laweyan dalam periode krisis ekonomi hingga …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · untuk...

97
LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA MENJADI KAWASAN WISATA SENTRA INDUSTRI BATIK TAHUN 1998-2004 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Upload: phungminh

Post on 03-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA

MENJADI KAWASAN WISATA SENTRA INDUSTRI BATIK

TAHUN 1998-2004

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah

Oleh:

IBNU MAJAH

NIM 3111411014

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

ii

Page 3: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

iii

Page 4: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

iv

Page 5: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

―Bersyukurlah pada yang Maha Kuasa, hargailah orang-orang yang

menyayangimu dan selalu ada setia di sisimu, siapa pun jangan kau

pernah sakiti dalam pencarian jati dirimu dan semua yang kau

impikan, tegarlah Sang Pemimpi‖ – GIGI

―The best feeling in the world is to know that our parents are

smilling because of us” – HITAM PUTIH

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu, Bapak, dan Kakak-kakakku.

2. Sahabat-sahabatku; Ulin, Nadlifa, Fajar,

Zaka, Ucup, dan Ifa.

3. Teman-teman MUSE 2011.

4. Almamater Unnes.

Page 6: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

vi

SARI

Majah, Ibnu. 2015. Laweyan Dalam Periode Krisis Ekonomi Hingga Menjadi

Kawasan Wisata Sentra Industri Batik Tahun 1998-2004. Skripsi. Jurusan

Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing

Romadi, S.Pd., M.Hum.

Kata Kunci: Laweyan, Batik, Wisata, Dinamika Sosial, Ekonomi, Budaya

Laweyan merupakan suatu kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik

dan bersejarah. Unik karena kawasan tersebut merupakan kawasan tempat para

saudagar tinggal, secara spesifik mereka adalah para saudagar batik. Laweyan

sudah ada dan berkembang sebagai sentra industri benang sejak abad XV pada

masa kejayaan Kerajaan Pajang, lalu kawasan tersebut semakin terkenal dan

mengalami kejayaan sebagai pusat perdagangan batik pada awal abad XX. Oleh

karena itu, sampai saat ini Laweyan identik dengan kampung para saudagar batik.

Akibatnya, corak kehidupan serta orientasi nilai masyarakat Laweyan berbeda

dengan masyarakat Surakarta pada umumnya. Seiring perjalanan waktu, para

pengusaha batik Laweyan ikut berproses dari pertumbuhannya pada awal abad

XV sampai masa kemerdekaan Indonesia, bahkan sampai sekarang.

Dalam perkembangan tersebut, Laweyan mengalami berbagai dinamika

dalam kehidupan masyarakat. Pascaketerpurukan akibat masuknya teknologi batik

printing tahun 1970, Laweyan kembali memasuki masa sulit akibat terjadinya

krisis ekonomi pada tahun 1997. Setelah itu, pada era awal Reformasi kondisi

Laweyan berangsur-angsur kembali membaik. Masyarakat kembali bangkit,

hingga pada tahun 2004 Kawasan Laweyan sukses dideklarasikan sebagai

kawasan wisata.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui kondisi secara umum

kehidupan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan; (2) untuk mengetahui dinamika

kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kampoeng Batik Laweyan

pada masa krisis ekonomi hingga menjadi kawasan wisata; (3) untuk mengetahui

latar belakang penetapan Kampoeng Batik Laweyan sebagai kawasan wisata

sentra industri batik yang dikelola secara terpadu oleh forum masyarakat pada

tahun 2004.

Metode Penelitian yang digunakan berupa metode historis, yang terdiri dari

lima tahap, yaitu penentuan topik, heuristik (mengumpulkan sumber-sumber

sejarah); kritik sumber (penilaian kebenaran sumber); interpretasi (mewujudkan

rangkaian bermakna dari fakta sejarah); dan historiografi (penulisan sejarah).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laweyan telah ada sejak masa

Kerajaan Pajang sekitar abad XV, dan terkenal sebagai kawasan sentra lawe (kain

bahan pakaian). Kemudian pada awal abad XX Laweyan mengalami

perkembangan pesat hingga mengalami masa kejayaan sebagai kawasan

perdagangan batik, yang berakibat pada profesi masyarakat Laweyan yang

mayoritas menjadi pedagang batik. Dalam kehidupan sosial, terdapat kelompok-

Page 7: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

vii

kelompok sosial pada masyarakat Laweyan seperti golongan juragan (pedagang),

wong cilik (rakyat biasa), wong mutihan (ulama), dan priyayi (bangsawan atau

pejabat) yang hidup secara berdampingan dengan damai.

Pascakrisis ekonomi 1997 kondisi Laweyan mengalami berbagai perubahan.

Kondisi perekonomian berangsur-angsur kembali membaik, dengan tumbuhnya

jenis-jenis usaha baru di Laweyan. Masyarakat Laweyan juga menjadi lebih

terbuka, setelah sebelumnya terkenal sebagai kelompok masyarakat yang tertutup.

Di samping itu, Laweyan juga mulai kembali melestarikan berbagai tradisi

kebudayaan setelah sebelumnya hampir hilang. Kondisi tersebut semakin

berkembang setelah terbentuknya Laweyan sebagai kawasan wisata pada tahun

2004. Pembentukan tersebut bermula dari keprihatinan para pengusaha dan tokoh

masyarakat Laweyan terhadap potensi Laweyan. Kemudian terbentuklah sebuah

forum yang bertugas mengelola Laweyan sebagai kawasan wisata. Pascadeklarasi

Kampoeng Batik Laweyan pada 24 Oktober 2004, forum tersebut juga resmi

menjadi forum pengelola kawasan wisata yang disebut Forum Pengembangan

Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL).

Pengembangan Laweyan sebagai kawasan wisata mengacu pada tiga aspek,

yaitu (1) sejarah, bangunan, dan lingkungan; (2) industri batik dan industri

lainnya; (3) sosial, seni, dan budaya. Pengembangan tersebut memberikan

berbagai dampak pada kehidupan masyarakat di dalam dan di luar Laweyan, serta

pemerintah Kota Surakarta.

Page 8: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

viii

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah mengaruniakan

rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

―LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA MENJADI

KAWASAN WISATA SENTRA INDUSTRI BATIK TAHUN 1998-2004‖.

Adapun tujuan skripsi ini disusun sebagai bentuk laporan tugas akhir atas

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis di Kampung Batik Laweyan

Surakarta, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada

Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa tanpa pertolongan dari berbagai pihak, penulisan

dan penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karenanya,

pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk

menimba ilmu dengan segala kebijakannya.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Sejarah Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan motivasi

yang sangat membangun untuk penyelesaian skripsi ini.

Page 9: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

ix

4. Romadi, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi, arahan

dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Pemerintah Republik Indonesia lewat Beasiswa Bidikmisi, yang telah

memberikan kesempatan pada Penulis untuk mengenyam pendidikan di

Perguruan Tinggi.

6. Pemerintah Kota Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian.

7. Yuyuk Yuniman, S.E., selaku Lurah Laweyan Surakarta beserta

perangkat-perangkatnya, yang telah memberikan bantuan serta informasi

mengenai data yang dibutuhkan Penulis dalam penelitian.

8. Pengurus Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL),

yang turut membantu serta menjadi informan bagi Penulis dalam

penelitian.

9. Masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta yang telah bersedia

menjadi informan dalam pelaksanaan penelitian.

10. Segenap dosen dan karyawan pada Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmunya.

11. Seluruh staf dan karyawan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta,

BPS Provinsi Jawa Tengah, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota

Surakarta, Monumen Pers Nasional Kota Surakarta, Badan Pemberdayaan

Masyarakat (Bapermas) Kota Surakarta, Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil (Dispendukcapil) Kota Surakarta tempat penulis mendapatkan data-

data informasi.

Page 10: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

x

12. Keluarga tercinta Ibuk, Bapak, Kakak-kakak, beserta keluarga besar yang

telah memberikan semangat dan kasih sayang tanpa batas.

13. Adinda Ulin, Nadlifa, Fajar, Zaka, Ucup, dan Ifa, terima kasih atas segala

keceriaan yang telah kalian ciptakan.

14. Teman-teman Ilmu Sejarah 2011 (Gita, Ardi, Sasmi, Azizah, Dion, Sena,

Caesar, Bebet, Kadek, Diah, Anis, Jundi, Adi, Inggrid, Vebio, Yasir,

Kahfi, Susi, Rio, Rizki, Yacobus, Heri, Dita, Martha, Faizal, Yusi, Galih,

Angghi, Bangkit, Bayu, dan Rohmad), yang hampir empat tahun selalu

bersama, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.

15. Keluarga besar Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa (BP2M) Unnes

yang telah memberikan banyak hal bermanfaat pada Penulis.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas segala kebaikan yang telah

diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

para pembaca. Harapan Penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Semarang, April 2015

Penyusun

Page 11: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

SARI ....................................................................................................................... vi

PRAKATA ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................... 7

C. Tujuan ........................................................................................................ 8

D. Manfaat ...................................................................................................... 8

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 9

F. Ruang Lingkup ......................................................................................... 24

G. Metode Penelitian .................................................................................... 26

H. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................. 35

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPOENG BATIK

LAWEYAN SURAKARTA .................................................................................. 37

A. Kondisi Geografis Kampoeng Batik Laweyan ........................................ 37

B. Kondisi Demografis Kampoeng Batik Laweyan ..................................... 41

C. Sejarah Singkat Kampoeng Batik Laweyan ............................................ 51

D. Kondisi Perekonomian Masyarakat Laweyan ......................................... 57

E. Kondisi Sosial Masyarakat Laweyan ....................................................... 60

F. Kondisi Budaya Masyarakat Laweyan ..................................................... 64

G. Kondisi Politik Pemerintahan Masyarakat Laweyan ............................... 67

BAB III DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA

MASYARAKAT KAMPOENG BATIK LAWEYAN PADA MASA KRISIS

EKONOMI HINGGA MENJADI KAWASAN WISATA.................................... 70

A. Dinamika Kehidupan Masyarakat Laweyan ............................................ 70

B. Kondisi Laweyan Pada Periode Krisis Ekonomi Tahun 1997 ................. 71

C. Kehidupan Masyarakat Laweyan Pascakrisis .......................................... 82

D. Dinamika Kebudayaan Pada Masyarakat Laweyan Pascakrisis .............. 89

E. Hubungan Antarkelompok Sosial Masyarakat Laweyan ....................... 108

Page 12: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

xii

BAB IV LAWEYAN SEBAGAI KAWASAN WISATA SENTRA

INDUSTRI BATIK .............................................................................................. 111

A. Berdirinya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ............. 111

B. Mekanisme Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ........................ 116

C. Objek Wisata Kampoeng Batik Laweyan .............................................. 119

D. Pengaruh Kampoeng Batik Laweyan Pada Kehidupan Masyarakat ..... 124

E. Peran Pemerintah Terhadap Perkembangan Kampoeng Batik

Laweyan ................................................................................................. 129

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 133

A. Simpulan ................................................................................................ 133

B. Saran....................................................................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 137

LAMPIRAN ......................................................................................................... 141

Page 13: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Laweyan Berdasar Profesi .......................................... 43

Tabel 2. Jumlah Penduduk Laweyan Berdasar Agama .......................................... 46

Tabel 3. Jumlah Penduduk Laweyan Berdasar Tingkat Pendidikan ...................... 47

Tabel 4. Jumlah Penduduk Laweyan Berdasar Tahapan Kesejahteraan ................ 49

Tabel 5. Jumlah Keluarga Laweyan Berdasar Tahapan Kesejahteraan

Tahun 1997 .............................................................................................. 79

Page 14: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Mekanisme Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ........ 118

Gambar 2. Foto Sarjono Siswoharjono. ............................................................... 166

Gambar 3. Foto bersama H. Achmad Sulaiman ................................................... 166

Gambar 4. Foto bersama Harun Muryadi ............................................................ 166

Gambar 5. Foto bersama Yuyuk Yuniman .......................................................... 166

Gambar 6. Foto bersama Eko Margiyanto ........................................................... 167

Gambar 7. Foto bersama Arif Budiman Effendi .................................................. 167

Gambar 8. Foto bersama M. Aziz Fathony .......................................................... 167

Gambar 9. Papan Kota Surakarta ......................................................................... 176

Gambar 10. Peta Kampoeng Batik Laweyan Surakarta ....................................... 176

Gambar 11. Gapura masuk kawasan Laweyan .................................................... 177

Gambar 12. Jalan di antara dua benteng di Laweyan........................................... 177

Gambar 13. Jalan di Laweyan tahun 2004 ........................................................... 177

Gambar 14. Kantor Kelurahan Laweyan tahun 2015........................................... 177

Gambar 15. Kantor Kelurahan Laweyan tahun 2001........................................... 177

Gambar 16. Langgar Merdeka tahun 2006 .......................................................... 177

Gambar 17. Masjid Laweyan tahun 2004 ............................................................ 178

Gambar 18. Masjid Al Ma’moer Laweyan .......................................................... 178

Gambar 19. Bungker Laweyan ............................................................................ 178

Gambar 20. Pengajian warga Laweyan tahun 2008 ............................................. 178

Gambar 21. Kesenian Keroncong di Laweyan .................................................... 178

Gambar 22. Pembatik di Laweyan ....................................................................... 178

Page 15: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Statistik Kampoeng Batik Laweyan Surakarta Tahun 1997-

2004 ................................................................................................ 142

Lampiran 2. Data Pertumbuhan Unit Industri Batik Laweyan ............................ 144

Lampiran 3. Indikator Keluarga Sejahtera ........................................................... 146

Lampiran 4. Struktur Kepengurusan Forum Pengembangan Kampoeng Batik

Laweyan (FPKBL) .......................................................................... 147

Lampiran 5. Rata-rata Harga 9 Bahan Pokok di Surakarta Tahun 1997 .............. 148

Lampiran 6. SK Penetapan Laweyan Sebagai Kawasan Wisata.......................... 149

Lampiran 7. SK Penetapan Laweyan Sebagai Kawasan Cagar Budaya .............. 150

Lampiran 8. Pedoman Wawancara ...................................................................... 159

Lampiran 9. Data Narasumber ............................................................................. 164

Lampiran 10. Foto-foto Narasumber ................................................................... 166

Lampiran 11. Arsip Koran ................................................................................... 168

Lampiran 12. Foto Kondisi Lingkungan Laweyan .............................................. 176

Page 16: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laweyan merupakan suatu kawasan sentra industri batik yang unik,

spesifik dan bersejarah. Laweyan juga merupakan sebuah kampung para

saudagar sekaligus pusat perdagangan industri batik yang mulai tumbuh pada

awal abad XV. Jiwa entrepreneurship yang dimiliki masyarakat Laweyan telah

mengantar mereka pada masa kejayaan ekonomi batik dalam abad tersebut

(Baidi, 2006: 241). Kesuksesan dalam bidang ekonomi ternyata memberikan

dampak terhadap predikat yang disandang. Oleh karena itu Kampung Laweyan

identik dengan kampung para saudagar batik. Akibatnya, corak kehidupan serta

orientasi nilai masyarakat Laweyan berbeda dengan masyarakat Surakarta pada

umumnya (Baidi, 2006: 242).

Dalam babad Surakarta disebutkan secara global, Laweyan berasal dari

kata lawe, yang berarti benang yang dipintal. Konon sejak masa sebelum

Dinasti Mataram Islam, kawasan ini memang sudah dikenal sebagai daerah

para saudagar batik. Lantas muncul Panembahan Senapati cucu dari Ki Ageng

Pemanahan yang masa mudanya mempunyai julukan Ngabehi Loring Pasar,

yang banyak menandai artefak-artefak atau situs kawasan sejarah yang

ditinggalkannya (Wawasan, Minggu 8 Agustus 2004).

Pada awal abad ke-20 terjadi gerakan-gerakan sosial di Surakarta yang

telah memberi harapan bagi masyarakat bawah. Salah satunya terjadi di

Page 17: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

2

Laweyan. Laweyan, menurut Kuntowijoyo (2004: 74) adalah kemantren

(onder distrik) dalam distrik kota Surakarta yang terletak di bagian paling

barat. Kampung ini diberitakan sudah ada sejak zaman Pajang. Laweyan

tercatat dalam tradisi lisan sebagai tempat pelaksanaan hukuman bagi mereka

yang bersalah terhadap kerajaan, dan tubuh mereka yang terhukum akan

dilemparkan ke dalam sungai yang ada di Laweyan.

Pada zaman Pajang dan Kartasura rupanya Laweyan adalah batas timur

kota raja, sedangkan pada zaman Surakarta adalah batas barat kota raja. Letak

yang di pinggir ini ternyata mempunyai arti penting bagi pertumbuhan

masyarakat dan budayanya. Rupanya Laweyan adalah masyarakat marginal

dalam sistem sosial kerajaan-kerajaan Jawa, karena penduduknya adalah

saudagar. Tidak seperti wong cilik pada umumnya, sebagai pedagang mereka

tidak terikat dengan hubungan patrimonium berdasar pemilikan dan

penguasaan tanah. Mereka terlepas dari sistem agro-managerial state, suatu

keadaan yang memungkinkan mereka mengembangkan subkultur mereka

sendiri. Pada awal abad ke-20 mereka sudah mempunyai industri perbatikan

untuk konsumsi masyarakat, kegiatan yang semakin penting pada akhir abad

ke-19 pada waktu mereka menjadi kepanjangan tangan dari perkembangan

industri tekstil di Eropa. Kampung Laweyan juga membentuk komunitas

sendiri, dengan saudagar sebagai pusat hierarki.

Dilihat dari segi sejarah, menurut Mlayadipuro (dalam Pratomo, 2006:

93), Laweyan dengan Pasar Laweyan dan Bandar Kabanaran-nya merupakan

Page 18: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

3

pusat perdagangan dan penjualan bahan sandang (lawe) Keraton Pajang yang

ramai dan strategis.

Dilihat dari segi sosial budaya masyarakatnya, Laweyan memiliki ciri

yang khas. Menurut Priyatmono (2004: 44), di Laweyan terdapat beberapa

kelompok sosial dalam kehidupan masyarakatnya. Kelompok tersebut terdiri

dari juragan (pedagang), wong cilik (orang kebanyakan), wong mutihan (Islam

atau alim ulama) dan priyayi (bangsawan atau pejabat). Selain itu, dikenal pula

golongan saudagar atau juragan batik dengan pihak wanita sebagai pemegang

peranan penting dalam menjalankan roda perdagangan batik yang biasa disebut

dengan istilah mbok mase.

Kampung Laweyan tumbuh di tengah-tengah masyarakat birokrat

keraton dan rakyat biasa. Secara sosiologis dapat dikatakan bahwa masyarakat

Laweyan sebagai enclave society. Keberadaan masyarakat tersebut sangat

berbeda dengan komunitas yang lebih besar di sekitarnya, sehingga keberadaan

dan interaksi sosial demikian tertutup (Geertz, 1973; dalam Baidi, 2006: 242).

Karena untuk mempertahankan komunitasnya, lebih banyak bergantung pada

masyarakat Laweyan itu sendiri.

Sesuai dengan perjalanan waktu, maka para pengusaha batik Laweyan

ikut berproses dari pertumbuhannya pada awal abad XV sampai masa

kemerdekaan Indonesia, bahkan sampai sekarang. Sebagai kampung yang

memiliki karakteristik berbeda dengan kampung lain di sekitarnya, tentu saja

memiliki proses perkembangan yang berbeda dengan kampung lain di

sekitarnya (Nakamura, 1983; dalam Baidi, 2006: 242).

Page 19: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

4

Profesi kerja para pengusaha batik Laweyan jelas menunjukkan bidang

pekerjaan yang berbeda dengan lapangan pekerjaan masyarakat Surakarta pada

umumnya. Bentuk mata pencaharian yang mereka miliki berada di luar

kebiasaan masyarakat feodal, yang pada umumnya bekerja dalam lapangan

pertanian atau pegawai birokrat keraton.

Dalam sebuah usaha perbatikan, menurut Kuntowijoyo (2004: 75-76) ada

tertib ekonomi-sosial mulai dari pemilik sampai kuli. Gejala yang paling

menonjol adalah bagaimana mereka mengembangkan sendiri hierarki sosial

itu, lengkap dengan gelar-gelarnya. Keluarga pemilik perusahaan menjadi

puncak dari sistem status, dimulai dari kedudukan nenek sebagai mbok mase

sepuh, kakek sebagai mas nganten sepuh, ibu sebagai mbok mase, ayah sebagai

mas nganten, anak perempuan sebagai mas rara, dan anak laki-laki sebagai

mas bagus. Saudagar Laweyan adalah elite dari komunitas tidak mendapat

tempat dalam sistem status resmi kerajaan.

Oleh karena itu, Kampung Laweyan terasa sebagai pemukiman yang

asing dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Masalah yang muncul dari kata

―asing‖ tersebut ternyata merupakan sesuatu yang menarik untuk dikaji,

terutama dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Khususnya pada masa awal

Reformasi tahun 1998-2004. Di mana pada kurun waktu tersebut terjadi

berbagai peristiwa di Indonesia, termasuk di Kota Surakarta yang memiliki

pengaruh besar pada keadaan masyarakat Laweyan baik dari sisi sosial,

ekonomi, budaya, dan politik pemerintahan.

Page 20: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

5

Masa Reformasi adalah masa setelah runtuhnya pemerintahan masa Orde

Baru yang ditandai dengan mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden

Republik Indonesia pada 21 mei 1998. Sebelumnya telah terjadi berbagai

gejolak dan kerusuhan di daerah-daerah Indonesia. Awal dari kerusuhan dapat

dilihat dari adanya kebijaksanaan pembangunan yang walaupun meningkatkan

perekonomian, tetapi juga meningkatkan perkembangan isu SARA (Suku,

Agama, Ras dan Antargolongan) di Indonesia, sedangkan isu provokasi dalam

hal ini hanya berperan sebagai pendorong agar kerusuhan timbul (Purnomo,

2001: 34). Kerusuhan Mei 1998 di DKI Jakarta mempunyai kaitan yang erat

dengan isu SARA dan krisis ekonomi yang dialami oleh Indonesia, termasuk

kerusuhan yang terjadi di Kota Surakarta. Saat itu di Surakarta juga terjadi

kerusuhan yang tidak kalah besar dengan kerusuhan yang terjadi di DKI

Jakarta yang berpengaruh pada kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan politik

pemerintahan masyarakat setempat, termasuk kondisi masyarakat Laweyan.

Amuk massa di Surakarta terjadi selama dua hari, yaitu pada hari Kamis

dan Jumat tanggal 14 dan 15 Mei 1998. Dalam sebuah surat kabar diberitakan

bahwa kerusuhan di Jakarta meluas, aksi pembakaran melanda Surakarta.

Kerusuhan di Surakarta dan sekitar memuncak pada Kamis, 14 Mei 1998 dan

diwarnai dengan berbagai aksi pembakaran pusat perdagangan, pos polisi,

pusat perbelanjaan, kantor-kantor perbankan, dan kendaraan bermotor.

Kawasan perumahan elit seperti Perumahan Solo Baru juga menjadi sasaran

(Kedaulatan Rakyat, 15 Mei 1998 dalam Brata, 2006: 92). Ternyata Kota

Surakarta sebagai salah satu pusat Kebudayaan Jawa—yang dianggap

Page 21: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

6

representasi kebudayaan masyarakat Jawa—yang adiluhung, klasik, dan halus

tidak mampu mencegah perilaku masyarakat bertindak brutal dengan

melakukan amuk massa.

Pascakerusuhan yang terjadi pada tanggal 14-15 Mei 1998,

Perekonomian Kota Surakarta menjadi semakin hancur karena hampir semua

tempat yang biasa menjadi perputaran ekonomi hancur akibat amuk massa.

Saputro (2009: 87) menjelaskan bahwa dengan tidak beroperasinya unit-unit

usaha di Kota Surakarta pascakerusuhan semakin menjadikan kondisi

perekonomian lumpuh total, para supplyer barang-barang kebutuhan sehari-

hari belum berani memasok ke Kota Surakarta. Tidak hanya unit-unit usaha

milik etnis Tionghoa, namun para pedagang di pasar tradisional pun belum

berani keluar rumah untuk berjualan.

Brata (2006: 99) menjelaskan bahwa krisis yang terjadi di Indonesia

tahun 1997-1998 diawali oleh merosotnya nilai rupiah terhadap US dollar, di

mana 1 US dollar pernah setara dengan Rp 14.000. Padahal sebelum krisis itu

terjadi nilai 1 US dollar biasanya setara dengan Rp 2.600 sampai Rp 2.900.

Krisis yang membuat runyam perekonomian Indonesia ini karena fundamental

ekonomi tidak dibangun, karena uang negara dikorupsi oleh penguasa.

Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka Penulis tertarik untuk

meneliti kondisi dinamika kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat

Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa reformasi tahun 1998-2004.

Pertumbuhan masyarakat Laweyan kiranya dapat dikategorikan sebagai

kelompok menengah Jawa yang sedang menemukan bentuk dirinya sebagai

Page 22: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

7

reformis, terutama dalam bidang etos kerja dan bentuk pekerjaan. Tentu terjadi

dinamika yang menarik di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada saat

terjadi krisis tahun 1997-1998, kemudian pada tahun-tahun berikutnya pun

dinamika yang terjadi di wilayah tersebut usai krisis untuk kembali bangkit pun

menarik untuk diteliti. Oleh sebab itu, maka Penulis mengambil judul

―Laweyan dalam Periode Krisis Ekonomi Hingga Menjadi Kawasan Wisata

Sentra Industri Batik Tahun 1998-2004 (Kajian Historis Dinamika Kehidupan

Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta

Pada Masa Reformasi 1998-2004)‖.

B. Perumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi secara umum kehidupan masyarakat Kampoeng

Batik Laweyan Surakarta?

2. Bagaimana dinamika kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya

masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada periode krisis

ekonomi hingga menjadi kawasan wisata?

3. Bagaimana latar belakang penetapan Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta sebagai kawasan wisata sentra industri batik yang dikelola

secara terpadu oleh forum masyarakat pada tahun 2004?

Page 23: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

8

C. Tujuan

Sebuah penelitian akan efektif apabila sebelum penelitian berlangsung,

penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan tersebut merupakan

penunjuk arah penelitian agar tidak membias pada bidang lain. Sehubungan

dengan ini maka berdasar perumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai oleh

Penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi secara umum kehidupan masyarakat

Kampoeng Batik Laweyan Surakarta.

2. Untuk mengetahui dinamika kehidupan sosial, ekonomi, dan

budaya masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada

periode krisis ekonomi hingga menjadi kawasan wisata.

3. Untuk mengetahui latar belakang penetapan Kampoeng Batik

Laweyan Surakarta sebagai kawasan wisata sentra industri batik

yang dikelola secara terpadu oleh forum masyarakat pada tahun

2004.

D. Manfaat

1. Memperkaya khasanah sejarah lokal dalam upaya melengkapi sejarah

nasional.

2. Memberi wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat

umum tentang sejarah Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa awal

Reformasi.

Page 24: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

9

3. Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti–peneliti lain yang meneliti

tentang kondisi kehidupan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta

pada masa Reformasi 1998-2004.

4. Memperkenalkan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai salah satu

kawasan wisata sentra industri batik sekaligus kawasan cagar budaya yang

unik dan menarik, sehingga mampu menarik wisatawan, baik lokal maupun

internasional.

5. Sebagai bahan pertimbangan dalam proses penyelesaian masalah akibat

perubahan sosial dalam masyarakat di masa kini atau masa yang akan

datang.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa buku dan hasil

penelitian yang berkaitan dengan tema di atas. Salah satunya adalah penelitian

skripsi yang berjudul ―Sejarah Perkembangan Industri Batik Tradisional di

Laweyan Surakarta Tahun 1965-2000‖ oleh Fajar Kusumawardani (2006).

Penelitian tersebut bertujuan untuk (1) mengetahui sejarah perkembangan

batik di Laweyan, Surakarta tahun 1965-2000, (2) mengetahui faktor yang

berpengaruh terhadap perkembangan industri batik tradisional di Laweyan,

Surakarta dan (3) mengetahui sejarah perkembangan industri batik tradisional

di Laweyan Surakarta tahun 1965-2000.

Page 25: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

10

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa industri batik di Laweyan

mengalami perkembangan yang sangat pesat, akan tetapi lambat laun

mengalami kemunduran. Kemunduran industri batik tradisional di Laweyan,

Surakarta disebabkan oleh banyak faktor. Pemerintah turut berperan dari

kebijakan dan iklim yang diciptakannya, di samping adanya faktor penyebab

yang lain, seperti: munculnya batik printing dan industri tekstil besar,

menurunnya peran koperasi, bahan baku maupun tenaga kerja.

Daerah Laweyan, Surakarta, merupakan salah satu pusat perbatikan, di

daerah tersebut industri batik tradisional tumbuh menjadi industri kerajinan

rakyat yang semakin pesat. Mayoritas masyarakat Laweyan bekerja dibidang

perbatikan. Pada awalnya pekerjaan membatik masih dilakukan dengan cara

tradisional, tetapi lambat laun mengalami perubahan menjadi semakin maju.

Dalam kurun waktu tahun 1950-1960-an industri batik tradisional mengalami

perkembangan yang pesat, akan tetapi pada tahun-tahun berikutnya semakin

menunjukkan gejala kemunduran.

Penelitian ini relevan dengan skripsi yang Penulis ajukan, penulis akan

membahas gejala-gejala kemunduran yang telah disebutkan oleh peneliti

sebelumnya pada industri batik yang merupakan mata pencaharian utama di

Laweyan melalui penelitian pada kondisi Kampoeng Batik Laweyan Surakarta

pada masa reformasi 1998-2004. Kemunduran yang mungkin terjadi tersebut

merupakan dinamika kehidupan masyarakat yang berpengaruh pada berbagai

bidang.

Page 26: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

11

Kemudian pada Penelitian Baidi (2006) yang berjudul ―Pertumbuhan

Pengusaha Batik Laweyan Surakarta: Suatu Studi Sejarah Sosial Ekonomi‖

menunjukkan hasil sebagai berikut: Pertama,sesungguhnya apa yang terjadi

didalam pertumbuhan ekonomi pengusaha batik di Laweyan pada awal abad

20, adalah keunikan dalam sejarah daerah itu. Agama Islam tidak dapat

berkembang secara baik di sana ketika pertumbuhan ekonomi Laweyan

mengalami pasang naik. Bahkan para pedagang Cina di Solo sebelum bangkit

Serikat Islam memandang perlu menjalin hubungan dengan saudagar-saudagar

Laweyan. Kedua, dengan mempertimbangkan begitu besar peranan pengusaha

Laweyan dalam menumbuhkan sektor ekonomi kota maka kehadiran mereka

dalam masyarakat Solo, tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, trikhotomi

Geertz, dalam melihat masyarakat Jawa atas pembagian abangan, santri dan

priyayi dirasakan tidak cocok, terutama dalam masyarakat Solo. Sekiranya bila

masih bisa disesuaikan dengan masyarakat di kota itu adalah, trikhotomi sosial

berdasarkan struktur kelas: priyayi, pedagang/pengusaha dan wong cilik.

Sementara abangan dan santri, adalah dikhotomi yang seharusnya terpisah dari

pembagian di atas,karena klasifikasinya berdasarkan agama. Ketiga, dengan

mempertimbangkan perubahan arus modernisasi yang begitu cepat menguasai

kota Solo, lewat berbagai media, tak pelak lagi Laweyan masih akan

menghadapi masalah tentang identitasnya.

Ketiga hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa daerah Laweyan

merupakan daerah yang memiliki masyarakat yang beragam. Dalam

keberagaman tersebut terdapat pro kontra atas pembagian kelompok

Page 27: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

12

masyarakat di dalamnya. Kemudian kelompok tersebut mengikuti

perkembangan zaman dan mengalami perubahan. Dalam perubahan tersebut,

masyarakat Laweyan masih tetap menghadapi masalah tentang identitasnya.

Hasil penelitian ini relevan dengan skripsi yang Penulis ajukan untuk

membahas dinamika kehidupan masyarakat Laweyan pada masa reformasi

1998-2004. Tentu saja dinamika yang terjadi pada masa tersebut tidak akan

lepas dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu.

Berdasarkan buku yang berjudul ―Budaya dan Masyarakat‖ yang ditulis

oleh Kuntowijoyo (2006). Buku tersebut secara umum menjelaskan soal

perubahan kehidupan masyarakat beserta kebudayaannya seiring

perkembangan zaman. Buku ini merupakan pengembaraan intelektual

Kuntowijoyo selama enam tahun dalam kapasitasnya sebagai sejarawan dan

budayawan yang sangat intens dalam mengamati masyarakat.

Menurut Kuntowijoyo, Budaya adalah sebuah sistem yang mempunyai

koherensi. Bentuk-bentuk simbolis yang berupa kata, benda, laku, mite, sastra,

lukisan, nyanyian, musik, kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep-

konsep epistemologis dari sistem pengetahuan masyarakatnya. Sistem simbol

dan epistemologi juga tidak terpisahkan dari sistem sosial, organisasi

kenegaraan, dan seluruh perilaku sosial. Demikian juga budaya material yang

berupa bangunan, peralatan, dan persenjataan tidak dapat dilepaskan dari

seluruh konfigurasi budaya. Kemudian, sejarah dan ekologi sebuah

masyarakat, yang keduanya mempunyai peranan besar dalam pembentukan

budaya, perlu ditambahkan ke dalam hubungan tersebut. Oleh karena itu sistem

Page 28: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

13

budaya sebenarnya penuh dengan kompleksitas yang tidak mudah dipahami

secara sekilas. Analisa budaya seharusnya mencoba untuk melakukan

pendekatan berbagai disiplin ilmu supaya dapat menjelaskan gejala-gejala

budaya.

Buku ini sebenarnya mengantarkan pembaca ke dalam persoalan-

persoalan budaya dan hubungannya dengan masyarakat. Dalam buku ini

banyak ditekankan beberapa hal tentang pembentukan budaya, perubahan, dan

perbenturan budaya. Kuntowijoyo (2006: 12) menyebutkan bahwa

Industrialisasi awal rupanya menggoncangkan masyarakat dan kebudayaan.

Hal tersebut seperti yang terjadi di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta, dalam

perkembangannya, daerah ini mengalami berbagai dinamika kehidupan

masyarakat beserta perubahan kebudayaannya.

Perubahan kebudayaan terjadi dalam berbagai unsur. Munculnya massa

dalam masyarakat yang sedang mengalami industrialisasi juga memengaruhi

kesadaran bersama dalam kehidupan beragama. Dari kehidupan beragama yang

berlingkar di sekeliling kyai, guru mengaji, surau, dan pesantren pada abad ke-

19, kita menemukan kembali organisasi sosial iman dan dalam satuan-satuan

yang lebih besar. Satuan-satuan massal religiositas nampak dalam gerakan-

gerakan agama, sejak Syarekat Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dan

sebagainya. Lalu, pemassaan agama (akibat perkembangan masyarakat yang

mengakibatkan perubahan kebudayaan) tersebut berakibat pada kehidupan

politik, sebagaimana nampak dalam munculnya partai-partai politik

berdasarkan agama, seperti Masyumi dan sebagainya.

Page 29: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

14

Hal ini menunjukkan bahwa dalam perkembangan suatu masyarakat yang

mengakibatkan perubahan kebudayaan dapat mengakibatkan perubahan pada

sendi-sendi lain kehidupan masyarakat.

Buku Budaya dan Masyarakat ini juga mengkaji perubahan kebudayaan

dalam suatu analisa sosial. Di dalamnya membahas mengenai perubahan

sosiokultiral. Seperti dikatakan Kuntowijoyo (2006: 33) bahwa dengan

meluasnya birokrasi kolonial, tumbuhlah satu golongan baru dalam

masyarakat, yaitu golongan priyayi. Golongan ini sudah lepas dari ikatan

keraton, karena subordinasi mereka tidak lagi kepada raja tetapi kepada

pemerintah kolonial. Ini seperti yang terjadi di Laweyan, di sana juga terdapat

beberapa kelompok sosial masyarakat, termasuk priyayi yang merupakan

golongan pejabat publik pemerintahan.

Kuntowijoyo (2006: 34) menjelaskan perubahan sosial selanjutnya terjadi

dengan munculnya kelas menengah di kota-kota, yang terdiri dari golongan

intelektual, pedagang, dan pengusaha. Pada mulanya golongan kelas menengah

ini tidak memusatkan perhatian pada masalah kebudayaan, tetapi pada

masalah-masalah politik dan ekonomis, sehingga hampir tidak mungkin

menjadi patron dari suatu kebudayaan baru. Apalagi kelas menengah yang

tumbuh pada awal abad ke-20 mempunyai tradisi santri yang kuat, dari alam

budaya desa dan santri, tidak tertarik pada gerakan kebudayaan. Sikap mereka

yang puritan adalah tanda protes mereka terhadap keangkuhan yang tinggi dan

dekadensi budaya desa pada zamannya.

Page 30: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

15

Pada salah satu bagian buku ini dijelaskan mengenai Perbenturan Nilai

dalam Proses Perubahan Sosial. Menurut Emile Durkheim (dalam

Kuntowijoyo, 2006: 109) lembaga-lembaga sosial sebagai hasil perkembangan

wajar dari masyarakat dan karena itu harus diberi tempat yang kukuh,

mengajukan konsep tentang anomie. Durkheim menambahkan anomie tersebut

akan terjadi bila pembagian kerja tidak menghasilkan solidaritas, yaitu jika

hubungan antara organ-organ tidak menuntut aturan.

Dalam proses perubahan sosial tentu terjadi pebenturan nilai-nilai dalam

masyarakat. Hal ini terjadi karena nilai-nilai pun turut mengalami perubahan

seiring perubahan sosial yang terjadi. Dalam Kasus Yogyakarta, sebagai salah

satu kota di Jawa, Kuntowijoyo menjelaskan ada beberapa gejala-gejala

terasingan akibat pergeseran nilai dalam proses perubahan sosial, seperti pada

hal teknologi, pasar tradisional dan pasar modern, jimat, protes pemuda, dan

lain-lain. Pergeseran nilai tersebut dapat berdampak positif atau pun negatif

dalam perkembangan kehidupan masyarakat.

Secara singkat, buku ini membahas pengalaman masyarakat dalam masa

transisi menuju masayarakat industri—dengan mengganti barbagai atribut dari

masyarakat tradisional agraris menuju suatu masyarakat yang bertatanan baru

sama sekali. Di sini dipaparkan berbagai faktor pendukung dan kendala, dan

dalam batas-batas tertentu dibicarakan pula perbandingan sejarah

perkembangan masyarakat yang kini tergolong maju.

Buku ―Budaya dan Mayarakat‖ sangat relevan dengan tema penelitian

skripsi ini. Buku ini banyak membahas mengenai perubahan kebudayaan dalam

Page 31: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

16

kehidupan masyarakat. Perubahan kebudayaan selalu mengakibatkan

perubahan pada bidang-bidang kehidupan lain dalam masyarakat. Penelitian ini

pun akan membahas mengenai perubahan kebudayaan berikut perubahan-

perubahan lain yang mengikuti pada masyarakat Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta pada masa reformasi 1998-2004. Adanya dinamika kehidupan

masyarakat pada kurun waktu tersebut tentu saja mengakibatkan suatu

perubahan, dan buku Budaya dan Masyarakat ini dapat menunjang beberapa

informasi dan teori-teori penting terkait dinamika tersebut.

Buku selanjutnya adalah buku yang berjudul ―Sosiologi Perubahan

Sosial‖ karya Piotr Sztompka (2008). Buku ini banyak membahas mengenai

perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dengan tujuan menyediakan

peralatan intelektual dasar untuk menganalisis, menafsirkan, dan memahami

perubahan sosial tersebut, terutama pada skala historis atau teori sosiologi

makro. Peralatan intelektual ini sebenarnya dapat dicari di tiga bidang, yaitu

(1) di dalam pemikiran berdasarkan akal sehat (common sense), (2) di dalam

filsafat sosial dan politik, (3) di dalam ilmu sosial.

Penelitian skripsi ini adalah untuk mengkaji secara historis dinamika

kehidupan dalam suatu masyarakat, yaitu masyarakat Kampoeng Batik

Laweyan Surakarta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dinamika

diartikan sebagai ―gerak‖, sedangkan dinamika sosial adalah gerak masyarakat

secara terus-menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata hidup

masyarakat yang bersangkutan. Perubahan akibat pergerakan tersebut

merupakan suatu perubahan sosial. Dalam penelitian ini, kajian historis

Page 32: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

17

dinamika adalah suatu kajian terhadap perubahan sosial pada suatu masyarakat

dalam kurun waktu tertentu di masa lalu.

Ada beberapa definisi perubahan sosial, salah satunya adalah definisi

menurut Macionis (1987), yang mengatakan bahwa ―perubahan sosial adalah

transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam

perilaku pada waktu tertentu.‖ Sedangkan menurut Farley (1990), ―perubahan

sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur

sosial pada waktu tertentu.‖

Pendapat lain diungkapkan oleh Persell (1987), yang menjelaskan bahwa

―perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam

pengorganisasian masyarakat.‖ Lalu Ritzer (1987) mengatakan bahwa

―perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok,

organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu.‖

Bagi Toynbee (1963), mempelajari kehidupan manusia di saat tertentu

jelas lebih bermanfaat, kerana lebih realistis, ketimbang mempelajarinya

dengan membayangkan berada dalam keadaan diam. Membayangkan bahwa

objek tertentu selalu mengalami perubahan akan mengubah pemikiran

selanjutnya. Masyarakat tak lagi dipandang sebagai sebuah sistem yang kaku

atau ―keras‖ melainkan dipandang sebagai antarhubungan yang ―lunak‖.

Isu perubahan sosial telah menjadi sasaran kajian sosiologi sejak awal

kelahirannya. Sosiologi lahir pada abad 19 sebagai upaya memahami

transformasi fundamental dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern,

yakni munculnya tatanan masyarakat urban, industrial dan kapitalis. Bagian

Page 33: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

18

terbesar buku ini menyajikan dan menjelaskan teori sosiologi tentang

perubahan. Argumentasinya sebagian besar tetap berada pada tingkat konsepsi

dan wawasan. Fakta historis kongkret hanya dimasukkan sejauh menyediakan

ilustrasi bagi konsep, model dan teori perubahan sosial tertentu. Karena itu

pembaca akan mampu mempelajari secara tak langsung mengenai masyarakat

kontemporer atau masyarakat masa lalu, hanya dengan menemukan fakta dan

datanya.

Bagian awal buku ini banyak membahas mengenai konsep-konsep

fundamental dalam perubahan sosial. Kemudian dalam salah satu bagian pada

buku ini dibahas pula mengenai asal tradisi sejarah. Bagian ini membahas

kaitan ke belakang, yakni kaitan antara keadaan masyarakat kini dan sejarah

sebelumnya. Tradisi sejarah terbentuk sebab masyarakat selalu berproses.

Menurut Edward Shils (dalam Sztompka, 2008: 65) masyarakat adalah

fenomena antarwaktu. Masyarakat terjelma bukan karena keberadaannya di

satu saat dalam perjalanan waktu. tetapi ia hanya ada melalui waktu. Ia adalah

jelmaan waktu.

Berbicara mengenai tradisi, buku ini menjelaskan bahwa hubungan

antara masa lalu dan masa kini haruslah lebih dekat. Tradisi mencakup

kelangsungan masa lalu di masa kini ketimbang sekadar menunjukkan fakta

bahwa masa kini berasal dari masa lalu. Kelangsungan masa lalu di masa kini

mempunyai dua bentuk: material dan gagasan, atau objektif dan subjektif.

Menurut arti yang lebih lengkap, tradisi adalah keseluruhan benda

material dan gagasan yang berasal dari masa masa lalu namun benar-benar

Page 34: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

19

masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak, dibuang, atau dilupakan

(Sztompka, 2008: 69-70). Tradisi muncul melalui dua cara. Cara pertama,

muncul dari bawah melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tak

diharapkan serta melibatkan rakyat banyak. Cara kedua, muncul dari atas

melalui mekanisme paksaan.

Sejarah merupakan produk manusia. Sejak awal sejarah, menurut

Sztompka (2008: 223) manusia telah berupaya memikirkan penyebab utama

kejadian, motor penggerak fenomena dan proses, dan kekuatan yang

bertanggungjawab atas nasib mereka sendiri. Pemikiran inilah yang dimaksud

di sini sebagai faktor yang melandasi dan mendorong dinamika sosial dan yang

menyebabkan transformasi masyarakat.

Buku ―Sosiologi Perubahan Sosial‖ ini sangat relevan dengan penelitian

skripsi yang Penulis ajukan. Buku ini dapat memberikan informasi mengenai

teori-teori dan konsep terkait perubahan sosial. Penelitian skripsi Penulis pun

secara umum akan membahas mengenai perubahan sosial dalam suatu

masyarakat, yakni masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa

reformasi tahun 1998-2004. Buku ini dapat Penulis jadikan sebagai acuan

untuk membarikan pembatasan-pembatasan dalam penulisan hasil penelitian

terkait perubahan sosial.

Kemudian, pada buku yang berjudul ―Perubahan Sosial di Yogyakarta‖

karya Selo Soemardjan (1986) diuraikan mengenai perubahan-perubahan sosial

di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Setiap daerah yang berkembang tentu

mengalami perubahan sosial dalam berbagai sendi kehidupan masyarakatnya.

Page 35: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

20

Dalam buku ini dijelaskan perubahan-perubahan sosial di DIY sejak akhir

zaman kolonial Belanda, zaman pendudukan Jepang, revolusi nasional untuk

kemerdekaan, dan zaman nation and character building sampai tahun 1958 di

mana penulis buku ini tengah melakukan penelitian kualitatif di DIY.

Dalam kurun waktu yang tak sedikit tersebut, kurang lebih 20 tahun,

perubahan-perubahan sosial yang terjadi amat banyak dan meliputi hampir

semua bidang kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut diawali

pada tingkat pemerintahan nasional, akan tetapi dengan cepat menimbulkan

perubahan-perubahan pada pemerintahan dan masyarakat di DIY dan daerah-

daerah lain.

Menurut Soemardjan (1986) dalam kehidupan bermasyarakat lebih

banyak terjadi perubahan yang bersifat unintended change atau perubahan

yang tidak disengaja. Kemudian, karena tidak disengaja tersebut maka acapkali

perubahan-perubahan itu juga tidak dapat diduga lebih dahulu, sehingga

banyak perubahan sosial yang membingungkan masyarakat, bahkan ditentang

oleh banyak orang. Setiap perubahan sosial pada pokoknya mengikuti proses

integrasi disusul dengan disintegrasi dan kemudian reintegrasi.

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam kurun waktu yang

digambarkan dalam buku ini bersumber pada pergantian pemerintah, yaitu

mula-mula pemerintahan Belanda, kemudian Jepang, dan akhirnya Indonesia.

Dalam salah satu bagian pada buku ini dibahas mengenai perubahan sosial dan

pembangunan ekonomi yang menjelaskan tentang kehidupan pertanian rakyat

beserta perubahan-perubahannya seiring perkembangan zaman, hingga muncul

Page 36: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

21

perusahaan-perusahaan asing beserta masalah sosial suatu perubahan ekonomi.

Kemudian, adanya pendidikan dalam masyarakat pun juga menimbulkan

perubahan sosial.

Relevansi buku ―Perubahan Sosial di Yogyakarta‖ ini terhadap penulisan

skripsi ini adalah sama-sama akan dibahas perubahan sosial yang terjadi akibat

pergantian pemerintah. Dalam penelitian skripsi ini akan mulai dibahas

perubahan sosial dalam dinamika kehidupan masyarakat mulai masa perubahan

pemerintahan pemerintahan dari orde baru ke masa reformasi.

Buku selanjutnya yang Penulis gunakan adalah buku yang masih

berkaitan dengan perubahan di DIY. Meski demikian, DIY dan Surakarta

adalah daerah yang acapkali disebut sebagai saudara kembar. Sehingga tidak

jauh berbeda dalam corak perubahan kehidupan masyarakatnya. Buku tersebut

berjudul ―Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri

di Daerah Istimewa Yogyakarta‖. Buku ini merupakan hasil penelitian Heddy

Shri Ahimsa Putra, dkk (1990), yang bertujuan untuk mengumpulkan berbagai

data serta informasi dengan berbagai analisa perubahan yang terjadi untuk

dapat disumbangkan bagi usaha pembinaan dan pengembangan masyarakat

industri sehingga proses perubahan dari masyarakat pertanian ke masyarakat

industri akan dapat berjalan dengan lancar dan baik, mengingat seiring

perkembangan zaman, masyarakat yang selama ini bergantung pada tanah

sebagai modal utama pertanian mulai dihadapkan pada munculnya industri-

industri yang mulai tumbuh dalam kehidupan para petani ini. Hal ini

menimbulkan perubahan-perubahan dari yang relatif homogen menuju yang

Page 37: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

22

relatif kompleks, baik dalam pola tingkah laku, pranata maupun sistem budaya

mereka.

Sistematika buku ini memiliki relevansi untuk dijadikan sebagai acuan

dalam penulisan skripsi ini. Pada Bab II buku ini diuraikan mengenai gambaran

umum daerah penelitian, yang menguraikan secara rinci terkait daerah

penelitian tersebut. Sedangkan isi buku ini pun banyak membahas tentang

perubahan sosial akibat pertumbuhan industri, hal ini juga relevan dengan

penulisan skrispsi, sebab dalam skripsi ini juga akan dibahas mengenai

pertumbuhan industri-industri batik di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta

beserta pengaruhnya terhadap perubahan masyarakatnya.

Buku berikutnya berjudul Perubahan Sosial dan Pendidikan, karya

H.A.R. Tilaar (2002). Buku ini banyak membahas soal perubahan sosial dalam

masyarakat yang diakibatkan oleh pendidikan. Tilaar (2002) menyadari bahwa

krisis masyarakat Indonesia yang dimulai dengan krisis finansial dan ekonomi

tahun 1997 telah melahirkan krisis total kehidupan masyarakat Indonesia.

Krisis total tersebut merupakan suatu krisis kemanusiaan yang juga berarti

krisis pendidikan. Pendidikan memang merupakan bagian dari perubahan

sosial.

Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa pengalaman bangsa dan

masyarakat Indonesia di dalam masa pascakrisis tahun 1997 menunjukkan,

betapa upaya pendidikan seolah-olah tidak membuahkan hasil sebagaimana

yang diharapkan. Pendidikan seakan-akan menjadi tidak berdaya. Masyarakat

dilanda ―budaya‖ kekerasan, seakan-akan kekerasan telah menjadi milik

Page 38: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

23

masyarakat Indonesia. Ketika masyarakat Indonesia tenggelam di dalam krisis

total, dunia sekitar terus-menerus berubah.

Buku ini sebenarnya merupakan suatu pengantar, untuk mengembangkan

suatu pedagogik dalam perspektif baru. Pembahasan ini pun tidak terlepas dari

kehidupan masyarakat yang telah mengalami banyak perubahan. Terutama

perubahan akibat krisis yang telah melanda Indonesia. Sehingga buku ini

sangat relevan dengan penulisan skripsi yang penulis ajukan. Dalam penulisan

skripsi tersebut Penulis juga membahas suatu dinamika kehidupan masyarakat

pada masa pascakrisis, dan tentu saja pendidikan juga menjadi salah satu aspek

yang dapat diangkat sebagai salah satu faktor pendukung penyebab perubahan

masyarakat.

Buku lain yang digunakan dalam tinjauan pustaka ini adalah ―Agama

Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa‖ yang ditulis Clifford

Geertz (2013). Menurut pendapat Geertz (2013: 329) priyayi adalah golongan

ningrat dari para kaum abangan yang merupakan petani Jawa. Kaum priyayi

umumnya selalu berada di kota-kota; bahkan salah satu ciri Jawa modern yang

secara sosiologis paling menarik adalah besarnya jumlah priyayi di kota.

Geertz melanjutkan bahwa priyayi pada awalnya merujuk kepada orang yang

bisa menelusur balik asal usulnya sampai kepada raja-raja besar Jawa pada

zaman sebelum penjajahan yang setengah mitos. Namun, karena Belanda yang

memerintah Jawa selama beberapa tahun itu, mempekerjakan kaum ini sebagai

instrumen administratif dari kebijakan mereka, pengertian istilah itu meluas

Page 39: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

24

mencakup orang kebanyakan yang ditarik ke dalam birokrasi akibat persediaan

aristokrasi yang asli sudah habis.

Orientasi priyayi dan abangan, dari segi isi budaya, untuk sebagian hanya

merupakan versi halus dan kasar dari masing-masing, keduanya

diorganisasikan di sekitar tipe struktur sosial yang agak berbeda serta

mengungkap jenis-jenis nilai yang sangat berbeda.

Di sini dijelaskan bahwa antara abangan dan priyayi terdapat berbagai

perbedaan tipe struktur sosial. Begitu pula dengan santri. Sehingga relevansi

buku ini dengan penelitian skripsi yang Penulis ajukan terletak pada hubungan

antargolongan yang sama-sama menjadi pembahasan. Dalam buku ini

diuraikan mengenai abangan, santri dan priyayi. Mereka memiliki aturan

masing-masing dalam menjalani kehidupan. Dalam penelitian ini juga akan

dibahas mengenai hubungan beberapa antarkelompok sosial yang berada di

Laweyan. Tentu saja mereka juga memiliki aturan masing-masing dalam

menjalani kehidupan bermasayarakat. Sehingga buku ini dapat digunakan

sebagai acuan penelitian.

F. Ruang Lingkup

Dalam penyusunan penelitian skripsi ini perlu adanya pembatasan

wilayah penelitian yang disebut scope spatial dan lingkup waktu yang disebut

scope temporal. Scope spatial berkaitan dengan daerah atau tempat yang

dijadikan objek penelitian. Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah

Kampoeng Batik Laweyan Surakarta yang merupakan sebutan dari Desa

Page 40: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

25

Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

Kampung ini memiliki identitas sebagai kampung saudagar. Karakteristik

kampung ini tampak berbeda dengan kampung-kampung lainnya yang ada di

Surakarta. Masyarakat Surakarta menyebut komunitas Laweyan sebagai

kampung dagang dengan masyarakat yang masih memiliki semangat dagang

yang cukup baik, dengan profesi mayoritas sebagai pedagang batik. Bentuk

mata pencaharian yang mereka miliki berada di luar kebiasaan masyarakat

feodal, yang pada umumnya bekerja dalam lapangan pertanian atau pegawai

birokrat keraton.

Untuk scope temporal atau lingkup waktu, berkaitan dengan pembatasan

waktu yang dibuat. Kurun waktu dalam penelitian ini adalah tahun 1998-2004.

Tahun 1998 merupakan tahun berakhirnya masa Orde Baru dan berganti

menjadi masa Reformasi yang ditandai dengan adanya krisis ekonomi sejak

tahun 1997 yang menimpa Indonesia hingga lengsernya Soeharto dari posisi

Presiden Republik Indonesia setelah berkuasa selama 32 tahun. Pada tahun

tersebut di Indonesia, termasuk di Kota Surakarta, terjadi kerusuhan yang amat

besar yang menyebabkan kondisi perekonomian di berbagai daerah tidak stabil.

Kondisi itu tentu saja menciptakan suatu dinamika dalam kehidupan

masyarakat pada Kampoeng Batik Laweyan Surakarta yang telah tumbuh

sebagai kampung saudagar batik sejak lama.

Kemudian tahun 2004 adalah tahun di mana Desa Laweyan mulai

mendeklarasikan diri sebagai kawasan wisata sentra industri batik dengan

dibentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)

Page 41: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

26

sebagai pengelola kampung tersebut, dan kawasan tersebut mulai dikenal

dengan sebutan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta. Sehingga antara tahun

1998-2004 terjadi suatu dinamika yang sangat unik untuk dikaji. Dimulai dari

masa di mana keadaan tengah kacau karena terjadi kerusuhan di mana-mana,

dan dalam kondisi krisis ekonomi, hingga pada masa di mana Kampoeng Batik

Laweyan Surakarta kembali bangkit dengan mendeklarasikan diri sebagai

kawasan wisata sentra industri batik, dan pada masa tersebut kondisi

perekonomian masyarakat Laweyan berangsur-angsur kembali pulih

pascakrisis moneter, tentu dinamika tersebut tak lepas dari peranan perubahan

kehidupan masyarakat di dalamnya.

Adapun judul ―Laweyan dalam Periode Krisis Ekonomi Hingga Menjadi

Kawasan Wisata Sentra Industri Batik Tahun 1998-2004‖ tersebut merupakan

pengembangan dari tematikal tentang ―Dinamika Kehidupan Masyarakat

Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada Masa Reformasi 1998-2004‖.

Penulis ingin mengetahui berbagai gerakan kehidupan yang menyebabkan

perubahan dalam masyarakat yang terjadi pada tahun 1998 hingga 2004 di

Kampoeng Batik Laweyan Surakarta. Perubahan-perubahan sosial, ekonomi,

dan budaya, seperti apa yang di hasilkan oleh masyarakat yang selalu berproses

tersebut.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan metode historis. Menurut

Gottschalk (1975: 32) metode historis adalah proses menguji dan menganalisa

Page 42: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

27

secara historis rekaman peninggalan masa lampau. Metode historis, menurut

Wiyono (1900: 2) juga dapat diartikan sebagai suatu kumpulan yang sistematis

dari prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang dimaksudkan untuk membantu

dengan secara efektif dalam pengumpulan bahan-bahan sumber dari sejarah,

dalam menilai atau mengkaji sumber-sumber itu secara kritis dan menyajikan

suatu hasil sintesis dari hasil-hasil yang dicapai. Dengan menggunakan metode

sejarah, diusahakan merekonstruksi peristiwa-peristiwa masa lampau kemudian

menyampaikan rekonstruksi sesuai dengan jejak-jejak masa lampau.

Rekonstruksi dalam sejarah harus disusun secara sistematis dan objektif

dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi dan mensintesiskan bukti-bukti

untuk menetapkan fakta dan mencapai kesimpulan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Dalam pelaksanaan metode historis, terdapat empat tahapan yang

dilakukan oleh Peneliti, yaitu tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan

historiografi. Sebelum masuk ke dalam empat tahapan metode historis, Peneliti

telah terlebih dahulu menentukan topik penelitian.

a. Heuristik

Notosusanto (1971: 18) menjelaskan bahwa heuristik adalah proses

atau usaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah

yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan diteliti berupa

jejak-jejak masa lampau, dapat berupa kejadian, benda peninggalan masa

lampau dan bahasa tulisan. Adapun langkah-langkah heuristik yang telah

dilakukan Peneliti adalah sebagai berikut,

Page 43: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

28

1) Menentukan tempat penelitian.

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah di kawasan

sentra industri batik Kampoeng Batik Laweyan Surakarta, Jawa Tengah.

2) Menentukan jenis data yang diperlukan, meliputi:

a. Data dokumen, yaitu data yang berupa catatan tertulis serta foto-foto

atau gambar. Data dokumen yang telah Peneliti temukan adalah data-

data monografi penduduk Laweyan, arsip-arsip dalam media massa

cetak terkait Laweyan, buku-buku dan hasil penelitian terdahulu

terkait Laweyan, serta dokumen-dokumen pemerintahan terkait

Laweyan. Data-data tersebut Penulis temukan melalui penelusuran ke

berbagai lokasi, Penulis melakukan penelusuran sumber di lokasi

utama penelitian utama yaitu Kampoeng Batik Laweyan Surakarta

dengan mengambil data-data di Kantor Kelurahan Laweyan, dan di

beberapa rumah pengusaha batik seperti pada Gerai Batik Mahkota

Laweyan yang sekaligus menjadi Kantor Sekretariat FPKBL, selain

itu Penulis juga menemukan data-data sumber di Perpustakaan,

Gedung Monumen Pers, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surakarta,

Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surakarta, Badan

Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas) Kota Surakarta, dan Kantor

Arsip.

Page 44: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

29

b. Data informasi lisan, yaitu data yang berupa informasi dari para

informan yang diperoleh melalui proses wawancara. Dalam penelitian

ini Peneliti telah berhasil mewawancarai beberapa narasumber, seperti

anggota masyarakat Laweyan, pengusaha batik Laweyan, Kepala Desa

Laweyan, dan pengurus FPKBL. Narasumber-narasumber tersebut

telah merepresentasikan topik penelitian ini, sebab mereka adalah

subjek yang berhubungan langsung dengan dinamika kehidupan

masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta.

c. Data artefak, yaitu pengumpulan data yang berupa benda peninggalan

masa lampau. Peneliti telah mengamati beberapa artefak dari masa

lampau yang terdapat di Laweyan, seperti kondisi bangunannya yang

telah berusia tua, bungker, dan makam-makam kuno.

Kemudian, dari langkah-langkah di atas diperoleh sumber sejarah

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Sumber Primer

Menurut Gottschalk (1975: 36) sumber primer yaitu sumber yang

berasal dari saksi hidup yang mengalami atau mengambil bagian dalam

suatu kejadian atau yang hidup sezaman dengan kejadian itu. Sumber

primer merupakan sumber asli, karena kesaksiannya tidak bersumber

dari sumber lain, tetapi dari tangan pertama. Dalam penelitian ini,

sumber primer diperoleh dari hasil wawancara dengan Sarjono

Siswoharjono (87 tahun), Achmad Sulaiman (66 tahun), dan Harun

Muryadi (66 tahun), ketiganya merupakan warga asli Laweyan yang

Page 45: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

30

menjadi pelaku sekaligus saksi sejarah. Sumber primer yang diperoleh

tidak diterima mentah (diambil apa adanya) tetapi juga melalui prosedur

kritik sumber yang telah ditentukan sebagai alat analisis dalam ilmu

sejarah.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah kesaksian dari siapa pun yang bukan

merupakan saksi pandangan mata dari seseorang yang tidak hadir pada

peristiwa yang dikisahkan. Dalam penelitian ini Peneliti memperoleh

sumber dari hasil wawancara dengan Yuyuk Yuniman (54 tahun),

Lurah Laweyan saat ini; Eko Margiyanto (45 tahun), Pengelola

sekretariat FPKBL; Arif Budiman Effendi (36 tahun), Ketua Bidang

Informasi dan Teknologi FPKBL; dan M. Aziz Fathony (28 tahun),

Karyawan Gerai Batik Putra Laweyan. Di samping itu, Peneliti juga

mempergunakan buku, Surat Kabar Kompas dan Wawasan, hasil

penelitian, dan arsip yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.

Dalam usaha untuk mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan

maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut,

a) Teknik Lisan

Teknik lisan adalah alat pengumpulan data yang berupa informasi

dari para informan atau responden. Sumber lisan dalam penelitian ini

telah diperoleh melalui wawancara, yaitu metode yang digunakan dalam

rangka pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara

langsung dengan masyarakat setempat yang telah dipilih menjadi objek

Page 46: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

31

penelitian dan masyarakat yang banyak memberikan penerangan atau

keterangan. Hasilnya berupa sumber lisan yang dapat dilanjutkan

menjadi sejarah lisan. Menurut Kuntowijoyo (2003: 26-27) Sejarah lisan

sebagai metode dapat dipergunakan secara tunggal dan dapat pula

sebagai bahan dokumenter. Sebagai metode tunggal, sejarah lisan tidak

kurang pentingnya jika dilakukan dengan cermat. Banyak sekali

permasalahan sejarah, bahkan dalam zaman modern ini yang tidak

tertangkap dalam dokumen-dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi

dari kejadian-kejadian penting menurut kepentingan pembuat dokumen

dan zamannya, tetapi tidak melestarikan kejadian-kejadian individual dan

yang unik yang dialami oleh seseorang atau segolongan.

b) Teknik Studi Kepustakaan

Nawawi (1990: 133) mengungkapkan bahwa studi pustaka adalah

cara pengumpulan data melalui buku-buku yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti, melalui peninggalan tertulis berupa arsip-

arsip dan termasuk juga bahan tentang pendapat, teori, dalil dan

sebagainya yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki. Peneliti

telah berhasil mengumpulkan sumber-sumber sejarah terkait penelitian

ini dalam buku-buku sejarah, sosiologi, ekonomi, kebudayaan, politik,

dan lain-lain serta dalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para

peneliti terdahulu dalam bentuk laporan penelitian, skripsi, tesis, jurnal

dan sebagainya. Selain itu Peneliti juga telah melakukan penelusuran

pada arsip-arsip media cetak.

Page 47: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

32

b. Kritik Sumber

Kritik sumber sejarah adalah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan

kredibilitas sumber (Pranoto, 2010: 35). Ada dua langkah yang harus

ditempuh untuk membuktikan validitas sumber, yaitu (1) Mengadakan kritik

intern yang bertujuan untuk mencari kebenaran isinya, dan (2) Mengadakan

kritik ekstern yang bertujuan untuk membuktikan keaslian dan kebenaran

suatu sumber.

Kritik sumber, menurut Wiyono (1990: 2) merupakan tahap penilaian

atau pengujian terhadap bahan-bahan sumber yang telah penulis peroleh dari

sudut pandang kebenarannya. Kritik atau analisa merupakan cara untuk

menilai sumber atau bahan yang memberikan informasi dapat dipercaya

atau tidak, apakah dokumen atau bahan itu dapat dipertanggungjawabkan

keasliannya (keautentikannya) atau tidak.

Kritik intern dilakukan terhadap informasi atau sumber itu sendiri,

sedangkan kritik ekstern dilakukan terhadap data dengan menganalisa

kebenaran sumber atau hubungan dengan persoalan apakah sumber itu asli

atau tidak. Dalam penelitian ini lebih banyak ditekankan pada kritik intern.

Hal ini dilakukan karena Peneliti ingin memperoleh jawaban dengan nilai

pembuktian dari isi atau sumber tersebut. Apakah relevan dengan penelitian

yang dimaksud atau tidak. Cara melakukan kritik intern di sini ialah dengan

cara membandingkan data yang diperoleh di lapangan dari hasil wawancara

dengan sumber tertulis. Selain itu, dalam melakukan kritik sumber melalui

wawancara dilakukan pengecekan silang antar sumber. Sebagai pendukung

Page 48: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

33

perlu juga diketahui situasi, baik di dalam memberikan keterangan,

bagaimana kemampuan serta daya ingat dan juga bagaimana tingkah laku

informan dalam keseharian.

Dalam menentukan kriteria asli maupun tidaknya sumber tersebut di

lapangan adalah diperoleh dari seorang informan yang lainnya mengenai

suatu peristiwa yang sama. Sebab kadangkala informasi yang diberikan oleh

informan yang satu dengan informan yang lainnya tidak sama. Dalam hal ini

perlu dicari terlebih dahulu persamaan persepsi dan informasi. Selanjutnya

dibandingkan dengan sumber tertulis yang ada.

Dalam hal ini, kritik sumber dilakukan kepada (1) pemilihan informan

yang memberikan keterangan mengenai dinamika kehidupan masyarakat

Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa Reformasi 1998-2004.

Keadaan informan juga perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, (2) data

atau sumber tertulis yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini.

Adapun cara melakukan kritik dalam penelitian ini adalah membandingkan

antar data dokumen yang berhasil dikumpulkan, dan membandingkan data

hasil wawancara antar informan, serta membandingkan antara data dokumen

dengan data hasil wawancara.

c. Interpretasi

Interpretasi adalah menentukan makna saling berhubungan antara

fakta-fakta yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu

rangkaian peristiwa yang bermakna. Interpretasi merupakan cara untuk

menentukan maksud saling berhubungan dalam fakta-fakta yang diperoleh

Page 49: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

34

setelah terkumpul sejumlah informasi mengenai peristiwa sejarah yang

sedang diteliti. Suatu peristiwa sejarah agar dapat menjadi kisah sejarah

yang baik maka perlu diinterpretasikan (disintesiskan). Berbagai fakta yang

lepas satu sama lain itu harus dirangkaikan dan dihubung-hubungkan

sehingga menjadi suatu kesatuan yang bermakna.

Menurut Widja (1989: 25) interpretasi adalah usaha untuk

mewujudkan rangkaian bermakna dari fakta-fakta sejarah. Fakta-fakta yang

telah diwujudkan perlu dihubung-hubungkan dan dikait-kaitkan satu sama

lain sedemikian rupa sehingga antara fakta satu dengan fakta lainnya

kelihatan sebagai suatu rangkaian yang masuk akal, dalam arti menunjukkan

kecocokan satu sama lainnya.

Pada umumnya proses interpretasi meliputi hal-hal sebagai berikut:

(1) seleksi fakta yang memilih fakta-fakta yang relevan dengan kepentingan

penelitian tersebut, (2) periodisasi, yaitu penyusunan fakta sesuai dengan

urutan waktu terjadinya.

d. Historiografi

Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan

hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Abdurahman, 1999: 67).

Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah itu

hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses

penelitian, sejak dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhirnya

(penarikan kesimpulan).

Page 50: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

35

Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahap akhir dari

metode sejarah. Hasil penafsiran atau interpretasi atas fakta-fakta sejarah

yang telah dilakukan kemudian dituliskan menjadi suatu kisah yang selaras.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi berjudul ―Laweyan Dalam Periode Krisis

Ekonomi Hingga Menjadi Kawasan Wisata Sentra Industri Batik Tahun 1998-

2004‖ adalah sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN, yang berisi Latar Belakang Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Kajian Pustaka, Ruang

Lingkup, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPOENG BATIK

LAWEYAN SURAKARTA, yang berisi Kondisi Geografis,

Kondisi Demografi, Sejarah Singkat Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta serta Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Politik

Pemerintahan Masyarakat.

BAB III DINAMIKA KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPOENG

BATIK LAWEYAN SURAKARTA PADA MASA KRISIS

EKONOMI HINGGA MENJADI KAWASAN WISATA, yang

berisi Kondisi Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada saat krisis

ekonomi, Pengaruh krisis ekonomi terhadap kehidupan sosial,

ekonomi, dan budaya masyarakat Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta, Strategi Masyarakat untuk keluar dari keterpurukan

Page 51: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

36

pascakrisis, Kehidupan Masyarakat pascakrisis, Hubungan

antarkelompok sosial di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada

masa Reformasi 1998-2004.

BAB IV KAMPOENG BATIK LAWEYAN SURAKARTA SEBAGAI

KAWASAN WISATA SENTRA INDUSTRI BATIK, yang berisi

Sejarah terbentuknya Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai

kawasan wisata sentra industri batik yang diawali dengan

terbentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

(FPKBL), Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta,

Kondisi fisik dan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta

sebagai kawasan wisata sentra industri batik, Pengaruh keberadaan

Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai kawasan wisata

sentra industri batik terhadap kehidupan masyarakat di dalam dan

sekitarnya serta terhadap pemerintah kota, dan Peran pemerintah

terhadap perkembangan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta.

BAB V PENUTUP, yang berisi Simpulan dan Saran.

Page 52: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

133

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Kondisi umum kehidupan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta

dapat diketahui dengan menjabarkannya ke dalam beberapa pembahasan.

Secara geografis kawasan Kampoeng Batik Laweyan masuk dalam

pemerintahan Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Dalam sejarah, kawasan Laweyan telah ada sejak abad 15 M pada masa

Kerajaan Pajang. Sejak saat itu, Laweyan sudah terkenal dengan sentra

perdagangan lawe (kain bahan pakaian), dan pada awal abad 20 kawasan

Laweyan mengalami perkembangan pesat sebagai sentra perdagangan

batik. Hal tersebut membuat mayoritas masyarakat Laweyan berprofesi

sebagai pedagang batik. Dalam kehidupan sosial, masyarakat Laweyan

dikenal tertutup. Mereka juga memiliki kelompok-kelompok sosial seperti

golongan juragan (pedagang), wong cilik (rakyat biasa), wong mutihan

(ulama), dan priyayi (bangsawan atau pejabat). Kemudian dalam kehidupan

budaya, masyarakat Laweyan tidak memiliki tradisi yang khas, namun

masyarakat di sana masih menjalankan banyak tradisi seperti masyarakat

Jawa pada umumnya. Kondisi budaya Laweyan tidak dipengaruhi oleh

kehidupan budaya keraton, meskipun lokasinya masih dalam lingkup

birokrasi keraton. Hal tersebut sekaligus memengaruhi kehidupan politik

pemerintahan Laweyan yang sama sekali terlepas dari politik keraton.

Page 53: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

134

2. Laweyan mengalami berbagai dinamika dalam kehidupan sosial, ekonomi,

dan budaya pada masa krisis ekonomi hingga menjadi kawasan wisata.

Seiring perkembangan zaman, kondisi perekonomian Laweyan selalu

mengalami pasang dan surut, hingga pada masa krisis ekonomi tahun 1997

kondisi Laweyan menjadi semakin terpuruk, banyak pengusaha batik yang

beralih profesi. Setelah keluar dari masa krisis ekonomi dan memasuki

masa Reformasi, kondisi perekonomian Laweyan berangsur-angsur pulih.

Sejak saat itu, terjadi banyak perubahan pada kondisi masyarakat Laweyan.

Dalam kehidupan sosial, masyarakat Laweyan menjadi lebih terbuka akibat

berubahnya pemerintahan. Hal ini tak lepas dari peran pemerintah baru

yang semakin peduli dengan masyarakat Laweyan. Kondisi tersebut

mengakibatkan perubahan sikap dalam kehidupan masyarakat Laweyan

menjadi lebih peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar yang membuat

kelompok-kelompok sosial pada masyarakat Laweyan dapat hidup

berdampingan dengan baik. Keadaan tersebut tidak lepas dari kondisi

ekonomi masyarakat yang berangsur-angsur membaik. Dalam kehidupan

budaya, masa Reformasi membawa perubahan pada semakin

berkembangnya beragam tradisi di Laweyan. Masyarakat Laweyan mulai

kembali melestarikan budaya-budaya tradisional yang hampir hilang

sebelumnya yang kemudian menjadi sesuatu yang layak dijual dalam

perwujudan Laweyan sebagai kawasan wisata. Selain itu, dalam kehidupan

kelompok sosial ditemukan adanya kaum abangan pada masyarakat

Laweyan secara tradisi, namun tidak secara profesi.

Page 54: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

135

3. Terbentuknya Laweyan sebagai kawasan wisata industri batik berawal dari

perhatian dan keprihatinan masyarakat Laweyan yang terdiri dari para

pengusaha batik dan tokoh masyarakat atas kondisi Laweyan yang sempat

mengalami keterpurukan. Setelah memasuki masa Reformasi, masyarakat

melihat adanya potensi dari Laweyan yang memungkinkan kawasan

tersebut dapat kembali berjaya. Akhirnya keprihatinan tersebut membuat

masyarakat membentuk Forum Pengembangan Kampoeng Batik (FPKBL)

yang merupakan forum penggagas terbentuknya Laweyan sebagai kawasan

wisata. Seiring berjalannya waktu, perjuangan FPKBL yang didukung oleh

para peneliti yang mengangkat Laeyan sebagai objek penelitiannya,

akhirnya berbuah manis. Pemerintah Kota Surakarta akhirnya memberikan

Surat Keputusan penetapan Laweyan sebagai kawasan wisata yang dikelola

oleh FPKBL pada tanggal 24 Oktober 2004. Dalam mekanisme

pengembangannya sebagai kawasan wisata, Laweyan memiliki tiga aspek

yang berpotensi, yaitu; (1) sejarah, bangunan, dan lingkungan; (2) industri

batik dan industri lainnya; (3) sosial, seni, dan budaya. Keberadaan

Laweyan sebagai kawasan wisata telah membuatnya bermanfaat bagi

berbagai pihak dalam segala bidang kehidupan. Hal tersebut tidak lepas

dari peran pemerintah yang telah memberikan berbagai bantuan, baik

dalam bentuk fisik maupun dukungan, sehingga Laweyan menjadi semakin

terkenal sebagai kawasan wisata.

Page 55: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

136

B. Saran

1. Keberadaan Kampoeng Batik Laweyan saat ini sudah semakin bagus,

sehingga sangat cocok bagi masyarakat luas yang ingin melakukan wisata.

Dengan mengunjungi Kampoeng Batik Laweyan, selain dapat

meningkatkan kesejahteraan kawasan tersebut juga dapat menambah

wawasan masyarakat terkait nilai-nilai warisan sejarah dan budaya.

2. Masih banyak hal yang dapat dieksplor untuk mengembangkan kawasan

Kampoeng Batik Laweyan, sehingga bagi Pemerintah diharapkan dapat

berkontribusi dalam pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dengan

melakukan sosialisasi sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat

Laweyan atas kawasan tempat tinggal mereka yang kini telah menjadi

kawasan wisata, sehingga masyarakat dapat turut serta dalam berbagai hal

yang mendukung perkembangan Laweyan sebagai kawasan wisata.

3. Masyarakat Laweyan diharapkan semakin peduli dan sadar terhadap

keberadaan Laweyan sebagai kawasan wisata, sehingga jalan pemerintah

untuk mengembangkan wisata Laweyan dapat berjalan lancar dengan

adanya dukungan dari masyarakat setempat yang sebagian besar adalah ahli

waris atas bangunan-bangunan tua di Laweyan.

4. Bagi peneliti-peneliti yang hendak meneliti Kampoeng Batik Laweyan,

masih banyak hal yang dapat diteliti. Seperti penelitian terkait kondisi

psikologis masyarakat Laweyan, kehidupan masyarakat Laweyan sebelum

adanya keraton, serta penelitian yang lebih mendalam pada artefak-artefak

peninggalan bersejarah yang berada di daerah tersebut.

Page 56: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

137

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Ciputat: PT Logos

Wacana Ilmu.

Anonim. 2013. Sejarah Nilai Tukar Rupiah Dari Tahun Ke Tahun.

http://berilmu.com/blog/sejarah-nilai-tukar-rupiah-dari-tahun-ke-tahun/

(Diunduh pada 11 Maret 2015 pukul 10.31 WIB).

Baidi. 2006. ―Pertumbuhan Pengusaha Batik Laweyan Surakarta (Suatu Studi

Sejarah Sosial Ekonomi)‖. Dalam Jurnal Bahasa Dan Seni, Tahun 34,

Nomor 2, Hal. 241-253. Surakarta: STAIN Surakarta.

BPS. 1998. Laporan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kotamadya

Surakarta. Hlm. 30.

Brata, Nugroho Trisnu. 2006. Prahara Reformasi Mei 1998: Jejak-Jejak

Kesaksian. Semarang: Titian Masa Pustaka bekerja sama dengan UPT

UNNES Press.

Chrisnayani, Amelia Ari. 2009. ―Integrated Marketing Communication

(Komunikasi Pemasaran Terpadu) Kampoeng Batik Laweyan Surakarta‖.

Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Esten, Mursal. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Penerbit Angkasa.

FPKBL dan Pemerintah Kelurahan Laweyan. Buku Profil Kampoeng Laweyan.

Surakarta.

Geertz, Clifford. 2013. Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam

Kebudayaan Jawa. Depok: Komunitas Bambu.

Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto.

Jakarta: UI Press.

Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

--------------------. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah – Edisi Kedua. Yogyakarta: Kerjasama

Jurusan Sejarah FIB UGM dengan PT Tiara Wacana Yogya.

Page 57: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

138

---------------. 2004. Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta, 1900-1915. Jogjakarta:

Ombak.

---------------. 2006. Budaya dan Masyarakat, Edisi Paripurna. Yogyakarta: Tiara

Wacana.

Kusuma, Mawar, dan Frans Sartono. 2013. ―Dari Kesultanan Pajang Ke

Kampoeng Batik‖. Dalam Kompas. No. 042. Tahun ke 49. 11 Agustus.

Hal. 13.

Kusumawardani, Fajar. 2006. ―Sejarah Perkembangan Industri Batik Tradisional

di Laweyan Surakarta Tahun 1965-2000‖. Skripsi. Jurusan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogjakarta: Gajah

Mada University Press. Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notosusanto, Nugroho. 1971. Norma-Norma Dasar Penelitian dan Penulisan

Sejarah. Jakarta: Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah ABRI.

Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:

PT Pradnya Paramita.

Pitana, I Gde, dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Pitana, I Gde, dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pranoto, Suhartono W. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Pratomo, Andri Satrio, dkk. 2006. ―Pelestarian Kawasan Kampoeng batik

laweyan Kota Surakarta‖. Dalam Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur, Vol.

34, No. 2, Desember 2006, Hal. 93-105. Surabaya: Universitas Kristen

Petra.

Priyatmono, Alpha Fabela. 2004. ―Studi Kecenderungan Perubahan Morfologi

Kawasan di Kampung Laweyan Surakarta‖. Tesis. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Purnomo, Agus Budi. Analisa Spasial Kerusuhan Mei 1998 di DKI Jakarta.

Sejarah Pemikiran, Rekontruksi, Persepsi 10, Tahun 2001, Hal. 29-45.

Page 58: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

139

Putra, Heddy Shri Ahimsa, dkk. 1990. Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat

Akibat Pertumbuhan Industri di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan

Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.

Putri, An Nuur Sakhaa Hazmitha. 2011. ―Saudagar Laweyan Abad XX (Peran dan

Eksistensi dalam Membangun Perekonomian Muslim)‖. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Rajiman. 1984. Sejarah Mataram Kartasura Sampai Surakarta Hadiningrat.

Surakarta: Penerbit Krida.

Salim, Agus. Stratifikasi Etnik: Kajian Mikro Sosiologi Interaksi Etnis Jawa dan

Cina. Yogyakarta: Kerjasama FIP dan Jurusan Sosiologi dan Antropologi

FIS Unnes dengan Penerbit Tiara Wacana.

Santosa, Slamet. 2006. Dinamika Kelompok – Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Saputro, Handono. 2009. ―Kerusuhan Sosial di Surakarta Tahun 1998‖. Skripsi.

Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Soedarmono. 2006. Mbok Mase: Pengusaha Batik di Laweyan Solo Awal Abad

20. Jakarta: Yayasan Warna Warni Indonesia.

Soemardjan, Selo. 1986. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Tilaar, H.A.R. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik

Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

Wasino. 2006. Wong Jawa dan Wong Cina: Liku-liku Hubungan Sosial Antara

Etnis Tionghoa dengan Jawa di Solo Tahun 1911-1998. Semarang: Unnes

Press.

Wawasan. 2004. Romantisme Kampung Saudagar Batik Solo. 8 Agustus. Hal. 7.

Wicaksono, Bangkit Budi. 2013. ―Masyarakat Kampung Batik Laweyan Bangkit

(Strategi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)

dalam Memberdayakan Masyarakat Kampung Batik Laweyan Melalui

Model Kemitraan Linier Collaborative of Partnership)‖. Skripsi.

Surakarta: Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

Page 59: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

140

Widja, I Gde. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah.

Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

Perguruan Tinggi.

Wijayakusuma, H. M. Hembing. 2005. Pembantaian Massal 1740: Tragedi

Berdarah Angke. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Wiyono. 1990. Metode Penulisan Sejarah. Semarang: FPIPS Jurusan Sejarah

IKIP Semarang.

Yoeti, Oka A. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit Angkasa.

Page 60: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

141

LAMPIRAN

Page 61: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

142

LAMPIRAN 1

DATA STATISTIK KAMPOENG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

TAHUN 1997-2004

No Kategori Tahun

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

1. Luas penggunaan

tanah (Ha)

Perumahan 16,96 16,96 16,96 16,96 16,96 16,96 16,96 16,96

Jasa 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52 0,52

Perusahaan 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67

Industri 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

Lain-lain 4,18 4,18 4,18 4,18 4,18 4,18 4,18 4,18

Luas wilayah 24,83 24,83 24,83 24,83 24,83 24,83 24,83 24,83

2. Banyaknya RT, RW,

dan KK

RT 10 10 10 10 10 10 10 10

RW 3 3 3 3 3 3 3 3

KK 530 525 525 523 523 520

3. Luas wilayah,

Jumlah penduduk,

Sex ratio, dan tingkat kepadatan

Luas wilayah (Km) 0,248 0,248 0,248 0,248 0,248 0,248

Jumlah penduduk 2.275 2.296 2.315 2.369 2.404 2.425

Sex ratio 871 883 899 904 907

Tingkat kepadatan 9.173 9.184 9.335 9.552 9.694

4. Banyaknya penduduk menurut

kelompok umur dan

jenis kelamin (jiwa)

0-4 tahun Lk 57 63 50 31 45 30 42 45

Pr 60 68 45 43 45 36 41 41

Jml 117 131 95 74 90 66 83 86

5-9 tahun Lk 115 115 115 80 75 56 58 59

Pr 130 130 130 95 81 76 79 80

Jml 245 245 245 175 156 132 137 139

10-14 tahun Lk 117 116 116 115 115 100 100 109

Pr 131 131 131 117 124 126 126 180

Jml 248 247 247 232 239 226 226 289

15-19 tahun Lk 119 117 116 120 121 124 135 135

Pr 135 131 131 130 134 136 149 149

Jml 254 248 247 250 255 260 284 284

20-24 tahun Lk 119 119 117 131 131 132 133 137

Pr 136 133 131 132 142 145 147 146

Jml 255 252 248 263 273 277 280 283

25-29 tahun Lk 117 119 118 138 136 148 145 146

Pr 135 134 132 144 150 156 155 153

Jml 252 253 250 282 286 304 300 299

30-39 tahun Lk 118 118 118 143 141 156 155 153

Pr 137 134 133 150 154 157 151 157

Jml 255 252 251 293 295 313 306 310

40-49 tahun Lk 117 119 119 144 142 158 156 156

Pr 137 134 133 153 156 147 164 164

Jml 254 253 252 297 298 325 320 320

50-59 tahun Lk 115 119 120 137 141 165 163 167

Pr 138 134 134 139 150 169 165 171

Jml 253 253 254 276 291 334 328 338

60+ tahun Lk 65 72 107 113 91 83 82 82

Pr 77 90 119 114 130 105 100 100

Jml 142 162 226 227 221 188 182 182

Total Lk 1.059 1.077 1.096 1.152 1.138 1.152 1169 1189

Pr 1.216 1.219 1.219 1.217 1.266 1.273 1277 1341

Jml 2.275 2.296 2.315 2.369 2.404 2.425 2446 2530

5. Banyaknya

penduduk menurut jenis kelamin,

dewasa dan anak

(jiwa)

Dewasa Lk 770 783 815 926 903 966

Pr 895 890 913 962 1.016 1.035

Jml 1.665 1.673 1.728 1.888 1.919 2.001

Anak Lk 289 294 281 226 235 186

Pr 321 329 306 225 250 238

Jml 610 623 587 451 485 424

Dewasa dan

anak

Lk 1.059 1.077 1.096 1.152 1.138 1.152

Pr 1.216 1.219 1.219 1.217 1.266 1.273

Jml 2.275 2.296 2.315 2.369 2.404 2.425

6. Banyaknya kelahiran dan

Kelahiran Lk 18 17 17 12 11 0 1 3

Pr 15 18 7 26 10 0 0 0

Page 62: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

143

Sumber: Diolah dari Buku Surakarta dalam Angka tahun 1997-2002 (Data BPS

Kota Surakarta dan BPS Provinsi Jawa Tengah), sedangkan data tahun 2003-

2004 diperoleh dan diolah dari data-data di Dispendukcapil Surakarta, Bapermas

Surakarta, dan Monografi Kelurahan Laweyan.

kematian (jiwa) Jml 33 35 24 38 21 0 1 3

Kematian Lk 9 14 9 4 3 0 0 0

Pr 5 10 10 14 3 0 1 0

Jml 14 24 19 18 6 0 1 0

7. Banyaknya

penduduk datang

dan pindah (jiwa)

Datang Lk 25 38 30 30 9 0 4 0

Pr 29 28 26 36 16 0 0 0

Jml 54 66 56 66 25 0 4 0

Pindah Lk 25 23 19 9 9 0 4 2

Pr 30 33 23 23 11 2 4 0

Jml 55 56 42 32 20 2 8 2

8. Banyaknya

penduduk menurut

mata pencaharian

Pengusaha 22 22 22 22 22 22 22 22

Buruh Industri 447 450 450 600 500 600 600 600

Buruh bangunan 368 336 350 350 150 200 200 200

Pedagang 50 50 90 100 200 150 150 150

Pengangkutan 15 20 20 30 25 25 25 27

PNS/ABRI 77 77 100 100 75 75 75 75

Pensiunan 45 50 75 75 25 40 25 28

Lain-lain 387 420 620 611 1.161 1.115 1111 1111

Jumlah 1.411 1.425 1.727 1.888 2.158 2.227 2208 2213

9. Banyaknya

penduduk menurut agama (jiwa)

Islam 2.122 2.143 2.158 2.212 2.247 2.265 2288 2370

Kristen Katholik 75 75 79 79 79 80 80 82

Kristen Protestan 65 68 68 68 68 70 70 70

Budha 5 5 5 5 5 5 5 5

Hindu 5 5 5 5 5 5 3 3

Jumlah 2.275 2.296 2.315 2.369 2.404 2.425 2446 2530

10. Banyaknya

penduduk menurut

tingkat pendidikan

(usia 5 tahun ke

atas)

Tamat Akademi/

Perguruan Tinggi

387 400 210 215 230 230 487 487

Tamat SLTA 380 394 575 607 618 598 408 404

Tamat SLTP 594 590 555 586 611 578 570 475

Tamat SD 466 459 520 590 600 548 546 546

Tidak tamat SD 100 97 100 70 50 50 145 145

Belum tamat SD 226 220 255 222 200 350 143 149

Tidak sekolah 5 5 5 5 5 5 5 5

Jumlah 2.158 2.165 2.220 2.295 2.314 2.359 2304 2211

11. Banyaknya Keluarga Sejahtera

(KS) menurut

tahapan

Pra KS

Ekonomi 0 85 22 19 8 10 12 6

Non ekonomi 0 0 6 0 3 3 0 0

KS I Ekonomi 20 101 52 67 46 50 50 60

Non ekonomi 0 18 47 43 37 42 34 30

KS II 38 84 87 84 79 66 70 63

KS III 291 117 159 166 209 206 201 214

KS III Plus 104 56 60 61 89 89 79 82

12. Banyaknya

kendaraan bermotor dan tidak bermotor

Mobil dinas 0 0 0 0 0 0

Mobil pribadi 22 22 50 50 50 50

Taksi 0 0 0 0 0 0

Oplet/Colt 15 15 20 20 20 20

Bus 0 0 0 0 0 0

Truk 1 1 0 0 0 0

Sepeda 409 385 200 200 200 200

Sepeda motor 195 200 300 300 300 300

Andong 9 10 10 10 3 3

Gerobak 2 2 5 5 5 5

Becak 3 6 10 10 5 5

13. Banyaknya Radio dan televisi

Radio 196 200 150 150

Televisi 190 200 500 500

Page 63: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

144

LAMPIRAN 2

DATA PERTUMBUHAN UNIT INDUSTRI BATIK LAWEYAN

No. Nama Perusahaan Tahun

2004

Tahun

2005

Tahun

2006

Tahun

2007

Tahun

2008

Klasifikasi

Unit Usaha

1. Batik Saud Effendi B A A A A Menengah

2. Batik Cahaya Putra B A A D D Menengah

3. Batik Luar Biasa B A A A A Kecil

4. Batik Putra Laweyan B A A A A Menengah

5. Batik Merak Manis B A A A A Besar

6. Tjokrosumarto B B B B B Menengah

7. Batik Adityan B B A A A Menengah

8. Batik Merak Ati B B A A A Menengah

9. Batik Multisari B B B B B Menengah

10. Batik Gress Tenan B B A A A Menengah

11. Batik Amelia B B B A A Menengah

12. Batik Gunawan Design B A A A A Besar

13. Batik Cempaka B A A A A Menengah

14. Batik Puspa Kencana B A A A A Besar

15. Batik Nurlan F F F F F Kecil

16. Batik Molina F F F F F Kecil

17. Batik Lawasan B B B B B Kecil

18. Batik Sidoluhur C C D D D Menengah

19. Batik Surya Pelangi B B B A A Menengah

20. Batik Putri Solo C C D D D Kecil

21. Batik Anna Collection C C C C C Kecil

22. Batik Oke (Bp. Suyadi) B B B B B Besar

23. Batik Nugroho E E E E Kecil

24. Batik Nesa Noer E - - - -

25. Batik Mahkota Laweyan A A A A Kecil

26. Batik Doyohadi C C C C Kecil

27. Batik Candi Kencana E E E E Menengah

28. Batik Tjahaja Baru E E E E Kecil

29. Batik Purworaharjo B B B B Besar

30. Batik Catleya B A Kecil

31. Batik Santika C C C C Kecil

32. Batik Mustika C C C C Menengah

33. Batik Marin C D D D Kecil

34. Batik Farhan F F F Kecil

35. Batik Supriyarso B B B Besar

36. Batik Putro Hadi C Kecil

37. Batik Kencana Murni E Kecil

38. Batik Laweyan Art A Kecil

39. Batik Ivy E Kecil

40. Batik Romanza A Kecil

41. Batik Sindjang SG E Kecil

42. Batik Putra Pelangi E Kecil

43. Batik Griya Pendapi E Kecil

44. Batik Mbah Zaini E Kecil

45. Batik Galery Merpati E Kecil

46. Batik 75 E Menengah

Page 64: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

145

47. Batik Satrio Luhur D Kecil

48. Batik Isti E Kecil

49. Batik Pratama A Menengah

50. Batik Tiga Negeri E Kecil

51. Batik Sidomulyo E Kecil

52. Laweyan HY E Kecil

Jumlah 22 32 33 34 52

Keterangan:

A. Industri batik (proses sampai dengan showroom)

B. Industri batik (proses)

C. Industri batik (konveksi)

D. Industri batik (konveksi sampai dengan showroom)

E. Showroom

F. Pedagang batik

Sumber: Data Kantor Kelurahan Laweyan.

Page 65: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

146

LAMPIRAN 3

INDIKATOR KELUARGA SEJAHTERA

No. Kategori/Golongan Indikator

1. Keluarga Pra

Sejahtera

Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal,

seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan,

kesehatan dan pendidikan.

2. Keluarga Sejahtera I Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat

memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya

(soscio psychological needs), seperti kebutuhan ibadah,

makan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi

keluarga, dalam keadaan sehat, mempunyai penghasilan,

bisa baca tulis latin dan keluarga berencana.

3. Keluarga Sejahtera II Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat

memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan

tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan

pengembangannya (developmental needs) seperti

kebutuhan untuk peningkatan agama, menabung,

berinteraksi dalam keluarga, ikut melaksanakan kegiatan

dalam masyarakat, dan mampu memperoleh informasi.

4. Keluarga Sejahtera III Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh

kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan

kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat

memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal

terhadap masyarakat, seperti secara teratur (waktu

tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material

dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan

serta berperan serta secara aktif dengan menjadi

pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan

sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan

sebagainya.

5. Keluarga Sejahtera III

Plus

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi

seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial

psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta

telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan

berkelanjutan bagi masyarakat.

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas) Kota Surakarta.

Page 66: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

147

LAMPIRAN 4

STRUKTUR KEPENGURUSAN FORUM PENGEMBANGAN

KAMPOENG BATIK LAWEYAN (FPKBL)

Sumber: Data FPKBL.

Page 67: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

148

LAMPIRAN 5

RATA-RATA HARGA 9 BAHAN POKOK DI SURAKARTA TAHUN 1997

Sumber: Data BPS Kota Surakarta.

Page 68: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

149

LAMPIRAN 6

SK PENETAPAN LAWEYAN SEBAGAI KAWASAN WISATA

Page 69: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

150

LAMPIRAN 7

SK PENETAPAN LAWEYAN SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA

Page 70: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

151

Page 71: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

152

Page 72: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

153

Page 73: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

154

Page 74: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

155

Page 75: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

156

Page 76: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

157

Page 77: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

158

Page 78: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

159

LAMPIRAN 8

PEDOMAN WAWANCARA

A. Untuk mengetahui gambaran umum Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa

Reformasi 1998-2004.

Narasumber: Pejabat pemerintahan (Perangkat desa: Lurah), Orang yang dituakan.

Pertanyaan:

1. Bagaimana kondisi geografis Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada tahun 1998-

2004? (meliputi: luas wilayah, batas wilayah, dll).

2. Berapa jumlah warga Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada tahun 1998-2004?

(beserta data tingkat pendidikan, pekerjaan, kelahiran, kematian, dll).

3. Bagaimana kondisi umum kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik pemerintahan

masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta?

4. Bagaimana kondisi umum kehidupan sosial masyarakat Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta? Bagaimana hubungan antarkelompok dan hubungan antara masyarakat

Laweyan dengan lingkungan sekitar?

5. Bagaimana kondisi umum kehidupan ekonomi masyarakat Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta? Bagaimana pertumbuhan pengusaha batik? Bagaimana kondisi produksi dan

penjualan batik?

6. Bagaimana kondisi umum kehidupan budaya masyarakat Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta?

7. Bagaimana kondisi umum kehidupan politik pemerintahan masyarakat Kampoeng Batik

Laweyan Surakarta?

8. Bagaimana kondisi bangunan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada tahun 1998-

2004?

B. Untuk mengetahui dinamika kehidupan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta pada masa Reformasi 1998-2004.

Narasumber: Orang yang dituakan, Pengusaha batik, Anggota FPKBL, masyarakat Laweyan.

B.1. Kondisi Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada saat Krisis Ekonomi.

Pertanyaan:

1. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa

krisis ekonomi tahun 1997?

2. Bagaimana produksi dan penjualan batik pada masa krisis?

3. Bagaimana kondisi bangunan fisik Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa

krisis?

Page 79: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

160

4. Bagaimana masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta menyikapi (menghadapi)

kondisi krisis ekonomi pada 1997?

5. Bagaimana kondisi sosial, budaya, dan politik pemerintahan masyarakat Kampoeng Batik

Laweyan Surakarta pada masa krisis?

6. Perubahan apa yang terjadi terhadap kehidupan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta akibat dampak krisis ekonomi?

7. Bagaimana keterlibatan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta dalam

kerusuhan pada saat krisis?

8. Bagaimana kondisi pemerintahan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa krisis?

B.2. Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya pada

Masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta; Kehidupan masyarakat pascakrisis;

Hubungan antarkelompok sosial pada masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada

masa Reformasi 1998-2004.

Pertanyaan:

1. Bagaiamana kehidupan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa awal

Reformasi tahun 1998?

2. Apakah terjadi perubahan signifikan yang terjadi di Kampung Batik Laweyan Surakarta

pada masa sebelum dan sesudah terjadinya kerusuhan di Surakarta tahun 1998?

3. Perubahan-perubahan dalam hal apa saja dan seperti apa yang terjadi akibat adanya

kerusuhan di Surakarta tahun 1998?

4. Bagaimana hubungan antarkelompok sosial di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada

masa awal reformasi 1998 hingga tahun 2004?

5. Apakah ada pertemuan-pertemuan khusus antarkelompok sosial untuk membahas suatu

hal?

6. Apakah pernah terjadi pertentangan di antara kelompok-kelompok sosial tersebut?

Biasanya pertentangan disebabkan oleh apa? Lalu bagaimana cara menanggulanginya?

7. Bagaimana dampak krisis ekonomi (kerusuhan Mei 1998) terhadap kehidupan masyarakat

Kampoeng Batik Laweyan Surakarta?

8. Bagaimana kondisi produksi dan penjualan batik pada masa awal Reformasi 1998 hingga

tahun 2004?

9. Bagaimana persaingan antarpedagang batik di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta?

10. Apakah pernah terjadi konflik antarpedagang batik di Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta? Bagaimana cara menanggulanginya?

11. Apakah ada peraturan khusus yang mengatur perdagangan batik di Kampoeng Batik

Laweyan Surakarta supaya tidak menimbulkan konflik antara pedagang satu dengan yang

lain? Seperti apa peraturan tersebut?

Page 80: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

161

12. Apakah banyak pedagang batik yang alih profesi ketika produksi batik menurun? Profesi

apakah yang banyak dipilih? Atau jika tidak alih profesi, bagaimana cara mereka

memenuhi kebutuhan hidupnya?

13. Bagaimana kondisi fisik Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa Reformasi

1998-2004? Apakah terjadi pembangunan? Seperti apa?

14. Bagaimana kondisi pendidikan pada masa tersebut?

15. Bagaimana kehidupan sosial kemasyarakatan pada masa awal Reformasi? Apakah krisis

ekonomi memengaruhi kehidupan sosial kemasyarakatan? Serta bagaimana

perkembangannya?

16. Menurut informasi dari beberapa sumber, masyarakat Kampoeng Batik Laweyan terkenal

sebagai masyarakat yang tertutup, mengapa demikian?

17. Apa sajakah fungsi bungker-bungker yang berada di bawah rumah-rumah kuno Laweyan?

Mengapa sekarang banyak yang ditutup?

18. Bagaimana pembagian tugas antara pria dan wanita pada masyarakat Kampoeng Batik

Laweyan Surakarta?

19. Bagaimana hubungan antara masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta dengan

lingkungan sekitar?

20. Bagaimana kondisi pemerintahan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa

Reformasi 1998-2004?

21. Bagaiamana pengaruh krisis terhadap kehidupan budaya masyarakat Kampoeng Batik

Laweyan Surakarta? Budaya apa saja yang masih tetap berjalan dan apa saja yang hilang

sebab krisis? Mengapa demikian?

22. Bagaimana kehidupan politik masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada masa

awal Reformasi? Dan bagaimana perkembangannya?

23. Organisasi politik apa saja yang berkembang di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta,

serta bagaimana kondisi dan kontribusinya pada masa Reformasi 1998-2004?

24. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin pada masa Reformasi 1998-

2004?

B.3. Strategi Masyarakat untuk keluar dari keterpurukan pascakrisi, peran pemerintah

terhadap perkembangan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta.

Pertanyaan:

1. Bagaimana strategi yang dilakukan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta

untuk keluar dari keterpurukan pascakrisis?

2. Apa saja mata pencaharian masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta pada

pascakrisis, dan bagaimana kondisinya?

3. Ada berapa pengusaha batik yang bertahan pada pascakrisis dan bagaimana kondisinya?

Page 81: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

162

4. Bagaimana peran pemerintah terhadap kondisi masyarakat pada masa Reformasi 1998-

2004?

5. Bagaimana pengaruh Kampoeng Batik Laweyan Surakarta terhadap masyarakat sekitar?

C. Untuk mengetahui awal mula Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai Kawasan

Wisata.

Narasumber: Anggota FPKBL, masyarakat Laweyan.

Pertanyaan:

1. Bagaimana awal mula terbentuknya Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai

Kawasan Wisata?

2. Apa hal yang melatarbelakangi terbentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik

Laweyan (FPKBL)?

3. Bagaimana peran pemerintah terhadap pembentukan Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta sebagai Kawasan Wisata?

4. Bagaimana perubahan kondisi fisik pada saat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta telah

menjadi Kawasan Wisata?

5. Seperti apa pembangunan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai Kawasan Wisata?

6. Bagaimana pengaruh Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai Kawasan Wisata

terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat?

7. Bagaimana pengaruh Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai Kawasan Wisata

terhadap kehidupan masyarakat Surakarta?

8. Bagaimana pengaruh Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai Kawasan Wisata

terhadap pemerintah Kota?

9. Bagaimana manajemen Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai Kawasan Wisata?

10. Bagaimana kondisi produksi dan penjualan batik pasca Kampoeng Batik Laweyan

Surakarta ditetapkan sebagai Kawasan Wisata?

11. Apa saja yang ditawarkan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai Kawasan Wisata

terhadap masyarakat luas supaya tertarik untuk mengunjungi kawasan tersebut?

12. Bagaimana tanggapan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan Surakarta atas dibentuknya

Kampoeng Batik Laweyan Surakarta sebagai Kawasan Wisata, apakah pro atau kontra,

mengapa?

Narasumber: masyarakat Laweyan yang mengalami peristiwa Reformasi 1998.

Pertanyaan:

1. Apakah pekerjaan Anda sehari-hari?

2. Sejak kapan Anda menjalani profesi tersebut?

3. Mengapa Anda memilih profesi tersebut?

Page 82: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

163

4. Bagaimana cara Anda menghadapi persaingan dengan orang lain yang seprofesi dengan

Anda?

5. Bagaimana kondisi kehidupan Anda pada saat terjadi kerusuhan di Surakarta tahun 1998

lalu?

6. Bagaimana cara Anda memenuhi kebutuhan Anda pascakerusuhan tersebut?

7. Seperti apa bentuk sosialisasi yang Anda lakukan dalam masyarakat yang terbagi dalam

beberapa kelompok sosial?

8. Apakah ada semacam perkumpulan atau komunitas tertentu dalam masyarakat?

9. Seperti apa perkumpulan tersebut? Siapa saja anggotanya? Lalu kapan waktu untuk

berkumpul, dan hal apa saja yang kerap dibahas dalam perkumpulan itu?

10. Apakah ada budaya khas daerah Kampung Batik Laweyan Surakarta yang tidak

terpengaruh oleh kebudayaan keraton? Seperti apa itu?

11. Apakah pernah terjadi konflik antarkelompok sosial masyarakat di Kampung Batik

Laweyan Surakarta? Biasanya dipicu oleh apa konflik tersebut? Lalu bagaimana

masyarakat menyikapinya? Bagaimana penyelesaiannya?

Page 83: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

164

LAMPIRAN 9

DATA NARASUMBER

1. Nama : Sarjono Siswoharjono

TTL : Surakarta, 28 November 1927

Umur : 87 tahun

Pekerjaan : Pensiunan PNS Inspeksi Sekolah Rakyat (Dikpora Solo)

Pendidikan : Sekolah Guru Desa

No. Telp. : -

Alamat : Kp. Sayangan Kulon RT.01/RW.III, Laweyan, Solo.

2. Nama : Achmad Sulaiman

TTL : Surakarta, 12 Juli 1948

Umur : 66 tahun

Pekerjaan : Pengusaha (Pemilik Batik Puspa Kencana Laweyan)

Pendidikan : SMA

No. Telp. : 08122972710

Alamat : Jl. Sidoluhur 75 Kampoeng Batik Laweyan, Solo.

3. Nama : Harun Muryadi

TTL : Surakarta, 08 Agustus 1948

Umur : 66 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Pendidikan : STM

No. Telp. : -

Alamat : Setono RT.II/RW.II Laweyan, Laweyan, Solo.

Page 84: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

165

4. Nama : Yuyuk Yuniman, S.E.

TTL : Purworejo, 06 Juni 1961

Umur : 54 tahun

Pekerjaan : Lurah Laweyan

Pendidikan : S1

No. Telp. : 08172845045

Alamat : Jl. Dr. Radjiman 521 Solo.

5. Nama : Eko Margiyanto

TTL : Surakarta, 30 Juli 1969

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Karyawan Batik Mahkota/Pengelola sekretariat FPKBL

Pendidikan : SMA

No. Telp. : 02717985127

Alamat : Kp. Panularan RT.5/RW.2 Laweyan, Solo.

6. Nama : Arif Budiman Effendi

TTL : 21 Oktober 1978

Umur : 36 tahun

Pekerjaan : Swasta/Staf Bidang Informasi dan Teknologi FPKBL

Pendidikan : SMA

No. Telp. : 0271712078/085293342241

Alamat : Jl. Nitik No. 3 Laweyan, Solo.

7. Nama : M. Aziz Fathony

TTL : Surakarta, 21 Desember 1987

Umur : 28 tahun

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : D3

No. Telp. : 085647115449

Alamat : Jl. Sido Asih Barat, Purwosari, Laweyan, Solo.

Page 85: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

166

LAMPIRAN 10

FOTO-FOTO NARASUMBER

Gambar 2. Foto Sarjono Siswoharjono

(Warga Asli Laweyan/Pensiunan PNS)

– Selasa, 13 Januari 2015.

Gambar 4. Foto bersama Harun

Muryadi (Pemilik Rumah dengan

Bungker di dalamnya yang Dibuka

untuk Umum) – Senin, 09 Februari

2015.

Gambar 3. Foto bersama H. Achmad

Sulaiman (Pengusaha/Pemilik Gerai

Batik Halus Puspa Kencana Laweyan)

– Kamis, 08 Januari 2015.

Gambar 5. Foto bersama Yuyuk

Yuniman, S.E. (Lurah Laweyan) -

Rabu, 07 Januari 2015.

Page 86: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

167

Gambar 6. Foto bersama Eko

Margiyanto (Karyawan Batik Mahkota

Laweyan & Pengelola Sekretariat

FPKBL) – Rabu, 07 Januari 2015.

Gambar 8. Foto bersama M. Aziz

Fathony (Karyawan Gerai Batik Putra

Laweyan dan Batik Bintang Laweyan)

– Selasa, 13 Januari 2015.

Gambar 7. Foto bersama Arif

Budiman Effendi (Pengusaha/Pemilik

Gerai Marin Rumah Mode dan Batik,

Karunia Travel/ Ketua Bidang

Informasi dan Teknologi FPKBL) –

Selasa, 13 Januari 2015.

Page 87: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

168

LAMPIRAN 11

ARSIP KORAN

Wawasan, 08 Agustus 2004 hlm. 7.

Page 88: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

169

Lanjutan...

Page 89: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

170

Lanjutan...

Page 90: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

171

Lanjutan...

Page 91: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

172

Lanjutan...

Page 92: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

173

Kompas, 11-08-2013 hlm. 13.

Page 93: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

174

Lanjutan...

Page 94: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

175

Lanjutan...

Page 95: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

176

LAMPIRAN 12

FOTO KONDISI LINGKUNGAN LAWEYAN

Gambar 9. Peta Kota Surakarta (Dok. wikipedia.org).

Gambar 10. Peta Kampoeng Batik Laweyan Surakarta (Dok. Pribadi).

Page 96: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

177

Gambar 11. Gapura masuk kawasan

Laweyan (Dok. Pribadi).

Gambar 12. Jalan di antara dua

benteng di Laweyan (Dok. Pribadi)

Gambar 13. Jalan di Laweyan tahun

2004 (Dok. FPKBL).

Gambar 14. Kantor Kelurahan

Laweyan tahun 2015 (Dok. Pribadi).

Gambar 15. Kantor Kelurahan

Laweyan tahun 2001 (Dok. Kelurahan

Laweyan).

Gambar 16. Langgar Merdeka tahun

2006 (Dok. FPKBL).

Page 97: LAWEYAN DALAM PERIODE KRISIS EKONOMI HINGGA …lib.unnes.ac.id/22620/1/3111411014-s.pdf · Untuk memperoleh gelar Sarjana Sejarah Oleh: IBNU MAJAH NIM 3111411014 ... masa kejayaan

178

Gambar 17. Masjid Laweyan tahun

2004 (Dok. FPKBL).

Gambar 18. Masjid Al Ma’moer

Laweyan (Dok. Pribadi).

Gambar 19. Bungker Laweyan (Dok.

Pribadi).

Gambar 20. Pengajian warga Laweyan

tahun 2008 (Dok. FPKBL).

Gambar 21. Kesenian Keroncong di Laweyan

(Dok. kampoengbatiklaweyan.org).

Gambar 22. Pembatik di Laweyan

(Dok. Pribadi).