laporan tutorial skenario 3 blok 2.5.pdf
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3
“KEMOTERAPI SAYA DITUNDA”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ATSARINA FAUZAN 14903
WENING ANGLIH PR 14904
RIZKA SULISTYAWATI 14907
OLZA GHEA SAVIRA 14938
TRI WAHYUNI WIDYASTUTI 14939
APRILIA DWI PRATIWI 14945
AYUNINGTYAS SATYA L 14960
SUNIKA PUSPA SUCI 14977
SEFTI RUKMANA 14987
DWI NUGRAHENI 14995
QONITA MIFTAHUL JANNAH 14997
CAHYA PUSPITA 14999
SANTHI NOVIANTHI DEWI 15007
POGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
STEP 1
Indek Karnofsky :
Suatu indeks untuk menilai kualitas hidup pasien. Memerlukan tindakan medis yang
khusus.
MRM :
Pengangkatan payudara. Tujuannya untuk mengurangi kanker.
STEP 2
1. Mengapa kemoterapi harus diikuti radioterapi ?
2. Apa syarat boleh kemoterapi ?
3. Apa saja pemeriksaan sebelum kemoterapi dan nilai normalnya ?
4. Mengapa ditunda
5. ASKEP
6. Apa saja macam-macam obat kemoterapi dan cara kerjanya ?
7. Apa perbedaan pelaksanaan kemoterapi ?
8. Apa saja tipe-tipe kanker payudara ?
9. Apa saja jenis terapi kanker ?
10. Apa efek samping bagi anak maupun dewasa ?
11. Apa yang dilakukan selain kemoterapi ?
12. Mengapa faal tubuh harus bagus untuk di kemoterapi ?
13. Apa tujuan kemoterapi dan radioterapi ?
14. Bagaimana cara menentukan dosis obat untuk kemoterapi ?
Kemoterapi Saya Ditunda….
Nn. Ari 26 tahun, penderita ca mamae stadium IIIA post MRM. Saat ini klien akan dilakukan
kemoterapi yang pertama dan akan diikuti dengan radioterapi. Klien dilakukan beberapa
pemeriksaan untuk persiapan kemoterapi. Dari hasil pemeriksaan Hb = 8 mg%, Alb = 1,9 mg%
dan indek Karnofsky = 40. Ners Ayu menjelaskan bahwa kemoterapi klien ditunda untuk
perbaikan keadaan umum klien. Nn. Ari bertanya pada Ners Ayu kenapa klien belum boleh
dikemoterapi dan apa saja efek samping kemoterapi.
15. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi tiap terapi kanker ?
16. Apakah remaja bisa terserang ca mammae /
17. Apa saja faktor risiko ca mammae dan deteksi dininya ?
18. Bagaimana cara pemberian obat bolus dan IV ? Adakah cara lain ?
STEP 3
1. Karena terapi itu kombinasi, jarang yang hanya menggunakan 1 modalitas saja
IIIA itu maksimal dilakukan pembedahan
Bisa juga untuk memperkecil CA dulu
2. Sama dengan nomer 15
3. Memakai pemeriksaaan misal : karnofsky, SGOT, SGPT, fungsi pencernaan, memeriksa
Hb, nilai leukosit, albumin, eritrosit, pemeriksaan ginjal pakai ureum kreatinin,
pemeriksaan psikologis, pemeriksaan pembuluh darah, tes alergi
Nilai normal Hb >10, untuk pria 13,8-17,2 untuk wanita 12,1-15,1
Nilai normal albumin 3,4-5,4
Indeks karnofsky 100
Trombosit normal 150.000
Leukosit normal 50.000-250.000
Ureum >40mg%
Kreatinin 1,5 mg%
4. Sama dengan nomer 12
5. DO : Hb 8 mg% Alb 1,9 mg% Indeks Karnofsky 40 post MRM
DS : Keadaan umum klien tidak mungkin utnuk kemoterapi
Diagnosa :
Self-care deficit
Gangguan mobilitas fisik
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kerusakan integritas jaringan
Gangguan citra tubuh
Fatigue
Nyeri kronis
Kurang pengetahuan
NOC :
Intake Albumin
Wound healing : secondary
NIC :
Nutritional management
Self-care
Incision site care
6. Golongan obat antimetabolite
Golongan obat antibiotic
Herbal : kulit manggis, buah kecubung
7. Mungkin bisa berbeda, lihat prognosis, protokol, dan stadium
8. Invasif : karsinoma in situ, karsinoma ductal, karsinoma lobuler
Non-invasif
Paget’s disease
9. Terapi hormone : pakai antiestrogen
Terapi suportif
Imunoterapi
Vaksin
Pembedahan
Terapi biologis
10. Myal, muntah, alopesia, konstipasi, diare, kelainan alat reproduksi, gangguan citra tubuh,
penurunan indera penglihatan dan pendegaran, nafsu makan menurun, kulit kehitaman
11. Sama dengan nomer 9
12. Karena kemoterapi berefek pada system tubuh dan agar tidak terjadi efek yang tidak
diinginkan
13. Indikasi kemoterapi : sudah benar-benar kanker
Kontraindikasi : harapan hidup pendek, kondisi lemah, kemungkinan berhasil sedikit, jika
keadaan umum pasien tidak maksimal, kanker yang sudah metastasis, pada ibu hamil
trimester pertama, ibu yang meyusui, ibu yang mau melahirkan, stadium awal IIIA
Indikasi radioterapi : untuk bagian tertentu, untuk kanker atau tumor yang solid
14. Dengan cara menghitung luas permukaan tubuh, berat badan, usia, jenis kanker, stadium
15. Wanita > 35 tahun, wanita menstruasi pertama 55 tahun, wanita tidak menikah, wanita
tidak menyusui, terpapar radiasi, gaya hidup, hamil >30 tahun, ketidakstabilan hormon,
riwayat CA servix
16. Mungkin, namun dengan latar belakang menarke kurang dari 12 tahun terkenanya di
bawah usia 17 tahun biasanya
17. Cek diagnostic memakai darah
USG
Mammography
Pap smear
SADARI
Stadium 0,I,II,IIA,IIB,IIIA,IIIB,IV
TNM
18. Caranya bisa IM, oral, intaarteri, intracavity, intratechal (melalui canalis medulla
spinalis)
STEP 4
Faktor risiko Lifestyle
Genetik
Kanker
Biopsi
Pemeriksaan Darah
MRT
Diagnosa
ASKEP
Terapi Radioterapi, operasi, kemoterapi, antibodi monoklonal
Efek samping
1. ASKEP
2. Table TNM dan lainnya
3. Jenis obat, cara kerja, efek samping kemoterapi
4. Hasil Lab yang normal
5. Yang dilakukan perawat sebelum, saat, dan setelah operasi
6. Spesifik kanker, stadium, penanganan/terapi
7. Terapi alternatif di Indonesia
STEP 6
STEP 7
1. ASKEP
Diagnosa
Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan prognosanya .
NOC :
Anxiety control
Coping
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction
· Gunakan pendekatan yang menenangkan
· Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
· Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
· Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
· Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
· Lakukan back / neck rub
· Dengarkan dengan penuh perhatian
· Identifikasi tingkat kecemasan
· Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
· Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
· Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
· Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Diagnosa
Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan,pengobatan
Kurang paparan terhadap informasi
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
Teaching : Dissease Process
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya
Sediakan informasi tentang kondisi klien
Berikan informasi tentang perkembangan klien
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan
2. Table TNM dan lainnya
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) staging system provides a strategy for
grouping patients with respect to prognosis. Therapeutic decisions are formulated in part
according to staging categories but primarily according to tumor size, lymph node status,
estrogen-receptor and progesterone-receptor levels in the tumor tissue, human epidermal
growth factor receptor 2 (HER2/neu) status, menopausal status, and the general health of the
patient.
Definitions of TNM
The AJCC has designated staging by TNM classification to define breast cancer. When this
system was modified in 2002, some nodal categories that were previously considered stage II
were reclassified as stage III. As a result of the stage migration phenomenon, survival by
stage for case series classified by the new system will appear superior to those using the old
system.
Table 1. Primary Tumor (T)a,b
Enlarge
TX Primary tumor cannot be assessed.
T0 No evidence of primary tumor.
Tis Carcinoma in situ.
Tis
(DCIS)
DCIS.
Tis
(LCIS)
LCIS.
Tis
(Paget)
Paget disease of the nipple NOT associated with invasive carcinoma and/or
carcinoma in situ (DCIS and/or LCIS) in the underlying breast parenchyma.
Carcinomas in the breast parenchyma associated with Paget disease are
categorized based on the size and characteristics of the parenchymal disease,
although the presence of Paget disease should still be noted.
T1 Tumor ≤20 mm in greatest dimension.
T1mi Tumor ≤1 mm in greatest dimension.
T1a Tumor >1 mm but ≤5 mm in greatest dimension.
T1b Tumor >5 mm but ≤10 mm in greatest dimension.
T1c Tumor >10 mm but ≤20 mm in greatest dimension.
T2 Tumor >20 mm but ≤50 mm in greatest dimension.
T3 Tumor >50 mm in greatest dimension.
T4 Tumor of any size with direct extension to the chest wall and/or to the skin
(ulceration or skin nodules).c
T4a Extension to the chest wall, not including only pectoralis muscle
adherence/invasion.
T4b Ulceration and/or ipsilateral satellite nodules and/or edema (including peau
d'orange) of the skin, which do not meet the criteria for inflammatory
carcinoma.
T4c Both T4a and T4b.
T4d Inflammatory carcinoma.
DCIS = ductal carcinoma in situ; LCIS = lobular carcinoma in situ.
aReprinted with permission from AJCC: Breast. In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al.,
eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 347-76.
bThe T classification of the primary tumor is the same regardless of whether it is based on
clinical or pathologic criteria, or both. Size should be measured to the nearest millimeter. If
the tumor size is slightly less than or greater than a cutoff for a given T classification, it is
recommended that the size be rounded to the millimeter reading that is closest to the cutoff.
For example, a reported size of 1.1 mm is reported as 1 mm, or a size of 2.01 cm is reported
as 2.0 cm. Designation should be made with the subscript "c" or "p" modifier to indicate
whether the T classification was determined by clinical (physical examination or radiologic)
or pathologic measurements, respectively. In general, pathologic determination should take
precedence over clinical determination of T size.
cInvasion of the dermis alone does not qualify as T4.
Table 2. Regional Lymph Nodes (N)a
Enlarge
Clinical
NX Regional lymph nodes cannot be assessed (e.g., previously removed).
N0 No regional lymph node metastases.
N1 Metastases to movable ipsilateral level I, II axillary lymph node(s).
N2 Metastases in ipsilateral level I, II axillary lymph nodes that are clinically fixed or
matted.
OR
Metastases in clinically detectedb ipsilateral internal mammary nodes in the
absence of clinically evident axillary lymph node metastases.
N2a Metastases in ipsilateral level I, II axillary lymph nodes fixed to one another
(matted) or to other structures.
N2b Metastases only in clinically detectedb ipsilateral internal mammary nodes and in
the absence of clinically evident level I, II axillary lymph node metastases.
N3 Metastases in ipsilateral infraclavicular (level III axillary) lymph node(s) with or
without level I, II axillary lymph node involvement.
Clinical
OR
Metastases in clinically detectedb ipsilateral internal mammary lymph node(s) with
clinically evident level I, II axillary lymph node metastases.
OR
Metastases in ipsilateral supraclavicular lymph node(s) with or without axillary or
internal mammary lymph node involvement.
N3a Metastases in ipsilateral infraclavicular lymph node(s).
N3b Metastases in ipsilateral internal mammary lymph node(s) and axillary lymph
node(s).
N3c Metastases in ipsilateral supraclavicular lymph node(s).
aReprinted with permission from AJCC: Breast. In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al.,
eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 347-76.
b Clinically detected is defined as detected by imaging studies (excluding
lymphoscintigraphy) or by clinical examination and having characteristics highly suspicious
for malignancy or a presumed pathologic macrometastasis based on fine needle aspiration
biopsy with cytologic examination. Confirmation of clinically detected metastatic disease by
fine needle aspiration without excision biopsy is designated with an (f) suffix, for example,
cN3a(f). Excisional biopsy of a lymph node or biopsy of a sentinel node, in the absence of
assignment of a pT, is classified as a clinical N, for example, cN1. Information regarding the
confirmation of the nodal status will be designated in site-specific factors as clinical, fine
needle aspiration, core biopsy, or sentinel lymph node biopsy. Pathologic classification (pN)
is used for excision or sentinel lymph node biopsy only in conjunction with a pathologic T
assignment.
Table 3. Pathologic (pN)a,b
Enlarge
pNX Regional lymph nodes cannot be assessed (e.g., previously removed or not
removed for pathologic study).
pN0 No regional lymph node metastasis identified histologically.
Note: ITCs are defined as small clusters of cells ≤0.2 mm, or single tumor cells, or a cluster
of <200 cells in a single histologic cross-section. ITCs may be detected by routine histology
or by IHC methods. Nodes containing only ITCs are excluded from the total positive node
count for purposes of N classification but should be included in the total number of nodes
evaluated.
pN0(i–) No regional lymph node metastases histologically, negative IHC.
pN0(i+) Malignant cells in regional lymph node(s) ≤0.2 mm (detected by H&E or
IHC including ITC).
pN0(mol–) No regional lymph node metastases histologically, negative molecular
findings (RT-PCR).
pN0(mol+) Positive molecular findings (RT-PCR), but no regional lymph node
metastases detected by histology or IHC.
pN1 Micrometastases.
OR
Metastases in 1–3 axillary lymph nodes.
AND/OR
Metastases in internal mammary nodes with metastases detected by
sentinel lymph node biopsy but not clinically detected.c
pN1mi Micrometastases (>0.2 mm and/or >200 cells but none >2.0 mm).
pN1a Metastases in 1–3 axillary lymph nodes, at least one metastasis >2.0 mm.
pN1b Metastases in internal mammary nodes with micrometastases or
macrometastases detected by sentinel lymph node biopsy but not clinically
detected.c
pN1c Metastases in 1–3 axillary lymph nodes and in internal mammary lymph
nodes with micrometastases or macrometastases detected by sentinel
lymph node biopsy but not clinically detected.
pN2 Metastases in 4–9 axillary lymph nodes.
OR
Metastases in clinically detectedd internal mammary lymph nodes in the
absence of axillary lymph node metastases.
pN2a Metastases in 4–9 axillary lymph nodes (at least 1 tumor deposit >2 mm).
pN2b Metastases in clinically detectedd internal mammary lymph nodes in the
absence of axillary lymph node metastases.
pN3 Metastases in ≥10 axillary lymph nodes.
OR
Metastases in infraclavicular (level III axillary) lymph nodes.
OR
Metastases in clinically detectedc ipsilateral internal mammary lymph
nodes in the presence of one or more positive level I, II axillary lymph
nodes.
OR
Metastases in >3 axillary lymph nodes and in internal mammary lymph
nodes with micrometastases or macrometastases detected by sentinel
lymph node biopsy but not clinically detected.c
OR
Metastases in ipsilateral supraclavicular lymph nodes.
pN3a Metastases in ≥10 axillary lymph nodes (at least 1 tumor deposit >2.0
mm).
OR
Metastases to the infraclavicular (level III axillary lymph) nodes.
pN3b Metastases in clinically detectedd ipsilateral internal mammary lymph
nodes in the presence of one or more positive axillary lymph nodes.
OR
Metastases in >3 axillary lymph nodes and in internal mammary lymph
nodes with micrometastases or macrometastases detected by sentinel
lymph node biopsy but not clinically detected.c
pN3c Metastases in ipsilateral supraclavicular lymph nodes.
Posttreatment ypN
–Posttreatment yp "N" should be evaluated as for clinical (pretreatment) "N" methods above.
The modifier "SN" is used only if a sentinel node evaluation was performed after treatment.
If no subscript is attached, it is assumed that the axillary nodal evaluation was by AND.
–The X classification will be used (ypNX) if no yp posttreatment SN or AND was
performed.
–N categories are the same as those used for pN.
AND = axillary node dissection; H&E = hematoxylin and eosin stain; IHC =
immunohistochemical; ITC = isolated tumor cells; RT-PCR = reverse
transcriptase/polymerase chain reaction.
aReprinted with permission from AJCC: Breast. In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al.,
eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 347-76.
bClassification is based on axillary lymph node dissection with or without sentinel lymph
node biopsy. Classification based solely on sentinel lymph node biopsy without subsequent
axillary lymph node dissection is designated (SN) for "sentinel node," for example, pN0(SN).
c"Not clinically detected" is defined as not detected by imaging studies (excluding
lymphoscintigraphy) or not detected by clinical examination.
d"Clinically detected" is defined as detected by imaging studies (excluding
lymphoscintigraphy) or by clinical examination and having characteristics highly suspicious
for malignancy or a presumed pathologic macrometastasis based on fine-needle aspiration
biopsy with cytologic examination.
Table 4. Distant Metastases (M)a
Enlarge
aReprinted with permission from AJCC: Breast. In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al.,
eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 347-76.
M0 No clinical or radiographic evidence of distant metastases.
cM0(i+) No clinical or radiographic evidence of distant metastases, but deposits of
molecularly or microscopically detected tumor cells in circulating blood, bone
marrow, or other nonregional nodal tissue that are ≤0.2 mm in a patient without
symptoms or signs of metastases.
M1 Distant detectable metastases as determined by classic clinical and radiographic
means and/or histologically proven >0.2 mm.
Posttreatment yp M classification. The M category for patients treated with neoadjuvant
therapy is the category assigned in the clinical stage, prior to initiation of neoadjuvant
therapy. Identification of distant metastases after the start of therapy in cases where
pretherapy evaluation showed no metastases is considered progression of disease. If a patient
was designated to have detectable distant metastases (M1) before chemotherapy, the patient
will be designated as M1 throughout.[1]
Table 5. Anatomic Stage/Prognostic Groupsa,b
Enlarge
Stage T N M
0 Tis N0 M0
IA T1b N0 M0
IB T0 N1mi M0
T1b N1mi M0
IIA T0 N1c M0
T1b N1c M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1b N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage T N M
IIIC Any T N3 M0
IV Any T Any N M1
aReprinted with permission from AJCC: Breast. In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al.,
eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 347-76.
bT1 includes T1mi.
cT0 and T1 tumors with nodal micrometastases only are excluded from Stage IIA and are
classified Stage IB.
–M0 includes M0(i+).
–The designation pM0 is not valid; any M0 should be clinical.
–If a patient presents with M1 prior to neoadjuvant systemic therapy, the stage is considered
Stage IV and remains Stage IV regardless of response to neoadjuvant therapy.
–Stage designation may be changed if postsurgical imaging studies reveal the presence of
distant metastases, provided that the studies are carried out within 4 months of diagnosis in
the absence of disease progression and provided that the patient has not received
neoadjuvant therapy.
–Postneoadjuvant therapy is designated with "yc" or "yp" prefix. Of note, no stage group is
assigned if there is a complete pathologic response (CR) to neoadjuvant therapy, for
example, ypT0ypN0cM0.
3. Jenis obat, cara kerja, efek samping kemoterapi
Kelas Obat dan
Contoh
Mekanisme Aksi Spesifik Cell Cycle Efek Samping
Alkilating Agents :
busulfan, carboplatin,
chlorambucil,
cisplatin, thiotepa,
nitrogen mustard,
Mengubah struktur
DNA dengan cara
salah dalam
pembacaan kode
DNA, menguraikan
Cell cycle-nonspecific Supresi sumsum
tulang, nausea,
vomiting, cystitis,
stomatitis, alopecia,
supresi gonad dan
ifosfamide molekul DNA renal toxicity
Nitrosurea :
carmustine (BCNU),
lomustine (CCNU),
semustine (methyl
CCNU), streptozocin
Sama seperti
alkylating agents,
menembus blood-
brain barrier
Cell cycle-nonspecific Trombositopenia,
nausea, vomiting
Topoisomerase I
Inhibitor : irinotecan,
topotecan
Penguraian rantai
DNA dengan cara
berikatan dengan
enzim topoisomerase
I, mencegah sel untuk
membelah diri
Cell cycle-specific Supresi sumsum
tulang, diare, nausea,
vomiting,
hepatotoxicity
Antimetabolites : 5-
azacytadine,
cytarabine, FUDR,
leustatin, pentostatin
Mengganggu
pembentukan asam
amino untuk sintesis
RNA atau DNA
Cell cycle-specific (S
phase)
Nausea, vomiting,
diare, supresi sumsu
tulang, proctitis,
stomatitis,
hepatotoxicity
Antitumor
Antibiotics :
bleomycin,
doxorubicin,
idarubicin, plicamycin
Mengganggu sintesis
DNA dan RNA
Cell cycle-nonspecific Supresi sumsum
tulang, nausea,
vomiting, alopecia,
anorexia
Hormonal Agents :
androgens dan
antiandrogens,
estrogens dan
antiestrogens,
aromatase inhibitors,
steroids
Menghambat
pertumbuhn sel,
menghambat sintesis
RNA, menurunkan
level estrogen
(menekan aromatase
dari sistem P450)
Cell cycle-nonspecific Hiperkalsemia,
jaundice, peningkatan
selera makan,
maskulinisasi,
feminisasi, retensi
cairan dan sodium,
nausea, vomiting
4. Hasil Lab yang normal
5. Peran perawat sebelum, saat, dan setelah operasi
Preoperatif
1. Mengingatkan pasien mengenai waktu akan dilaksanakannya operasi
2. Menjelaskan tujuan pembatasan makanan dan cairan
3. Menjelaskan dan mereview informed consent
4. Mengajarkan persiapan fisik yang diperlukan, misal : skin preparation
5. Menjelaskan mengenai jalur pemasangan Ivline, kateterisasi, medikasi preoperasi, dll
sesaat sebelum dibawa ke ruang operasi
Intraoperatif
1. Mendeskripsikan kondisi dan aktivitas dalam preanesthesia care unit
2. Mendeskripsikan kondisi ruang operasi
3. Menjelaskan peran dari circulating nurse, anesthesia nursse, dan petugas anestesi
Postoperatif
1. mendeskripsikan kondisi dan lingkungan postanesthesia care unit
2. mengajarkan pain control
3. menjelaskan tujuan dari drainase ataupun IV lines
4. mengajarkan pentingnya postoperative exercise
5. mendorong pasien dan keluarga untuk mengkomunikasikan kepada perawat jika ada
masalah atau hal yang kurang jelas
Peran perawat dalam Cancer Care
Tanggung jawab perawat di Cancer Care
Menganggap bahwa kanker merupakan penyakit kronis yang memiliki eksasebasi akut
dari pada penyakit/mengganggap kanker sebagai penderitaan dan kematian
Mengkaji pengetahuan pribadi yang berhubungan dengan patofisiologi penyakit tersebut
Melakukan intervensi kepada pasien dan keluarga sesuai dengan bukti penelitian (EBN)
Mengidentifikasi pasien yang beresiko tinggi terkena kanker
Mengkaji asuhan keperawatan yang memungkinkan untuk pasien kanker
Mengkaji kebutuhan pengetahuan, keinginan atau kemampuan pasien
Identifikasi diagnose keperawatan bagi pasien dan keluarga
Mengkaji sosial support yang memungkinkan bagi pasien
Merencanakan intervensi yang tepat dengan pasien dan keluarga
Dampingi pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan keterbatasan
Damping pasien untuk menentukan tujuan pengobatan baik itu jangka pendek ataupun
jangka panjang
Berkolaboasi dengan profesi lain untuk membantu perkembangan perawatan
Mengevaluasi hasil perawatan bersama dengan pasien, keluarga dan tim multidisiplin
Mengkaji ulang dan merencanakan ulang perawatan berdasarkan hasil evaluasi bersama
Peran perawat sebelum pasien dilakukan treatment untuk kanker
Sebelum treatment (contohnya operasi), pasien biasanya merasa cemas terhadap prosedur
yang akan dilakukan , kemungkinan yang akan terjadi, keterbatasan pasca operasi,
perubahan fungsi tubuh dan mengenai prognosis. Tugas perawat adalah untuk
mendampingi pasien dan keluarga untuk enerima itu semua. Perawat juga mendorong
pasien dan keluarga untuk mengkomunikasikan apa yang mereka khawatirkan/pikirkan,
berdiskusi bersama jika ada pertanyaan-pertanyaan terkait pengobatan yang diberikan
Yang harus dilakukan saat mempersiapakan obat kemoterapi
Rekomendasi untuk keselamatan saat memepersiapkan obat kemoterapi dari
Occupational and Health Administration (OSHA), Oncology Nursing Society (ONS),
rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainnya dalam memepersiapkan dan menangani agen
antineoplastic.
Gunakan biologic safety cabinet untuk mempersiapkan semua obat kemoterapi
Gunakan surgical glove ketika memegang obat atau ketika memberikan obat ke
pasien
Gunakan peralatan disposable, gown berlengan panjang ketika mempersiapakn dan
memberikan obat kemoterapi
Buamg semua peralatan yang dipakai saat mempersiapkan dan memberikan obat
kemoterapi (jika memungkinkan), dan masukan ke container yang anti bocor
Buang semua sisa obat kemoterapi dan diberi label “bahan berbahaya”
Keamanan dalam Menangani Agen Kemoterapi Kanker
1. Hanya ahli farmasi, dokter dan perawat dengan latihan khusus yang harus
mempersiapkan agen kemoterapi.
2. Persiapan agen sitotoksik harus dilaksanakan dalam kabinet keamanan biologis.
3. Transportasikan obat parenteral pada penutup plastik untuk mencegah tumpah dan
kontaminasi.
4. Seluruh perlengkapan dan obat yang tidak digunakan harus ditangani sebagai sampah
berbahaya dan dibuang sesuai dengan kebijakan dan prosedur fasilitas; tempatkan linen
dalam kantung ganda yang ditandai “Waspada, Kempterapi”; instruksikan anggota tim
kesehatan untuk mengobati kewaspadaan dalam penanganan; cuci dua kali.
5. Petugas yang merencanakan kehamilan atau yang hamil tidak boleh menangani obat-
obatan ini.
6. Hindari makan, minum, merokok dan menggunakan kosmetik sewaktu mempersiapkan
dan/atau memberikan obat.
7. Cuci tangan sebelum dan setelah mengenakan sarung tangan.
8. Gunakan skort penutup sekali pakai dengan bagian depan tertutup dan bermanset, lengan
baju panjang dan sarung tangan lateks sepanjang persiapan, pemberian, dan periode
pembuangan bila mengatasi obat-obatan atau peralatan.
9. Gunakan pakaian pelindung dan sarung tangan sewaktu menangani cairan yang keluar
dari pasien selama pemberian dan selama 48 jam pemberian berikutnya.
10. Jarum dan set infus yang sesuai harus digunakan kapan saja mungkin untuk mencegah
tumpah.
6. Spesifik kanker, stadium, penanganan/terapi
1. Herceptin Biological Therapy
Involves a monoclonal antibody that directly targets the HER2 prottein of breast tumor
and offers significant survival benefit for some women with metastatic disease. It is
currently being used to treat women with late stage, recurring cancer. It has been
suggested that women with early cancers may also benefit from this therapy.
2. Radiation Therapy
May be used to destroy cancer cells remaining in the breast, chest wall, or axilla after
surgery. The ability to more accurately target radiation therapy has increased dramatically
over the past decade, thus decreasing radiation therapy side effects. When used in
conjunction with surgery and chemotherapy, long-term survival has been improved in
women with lymph node positive disease.
3. Penatalaksanaan Medis Kanker Serviks
Penatalaksanaan medis pada penyakit kanker serviks prainvasif berdasarkan dari luasnya
penyakit. Pasien dengan tahap prainvasif dapat diberikan cryosurgery, electrocautery
atau carbon dioxide laser ablation. Konisasi pada serviks juga dapat dilakukan pada
perempuan yang masih menginginkan kesuburan. Sedangkan pada pasien yang tidak
menginginkan kehamilan dapat dilakukan histerektomi. Pada stadium I-IIa dapat diterapi
dengan pembedahan saja, radiasi saja atau kombinasi keduanya. Sedangkan pada tahap
lanjut atau stadium IIb-Ib dilakukan radiasi atau kombinasi dengan kemoterapi dan jika
memungkinkan dapat dilakukan operasi (Otto, 2001).
4. Penatalaksanaan medis pada kanker serviks bergantung pada stadium kanker serviks
(Aziz, Andrijono, & Saifudin, 2006; Sukardja, 2000; Otto, 2001)
a. Mikroinvasi, stadium Ia1
Pada stadium ini tanpa invasi pembuluh darah dan limfe kemungkinan
penyebaran ke kelenjar getah bening regionalnya tidak lebih dari 1%. Hal ini
memungkinkan untuk dilakukan tindakan terapi yang lebih konservatif seperti
histerektomi simpel. Bila dijumpai invasi pembuluh darah atau limfe sebaiknya
dilakukan histerektomi radikal atau radiasi bila ada indikasi kontra tindakan
operasi
b. Stadium Ia2
Kasus pada stadium ini harus dilakukan histerektomi radikal dengan
limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis atau radiasi bila ada indikasi kontra
tindakan operasi. Bila dijumpai invasi limfe atau vaskular sebaiknya dilakukan
histerektomi dan limfadenektomi atau radiasi karena kemungkinan adanya anak
sebar ke kelenjar getah bening
c. Stadium Ib
Stadium Ib1 pengobatannya adalah dengan histerektomi radikal dengan
limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis dengan/ tanpa kelenjar getah bening
paraaorta. Hasil yang sama efektifnya didapat bila diberikan terapi radiasi. Kedua
terapi ini memberikan tingkat kelangsungan hidup yang sama, tetapi pada
penderita usia muda operasi radikal lebih disukai karena dapat mempertahankan
fungsi ovarium.
d. Stadium IIa
Terapi optimal pada kebanyakan stadium IIa adalah kombinasi radiasi ekternal
dan radiasi intrakaviter. Operasi radikal dengan pengangkatan kelenjar getah
bening pelvis dan paraaorta serta pengangkatan vagina bagian atas dapat
memberikan hasil yang optimal asalkan tepi sayatan bebas dari invasi sel tumor.
e. Stadium IIb, III dan IVa
Pada kasus stadium lanjut ini tidak mungkin dilakukan tindakan operatif karena
tumor telah menyebar jauh ke luar dari serviks. Pemberian kombinasi kemoradiasi
akan meningkatkan keberhasilan terapi sampai 30%.
f. Stadium IVb
Kasus dengan stadium terminal ini, pasien jarang dapat bertahan hidup sampai
setahun sejak didiagnosis. Penderita stadium IVb bila keadaan umum
memungkinkan dapat diberikan kemoradiasi, tetapi hanya bersifat paliatif.
7. Terapi alternatif di Indonesia
Ginger (Zingiber officinale Rosc) is a natural dietary component with antioxidant
and anticarcinogenic properties. The ginger component [6]-gingerol has been
shown to exert anti-inflammatory effects through mediation of NF-κB. NF-κB can
be constitutively activated in epithelial ovarian cancer cells and may contribute
towards increased transcription and translation of angiogenic factors. In the
present study, we investigated the effect of ginger on tumor cell growth and
modulation of angiogenic factors in ovarian cancer cells in vitro.
Sumber :
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/breast/Patient/page2
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/breast/healthprofessional/page3
http://www.breastcancer.org/symptoms/diagnosis/staging
Basic Nursing. Potter&Perry. 2011.
Contemporary Medical-Surgical Nursing. Rick Daniels, Leslie Nicoll. 2012.
American Cancer Society (www.cancer.org) 2013
Universitas MUHAMMADIYAH semarang oleh Arifatul
Suwaldi,M.,Prof,.M.Sc.,Apt. dkk.2007.Buku Saku Obat-Obat Penting Untuk Pelayanan
Kefarmasian Edisi Revisi.Yogyakarta:Laboratorium Manajemen Farmasi
Suzanne and Brenda.2000.Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing 9th
edition.Lippincot
Ginger inhibits cell growth and modulates angiogenic factors in ovarian cancer cells Jennifer
Rhode†1, Sarah Fogoros†2, Suzanna Zick3, Heather Wahl4, Kent A Griffith5, Jennifer Huang4
and J Rebecca Liu*4 BMC Complementary and Alternative Medicine 2007, 7:44
doi:10.1186/1472-6882-7-44