laporan pendahuluan ckd

21
LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIK A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat sisten dan irreversible. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan ringan, sedang dan berat. Azotemia adalah peningkatan BUN dan ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat. Uremia adalah sindrom akibat gagal ginjal yang berat. Gagal ginjal terminal adalah ketidakmampuan renal berfungsi dengan adekuat untuk keperluan tubuh (harus dibantu dialysis atau transplantasi) 2. Etiologi Penyebab GGK menurut Marilynn E. Doenges seperti : a. Glumerulofritis

Upload: -dhewhie-yuki-nigatsu-

Post on 11-Aug-2015

344 views

Category:

Documents


87 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Ckd

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan

fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan

uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat sisten dan

irreversible. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang

dapat digolongkan ringan, sedang dan berat. Azotemia adalah peningkatan BUN dan

ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat. Uremia adalah sindrom akibat

gagal ginjal yang berat. Gagal ginjal terminal adalah ketidakmampuan renal berfungsi

dengan adekuat untuk keperluan tubuh (harus dibantu dialysis atau transplantasi)

2. Etiologi

Penyebab GGK menurut Marilynn E. Doenges seperti :

a. Glumerulofritis

b. Infeksi kronis

c. Penyakit vaskuler (nefrosklerosis)

d. Proses obstraktif (kalkuli)

e. Penyakit kolagen (lupus sistemik)

f. Agen nefrotik (aminoglikosida)

g. Penyakit endokrin (diabetes)

3. Patofisiologi

Pada ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang

normalnya diekskresikan kedalam urin tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan

mempengaruhi setiap sistem tubuh, semakin banyak timbunan produk sampah, maka

Page 2: Laporan Pendahuluan Ckd

gejala akan semakin berat. Penurunan jumlah glumerul yang normal menyebabkan

penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Dengan

menurunnya glumerulo filtrat rate (GFR) mengakibatkan penurunan klirens kreatinin

dan peningkatan kadar kreatinin serum. Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme

protein dalam usus yang menyebabkan anoreaksia, nausea maupun volnitus yang

menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Peningkatan ureum

kreatinin sampai ke otak mampengaruhi fungsi kerja, meningkatkan ganggaun pada

saraf, terutama pada neurosesnsori. Selain itu Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya

juga meningkat.

Pada penyakit ginjal tahap akhir, urin tidak dapat dikonsentrasikan atau diencerkan

secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit. Natrium dan

cairan tertahan meningkatkan resiko gagal jantung kongresif. Penderita dapat menjadi

sesak nafas, akibat ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan. Dengan

tertahnnya natrium dan cairan bias terjadi edema dan ascites. Hal ini menimbulkan

resiko kelebihan volume cairan dalam tubuh, sehingga perlu dimonitor balance

cairannya. Semakin menurunnya fungsi renal terjadi asidosis metabolik akibat ginjal

mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.terjadi penurunan produksi

eritropoentin yang mengakibatkan terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat

timbul keluhan adanya kelemahan dan kulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak

toleran terhadap aktifitas.

Dengan menurunnya filtrasi melalui glumerulus ginjal terjadi peningkatan kadar

fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum

menyebabkan ssekresi parathohormon dari kelenjar paratiroid. Laju penurunan fungsi

ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan gangguan yang

mendasar, ekskresi protein dalam urin dan adanya hipertensi.

4. Manifestasi Klinis

a. Sistem Gastrointestinal

1) Anoreksia

2) Nausea

3) Vomitus

Page 3: Laporan Pendahuluan Ckd

4) Stomatitis

5) Gastritis

b. Sistem Integumen / Kulit

1) Warna pucat

2) Gatal-gatal

3) Ekimosis bekas garukkan

c. Sistem Hematologik

1) Anemia

2) Gangguan fungsi trombosit dan leukosit

d. Sistem Saraf dan Otot

1) Pegal ditungkai bawah

2) Rasa kesemutan dan terbakar ditelapak kaki

3) Lemah

4) Tidak bisa tidur

5) Tremor

e. Sistem Kardiovaskuler

1) Hipertensi

2) Nyeri dada dan sesak nafas

3) Gangguan irama jantung

4) Edema

f. Sistem Endokrin

1) Gangguan seksual

2) Toleransi glukosa

3) Metabolisme lemak

4) Gangguan metabolisme vitamin D

5. Test Diagnostik

a. Urine

1) Volume ; Biasanya kurang dari 400ml/jam (oliguria) atau urin tidak ada

(anaria).

Page 4: Laporan Pendahuluan Ckd

2) Warna ; Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,

lemak, partikel koloid, fosfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan

menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfitin.

3) Berat jenis ; Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan

ginjal berat).

4) Osmolitas ; Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,dan

rasio urine/serum sering 1:1.

5) Klirens kreatinin ; Mungkin agak menurun

6) Natrium ; Lebih besar dari 40 mEg/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi

natrium

7) Protein ; Derajat tinggi proteinuria (3-4) secara kuat menunjukkan kerusakan

glumerulus bila SDM dan fragmen juga tidak

b. Darah

1) BUN / kreatinin ; Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar

kreatinium 10 mg/dl di duga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)

2) Hitung Darah Lengkap ; Hb : menurun pada adanya amenia, HB: biasanya

kurang dari 7 sampai 8 g/dl.

3) SDM ; Waktu hidup menurun pada definiensi eritropoetin seperti pada

azotenzia.

4) GDA ; pH : penurunan asidosis metabolit (kurang dari 7,2) terjadi karena

kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hydrogen dan ammonia

atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun. PCO2 menurun.

5) Natrium Serum ; Mungkin rendah (bila ginjal kehabisan natrium atau normal

menunjukkan status dilusi hepertemia).

6) Kalium ; Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan

seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap

akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEg atau

lebih besar.

7) Magnesium / fosfat meningkat

8) Kalsium menurun

Page 5: Laporan Pendahuluan Ckd

9) Proton (khususnya albumin) ; Kadar serum menurun dapat menunjukkan

kehilangan protein melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan,

atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.

c. Ultrasono Ginjal ; Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa ginjal dan adanya

massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.

d. Biopsi Ginjal ; Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel

jaringan untuk diagnosis histologist.

e. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi ; Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal ;

keluar batu, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif.

f. EKG ; Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan

asam/basa.

6. Manajemen Terapi

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis

selama mungkin.

a. Intervensi diit. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik

merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam

darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus

bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat

mensuplai asam amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan

diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan dari

karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin juga penting karena pasien dialisis

mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.

b. Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskule.

Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan cairan, diit

rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis

metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu penanganan,

namun suplemen natrium bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk

mengoreksi asidosis.

c. Anemia pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia rekombinan).

Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise,

Page 6: Laporan Pendahuluan Ckd

keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas neurologi dapat

terjadi seperti kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien

dilindungi dari kejang.

Pada prinsipnya penatalaksanaan Terdiri dari tiga tahap :

a. Penatalaksanaan konservatif : Pengaturan diet protein, kalium, natrium, cairan

b. Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfusi, obat-obat local&sistemik, anti

hipertensi

c. Terapi pengganti : HD, CAPD, transplantasi

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas ; Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir,

jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa,

golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis,

dan alamat.

Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.

b. Keluhan utama ; Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya,

apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan?.

Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit

sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan

(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ),

dan gatal pada kulit.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST ) ; Mengkaji keluhan kesehatan yang

dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative, provocative, quality,

quantity, region, radiaton, severity scala dan time.

Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan

kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,

adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah

Page 7: Laporan Pendahuluan Ckd

kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan

mendapat pengobatan apa.

d. Riwayat Penyakit Dahulu ; Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran

kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic

hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih,

infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit

hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting

untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya

riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga ; Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang

mengalami penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan

dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang

berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada

keluarga.

f. Riwayat Psikososial ; Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya

tindakan dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada

gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan

menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran

diri ) dan gangguan peran pada keluarga.

g. Lingkungan dan tempat tinggal ; Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien,

mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.

h. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum dan TTV

Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat

Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat

mempengaruhi system saraf pusat

TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah

terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat

2) Sistem Pernafasan ; Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon

uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam

Page 8: Laporan Pendahuluan Ckd

merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang

menumpuk di sirkulasi

3) Sistem Hematologi ; Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan

menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial.

Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral

dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama

jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah

jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.

Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai

akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik,

penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran

GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.

4) System Neuromuskular ; Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi

serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering

didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome,

restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.

5) Sistem Kardiovaskuler ; Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau

peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan

sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner

akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan

cairan dan hipertensi.

6) Sistem Endokrin ; Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun

pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang

menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada

wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.

Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi

penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif

memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan

glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan

metabolism vitamin D.

Page 9: Laporan Pendahuluan Ckd

7) Sistem Perkemihan ; Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri,

terjadi penurunan libido berat

8) Sistem pencernaan ; Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan

diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus

saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari

kebutuhan.

9) Sistem Muskuloskeletal ; Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala,

kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/

berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area

ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan

lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.

Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan

penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah

dan prosedur dialysis.

b. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,

perikarditis

c. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan natrium.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang

inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).

e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d kurangnya informasi

kesehatan.

f. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan invasive

g. PK: Insuf Renal

h. PK : Anemia

i. Sindrom defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.

Page 10: Laporan Pendahuluan Ckd

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi1 Intoleransi aktivitas

B.d ketidakseimbangan suplai & kebutuhan O2

Setelah dilakukan askep ... jam Klien dapat menoleransi aktivitas & melakukan ADL dgn baik

Kriteria Hasil:   Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik dgn TD, HR, RR yang sesuai

  Warna kulit normal,hangat&kering

  Memverbalisasikan pentingnya aktivitas secara bertahap

  Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan latihan & istirahat

   ↑toleransi aktivitas

NIC: Toleransi aktivitas   Tentukan penyebab intoleransi

aktivitas & tentukan apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi

   Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien sehari-hari

  ↑ aktivitas secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dapat perubahan posisi, berpindah&perawatan diri

   Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap. Monitor gejala intoleransi aktivitas

   Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala intoleransi spt mual, pucat, pusing, gangguan kesadaran&tanda vital

   Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat menoleransi aktivitas

2 Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, penurunan energi, kelemahan

Setelah dilakukan askep ..... jam pola nafas klien menunjukkan ventilasi yg adekuat dg kriteria :

   Tidak ada dispnea   Kedalaman nafas

normal  Tidak ada retraksi

dada / penggunaan otot bantuan pernafasan

Monitor Pernafasan:   Monitor irama, kedalaman dan

frekuensi pernafasan.   Perhatikan pergerakan dada.   Auskultasi bunyi nafas   Monitor peningkatan ketdkmampuan

istirahat, kecemasan dan seseg nafas.

Pengelolaan Jalan Nafas   Atur posisi tidur klien untuk

maximalkan ventilasi   Lakukan fisioterapi dada jika perlu   Monitor status pernafasan dan

oksigenasi sesuai kebutuhan   Auskultasi bunyi nafas   Bersihhkan skret jika ada dengan batuk

efektif / suction jika perlu.3 Kelebihan volume

cairan b.d. mekanisme pengaturan melemah

Setelah dilakukan askep ..... jam pasien mengalami keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria hasil: Bebas dari edema

Fluit manajemen:   Monitor status hidrasi (kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat)    Monitor tnada vital    Monitor adanya indikasi

overload/retraksi    Kaji daerah edema jika ada

Page 11: Laporan Pendahuluan Ckd

anasarka, efusi  Suara paru bersih Tanda vital dalam

batas normal

Fluit monitoring:    Monitor intake/output cairan    Monitor serum albumin dan protein

total    Monitor RR, HR    Monitor turgor kulit dan adanya

kehausan    Monitor warna, kualitas dan BJ urine

4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan askep ….. jam klien menunjukan status nutrisi adekuat dibuktikan dengan BB stabil tidak terjadi mal nutrisi, tingkat energi adekuat, masukan nutrisi adekuat

Manajemen Nutrisi    kaji pola makan klien    Kaji adanya alergi makanan.    Kaji makanan yang disukai oleh klien.    Kolaborasi dg ahli gizi untuk

penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.

    Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya.

   Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi.

   Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien

Monitor Nutrisi    Monitor BB setiap hari jika

memungkinkan.   Monitor respon klien terhadap situasi

yang mengharuskan klien makan.   Monitor lingkungan selama makan.   Jadwalkan pengobatan dan tindakan

tidak bersamaan dengan waktu klien makan.

   Monitor adanya mual muntah.    Monitor adanya gangguan dalam

proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.

   Monitor intake nutrisi dan kalori.

5 Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya b.d. kurangnya sumber informasi

Setelah dilakukan askep … jam Pengetahuan klien / keluarga meningkat dg KH:

Pasien mampu: Menjelaskan kembali

penjelasan yang

Pendidikan : proses penyakit   Kaji pengetahuan klien tentang

penyakitnya   Jelaskan tentang proses penyakit (tanda

dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab.

   Jelaskan kondisi klien

Page 12: Laporan Pendahuluan Ckd

diberikan  Mengenal kebutuhan

perawatan dan pengobatan tanpa cemas

 Klien / keluarga kooperatif saat dilakukan tindakan

   Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan

   Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi

    Diskusikan tentang terapi dan pilihannya

    Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/ mendukung

   Instruksikan kapan harus ke pelayanan   Tanyakan kembali pengetahuan klien

tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan

6 Resiko infeksi b/d tindakan invasive, penurunan daya tahan tubuh primer

Setelah dilakukan askep ... jam risiko infeksi terkontrol dg KH:

Bebas dari tanda-tanda infeksi

  Angka leukosit normal  Ps mengatakan tahu

tentang tanda-tanda dan gejala infeksi

Kontrol infeksi   Ajarkan tehnik mencuci tangan   Ajarkan tanda-tanda infeksi   Laporkan dokter segera bila ada tanda

infeksi   Batasi pengunjung   Cuci tangan sebelum dan sesudah

merawat ps   Tingkatkan masukan gizi yang cukup   Anjurkan istirahat cukup   Pastikan penanganan aseptic daerah IV   Berikan PEN-KES tentang risk infeksi

Proteksi infeksi:   Monitor tanda dan gejala infeksi   Pantau hasil laboratorium    Amati faktor-faktor yang bisa

meningkatkan infeksi   Monitor VS

7 PK: Insuf Renal Setelah dilakukan askep ... jam Perawat akan menangani atau mengurangi komplikasi dari insuf renal

   Pantau tanda dan gejala insuf renal ( peningkatan TD, urine <30 cc/jam, peningkatan BJ urine, peningkatan natrium urine, BUN Creat, kalium, pospat dan amonia, edema).

  Timbang BB jika memungkinkan   Catat balance cairan    Sesuaikan pemasukan cairan setiap

hari = cairan yang keluar + 300 – 500 ml/hr

   Berikan dorongan untuk pembatasan masukan cairan yang ketat : 800-1000 cc/24 jam. Atau haluaran urin / 24 jam + 500cc

Page 13: Laporan Pendahuluan Ckd

    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet, rendah natrium (2-4g/hr)

   Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik ( pernafasan dangkal cepat, sakit kepala, mual muntah, Ph rendah, letargi)

   Kolaborasi dengan timkes lain dalam therapinya

    Pantau perdarahan, anemia, hipoalbuminemia

      Kolaborasi untuk hemodialisis8 PK: Anemia Setelah dilakukan

askep .... jam perawat akan dapat meminimalkan terjadinya komplikasi anemia :

  Hb >/= 10 gr/dl.  Konjungtiva tdk

anemis  Kulit tidak pucat  Akral hangat

   Monitor tanda-tanda anemia   Anjurkan untuk meningkatkan asupan

nutrisi klien yg bergizi   Kolaborasi untuk pemeberian terapi

initravena dan tranfusi darah   Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic,

status Fe   Observasi keadaan umum klien

9 Sindrom defisit self care b/d kelemahan

Setelah dilakukan askep …. jam klien mampu Perawatan diri

Self care :Activity Daly Living (ADL) dengan kriteria :

 Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan, toileting, ambulasi)

  Kebersihan diri pasien terpenuhi

Bantuan perawatan diri    Monitor kemampuan pasien terhadap

perawatan diri   Monitor kebutuhan akan personal

hygiene, berpakaian, toileting dan makan

   Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri

    Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

   Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya

   Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin

   Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

   Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan.

Page 14: Laporan Pendahuluan Ckd

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.

Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

NANDA. 2012. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North American Nursing Diagnosis Association.Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses

Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI