laporan sirup amox greget

41
BAB I PRAFORMULASI 1.1 Tinjauan Farmakologi Bahan Obat dan Bahan Tambahan 1.1.1 Indikasi Bahan Obat (Amoxicillin) Amoksisilin merupakan golongan penisilin yang mempunyai spektrum luas dan efektif pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif maupun gram positif, khususnya untuk infeksi pada saluran cerna, saluran pernafasan, dan saluran kemih (infeksi anugenital dan uretral gonokokus non-komplikasi otitis media) (Mycek et al, 2001). 1.1.2 Farmakokinetik a) Absorbsi Amoksisilin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Efek terapi Amoksisilin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral. Meskipun adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat menurunkan dan menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum Amoksisilin, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat yang diabsorpsi (McEvoy, 2002). b) Distribusi

Upload: sastra-negara

Post on 24-Oct-2015

124 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

CMC na pke 1% aja,,,

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Sirup Amox Greget

BAB I

PRAFORMULASI

1.1 Tinjauan Farmakologi Bahan Obat dan Bahan Tambahan

1.1.1 Indikasi Bahan Obat (Amoxicillin)

Amoksisilin merupakan golongan penisilin yang mempunyai spektrum

luas dan efektif pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif maupun

gram positif, khususnya untuk infeksi pada saluran cerna, saluran pernafasan, dan

saluran kemih (infeksi anugenital dan uretral gonokokus non-komplikasi otitis

media) (Mycek et al, 2001).

1.1.2 Farmakokinetik

a) Absorbsi

Amoksisilin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di

saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Efek terapi

Amoksisilin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral.

Meskipun adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat

menurunkan dan menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum

Amoksisilin, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat

yang diabsorpsi (McEvoy, 2002).

b) Distribusi

Distribusi obat ke seluruh tubuh baik. Amoksisilin dapat melewati

sawar plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun

demikian, penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan

serebrospinalis tidak cukup untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi

inflamasi (Mycek et al., 2001). Volume distribusi amoksisilin sekitar 0,2-0,4

L/Kg dengan ikatan protein sebesar 20% (Moffat, 2004).

c) Metabolisme

Metabolisme amoksisilin dalam tubuh pasien biasanya tidak bermakna

(Mycek, et al.,2001).

Page 2: Laporan Sirup Amox Greget

d) Eliminasi

Jalan utama eliminasi melalui sistem sekresi asam organik (tubulus) di

ginjal, sama seperti melalui filtrate glomerulus. Penderita dengan gangguan fungsi

ginjal, dosis obat yang diberikan harus disesuaikan (Mycek et al., 2001). Waktu

paruh amoksisilin sekita satu jam, dan akan meningkat jika terjadi kerusakan pada

ginjal dan kliren plasma sebesar 3-5 mL/min/Kg (moffat, 2004).

1.1.3 Mekanisme Kerja

Amoxicillin disebut bakterisida karena mampu melisiskan sel dengan

mempengaruhi proses akhir sintesis dinding sel bakteri (transpeptidase atau

ikatan silang) sehingga membran kurang stabil secara osmotik. Keberhasilan

aktivitas amoxicillin menyebabkan kematian sel berkaitan dengan ukurannya.

Amoxicillin hanya efektif terhadap organisme yang tumbuh secara tepat dan

mensintesis peptidoglikan dinding sel. Konsekuensinya, obat ini tidak efektif

terhadap organisme yang tidak mempunyai struktur ini seperti mikobakteria,

protozoa, jamur, dan virus (Mycek, et.al, 2001). Berikut ini adalah beberapa

mekanisme kerja dari amoxicillin : Penisilin pengikat protein: Amoxicillin

menginaktifkan protein yang berada pada membran sel bakteri. Amoxicillin

tersebut yang mengikat protein merupakan enzim bakteri yang terlibat dalam

sintesis dinding sel serta menjaga gambaran morfologi bakteri. Pejanan terhadap

antibiotika ini tidak hanya dapat mencegah sintesis dinding sel tetapi juga

menyebabkan perubahan morfologi atau lisisnya bakteri yang rentan. Perubahan

pada beberapa molekul target ini menimbulkan resistensi pada organisme.

1.1.4 Dosis Pemakaian

- Dosis amoxicillin untuk anak-anak- Dewasa : 250-500 mg x 3 ( tiap 8 jam )- Anak-anak : 20 mg/kgBB/hari

(IAI, 2010)

1

Page 3: Laporan Sirup Amox Greget

1.1.5 Efek Samping

Reaksi alergi, dari pembentukan eritema ringan hingga syok anafilaktik

(Schmitz, 2009). Efek samping paling sering timbul yaitu mual, muntah,

demam, diare, lemah, hipersensitivitas, gatal-gatal (Wattimena dkk, 1991).

1.1.6 Kontra Indikasi

Amoxicillin bertugas menghambat sintesis dinding sel pada tahap terakhir

dengan jalan inaktivasi D-alanin-transpeptidase (Schmitz, 2009). Pada dasarnya

sel bakteri berfungsi melindungi membrane sitoplasma, memelihara bentuk sel,

dan mencegah lisis karena tekanan osmosis. Jika dinding sel rusak atau tidak

terbentuk, sel akan lisis atau tidak dapat membelah. Lisisnya sel terjadi karena

cairan di sekitar yang hipoosmosis berdifusi ke dalam sel menyebabkan

pembengkakan (swell) dan diikuti lisis (Priyanto, 2010). Amoxicillin mempunyai

spektrum antimikroba yang identik dengan ampicillin kecuali bahwa amoxicillin

kurang aktif terhadap jenis Shigella (Wattimena dkk, 1991).

1.1.7 Peringatan dan Perhatian

Obat ini telah banyak digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan

frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya, sehingga

berdasarkan keamanaannya jika diberikan selama kehamilan digolongkan

sebagai obat kategori A (Priyanto, 2010). Namun untuk wanita hamil, sikap

ketat untuk indikasi pada trimester pertama, karena obat ini dapat menembus

sawar plasenta. Sedangkan untuk ibu menyusui, konsentrasi yang muncul di

ASI berada di bawah dosis pediatrik (Schmitz dkk, 2009).

1.1.8 Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Depkes RI, 1995).

1.2 Tinjauan Fisikokimia Bahan Obat dan Bahan Tambahan

1.2.1 Bahan Aktif: Amoxicillin

Organoleptis

Serbuk hablur, putih; praktis tidak berbau

Kelarutan

2

Page 4: Laporan Sirup Amox Greget

Sukar larut dalam air dan metanol; tidak larut dalam benzene, dalam karbon

tetraklorida dan dalam kloroform

Stabilitas :

stabil pada pH 3,5 – 6,0

(Depkes RI, 1995).

1.2.2 Bahan Tambahan

a.Carboxymethyl Cellulosa Na

Organoleptis

CMC-Na adalah serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopik.

Kelarutan

Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam

etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain

(Depkes RI, 1995).

Stabilitas dan penyimpanan

CMC Na merupakan senyawa yang stabil dan bersifat higroskopis. Pada

kondisi penyimpanan dengan kelembaban yang tinggi CMC Na dapat

menyerap air > 50%. Pada larutan air CMC Na stabil dalam pH 2-10, dan

akan terjadi pengendapan pada pH dibawah 2, serta penurunan viskositas

dapat terjadi dengan cepat pada pH diatas 10.

Ketidakcampuran

CMC Na tidak tercampur pada larutan yang bersifat asam kuat, dan dengan

garam – garam logam yang dapat larut seperti alumunium, merkuri, dan

seng. Pengendapan kemungkinan terjadi pada pH dibawah 2 dan juga dapat

terjadi bilamana CMC Na dicampur dengan etanol (95%).

Kegunaan

Sebagai bahan pensuspensi, peningkat viskositas, coating agent, stabilizing

agent dan penyerap air.

Penggunaan zat tambahan

CMC Na dapat digunakan baik pada sediaan oral maupun topikal. Sebagai

bahan pengikat, CMC Na digunakan dalam konsentrasi 1,0- 6,0%

3

Page 5: Laporan Sirup Amox Greget

(Rowe, et. al., 2003).

b. Sodium Benzoat

Organoleptis

Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau,

stabil diudara.

Kelarutan

Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudal larut

dalam etanol 90%.

Kegunaan

Menghambat pertumbuhan mikroba.

(Depkes RI, 1995).

Penggunaan

Sodium benzoat banyak digunakan pada sediaan farmasi. Adapun

penggunaan sodium benzoat dalam sediaan farmasi adalah sebagai berikut :

Penggunaan Konsentrasi

%

Injeksi IM dan IV

Larutan Oral

Larutan Suspensi

Sirup Oral

Sediaan Topikal

Sediaan Vaginal

0,17

0,001-0,1

0,1

0,15

0,1-0,2

0,1-0,2

Dalam sediaan oral konsentrasi sodium benzoat yang digunakan berkisar

antara 0,02-0,5 % b/v.

Inkompatibilitas

Efektifitas pengawet akan dihambat dengan adanya kaolin.

(Rowe, et. al., 2003).

c. Laktosa

Organoleptis

Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan

rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau.

4

Page 6: Laporan Sirup Amox Greget

Kelarutan

Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air

mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan

dalam eter.

(Depkes RI, 1995).

Kegunaan

Sebagai bahan pengikat dan pemanis.

Ketidak campuran

Laktosa anhidrat tidak bercampur dengan oksidator kuat. Ketika dicampur

dengan leukonutrien hidrofobik antagonis dan laktosa anhidrat atau laktosa

monohidrat yang disimpan 6 minggu pada suhu 400C dan 75% RH,

campuran yang mengandung laktosa anhidrat memperlihatkan

ketercampuran dan degradasi obat.

(Rowe, et. al., 2003).

d. Asam Sitrat

Organoleptis

Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,

putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk

hidrat mekar dalam udara kering.

Kelarutan

Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar larut

dalam eter .

(Depkes RI, 1995).

Kegunaan

Pengatur keasaman, antioksidan, penyagga (buffer), pengikat rasa. Asam

sitrat yang bisa digunakan adalah 0,1-2% sebagai buffer, dan 0,3-2 %

sebagai pengikat rasa.

Stabilitas

5

Page 7: Laporan Sirup Amox Greget

Asam sitrat monohidrat kehilangan air saat kristalisasi pada udara kering

atau saat dipanaskan pada suhu 40ºC. Sedikit mencair pada udara lembab.

Asam sitrat monohidrat disimpan pada tempat sejuk dan kering.

Ketidaktercampuran

Asam sitrat tidak bercampur dengan kalium tartrat, alkali dan alkali tanah,

karbonat dan bikarbonat, asetat serta sulfide. Asam sitrat juga tidak

bercampur dengan oksidator, basa, reduktor dan nitrat. Potensial dapat

meledak apabila dikombinasikan dengan logam nitrat. Pada penyimpanan,

sukrosa dapat mengkristal dari sirup dengan keberadaan asam sitrat.

(Rowe, et. al., 2003).

e. Sorbitol

Organoleptis

Sorbitol berupa serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih

rasa manis.

Kelarutan

Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; dalam methanol

dan dalam asam asetat.

(Depkes RI, 1995).

Stabilitas

Sorbitol secara kimia relatif inert dan dapat bercampur dengan sebagian

besar bahan tambahan. Sorbitol stabil dalam udara tanpa kehadiran katalis

atau dingin, asan encer atau alkalis. Sorbitol tidak mudah menguap,

terbakar, tidak bersifat korosif. Sorbitol tahan terhadap fermentasi oleh

mikroorganisme, walaupun begitu sebaiknya sediaan ditambahkan

pengawet.

Inkompatibilitas

Sorbitol dapat membentuk khelat yang larut air dengan ion logam bivalen

atau trivalent dalam suasana asam kuat atau kondisi basa. Penambahan

PEG kedalam larutan sorbitol, dengan pengocokan kuat memproduksi

6

Page 8: Laporan Sirup Amox Greget

“waxy”, gel yang terlarut dalam air dengan titik leleh 35-40ºC. Larutan

sorbitol juga bereaksi dengan besi oksida menjadi tidak berwarna.

Penggunaan

Humectan, plastizer, pemanis. Sorbitol dapat digunakan sebagai humectan

dalam konsentrasi 3-15 %, sebagai anti caplocking 15-30 %, dan sebagai

pengikat sebesar 25-90 %.

(Rowe, et. al., 2003).

1.3 Bentuk Sediaan, Dosis

1.3.1 Bentuk Sediaan

Bentuk sediaan untuk zat aktif amoxicillin dalam praktikum ini adalah

sediaan sirup kering (dry syrup).

7

Page 9: Laporan Sirup Amox Greget

BAB II

FORMULASI

2.1. Permasalahan

Adapun permasalah dari pembuatan sediaan dengan zat aktif amoxicillin, yaitu:

1. Amoxicillin tidak stabil dalam air karena akan mengalami hidrolisis dan akan

mendegradasi cincin β-laktam.

2. Amoxicillin memiliki rasa yang pahit, sehingga menggangggu kenyamannan

pasien

3. Amoxicillin stabil pada pH 3,5-6, sehingga diperlukan buffer.

4. Amoxicillin berupa serbuk hablur berwarna putih begitu pula zat lainnya,

sehingga sulit untuk menentukkan homogenitasnya pada sediaan.

5. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, sehingga

diperlukan suatu pengawet

6. Amoxicillin tidak tahan terhadap paparan cahaya matahari langsung,

sehingga diperlukan perlakuan khusus

2.2. Pengatasan Masalah

Adapun pengatasan dari masalah tersebut, yaitu dengan cara:

1. Golongan penicillin termasuk amoxicillin memiliki stabilitas

yang buruk pada air. Senyawa golongan ini mengalami hidrolisis oleh air

dengan mendegradasi cincin β-laktam yang diproduksi. Sehingga pengatasan

dari masalah ini yaitu dengan cara membuat sediaan amoxicillin dalam

bentuk sirup kering. Adapun alasan pemilihan bentuk sediaan ini adalah:

stabilitas yang dimiliki amoxicillin dalam air adalah 14 hari, sehingga dengan

dibuat dalam bentuk sirup kering maka kemungkinan degradasi cincin β-

laktam yang ada dapat dihindari (Ansel, 2008).

2. Untuk mengatasi rasa yang pahit, ditambahkan perasa stroberi.

3. Untuk menjaga kestabilan pH Amoxicillin, ditambahkan asam

sitrat sebagai buffer.

8

Page 10: Laporan Sirup Amox Greget

4. Untuk melihat homogenitas amoxicillin dan zat tambahan

lainnya, ditambahkan pewarna secukupnya dalam sediaan.

5. Ditambahkan sodium benzoat sebagai bahan pengawet.

6. Sediaan suspensi kering amoxicillin disimpan dalam botol kaca berwarna

gelap (coklat).

2.3. Macam-Macam Formulasi Standar

a. Amoxicillin Dry Syrup (5% = 500 mg/10 mL)

R/ Amoxicillin trihydrate...........................5.0 g

Sodium citrate.......................................5.0 g

Citric acid, crystalline............................2.1 g

Sodium gluconate..................................5.0 g

Sorbitol crystalline.................................40.0 g

Kollidon CL-M......................................6.0 g

Orange flavour.......................................1.5 g

Lemon flavour........................................0.5 g

Saccharin sodium...................................0.4 g

(Buhler, 2001)

b. Amoxicillin for Oral Suspension (20 g/70 mL)

Tiap 5 ml sirup yang direkonstitusi mengandung Amoxycilin Trihidrate

yang setara dengan Amoxycillin 125 mg. Dari formula ini menghasilkan 2940

botol masing-masing 40 ml

R/ Amoxicillin Trihydrate 3,8 kg

Carboxymethylcellulose Sodium 1,1 kg

Aerosil 450 g

Sodium Benzoate 270 g

Colour Tartrazine 12 g

Sugar Pharm. Grade 54 kg

Pineapple Flavor Dry 600 g

(Kohli, 1998)

9

Page 11: Laporan Sirup Amox Greget

2.4 Formula yang Diajukan

Sediaan yang akan dibuat dengan volume 100mL (125 mg/5mL). Maka

perhitungannya:

a. Amoksisilin

Sediaan yang akan dibuat sebanyak 100mL dengan konsentrasi amoksisilin

sebanyak 125mg dalam 5mL, sehingga:

1 mL = 125mg : 5 mL

= 25 mg

1 botol = 100 mL

= 100 ml x 25 mg

= 2500 mg

= 2,5 g

b. CMC-Na pada sediaan digunakan 2 % b/v :

g 2mL 100mL 100

gram 2x

c. Sodium Benzoat = botolmg 92

botol2940

g 270

10

No Bahan Range (%b/v) Fungsi

1. Amoksisilin – Zat aktif

2. CMC Na1 – 6%

0,1 – 1%

Pengikat

Suspending agent

3. Sodium Benzoat 0,02-0,5% Pengawet

4. Laktosa – Pengisi

5. Sorbitol 15-30 % Anti caplocking

6. Asam sitrat0,1 – 2%

0,3 – 2%

Buffer

Pengikat rasa

7. Perisa jeruk Maks. 0,05% Perasa

8. Pewarna kuning Maks. 0,05% Pewarna

Page 12: Laporan Sirup Amox Greget

= mg 92mL 40

mL 100

= 230 mg

= 0,23 gram

d. Laktosa = botolg 18,36

botol 2940

kg 54

= g 18,36mL 40

mL 100

= 45,9 g

e.Sorbitol

Karena penggunaan laktosa > 30%, maka digunakan sorbitol sebagai

anticaplocking dengan komposisi sebanyak 15%, kemudian dalam

pencampurannya, sorbitol (15%) dicampur dengan laktosa (85%), sehingga

perhitungan formulasinya menjadi sebagai berikut:

Sorbitol = 45,9 g x 100

15 = 6,885 g

Laktosa = 45,9 g x 100

85 = 39,015 g

f. Asam sitrat

Menurut FI IV, penggunaan asam sitrat adalah sebagai buffer.

Penggunaan asam sitrat adalah sebagai buffer dan pengikat rasa. Menurut pustaka,

konsentrasi asam sitrat sebagai buffer adalah 0,1-2% dan sebagai pengikat rasa

adalah 0,3-2%.

11

Page 13: Laporan Sirup Amox Greget

0,5% b/v = mL 100

g 5,0x 100 mL = 0,5 g

g. Perisa Jeruk (maksimum penggunaan 0.05 % b/v) (Agoes, 2008). Pada sediaan

yang dibuat digunakan 0,01%

g 0,01mL 100mL 100

gram 0.01x

h. Pewarna kuning (maksimum penggunaan 0.05 % b/v) (Agoes, 2008) Pada

sediaan yang dibuat digunakan 0,01%

g 0,01mL 100mL 100

gram 0.01x

BAB III

PRODUKSI

3.1 Penimbangan

No BahanJumlah

(1 botol)

Jumlah

(3 botol)%b/v

Range

(%b/v)Fungsi

1. Amoksisilin 2,5 g 7,5 g 2,5 % – Zat aktif

2. CMC Na 2 g 6 g 2 %1 – 6%

0,1 – 1%

Pengikat

Suspending

agent

3.Sodium

Benzoat0,23 g 0,69 g 0,23 % 0,02-0,5% Pengawet

4. Laktosa 39,015 g 117,045 g 39,015% – Pengisi

5. Sorbitol 6,885 g 20,665 g 6,885 % 15-30 %Anti

caplocking

6. Asam sitrat 0,5 g 1,5 g 0,5 %0,1 – 2%

0,3 – 2%

Buffer

Pengikat rasa

7. Perisa jeruk 0,01 g 0,03 g 0,01 %Maks.

0,05%Perasa

8.Pewarna

kuning0,01 g 0,03 g 0,01 %

Maks.

0,05%Pewarna

12

Page 14: Laporan Sirup Amox Greget

Total bahan 51,15 g

Dibuat sirup kering amoksisilin 125mg/ 5mL sebanyak 5 botol dengan volume

tiap botol 100mL.

(Rowe et al, 2003)

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Alat

Botol sirup 100 mL

Kemasan dan etiket

Timbangan

Ayakan mesh 20

Oven

Mortir

Stamper

Pipet tetes

Gelas Ukur

Penangas Air

Sendok Tanduk

Batang pengaduk

Beaker glass

Botol timba

3.2.2Bahan

Amoxicillin

CMC-Na

Sodium benzoate

Laktosa

Sorbitol

Asam Sitrat

Perasa jeruk

Pewarna kuning

Air

13

Page 15: Laporan Sirup Amox Greget

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pembuatan Sediaan Sirup Kering Amoxicillin

Dimasukkan dalam baskom, diaduk secara manual

hingga terbentuk muschillago atau cairan pengikat

(Campuran I)

Ditambahkan ke dalam baskom, diaduk secara manual

hingga homogen (Campuran II)

Dimasukkan satu persatu ke dalam campuran II,

diaduk hingga homogen

14

Ditimbang semua bahan yang diperlukan dan tera botol 100

mL

CMC-Na + Sorbitol

Pewarna kuning, perasa jeruk, Na Benzoat

Asam Sitrat dan Laktosa

Campuran I

Page 16: Laporan Sirup Amox Greget

Ditambahkan ke campuran II bagian perbagian jika

terbentuk muschillago atau tetes pertetes jika

terbentuk cairan pengikat

Dikeringkan dalam oven dengan suhu <35C hingga

campuran serbuk benar-benar kering dan diayak

kembali dengan menggunakan mesh 20.

Ditimbang 2,5 g, digerus dengan mesh 60 dan

dimasukkan ke dalam granul

Dimasukkan ke botol kaca gelap, diberi etiket,

dimasukkan ke dalam kemasan sekunder bersama

brosur

3.3.2 Evaluasi Granul Sirup Kering Amoxicillin

a. Uji Organoleptis

Dimasukkan ke dalam beaker glass

b. Penetapan Sudut Diam

15

Massa granul siap uji

Amoxicillin

Sirup Kering Amoxicillin

Sirup Kering Amoxicillin

Granul

Damati warna, bau dan bentuk granul

Kecepatan alir yang baik tidak kurang dari 4 gram/detik

Granul

Page 17: Laporan Sirup Amox Greget

Dimasukkan ke dalm corong pisah dengan

lubang pada bagian bawahnya tertutup,

diratakan permukaannya

Diberi alas kertas dan katup corong diputar

sehingga lubang pada bagian bawahnya

terbuka

Diperoleh dengan cara menghitung cotangent

antara tinggi dan garis tengah alas bukit

c. Waktu alir

ditimbang

disiapkan

dimasukkan ke dalam corong yang diberi tutup, tutup

dibuka dicatat waktu yang diperlukan granul untuk

mengalir

d. Uji Kadar Air

16

Granul pada corong

Sudut diam

Sudut diam yang baik adalah kurang dari 30

Stopwatch

10 gram granul

Granul yang telah ditimbang

Granul mengalir keluar

5 gram granul

Page 18: Laporan Sirup Amox Greget

dikeringkan di dalam oven pada suhu 40oC

ditimbang kembali

3.3.3 Evaluasi Sediaan Sirup Kering Amoxicillin

a. Uji Homogenitas

dilarutkan dengan air hingga 100 mL

diamati kecepatan mengendap dan redistribusinya

b. Uji Volume Terpindahkan

dilarutkan

dituangkan ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan

kapasitas gelas ukur yang tidak melebihi dari dua

setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi.

Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk

menghindari pembentukan gelembung udara, kemudian

diamkan selama 30 menit

17

Granul yang telah dioven

Sediaan sirup kering

Sediaan suspensi sirup kering

Sediaan yang baik tidak boleh cepat mengendap, jika mengendap harus segera

terdispersi kembali

Sediaan sirup kering

Suspensi sirup kering

Diukur volume campuran jika sudah tidak ada gelembung udara

Page 19: Laporan Sirup Amox Greget

c. Uji Penetapan pH

disiapkan

dicelupkan ke dalam larutan suspensi

18

Alat pH meter dan sediaan suspensi sirup kering

Elektroda

Diukur pH larutan suspensi

Page 20: Laporan Sirup Amox Greget

BAB IV

PENGEMASAN

4.1 Kemasan Primer

4.2 Kemasan sekunder

4.3 Etiket

4.4 Brousur

19

Page 21: Laporan Sirup Amox Greget

BAB VDATA / HASIL PRAKTIKUM

5.1 Uji OrganoleptisBatch ke- Warna Bau Rasa

I Pink - -

II Pink - -

Keterangan:

5.2 Uji Homogenitas Tidak homogen, karena sediaan sirup kering yang telah direkonstirusi dengan

air tidak terdispersi secara sempurna pada batch kedua dan ketiga.

5.3 Uji Kelembaban

Batch ke- Kelembaban paraf

I 2,85% terlampir

II 3,75%

5.4 Uji sudut diam

Batch 1 :

Tinggi : 3,1

Diameter :

Jari-jari : 0,5 = 0,5 9,9 = 4,95

Tan =

=

20

Page 22: Laporan Sirup Amox Greget

Tan = 0,6262

= Tan -1 0,6262 = 32o

Batch 2 :

Tinggi : 3,3

Diameter :

Jari-jari : 0,5 = 0,5 10,4 = 5,2

Tan =

=

Tan = 0,634

= Tan -1 0,634 = 32,3o

5.5 Uji Volume Terpindahkan

Sediaan ke- Volume awal Volume akhir paraf

I 100 mL 92 mL Terlampir

5.6 Uji pH

Sediaan ke- pH Paraf

I 4,01 Terlampir

21

Page 23: Laporan Sirup Amox Greget

BAB VI

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini dilakukan pembuatan sirup kering dengan bahan aktif

amoxicillin serta penambahan beberapa bahan tambahan. Sirup kering merupakan

suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan

tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak larut

dalam pembawa air, seperti ampisilin dan amoksilin. Amoxicillin memiliki sifat

sukar larut dalam air. Untuk mengatasi masalah tersebut maka sediaan ini dibuat

dalam bentuk suspensi (Depkes RI, 1995). Amoxicillin merupakan antibiotik

golongan penicillin yang tidak stabil dalam bentuk sediaan sirup. Senyawa

golongan ini mengalami hidrolisis oleh air dengan mendegradasi cincin beta

laktam. Maka dari itu, dibuat sedian amoxicillin dalam bentuk sirup kering.

Gambar 7.1 Struktur Amoxicillin

Adapun alasan pemilihan bentuk sediaan ini adalah stabilitas yang

dimiliki amoxicillin dalam air adalah 14 hari, sehingga dengan dibuat dalam

bentuk sirup kering maka kemungkinan degradasi cincin beta laktam yang ada

dapat dihindari (Lasy, et.al., 2004). Selain itu sediaan suspensi antibiotik lebih

mudah ditelan oleh anak-anak dan juga mudah dilakukan penyesuaian dosisnya

22

Page 24: Laporan Sirup Amox Greget

(Ansel,2005). Pembuatan larutan suspensi juga dapat sedikit meningkatkan

stabilitas amoxicilin secara kimia dalam air karena kontak antara zat aktif dengan

air berkurang.

Bentuk amoksisilin dalam sediaan sirup kering adalah granul. Pembuatan

massa granul bertujuan untuk mencegah terjadinya flokulasi dan sedimentasi.

Flokulasi dan sedimentasi tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya suspensi

yang tidak stabil, karena flokulat dan hasil sedimentasi yang terbentuk sulit

terdispersi kembali saat dilakukan rekonstitusi dan penggojogan sebelum

digunakan. Granul biasanya lebih tahan terhadap pengaruh udara. Selama granul

lebih mudah dibasahi (wetted) oleh pelarut dibandingkan beberapa macam serbuk

yang cenderung akan mengambang di atas permukaan pelarut, sehingga granula

lebih disukai untuk dijadikan larutan (Ansel, 2005).

Pada resep baku peracikan amoxicillin, diproduksi amoxicillin dalam

bentuk sediaan sirup kering sebanyak 2.940 botol dengan kadar amoxicillin

sebanyak 125 mg dalam 5 ml sirup. Hal tersebut untuk memudahkan pasien untuk

mengkonsumsi obat dengan mengunakan sendok takar dengan volume 5 ml

dengan mempertimbangkan bahwa pasien yang mengkonsumsi obat adalah anak-

anak.

Suatu sediaan dapat terdiri dari bahan obat (zat aktif) dan bahan tambahan.

Formularium Nasional US pada tahun 1994 menyatakan bahwa bahan tambahan

merupakan semua senyawa selain zat aktif yang ditambahkan dengan sengaja ke

dalam formulasi, atau semua senyawa dalam formula selain zat aktif. Termasuk di

dalamnya senyawa yang berfungsi untuk menjamin stabilitas, ketepatan dosis,

memperbaiki karakteristik organoleptis serta kepatuhan pasien. Suatu obat harus

memenuhi syarat efikasi, sedangkan bahan tambahan harus memenuhi syarat

fungsionalitas, meliputi sifat fisik, fisikokimia dan biofarmasetika. Suatu bahan

tambahan harus aman untuk digunakan (inert).

Semua bahan yang diperlukan ditimbang terlebih dahulu dan tera botol

sirup 100 mL. Pertama campurkan Carboxymethylcellulose sodium (CMC-Na)

dengan sorbitol kedalam baskom dan diaduk manual hingga membentuk

muchillago. CMC-Na secara umum digunakan dalam formulasi sediaan oral dan

23

Page 25: Laporan Sirup Amox Greget

topikal untuk meningkatkan viskositas atau sebagai suspending agent sehingga

baik digunakan untuk mensuspensikan serbuk pada sediaan oral, topikal dan

parenteral dengan konsentrasi dalam sediaan 0,1-1,0%b/v (Rowe, et all, 2003).

Peningkatan viskositas ini dapat mengurangi kecepatan sedimentasi zat aktif yang

tidak larut dalam air. Penambahan sorbitol berfungsi sebagai anticaplocking.

Karena jumlah pemanis yang digunakan adalah lebih dari 30%, maka perlu

ditambahkan sorbitol sebagai anticaplocking, sehingga tutup dari wadah sediaan

mudah dibuka. Jumlah sorbitol yang ditambahkan pada formulasi adalah sebesar

15%, hal tersebut sudah sesuai dengan literatur, yaitu jumlah sorbitol yang harus

ditambahkan agar dapat berfungsi sebagai anticaplocking adalah sebesar 15-30%

(Rowe et al, 2003). Campuran CMC-Na dengan sorbitol ini diberi label

“Campuran 1”.

Pewarna, perasa jeruk dan Na Benzoat dicampurkan kedalam baskom (beri

label “Campuran 2”) dan lakukan pengadukan manual. Pewarna yang digunakan

yaitu pewarna makanan. Pewarna berfungsi untuk mengetahui homogenitas

serbuk saat proses pencampuran, karena semua bahan yang digunakan berwarna

putih. Selain itu penambahan pewarna juga berfungsi untuk meningkatkan bentuk

estetika dari sediaan sehingga menarik ketika pemakaian. Pewarna yang

digunakan dalam praktikum kali ini adalah karmin yang menghasilkan warna

merah muda pada sediaan. Sedangkan perasa yang digunakan adalah perasa jeruk.

Perasa ini diperlukan untuk menutupi bau dan rasa amoksisilin yang pahit.

Sediaan sirup kering nantinya akan mengalami rekonstitusi dengan

menggunakan pelarut air. Sehingga perlu ditambahkan natrium benzoat sebagai

pengawet. Alasan perlunya ditambahhkan zat pengawet karena kebanyakan

bakteri atau mikroorganisme sangat senang hidup di air, sehingga dapat

mempengaruhi stabilitas sediaan nantinya jika penambahan pengawet tidak

dilakukan. Konsentrasi natrium benzoat yang digunakan dalam sediaan adalah

sebesar 0,5% (b/v) (Rowe et al., 2009).

Selanjutnya asam sitrat dan laktosa dimasukkan satu persatu ke dalam

campuran II, diaduk hingga homogen. Asam sitrat (buffer) ditambahkan untuk

mempertahankan kestabilan karena zat aktif amoxcillin memiliki pH stabilitas

24

Page 26: Laporan Sirup Amox Greget

yang berkisar antara 3,5-6. Asam sitrat dipilih karena senyawa ini bersifat asam

selain itu dapat digunakan sebagai penguat rasa jeruk pada sediaan suspensi.

Jumlah asam sitrat yang ditambahkan pada formulasi adalah sebesar 1%, hal

tersebut sudah sesuai dengan literatur, yaitu jumlah asam sitrat yang harus

ditambahkan agar dapat berfungsi sebagai buffer adalah sebesar 0,1-2% (Rowe et

al,2003). Pemanis yang digunakan pada sediaan suspensi Amoxicillin ini yaitu

Laktosa. Pemanis ini digunakan untuk menutupi rasa Amoxicillin yang pahit.

Campuran 1 dimasukkan kedalam campuran 2 dan campur hingga

homogen. Masa granul yang siap diuji dikeringkan dalam oven dengan suhu

<35C hingga campuran serbuk benar-benar kering dan diayak kembali dengan

menggunakan mesh 20. Setelah itu dilakukan penyiapan amoxicillin dengan cara

diayak dengan ayakan mesh 60. Ayakan mesh 60 merupakan ayakan dimana

terdapat 60 lubang setiap 2,54 cm sepanjang kawat. Amoxicillin perlu diayak

untuk mendapatkan serbuk amoxicillin yang halus dengan ukuran yang homogen.

Amoxicillin yang telah diayak, dimasukkan kedalam granul dan campur hingga

homogen. Sirup kering amoxicillin yang telah siap dimasukkan ke botol kaca

gelap, diberi etiket, dimasukkan ke dalam kemasan sekunder bersama brosur.

Selanjutnya dilakukan 2 jenis evaluasi, yaitu evaluasi terhadap granul

karena sediaan dibuat dengan bentuk granul dan evaluasi terhadap sediaan.

Evaluasi granul meliputi uji kelembaban, laju alir dan sudut diam. Sedangkan

evaluasi sediaan meliputi volume terpindahkan dan nilai pH. Tahap awal

pengujian sediaan dilakukan pengujian evaluasi granul. Tujuan evaluasi granul

adalah untuk menilai apakah granul yang dihasilkan telah memenuhi kriteria

sebagai granul yang baik atau tidak. Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji

kelembaban. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan serbuk sedemikian

rupa kedalam alat uji kelembaban moisture analyzer. Hasil yang didapat pada

pengujian batch 1 dengan bobot yang digunakan untuk uji sebesar 1,085 g didapat

angka kelembaban sebesar 3,75 %. Sedangkan pada batch 2 dengan bobot uji

seberat 1,050 g diperoleh angka kelembaban sebesar 2,85 %. Kadar air yang baik

untuk suatu granul adalah kurang dari 2 % (Ansel, 2005). Sehingga granul yang

dibuat dalam praktikum ini masih kurang baik.

25

Page 27: Laporan Sirup Amox Greget

Uji kedua yang dilakukan adalah uji waktu alir. Pada batch 1 didapatkan

laju alir sebesar 0,46 g/detik, sedangkan pada batch 2 didapat hasil sebesar 3,56

g/detik. Semakin besar nilai laju alir dari suspensi kering maka laju alirnya akan

semakin baik dan sediaan sirup kering tersebut semakin mudah untuk dituang.

Laju alir juga berpengaruh dalam proses produksi suatu sediaan, dimana laju alir

dibutuhkan untuk menjamin keseragaman bobot sediaan. Uji ketiga adalah

pengujian sudut diam dimana dari hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat

angka pada batch 1 diperoleh sudut diam sebesar 32o dan batch 2 sebesar 32,3o.

Menurut standar ISO, sudut diam merupakan sudut yang terbentuk pada ujung

bentuk kerucut dari sampel, setelah sejumlah sampel dibiarkan jatuh pada bidang

horizontal yang memiliki permukaan datar, dan dengan kondisi tertentu. Granul

yang baik biasanya memiliki nilai sudut diam kurang dari atau sama dengan 30o,

sudut diam yang lebih besar atau sama dengan 40o biasanya daya mengalirnya

kurang baik. Dari hasil perhitungan sudut diam yang diperoleh, sudah

menunjukkan kedekatan dengan nilai sudut diam granul yang baik.

Uji sediaan yang pertama dilakukan adalah uji volume terpindahkan.

Sediaan direkonstusikan dengan pelarut air hingga volume awalnya 100 mL.

Kemudian suspensi sirup kering dituangkan ke dalam gelas ukur untuk

menentukan volume terpindahkan dari sediaan tersebut. Volume terpindahkan

pada sediaan adalah 92 mL. Volume terpindahkan yang diperoleh sudah sesuai

dengan literatur yaitu tidak lebih 100% (100 ml) dan tidak ada volume wadah

yang kurang dari 90% dari volume yang dinyatakan dalam etiket (Depkes RI,

1995).

Penetapan pH untuk sediaan dalam formulasi yang digunakan menunjukan

nilai pHnya sebesar 4,01. Hal ini sudah sesuai dengan kondisi stabil dari zat aktif

amoxicillin yaitu berkisar antara pH 3,5-6.

26

Page 28: Laporan Sirup Amox Greget

BAB VIIIKESIMPULAN

1. Dalam pembuatan sirup kering amoxicillin ditambahkan beberapa zat

tambahan yaitu carboxymethylcellulose sodium, natrium benzoat, sorbitol,

laktosa, asam sitrat, pewarna karmin. Formulasi sediaan sirup kering

amoxicillin dibuat dalam bentuk suspensi kering, dimana harus direkonstitusi

terlebih dahulu sebelum digunakan.

2. Tahapan secara umum pembuatan sirup kering amoxicillin yaitu dibuat

campuran granul I terdiri dari sorbitol dan CMC-Na sedangkan campuran

granul II terdiri dari pewarna, perasa dan natrium benzoat, yang kemudian

kedua campuran disatukan, lalu ditambahkan laktosa dan asam sitrat.

Amoxicillin ditambahkan terakhir setelah campuran tadi dikeringkan dengan

oven.

3. Evaluasi yang dilakukan pada sediaan sirup kering meliputi uji waktu alir,

ujikelembaban, uji sudut diam, uji volume terpindahkan dan uji pH.

27

Page 29: Laporan Sirup Amox Greget

\

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta :

UI Press.

Buhler, Volker. 2001. Generic Drug Formulation Second Edition. BHSF Fine

Chemical

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Kohli, D. P. S; dan D. H. Shah. 1998. Drug Formulation Manual. India: Easten

Publishers

Lasy, Charles F., Lora L. Amstrong, Marton P. Goldman, Leonard L. Lance.

2004. Drug Information Handbook 12th Edition. Ohio: Lexi Comp

McEvoy and K. Gerald. 2002. AHFS Drug Information, American Society of

Health System Pharmacists. USA

Moffat, A.C., David O., Brian W. 2004. Clarke’s Analysis Of Drug and Poison In

Pharmaceutical, Body Fluids and Postmortem Material 3rd Edition.

London: Pharmaceutical press

Mycek, Mary J., Richard A. Harvey dan Pamela C. Champe. 2001. Farmakologi

Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: Penerbit Widya Medika

Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical

Exipients. Pharmaceutical Press. London.

28