laporan praktikum 5 andi pengecilan
DESCRIPTION
THPTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Pengecilan Ukuran Bahan Hasil Pertanian)
Oleh :
Nama : Andi Mulyadana
NPM : 150610090083
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 4 April 2012
Waktu : 12.30 – 15.00 (Shift B)
Co.Ass : Tiwi
Wince Widaningsih
Oktaviana M.D
Pratiwi INF
LABORATURIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
Nilai:
(Acc Asisten)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan-bahan hasil pertanian sebelum diproses umumnya memiliki
ukuran dan bentuk yang terlalu besar untuk proses penanganan selanjutnya,
maka untuk itu bahan-bahan hasil pertanian tersebut perlu diperkecil melalui
proses pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran merupakan salah satu tahapan
dari beberapa proses lainnya dalam mata rantai penanganan hasil pertanian.
Tujuan dari pengecilan ukuran adalah memperluas permukaan bahan hasil
pertanian agar proses penanganan selanjutnya dapat berlangsung secara
efektif.
Untuk mendapatkan proses pengecilan ukuran yang efektif, perlu
dilakukan pengamatan mengenai pengukuran dan perhitungan performansi mesin
dengan memperhatikan kapasitas output dan rendemen hasil proses
pengecilan ukuran.
Beberapa kriteria ukuran karakteristik bahan hasil pengecil ukuran
antara lain : nisbah reduksi (reduction ratio), ayakan Tyler, modulus kehalusan
(fineness modulus), dan indek keseragaman (uniformity index). Salah satu
metoda yang digunakan untuk penentuan kinerja atau performansi mesin pengecil
ukuran pada penggilingan biji-bijian adalah penentuan nilai fineness modulus
(modulus kehalusan). Dimana nilai fineness modulus ini dapat menunjukkan
nilai rata-rata ukuran diameter bahan dari hasil pengecil ukuran. Setelah diketahui
nilai fineness modulus maka rata-rata diameter bahan hasil pengecilan ukuran
dapat dihitung.
1.2. Tujuan Praktikum
Mengukur dan mengamati pengecilan ukuran bahan hasil pertanian dengan
mengkaji performansi mesin dan rendemen hasil pengecilan ukuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bahan Hasil Pertanian
Pengecilan ukuran dapat didefinisikan sebagai penghancuran dan
pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis,
yaitumembaginya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan proses
penghancuran yang paling luas di dalam industri pangan barangkali adalah dalam
penggilingan butir-butir gandum menjadi tepung, akan tetapi penghancuran
inidipergunakan juga untuk beberapa tujuan, seperti penggilingan
jagungmenghasilkan tepung jagung, penggilingan gula, penggilingan bahan
pangankering seperti sayuran (Earle, 1983)
Pengecilan ukuran merupakan slah satu tahapan dari beberapa proses
lainnya dalam mata rantai penanganan hasil pertanian. Tujuan dari pengecilan
ukuran adalah memperluas permukaan bahan hasil pertanian agar proses
penanganan selanjutnya dapat berlangsung efektif. Bahan hasil pertanian
selanjutnya dapat diprose umumnya memiliki butiran yang terlalu besar untuk
digunakan, maka untuk itu perlu diperkecil melalui proses pengecilan ukuran.
Operasi pengecilan ukuran dibagi menjadi 2 kategori, yaitu pengecilan
ukuran bahan padat dan untuk bahan cair. Pengecilan ukkuran bahan padat dapat
dilakukan dengan pemotongan ( cutting ), penghancuran/pengilasan ( crushing ),
Pencacahan/pencincangan ( chopping ), pengikisan/penyosohan ( grinding ),
penggilingan ( milling ), pengkubusan ( dicing ), pengirisan ( slicing ). Sedangkan
pada bahan cair dilakukan dengan emulsifikasi ( emulsifikation ), dan atomisasi
( atomizing ). Proses pengecilan ukuran pada bahan pertanian dilakukkan dengan
cara mengiris ( cutting ), menggerus/menggilas/menghancurkan ( crushing ), dan
mengunting /penggeseran ( shearing ). Kinerja atau performansi suatu mesin
pengecil ukuran dapat ditentukan kapasitasnya, besarnya daya yang diperlukan
per satuan bahan, ukuran dan bentuk hasil proses pengecilan ukuran.
Pengecilan ukuran secara umum digunakan untuk menunjukkan pada
suatuoperasi, pembagian atau pemecahan bahan secara mekanis menjadi bagian
yang berukuran kecil (lebih kecil) tanpa diikuti perubahan sifat kimia.
Pengecilanukuran dilakukan untuk menambah permukaan padatan sehingga pada
saat penambahan bahan lain pencampuran dapat dilakukan secara merata
(Rifai,2009).
Tujuan Pengecilan Ukuran
1. Mempermudah ekstraksi unsur tertentu dan struktur komposisi.
2. Penyesuayan dengan kebutuhan spesifikasi produk ataumendapatkan
bentuk tertentu.
3. Untuk menambah luas permukaan padatan
4. Mempermudah pencampuran bahan secara merata
Beberapa Cara Pengecilan Ukuran
1. Pemotongan/Perajangan
Merupakan cara pengecilan ukuran dengan menghantamkan
ujung suatu benda tajam pada bahan yang dipotong. Struktur
permukaan yangterbentuk oleh proses pemotongan relatif halus,
pemotongan lebih cocok dilakukan untuk sayuran dan bahan lain
yang berserat (Rifai, 2009).
Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang
ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang,
buah dan lain-lain.Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang
digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas simplisia yang
dihasilkan. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan
pisau yang tajam danterbuat dari stainlees ataupun dengan mesin
pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan
pemakaian. Untuk tujuanmendapatkan minyak atsiri yang tinggi,
bentuk irisan sebaiknya adalahmembujur (split) dan jika ingin bahan
lebih cepat kering bentuk irisansebaiknya melintang (slice).
Perajangan terlalu tipis dapat mengurangizat aktif yang terkandung
dalam bahan.
Sedangkan jika terlalu tebal,maka pengurangan kadar air
dalam bahan agak sulit dan memerlukanwaktu yang lama dalam
penjemuran dan kemungkinan besar bahanmudah ditumbuhi oleh
jamur (Sembiring, 2007).
2. Kompresi/Pemukulan/Penggerusan/Penumbukan
Prinsip kerja dari kompresi adalah dengan tekanan yang kuat
terhadap buah, Biasannya, penghancuran ini untuk menghancurkan
buah yangkeras. Alat dari kompresi ini dinamankan chrushing rolls.
Proses inidilakukan dengan memberikan gaya tekan yang besar
sambil dilakukan penggesekan pada suatu permukan padat, sehingga
bahan terpecahdengan bentuk yang tidak tertentu. Umumnya,
permukaan alat dibuatdengan kekerasan tertentu, sehingga dapat
membentuk pencabikan bahan(Dewi, 2008). Pemukulan adalah
operasi pengecilan ukuran denganmemanfaatkan gaya impact, yaitu
pemberian gaya yang besar dalamwaktu yang singkat. Prinsip kerja
dari impact adalah dengan memukul buah. Alat yang biasa
digunakan yaitu hammer mill.
Alat ini untuk menghasilkan bahan dengan ukuran kasar,
sedang, dan halus (Dewi,2008). Bahan yang berserat atau kenyal
tidak dapat dikecilkan ukurannyadengan cara pemukulan, karena
gaya impact tidak dapat menyebabkan pecahnya bahan menjadi
bagian yang lebih kecil. Demikian pula bahanyang besar, tidak dapat
dikecilkan ukuranya dengan cara pemukulankarena akan merusak
bentuk asal (Rifai, 2009)
3. Menggiling/Shearing
Cara ini menggunakan prinsip impact, yaitu dengan
mengikis buah ataumenggiling buah. Alat yang biasa digunakan
dalam metode ini adalahDisc Atrition Mill. Alat ini untuk
menghasilkan bahan dengan ukuranyang halus (Maharani, 2008)
2.1.1. Penanganan Ubikayu
Di berbagai negara, berbagai metoda penanganan dan pengolahan ubikayu
dilakukan, bukan hanya untuk meningkatkan umur simpan dan kegunaannya, tapi
juga untuk meningkatkan keamanannya karena ubikayu berpotensi mengandung
asam sianida yang dapat menimbulkan keracunan bahkan kematian. Beberapa
metoda penanganan dan pengolahan akan iuraikan di bawah, yang merupakan
kombinasi dari pengolahan primer dan sekunder.
2.1.2. Pengupasan
Langkah pertama dalam penanganan adalah pengupasan, di mana ini
langkah ini mampu menurunkan potensi keracunan asam sianida dari bahan
mentah karena kulit yang sekitar 15% dari berat total mengandung 5 sampai 10
kali lebih banyak bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan keracunan. Namun
demikian, pengupasan juga membuang enzim linamarin, yang berguna untuk
netralisasi racun dalam proses pengolahan, dalam jumlah besar yang terdapat pada
kulit. Misalnya, pemarutan ubikayu dengan kulitnya seperti yang dilakukan di
Brazil dlam pembuatan farinha, dapat menghilangkan potensi asam sianida dalam
pengolahan selanjutnya.
Pengupasan biasanya dilakukan secara manual menggunakan pisau.
Kapasitasnya tidak terlalu besar, sekitar 25 kg/jam/orang, tetapi memberikan hasil
terbaik. Alat pengupas mekanis telah dibuat dengan desain yang sederhana
sehingga dapat diproduksi oleh bengkel kecil dengan performa yang cukup baik
dan susut yang minimum, namun pada umumnya pengupas mekanis tingkat
efisiensinya rendah. Untuk beberapa tahun ke depan, pengupasan manual masih
merupakan pilihan utama.
2.1.3. Pengecilan ukuran dengan pemarutan
Ukuran ubikayu kadangkala terlalu besar untuk diolah langsung sehingga
perlu dikecilkan ukurannya sebelum diolah. Dalam pembuatan gaplek atau tepung
ubikayu, di tingkat rumah tangga, ubikayu dirajang secara manual menggunakan
pisau. Pekerjaan berlangsung lambat dan menghasilkan irisan yang tidak seragam,
memerlukan 3 sampai 7 hari penjemuran untuk pengeringannya sehingga
menimbukan bau asam. Perajangan manual mempunyai kelebihan dalam
menghasilkan rajangan yang ebih tipis dan seragam sehingga dapat dikeringkan
dengan lebih cepat melalui penjemuran. Irisan ubikayu berbentuk jari tangan lebih
menguntungkan dalam penjemuran, karena irisan yang tipis cenderung menempel
satu sama lain sehingga harus selalu diurai dalam penjemuran, bila tidak hasil
pengeringan tidak seragam. Irisan ubikayu sebesar jari kelingking dapat
dikeringkan melalui penjemuran selama 6 sampai 8 jam. Bila dikerjakan secara
manual, perajangan berkapasitas 60 sampai 70 kg/jam, sedangkan perajang
mekanis berkapasitas hingga 1 ton/jam.
Langkah pertma dalam persiapan pengolahan ubikayu menjadi bahan
pangan adalah pengecilan ukuran, bisa dilakukan dengan pemarutan atau
penumbukan. Contoh pengolahan seperti ini dijumpai pada pembuatan gari di
nigeria, farinha di Brazil, roti ubikayu di beberapa negara di Amerika Selatan dan
Kepulauan Karibia. Ekstraksi pati ubikayu juga dilakukan setelah pemarutan.
Proses pemarutan biasanya dapat menurunkan bahkan menghilangkan potensi
keracunan akibat aktifitas enzim linamarase yang dibebaskan melalui pemarutan.
Dalam pembuatan pati, hasil parutan biasanya dicuci dan pati dipisahkan melalui
pengendapan.
Di Nigeria, pemarutan dilakukan secara mekanis menggunakan mesin
pemarut yang dapat dioperasikan secara manual maupun digerakkan dengan
motor bakar. Tipe manual berkapasitas 30 kg/jam, sedangkan tipe penggerak
motor bakar berkapasitas hingga 800 kg/jam. Ubikayu yang dipanen muda
biasanya lebih mudah diparut dibandingkan ubikayu yang dipanen pada umur
yang tua karena banyak mengandung serat kayu.
2.1.4. Perajangan (slicing)
Perajangan (slicing) adalah proses pengecilan ukuran bahan dengan
menggunakan pisau untuk mendapatkan ukuran panjang potongan yang lebih
kecil dan tipis dengan arah melintang, miring, atau sejajar panjang bahan yang
dipotong. Tujuan utama dari perajangan yaitu untuk memperkecil ukuran bahan
sehingga dapat mempercepat proses pengeringan karena permukaan yang
diperbesar dan pada akhirnya penurunan kadar air lebih cepat selama masa
pengeringan. Walaupun pada dasarnya mengiris, merajang, atau memotongadalah
sama, tetapi perajangan yang dilakukan baik di atas landasan maupun tidak,
biasanya menggunakan pisau atau alat-alat lain yang sesuai dengan keperluannya.
Perajangan juga dilakukan untuk mendapatkan produk yang tipis dan beragam.
Pada dasarnya dalam perajangan diperlukan pisau pengiris yang tipis dan tajam,
arah perajangannya dapat ke segala arah, ukuran lebar irisan relatif besar bila
dibandingkan dengan tebalnya. Pada umumnya produk yang diperoleh diharapkan
mempunyai struktur dan bentuk yang baik serta beragam (Darji, 1986).
Mesin perajang dengan satu jenis pisau menghasilkan irisan tipis dengan
dua permukaan irisan. Untuk kebutuhan pemakaiannya baisanya akan disesuaikan
dengan keperluan pangan maupun keperluan lain, dimana dilakukan dengan
alat/mesin perajang yang menggunakan pisau pada landasan. Masing-masing
mesin perajang akan memberikan hasil irisan yang berbeda. Mesin perajang
dengan satu jenis pisau akan memberikan hasil irisan yang mempunyai dua
permukaan irisan. Mesin perajang yang menggunakan dua jenis pisau akan
menghasilkan irisan dengan empat permukaan irisan, mesin dengan tiga jenis
pisau akan menghasilkan irisan dengan enam permukaan irisan dan dapat
beebentuk kubus. Ketiga jenis mesin tersebut banyak digunakan di industri-
industri makanan, saperti kerupuk singkong, potato chips, dan beberapa jenis
makanan yang berbentuk kubus (Pearson, 1990).
Mesin perajang dengan pisau bergerak, baik yang bergerak secara
horisontal maupun vertikal, bahan yang akan dirajang didorong dengan arah tegak
lurus atau membuat sudut tertentu terhadap bidang lintasan pisau. Akan tetapi,
pada mesin yang pisaunya diam, bahan yang dirajang akan mendapat dua doronan
yang arahnya tegak lurus terhadap bidang rajangan dan sejajar bidang rajangan
(anonim, 2002).
Mesin pemarut umbi bertenaga motor bakar
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Pisau, tampah, stopwatch, wadah plastik, timbangan, mesin
penyerut
Bahan : Singkong
3.2 Prosedur Percobaan
1. Menimbang bahan yang akan diproses dengan mesin pengecil ukuran (a
kg)
2. Mengupas bahan dan menimbang (b kg)
3. Menjalankan mesin dan masukkan bahan ke dalam mesin
4. Menghitung waktu yang dibutuhkan selama proses penyerutan (x menit)
5. Menimbang bahan sesudah diserut
6. Mengamati performansi mesin dan mekanisme kerja proses mesin
7. Menghitung kapasitas throughout ( akgxmenit )
8. Menghitung kapasitas output ( c kgxmenit )
9. Menghitung rendemen:
Rendemen pengupasan = b kga kg
x 100%
Rendemen penyerutan = c kgb kg
x 100%
10. Mengeringkan bahan dalam oven untuk praktikum minggu depan
11. Menghitung efisiensi pengecilan ukuran
= kapasitas aktualkapasitas teoritis
x 100%
12. Hitung luas permukaan bahan meliputi luas permukaan awal (utuh) dan
luas permukaan akhir (setelah diiris)
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Kelompok 1
Tabel 1. Penyerutan Singkong dengan Mesin
No Parameter yang Diukur Satuan
1 Massa awal bahan (a) 0,14856 kg
2 Massa bahan setelah dikupas (b) 0,11552 kg
3 Massa bahan setelah diserut (c) 0,11629 kg
4 Waktu penyerutan (x) 1,66 menit
Sumber: Data Praktikum kelompok 1
Penghitungan:
Kthroughout = a/x = 0,14856 kg/1,66 menit = 0,089 kg/menit
Koutput = c/x = 0,11629 kg/1,66 menit = 0,070 kg/menit
Rpengupasan = b/a×100% = 0,11552 kg/0,14856 kg×100% = 77,76%
Rpenyerutan = c/b×100% = 0,11629 kg/0,11552 kg×100% = 100,67%
Kaktual = Koutput× 60 = 0,070kg/menit× 60 = 4,2kg/jam
v = 2π/60×rpm ×r
= 2π/60×1540,54×0,055m
= 8,873m/jam
A = πr2
= π(0,055m)2
= 0,00950m2
Kteoritis = v × n × A × ρ
= 8,873m/jam× 1 × 0,00950m2 ×1.044kg/jam
= 88,002 km/jam
Eff. mesin = Kaktual/Kteoritis×100%
= 4,2kg/jam/88,002kg/jam×100%
= 4,773%
Kelompok 2
Tabel 2. Penyerutan Singkong dengan Mesin
No Parameter yang Diukur Satuan
1 Massa awal bahan (a) 0,116 kg
2 Massa bahan setelah dikupas (b) 0,091 kg
3 Massa bahan setelah diserut (c) 0,095 kg
4 Waktu penyerutan (x) 1,25 menit
Sumber: Data Praktikum kelompok 2
Penghitungan:
Kthroughout = a/x = 0,116 kg/1,25 menit = 0,093 kg/menit
Koutput = c/x = 0,095 kg/1,25 menit = 0,076 kg/menit
Rpengupasan = b/a×100% = 0,091 kg/0,116 kg×100% = 77,45%
Rpenyerutan = c/b×100% = 0,095 kg/0,091 kg×100% = 104,40%
Kaktual = Koutput× 60
= 0,076 kg/menit × 60 menit/jam
= 4,56 kg/jam
v = 2π/60×rpm ×r
= 2π/60×1540,54×0,055m
= 8,873 m/jam
A = πr2
= π(0,055m)2
= 0,0095 m2
Kteoritis = v×n×A×ρ
= 8,873m/jam×1×0,0095m2×1.044kg/jam
=88,002 km/jam
Eff. mesin = Kaktual/Kteoritis×100%
= 4,56kg/jam/88,002kg/jam×100%
= 5,18%
Kelompok 3
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pengirisan Singkong dengan Mesin
No Parameter yang diukur Satuan
1 Massa awal bahan (a) 0,13 kg
2 Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0.10 kg
3 Massa awal bahan setelah diiris (c) 0.08 kg
4 Waktu Pengirisan (x) 0,51 menit
Sumber : data praktikum kelompok 3
1. Kthroughout = a/x = 0,13kg/0,51menit = 0,25 kg/menit
2. KOutput = c/x = 0,08 kg/0,51 menit = 0,16 kg/menit
3. RPengupasan = b/a×100% = 0,10 kg/0,13 kg×100% = 76,92%
4. RPenyerutan= c/b×100% = 0,08 kg/0,10 kg×100% = 61,54%
5. KAktual = Koutput× 60 = 0,16 kg/menit × 60 menit/jam = 9,6 kg/jam
6. v = 2π/60×rpm ×r
= 2π/60×605,87×0,15m
= 9,51 m/jam
7. A = p.l = 0,09 × 005 = 0,0045 m2
8. KTeoritis = v×n×A×ρ
= 9,51m/jam×2×0,0045m2×1.044kg/jam
= 89,36 km/jam
9. Eff. mesin = Kaktual/Kteoritis×100%
= 9,6 kg/jam/89,36kg/jam×100%
= 10,74%
Kelompok 4
Data hasil pengukuran kelompok 4
No. Parameter yang Diukur Satuan
1 Massa awal bahan (a) 0,11186 kg
2 Massa bahan setelah dikupas (b) 0,08355 kg
3 Massa bahan setelah diiris (c) 0,08315 kg
4 Waktu pengirisan (x) 0,743 menit
Sumber : data praktikum kelompok 4
Ktroughout=a kgx=0,111,86 kg0,743 menit=0,1505kgmenit
Ktroughout=c kgx=0,08315 kg0,743 menit=0,112kgmenit
Rpengupasan=b kga kg×100%=0,08355 kg0,11186 kg×100%=74,69 %
Rpengirisan=c kgb kg×100%=0,08315 kg0,11186 kg×100%=74,33 %
Kaktual =KOutput×60
=0,112kgmenit ×60
=6,72kgjam
V =2π60×rpm ×r
=2π60 ×605,87 ×0,15 m
=9,5121mjam
A= p×l
=0,09 ×0,05
=0,0045 m2
Kteoritis =v ×n×A×ρ
=9,5121mjam×2×0,0045 m2×1,044 kgjam
=89,3756kmjam
Eff.mesin =KaktualKteoritis×100%
=6,72 kg/jam89,3756 km/jam×100
=7,52%
Kelompok 5
Tabel Pengirisan Singkong dengan cara manual
No. Parameter yang diukur Satuan
1 Massa awal bahan (a) 0,12444 kg
2 Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,09577 kg
3 Massa awal bahan setelah diiris (c) 0,09419 kg
4 Waktu pengirisan (x) 2,9167 menit
5 Jumlah potongan (N) 95 buah
Sumber : data praktikum kelompok 5
KThroughout = a/x = 0,12444/2,9167 = 0,0427 kg/menit
Koutput = c/x = 0,09419/2,9167 = 0,0323 kg/menit
Kpengupasan = b/a x100% = 0,09577/0,12444 x100% = 76,96%
Kpenyerutan = c/a x100% = 0,09419/0,12444 x100% = 75,69%
Kaktual = Koutput x 60 = 0,0323 x 60 = 1,938 kg/jam
A (luas pisau) = L segitiga + L persegi panjang = a x t/2 + (p x l)
= 2 x 3 / 2 + (7 x 3)
= 2,4 x 10-3 m2
K (keliling pisau) = 2p + l + a + x
=2(7) + 3 + 2 + 3,5
=0,225 m2
Kteoritis = K x N x A x ρ x 60
Kteoritis = 0,0225 x 32,57 x 2,4 x 10-3 x 1044 x 60
Kteoritis = 1101,7 kg/jam
Efektifitas mesin = Kaktual/Kteoritis x100%
= 1,938/1101,7 x 100%
= 0,176%
Kelompok 6
Tabel 6. Pengirisan Singkong Dengan Manual
No Parameter yang diukur Satuan
1 Massa awal bahan (a) 0,153 kg
2 Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,125 kg
3 Massa awal bahan setelah diiris (c) 0,117 kg
4 Waktu pengirisan (x) 3,47 menit
5 Jumlah potongan (N) 75 buah
Sumber : Data praktikum kelompok 6
K.Throught = a/x = 0,044 kg/menit
K. Output = c/x = 0,034 kg/menit
R.Pengupasan = b/a x 100% = 81,7 %
R.Penyerutan = c/a x 100% = 76,47 %
K.aktual = K.Output x 60 = 2,04 kg/jam
Eff. Mesin= k.aktual/k.teoritis x 100% = 0,28 %
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah praktikum dapat kita lihat perbandingan Perbandingan antara
penyerutan manual dengan menggunakan pisau dan dengan memakai mesin
dapat kita bahas dari hasil perbandingan tersebut.
Dapat kita lihat hasil dari analisis perbandingan diatas, bahwa rendemen
pada perlakuan bahan dengan menggunakan mesin lebih banyak
dibandingkan dengan menggunakan pisau.
Dapat kita lihat limit waktu antara mesin dengan menggunakan pisau
sangat jauh berbeda, waktu yang diperlukan untuk menyerut bahan dengan
menggunakan mesin lebih cepat di bandingkan dengan menggunakan pisau.,
hal ini di karnakan beda antara kekuatan ataupun daya pada mesin dengan
pisau
Dalam mesin penyerutan, putaran sangat bergantung pada daya mesin itu
sendiri. Jika daya pada mesin semakin besar/cepat, maka putaran yang
dihasilkan pun semakin besar, dan hasil dari penyrutanpun akan semakin
cepat selesai.
Pada penyerut manual atau hanya dengan pisau kecepatan potong sangat
tergantung pada kerja dan daya pada operator pemotong (manusia). Jika
operator memiliki daya lebih besar dengan tingkat kemampuan menyerut
lebih banyak maka hasilnya pun akan lebih besar dan waktu yang di butuhkan
lebih cepat.
Pada kapasitas output teoritis, yaitu kapasitas alat dalam menghasilkan
banyaknya rendemen bahan, dapat kita bandingkan efisiensi dari penyerut
manual atau pisau lebih besar dibandingkan dengan mesin penyerut.
Seharusnya efisiensi harus lebih besar mesin penyerut dibandingkan dengan
penyerut manual. Hal ini dimungkinkan karena beberapa factor :
Bahan yang diserut terlalu sedikit untuk sebuah mesin. Hal in tidak
sesuai dengan kapasitas output teoritis dari mesin itu sendiri.
Banyaknya jumlah hasil penyerutan yang terbuang pada saat proses
penyerutan atau bahan menempel pada bagian-bagian mesin sehingga
mengurangi bobot dari bahan yang sudah diserut.
Dalam alat pisau ataupun mesin penyerut jumlah serta ketajaman mata
pisau akan sangat mempengaruhi lamanya penyerutan, karena selang waktu
antara penyerutan setiap pisau dapat diperpendek. Banyaknya putaran selama
waktu penyerutan mempengaruhi nilai daya yang dihasilkan, karena daya
sangat berpengaruh selain oleh torsi juga oleh nilai revolution per minute
(rpm) atau putaran setiap menit.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
setelah pelaksanaan praktikum dapat saya simpulkan bahwa Semakin
cepat putaran rpm pada waktu pengirisan bahan dengan mesin, maka akan
sangat berpengaruh terhadap lama waktu pada proses pengirisan. Jika rpm
semakain besar pada suatu alat pengiris, maka semakin besar juga bahan
yang tersayat sehingga waktu dalam proses pengirisan akan semakin cepat.
Semakain cepat pengirisan dengan mengunakan pisau serta daya atau
kekuatan operator dalam mengiris bahan, maka akan semakin cepat
pengerjaan pengirisan
Pada saat penyayatan/pengirisan menggunakan mesin, banyak beberapa
paktor yang yang harus di perhatikan, apabila permukaan bahan semakin
luas/besar terkena penyayat mesin, maka pengerjaaan penyayatan akan
semakin cepat dan efektif.
Banyak serta tajamnya pisau pemotong/penyayat akan sangat
mempengaruhi efisiensi lama waktu selama pengerjaan.
Saran
Dalam pelaksanaan praktikum sebiknya selalu berhati-hati agar tidak ada
hal yang tidak di inginkan, karena praktikum berkaitan dengan mesin serta
alat yang berbahaya.
Sebaiknya alat serta mesin pada waktu praktikum dalam keadaan baik,
sehingga pada waktu di pergunakan praktikum tidak ada hambatan yang
mengganggu.
Pisau pada alat pemotong sudah tumpul, sebaiknya pisau di gerinda lagi
agar praktikum bias berjalan lancer. Sehingga Praktikan Tidak
menggunakan pisau pada waktu praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Zain, Sudaryanto; Suhadi, Ujang; Sawitri; Ibrahim, Ulfi. Teknik Penanganan
Hasil Pertanian. 2005. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran.
Earle, R.L., 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. P.T. Sastra
Hudaya, Jakarta.
Rusendi, Dadi; Zain, Sudaryanto; Nurjanah, Sarifah, Widyasanti, Asri . 2008.
PENUNTUN PRAKTIKUM MK. TEKNIK PENANGANAN HASIL
PERTANIAN.
LAMPIRAN
Gamabar 1. Menghitung massa Gambar 2. Sedang membersihkan
Gambar 3. Alat-alat praktikum Gambar 4. Singkong utuh
Gambar 5. Memarut singkong Gambar 6. Menimbang hasil parutan
Sumber : Dokumentasi Pribadi