lemak

25
1. TINJAUAN PUSTAKA Suatu Lipid didefinisikan sebgai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic non polar sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter ( Fessenden & Fessenden,1982) Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati et al,2007) Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et al,2007) Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak yaitu: R 1 ,R 2 ,dan R 3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007). Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (fessenden & fessenden, 1982) Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh (Salirawati et al,2007). Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan (Salirawati et al,2007). Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati et al,2007). Dengan reagen HubI’s Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl 2 , maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I 2 telah digunakan untuk memutuskan ikatan rangkap ( Salirawatiet al,2007). Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan Iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007). Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat (salirawati et al,2007) Gambar 3.1 Contoh hidrolisis Margarin Proses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu sering disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang,

Upload: redika-ali-akbar

Post on 22-Oct-2015

94 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lemak

1.    TINJAUAN PUSTAKASuatu Lipid didefinisikan sebgai senyawa organic yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic non polar sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter ( Fessenden & Fessenden,1982)Lipid adalah  senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati et al,2007)Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et al,2007)Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum lemak yaitu: R1,R2,dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati et al,2007).Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (fessenden & fessenden, 1982)Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh (Salirawati et al,2007).Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan (Salirawati et al,2007).Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati et al,2007).Dengan reagen HubI’s Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2, maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2 telah digunakan untuk memutuskan ikatan rangkap ( Salirawatiet al,2007).Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan Iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007).Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis gliseril tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat (salirawati et al,2007) 

Gambar 3.1 Contoh hidrolisis MargarinProses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu sering disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan (Salirawati et al,2007)Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya (salirawati et al,2007)

Gambar3.2 Reaksi penyabunan gliseril stearatJika digunakan NaOH maka akan dihasilka sabun yang bersifat lebih keras atau biasa disebut “sabun cuci”, sedangkan jika digunakan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak atau biasa disebut “sabun mandi”. (Salirawati et al,2007)Diantara sekian banyak jenis Minyak, manyak kelapalah yang paling sering digunakan. Minyak kelapa diperoleh dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan minayk seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak nenas kurang dari 5% .Menurut ketaren(1986), warna pada minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna alam karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Sedangkan menurut Kisshenbuar (1960), warna pada minyak selain disebabkan oleh zat warna karoten juga disebabkan oleh kotoran lain karena asam-asam lemak dan gliserida murni tidak berwarna.Karoten merupakan hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi. Karoten tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi tengik, tetapi dapat diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak berwarna lagi (Ketaren, 1986).Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan  kedlam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5. (Ketaren, 1986).

Page 2: lemak

Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).Sifat fisik Minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap seperti lemak yang lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena titik cair asam lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44○C,asam lemak miristat 54○C, asam lemak palmitat 63○C. Dengan demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas (Murdijati gardjito,1980)

1. Metode Percobaan 4.1  Alat    -    Tabung reaksi-    Kertas lakmus-    Gelas kimia-    Pipet tetes 4.2  Bahan- Mentega- Margarin- Minyak kayu cendana- Alkohol panas- Asam encer- Aquades- Alkali- Larutan Na2CO3. 1,0 %  4.3  Prosedur KerjaUji KelarutanDerajat kelarutan lemak/minyak dapat dilihat atau ditentukan dengan pengamatan secara langsung pada bahan pelarut yang dipakai.Cara kerja :3 mL pereaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. Sedikit bahan percobaan dibubuhkan ke dalam tabung yang sudah berisi pelarut. Isi tabung dikocok kuat-kuat dan diamati kelarutannya. EmulsiMinyak/lemak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada bahan lain yang dapat berfungsi sebagai emulgator.Cara Kerja:

1. Kira-kira 5 mL air dimasukkan ke tabung reaksi yang bersih. 3 tetes bahan percobaan dimasukkan pada tabung reaksi berisi air. Dikocok kuat-kuat selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya.

2. 5 mL air dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. 2-3 tetes larutan Na2CO3 dibubuhkan kedalam tabung yang berisi air. Dikocok dan diperiksa larutan dengan indicator hingga laritan bersifat basa. Kemudian, 3 tetes bahan percobaan dibubuhkan ke dalamnya dan dikocok kuat-kuat selama 1-2 menit. Diamati dan dicatat hasilnya. Penentuan bilangan penyabunan

1. 2,5 g bahan percobaan (lemak/minyak) dan 25 ml KOH 0,1 M dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml. dibuat juga blankonya(pengerjaannya sama, tetapi tanpa menggunakan bahan percobaan). Baik bahan percobaan maupun blako dibuat duplo (2 kali ulangan)

2. Direfluks diatas api kecil sampai penyabunan sempurna (kira-kira 30 menit). Untk mengetahui apakah proses penyabunan telah selesai/sempurna, hasil refluks diteteskan dalam tabung yang berisi air. Bila bening berarti proses penyabunan telah selesai.

3. Setelah didinginkan, hasil refluks ditambah 2 tetes indicator fenolftalein dan dititrai denganlarutan HCl 0,5 M.4. Di hitung bilangan penyabunan

Keterangan      :V1        = Volume Hcl yang dibutuhkn untuk bahan percobaan (mL)V2        = Volume HCl yang dibutuhkan untuk blako (mL)M         = Molaritas Hcl yang digunakan56,1     = massa molekul KOH 

Page 3: lemak

Penentuan Bilangan peroksida1. Minyak sebanyak 5 g ditimbang dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan30 ml campuran pelarut yang terdiri dari 60%

CH3COOH dan 40% CHCl3, lalu dikocok2. Selanjutnya, larutan tersebut ditanbahkan 0,5 mL larutan KI jenuh sambil dikocok dan dibiarkan dalam ruangan gelap

selama 2 menit.3. Larutan ditambahkan 30 mL aquades dan 3 tetes indicator kanji lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 M. Proses yang sama

dilakukan juga terhadap blanko.   Penentuan bilangan asam

1. Minyak sebanyak 20 g ditimbang dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 50 mL etanol 95%2. Campuran kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam pemanas air sambil diaduk, kemudian dtambahkan 3 tetes

indicator pp dan dititrasi dengan KOH 0,1 M.    

1. V.                Hasil Percobaan Hidrolisis pati oleh amilase air liurBahan Percobaan Kloroform Alcohol Panas Asam Encer AlkaliMinyak kelapa + - - -Mentega + - - -Margarin + + - - Keterangan:  (+) = larut        (-) = tidak larut  Bahan Percobaan Emulsi A Emulsi BMinyak kelapa - +Mentega - +Margarin - + Keterangan : (+) =  membentuk emulsi                       (-) = tidak membentuk emulsi Penentuan Bilangan penyabunan

Blanko Bahan PercobaanUlangan I Ulangan II Ulangan I Ulangan II

Meniskus akhir 14,5 6,5 22 9,5Meniskus awal 10 1 6 2Volume HCl 4,5 5,5 16 7,5

Rataan Vb= 5 Rataan Vi= 11,75 Diketahui : berat bahan percobaan                              : 2,5 gramKonsentrasi HCl                                      : 0,5 MVolume HCl untuk blanko (V1)              : 5 mlVolume HCl untuk bahan percobaan      : 11,75 mlMassa molekul KOH                               : 56 g/mol  = 75,735Penentuan bilangan Peroksida

Konsentrasi Na2S2O3          = 0.01 M Volume Na2S2O3                     = 10 ml Berat sampel                       = 5 gram

Page 4: lemak

   = 20Penentuan bilangan asam

Konsentrasi KOH             = 0,1 M Volume KOH                   = 17,5 ml Berat sampel                     = 20 gr

Titrasi Meniskus awal      = 0 Meniskus akhir      = 17,5

   = 4,90875 

1. VI.    PEMBAHASANPada percobaan pertama yaitu uji kelarutan, minyak kelapa, mentega dan margarine ketiganya larut dalam kloroform, tetapi pada alcohol panas hanya margarine yang larut sedangkan pada alkali ketiganya tidak larut. Menurut Lehninger (1982), lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut dalam pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene, aseton, dan petroleum eter. Jadi, hasil percobaan ini membuktikan bahwa lipid larut dalam kloroform karena kloroform merupakan pelarut non polar sedangkan alcohol tidak karena alcohol merupakan pelarut polar begitu pula dengan alkali (salirawati et al,2007).Pada percobaan kedua, pembentukan emulsi terlihat bahwa untuk percobaan bagian A Minyak, mentega dan margari hanya dilarukan dengan menggunkan air. Tidak terjadi pembentukkan emulsi karena minyak, mentega dan margarine tidak dapat larut didalam air Karena air merupakan pelarut polar (salirawati et al,2007).Tetapi pada percobaan bagian B, dengan adanya larutan Na2CO3 Minyak kelapa membentuk emulsi ketika dilarutkan kedalam larutan campuran air dan Na2CO3.  Karena Na2CO3 merupakan zat emulgator sehingga pada penambahan lipid kedalam larutan air dan Na2CO3 terjadi emulsi karena larutan Na2CO3 membantu menurunkan tegangan permukaan air. (Fessenden & Fesenden, 1982)Pada percobaan ketiga yakni penentuan bilangan penyabunan minyak direaksikan dengan KOH. Sabun yang dihasilkan dari reaksi ini berupa sabun yang mempunyai sifat yang lebih keras (Salirawati  et al,2007).Dalam penentuan bilangan penyabunan, besar kecilnya bilangan penyabunan ditentukan oleh panjang pendeknya rantai karbon. Hasil dari bilangan penyabunan dari minyak adalah 75,735 hal ini menunjukan bahwa minyak memiliki rental yang panjang karena bilangan penyabunannya besar (Salirawati  et al,2007).Pada percobaan keempat yakni penentuan bilangan peroksida, minyak dilarukn dalam pelarut yang merupakan campuran kloroform dan asam asetat. Dan ditambhkan larutan kanji kemudian dititrasi. Hasil akhir dari titrasi larutan membentuk dua fase. Bilangan peroksida dari minyak yang didapat sesuai hasil percobaan adalah 20.  Penentuan bilangan peroksida ini bertujuan untk melihat kualitas minyak. Karena seringkali minyak mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Untk menghambatnya biasanya ditambahkan antioksidan. Antioksidn bersifat sebagai akseptor radikal bebas dan mampu menghentikan reaksi oksidasi minyak (stuckey,1968).Reaksi autooksidasi dimulai ketika radikal bebas hasil tahap inisiasi bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksida. Reaksi ini berntai dan sangat cepat dengan energy hamper nol, sehingga konsentrasi radikal peroksida yang terbentuk lebih besar dalam siste makanan dimana oksigen tersebut berada. Radikal peroksida tersebut akan mengekstrak ion hydrogen dari lipid membentuk hidroperoksida dan molekul radikal lipida baru (Trilaksani,2003) Dan untuk percoban selanjutnya yakni penentuan bilangan asam. Sesuai hasil percobaan diperoleh 4,98075. Asam yang berasal dari antioksidan bertindak sebagai donor proton (hydrogen) terhadap radikal bebas yang terbentuk sehingga tahap propagasi dapat terhambat dan jumlah radikal bebasa yang dapat menstimulasi terjadinya kankerpun dapat dikurangi jumlahnya. Semakin banyak antioksidan yang ditambahkan pada minyak, kerusakan minyak karena oksidasipun dapat dikurang (Salirawati  et al,2007).       

Page 5: lemak

1. VII.      Kesimpulan Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulakan bahwa :

1. Lemak dan minyak tidak larut di dalam asam, alkohol dan alkali(pelarut Polar), tetapi dalam pelarut organik seperti: eter, kloroform,  dll.

2. Lemak dan minyak tidak membentuk emulsi di dalam air, tetapi di dalam larutan garam seperti Na2CO3 membentuk emulsi3. Bilangan penyabunan adalah Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak. Besar kecilnya

bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon. Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya.  DAFTAR PUSTAKA

 Budha,K.1981. Kelapa dan hasil pengolahannya. Denpasar: Fakultas teknologi dan pertanian Universitas UdayanaFessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: ErlanggaGarjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan pemurnian. Yogyakarta: Fakultas Teknologi pertanian UGMKetaren.1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.Jakarta:Universitas Indonesia press Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Jakarta: Grasindo Trilaksani,W.2003.Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran terhadap kesehatan. Laporan penelitian.Bogor:IPB

Page 6: lemak

Dikehidupan sehari hari kita mengenal lemak atau lipid, Lemak dan minyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai mentega dan lemak hewan. Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung, minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain. Walaupun lemak berbentuk padat dan minyak adalah cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama. Lemak dan minyak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida. (Hart, 1987)

 Lipid (Yunani, lipos = lemak) adalah segolongan besar senyawa tak larut air yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Sifat inilah yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Lipid adalah senyawa biomolekul yang digunakan sebagai sumber energi dan merupakan komponen struktural penyusun membran serta sebagai pelindung vitamin atau hormon. Lipid dapat dibedakan menjadi trigliserida, fosfolipid, dan steroid. Trigliserida sering disebut lemak atau minyak. Disebut lemak jika pada suhu kamar berwujud padat. Sebaliknya, disebut minyak jika pada suhu kamar berwujud cair.

Perannya pada kehidupan sehari hari yang cukup banyak maka kita harus mengetahui lemak atau lipid ini lebih mendalam, Karena ini dianggap penting dalam bahan pangan, maka pada praktikum ini akan menguji berbagai bahan yang mengandung lipid pada beberapa ppelarut

B.    TujuanUntuk menguji kelarutan berbagai bahan yang mengandung lipid pada beberapa pelarut.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lipid adalah  senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati et al,2007)

Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et al,2007)

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (fessenden & fessenden, 1982)

Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati et al,2007).

Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi analisis kualitatif maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah sebagai berikut: UJI KELARUTAN LIPID

Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar. 

UJI  ACROLEINUji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau

dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih.

UJI KEJENUHAN PADA LIPID Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau

tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya

Page 7: lemak

warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.   Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble.

UJI KETENGIKAN   Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini, diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan

yang belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida (Syamsu 2007). 

UJI SALKOWSKI UNTUK KOLESTEROLUji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol

dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh 2008). UJI LIEBERMAN BUCHARD 

Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2013). Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua. 

UJI BILANGAN IODLemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,sedangkan lemak yang barasal dari tumbuhan

berupa zat cair. Lemak  yang mempunyai titik lebur  tinggi mengandung asam lemak jenuh,sedangkan lemak cair atau yang basa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung didalamnya diukur dengan bilangan iodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap,makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi.UJI KELARUTAN LIPIDUji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar.  UJI  ACROLEIN

Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih. UJI KEJENUHAN PADA LIPID 

Page 8: lemak

Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.   Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble.UJI KETENGIKAN   Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini, diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampakbercak. Setelah itu, kertas digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsurlemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida (Syamsu 2007). UJI SALKOWSKI UNTUK KOLESTEROL

Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisankolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh 2008). UJI LIEBERMAN BUCHARD Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan.Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yangmengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2008). Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua. 

UJI BILANGAN IODLipid mengandung bermacam-macam asam lemak tak jenuh yang bereaksi dengan ion.

Jumlah iod yang diabsorpsi menetukan jumlah ketidak jenuhan dalam lipid. Jadi angka iod didefinisikan sebagai berikut: banyaknya gram iod diabsorpsi oleh 100 gr lipid. Dua metode yang umumnya dipakai yaitu: metode Hanus yang memakai iodin bromida sebagai carrier dan metode

Page 9: lemak

Wijs yang memakai iodin klorida. Namun metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode iodin Hanus. Sebanyak 0,25 gr lipid padat ditambahkan 10 ml kloroform. Lipid padat ini tidak larut dalam kloroform karena lipid yang digunakan adalah lipid padat, bukan lipid yang sudah dicairkan dengan proses pemanasan.Selanjutnya ditambahkan 30 ml larutan iodin Hanus kemudian didiamkan selama 30 menit dengan sesekali dikocok. Hasil yang diperoleh, larutan menjadi cokelat tua.

Setelah 30 menit larutan ini ditambahkan dengan 10 ml larutan KI 15%. Larutan berubah warna menjadi cokelat muda. Selanjutnya ditambahkan 100 ml aquadest kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N, larutan menjadi kuning, setelah itu ditambahkan dengan 2 ml indikator kanji sampai larutan berwarna putih dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3. Pada titrasi kedua ini larutan tidak berubah atau tidak terjadi perubahan warna larutan.

Lemak hewan pada umumnyaberupa zat padat pada suhu ruangan,sedangkan lemak yang barasal dari tumbuhanberupa zat cair.Lemak  yang mempunyaititik lebur  tinggi mengandung asam lemakjenuh,sedangkan lemak cair atau yng basa disebut minyak mengandung asam lemaktidak jenuh. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yangberbeda-beda. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yangterkandung didalamnya diukur dengan bilanganiodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiapmolekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Olehkarenanya makin banyak ikatan rangkap,makin banyak pula iodium yang dapatbereaksi.

UJI PENYABUNAN  Uji penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 10 ml KOH alkoholis 10% atau NaOH 10 % kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian dikocok. Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna kuning muda yang tidak saling campur. Setelah itu minyak dan KOH alkoholisis 10% dipanaskan diatas penangas air. Pada proses pemanasan ini minyak dapat larut dalam KOH alkoholisis dan larutan berwarna kuning muda.

Reaksi di atas dikenal dengan reaksi penyabunan (saponifikasi). Reaksi ini bertujuan untuk pengambilan asam-asam lemak dari minyak, sehingga dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Pada pengambilan asam lemak ini, minyak dihidrolisis dengan larutan alkali yaitu KOH (Kalium hidrosida) atau NaOH (Natrium hidroksida). 

Proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlahmol basa yang digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah molasam lemak.Untuk lemak dengan berat tertentu,jumlah mol asam lemak tergantungpada panjang rantai karbon pada asam lemak tersebut. Apabila rantai karbon itupendek,maka jumlah mol asam lemak besar,sebaliknya apabila rantai karbon itupanjang,jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untukmenyabunkan 1gram lemak disebut bilanganpenyabunan. Jadi besar atau kecilnya bilangan penyabunan ini tergantungpada panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan jugabahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemaktersebut. Makin kecil berat molekul lemak,makain besar bilangan penyabunannya. 

UJI BILANGAN PENYABUNAN/ANGKA PENYABUNAN

Menurut Farmakope edisi III, bilangan penyabunan adalah bilangan yangmenunjukkan jumlah mg kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dan menyabunkan ester yang terdapat dalam 1 g zat uji. Caranya adalah dengan menentukan jumlah kelebihan KOH yang tersisa setelah saponifikasi.

Lipid merupakan senyawa yang dapat disarikan dari sel dan jaringan oleh pelarut organik tak polar. Lipid ini

Page 10: lemak

merupakan komponen tak larut air yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Bahan lipid yang paling banyak

terdapat pada jasad hidup adalah turunan gliserol. Lemak dan minyak merupakan triester gliserol yaitu

triasilgliserol (sering disebut trigliserida). Lemak dan minyak merupakan gliserol lipid yang paling umum.

Lipid adalah suatu senyawa organik berminyak atau berlemak. Secara kimiawi lipid adalah campuran

ester dari asam lemak dan gliserol (Wikipedia, 2008)

Lipida dikenal sebagai minyak (minyak organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak dan

lilin. Istilah “lipida” mengacu pada golongan senyawa hidrokarbonalifatik non-polar dan hidrofob (tidak menyukai

air) yang essensial dalam menyusun struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena lipid termasuk non-

polar, maka lipida cenderung untuk tidak larut dalam pelarut polar, dalam hal ini adalah air dan alkohol. Namun

ada sedikit yang dapat larut dalam alkohol, walaupun alkohol termasuk dalam pelarut polar. Lipida itu senyawa

organik yang berminyak yang biasanya dapat larut oleh pelarut non-polar yaitu kloroform (CHCl3), eter, dan

pelarut-pelarut halogen lainnya (Ketaren.S, 1986).

Lipid mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai komponen struktural membran, sebagai

bahan bakar, sebagai lapisan pelindung dan sebagai vitamin dan hormon (Martoharsono, 1981).

Lipida dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara. Secara tradisional lipida diklasifikasikan menjadi 5

golongan:

a.       Gliserida dan asam lemak, termasuk di dalamnya lemak dan minyak

b.      Fosfolipida

c.       Spingolipida

d.      Glikolipida

e.       Terpenoid, termasuk di dalamnya getah dan steroida (Lehninger, 1982).

Lemak sama dengan minyak. Orang yang menyebut lemak secara khusus bagi minyak nabati atau

hewani yang berwujud padat pada suhu ruang. Lemak juga biasanya disebutkan kepada berbagai minyak yang

dihasilkan oleh hewan. Lepas dari wujudnya yang trigliserida atau triagliserol, kedua istilah ini berarti triester

(dari) gliserol (Wikipedia, 2008).Lipid tersusun atas asam lemak, biasanya merupakan molekul tak bercabang yang mengandung 14

sampai 22 atom karbon. Senyawa ini hampir selalu mempunyai jumlah atom yang genap. Baik asam lemak jenuh maupun tidak jenuh dapat diperoleh kembali dari hidrolisis senyawa lipid (Westhem, 1956). Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Karena asam lemak merupakan molekul tak bercabang maka asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus (Page. DS, 1981)

Lemak merupakan trigliserida padat, sedangkan minyak merupakan cairan pada suhu kamar tertentu. Sudah lazim untuk menyebut semua cairan organik kental sebagai minyak. Lemak umumnya bersumber dari hewan, sedangkan minyak berasal dari tumbuhan. Beberapa contoh lemak dan minyak adalah lemak sapi dan minyak kelapa. Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam karboksilat suku tinggi (Ketaren. S, 1986). Rumus umum asam lemak adalah R.COOH dimana R menunjukkan suatu rantai hidrokarbon. Setiap gugus –OH dari gliserol bereaksi dengan –COOH dari asam lemak membentuk sebuah molekul lemak. Berikut ini adalah reaksi kondensasi:

                                                                                                            O

CH2—OH                                                                               CH2—O— C —R

                                                     O                                                          O

CH—OH        +          3 H—O—C—R                                  CH—O— C —R

                                                                                                                   O

CH2—OH                                                                               CH2—O— C —R

Page 11: lemak

1 molekul                           3 molekul                                             1 molekul

Gliserol                             asam lemak                                                 lemak

(Fessenden, 1984)

Sedangkan asam-asam lemak yang menyusun lipid dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Asam lemak jenuh

Lemak yang berwujud padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh yang

mempunyai rantai karbon pendek mempunayi titik lebur yang rendah.

Rantai karbon jenuh ialah ikatan yang tidak mengandung ikatan rangkap. atau dengan kata lain, atom C

penyusun asam lemak telah dijenuhi oleh atom C lain dan atom H.

    H    H    H    H   H    H    H

—C—C—C—C—C—C—C—

    H    H    H    H   H    H    H

2. Asam lemak tidak jenuh

Asam lemak tidak jenuh dapat mengandung satu ikatan rangkap atau lebih, lemak yang berwujud cair

(minyak) banyak mengandung asam lemak tidak jenuh, misalnya minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak

kacang, dan lain-lain. Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik cair yaitu lebih rendah dibanding asam lemak

jenuh.

    H    H  H    H    H  H    H

—C—C=C—C—C=C—C—

    H                H                H

Asam lemak yang tersebar paling merata dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan

rangkap. Asam oleat sendiri adalah Z-Δ9-oktadekenoat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak

dikandung dalam minyak zaitun. Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom

C ke-9 dan ke-10. Selain dalam minyak zaitun (55-80%), asam lemak ini juga terkandung dalam minyak bunga

matahari kultivar tertentu, minyak raps, serta minyak biji anggur.Rumus kimia asam oleat: CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH.

Asam lemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau kuning

kecokelatan (Wikipedia, 2008).

Berikut ini macam-macam lemak dan minyak yang sering digunakan sebagai sample untuk menguji

kelarutan pada lemak : minyak kelapa, minyak sawit, mentega, shortening, dan margarine. Minyak kelapa

adalah minyak yang diperoleh dari buah kelapa yang diolah terlebih dahulu menjadi santan dan kemudian

dijadikan minyak. Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa digolongkan ke dalam minyak asam

laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar. Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak

kelapa digolongkan ke dalam minyak asam laurat.karena kandungan asam lauratnya paling besar jika

dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya dengan bilangan iod, maka

minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh. Berbeda dengan minyak kelapa, minyak kelapa sawit

merupakan lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap (Ketaren, 1986).

Shortening atau mentega putih adalah lemak atau campuran yang memiliki sifat plastisitas tertentu

sehingga mampu membuat makanan seperti roti dan kueh menjadi lembut, shortening diperoleh dari hasil

pencampuran dua macam lemak atau lebih, atau dengan cara hidrogenasi. Sedangkan mentega merupakan

suatu lemak, tetapi suatu bahan pangan berlemak dalam bentuk emulsi water in oil dan ke dalamnya

Page 12: lemak

ditambahkan bahan-bahan bukan lemak dalam jumlah kecil. Mentega dibuat dengan jalan mengocok krim yang

telah dipasteurisasi. Berikutnya adalah margarine. Margarine ini merupakan hasil emulsi air dalam lemak

(Ketaren, 1986).

Page 13: lemak

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

A.    Bahan dan AlatBahan :

1.     Asam-asam Lemak : -     Asam oleat-        Asam stearat2.     Lemak dan Minyak :  -     Minyak kelapa-        Minyak kedele-        Mentega putih-        Mentega-        Margarine3.     Pelarut :                      -     Air-        Alcohol-        Clor-        Kloroform-        Aseton

Alat :                                       -     tabung reaksi-        Pipet ukur-        Pipet tetes-        Spatula

Page 14: lemak

B.    Prosedur

Page 15: lemak

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil

Page 16: lemak

No Pelarut Lemak/minyak

minyak kelapa

 minyak sawit

 mentega putih

 margarine

 asam oleat

 minyak kelapa

 minyak sawit

 mentega putih

 margarine

 asam oleat

Hasil Keterangan

1.Air

Tidak larut, terdapat fase terpisah berwarna putih

pucat dan beningTidak larut, terdapat fase terpisah berwarna putih

dan kuning pucatTidak larut, terdapat

endapan berwarna putih dan air berwarna keruh

Tidak larut, terdapat endapan kuning dan air

berwarna beningTidak larut, terdapat fase terpisah berwarna putih

dan kuning

2.

Alkohol

Tidak larut, terdapat fase terpisah berwarna putih

pucat dan beningTidak larut, terdapat fase terpisah berwarna putih

dan kuning pucatTidak larut, terdapat

endapan berwarna putih dan air berwarna keruh

Tidak larut, terdapat endapan kuning dan air

berwarna putihTidak larut, terdapat endapan berwarna

kuning

3. Aseton

 minyak kelapa

 minyak sawit

 mentega putih

Terlarut, berwarna kuning

Terlarut, berwarna putih keruh

Tidak larut, terdapat endapan berwarna putih dan air berwarna agak

bening

Page 17: lemak

B.    Pembahasan         Pada praktikum kali ini, pelarut yang digunakan adalah aquades, alkohol, aseton.  Dan yang termasuk pelarut organik polar adalah air/aquades.  Sedangkan alkohol merupakan pelarut yang bersifat semi polar.  Sedangkan sampel yang digunakan pada praktikum kali ini terdiri dari beberapa jenis lemak dalam bahan pangan yaitu mentega putih, minyak kelapa, minyak sawit, margarine, asam oleat.  Salah satu jenis minyak yang bersumber dari bahan nabati yaitu minyak kelapa. Serta salah satu jenis lemak tak jenuh yang banyak dikandung dalam minyak zaitun yaitu asam oleat.         Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh yang banyak terdapat dalam trigliserida dan memiliki satu ikatan rangkap.  Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa asam oleat tidak larut dalam air dan alkohol namun larut di dalam aseton.  Hal ini disebabkan karena asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh dan hanya memiliki satu ikatan rangkap, sehingga mudah larut dalam pelarut organik yaitu eter, klorofom, aseton. Karena dalam referensi telah disebutkan bahwa minyak dan lemak yang tidak jenuh lebih mudah larut dalam pelarut organik.         Pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua sampel yang dilarutkan dalam pelarut aquades tidak ada yang larut.  Di dalam referensi dikatakan bahwa yang cenderung lebih larut dalam air disebut memiliki sifat yang polar dan sebaliknya yang cenderung lebih larut dalam pelarut organik disebut non-polar.  Sehingga lipid tidak bisa larut dalam air karena air memiliki sifat yang polar.         Pada hasil pengamatan dari pelarut aseton menunjukkan bahwa minyak kelapa, minyak sawit dan asam oleat larut, sedangkan margarine dan mentega putih tidak larut dalam asam oleat.         Sedangkan hasil pengamatan pada pelarut alkohol tidak ada yang larut. Di dalam referensi disebutkan bahwa minyak dan lemak hanya sedikit yang larut dalam alkohol, terutama minyak dengan berat molekul rendah. Karena alkohol merupakan pelarut yang semi polar. 

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULANSetelah kami melakukan uji kualitatif lipid yang bertujuan Untuk menguji kelarutan berbagai bahan yang mengandung

lipid pada beberapa pelarut dapat disimpulkan dari data pengamatan bahwa :ü   Pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua sampel yang dilarutkandalam pelarut aquades tidak ada yang larut.  lipid

tidak bisa larut dalam air karena air memiliki sifat yang polar.ü  Pada pelarut alkohol tidak ada yang larut. Di dalam referensi disebutkan bahwa minyak dan lemak hanya sedikit yang larut

dalam alkohol, terutama minyak dengan berat molekul rendah. Karena alkohol merupakan pelarut yang semi polarü   Pada hasil pengamatan dari pelarut aseton menunjukkan bahwa minyak kelapa, minyak sawit dan asam oleat larut,

sedangkan margarine dan mentega putih tidak larut dalam asam oleat.

B.    Saran1.     ketersediaan alat dan bahan yang diperlukan kurang banyak, harusnya memadai agar praktikum dapat berjalan dengan

baik dan sesuai dengan waktu yang sudah di jadwalkan.2.     Kuis seharusnya diadakan setelah praktikum selesai.3.     Kesulitan kami saat membuat laporan adalah ketika lampiran foto, seharusnya untuk praktikum selanjutnya harus ada

pengkoordinir foto praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, RJ dan Joan F. 1986. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.Hart, Harold. 1987. Kimia Organik edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Pramarsh. 2008. Test for cholesterol.http://www.planetayurveda.com/cholesterol_remedies. (diakses pada 9 Juni 2013 pukul 13:24)

Page 18: lemak

Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun pada hampir semua lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger 1982).Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Yang termasuk lipid sederhana antara lain adalah: 1) trigliserida dari lemak atau minyak seperti ester asam lemak dan gliserol, contohnya adalah lemak babi, minyak jagung, minyak biji kapas, dan butter, 2) lilin yang merupakan ester asam lemak dari rantai panjang alkohol, contohnya adalah beeswax, spermaceti, dan carnauba wax, dan 3) sterol yang didapat dari hidrogenasi parsial atau menyeluruh fenantrena, contohnya adalah kolesterol dan ergosterol (Scy Tech Encyclopedia 2008).Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral, atau trigliserida. Jenis lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger 1982).Triasilgliserol terakumulasi di dalam beberapa area, seperti jaringan adiposa, dalam tubuh manusia dan biji tanaman, dan triasilgliserol ini mewakili bentuk penyimpanan energi. Lipid yang lebih kompleks berada dekat dan berhubungan dengan protein dalam membran sel dan partikel subselular. Jaringan yang lebih aktif mengandung lipid kompleks yang lebih banyak, contohnya adalah dalam otak, ginjal, paru-paru, dan darah yang mengandung konsentrasi fosfatida dalam jumlah tinggi pada mamalia (Scy Tech Encyclopedia 2008).Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi analisis kualitatif maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah sebagai berikut:1. Uji Kelarutan LipidUji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar.2. Uji Akrolein

HC=O

 HC + H2O

 H2C

H2C-O-COOR1

HC-O-COOR2

H2C-O-COOR3

Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih. Berikut reaksi yang terjadi pada uji akrolein:

panas KHSO4

 Trigliserida Akrolein3. Uji Ketidakjenuhan Lipid

Page 19: lemak

Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diujiapakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan.  Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocok dan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah ketika iod Hubl diteteskan ke asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.4. Uji KetengikanUji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini,diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl. Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol. Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akanmenyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida (Syamsu 2007).5. Uji Salkowski untuk kolesterolUji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol.  Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh 2008).6. Uji Lieberman BuchardUji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2008). Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.Uji Kuantitatif LipidFirestone dalam Schmidl dan Labuza (2000) dalam Fachri (2008)menyebutkan bahwa untuk menganalisa kandungan lemak dalam makanan dapat dilakukan dengan cara volumetris, gravimetris, dan kromatografi. Kromatografi yang dapat dipakai seperti kromatografi gas (CG), kromatografi lapisan tipis (TLC), kromatografi ekslusi (SEC), kromatografi cairan (LC) dan kromatografi yang memiliki unjuk kerja baik seperti HP-SEC dan HPLC.Kromatografi gas digunakan untuk melarutkan dan menghitung lipida seperti triasilgliserol dan turunan-turunan FAME. TLC sangat sesuai untuk memisahkan ester kolestrol, mono, di, triacylglycerols, asam lemak bebas, kolestrol, dan fospolipid. SEC dan HP-SEC digunakan untuk memisahkan produk hidrolitik, oksidasi dan pemanasan lemak. Sedangkan HPLC digunakan untuk memisahkan lipida non-volatil yang memiliki berat molekul tinggi.Untuk menentukan kadar lemak total dalam makanan, the Nutrition and Labeling Education membutuhkan tahapan sebagai berikut, yaitu (1) hidrolisis dengan asam atau basa; (2) ekstraksi dengan eter ; dan (3) konversi asam lemak ke metil ester asam lemak (FAME) kemudian menghitung kadar FAME dengan kromatografi gas. Artiss dkk (1988) menentukan kandungan lipida dengan menggunakan TLC dan metode enzimatis. Enzim yang digunakan adalah enzim hidrolase, oxidase dan peroxidase dalam precursor chromogen. Metode ini

Page 20: lemak

sesuai untuk menentukan fospolipida hewan, jaringan tissue manusia dan fluida(Fachri 2008).