laporan pendahuluan kpd

Download Laporan Pendahuluan KPD

If you can't read please download the document

Upload: ninesa-azzahra

Post on 17-Jan-2016

48 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ketuban pecah dini

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN DENGAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD)

DI RUANG OK IGD RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA

Pengertian Sectio Caesarea

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa section caesaria adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui suatu insisi pada dinding perut, dinding uterus ataupun pada vagina.

Klasifikasi Sectio Caesarea

Berdasarkan letak insisi:

Abdomen (SC Abdominalis)Sectio Caesarea Transperitonealis

Sectio caesarea klasik atau corporal dengan dilakukan insisi memanjang pada corpus uteri. Kelebihan dari section caesaria jenis ini adalah dapat mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan dapat diperpanjang proksimal maupun distal. Sedangakan kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.

Sectio caesarea profunda dengan dilakukan insisi pada segmen bawah rahim. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Kelebihan pendarahan luka inisisi tidak terlalu banyak, bahaya peritonitis tidak besar, perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari, penjahitan luka lebih mudah,penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik. Sedangkan kekurangan luka dapat melebar kekiri, bawah, dan kanan sehingga mengakibtakan pendarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih.Sectio caesarea ekstra peritonealis

Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis. Biasanya dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.

Sectio caesarea Hysteroctomi

Setelah dilakukan section caesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi atonia uteri, plasenta accrete, myoma uteri, infeksi intra uteri berat.

Vagina (sectio caesarea vaginalis)

Berdasarkan teknik:

Seksio caesarea primer (efektif)

Dari semula telah direncanakan janin akan dilahirkan secara Seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa. Misalnya pada panggul yang sempit (CV kecil dari 8 cm)

Seksio caesarea sekunder

Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan Seksio sesarea.

Seksio caesarea ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami Seksio sesarea (previous caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan Seksio sesarea ulang.

Operasi Porro (Porro Operation)

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

Seksio caesarea pastmortem (postmortem caesarean section)

Adalah seksio caesarea segera pada ibu hamil cukup bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup.

Etiologi

Operasi section caesarea dilakukan apabila kelahiran pervagina mungkin dapat menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

Indikasi pada ibu

CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion)

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.

PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.

KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

Uteroplasenta

Bedah Uterus sebelumnya, riwayat rupture uteri, plasenta previa, abruption plasenta berukuran besar.

Indikasi pada JaninBayi KembarTidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.Kelainan letak janin, seperti letak lintang, letak sungsang (janin besar, kepala defleksi), presentasi ganda, presentasi muka atau dahi, kelainan letak pada gemili anak pertama.Gawat janin Janin besarProlaps tali pusat.Kontra indikasi dilakukannya section caesarea adalah adanya infeksi intra uterine, janin mati, syok/anemia berat yang belum diatasi, kelainan congenital berat (Saifuddin, 2002).

Manifestasi Klinis

Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih komprehensif yaitu perawatan perioperatif, intraoperatif, dan post operatif. Manifestasi klinis menurut Doenges (2001) antara lain :

Nyeri akibat ada luka pembedahanAdanya luka insisi pada bagian abdomenFundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicusAliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800mlEmosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi situasi baruBiasanya terpasang kateter urinariusAuskultasi bising usus tidak terdengar atau samarPengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntahStatus pulmonary bunyi paru jelas dan vesikulerPada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur.

Patofisiologi

Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa, preeklamsi dan eklamsi pada ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin, kehamilan kembar, presentasi janin.

Pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini, ika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, serta bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

Dalam proses persalinan normal, ketuban akan pacah secara spontan menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban tersebut terjadi tekanan pada fleksus fraken hauser yang terletak pada pertemuan ligamentum uterosakralis dan akan merangsang terjadinya reflek mengedan. Sedangkan pada kasus ketuban pecah dini, pecahnya ketuban disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau dapat juga karena kedua faktor tersebut. Hal

dapat menyebabkan sirkulasi uteroplasenta menurun sehingga dapat mempengaruhi kinerja uterus serta janin yang ada dalam kandungan. Pada janin dapat menyebabkan janin menjadi cemas, sehingga kadar kortisol menurun yang dapat menyebabkan metabolism karbohidrat, lemak dan protein terganggu. Sedangakan sirkulasi utero plasenta yang menurun dapat menyebabkan tidak terjadinya HIS, sehingga perubahan pada serviks terhambat yang dapat mengakibatkan kelahiran terhambat atau post date. Kondisi seperti inilah yang perlu dilakukan section caesaria.

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksiI (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).

Pathway

(Terlampir)

Komplikasi Sectio Caesarea

Komplikasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut :

Infeksi puerperial adalah kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hariSedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembungBerat, dengan peritonealis, sepsis dan usus paralitik. Hal ini sering dijumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang sangat jarang terjadi.Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.Kematian perinatal

Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

Izin Keluarga

Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani oleh keluarga, yang isinya izin pelaksanaan operasi.

Pembiusan Pembiusan dilakakukan dengan bius epidural atau spinal. Dengan cara ini ibu akantetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses operasi karena terhalang tirai.Disterilkan

Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi dengan cairan betadin dan alcohol.

Pemasangan Alat

Alat -alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan. Macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.

Pembedahan

Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan. Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi berdasarkan letaknya

Mengambil Plasenta

Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta.

Menjahit

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis sehingga tetutup semua. (Juditha, dkk, 2009, hal. 90-91)

Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Sectio Caesarea

Secsio caeesarea efektif

Secsio caesarea ini direncanakan lebih dahulu karena sudah diketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan itu. Keuntungannya adalah bahwa waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan segala persiapan dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya adalah karena persalinan belum dimulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya. Pada umumnya keuntungan lebih besar dari kerugian.

Anestesia

Anestesia umumnya mempunyai pengaruh positif degresif pada pusat pernafasan janin. Sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah, selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang-kadang timbul perdarahan post partum karena atonia uteri. Anestesia spinal aman buat janin, akan tetapi selalu ada kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Cara yang paling aman adalah anestesia lokal, akan tetapi tidak selalu akan dapat dilakukan berhubungan dengan sikap mental penderita. Pemutusan untuk dilakukan anestesi total setelah anestesi spina. Di lihat rentang dari injeksi: tunggu 10-15 menit apakah klien merasa sakit atau tidak, apabila dosis terlalu tinggi diberikan dapat menyebabkan sesak nafas (sulit bernafas) sehingga langsung diputuskan untuk anestesi total.

Transfusi darah

Pada umumnya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak dari pada persalinan pervagina. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia uteri post partum. Berhubung dengan itu pada tiap-tiap secsio caesarea perlu diadakan persediaan darah.

Pemberian antibiotik

Walaupun pemberian antibiotik sesudah secsio caesarea efektif dapat dipersonalkan, namun pada umumnya pemberian dianjurkan (Ilmu Kebidanan, 2002).

Pemeriksaan Penunjang

Elektroensefalogram ( EEG )

Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

Pemindaian CT

Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

Magneti resonance imaging (MRI)

Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.

Pemindaian positron emission tomography ( PET )

Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.

Uji laboratoriumFungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskulerHitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokritPanel elektrolitSkrining toksik dari serum dan urinAGDKadar kalsium darahKadar natrium darahKadar magnesium darahKadar Hematocrit/Ht: sebagai status hemodinamika untuk mengetahui adanya penurunan hematokrit (< 35 mg%) Kadar Hemoglobin : sebagai Status Hemodinamika untuk mengetahui adanya penurunan hemoglobin atau tidak (< 10 mg%)Kadar SDP : untuk mengetahui adanya Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)Ultra Sonografi : untuk melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan dan presentasi janin.Pelvimetri : menentukan KPDAmniosintesis : mengkaji maturasi pada janin.Tes stress kontraksi/tes non stress : mengkaji respon janin terhadap gerakan/stress dan pola kontraksi uterus.

Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan peri operatif Persiapan Kamar Operasi, seperti persiapan kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai, peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasiPersiapan PasienPasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien Perawat member support kepada pasien.Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit yang pernah di derita oleh pasien.Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).Pemeriksaan USG.Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.Penatalaksanaan intra operatifInsisi dinding perut pada garis tengah simfisis beberapa sentimeter di bawah pusat. Setelah peritoneum dibuka pasang spekulum perut dan lapangan operasi dari rongga perut dengan satu kain panjang/ lebih.Pegang peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dengan pinset, buka plika vesika uterine dan insisi ini diteruskan melintang ke lateral.Dorong kandung kencing dengan peritoneum di depan uterus ke bawah dengan jari.Insisi segmen bawah uterus selebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak melengkung ke atasDi tengah-tengah, teruskan insisi sampai dinding uterus terbuka dan tampak ketuban. Lebarkan luka ini dengan gunting berujung tumpul ikuti sayatan yang telah dibuatPecahkan ketuban dan isap air ketuban yang keluarAngkat spekulum perut, masukkan tangan ke dalam uterus di belakang kepala janin, pegang kepala janin dari belakang dan lahirkan kepala melalui insisi. Pakai cunan boerma bila kesulitan melahirkan kepala dengan tanganPada presentasi sungsang/ letak lintang, cari kaki janin dan lahirkan kepala dengan tanganBerikan suntikan oksitosin pada 10 unit dalam dinding uterusPegang pinggir luka insisi dengan beberapa cunan ovum, keluarkan plasentra dan selaput ketuban secara normal. Masukkan tangan ke dalam rongga uterus untuk memudahkan jahit dinding uterus.Jahit uterus 2 lapis. Lapisan pertama ialah simpul dengan cargut kromik 00 yang dimulai dari ujung yang satu ke ujung yang lain. Lapisan kedua dijahit jelujur.Jahit plika vesikuterina dengan catgut(Mansjoer A, 1999).

Penatalaksanaan post operatifPerawatan awalLetakan pasien dalam posisi pemulihan Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadarYakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasiTransfusi jika diperlukanJika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedahDiet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

MobilisasiMobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasiLatihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadarHari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri yang tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Karena itu di anjurkan pemasangan kateter tetap : douer kateter/ balon kateter yang terpasang selama 24 jam, sampai 48 jam atau lebih lama lagi, tergantung jenis operasi dan keadaan penderita. Hal yang perlu diperhatikan:

Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah semalamJika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernihJika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari sampai kateter dilepasKandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.Health education pasca operasiDianjurkan jangan hamil selama kurang lebih 1 tahun, dengan memakai kontrasepsiKehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan ANC yang baikDianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besarApakah persalinan berikutnya harus SC bergantung dari indikasi section dan keadaan kehamilan berikutnyaYang dianut adalak sekali sectio, tidak selamanya SC kecuali pada panggul sempit/ disproporsi sevalo-pelvikPemberian obat-obatan antibiotic dan anlgetik.Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti. Penggantian balutan dengan cara steril. Jika terdapat perdarahan lakukan masase fundus uterus dan beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin

Perawatan rutin. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

KONSEP DASAR KETUBAN PECAH DINI

Definisi Ketuban Pecah Dini

Ketuban Pecah Dini (KPD) atauSpontanieus/Early Ruptur of The Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm (Buku Sinopsis Obstetri, Jilid I : 255).

Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu karena disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterine.

Etiologi Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar (Manuaba, 2002).

Peninggian tekanan intra uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :

Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesisGemelliKehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.

HidramnionHidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).KorioamnionitisAdalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.Penyakit Infeksi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)Riwayat KPD sebelumyaKelainan atau kerusakan selaput ketubanServiks (leher rahim) yang pendek (