laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis kronik

40
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS KRONIK A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/ hari) dan konsistensi (feses cair). Diare dapat bersifat akut atau kronis. Ini dapat diklasifikasikan sebagai volume tinggi, volume rendah, sekretorik, osmotik, atau campuran. (Brunner & Suddarth 2002 : 1093) Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi feses menjadi cair, dan perut terasa mules ingin buang air besar. Secara praktis dikatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair. Diare dapat tergolong akut atau bila telah terjadi lebih dari 2 minggu digolongkan diare kronik. ( Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2001 : 91) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu 2 minggu. 1

Upload: dwitawetan

Post on 26-Dec-2015

180 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

LP GE KRONIS

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GASTROENTERITIS KRONIK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi

yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih

dari 200 g/ hari) dan konsistensi (feses cair). Diare dapat bersifat akut atau

kronis. Ini dapat diklasifikasikan sebagai volume tinggi, volume rendah,

sekretorik, osmotik, atau campuran. (Brunner & Suddarth 2002 : 1093)

Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi

feses menjadi cair, dan perut terasa mules ingin buang air besar. Secara

praktis dikatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali

sehari dengan konsistensi cair. Diare dapat tergolong akut atau bila telah

terjadi lebih dari 2 minggu digolongkan diare kronik. ( Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam 2001 : 91)

Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu.

Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak

ditetapkan batas waktu 2 minggu.

2. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari

daftar keluhan pasien pada ruangan praktek dokter,sementara di beberapa

rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi

gastrointestinal terdapat pada peringkat pertama sampai dengan keempat

pasien dewasa yang datang berobat ke Rumah Sakit.

3. ETIOLOGI

1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera),

Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).

a. Infeksi enteral

1

Page 2: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang

meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis,

virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan

infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides)

protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas

homunis) jamur (canida albicous).

b. Infeksi parenteral

Ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis

media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,

ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi

dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.

2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain

(OMA sering terjadi pada anak-anak).

3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.

4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun,

terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.

5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

4. FAKTOR PREDISPOSISI

Adapun faktor predisposisi dari Diare ini yaitu :

Lingkungan yang kurang bersih

Makanan yang tidak Higienis

5. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2

Page 3: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme

hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin

dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam

tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia

jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya

pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih

sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi

karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati

dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul

jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%

pada anak-anak.

3

Page 4: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini

disebabkan oleh:

- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntah yang bertambah hebat.

- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan

susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,

akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis

bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran

menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

6. KLASIFIKASI

Pada umunya diare kronik dapat dikelompokkan menjadi 4

kategori yakni

a. Diare Osmotik

Disebabkan oleh osmolaritas intralumen usus lebih tinggi dari

dalam serum. Hal ini terjadi pada intoleransi laktosa, obat

laksatif, (laktulosa, magnesium sulfat, obat (antasid).

b. Diare Sekretorik

Terjadinya sekresi intestinal yang berlebihan dan berkurangnya

absorpsi menimbulkan diare yang cair dan banyak. Pada

umunya disebabkan tumor endokrin, malabsorpsi garam

empedu, laksatif katartik. Terdapat gangguan transpor akibat

adanya perbedaan osmotik intralumen dengan mukosa yang

besar sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit ke dalam

lumen lumen usus dalam jumlah besar. Feses akan seperti air.

Diare sekresi terbagi menjadi dua berdasarkan pengaruh puasa

terhadap diare. Pertama diare sekretori yang dipengaruhi oleh

4

Page 5: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

keadaan puasa yang berhubungan dengan proses intralumen

dan diakibatkan oleh :

- Bahan-bahan yang tidak dapat diabsoprsi (seperti

obat-obatan dengn unsur magnesium tinggi contoh

antasid, multivitamin dan mineral, serta obat-obatan

yang bersifat laksatif).

- Malabsorpsi karbohidrat : proses metabolisme

karbohidrat oleh bakteri usus akan menghasilkan gas

H2 dan CO2 sehingga timbul flatus dan kembung

berlebihan serta nyeri perut dalam bentuk kram.

- Defisiensi laktosa yang mengakibatkan intoleransi

laktosa.

Diare sekretorik yang dipengaruhi keadaan puasa sering

dijumpai pada sindrom kolon iritatif, yang gejala klinisnya

adalah diare tanpa nyeri dan banyak disebabkan oleh faktor

psikososial sehingga disebut diare fungsional.

Kedua diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa

terdapat pada sindrom karsinoid, karsinoma tiroid medular, dan

diare diabetik. Diare yang disebabkan oleh penyakit tersebut

dihubungkan denga proses hormonal dan neurogen yang

berpengaruh terhadap motilitas.

c. Diare karena Gangguan Motilitas

Hal ini disebabkan transit usus yang cepat atau justru

karena terjadinya stasis yang menimbulkan perkembangan

bakteri intralumen yang berlebihan. Penyebab yang klasik

adalah iritable bowel snydrome.

d. Diare Inflamatorik

Disebabkan oleh faktor inflamasi. Diare dengan

kerusakan dan kematian enterosit disertai peradangan. Feses

berdarah terbagi dua yaitu inflamasi non spesifik dan spesifik.

Kolitis ulceratif dan penyakit Chron’s termasuk kelompok

5

Page 6: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

inflamasi non spesifik. Diare dengan perdarahan terutama

disebabkan ileh inflamasi yaitu

Bakteri : Shigella sp, Salmonella sp, Enteroinvasif E.

Protozoa : Entamoeba histolyca, Balantidium coli

Virus : Cytomegavirus

Cacing : Schistoma sp, Trichuris trich

7. GEJALA KLINIS

Pasien dengan diare akut ayng disebabkan oleh infeksi sering

mengalami nausea, muntah ,nyeri perut, sampai kejang perut , demam, dan

diare. Terjadi renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan

menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi meninjol,

turgor kulit menurun, serta suara serak. Gangguan biokimia seperti

asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernapasan llebih cepat

dan dalam (pernaasan Kuasmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat

denyut nadi cepat, tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien

gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.

Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal

dapat menurun sehingga timbul anuria, sihingga bila kekurangan cairan

tak segera diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubula.

8. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar

lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran

menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup

pada anak umur 1 tahun lebih

d. Mata : cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,

peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual

muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan

6

Page 7: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt

karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,

tensi menurun pada diare sedang .

h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,

suhu meningkat > 37 0 C, akral hangat, akral dingin (waspada

syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada

daerah perianal.

i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-

400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa

mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu

bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan

adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan tinja

a) Makroskopis dan mikroskopis

b) PH dan kadar gula dalam tinja

c) Bila perlu diadakan uji bakteri

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,

dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas

darah.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal

ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan

Posfat.

10. PENATALAKSANAAN

Pada orang dewasa penatalaksanaan diare akut akibat

infeksiterdiri atas:

7

Page 8: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

1. Rehidrasi sebagai prioritas pengobatan utama. Empat hal penting

yang perlu diperhatikan adalah:

Jenis cairan

Pada diare akut yang rinagn dapt diberikan oralit. Diberikan cairan

Ringer Laktat, bila tak tersedia bisa diberikan cairan NaCl isotonik

ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50ml.

Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang

dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan

beberapa cara.

Metode Pierce yang berdasarkan keadaan klinis:

Derajat dehidrasi Kebutuhan cairan (x kg BB)

Ringan 5%

Sedang 8%

Berat 10%

Metode Daldiyono, berdasarkan keadaan klinis yang diberikan

penilaian / skor:

Klinis Skor

Rasa haus/ muntah

Tekanan darah sistolik 60-

90mmHg

Tekanan darah sistolik <60mmHg

Frekuensi nadi >120x/menit

Kesadaran apatis

Kesadaran somnolen, sopor atau

koma

Frekuensi napas >30x/menit

Facies kolerika

Vox cholerica

Turgor kulit menurun

Washer woman’s hand

1

1

2

1

1

2

1

2

2

1

1

1

2

8

Page 9: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

Ekstremitas dingin

Sianosis

Umur 50-60 tahun

Umur >60 tahun

-1

-2

Kebutuhan cairan :

Skor/15 x 10% x kg BB x 1 liter

Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral atau

iv.

Jadwal pemberian cairan

Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan

metode Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya

dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan

status kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap

pada akhir jam ke-3.

2. Identifikasi penyebab diare akut akibat infeksi.

Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah.

3. Terapi simtomatik

Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas

pertimbangan yang rasional. Antimotilitas dan sekresi usus seperti

loperamid sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonela, shigela, dan

kolitis pseudomembran karena akan memperburuk diare yang diakibatkan

bakteri enteroinvasifakibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri

dengan epitel usus. Bila pasien amamt kesakitan maka akan diberikan obat

antimotalitas dan sekresi usus di atas dalam jangka pendek selama 1-2 hari

saja dengan 3-4 tablet/hari, serta memperhatikan ada tidaknya glaukoma

dan hipertrofi prostat. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja seperti

metoklopropamid dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan

ekstrapiramidal.

9

Page 10: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

4. Terapi definitif

Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan.

Hiegene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi

sangat berarti, selain terapi farmakologi yang tertera pada tabel berikut.

Daftar obat dan dosis berdasarkan penyebab diare.

Obat Dosis (per hari) Jangka waktu

Kolera altor

E . coli

Salmonellosis

Shigelosis

Amebiasis

Giardisis

Kandidosis

Virus

Tetrasiklin

Kotrimoksazol

Kloramfenikol

Tak memerlukan

terapi

Ampisilin

Kotrimoksazol

Siprofloksasin

Ampisillin

Kloramfenikol

Metronidazol

Tinidazol

Secnidazol

Tetrasiklin

kuinakrin

Klorokuin

Metronidazol

Mikostatin

Simtomatik

&suportif

4x500mg

2x3 tablet

2x2 tablet

4x500mg

-

4x1 g

4x500mg

2x500mg

4x1g

4x500mg

4x500mg

1x2g

1x2g

4x500mg

3x100mg

3x100mg

3x250mg

3x500000 unit

3 hari

6 hari

7 hari

10-14 hari

10-14hari

3-5 hari

5 hari

5 hari

3 hari

3 hari

3 hari

10 hari

7 hari

5 hari

7 hari

10 hari

Pada diare kronik, pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun

nonifeksi. Obat diberikan berdasarkan etiologinya.

Daftar obat dan dosis berdasarkan penyebab diare kronik.

10

Page 11: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

Etiologi Obat Dosis (per hari) Jangka waktu

Shigella sp

H . jejuni

Salmonelosis

C . difficile

ETEC

Tuberkulosis

Jamur kandidosis

Protozoa

Giardiasis

E . hystolica

Cacing Ascaaris

Cacing tambang

Thichuris tichiura

Ampisililin

Kotrimoksazol

Siprofloksasin

Tetrasiklin

Eritromisin

Siprofloksasin

Kloramfenikol

Peflasin

Siprofloksasin

Vankomisin

Metronidazol

Trimetropin

Siprofloksasin

Kotrimoksazol

Rifampisin

Pirazinamid

Etambutol

Streptomisin

Nistatin

Kuinakrin

Metronidazol

Metronidazol

Pirental pamoat

Idem

Mebendazol

2x1 g

2x2 tablet

2x500 mg

4x500 mg

4x250-500 mg

2x500 mg

4x500 mg

1x400 mg

2x500 mg

4x125 mg

3-4x1,5-2 g

3x200 mg

1x500 mg

2x2 tablet

10 mg/ kg BB

20-40 g/ kgBB

15-25 mg/ kg

BB

15 mg/ kgBB

3x500000 unit

3x100 mg

1x2 g

3x400 mg

3x800 mg

10-22mg/kg BB

Idem

2x100 mg

5-7 jam

Idem

Idem

Idem

Idem

5 hari

14 hari

7 hari

7 hari

7-10 hari

Idem

3 hari

Idem

Idem

Min 9 bulan

2-3 minggu

7 hari

3-5 hari

7 hari

7 hari

3 hari

Idem

3 hari

11

Page 12: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

11. KOMPLIKASI

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau

hipertonik).

Renjatan hipovolemik.

Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,

bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).

Hipoglikemia.

Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim

laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.

Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,

penderita juga mengalami kelaparan.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Fokus pengkajian menurut Doenges (2002 )

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari, kelemahan,

perasaan ‘hiper’ dan ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi dalam

latihan-latihan energi tinggi.

Tanda : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus.

2. Sirkulasi

Gejala : Perasaan dingin pada ruangan hangat.

Tanda : TD rendah takikardi, bradikardia, disritmia.

3. Integritas ego

Gejala : Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata ) gambaran

dari melaporkan diri-sendiri sebagai gendut, terusmenerus memikirkan

bentuk tubuh dan berat badan ,takut berat badan meningkat, harapan diri

tinggi, marah ditekan.

Tanda : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas.

12

Page 13: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

4. Eliminasi

Gejala : Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung,

penggunaan laksatif / diuretik.

5. Makanan, cairan

Gejala : Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan

normal atau meningkat.

Tanda : Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor

buruk, pembengkakan kelenjar saliva, luka rongga mulut, luka

tenggorokan terus-menerus, muntah, muntah berdarah,luka gusi luas.

6. Higiene

Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan rambut

( aksila / pubis ), rambut dangkal / tak bersinar, kuku rapuh tanda erosi

email gigi, kondisi gusi buruk

7. Neurosensori

Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis,

bingung, gangguan memori ) karena mal nutrisi kelaparan.

8. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Sakit kepala.

9. Keamanan

Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi.

10. Interaksi sosial

Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu

dominan anggota keluarga dekat, kebersamaan dijunjung tinggi, batas

pribadi tak dihargai, riwayat menjadi diam, anak yang dapat bekerja sama,

masalah control isu dalam berhubungan, mengalami upaya mendapat

kekuatan.

11. Seksualitas

Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut,

menyangkal / kehilangan minat seksual.

Tanda : Atrofi payudara, amenorea.

13

Page 14: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

12. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi

keyakinan / praktik kesehatan misalnya yakin makanan mempunyai

terlalu banyak kalori, penggunaan makanan sehat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare b/d infeksi pada mukosa usus

2. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan dan elektrolit

3. Nyeri akut b/d adanya distensi

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d pengeluaran

substansi nutrien bersama faeces

5. Hipertermi b/d dehidrasi

6. Keletihan b/d metabolisme lemak tidak sempurna

7. Kerusakan integritas kulit b/d iritasi kulit daerah anal

8. Gangguan pola tidur b/d meningkatnya frekuensi BAB

9. Ketidakefektifan pola nafas b/d resiko syok hypovolemik

10. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d perfusi jaringan

berkurang

11. Resiko penurunan curah jantung b/d kehilangan kandungan kalium

berlebihan.

3. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa 1

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi penurunan frekuensi

defekasi, konsistensi kembali normal dengan kriteria hasil:

- Frekuensi peristaltik 5-35

- Konsistensi faeces padat

- Tidak terdapat lendir pada faeces

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi dan catat frekuensi

defekasi, karakteristik, jumlah

1. Membantu membedakan

penyakit individu dan mengkaji

14

Page 15: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

dan faktor pencetus.

2. Tingkatkan tirah baring

3. Indentifikasi makanan dan

cairan yang mencetuskan diare,

mis., sayuran segar dan buah,

sereal, bumbu minuman

carbonat, produk susu.

4. Mulai lagi pemasukan cairan

per oral secara bertahap.

Tawarkan minuman jernih tiap

jam hindari minuman dingin.

5. Observasi demam, takikardi,

ansietas dan kelesuan.

6. Delegasi dalam pemberian

obat sesuai indikasi

- New diatab

- Kalmicetine

beratnya episode.

2. Istirahat menurunkan motilitas

usus juga menurunkan laju

metabolisme jika infeksi atau

perdarahan sebagai komplikasi

3. Menghindarkan iritan

meningkatkan motilitas usus.

4. Memberikan istirahat kolon

dengan menghilangkan atau

menurunkan rangsang makanan

atau cairan. Makan kembali

secara bertahap cairan

mencegah kram dan diare

berulang, namun cairan dingin

dapat meningkatkan motilitas

usus.

5. Tanda bahwa toksik

megakolon atau perforasi akan

terjadi atau telah terjadi

memerlukan intervensi medik

segera.

- Pengobatan simptomatik pada

diare non-spesifik.

- Mengobati infeksi berat karena

Sallmonella sp.

15

Page 16: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

- Metronidazole

- Ketorolac

- Ondancentron

- Ciprofloxacin

- Rillus

- Ranitidin

- Untuk pencegahan infeksi

anaerob

- Untuk mengobati nyeri

- Untuk mencegah maupun

mengatasi mual dan muntah

akibat pengobatan dengan

sitostatika dan radioterapi.

- Untuk mengobati infeksi yang

disebabkan oleh kuman patogen

yang peka terhadap

Ciprofloxacin.

- Memelihara saluran cerna,

mengatasi kembung, konstipasi,

diare, sakit perut, meningkatkan

fungsi sistem imun.

- Pengobatan jangka pendek tukak

usus 12 jari aktif, tukak lambung

aktif, mengurangi gejala refluks

esofagitis.

Diagnosa 2

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan dan

elektrolit dipertahankan secara maksimal.

Kriteria hasil :

- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : <

16

Page 17: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

40 x/mnt )

- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB

tidak cekung.

- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau tanda dan gejala

kekurangan cairan

danelektrolit.

2. Pantau intake dan output.

3. Timbang berat badan setiap

hari.

4. Anjurkan keluarga untuk

memberi minum banyak pada

klien, 2-3 lt/hr

5. Kolaborasi :

- Pemeriksaan laboratorium

serum elektrolit (Na, K,Ca,

BUN)

- Cairan parenteral ( IV

line ) sesuai dengan umur

- Obat-obatan :

(antisekresin,

antispasmolitik, antibiotik)

1.Penurunan sirkulasi volume

cairan menyebabkan

kekeringan mukosa dan

pemekatan urin. Deteksi dini

memungkinkan terapi

pergantian cairan segera

untuk memperbaiki deficit.

2.Dehidrasi dapat meningkatkan

laju filtrasi glomerulus

membuat keluaran tak

adekuat untuk membersihkan

sisa metabolisme.

3.Mendeteksi kehilangan cairan ,

penurunan 1 kg BB sama

dengan kehilangan cairan 1 lt.

4.Mengganti cairan dan elektrolit

yang hilang secara oral

5. Kolaborasi:

- koreksi keseimbang cairan

dan elektrolit, BUN untuk

mengetahui faal ginjal

(kompensasi).

- Mengganti cairan dan

elektrolit secara adekuat

dan cepat.

17

Page 18: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

- anti sekresi untuk

menurunkan sekresi cairan

dan elektrolit agar

simbang, antispasmolitik

untuk proses absorbsi

normal, antibiotik sebagai

anti bakteri berspektrum

luas untuk menghambat

endotoksin.

Diagnosa 3

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri terkontrol dengan

Kriteria hasil:

- Pasien mampu melaporkan tingkat nyeri yang berkurang atau hilang

- Pasien relaks, tidak gelisah dan tidak menunjukkan gejala-gejala nyeri non

verbal lainnya

INTERVENSI RASIONAL

1. Dorong pasien melaporkan

nyeri

2. Observasi/ catat distensi

abdomen, peningkatan suhu,

penurunan TD

3. Berikan tindakan nyaman

(mis., pijatan punggung,

ubah posisi) dan aktivitas

senggang

4. Lakukan modifikasi diet

sesuai resep, mis.,

memberikan cairan dan

meningkatkan makanan

1. Mencoba untuk

mentoleransi nyeri

daripada meminta

analgesik

2. Dapat menunjukkan

terjadinya obstruksi usus

karena inflamasi, edema,

dan jaringan parut.

3. Meningkatkan relaksasi,

memfokuskan kembali

perhatian dan

meningkatkan kemampuan

koping

18

Page 19: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

padat sesuai toleransi 4. Istirahat usus penuh dapat

menurunkan nyeri, kram

Diagnosa 4

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi

terpenuhi.

Kriteria hasil :

- Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur

INTERVENSI RASIONAL

1. Ciptakan lingkungan yang

bersih, jauh dari bau yang tak

sedap atau sampah, sajikan

makanan dalam keadaan

hangat.

2. Berikan jam istirahat (tidur)

serta kurangi kegiatan yang

berlebihan

3. Monitor intake dan out put

dalam 24 jam.

4. Kolaborasi dengan tim

kesehatan lain :

a. terapi gizi : Diet TKTP

rendah serat, susu

b. obat-obatan atau vitamin

( A).

1. Situasi yang nyaman, rileks

akan merangsang nafsu

makan.

2. Mengurangi pemakaian

energi yang berlebihan

3. Mengetahui jumlah output

dapat merencanakan jumlah

makanan.

4. Kolaborasi dengan tim

kesehatan lain :Mengandung

zat yang diperlukan , untuk

proses pertumbuhan.

Diagnosa 5

Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan tidak terjadi peningkatan

suhu tubuh.

Kriteria hasil:

- suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)19

Page 20: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

- Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor suhu tubuh setiap 2

jam

2. Berikan kompres hangat

3. Kolaborasi pemberian

antipirektik.

1. Deteksi dini terjadinya

perubahan abnormal fungsi

tubuh ( adanya infeksi).

2. Merangsang pusat pengatur

panas untuk menurunkan

produksi panas tubuh

3. Merangsang pusat pengatur

panas di otak

Diagnosa 6

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan

energi dengan kriteria hasil:

- Melaporkan rasa berenergi

- Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan

INTERVENSI RASIONAL

1. Evaluasi laporan keletihan.

Perhatikan kemampuan

tidur/istirahat dengan tepat.

2. Obervasi TTV

3. Kaji kemampuan untuk

berpartisipasi pada aktivitas yang

diinginkan/dibutuhkan

4. Rencanakan periode istirahat

adekuat.

5. Berikan bantuan dalam aktivitas

sehari-hari dan ambulasi.

1. Meningkatnya derajat

(berlanjutnya/ perbaikan dari efek

ketidakmampuan).

2. Mengetahui keadaan umum

pasien.

3. Mengidentifikasi kebutuhan

individual dan membantu

pemilihan intervensi.

4. Mencegah keletihan berlebihan

dan menyimpan energi untuk

penyembuhan.

5. Mengubah energi, memungkinkan

berlanjutnya aktivitas yang

dibutuhkan/ normal, memberi 20

Page 21: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

6. Tingkatkan tingkat partisipasi

sesuai toleransi pasien.

keamanan pada pasien.

6. Meningkatkan rasa membaik/

meningkatkan kesehatan dan

membatasi frustasi.

Diagnosa 7

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit tidak

terganggu.

Kriteria hasil :

- Tidak terjadi iritasi

- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan

benar.

INTERVENSI RASIONAL

1) Diskusikan dan jelaskan

pentingnya menjaga tempat

tidur.

2) Demontrasikan serta

libatkan keluarga dalam

merawat perianal (bila basah

dan mengganti pakaian bawah

serta alasnya).

3) Atur posisi tidur atau

duduk dengan selang waktu 2-

3 jam.

1) Kebersihan

mencegahperkembang biakan

kuman.

2) Mencegah terjadinya

iritassikulit yang tak

diharapkan oleh karena

kelebaban dan keasaman

feces

3) Melancarkan vaskulerisasi,

mengurangi penekanan yang

lama sehingga tak terjadi

iskemi dan iritasi .

Diagnosa 8

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi perbaikan dalam

pola tidur/ istirahat dengan kriteria hasil :

21

Page 22: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

- Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar

- Melaporkan perbaikan dalam tidur / istirahat

INTERVENSI RASIONAL

1. Tentukan kebiasaan tidur

biasanya dan perubahan

yang terjadi

2. Berikan tempat tidur yang

nyaman dan beberapa milik

pribadi. Mis., bantal, guling

3. Instruksikan tindakan

relaksasi

4. Kurangi kebisingan dan

lampu

5. Dorong posisi nyaman, bantu

dalam mengubah posisi

1. Mengkaji perlunya dan

mengidentifikasi

intervensi yang tepat

2. Meningkatkan

kenyamanan tidur serta

dukungan fisiologis /

prikologis

3. Membantu menginduksi

tidur

4. Memberikan situasi

kondusif untuk tidur

5. Pengubahan posisi

mengubah area tekanan

dan meningkatkan istirahat

Diagnosa 9

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola nafas klien kembali

efektif dengan Kriteria hasil:

- Pasien mampu mempertahankan pola nafas yang efektif dengan tingkat

pernafasan yang normal.

- Paru-paru pasien bersih, bebas dari cianosis, dan tanda-tanda/ gejala-gejala

hipoksia yang lain.

INTERVENSI RASIONAL

a) Pantau tingkat/kedaleman dan

pola pernafasan.

b) Catat periode apnea, pernafasan

Cheyne-Stokes.

c) Auskultasi bunyi nafas.

a) Pengkajian yang berulang kali

sangat penting karena kadar

toksisitas mungkin berubah

secara drastis.

b) Bunyi nafas dapat menurun

atau tidak ada pada

22

Page 23: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

d) Catat pengembangan dada

e) Pertahankan posisi tidur yang

nyaman, biasanya dengan

peninggian kepala tempat tidur.

Berikan tambahan O2

lobus,segmen paru, atau

seluruh area paru ( unilateral ).

c) Area atelektasi btidak ada

bunyi napas, dan pada area

yang kolaps menurun

bunyinya, evaluasi juga di

lakukan untuk area yang baik

pertukaran gasnya dan

memberikan data evaluasi

perbaikan pneumotaraks.

d) Pengembangan dada sama

dengan ekspansi paru.

e) Meningkatkan inspirasi

maksimal, meningkatkan

ekspansi paru.

f) Hipoksia pada susunan saraf

pusat mengakibatkan depresi

pernafasan

Diagnosa 10

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan

toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil :

- Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda

vital stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, GDA dalam batas

normal, keluaran urine adekuat

INTERVENSI RASIONAL

1. Selidiki keluhan tingkat

kesadaran, keluhan pusing /

sakit kepala

2. Selidiki keluhan nyeri dada.

Catat lokasi, kualitas,

lamanya, dan apa yang

1. Perubahan dapat

menunjukkan

ketidaknyamanan perfusi

serebral sebagai akibat

tekanan darah arterial.

2. Dapat menunjukkan

23

Page 24: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

menghilangkan nyeri

3. Berikan oksigen tambahan

sesuai indikasi

4. Awasi GDA nadi oksimetri

iskemia jantung

sehubungan dengan

penurunan perfusi.

3. Mengobati hipoksemia

dan asidosis laktat selama

perdarahan akut.

4. Mengidentifikasi

hipoksemia, keefektifan /

kebutuhan untuk terapi.

Diagnosa 11

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi penurunan

curah jantung dengan kriteria hasil :

- Melaporkan / menunjukkan penurunan episode dispnea, angina dan

disritmia

- Menidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung

INTERVENSI RASIONAL

1. Dorong tirah baring dalam

posisi semi fowler

2. Evaluasi keluhan lelah,

dispnea, palpitasi, nyeri dada

kontinu

3. Auskultasi bunyi jantung.

Perhatikan jarak / muffed

tonus jantung, murmur,

gallop S3 dan S4

4. Berikan oksigen suplemen

1. Menurunkan beban kerja

jantung memaksimalkan

curah jantung

2. Manifestasi klinis dari

GJK yang dapat menyertai

endokarditis dan

miokarditid.

3. Memberikan deteksi dini

dan terjadinya komplikasi,

mis. GJK, tamponade

jantung.

4. Meningkatkan

ketersediaan oksigen

untuk fungsi miokard dan

menurunkan efek

24

Page 25: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

metabolisme anaerob yang

terjadi sebagai akibat dari

hipoksia dan asidosis.

4. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan

5. EVALUASI

Diagnosa 1

Terjadi penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal.

Diagnosa 2

Keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal.

Diagnosa 3

Nyeri terkontrol

Diagnosa 4

Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Diagnosa 5

Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Diagnosa 6

Terjadi peningkatan energi.

Diagnosa 7

Integritas kulit tidak terganggu.

Diagnosa 8

Terjadi perbaikan dalam pola tidur/ istirahat.

Diagnosa 9

Pola nafas klien kembali efektif.

Diagnosa 10

Terjadi peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

Diagnosa 11

Tidak terjadi penurunan curah jantung.

25

Page 26: Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gastroenteritis Kronik

DAFTAR PUSTAKA

Bates.B, 1995. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.Ed 2. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta :

EGC

Doengoes, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :

EGC

Nanda. 2012. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2012-2014.

Nanda International. Philadelphia.

Prof.dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D dan dr. Hendra Utama. 1996. Ilmu

Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : FKUI

26