laporan praktikum laju penyerapan air
DESCRIPTION
hasil praktik laju penyerapan airTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
“Laju Penyerapan Air”
(Difusi, Osmosis, Dan Imbibisi)
OLEH
NAMA : ILHAM
NIM : 12 54211 020
PRODI : AGROTEKNOLOGI
YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROSSEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
(STIPER YAPIM)2013/2014
-IL
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Anugerah-Nya. Tak lupa pula kita panjatkan sholawat dan salam atas
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para Sahabat dan pengikutnya yang
membawa dan mengajarkan risalahnya kepada umat islam sehingga dalam
penyusunan laporan ini dapat diselesaikan.
Laporan hasil praktikum yang disusun oleh penulis ini berjudul “Laju
Penyerapan Air (Difusi, Osmosis, dan Imbibisi)”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini telah banyak pihak
yang membantu dan membimbing, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada para dosen dan asisten yang telah memberikan bimbingan selama
praktikum, serta teman-teman mahasiswa atas kerja samanya selama praktikum.
Penulis juga menyadari bahwa laporan ini memiliki kekurangan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi sempurnanya
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Maros, 04 Oktober 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 3
C. Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
A. Difusi ....................................................................................................... 4
B. Osmosis ................................................................................................... 6
C. Imbibisi .................................................................................................... 8
BAB III METODE PRAKTIKUM ......................................................................... 12
A. Tempat dan Waktu ................................................................................. 12
B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 12
C. Metode Kerja .......................................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 13
A. Hasil Pengamatan ................................................................................... 13
B. Pembahasan ............................................................................................ 16
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 20
A. Kesimpulan ............................................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua proses fisiologi di dalam jaringan tanaman tidak akan terjadi tanpa
adanya air yang berperan penting dalam proses tersebut. Selama pertumbuhan
tanaman air memiliki peranan penting di antaranya berperan sebagai pelarut bahan-
bahan organik, bahan utama proses fotosintesis dan lain-lain. Jika tanaman
mengalami stress air, maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut tidak
akan berjalan normal. Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan
pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat
rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya
dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal
spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri
dari xylem dan phloem. (Wazza, 2010).
Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2,
air dan unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap dalam bentuk larutan ion.
Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung karena adanya proses, difusi,
osmosis, transpor aktif, dan imbibisi.
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Proses difusi terjadi didalam proses metabolisme. Metabolisme pada organisme multi
seluler meliputi banyak hal diantaranya transpor materi dan energi (Anonim,2009).
1
Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari daerah dimana
air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit . Osmosis sangat ditentukan
oleh potensial kimia air atau potensial air , yang menggambarkan kemampuan
molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki
kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah kondisi yang sama.
Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi
bebas mol -1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih
sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung
untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang
berpotensial kimia lebih kecil (Ismail, 2006).
Imbibisi merupakan peyusupan atau peresapan air kedalam ruang antar dinding
sel, sehingga sehingga dinding selnya akan mengembang. Misalnya masuknya air
pada biji saat berkecambah dan biji kacang hijau yang direndam dalam air beberapa
jam. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik
tanah, udara maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya
ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan
sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap air atau embun),
sehingga yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar dan
biji yang melunak (Anonim, 2009).
2
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini berdasarkan indikator pengantar sebelumnya
yakni untuk mengetahui proses terjadinya difusi, osmosis, dan imbibisi.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui proses terjadinya difusi, osmosis, dan imbibisi.
2. Mampu mengidentifikasi bagaimana proses terjadinya difusi, osmosis, dan
imbibisi.
3. Menambah pengetahuan serta pengalaman mahasiswa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan
konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus
terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai
keadaankesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada
perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh
tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang
berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler.
Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang
diam dari solid atau fluida. Difusi dan osmosis adalah termasuk transport pasif artinya
transport yang tidak memerlukan energi (ATP) (Anonim A,2009).
Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat yang
tidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya adalah
difusi. Ada dua jenis difusi yang dilakukan, yaitu difusi biasa dan difusi khusus.
Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yang hydrophobic atau tidak berpolar / berkutub. Molekul dapat langsung berdifusi
ke dalam membran plasma yang terbuat dari phospholipids. Difusi seperti ini tidak
memerlukan energi atau ATP (Adenosine Tri-Phosphate). Difusi khusus terjadi ketika
sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang hydrophilic atau berpolar dan ion.
4
Difusi seperti ini memerlukan protein khusus yang memberikan jalur kepada partikel-
partikel tersebut ataupun membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan
karena partikel-partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma dengan
mudah. Protein-protein yang turut campur dalam difusi khusus ini biasanya berfungsi
untuk spesifik partikel (Anonim B,2009).
Difusi merupakan usaha untuk meniadakan beda kadar antara dua larutan yang
berbatasan tanpa adanya dinding pemisah. Pada akhirnya difusi kedua larutan akan
bercampur menjadi larutan yang homogen (Anonim B,2009).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu :
1. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,
sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran
Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
3. Luas suatu area
Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak
Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
5. Suhu
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
5
6. Jumlah eryth/kadar Hb
7. Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
8. Waktu difusi
9. Afinitas gas
(Anonim A dan Anonim B, 2009).
B. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermeabel
selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran
semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan
pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi
yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya
pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi
yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat
koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari daerah
dimana air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit. Osmosis sangat
ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan
kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air
6
akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah
kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram
molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut
kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi
cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju
daerah yang berpotensial kimia lebih kecil (Ismail, 2006).
Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan
kedalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh
organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain
air,molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati
membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses Osmosis akan berhenti jika
konsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah mencapai keseimbangan
(Anonim, 2009). Struktur dinding sel dan membran sel berbeda. Membran
memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut, dinding sel
primer biasanya sangat permeabel terhadap keduanya. Memang membran sel
tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah
yang menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila
timbul tekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel
darah merah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam
menegakkan tumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury, 1995).
7
Prinsip osmosis: transfer molekul solvent dari lokasi hypotonic (potensi rendah)
solution menuju hypertonic solution, melewati membran. Jika lokasi hypertonic
solution kita beri tekanan tertentu, osmosis dapat berhenti, atau malah berbalik arah
(reversed osmosis). Besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis
disebut sebagai osmotic press. Jika dijelaskan sebagai konsep termodinamika,
osmosis dapat dianalogikan sebagai proses perubahan entropi. Komponen solvent
murni memiliki entropi rendah, sedangkan komponen berkandungan solut tinggi
memiliki entropi yg tinggi juga. Mengikuti Hukum Termo II: setiap perubahan yang
terjadi selalu menuju kondisi entropi maksimum, maka solvent akan mengalir menuju
tempat yang mengandung solut lebih banyak, sehingga total entropi akhir yang
diperoleh akan maksimum. Solvent akan kehilangan entropi, dan solut akan
menyerap entropi. "Orang miskin akan semakin miskin, sedang yang kaya akan
semakin kaya". Saat kesetimbangan tercapai, entropi akan maksimum, atau gradien
(perubahan entropi terhadap waktu) = 0. Ingat : pada titik ekstrim, dS/dt = 0
(Wibosono, 2009).
C. Imbibisi
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke
seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang)
penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh
bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses
8
pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem.
(Wazza, 2010).
Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2,
air dan unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap dalam bentuk larutan ion.
Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung karena adanya proses, difusi,
osmosis, transpor aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses difusi
yang terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler
dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Proses imbibisi tidak melibatkan
membrane seperti pada peristiwa osmosis. Imbibisi terjadi karena permukaan-
permukaan struktur mikroskopik dalam sel tumbuhan, seperti selulosa, butir pati,
protein, dan bahan lainnya yang dapat menarik dan memegang molekul-molekul air
dengan gaya tarik antarmolekul. (Wazza, 2010).
Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses penyusupan atau
peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan
mengembang. Misalnya masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji kacang
yang direndam dalam air beberapa jam. Perbedaan antara osmosis dan imbibisi yaitu
pada imbibisi terdapat adsorban. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya
imbibisi adalah adanya gradient potensial air antara permukaan adsorban dengan
senyawa yang diimbibisi dan adanya afinitas antara komponen adsorban dengan
senyawa yang diimbibisi. (Wazza, 2010).
Imbibisi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu temperatur dan potensial osmosis
senyawa yang diimbibisi. Temperatur tidak mempengaruhi kecapatan imbibisi,
9
sedangkan potensial osmosis dapat mempengaruhi kedua-duanya. Saat biji kacang
hijau yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antarsel penyusun
endosperm secara osmosis. Peristiwa tersebut termasuk peristiwa imbibisi. Kecepatan
imbibisi berbanding lurus dengan kenaikan suhu dan berbanding terbalik dengan
kenaikan konsentrasi zat. (Wazza, 2010).
Dinding sel hidup selalu rembes dan kadang-kadang dikelilingi oleh larutan cair
yang sinambung dari satu sel ke sel lainnya, sehingga membentuk suatu jalinan pada
seluruh tumbuhan. Dipandang dari sudut hubungannya dengan larutan ini, sebuah sel
tumbuhan biasanya dapat dibandingkan dengan sistem osmosis tipe tertutup. Kedua
selaput sitoplasma, yaitu plasmalema di sebelah luar dan tonoplas di sebelah dalam,
kedua-duanya sangat permeabel terhadap air, tetapi relatif tak permeabel terhadap
bahan terlarut, sehingga untuk mudahnya seluruh lapisan sitoplasma itu dapat
dianggap sebagai membran sinambung dan semi-permeabel. (Yusuf, 2009).
Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid)
atau agak padat (semi solid) karena benda-benda itu mempunyai zat penyusun dari
bahan yang berupa koloid (Yusuf, 2009). Banyak benda-benda kering atau benda
setengah padat dapat menyerap air (absorpsi) karena benda-benda tersebut
mengandung materi koloid yang hidrofil. Hidrofil artinya menarik air. Contoh pada
tumbuhan misalnya biji yang kering. Penyerapan air dipengaruhi oleh faktor dalam
(disebut pula faktor tumbuhan) dan faktor luar atau faktor lingkungan (Yusuf, 2009).
Faktor dalam terdiri dari:
1. Kecepatan transpirasi : semakin cepat transpirasi makin cepat penyerapan.
10
2. Sistem perakaran : tumbuhan yang mempunyai system perakaran berkembang
baik, akan mampu mengadakan penyerapan lebih kuat karena jumlah bulu akar
semakin banyak.
3. Kecepatan metabolisme : karena penyerapan memerlukan energi, maka
semakin cepat metabolismem (terutama respirasi) akan mempercepat
penyerapan. (Yusuf, 2009)
Faktor luar atau faktor lingkungan terdiri dari:
1. Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia antara
kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi kapasitas lapang
penyerapan terhambat karena akan berada dalam lingkungan anaerob.
2. Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi
berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin sulit
penyerapan.
3. Temperatur tanah : temperatur mempengaruhi kecepatan metabolism. Ada
temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu saja ada temperatur optimum
untuk penyerapan.
4. Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu
maksudnya oksigen dan lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi mempengaruhi
proses respirasi aerob, kalau tidak baik akan menyebabkan terjadinya kenaikan
kadar CO2 yang selanjutnya menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat
terhadap permeabilitas membran sel. (Yusuf, 2009).
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum fisiologi tumbuhan tentang laju penyerapan air (difusi, osmosis, dan
imbibisi) ini dilaksanakan di Kampus I ruang B YAPIM Maros, pada hari Minggu, 29
September 2013 pukul 14.30 sampai selesai.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Alat
Pisau/cutter
Gelas transparan
Stopwatch
Timbangan
Pena
2. Bahan
Gula
Air
Air aqua (air oksigen)
Kentang
Pewarna makanan
Tinta
Kacang hijau
12
C. Metode Kerja
1. Percobaan pertama
Pertama-tama gelas A, B, C, D, E, dan F di isi dengan air dan di campur
dengan gula dengan takaran gelas A, B, C sebanyak 10 gram serta gelas
D, E, F dengan takaran sebanyak 30 gram lalu aduk sampai rata.
Teteskan pewarna makanan kepada masing-masing gelas sebanyak 1
tetes. Aduk sampai rata.
Kupas kulit kentang dan Potong kentang menjadi 6 bagian dengan berat
masing-masing 50 gram.
Kemudian masukkan potongan kentang kedalam masing-masing gelas.
Dan diamkan selama 25 menit.
Setelah 25 menit angkat potongan kentang tadi kemudian timbang
masing-masing potongan kentang tersebut.
Amati perubahan masing-masing potongan kentang tersebut.
2. Percobaan kedua
Siapkan gelas transparan yang di isi dengan air sebanyak 250 ml.
Kemudian teteskan tinta hitam sebanyak 5 tetes kedalam gelas.
Lalu amati proses percampuran tinta dengan air dan gunakan stopwatch
untuk mengetahui berapa lama proses percampuran terjadi.
Setelah tinta dan air mengalami proses percampuran dan tidak ada
pergerakan proses percampuran, matikan stopwatch dan catat waktu yang
dibutuhkan untuk proses percampuran.
13
Lakukan percobaan percampuran tinta dengan air sebanyak tiga kali
percobaan.
3. Percobaan ketiga
Siapkan tiga gelas yang berisi air 100 ml. kemudian timbang kacang hijau
dengan takaran 50 gram.
Kemudian rendam kacang hijau kedalam gelas selama 15 menit.
Setelah 15 menit tiriskan kacang hijau dan timbang kembali berat kacang
hijau.
Amati dan buat kesimpulan.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Percobaan pertama
No Jenis LarutanBerat Kubus Umbi Kentang
KeteranganSebelum Sesudah
A Larutan gula 10 gram + pewarna makanan
50 gram 60 gram lebih Warna umbi berubah menjadi kuning pucat dan rasa agak manis
B Larutan gula 10 gram + pewarna makanan
50 gram 60 gram lebih Warna umbi berubah menjadi kuning pucat dan rasa agak manis
C Larutan gula 10 gram + pewarna makanan
50 gram 60 gram lebih Warna umbi berubah menjadi kuning pucat dan rasa agak manis
D Larutan gula 30 gram + pewarna makanan
50 gram 50 gram lebih Warna umbi berubah menjadi kuning segar dan rasa agak lebih manis
E Larutan gula 30 gram + pewarna makanan
50 gram 50 gram lebih Warna umbi berubah menjadi kuning segar dan rasa agak lebih manis
F Larutan gula 30 gram + pewarna makanan
50 gram 50 gram lebih Warna umbi berubah menjadi kuning segar dan rasa agak lebih manis
2. Percobaan kedua
15
No Percobaan WaktuA
B
C
250ml (5 tetes pertama)
250ml (5 tetes kedua)
250ml (5 tetes ketiga)
5 menit 10 detik
4 menit 30 detik
6 menit 34 detik
3. Percobaan ketiga
No Berat sebelum (g) Berat sesudah g) Selisih (g)
A
B
C
50 gram
50 gram
50 gram
60 gram
70 gram
70 gram lebih
10 gram
20 gram
20 gram lebih
B. Pembahasan
Pada percobaan pertama yakni pada peristiwa terjadinya proses osmosis di
ketahui bahwa berat yang di alami masing-masing potongan kentang yang awalnya
50 gram mengalami peningkatan berat setelah di lakukan proses perendaman pada
larutan gula dengan takaran gelas A, B, C sebanyak 10 gram dan larutan gula pada
gelas D, E, dan F sebanyak 30 gram. Peningkatan berat pada kentang ini terjadi
setelah dilakukan perendaman selama 25 menit pada masing-masing larutan gula.
Pada larutan gula 10 gram pada gelas A, B, C mengalami peningkatan berat dari yang
awalnya 50 gram menjadi 60 gram lebih serta warna yang berubah menjadi lebih
kuning pucat serta rasa yang dihasilkan agak manis di karenakan laju masuknya
larutan gula pada potongan kentang lebih cepat dengan konsentrasi gula sebesar 10
gram. Pada larutan gula 30 gram pada gelas D, E, dan F mengalami peningkatan berat
16
dari yang awalnya 50 gram menjadi 50 gram lebih. Warna pada potongan kentang
ikut pula mengalami perubahan menjadi kuning segar serta rasa pada potongan
kentang menjadi lebih manis. Lambatnya pergerakan air masuk kedalam potongan
kentang disebabkan karena tingginya kadar kekentalan air yang disebabakan oleh
larutan gula. Serta rasa yang menjadi lebih manis karena tingginya kadar gula pada
larutan. Jadi jelas sekali perbedaan yang terjadi pada setiap potongan kentang. Proses
Osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah
mencapai keseimbangan (Anonim, 2009).
Pada percobaan kedua yang dilakukan untuk mengetahui proses terjadinya
difusi pada percampuran air dan tinta. Pada percobaan gelas A dengan air sebanyak
250 ml yang diteteskan tinta sebanyak 5 tetesan mengalami proses pergerakan yang
kemudian di hitung berapa lama proses terjadinya percampuran antara air dan tinta
hingga tak ada lagi pergerakan. Pada percobaan A didapati lama proses percampuran
tinta dengan air hingga tak ada lagi pergerakan tinta selama 5 menit 10 detik. Pada
percobaan gelas B selama 4 menit 30 detik sedangkan pada percobaan gelas C
didapati waktu percampuran selama 6 menit 54 detik. Difusi adalah peristiwa
mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi
ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua
larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana
perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Difusi
dan osmosis adalah termasuk transport pasif artinya transport yang tidak memerlukan
17
energi (ATP) (Anonim A,2009). Faktor yang mempengaruhi difusi diantanya
adalah Ukuran partikel, ketebalan membran, luas suatu area, jarak, suhu, jumlah
eryth/kadar Hb, perbedaan tekanan dan konsentrasi gas, waktu difusi, afinitas gas
(Anonim A dan Anonim B, 2009).
Pada percobaan yang ketiga yang dilakukan untuk mengetahui proses terjadinya
imbibisi pada biji kacang hijau yang direndam selama 15 menit. Pada percobaan gelas
A di dapati penambahan berat dari yang awalnya 50 gram menjadi 60 gram. Padap
proses ini terjadi selisih berat sebanyak 10 gram. Pada percobaan gelas B terjadi
penambahan berat menjadi 70 gram dengan selisi berat 20 gram. Dan pada percobaan
gelas C terjadi pertambahan berat menjadi 70 gram lebih dengan selisi 20 gram lebih
dari berat sebelumnya. Dari hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa biji yang
direndam dalam air mengalami penambahan berat, Penambahan berat tersebut
disebabkan karena penyerapan air oleh biji kering menyebabkan terjadinya peristiwa
imbibisi karena air masuk ke dalam biji melewati membran sel, serta adanya tarik
menarik antar molekul-molekul air dengan molekul-molekul dinding sel atau plasma
sel yang berukuran makromolekul seperti protein, amilum dan lain-lain yang disebut
senyawa higroskopik sehingga plasma sel mengembang dan menyerap air. Pada biji
selalu bertambah berat disebabkan oleh penyerapan air oleh permukaan yang
menyebabkan kacang hijau mengembang serta beratnya bertambah setelah menyerap
air, selain itu semakin tinggi suatu konsentrasi larutan maka kemampuan biji untuk
menyerap suatu larutan akan semakin besar, sehingga air akan semakin cepat
bergerak kedalam biji dikarenakan konsentrasi potensial air larutan dalam biji rendah
18
dibandingkan dengan potensial air larutan tersebut sehingga berat biji menjadi
bertambah (Anwar, 2008). Imbibisi yaitu peristiwa meresapnya air di
antara partikel dinding, sehingga dinding selnya mengembang.
mbibisi yaitu peristiwa meresapnya air di antara partikel dinding, sehingga
dinding selnya mengembang. Imbibisi terjadi pada benda-benda yang permukaannya
terdiri dari bagian-bagian yang dapat mengikat molekul air, sehingga bagian-bagian
tersebut menjadi renggang dan mengembang (Dara, 2009).
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pada
percobaan pertama yakni proses terjadinya osmosis pada larutan gula dengan kentang
diketahui bahwa Dengan kadar gula yang tinggi akan membuat suatu benda menjadi
terapung dan terjadi perubahan tekstur serta berat dan terjadilah suatu proses yang
disebut dengan osmosis dimana osmosis merupakan perpindahan molekul-molekul
zat pelarut dari tempat yang berkosentrasi rendah ke tempat berkonsentrasi tinggi
melalui membran semi permeabel.
Pada percobaan kedua yakni proses terjadinya difusi diketahui bahwa
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi
yang ada pada larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga
seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai
keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada
perbedaan konsentrasi.
Pada percobaan yang ketiga yakni pada proses terjadinya imbibisi kesimpulan
yang dapat di tarik adalah imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang terjadi
pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Proses imbibisi tidak melibatkan membrane
seperti pada peristiwa osmosis. Imbibisi terjadi karena permukaan-permukaan
20
struktur mikroskopik dalam sel tumbuhan, seperti selulosa, butir pati, protein, dan
bahan lainnya yang dapat menarik dan memegang molekul-molekul air dengan gaya
tarik antarmolekul. Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses
penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding
selnya akan mengembang.
B. Saran
Saran dari praktikan diharapkan pada praktikum selanjutnya agar dalam
pelaksanaan praktikum lebih disiplin dan tepat waktu agar hasil yang diperoleh lebih
maksimal.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Osmosis (di akses pada tanggal 02 oktober 2013).
http://nandofiles.blogspot.com/p/proses-osmosis-pada-kentang.html (di akses pada
tanggal 02 oktober 2013).
Anonim A. 2009. Difusi. http://id.wikipedia.org/wiki/Difusi (di akses pada tanggal 03
oktober 2013).
Anonim B. 2009. Difusi. http://id.wikipedia.org/wiki/DifusidanOsmosis (di akses
pada tanggal 04 oktober 2013).
http://agushome.blogspot.com/2010/07/peristiwa-imbibisi-pada-biji.html (di akses
pada tanggal 04 oktober 2013).
22