bab 3 pengecilan ukuran pertikel.ppt

41
By: Tri Hartono, M.Chem.Eng. Cretaed By Tri Hartono 1 Bab III. Pengecilan Ukuran Partikel

Upload: alivoc

Post on 25-Jan-2016

200 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

By:Tri Hartono, M.Chem.Eng.

Cretaed By Tri Hartono1

Bab III. Pengecilan Ukuran Partikel

Page 2: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

3.1 Pendahuluan

Cretaed By Tri Hartono2

Dalam industri kimia, pengecilan ukuran partikel (size reduction) biasa dilakukan untuk meningkatkan permukaan singgung karena hampir semua reaksi yang mencakup partikel padat, laju suatu reaksi berbanding lurus dengan luas permukaan kontak fasa yang lain. Suatu contoh: laju pembakaran bahan bakar padat adalah berbanding lurus antra luas permukaan kontak zat padat dengan gas/zat pembakar.

Page 3: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono3

Bongkahan bijih mentah dihancurkan menjadi padatan berukuran lebih kecil agar mudah ditangani, bahan sintetis kimia digiling menjadi tepung (powder), lembaran-lembaran plastik (polimer) dipotong-potong menjadi kubus-kebus kecil (granulate), dan lain sebagainya.Pengecilan/pemecahan zat padat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara didalam mesin pemecah-penggiling (grinding-crashing machine) dan yang paling umum diantaranya:

Page 4: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono4

a. Mesin pemecah dengan cara tekanan (compression)Contoh untuk pemecahan bijih-bijihan dengan menggunakan Mesin Pemecah Rahang Blake (Jaw Crusher) dan Mesin Pemecah Roll Licin. Hasil pemecahan zat padat yang keras dapat berbentuk kasar dan halus.

b. Mesin pemecah dengan cara pukulan (impact)Contoh dengan menggunakan Mesin Pemecah Giratori (Gyratory Crusher) dengan hasil pemecahan kasar, sedang, dan halus.

c. Mesin pemecah dengan cara gesekan (abbrassion)d. Mesin pemecah dg cara pemotongan (cutter)Contoh dg mengg Mesin Pemecah Rol Bergerigi yg dapat menghasilkan produk dg ukuran ttt.

Page 5: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono5

3.2 Prinsip Kominusi (Comminution Principle)

Comminution adalah istilah umum yg digunakan untuk operasi penghancuran, misal crusher (pemecah) dan grinder (penggiling). Mesin pemecah/penggiling yg ideal harus:

Memiliki kapasitas besarDaya masuk yg diperlukan pewrsatuan hasil

kecilMenghasilkan produk dg satu ukuran ttt atau

dg distribusi ukuran ttt sesuai dg yg dikehendaki.

Page 6: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono6

3.3 Kebutuhan Energi dan Biaya Dalam Kominusi

Biaya daya merupakan pengeluaran terbesar dalam pemecahan/ penggilingan sehingga setiap faktor yang mengendalikan daya ini sangatlah penting. Selama operasi pemecahan atau peghalusan, partikel-partikel dalam bahan umpan mula-mula mengalami distorsi, kemudian regangan. Kerja yang diperlukan untuk meregangnya disimpan sementara didalam zat padat itu sebagai energi mekanik tegangan (seperti pegas gulung). Dengan ditambahkannya daya yang kecil lagi pada partikel tersebut, partikel akan pecah menjadi fragmen-fragmen.

Page 7: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono7

Dengan demikian akan terbentuk permukaan-permukaan baru. Oleh karena itu setiap satuan luas zat padat mempunyai sejumlah energi permukaan tertentu.

Permukaan baru tersebut memerlukan kerja dari pembebasan energi tegangan pada saat partikel itu pecah. Sesuai dengan kekuatan energinya, semua energi tegangan yang lebih besar dari energi permukaan yang baru terbentuk harus muncul sebagai kalor atau panas.

Page 8: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono8

3.4 Efisiensi Pemecahan (Crushing Efficiency), c

Rasio antara energi permukaan yang baru terbentuk terhadap energi yang diserap oleh zat padat disebut efisiensi pemecahan.

Jika, es = energi permukaan persatuan luas (J/m2)

Ap = luas permukaan masa hasil (m2)

Af = luas permukaan masa umpan (m2)

Wn = energi yang diserap persatuan masa hasil (J)

Maka,

n

fpsc W

AAe (1.1)

Page 9: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono9

Atau,

Secara umum efisiensi pemecahan itu sangatlah kecil atau rendah, karena energi permukaan yang terbentuk saat pemecahan itu kecil dibanding dengan total energi mekanik yang tersimpan dalam bahan saat pecah.Energi yang diserap oleh zat padat Wn lebih kecil dari yang diumpankan kedalam mesin itu sendiri. Sebagian dari masukan total energi digunakan untuk mengatasi gesekan-gesekan dalam bantalan (bearing) dan bagian-bagian bergerak lainnya dalam mesin sehingga hanya sisanya yang dipakai dalam pemecahan

c

fpsn

AAeW

(1.2)

Page 10: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono10

Efisiensi mekanik, m, adalah rasio antara energi yang diserap oleh bahan terhadap masukan energi.

Jadi jika Wn adalah masukan energi, maka

Atau,

Jika m adalah laju umpan bahan maka daya yang diperlukan mesin tiap kg umpan adalah

W

AAe

W

W

c

fpsnm

mc

fps

m

nAAeW

W

(1.3)

(1.4)

mc

fps AAemmWP

(1.5)

Page 11: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono11

Sedang Ap dan Af dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Sehingga,

Jadi,

ps

ps

dA

Ad

6

6

psff

pspp

dA

dA

6

6

(1.6)

(1.7)

sffspppmc

s

dd

emP

116 (1.8)

Page 12: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono12

Dimana,m = laju umpan bahanes = energi permukaan persatuan luas

c = efisiensi pemecahan

m = efisiensi mekanik

p = densitas partikel

p, f = sperisitas produk dan umpan

dsp, dsf = mean surface diameter produk dan umpanP/m = energi kWh/kgP = daya (power), kW

Page 13: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono13

3.5 Hubungan Empirik: Hukum Rittinger dan Kick

Hukum pemecahan yang diusulkan oleh Rittinger tahun 1867 menyatakan bahwa kerja yang diperlukan untuk pemecahan zat padat sebanding dengan permukaan baru yang terbentuk. Hukum ini sebenarnya tidak lebih dari suatu hipotesis yang berarti bahwa c adalah tetap untuk mesin dan umpan tertentu, serta c tidak tergantung pada ukuran umpan maupun hasil.Jika pdan f sama dan c, m, p adalah konstanta maka konstanta-konstanta tersebut digabungkan menjadi KR yaitu Tetapan Rittinger sehingga dapat ditulis sebagai berikut:

Page 14: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono14

Persamaan Rittinger

Penggunaan hukum rittinger ini berlaku untuk ukuran padatan d < 0.05 mm.

Pada tahun 1885 Kick mengusulkan satu hukum lagi, yang didasarkan atas analisis tegangan deformasi plastis dalam batas elastis, yang menyatakan bahwa kerja yang diperlukan untuk pemecahan bahan adalah konstan untuk setiap rasio pengecilan yang sama, yaitu rasio ukuran partikel awal terhadap partikel akhir dan menghasilkan:

sfspR dd

Km

P 11 (1.9)

Page 15: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono15

Persamaan Kick

KK = Tetapan Kick

Penggunaan hukum kick ini berlaku untuk ukuran padatan d > 50 mm.

Hubungan umum kedua persamaan diatas adalah persamaan diferensial sebagai berikut:

ns

s

d

ddKk

m

Pd

(1.10)

ns

s

d

ddK

m

Pd

(1.11)

Page 16: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono16

Untuk n = 2 diperoleh persamaan Rittinger

Untuk n = 1 diperoleh persamaan kick

sfspR

s

sp

f

ddK

m

P

d

ddK

m

Pd

11

2

sp

sfK

s

s

p

f

d

dK

m

P

d

ddK

m

Pd

ln

1

Page 17: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono17

Baik hukum rittinger maupun kick, KR dan KK ditentukan secara percobaan melalui uji dg mesin yg sejenis dg yg akan dig dan dg bahan yg sama dg bahan yg akan dihancurkan. Dg demikian penggunaannya terbatas untuk ukuran padatan

1.6 HukumPemecahan Bond dan Indek Kerja, Wi

Satu metode yg agak realistik untuk menaksir daya yg diperlukan mesin pemecah diusulkan oleh Bond pada tahun 1952, yg menyatakan bahwa kerja yg diperlukan untuk membuat partikel dg diameternya ds dari umpan

Page 18: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono18

yang sangat besar adalah sebanding dengan akar pangkat dua dari rasio permukaan terhadap volume hasil yang bersangkutan, yaitu

Bila

Atau

Sehingga

p

p

V

S

pp

p

Sd

V

6

pp

p

dV

S 6

ppp

p

dK

dV

S 16

(1.12)

Page 19: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono19

Atau untuk n = 1,5 akan diperoleh persamaan bond

Penggunaan hukum bond ini berlaku untuk ukuran padatan 50 mm > d > 0.05 mm

sfspB

p

ddK

m

P

dK

m

P

11

1

(1.13)

sfsp

B

s

s

p

f

ddK

m

P

d

ddK

m

Pd

11

5,1

Page 20: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono20

Indek Kerja, Wi, yaitu kebutuhan energi bruto dalam kWh per ton umpan untuk menghancurkan umpan yang sangat besar sehingga 80% dari hasilnya dapat lewat ayak 100m. Definisi tersebut menghasilkan hubungan antara KB dan Wi .

Jika, ds = mm

P = kWm = ton/jam

maka, iiB WWK 3162,010100 3 (1.14)

Page 21: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono21

Tabel 1.1 dibawah menunjukkan contoh umum nilai Wi untuk berbagai bahan. Data ini tidak banyak berbeda diantara berbagai mesin dan berlaku untuk pemecah kering maupun penggiling basah. Untuk penggiling kering daya yang dihitung harus dikalikan dengan faktor 4/3

Page 22: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Tabel 1.1 Indek kerja Wi untuk pemecahan kering/penggilingan basah.

Cretaed By Tri Hartono22

Bahan Specific gravity Wi

Bauksit

Klinker semen

Bahan semen

Lempung/tanah liat

Batu bara

Kokas

Granit

Kerikil

Batu kapur

Kuarsa

2,10

3,15

2,67

2,51

1,4

1,31

2,66

2,66

2,66

2,65

8,78

13,45

10,51

6,3

13

15,13

15,13

16,06

12,74

13,57

Page 23: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Contoh Soal

Cretaed By Tri Hartono23

Berapakah daya yang diperlukan untuk menghancurkan batu kapur sebanyak 100 ton/jam, jika 80% umpan lewat ayak berdiameter 2 inchi dan 80% hasil dalam ayak 1/8 inchi.

SolusiTabel, batu kapur Wi = 12,74

m = 100 ton/jamdsf = 2 inchi = 2 x 2,54 cm = 50,8 mm

dsp = 1/8 inchi = 1/8 x 2,54 cm = 3,175 mm

Page 24: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono24

Sehingga daya yang diperlukan mesin sesuai persamaan (1.15) adalah

hpkWP

P

ddW

m

P

sfsp

i

227 6,169

8,50

1

175,3

174,123162,0100

113162,0

Page 25: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono25

3.7 Peralatan pengecilan partikel dalam industriCrusher adalah suatu mesin yg dig untuk memecah bongkahan padatan mjd padatan berukuran lebih kecil sesuai dg yg dikehendaki.Crusher biasanya diklasifikasikan tingkat dimana mampu mengecilkan bahan awal, yaitu:

Coarse crusher: hanya mampu memecah bahan padatan tidak terlalu kecil.

Intermediate crusher: kemampuan pemecahan bahan padat cukup kecil/signifikan.

Grinders: mampu memecah bahan padat menjadi partikel berukuran halus (powder).

Page 26: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono26

Dari sisi pandangan metalurgi, tdp perbedaan yg cukup jelas antara crushing & grinding. Crushing merup langkah awal utk memperoleh hasil ukuran padatan tidak lebih dari yg ditentukan, sedang grinding merupakan alat utk memperoleh ukuran partikel padat halus dan seragam. Salah satu tipe aplikasi penggunaan alat-alat diatas dlm industri pertambangan adalah pengg coarse crusher yg diikuti dengan SAG Mill & Ball Mill.

Tipe Crusher & GrinderTipe coarse crusher yg paling umum dan dikenal luas

adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher. Namun selain kedua jenis crusher diatas juga tdp beberapa tipe lain seperti: impact crusher dan roller crusher

Page 27: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Jaw Crusher

Cretaed By Tri Hartono27

Jaw crusher terdiri dari suatu set rahang vertikal, dimana salah satu rahang dipasang tetap sedang rahang yang lain bergerak maju dan mundur sesuai mekanisme cam. Jarah kedua rahang pada sisi atas adalah lebih besar dibanding jarak ranhan bagian sisi bawah (membentuk konis) dan gerakan rahang tidak begitu besar (kuat) karena complete crushing tidak hanya berlangsung dalam satu langkah.

Page 28: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono28

Gambar 2.1 Jaw Crusher

Page 29: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono29

FrameCrushing ChamberSwing Jaw & Main

Bearing HousingsFlyweelEccentric ShaftBearingsHydraulic CylinderShimToggle BlockTension Rod With SpringToggle PlatesCheck PlatesJaw plates

Gambar 2.2 Bagian-bagian dalam Jaw Crusher

Page 30: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Gyratory Crusher

Cretaed By Tri Hartono30

Gyratory crusher serupa dengan jaw crusher, bagian dalam dan luar crusher berbentuk konis terbalik dimana bagian atas konis memiliki celah lebih besar dibanding bagian bawah. Rahang konis bagian dalam, memilki gerak putar yang lambat akibat adanya cam sedang. Sama dengan jawa crusher dimana umpan masuk dari sisi atas kebawah dan terpecahkan melalui celah kedua rahang berbentuk konis kemudian keluar sebagai hasil dengan ukuran sesuai lebar celah rahang konis bagian bawah.

Page 31: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono31

Gambar 2.3 Gyratory Crusher

Page 32: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono32

Gambar 2.4 Bagian-bagian Gyratory Crusher

Page 33: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Impact Crusher

Cretaed By Tri Hartono33

Impact crusher melibatkan penggunaan impact bukannya pressure untuk memecah padatan. Bahan padat dipecah dalam ruang yang terbatas dimana dilengkapi dengan bukaan untuk mengeluarkan hasil dengan ukuran sesuai bukaan yang dipasang. Jenis crusher ini biasanya digunakan untuk pemecahan bahan-bahan lunak seperti batubara (coal) atau bongkahan logam lunak.

Yang termasuk crusher jenis ini antara lain: ball mill, hammer mill, dan stamp mill.

Page 34: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono34

Ball Mill Sirkuit terbuka dan

tertutup wet and dry grinding air-swept grinding

systems combined drying and

grinding systems Preliminary

comminution systems

Grinding systems for non-ferrous grinding

Gambar 2.5 Ball Mill

Page 35: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono35

Aplikasi:Pigment- and filler

industryNatural stone

industryIndustry of building

materialsCoal preparationOre dressingCeramic industryPower plant

industry

Page 36: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Hammer Mill

Cretaed By Tri Hartono36

Termasuk penggiling jenis impact

Aplikasi: limestone dolomite gypsum anhydrite chalk clay bentonite broken bricks coal phosphate

Page 37: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono37

Combined grinding and drying plant with Birotor hammer mill

Grinding plant with BIROTOR hammer mill and dynamic separator

Page 38: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono38

Gambar 2.7 Proses kerja Hammer Mill

Page 39: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Stamp Mill

Cretaed By Tri Hartono39

Stamp mill adalah mesin pemecah bahan padat dg cara hentakan yg biasanya diaplikasikan untuk proses lanjutan atau pemecahan bijih logam

Page 40: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Cretaed By Tri Hartono40

Contoh mesin diatas adalah mesin pemecah bijih tembaga di Arizona dimana roda yang besar berputar (digerakkan oleh penggerak) sehingga menggerakkan poros engkol agar pemecah dapat bergerak naik turun (gerak putar diubah menjadi gerak lurus).

Page 41: BAB 3 Pengecilan Ukuran Pertikel.ppt

Roller Crusher

Cretaed By Tri Hartono41

Crusher jenis ini termasuk intermediate crusher yang memililki sepasang roller berbentuk silinder mendatar dimana diantara kedua celah silinder ini bahan dimasukkan. Kedua roller berputar dengan arah berlawanan, yang akhirnya menjepit dan memecah bahan padat.