

Page 29: Leng Kap

Family oriented

1) Memeriksakan anggota keluarga yang sedang sakit ke pelayanan

kesehatan terdekat

Community oriented

1) Memeriksakan warga yang sedang sakit ke pelayanan kesehatan

terdekat

29

Page 30: Leng Kap

c Rehabilitatif

Patient centered

1) Rutin kontrol pengobatan hingga pasien ditanyakan sembuh oleh

dokter

2) Untuk menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan untuk

menjaga kualitas dan kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah,

agar kebutuhan asupan makanan anak tetap terpenuhi dengan baik.

Family oriented

1) Memotivasi keluarga untuk menghindarkan pasien hal-hal yang

memungkinkan memperburuk keadaan pasien atau menyebabkan

kekambuhan

2) Memotivasi keluarga untuk mengantarkan pasien kontrol ke puskesmas

hingga dinyatakan sembuh oleh dokter

3) Untuk menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan untuk

menjaga kualitas dan kuantitas makanan anak sehari-hari di rumah,

agar kebutuhan asupan makanan anak tetap terpenuhi dengan baik.

Community oriented

-

30

Page 31: Leng Kap

1) Follow up

Kondisi Pasien

Hari/ tanggal SOAP

2 Januari 2016 S: tak

O: RR 16 x/menit, T 37,10C

A: Post DHF

5 Januari 2016 S: tak

O: RR 16x/menit, T 36,80C

A: Post DHF

31

Page 32: Leng Kap

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. GAMBARAN PROSES DAN MASALAH YANG DIAMATI

Gambar 3.1 Diagram HL Blum

3.2. URAIAN TEMUAN PADA SETIAP ASPEK

Berdasarkan masalah yang ditemukan dari aspek yang berhubungan dengan

munculnya infeksi dengue pada pasien, analisis terhadap masalah tersebut didasarkan

pada teori adalah sebagai berikut:

32

GENETIKA

- Pengetahuan kurang- Kebiasaan menggantung

pakaian-

Tidak ada permasalahan dalam pelayanan kesehatan

dengan infeksi dengue

PERILAKU

Tidak ada peran genetic dalam kejadian infeksi dengue

- Banyak barang bekas sampah botol plastik bekas yangdi genangi air

- Rumah yang kurang pencahayaan

- Lingkungan yang lembab

- ABJ rendah

PELAYANAN KESEHATAN

INFEKSI DENGUE

LINGKUNGAN

Page 33: Leng Kap

1. Perilaku

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon individu terhadap

rangsangan yang terkait dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan serta lingkungan. Blum mengatakan derajat kesehatan manusia

dipengaruhi 4 faktor yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan,

perilaku. Pengetahuan seseorang sangat berpengaruh dalam perilaku pencegahan

demam berdarah dengue karena pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmodjo, 2007).

Sedang menurut Purwanto (1999) faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai pembawaan atau heredity dan

lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam

berperilaku, lingkungan turut berpengaruh dalam perkembangan bawaan atau

kehidupan seseorang.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat dalam pencegahan DBD ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan,

norma, keturunan dan lingkungan dari atau masyarakat yang bersangkutan.

Disamping itu ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan juga akan mendukung

dan memperkuat terbentuknya perilaku pencegahan DBD.

33

Page 34: Leng Kap

2. Lingkungan

Penyebaran penyakit DBD dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kondisi

lingkungan, movilitas penduduk, kepadatan penduduk, adanya kontainer buatan

atau alami di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah

lainnya, faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air, merupakan faktor

yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya KLB penyakit DBD.

Kepadatan populasi sangat nyata pengaruhnya terhadap kasus penularan DBD.

Mengatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, kebiasaan menggantung

baju, kondisi tempat penampungan air (TPA), kebersihan lingkungan dengan

kejadian DBD.

Lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat memberikan peluang

yang besar terhadap terjadinya penyakit DBD, di mana keadaan rumah

berdasarkan kepadatan penghuni merupakan salah satu faktor yang mendukung,

karena luas bangunan rumah harus sesuai dengan jumlah penghuninya, sebab

akan mengakibatkan over crowding atau kepadatan yang berlebihan. Banyak

orang atau anggota keluarga yang tinggal dalam rumah akan berpengaruh

terhadap keadaan rumah dan lingkungannya. Demikian pula terhadap kejadian

demam berdarah yang banyak di pengaruhi oleh keadaan lingkungan, banyak

penghuni yang tinggal dalam satu rumah akan mempengaruhi pola hidup dan

keadaan lingkungan serta kepadatan penduduk tempat itu sendiri. Jadi selain akan

berpengaruh terhadap pola hidup kebiasaan masyarakat, kepadatan rumah juga

akan berpengaruh terhadap kepadatan penduduk di lingkungan yang dapat

memudahkan terjadinya penularan di wilayah tersebut karena jarak terbang

34

Page 35: Leng Kap

nyamuk 50-100 meter, sehingga mudah bagi nyamuk Aedes aegypti untuk

berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Di Indonesia, nyamuk penular

(vektor) penyakit DBD yang penting adalah Aedes aegypti, Ae. albopictus, Ae.

scutellaris, tapi yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Ae.

aegypti. Nyamuk Ae. Aegypti bersifat urban hidup di perkotaan dan lebih sering

hidup di dalam dan disekitar rumah (domestik) dan sangat erat hubungannya

dengan manusia. Tempat perindukan nyamuk ini terdapat di dalam rumah

(indoor) dan di luar rumah (outdoor). Tempat perindukan di dalam rumah,antara

lain: bak air mandi, bak air WC, tandon air minum, tempayan, gentong tanah liat,

gentong plastik, ember, drum, vas tanaman hias, pernagkap semut dan lain-lain.

Sedangkan tempat perindukan yang ada di luar rumah (halaman): drum, kaleng

bekas, botol bekas, ban bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi oleh air

hujan, tandon air minum dan lain-lain (Soegijanto, 2004). Upaya pengendalian

populasi nyamuk Aedes telah dilakukan dengan cara pemberantasan pada

sarangnya, yaitu dikenal dengan istilah gerakan PSN dengan 3M plus, yang

dilakukan secara sistematis dan terus menerus serta serentak sehingga tercipta

lingkungan yang bersih dan sehat serta tidak kondusif untuk menjadi lingkungan

nyamuk Aedes (Judarwanto, 2007 dalam CHPSC, 2007). Gerakan PSN dengan

3M plus ini, meliputi:\

a) Membersihkan (menguras) dan menyikat tempat-tempat penyimpanan air

sekurang-kurangnya seminggu sekali, seperti bak mandi/ WC, drum dan

lain-lain.

35

Page 36: Leng Kap

b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tempayan, drum

dan lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di

tempat itu.

c) Mengubur barang-barang bekas yang tidak bisa dibakar dan yang dapat

menampung air hujan agar tidak menjadi tempat berkembang biak

nyamuk, seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah dan lain-lain.

d) Menutup lubang pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen.

e) Mengganti air di vas kembang, tempat minum burung, perangkap semut

dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu sekali.

f) Membakar potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain supaya tidak

menjadi sarang nyamuk.

g) Melipat pakaian/ kain yang bergantungan dalam kamar supaya tidak

menjadi tempat sarang nyamuk.

(Siswono, 2004 dalam CHPSC, 2007)

3. Pelayanan Kesehatan

Tidak ada masalah pada pelayanan kesehatan dalam hubungannya dengan

infeksi dengue.

36

Page 37: Leng Kap

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:

1.1.1 Pengetahuan masyarakat Genuk Sari , Genuk masih sangat kurang dalam

pencegahan infeksi dengue.

1.1.2 Perilaku masyarakat sebagai faktor resiko timbulnya infeksi dengue seperti tidak

menguras bak mandi, menggantung pakaian, masih ditemukan.

1.1.3 Faktor lingkungan seperti, banyak rosok di halaman rumah yang digenangi air,

pencahayaan rumah yang kurang sehingga lembab, menjadi faktor resiko

timbulnya infeksi dengue.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan laporan kasus di atas:

5.2.1 Pasien dapat menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku sehat yang

kaitannya mencegah infeksi dengue, seperti menguras bak mandi secara teratur,

menutup barang rosok di halaman rumah yang digenangi air, tidak menggantung

37

Page 38: Leng Kap

pakaian, memperhatikan pencahayaan rumah, dan mengerti cara penularan,

tindakan yang harus dilakukan dalam mencegah dan terkena infeksi dengue.

5.2.2 Untuk puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan dan pendidikan keluarga

seperti menggandeng kelurahan untuk mengadakan kegiatan aktif kebersihan

lingkungan, menggalakkan kader-kader untuk memeriksa jentik dan penyuluhan

rumah ke rumah.

5.2.3 Untuk FK Unissula agar dapat membantu masyarakat dan puskesmas untuk

berpartisipasi dalam menanggulangi infeksi dengue.

38

Page 39: Leng Kap

DAFTAR PUSTAKA

Sri Rezeki, Soegeng Soegijanto, Suharyono Wuryadi, Thomas Suroso, editors. Tatalaksana demam

dengue/demam berdarah dengue. Edisi pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1999.

Hendarwanto. Dengue. Di dalam : Sjaifoellah Noer, Sarwono Waspadji, A Muin Rachman dkk,

editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1997 :

417-26.

Satari, Hindra. I & Meiliasari, Mila. 2004. Demam Berdarah : Perawatan di Rumah

dan Rumah Sakit + Menu. Jakarta: Pustaka Dwipa.

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak jilid 2. Rusepno

Hassan, Husein Alatas, editors. Edisi ketujuh. Jakarta : Infomedika, 1997 : 607-21.

Subdit Arbovirus ,Ditjen PPM dan PLP .1 januari sampai 31 desember 1999

Scott B.Halstead. Dengue fever/Dengue Hemorrhagic Fever.Nelson.Textbook of

pediatri.16thedition,WB Saunder Company.A division of hartcourt Brace and Company

Soegijanto, Soegeng. 2004. Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga

University Press

Sumarmo, Wydia MS. Dengue Hemorrhagic Fever Klinis, Dignosis dan Pengobatan. Dalam :

Sumarmo, Tjokronegoro, editor Demam Berdarah Dengue Sepuluh Tahun Penelitian Pada Anak

di Jakarta. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1985: 1 – 17.

Hasyimi. Pemeriksaan Laboratorium Penderita Demam Berdarah Dengue: Mengapa Uji HI. Media

Litbangkes, 1992; IV: 13 – 6.

39

Page 40: Leng Kap

Lampiran 1 Formulir Pendaftaran Pasien Baru

REKAM MEDIS PELAYANAN DOKTER KELUARGADENGAN DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF

No RmIdentitas Umum PasienNama LengkapTempat Tanggal LahirJenis Kelamin LAKI – LAKI PEREMPUANAlamatDESA/KELURAHANKABUPATEN/KOTA

AgamaISLAM

KRISTENKATHOLIK

HINDU BUDHALAIN - LAIN

Status Perkawinan KAWIN BELUM KAWIN

JANDADUDA

Pendidikan Terakhir SD SMP SMA DIPLOMA S1 S2

LAIN - LAIN

Pekerjaan PNSWIRASWASTA

TNI/POLRI

PELAJAR/MAHASISWA LAIN - LAIN

Kewarganegaraan WNI WNACara Pembayaran ASURANSI SWASTA BPJS UMUM/MANDIRINama Penanggung JawabNotelp/ HpKlinik Yang Dituju Balai Pengobatan Umum

Kesehatan Ibu Dan BayiLansiaRehabilitasi Medik

Dengan ini saya menyatakan setuju untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan yang diperlukan dalam upaya kesembuhan / keselamatan jiwa saya/ pasien tersebut di atas

Semarang, …………………………………

40

Page 41: Leng Kap

(……………………………………….)

Lampiran 1 Foto kondisi rumah

41

Page 42: Leng Kap

42