lapsus ikm rizka_hipertensi

55
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LAPORAN KASUS INDIVIDU HIPERTENSI Oleh RIZKA DILA PRATAMI H1A 010 0029 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA 0

Upload: rizka-icha-dila-pratami

Post on 08-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

hggg

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KASUS INDIVIDU

HIPERTENSI

Oleh

RIZKA DILA PRATAMI

H1A 010 0029

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

PUSKESMAS KEDIRI

2015

0

Page 2: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang diderita oleh

hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah penderita hipertensi sendiri

terus bertambah setiap tahunnya. Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di

dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Riset

Kesehatan Daasar (RISKESDAS) tahun 2007 mendapatkan prevalensi hipertensi pada

penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi yakni mencapai 31,7% dengan

penduduk yang mengetahui dirinya menderita hipertensi hanya 7,2% dan yang minum obat

antihipertensi hanya 0,4%. Sedangkan Menurut Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VIII (JNC-VIII), hampir 1

milyar orang menderita hipertensi di dunia. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia atau

WHO, hipertensi merupakan penyebab nomor 1 kematian di dunia. Data tahun 2010 di

Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas

menderita hipertensi.1,2,3,4,5,8

Di Indonesia sendiri berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2013, terjadi peningkatan

prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum

obat hipertensi) dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Provinsi dengan

prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun berdasarkan wawancara yang tertinggi pada tahun

2013 ialah Provinsi Sulawesi Utara (15,2%), kemudian disusul Provinsi Kalimantan Selatan

(13,3%), dan di Yogyakarta (12,9%). Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Provinsi

Papua (3,3%), kemudian disusul oleh Papua Barat (5,2%), dan Riau (6,1%). Kenaikan

prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Barat, yakni 4,7% pada tahun 2007 menjadi

9,6% pada tahun 2013. Sedangkan penurunan prevalensi terbanyak terdapat di Provinsi Riau,

yaitu dari 8,2% pada tahun 2007 menjadi 6,1% pada tahun 2013.6

Di Puskesmas Kediri sendiri, merupakan penyakit yang termasuk dalam 10 besar

penyakit rawat jalan dengan jumlah naik turun dari tahun ke tahun. Dari data-data tersebut di

atas, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan angka kejadian hipertensi. Dalam

hal ini, Puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang

bertanggung jawab terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki

peranan yang sangat penting demi tercapainya tujuan tersebut.9,10,11,12

1

Page 3: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

BAB II

GAMBARAN PENYAKIT HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDIRI

Berdasarkan data dari Puskesmas Kediri, hipertensi masih termasuk dalam 10

penyakit terbanyak terutama pada tahun 2014, dimana setiap bulannya hipertensi berada pada

urutan 10 penyakit terbanyak pada rawat jalan dan rawat inap. Jumlah kasus hipertensi pada

rawat jalan pada tahun 2014 sebanyak 2111 kasus. Jumlah ini ternyata lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013 mencapat 2056. Jumlah kasus

hipertensi pada rawat inap pada tahun 2014 sebanyak 38 kasus, jumlahnya menurun

dibandingkan tahun 2013 yaitu 43 kasus. Sejak bulan September 2014 hingga bulan Mei

2015, selalu terdapat kasus hipertensi baru dengan jumlah rata-rata 3 kasus per bulan. Kasus

baru terbanyak ditemukan pada usia 45-54 tahun, dengan perbandingan laki-laki : perempuan

15 : 11.9,10,11,12

Grafik 1. Daftar 10 Macam Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Kediri Tahun

2013

2

Page 4: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

ISPA

Dispep

siaDiar

e

Hiperten

si

Observa

si feb

ris

Peny.

pulpa& ja

ringa

n periap

ikal

Peny.

kulit

infeksi

Penya

kit ku

lit ale

rgiAsm

a

penya

kit otot d

an ja

ringa

n ikat

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

10 Macam Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Kediri Tahun 2013

Grafik 2. Daftar 10 Macam Penyakit Terbanyak Rawat Inap Puskesmas Kediri Tahun

2013

Diare

Tiroid

Pneumonia

Dispep

sia ISPA

DBDAsm

a

Hiperten

si

Obs. Feb

ris

Disentri

0

50

100

150

200

250

10 Macam Penyakit Terbanyak Rawat Inap Puskesmas Kediri Tahun 2013

3

Page 5: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Grafik 3. Daftar 10 Macam Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Kediri Tahun

2014

Infeksi s

aluran

pernap

asan ak

ut

Penya

kit dara

h tinggi p

rimer

Diare (

termasu

k koler

a)

Gastriti

s

Peny.

Pulpa & ja

r. Peri

apika

l

Penya

kit ku

lit infek

si

Demam

karen

a seb

ab la

in

Peny.

Lain pad

a salu

ran pern

apasa

n atas

Peny.

Pada o

tot & ja

ringa

n ikat

Penya

kit ku

lit ale

rgi0

1000200030004000500060007000

10 Macam Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Kediri Tahun 2014

Grafik 3. Daftar 10 Macam Penyakit Terbanyak Rawat Inap Puskesmas Kediri Tahun

2014

Diare

Tifoid

Pneumonia

Dispep

sia DBDISP

A

Obs. Feb

ris

Hiperten

siAsm

aCHF

0

50

100

150

200

250

300

10 Macam Penyakit Terbanyak Rawat Inap Puskesmas Kediri Tahun 2014

4

Page 6: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Grafik 4. Jumlah Kasus Lama dan Kasus Baru Hipertensi tahun 2012-2014 Rawat

Jalan dan Rawat Inap Puskesmas Kediri Tahun 2012-2014

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 20141900

1950

2000

2050

2100

2150

2200

2250

2300

2350

Jumlah Kasus Lama dan Kasus Baru Hipertensi Tahun 2012-2014 Puskesmas

Kediri

Series 1kasus baru dan kasus lama hipertensi

Grafik 2. Data Jumlah Kasus Baru Hipertensi pada Rawat Jalan Puskesmas Kediri

Bulan September-Desember 2014

September Oktober November Desember0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Laki-lakiPerempuan

Jumlah Kasus Baru Hipertensi pada Rawat Jalan Puskesmas Kediri Bulan Sep-tember-Desember 2014

Grafik 3. Data Jumlah Kasus Baru Hipertensi pada Rawat Jalan Puskesmas Kediri

Bulan Januari-Mei 2015

5

Page 7: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Januari Februari Maret April Mei0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Laki-lakiPerempuan

Jumlah Kasus Baru Hipertensi pada Rawat Jalan Puskesmas Kediri Bulan Januari-Mei 2015

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darah melalui

pembuluh darah. Hipertensi terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih tinggi

dibandingkan kondisi normal secara persisten pada sistem sirkulasi.4

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140

mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Menurut WHO (2011) batas normal

tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80

mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya

lebih dari 140/90 mmHg.4

Stadium hipertensi yang mencerminkan beratnya penyakit, menurut The Joint National

Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun

2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah

Diastolik (TDD) sebagai berikut:1

a) Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg

6

Page 8: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

b) Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg

c) Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99

mmHg

d) Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg

Menurut petunjuk WHO-ISH klasifikasi hipertensi menyerupai JNC VI, yaitu:

a) Optimal bila tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg

b) Normal bila tekanan sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastolik <85 mmHg

c) Normal tinggi bila tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89

mmHg

d) Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah

diastolik 90-99 mmHg

e) Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah

diastolik 100-109 mmHg

f) Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan tekanan darah diastolik

≥110 mmHg

g) Hipertensi sistolik (Isolated Sistolic Hypertension) bila tekanan sistolik ≥140 mmHg dan

tekanan darah diastolik <90 mmHg

Etiologi hipertensi tidak diketahui pada lebih dari 95% kasus kenaikan tekanan darah.

Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan yang penting dan bebas antara

tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung koroner, stroke, gagal

jantung, dan kerusakan fungsi ginjal.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

A. Berdasarkan Penyebab

a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)

Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang penyebabnya tidak

diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak

(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi

primer kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah

kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.4

Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan

darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vaskular sehingga tekanan darah

meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vaskular perifer bertambah, atau

7

Page 9: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

keduanya. Meskipun mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan

perubahan-perubahan tersebut, hipertensi sebagai kondisi klinis biasanya diketahui beberapa

tahun setelah kecenderungan ke arah sana di mulai.4

Pada hipertensi yang baru mulai curah jantung biasanya sedikit meningkat dan

resistensi perifer normal. Pada tahap hipertensi lanjut, curah jantung cenderung menurun dan

resistensi perifer meningkat. Adanya hipertensi juga menyebabkan penebalan dinding arteri

dan arteriol. Banyaknya faktor yang mempengaruhi dan mungkin berbeda antar individu

menyebabkan penelitian etiologinya semakin sulit.4

8

Page 10: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi non Esensial)

Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5-10% penderita

hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah

kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Sekitar 5% prevalensi hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat

dikelompokkan seperti di bawah ini:

a) Penyakit parenkim ginjal (3%). Setiap penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis,

pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) akan menyebabkan kerusakan parenkim akan

cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan

kerusakan ginjal.

b) Penyakit renovaskular (1%). Terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan

darah ginjal dan secara umum dibagi atas aterosklerosis, yang terutama mempengaruhi

sepertiga bagian proksimal arteri renalis dan paling sering terjadi pada pasien usia lanjut,

dan fibrodisplasia yang terutama mempengaruhi 2/3 bagian distal.

c) Endokrin (1%). Pertimbangan aldosteronisme primer (sindrom Conn) jika terdapat

hipokelemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan renin yang rendah akan

mengakibatkan kelebihan (overload) natrium dan air.4

B. Berdasarkan TDS dan TDD

Menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Pressure (JNC-VII) tahun 2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah

Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) sebagai berikut:

Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg

Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg

Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99

mmHg

Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg.1

Pada panduan JNC VIII, klasifikasi dan definisi hipertensi dan prehipertensi tidak

difokuskan, tetapi ambang batas pengobatan farmakologis didefinisikan.8

9

Page 11: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

2.2.3 Epidemiologi Hipertensi

A. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi

a. Orang

Menurut Kaplan (1991) prevalensi penderita hipertensi umumnya paling tinggi

dijumpai pada usia >40 tahun. Penderita kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah

otak 6-10 kali lebih besar pada usia 30-40 tahun.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan

prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas secara nasional mencapai 31,7%.

Berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun

yaitu 63,5% dan pada kelompok umur diatas 75 tahun yaitu 67,3%. Berdasarkan jenis

kelamin prevalensi hipertensi pada laki-laki sebesar 31,3% dan pada perempuan 31,9%.4

b. Tempat

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan

Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur (37,4%), Bangka

Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah (36,6%), DI Yogyakarta (35,8%),

Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara

Barat (32,4%), merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari

angka nasional (31,7%).4

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur

>18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri

(49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%),

Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan 10

kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 Tahun

terendah adalah Jayawijaya (6,8%), Teluk Wondama (9,4%), Bengkulu Selatan (11,0%),

Kepulauan Mentawai (11,1%), Tolikara (12,5%), Yahukimo (13,6%), Pegunungan Bintang

(13,9%), Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), dan Tulang Bawang (15,9%).4,5

Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai lebih rentan terhadap penyakit

hipertensi karana tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan

yang lebih banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

10

Page 12: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

c. Waktu

Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) di kalangan penduduk umur 25

tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi 0,3%

mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari

sebagai penderita sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari

faktor risiko. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, maka banyak diabaikan/terabaikan

sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi esensial dan hanya 10%

penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal dan kelainan pembuluh

darah. Angka kesakitan hipertensi pada dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya cenderung

meningkat menurut peningkatan usia.

Sedangkan hasil SKRT 2004 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 12,2%

dan wanita 15,5%.22 Berdasarkan laporan riskesdas tahun 2007 prevalensi hipertensi di

Indonesia saat ini mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa. 4

2.2.4 Faktor Resiko Hipertensi

a. Umur

Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja. Orang berusia muda yang

menyandang hipertensi cenderung memiliki tekanan diastolik tinggi sedangkan orang lanjut

usia cenderung memiliki tekanan sistolik tinggi. Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi

pada orang berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara alami cenderung

meningkat seiring bertambahnya usia.4

Pada sebagian besar populasi di negara barat, TDS cenderung meningkat secara

progresif pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa untuk mencapai nilai rata-rata 140

mmHg pada usia 70-an atau 80-an. Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen

Kesehatan, kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun. 4

Di Inggris, prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20%

dan meningkat lebih dari 50% pada usia diatas 60 tahun. Tekanan darah tinggi juga dapat

terjadi pada usia muda namun prevalensinya rendah (kurang dari 20%).4

b. Jenis Kelamin

Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah antara

laki-laki dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria cenderung menunujukkan

aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang

11

Page 13: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

setengah baya. Perubahan pada masa tua antara lain dapat dijelaskan dengan tingkat kematian

awal yang lebih tinggi pada pria pengidap hipertensi. Menurut Pusat Pendidikan Tenaga

Kesehatan Departemen Kesehatan, komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki. 4

c. Status sosioekonomi

Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan ekonomi dan

epidemiologi selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi

yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan yang terbalik itu

ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. Akan tetapi, dalam

masyarakat yang berada dalam masa peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah

dan prevalensi hipertensi lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi lebih tinggi. 4

d. Genetika

Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor genetik.

Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan

darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibanding dengan anak adopsi. Hal

ini menunujukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti

makanan dan status sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah. 4

e. Ras atau suku bangsa

Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada masyarakat kulit

hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain. Suku mungkin berpengaruh pada

hubungan antara umur dan tekanan darah, seperti yang ditunjukkan oleh kecenderungan

tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada

orang Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang orang Amerika berkulit putih.

Sementara itu ditemukan variasi antar suku di Indonesia. Di lembah Baliem Jaya, Papua

kejadian hipertensi terendah yaitu 0,6%, sedangkan yang tertinggi terdapat di Jawa Barat

pada suku Suku Sunda yaitu 28,6%.4,5

f. Lemak dan kolesterol

Pola makan penduduk yang tinggi di kota-kota besar berubah dimana fast food dan

makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang dikonsumsi sehari-hari. Mengurangi diet

lemak dapat menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg dan bila dikombinasikan dengan

12

Page 14: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

meningkatkan konsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan tekanan darah sebesar 11/6

mmHg. Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan

penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak. 3,4,5

g. Konsumsi Garam

Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan

tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat menyebabkan

tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, diet tinggi garam

dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus memompa lebih keras untuk

mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang sempit. Akibatnya adalah hipertensi.

Hal ini sebaliknya juga terjadi, ketika asupan natrium berkurang maka begitu pula volume

darah dan tekanan darah pada beberapa individu. 1,4

h. Alkohol

Alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Orang-orang yang minum alkohol terlalu

sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada individu

yang tidak minum atau minum sedikit alkohol. Lebih dari dua minuman keras sehari akan

menimbulkan peningkatan signifikan. Diperkirakan 5-10% hipertensi pada laki-laki Amerika

disebabkan langsung oleh konsumsi alkohol.

Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO mengatakan bahwa pada beberapa populasi,

konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi. Jika minuman keras

diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5

mmHg per satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai aras TDS dan TDD lebih

tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali

seminggu. 4

i. Kelebihan Berat Badan (Overweight)

Anak dan dewasa yang kegemukan menderita lebih banyak hipertensi dan penambahan

berat badan biasanya diikuti oleh kenaikan tekanan darah. Walaupun kalori tambahan yang

bertanggung jawab bagi kenaikan berat badan, dapat menginduksi hipertensi karena ia

membawa natrium tambahan.

Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO pada kebanyakan kajian, kelebihan berat

badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat hipertensi. Pada populasi Barat,

jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh kelebihan berat badan diperkirakan 30-65%.

13

Page 15: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Secara umum, populasi saat ini cenderung semakin kelebihan berat badan. Massa tubuh

dapat dihitung dengan indeks massa tubuh (body mass index) melalui pengukuran tinggi

badan dan berat badan, dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan sehat bila IMT

20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥27. 4

j. Rokok

Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga

menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar nikotin,

akibatnya viskositas darah meningkat sehingga timbul hipertensi. Merokok dapat

meningkatkan tekanan darah secara temporer yaitu tekanan darah sistolik yang naik sekitar

10 mmHg dan tekanan darah diastolik naik sekitar 8 mmHg. Merokok juga dapat

menghapuskan efektivitas beberapa obat antihipertensi. Misalnya, pengobatan hipertensi

yang menggunakan terapi betablocker dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke

hanya bila pemakainya tidak merokok karena merokok merupakan faktor risiko utama untuk

munculnya penyakit kardiovaskular. 4

k. Stress

Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul

dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan

dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan tekanan darah

dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh

stress dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap. 4

l. Status Olahraga

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah

tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan,

tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan

darah adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik. 4

2.2.5 Gejala Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara

tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan

darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,

wajah kemerahan dan kelelahan.

14

Page 16: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut yaitu

sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang

terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita

hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi

pembengkakan di otak. 1,4

Hipertensi yang berujung pada komplikasi menunjukkan gejala kerusakan organ.

Adapun yang menjadi gejala kerusakan organ yaitu:

a) Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, penglihatan terganggu, serangan iskemik sesaat,

gangguan panca indera atau gerak

b) Jantung: berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, pergelangan kaki bengkak

c) Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria

d) Arteri perifer: tangan kaki dingin, pincang berkala (claudicatio intermittens). 1,4,5

2.2.6 Tatalaksana

Dalam menangani penyakit hipertensi, banyak organisasi kesehatan di dunia membuat

suatu pedoman dalam tata laksana hipertensi. Pada intinya pedoman-pedoman tersebut

berisikan cara mengatasi penyakit hipertensi dengan perubahan gaya hidup atau terapi non

farmakologi, obat yang digunakan dalam terapi farmaklogi dan target tekanan darah yang

ingin dicapai serta penanganan pada penderita hipertensi dengan keadaan khusus. Berikut ini

beberapa pedoman tata laksana hipertensi: 

1. Pedoman WHO dan International Society of Hypertension Writing Group (ISWG) 2003:  

a. Pasien hipertensi dengan tekanan darah sistole > 140 mmhg dan diastole > 90 mmhg

diawali dengan terapi non farmakologi seperti penurunan berat badan bagi penderita yang

obese/kegemukan, olahraga yang teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan garam, tidak

merokok dan mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah.

b. Terapi farmakologi : untuk penderita tanpa komplikasi pengobatan dimulai dengan

diuretik tiazid dosis rendah dan untuk penderita dengan komplikasi menggunakan lebih

dari satu macam obat hipertensi. 4

15

Page 17: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

2. Joint National Committee (JNC) berisikan:  

Tatalaksana menurut JNC VIII terdiri dari beberapa rekomendasi tergantung dari

kelompok umur, penyakit penyerta, dan lain-lain. Rekomendasi-rekomendasi tersebut yaitu:8

a. Rekomendasi 1

Pada usia ≥ 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk menurunkan tekanan darah

(TD) pada systolic blood pressure (SBP) ≥ 150 mmHg, atau diastolic blood pressure

(DBP) ≥ 90 mmHg dan diturunkan sampai SBP ≤ 150 mmHg dan DBP ≤ 90 mmHg

(Rekomendasi Kuat-Grade A).

b. Corollary Recommendation

Pada populasi umum usia ≥ 60 tahun, jika terapi farmakologi ternyata menurunkan

tekanan darah SBP lebih rendah dari target (SBP ≤ 140 mmHg) dan terapi dapat

ditoleransi tanpa ada efek samping yang menganggu maka terapi tidak perlu

penyusuaian (Pendapat Ahli-Grade).

c. Rekomendasi 2

Pada populasi umum dengan usia < 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk

menurunkan TD pada DBP ≥ 90 mmHg dan diturunkan sampai tekanan DBP ≤ 90

mmHg (untuk usia 30-59 tahun, Rekomendasi Kuat- Grade A; untuk usia 18-29

tahun, pendapat ahli-Grade E).

d. Rekomendasi 3

Pada populasi umum dengan usia < 60 tahun, inisiasi terapi farmakologi untuk

menurukan TD pada SBP ≥ 140 mmHg dan diturunkan sampai tekanan SBP < 140

mmHg (Pendapat Ahli-Grade E).

e. Rekomendasi 4

Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan Chronic Kidney Disease (CKD), inisiasi

terapi farmakologi untuk menurunkan TD pada SBP ≥ 140 mmHg atau DBP ≥ 90

mmHg dan target menurunkan sampai SBP < 140 mmHg dan DBP < 90 mmHg

(Pendapat Ahli-Grade E).

f. Rekomendasi 5

Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan diabetes, inisiasi terapi farmakologi

untuk menurunkan TD pada SBP ≥ 140 mmHg atau DBP ≥ 90 mmHg dan target

menurunkan sampai SBP < 140 mmHg dan DBP < 90 mmHg (Pendapat Ahli-Grade

E).

16

Page 18: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

g. Rekomendasi 6

Pada populasi bukan kulit hitam, termasuk dengan penyakit diabetes, inisiasi terapi

farmakologi harus mencakup, diuretik tipe thiazide, calcium channel blocker (CCB),

angiostensin-converting enzym inhibitor (ACEI) atau angiostensin receptor blocker

(ARB). (Rekomendasi : Sedang-Grade B)

h. Rekomendasi 7

Pada populasi kulit hitam, termasuk orang-orang dengan diabetes, initiasi terapi

farmakologi antihipertensi harus mencakup diuretik tipe thiazide, calcium channel

blocker (CCB) (untuk orang kulit hitam rekomendasi sedang-grade B; untuk orang

kulit hitam dengan diabetes rekomendasi lemah – grade C).

i. Rekomendasi 8

Pada populasi umum usia ≥ 18 tahun dengan CKD, inisiasi terapi farmakologi

antihipertensi harus mencakup obat ACEI atau ARB untuk meningkatkan fungsi

ginjal (Rekomendasi Sedang-Grade B)

j. Rekomendasi 9

Tujuan objektif dari terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan mempertahankan

tekanan darah sesuai target terapi. Jika tekanan darah tidak dapat mencapai target

terapi yang diinginkan dalam waktu 1 bulan terapi tekanan darah, dapat dilakukan

peningkatan dosis obat atau menambah golongan obat kedua dari salah satu golongan

obat pada rekomendasi 6 (diuretik tipe thiazide, CCB, ACEI atau ARB). Dokter harus

terus menilai perkembangan TD dan menyesuaikan regimen obat antihipertensi

sampai TD yang diinginkan dapat dicapai. Jika target tekanan darah tidak dapat

dicapai dengan pengunaan 2 jenis golongan obat antihipertensi, dapat dilakukan

penambahan dan titrasi obat ke 3 dari daftar yang telah tersedia. Jangan pernah

mengunakan obat ACEI dan ARB secara bersamaan pada 1 orang pasien. Jika target

tekanan darah tetap tidak dapat dicapai mengunakan terapi obat pada rekomendasi 6

karena ada kontraindikasi obat atau membutuhkan lebih dari 3 jenis obat, maka obat

dari golongan antihipertensi lainnya dapat digunakan. Rujukan ke spesialis perlu

dilakukan jika pasien tidak dapat mencapai target tekanan darah mengunakan strategi

yang di atas atau perlu dilakukan managemen komplikasi pada pasien.

17

Page 19: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

3. British Hypertensive Society (BHS)  

a. Terapi non farmakologi dilakukan pada pasien hipertensi dan mereka yang

keluarganya ada riwayat hipertensi

b. Pengobatan dimulai pada tekanan darah sistole >140 dan diastole > 90

c. Target yang ingin dicapai setelah pengobatan, sistole < 140 dan diastole < 85

d. obat pilihan pertama tiazid atau beta bloker bila tidak ada kontraindikasi. 4

4. National Heart Lung Blood Institute (NHLBI)  

a. Modifikasi gaya hidup sebagai penanganan menyeluruh, dapat dikombinasi dengan

terapi obat

b. Menerapkan pola makan DASH (Diet Approach to Stop Hypertension) untuk

penderita hipertensi

c. Hipertensi tanpa komplikasi harus dimulai dengan diuretik atau beta bloker

d. Hipertensi dengan penyakit penyerta, pemilihan obat harus berdasarkan masing-

masinghambat individu dan berubah dari mono terapi ke terapi kombinasi yang

fleksibel. 4

5. European Society of Hypertension (ESH)  

a. Fokus diberikan pada paien individual dan risiko kardiovaskularnya.

b. Penderita hipertensi dapat menerima satu atau lebih macam obat selama tujuan terapi

tercapai

c. Penatalaksanaan harus difokuskan pada pencapaian target pengobatan kardiovaskular

dengan perubahan gaya hidup atau dengan terapi obat

d. Kombinasi obat yang digunakan untuk mencapai target tekanan darah harus

ditetapkan secara individual pada masing-masing pasien

e. Penghambat ACE dan ARB tidak boleh digunakan pada kehamilan. 4

6. UK's NICE  

a. Penghambat ACE sebagai lini pertama bagi penderita hipertensi usia < 55 tahun dan

antagonis kalsium atau diuretika bagi penderita hipertensi > 55 tahun

b. ARB direkomedasikan jika penghambat ACE tidak dapat ditoleransi

c. Penggunakan beta bloker sebagai lini keempat. 4

18

Page 20: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

7. Pedoman   Hipertensi (Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia)  

Hasil konsensus Pedoman Penanganan Hipertensi di Indonesia tahun 2007 berisikan : 

a. Penanganan hipertensi ditujukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas

kardiovaskular (termasuk serebrovaskular) serta perkembangan penyakit ginjal dimulai

dengan upaya peningkatan kesadaran masyarakat dan perubahan gaya hidup ke arah yang

lebih sehat.

b. Penegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan dengan melakukan pemeriksaan tekanan

darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah <160/100 mmhg

c. Sebelum bertindak dalam penanganan hipertensi, perlu dipertimbangkan adanya risiko

kardiovaskular, kerusakan organ target dan penyakit penyerta. Penanganan dengan obat

dilakukan pada penderita dengan banyaknya faktor risiko 3 atau lebih  atau dengan

adanya kerusakan organ target,diabetes, penyakit penyerta, di samping perubahan gaya

hidup.

d. Penanganan dengan obat dilakukan bila upaya perubahan gaya hidup belum mencapai

target tekanan darah (masih >= 140/90 atau >= 130/80 bagi penderita diabetes/ penyakit

ginjal kronis).

e. Pemilihan obat didasarkan ada tidaknya indikasi khusus. Bila tidak ada indikasi khusus,

obat tergantung pada derajat hipertensi (derajat 1 atau derajat 2 JNC7). 1,4,5

2.2.7 Komplikasi

Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi

masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan seperti membuat sistem

sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang.

Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian

komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada

dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata,

hipertensif encephalopathy sering dirujuk pada penyakit organ akhir.

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang

terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami

arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

aneurisma.

19

Page 21: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,

kebutuhan oksigen miokardum mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark.

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler

glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu

nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya

membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid

plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.22

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi

yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial

diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta

kematian. 1,3,4,5

2.2.8 Pencegahan Hipertensi

A. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap

hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko. Upaya ini dimaksudkan

dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan pencegahan terjadinya

hipertensi yang dapat dilakukan melalui pendekatan populasi ataupun perorangan.

Pendekatan populasi secara khusus mengandalkan program untuk mendidik masyarakat.

Pendidikan masyarakat yakni masyarakat harus diberi informasi mengenai sifat, penyebab,

dan komplikasi hipertensi, cara pencegahan, gaya hidup sehat, dan pengaruh faktor risiko

kardiovaskular lainnya. 4

B. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko yang tampak

pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat yang berisiko tinggi dengan usaha

peningkatan derajat kesehatan yakni meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan

masyarakat secara optimal dan menghindari faktor risiko timbulnya hipertensi. 4

Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:

20

Page 22: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

a) Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko, yaitu menurunkan

berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan kegemukan, menghindari meminum

minuman beralkohol, mengurangi/menghindari makanan yang mengandung makanan

yang berlemak dan berkolesterol tinggi

b) Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan olahraga secara

teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki, berlari, naik sepeda, berenang,

diet rendah lemak dan memperbanyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran,

mengendalikan stress dan emosi. 4

C. Pencegahan Sekunder

Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui diagnosis dini

serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses penyakit lebih lanjut dan

timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi

mempunyai beberapa tujuan:

a. Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi

b. Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular

c. Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya

d. Mencari kemungkinan penyebabnya

Sudah jelas bahwa semua tujuan ini merupakan unsur-unsur proses diagnosis tunggal

yang bertahap dan menyeluruh yang menggunakan tiga metode klasik: pencatatan riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Sejauh mana pemeriksaan

laboratorium harus dilakukan dapat disesuaikan dengan bukti yang diperoleh dari riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium pendahuluan.

Perangkat diagnostik dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan

sfigmomanometer yang akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh

sebelum adanya gejala penyakit. Pemerikasaan penunjang yang rutin bisa dilakukan pada

penderita hipertensi yang bertujuan mendeteksi penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi

jantung serta ginjal. 4

Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan berkala

a.1. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara teratur

merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau tidak

a.2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa obat-

obatan anti hipertensi

21

Page 23: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

b. Pengobatan/perawatan

b.1. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit hipertensi

dapat segera dikendalikan

b.2. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes

mellitus dan lain-lain

b.3. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup

penderita tidak menurun

b.4. Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada ginjal,

hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ. 4

D. Pencegahan Tersier

Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah

cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi. Pencegahan tersier penyakit

hipertensi adalah sebagai berikut:

a) Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup penderita

tidak menurun

b) Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan

pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan kelumpuhan anggota badan

c) Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi. 4

22

Page 24: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

BAB IV

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. H

Umur : 56 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan terakhir : SD

Alamat : Sedayu Utara Desa Kediri Selatan

Kunjungan ke Pusk. :28 Mei 2015

II. Anamnesis (28-05-2015)

Keluhan utama: Nyeri kepala.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluhkan nyeri pada kepala yang dirasakan sejak kemarin malam. Nyeri

dirasakan di seluruh kepala dan dirasakan seperti nyut-nyutan. Pasien juga mengeluhkan

nyeri seperti pegal-pegal di daerah tengkuk sejak kemarin malam. Pasien mengaku tidak

merasa mual atau sampai muntah. Jantung berdebar-debar (-), gangguan penglihatan (-). BAB

dan BAK (+) normal.

Pasien mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang asin dan berpenyedap.

Pasien juga sering mengkonsmsi makanan yang digoreng, jarang mengkonsumsi buah dan

sayuran serta jarang berolahraga.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (+) sejak 1 tahun yang lalu, DM (-), riwayat

operasi (-), asma (-), bronkitis (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengaku orangtuanya dulu pernah dikatakan menderita tekanan darah tinggi.

Saat ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Suami

pasien mengalami stroke 1 tahun yang lalu, sebelumnya suami pasien juga mengalami

hipertensi.

23

Page 25: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Riwayat Pengobatan

Pasien rutin kontrol ke poli atau UGD Puskesmas Kediri jika obat habis. Pasien rutin

mengkonsumsi captopril satu tablet sehari.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:

Pasien memiliki 3 orang anak:

I. Ny. S, 32 tahun, tidak bekerja, menikah.

II. Ny. M, 30 tahun, tidak bekerja, menikah.

III. Tn. S, 28 tahun, wiraswasta, belum menikah.

Pasien tinggal di rumah bersama suaminya (Tn. E, 60 tahun, petani yang sudah tidak

bekerja, menikah), dan bersama anak terakhirnya yang belum menikah.

Pasien mengaku tidak pernah merokok atau mengkonsumsi alkohol.

Pasien merupakan keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Pasien tidak bekerja,

pemasukan keuangan didapatkan dari anak bungsunya yaitu ± Rp 1.000.000,-/bulan.

Untuk air minum, pasien menggunakan air PDAM. Pasien mengaku terkadang tidak

memasak terlebih dahulu air yang diminum.

Untuk mencuci pakaian, pasien air PDAM.

Pasien memiliki fasilitas MCK sendiri. Pasien dan keluarganya sehari-hari menggunakan

fasilitas MCK untuk mandi dan buang air. Fasilitas MCK berupa leher angsa dan

memiliki tempat penampungan septic tank.

Untuk memasak, keluarga pasien menggunakan kompor gas.

24

Page 26: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Gambar 4.1. Denah Rumah Os.

25

Kamar tidur 1 Kamar tidur 2Ruang tamu

Ruang keluarga

Kamar mandi

Dapur 1

Dapur 2Halaman belakang

U

Page 27: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 150/100 mmHg

Frek. Nadi : 92 x/menit

Frek. Nafas : 20 x/menit

Suhu : 36,6 º C

Berat Badan : 72 kg

Tinggi Badan : 155 cm

IMT menurut WHO : 29,9 :

Status Gizi : Obesitas I (IMT 25-29,9)

Status Generalis

Kepala-Leher

Kepala : Deformitas (-)

Rambut : Hitam, ada rambut yang putih, lurus, lebat

Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)

Telinga : Deformitas pinna (-), serumen (-)

Hidung : Deformitas (-), sekret (-)

Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)

Gigi dan mulut: Karies dentis (-), sianosis (-)

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB

Paru

Inspeksi:

1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan dinding

dada simetris.

2. Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-), vena

kolateral (-), massa (-).

3. Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi SCM, otot bantu

abdomen tidak aktif dan hipertrofi (-).

4. Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).

5. Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri dan kanan

Fossa jugularis: tak tampak deviasi

26

Page 28: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

6. Tipe pernapasan: torako-abdominal.

Palpasi:

Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal

sinistra.

Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).

Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.

Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.

Perkusi:

Sonor seluruh lapang paru.

Batas paru-hepar à Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.

Batas paru-jantung:

Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra

Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi:

Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).

Pulmo:

Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .

Rhonki (-/-).

Wheezing (-/-).

Abdomen

Inspeksi:

Bentuk: simetris

Umbilicus: masuk merata

Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-), ikterik (-),

massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-), petekie (-), purpura (-),

ekimosis (-), spider nevy (-)

Distensi (-)

Ascites (-)

Auskultasi:

Bising usus (+) normal

Metallic sound (-)

Bising aorta (-)

27

Page 29: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Perkusi:

Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)

Nyeri ketok (-)

Nyeri ketok CVA (-/-)

Palpasi:

Nyeri tekan epigastrium (-)

Massa (-)

Hepar/lien/ren: tidak teraba

Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)

Ekstremitas

Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa

IV. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dievaluasi.

V. Diagnosis Kerja

Hipertensi esensial stadium II

Obesitas grade I

VI. Penatalaksanaan

- Captopril 12,5 mg, 1x1 tablet

- Ibuprofen 400 mg, 3x1 tablet

- Vitamin B complex, 2x1 tablet

28

Page 30: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

VII. Prognosis

Dubia ad Bonam

VIII. Konseling

Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak menular dan tidak bisa sembuh dan

hanya bisa dikontrol.

Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit hipertensi dan resiko penyulit

yang mungkin terjadi.

Menganjurkan pasien untuk mengecek kadar kolesterol darah.

Menganjurkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan yang asin dan berhenti memakai

bahan penyedap ketika memasak, serta mengurangi konsumsi makana yang digoreng dan

makanan yang berlemak.

Menjelaskan kepada pasien agar tekun meminum obat dan rutin memeriksakan dirinya di

Puskemas Kediri, meskipun pasien sudah merasa sehat.

Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk meningkatkan daya

tahan tubuh.

Menjelaskan pentingnya olahraga untuk mengurangi berat badan.

29

Page 31: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

KERANGKA KONSEP MASALAH PASIEN

30

Tidak ada program khusus untuk menangani penyakit hipertensi

PELAYANANKESEHATAN

Stress Psikis

Tingkat Pendidikan

LINGKUNGAN

Jarang Berolah Raga

Diet Tinggi Lemak

Diet Tinggi Garam

PERILAKU

Riwayat keluarga yang menderita hipertensi

20-40% hipertensi esensial disebabkan oleh faktor genetik.

Usia - Usia pasien 56 tahun

Status gizi-Pasien memiliki status gizi obesitas grade

I

BIOLOGIS

DIABETES

MELITUS

HIPERTENSI

Page 32: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

BAB V

PEMBAHASAN

Aspek Klinis

Pada kasus ini, pasien adalah seorang wanita berumur 56 tahun dengan keluhan utama

nyeri kepala. Nyeri dirasakan di seluruh kepala dan dirasakan seperti nyut-nyutan. Pasien

juga mengeluhkan nyeri seperti pegal-pegal di daerah tengkuk sejak kemarin malam. Pasien

mengaku tidak merasa mual atau sampai muntah. Jantung berdebar-debar dan gangguan

penglihatan disangkal oleh pasien. Pasien mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang

asin dan berpenyedap. Pasien juga sering mengkonsmsi makanan yang digoreng, jarang

mengkonsumsi buah dan sayuran serta jarang berolahraga.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, frekuensi nadi:

92 x/menit, laju pernapasan: 20 x/menit, suhu aksila: 36,6º C, berat badan: 72 kg, tinggi

badan: 155 cm, dengan status gizi obesitas grade I.

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140

mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Seseorang dinyatakan mengidap

hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Menurut The Joint National

Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun

2003 dikatakan Hipertensi Stadium 1 bila didapatkan tekanan darah sistolik 140-159 mmHg

dan diastolik 90-99 mmHg, oleh karena itu pasien pada laporan kasus ini dapat didiagnosis

menderita Hipertensi Grade II.

Untuk penatalaksanaan pada pasien ini diberikan Captopril 12,5 mg, 1x1 tablet serta

diberikan pula Ibuprofen 400 mg, 3x1 tablet untuk membantu mengurangi keluhan nyeri

yang dirasakan.

31

Page 33: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-faktor utama

yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang

diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku

(gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan

faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya), namun yang paling berperan

dalam terjadinya hipertensi adalah faktor genetik, perilaku, serta pelayanan kesehatan.

Hipertensi menjadi masalah di masyarakat disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut :

1. Biologis

a) Usia

Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, kejadian

hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun. Pada beberapa studi didapatkan bahwa

prevalensi hipertensi pada usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih tinggi pada

kelompok hipertensi dibandingkan kelompok kontrol.

b) Riwayat keluarga yang menderita hipertensi

Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor

genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih

mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah

dibanding dengan anak adopsi. Hal ini menunujukkan bahwa gen yang diturunkan,

dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan dan status sosial), berperan

besar dalam menentukan tekanan darah pada penderita hipertensi.

c) Obesitas

Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang

berlebihan di jaringan lemak tubuh, dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa

penyakit. Parameter umum digunakan untuk menentukan keadaan tersebut adalah

indeks masa tubuh seseorang 25-29,9 kg/m2. Patogenesis hipertensi pada obesitas

masih belum jelas benar, namun beberapa ahli berpendapat peranan faktor genetik

sangat menentukan kejadian hipertensi, tetapi yang lainnya berpendapat bahwa faktor

lingkungan mempunyai peranan yang lebih utama. Orang yang obesitas tubuhnya

bekerja keras untuk membakar kelebihan kalori yang masuk. Pembakaran kalori ini

memerlukan suplai oksigen dalam darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang

dibakar, semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah. Banyaknya pasokan

darah akan menjadikan jantung bekerja lebih keras dan berdampak dengan

peningkatan tekanan darah.

32

Page 34: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

2. Perilaku

a) Diet tinggi garam

Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan

tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat

menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah. Di samping

itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus memompa

lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang sempit.

Akibatnya adalah hipertensi. Hal ini sebaliknya juga terjadi, ketika asupan natrium

berkurang maka begitu pula volume darah dan tekanan darah pada beberapa individu.

b) Jarang berolah raga

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah

tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat

badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat

mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik.

c) Makanan tinggi lemak

Konsumsi makanan yang tinggi lemak dapat meningkatkan resiko terjadinya

hipertensi. Dengan mengurangi diet lemak terbukti bahwa dapat terjadi pengurangan

tekanan darah.

3. Lingkungan

a) Tingkat pendidikan

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat

mempengaruhi terjadinya hipertensi karena dengan tingkat pendidkan yang lebih

tingggi diharapkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki tentang hipertensi dan

faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi menjadi lebih baik.

Masalah hipertensi sering timbul karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang

memadai tentang penyakit ini.

b) Stress Psikis

Orang yang mengalami stres akan mempunyai proporsi lebih tinggi untuk menderita

hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stress psikis. Tekanan

darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari

tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan

pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan

tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang

33

Page 35: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga hemodinamik yang

menimbulkan hipertensi menetap.

4. Pelayanan Kesehatan

a) Tidak ada program khusus untuk menangani penyakit hipertensi

Masyarakat perlu diberikan informasi mengenai hipertensi karena seringkali hal ini

diabaikan oleh masyarakat. Penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi

seringkali terabaikan padahal melihat tren yang terjadi dalam beberapa tahun

belakangan ini, jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi justru semakin

meningkat. Kegiatan Pelayanan Lansia sendiri sudah sering dilakukan oleh PKM

Kediri akan tetapi pada kenyataannya kegiatan tersebut lebih mengutamakan proses

kuratif untuk menangani hipertensi dibandingkan upaya-upaya pencegahan hipertensi

yang lebih esensial, seperti diadakannya program Posbindu PTM (Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular). Posbindu PTM sebenarnya telah mulai diancang-

ancang pada bulan Agustus 2014 di Puskesmas Kediri, namun pelaksanaannya tidak

maksimal.13

34

Page 36: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

1. U.S. Department of Health and Human Services. 2004. Complete Report: The Seventh Report pf the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, dan Treatment of High Blood Pressure. United States: U.S. Department of Health and Human Services.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

3. Castillon et al. 2007. Intake of fried foods is associated with obesity in the cohort of Spanish adults from the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition. Am J Clin Nutr (86): 198-205.

4. Universitas Sumatera Utara. Hipertensi. 2002. [Accessed on May 29, 2015]

5. Rahajeng W dan Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 59, Nomor 12: 580-587.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

7. Fauci, A.S., et al. 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 17th Edition. New York: McGraw-Hill

8. Page, M.R. 2014. The JNC 8 Hypertension Guidelines: An In-Depth Guide. The American Journal of Managed Care

9. Tim Penyusun. 2012. Data Puskesmas Kediri Tahun 2012. Puskesmas Kediri.

10. Tim Penyusun. 2013. Data Puskesmas Kediri Tahun 2013. Puskesmas Kediri.

11. Tim Penyusun. 2014. Data Puskesmas Kediri Tahun 2014. Puskesmas Kediri.

12. Tim Penyusun. 2015. Data Puskesmas Kediri Tahun 2015. Puskesmas Kediri.

13. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan Kab. Lombok Barat. Posbindu PTM.

35

Page 37: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

LAMPIRAN

FOTO LINGKUNGAN RUMAH PASIEN

36

Halaman depan rumah

Kamar tidur

Ruang tamu

Kamar tidur

Page 38: Lapsus IKM Rizka_Hipertensi

5

37

Ruang keluarga Kamar mandi

Dapur di belakang rumah Halaman belakang rumah