laporan pembuatan shampo

29
Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/2014 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini produksi mobil dan motor berkembang pesat dan hampir semua masyarakat menggunakannya. Meningkatnya penggunaan motor dan mobil ini menyebabkan munculnya suatu kebutuhan baru yaitu shampo untuk membersihkan motor dan mobil secara efektif dan efisien. Bahan yang digunakam untuk mencuci tidak boleh sembarangan karena harus merawat dan melindungi cat motor atau mobil. Pada saat ini shampo yang dibuat dari bahan alam sudah banyak ditinggalkan dan diganti dengan shampo yang terbuat dari bahan deterjen. Sehingga saat ini jika orang berbicara mengenai shampo yang dimaksud adalah shampo yang terbuat dari bahan deterjen. Shampo yang terbuat dari bahan deterjen lebih banyak digunakan karena memiliki efektifitas pencucian yang lebih baik. Hal ini karenakan kandungan surfaktan dalam deterjen memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan serta mampu mengikat dan membersihkan kotoran. Surfaktan itu sendiri merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan adalah memiliki gugus Pembuatan Shampo Motor

Upload: helsa-audrya

Post on 27-Jan-2016

66 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/20141

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini produksi mobil dan motor berkembang pesat dan hampir semua

masyarakat menggunakannya. Meningkatnya penggunaan motor dan mobil ini

menyebabkan munculnya suatu kebutuhan baru yaitu shampo untuk

membersihkan motor dan mobil secara efektif dan efisien. Bahan yang digunakam

untuk mencuci tidak boleh sembarangan karena harus merawat dan melindungi

cat motor atau mobil. Pada saat ini shampo yang dibuat dari bahan alam sudah

banyak ditinggalkan dan diganti dengan shampo yang terbuat dari bahan deterjen.

Sehingga saat ini jika orang berbicara mengenai shampo yang dimaksud adalah

shampo yang terbuat dari bahan deterjen. Shampo yang terbuat dari bahan

deterjen lebih banyak digunakan karena memiliki efektifitas pencucian yang lebih

baik. Hal ini karenakan kandungan surfaktan dalam deterjen memiliki

kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan serta mampu mengikat dan

membersihkan kotoran. Surfaktan itu sendiri merupakan suatu senyawa aktif

penurun tegangan permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi

maupun biokimiawi. Karakteristik utama surfaktan adalah memiliki gugus polar

dan non polar pada molekul yang sama (Anonim, 2009).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mempelajari cara pembuatan shampo motor atau mobil

2. Menentukan karakteristk shmapo motor atau mobil dan bagaimana

kinerjanya

Pembuatan Shampo Motor

Page 2: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/20142

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Bahan Dasar Pembuatan Shampo Motor

2.1.1 Surfaktan

Komponen yang paling penting dari sistem deterjen adalah surfaktan. Sistem bahan

pembersih pertama pada sabun adalah surfaktan. Terbentuk dari lemak nabati maupun

hewani ditambah air dan alkali. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa tahun

1940-an,sabun mulai diganti dengan sintetis deterjen, yaitu, kombinasi sintetis surfaktan,

sebagian besar alkyl benzene sulfonat (ABS), dan zat pembangun pentasodium

tripolifosfat (STPP). Faktor lingkungan menyebabkan penggantian ABS oleh alkyl

benzene linier sulfonat (LABS), dan penggantian STPP oleh zeolit, karena

pembangunnya lebih kompleks (Bailey’s, 1996).

Surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang

dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Karakteristik utama

surfaktan adalah memiliki gugus polar dan non polar pada molekul yang sama.

Sifat aktif permukaan yang dimiliki surfaktan diantaranya mampu menurunkan

tegangan permukaan, tegangan antarmuka dan meningkatkan kestabilan sistem emulsi.

Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan sepanjang 1

cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk memperbesar

permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension

umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi

antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya (Anonim,

2009).

Hal ini membuat surfaktan banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti

industri sabun, deterjen, produk kosmetika dan produk perawatan diri, farmasi, pangan,

cat dan pelapis, kertas, tekstil, pertambangan dan industri perminyakan untuk Enhanced

Oil Recovery (EOR). Surfaktan ini dapat berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS,

Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LABS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam

Ammonium), Nonionic (Nonyl Phenol polyethoxyle), Amphoterik (acyl ethylenediamines)

(Elefani, 2008).

Jika surfaktan dilarutkan dalam satu fase pada campuran minyak dan air, sebagian

surfaktan akan berkonsentrasi pada permukaan antara minyak-air, dan pada

kesetimbangan energi bebas (disebut tegangan antar muka atau permukaan) akan lebih

Pembuatan Shampo Motor

Page 3: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/20143

rendah dari tidak adanya surfaktan. Energi mekanik yang diberikan ke dalam sistem

(misalnya, dengan mencampur) berfungsi untuk membagi satu fasa, akan meningkatkan

jumlah total tegangan permukaan dan energi. Semakin rendah jumlah energi bebas

antarmuka per satuan luas, semakin besar jumlah luas antar muka baru yang dapat dibuat

dengan jumlah energi masuk yang diberikan . Tahap yang terbagi lagi disebut fase

terputus-putus, dan fase lainnya adalah fase kontinyu (Bailey’s, 1996).

Surfaktan memiliki lipofilik (suka lemak) dan hidrofilik (suka air). Bagian lipofilik

dari surfaktan biasanya merupakan rantai-panjang asam lemak yang diperoleh dari lemak

atau minyak. Bagian hidrofilik adalah nonionik (misalnya gliserol); anionik (bermuatan

negatif, misalnya laktat), atau amfoter, baik membawa muatan positif dan negatif

(misalnya, asam amino serin).

Surfaktan yang berasal dari petrokimia, didominasi oleh LABS, sebagian besar

telah menggantikan komposisi sabun. Namun demikian, surfaktan berbasis oleokimia

masih berperan penting dalam formulasi deterjen. Sabun itu sendiri umumnya hadir

sebagai komponen kecil untuk pengkontrol busa, mengurangi transfer pewarna, dan

bertindak sebagai kosurfaktan atau zat pembangun. Selain LABS surfaktan dari

petrokimia yang sering digunakan, adalah alkohol etoksilat, ethoxysulfates alcohol, dan

sulfat alkohol primer, berasal dari alkohol rantai panjang yang dapat bersumber dari

petrochemically atau oleochemically. Surfaktan lain yang telah digunakan di Jepang

antara lain Metil Ester Sulfonat, alkyl polyglycosides, dan glucamides telah banyak

digunakan. Surfaktan tersebut digunakan pada dasarnya sebagai pengganti anionik untuk

LABS (Bailey’s, 1996).

Surfaktan, termasuk sabun, memiliki struktur bipolar, terdiri dari baik hidrofobik

(ekor) dan kelompok hidrofilik (kepala). Sebagai hasil dari struktur bifunctional,

surfaktan memiliki banyak sifat fisik yang unik. Dalam larutan, surfaktan berkonsentrasi

sebagai monolayers di daerah antar muka antara dua fase konstanta dielektrik yang

berbeda atau polaritas. Contoh daerah antarmuka adalah minyak dan air atau udara dan

air. Bagian hidrofilik preferentially solubilizes dalam fase polaritas kutub atau lebih

tinggi, sedangkan hidrofobik bagian secara istimewa solubilizes dalam tahap polaritas

nonpolar lebih rendah. Kehadiran surfaktan pada antarmuka memberikan stabilitas di

antarmuka dengan menurunkan total energi pada permukaan (Bailey’s, 1996).

Dengan demikian, surfaktan memfasilitasi stabilisasi bercampur, biasanya fase

tidak bercampur, seperti minyak dalam air, dengan menurunkan energi yang diperlukan

untuk mempertahankan besar interfacial wilayah yang terkait dengan pencampuran.

Sebagai contoh, tanpa adanya surfaktan, suatu dalam campuran minyak-air, biasa disebut

Pembuatan Shampo Motor

Page 4: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/20144

sebagai suatu emulsi, cepat memisahkan ke dua lapisan yang berbeda untuk

meminimalkan area permukaan atau kontak antara dua fase. Kemampuan surfaktan untuk

menurunkan ini energi antarmuka antara minyak dan air memungkinkan untuk

pembentukan dan stabilisasi tetesan minyak yang lebih kecil dan akan tersebar di seluruh

air. Dalam hal ini, penurunan energi antarmuka mengakibatkan peningkatan permukaan

total luas pada sistem. Lain halnya dengan surfaktan yang berkemampuan untuk

membentuk agregat dalam larutan dan membentuk komposit dengan berbagai struktur,

seperti misel dan kristal cair, sebagai fungsi dari konsentrasi dan suhu (Bailey’s, 1996).

Konsentrasi surfaktan dalam larutan meningkat,merupakan titik tercapai dimana

molekul agregat akan membentuk misel. Konsentrasi ini didefinisikan sebagai

konsentrasi misel kritis (CMC). Struktur misel meminimalkan energi melalui asosiasi

surfaktan, sedangkan misel dalam air biasanya ditandai dengan ekor hidrofobik mengarah

ke pusat dan kelompok kepala menunjuk ke arah air. Sebagai konsentrasi surfaktan dalam

larutan lebih jauh meningkat, misel memanjang ke tubulus panjang yang sejajar dengan

satu sama lain untuk membentuk susunan heksagonal (Bailey’s, 1996).

Struktur ini sering disebut kristal cair sebagai heksagonal. Jika konsentrasi

surfaktan meningkat, tubulus akan berkembang di kedua arah dan membesar, lembaran

pipih surfaktan, sering disebut sebagai lamelar kristal cair. Kristal-kristal cair sangat

penting dalam pembuatan sabun. Sebagai inti dari sebuah misel sangat hidrofobik, ia

memiliki kemampuan untuk melarutkan minyak di dalamnya, serta untuk menstabilkan

dispersi satu. Solubilisasi ini dan suspensi sifat surfaktan adalah dasar bagi kemampuan

pembersihan sabun dan surfaktan lainnya. Selain itu, kemampuan surfaktan untuk

menstabilkan antarmuka daerah, khususnya antarmuka udara-air, merupakan dasar untuk

penyabunan (Bailey’s, 1996).

Surfaktan dapat dikelompokkan beberapa macam:

1. Menurut Komposisi ekor

a. Ionik

Anionik : berdasarkan anion permanen ( sulfat , sulfonat , fosfat ) atau anion

tergantung pH ( karboksilat ):

1.Alkil sulfat

amonium lauril sulfat , natrium lauril sulfat (SDS);

2.Alkil eter sulfat

L aureth natrium sulfat , juga dikenal sebagai natrium lauril eter sulfat

(SLES), myreth natrium sulfat

3.Sulfonat: Docusates

Pembuatan Shampo Motor

Page 5: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/20145

natrium dioktil sulfosuccinate, Sulfonat fluorosurfactants:

perfluorooctanesulfonate (PFOS)

4.Alkil benzena sulfonat

b. Kationik , berdasarkan:

1. pH tergantung primer, sekunder atau tersier amina: amina primer

menjadi bermuatan positif pada pH <10, amina sekunder menjadi

dibebankan pada pH <4. Contohnya Octenidine dihidroklorida ;

2. Permanen dibebankan surfaktan kation. Contohnya

Alkyltrimethylammonium garam: bromida setil trimethylammonium

(CTAB) alias hexadecyl amonium bromida trimetil, klorida setil

trimethylammonium (CTAC)

c. Zwitterionic ( amfoter ), berdasarkan primer, sekunder atau tersier amina atau

surfaktan kation dengan:

1.Sulfonat: Chaps (3 - [(3-Cholamidopropyl) dimethylammonio]-1-

propanesulfonate), Sultaines (hydroxysultaine cocamidopropyl )

2.Carboxylates: Asam amino, Imino asam, Betaines ( betaine

cocamidopropyl )

3. Fosfat: lesitin

d. Nonionik

Alkohol lemak : Setil alkohol, Stearil alkohol

2.1.2 Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LABS)

Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkyl benzene

sulfonate. Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama acid slurry. Acid

slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen sintetik dan

deterjen cair. Alkylbenzene disulponasi menggunakan asam sulfat, oleum atau SO3(g).

Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses yang berbeda pada bahan

yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas. Bahan baku utama untuk membuat

acid slurry adalah dodecyl benzene, linear alkyl benzene. Nama Kimia Acid Slurry

D.D.B.S. adalah Dodecyl Benzene Sulphonate dan L.A.B.S dan Linear Alkyl Benzene

Sulphonate.

Alkylbenzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku kunci pada industri deterjen

selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50 persen volum total surfaktan

anionik sintetik. Linear alkylbenzene Sulfonates (LAS) digunakan secara luas

menggantikan Branch alkylbenzene sulfonates (BAB) dalam jumlah besar yang ada

Pembuatan Shampo Motor

Page 6: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/20146

didunia karena LAS merupakan bahan deterjen yang lebih biodegradabilitas

dibandingkan BAB. Produk umumnya dipasarkan berupa asam bebas (free acid) atau

yang dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida yang ditambahkan kedalam

slurry, yang umumnya dalam bentuk pasta. Sebagian besar pasta di produksi pada

sprayed-dried menghasilkan serbuk deterjen. Pasta bisa juga di proses dengan drum-dried

menjadi serbuk atau flake atau spray dried menjadi butir-butir halus yang memiliki

densitas rendah. Bentuk kering LAS digunakan terutama pada industri dan produk

kebersihan (Kent and Riegels, 2007).

Agar berguna sebagai surfaktan, pertama Alkylbenzene harus disulfonasi. Untuk

proses sulfonasi biasanya digunakan Oleum dan SO3 . Sulfonasi dengan oleum

memerlukan biaya peralatan yang relatif tidak mahal dan bisa dijalankan dengan proses

batch atau continuous. Bagaimanapun ia juaga memiliki kerugian dalam terminologi

dibandingkan harga SO3, sulfonasi dengan oleum memerlukan aliran pembuangan sisa

asam dan ia juga memberikan masalah corossi potensial yang disebabkan oleh asam

sulfat. Proses oleum biasanya menghasilkan 90% ABS, 6 sampai 10% asam sulfat, dan

0,5 sampai 1% minyak yang tidak mengalami proses sulfonasi (Kent and Riegels, 2007).

Proses sulfonasi dengan tipe batch memiliki empat unit proses dasar untuk

netralisasi antara lain yaitu sulfonation, digestion, dilution, dan phase separation. Pada

tahap sulfonasi, alkyl benzene dan oleum dicampur pada tekanan 1 atm inert. Reaksi

sulfonasi berlangsung dengan eksotermik tinggi. Dan perpindahan panas tercapai dengan

menggunakan reaktor jacket dan atau adanya resirkulasi pemakaian ulang penukar panas.

Variabel kunci dalam mengontrol luas reaksi dan warna produk adalah temperatur,

keluaran asam, waktu reaksi dan perbandingan oleum dengan alkylate. Kemudian produk

meninggalkan zona sulfonasi yang kemudian dilanjutkan proses digested 15 sampai 30

menit agar reaksi berlangsung secara sempurna. Setelah proses digested, kemudian

campuran dilarutkan (diluted) dengan air untuk menyempurnakan raksi. Produk

kemudian diumpankan ke dalam tangki separator yang berdasarkan pada gravitasi pada

lapisan asam sulfat yang keluar dari asam sulfonate ringan. Waktu separasi bergantung

pada konfigurasi tangki separator, viskositas asam sulfat, temperatur dan tingkat aerasi

dalam aliran umpan (Kent and Riegels, 2007).

Tabel 2.1 Sifat Fisika LABS

Rumus molekul C12H25C6H5

Berat molekul 246,435 Kg/kmol

Titik didih 327,61 OC

Pembuatan Shampo Motor

Page 7: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/20147

Titik leleh 2,78 OC

Densitas 855,065 Kg/m3

Wujud Cair

Energi panas pembentukan 1787,0 KJ/mol

Kapasitas panas 750,6 Kkal/kmol OC

Viskositas 750,6 Kkal/kmol OC

Sumber : Linear Alkylbenzene Sulfonate, n.d.

2.1.3 Sodium Lauril Sulfat (SLS)

Sodium lauril sulfat (SLS), atau natrium deodecil sulfat (NaDS atau C12H25SO4Na)

adalah surfaktan anionoik yang digunakan dalam membersihkan lemak, dan pada produk-

produk untuk kebersihan. Molekul ini memiliki 12 atom karbon, yang melekat pada

gugus sulfat, dan memberikan sifat amphiphilic yang dibutuhkan deterjen. SLS adalah

surfaktan yang sangat efektif dan digunakan untuk menghilangkan noda berminyak dan

residu. Sebagai contoh, SLS ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada produk

industry, termasuk degreasers mesin, pembersih lantai, sampo mobil. Penggunaan SLS

dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu pada pembuatan pasta gigi, shampoo rambut,

dan busa cukur. Sodium lauril sulfat merupakan komponen penting dalam formulasi

untuk efek penebalan busa dan kemampuannya untuk menciptakan busa (Marrakchi S,

Maibach HI, 2006).

Penelitian menunjukkan bahwa SLS tidak karsinogenik jika terkontaminasi

langsung pada kulit ataupun dikonsumsi. Natrium lauril sulfat mengurangi rasa manis

pada gigi, efek biasa terlihat setelah penggunaan pasta gigi yang mengandung bahan ini.

Penelitian menunjukkan bahwa SLS dapat merupakan mikrobisida topikal yang

berpotensi efektif, yang juga dapat menghambat dan mencegah infeksi oleh virus seperti

virus Herpes simpleks. Selain itu SLS dapat meningkatkan kecepatan pembentukan hidrat

metana sebesar 700 kali kecepatan awal. Dalam pengobatan, natrium lauril sulfat

digunakan sebagai pencahar dubur di enema, dan sebagai eksipien pada aspirin terlarut

dan kaplet terapi serat lainnya (Marrakchi S, Maibach HI, 2006).

Natrium lauril sulfat, dalam sains disebut sebagai sodium dodecyl sulfat (SDS) atau

Duponol, umumnya digunakan dalam menyusun protein untuk elektroforesis dalam

teknik SDS-PAGE. Senyawa ini bekerja dengan mengganggu ikatan non-kovalen dalam

protein, sehingga protein mengalamii denaturing, dan menyebabkan molekul kehilangan

bentuk asli mereka (konformasi). SLS disintesis dengan mereaksikan lauril alkohol

Pembuatan Shampo Motor

Page 8: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/20148

dengan asam sulfat untuk menghasilkan hidrogen lauril sulfat yang kemudian dinetralisir

melalui penambahan natrium karbonat. Karena metode ini sintesis, SLS komersial yang

tersedia sebenarnya tidak sulfat dodesil murni tetapi campuran alkil sulfat dengan sulfat

dodesil sebagai komponen utama. SLS dapat memperburuk masalah kulit pada individu

dengan hipersensitivitas kulit kronis (Marrakchi S, Maibach HI, 2006).

2.1.4 NaOH

Natrium hidroksida (Na OH ) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium

hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida

basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin

yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang

industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan

kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang

paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,

serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen. Ia

bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia

sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses

pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut dalam etanol dan

metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan

KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium

hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

2.2 Proses Sintesa/Isolasi Produk

2.2.1 Proses Pembuatan Shampo

Pembuatan Shampo Motor

Page 9: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/20149

Gambar 2.1 Proses Pembuatan ShampoSumber: Borwankar

2.2.2 Penentuan Karakteristik Shampo

1.Viskositas

Viskositas adalah gesekan internal fluida. Gaya viskos melawangerakan sebagian

fluida relatif terhadap yang lain. Viskositas akan mempengaruhi kerja shampo. Shampo

yang terlalu kental akan memperlambat reaksi penyabunan pada kotoran, sehinngga

terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen dan apabila terlalu

encer maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Faktor yang mempengaruhi viskositas:

a. Besar dan Bentuk Molekul

Molekul-molekul yang mudah berasosiasi mempunyai viskositas yang besar,

seperti air dan etanol. Zat ini membentuk asosiasi molekul dengan ikatan hidrogen.

Makin besar berat molekul, makin besar pula viskositas.

b. Suhu

Pada kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Menuru teori

”lubang” terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak secara kontinyu ke

dalam kekosongan ini, sehingga kekosongan akan bergerak keliling. Proses ini

menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena ada energi pengaktifan yang harus

mempunyai suatu molekul agar dapat bergerak ke dalam kekosongan. Energi pengaktifan

lebih mungkin terdapat pada suhu yang lebih tinggi dan dengan demikian cairan lebih

mudah mengalir.

c.Tekanan

Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan jumlah

lubang berkurang, sehingga bagi molekul lebih sukar untuk bergerak keliling satu

terhadap yang lain.

d. Konsentrasi

Untuk suatu larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kepekatan

larutan.Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga tinggi,

sebaliknya larutan yang viskositasnya rendah, konsentrasinya juga rendah.

2. Densitas

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda, semakin tinggi

massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis

rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah

benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang

Pembuatan Shampo Motor

Page 10: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201410

lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah

(misalnya air).Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa

jenis yang berbeda. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah:

Dimana: ρ = densitas (Kg/ml)

m = massa (Kg)

v = volume (ml)

Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun

volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya, oleh karenanya zat yang sejenis selalu

mempunyai masssa jenis yang sama.Massa jenis zat dapat dihitung dengan

membandingkan massa zat (benda) dengan volumenya. Massa jenis merupakan salah satu

ciri untuk mengetahui kerapatan zat. Pada volume yang sama, semakin rapat zatnya,

semakin besar massanya. Sebaliknya makin renggang, makin kecil massa suatu benda.

Contoh : kubus yang terbuat dari besi akan lebih besar massanya dibandingkan dengan

kubus yang terbuat dari kayu, jika volumenya sama. Pada massa yang sama, semakin

rapat zatnya, semakin kecil volumenya.Sebaliknya, semakin renggang kerapatannya

semakin besar volumenya.Contoh: volume air lebih besar dibanding volume besi, jika

massa kedua benda tersebut sama.

2.3 Produk yang Dihasilkan

2.3.1 Shampo

Sampo motor atau mobil adalah suatu detergen yang sekarang sudah banyak

dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan yang penting dalam pembuatan

sampo ini adalah surfaktan, yaitu LABS (Linier Alkyl Benzene Sulfonat) atau

kadang disebut juga Linier Alkyl Benzene (LAS) dan surfaktan penunjang yaitu

SLS (Sodium Lauryl Sulfonat). Surfaktan (Surface Active Agents), zat yang dapat

mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan

atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung

pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan. Molekul

surfaktan mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan

ujung non polar (hidrofobik). Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan

besar, yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air

Pembuatan Shampo Motor

ρ = mv

Page 11: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201411

teknologi pembuatan sampo motor atau mobil ini termasuk salah satu teknologi

tepat guna dalam pembuatannya. Karena dalam proses pembuatannya tidak

memerlukan alat yang canggih dan proses yang rumit (Nirwana, 2014).

Pembuatan Shampo Motor

Page 12: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201412

Bab 3

Metodologi Praktikum

3.1 Bahan – bahan yang digunakan

LABS

SLS

NaOH

Aquades

Pewarna makanan

Parfum tanpa alkohol

3.2 Alat – alat yang digunakan

3 wadah plastik

2 pengaduk plastik

Gelas ukur 50 ml

Gelas piala 50 ml

Gelas piala 200 ml

Timbangan

Saringan plastik

2 batang pengaduk

Kaca arloji

Viscometer

Picnometer

Botol aqua 350 ml

Alumunium foil

3.3 Prosedur Praktikum

a. Pembuatan larutan NaOH

Timbang 10 gr NaOH

Pembuatan Shampo Motor

Page 13: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201413

Ambil aquades 15 ml, masukkan kedalam wadah

Masukkan 10 gr NaOH kedalam wadah yang telah berisi air sedikit demi

sedikit

Aduk hingga NaOH larut

Setelah dingin, timbang 6 gr dari larutan ini

Masukkan kedalam wadah dan ditutup dengan alumunium foil

b. Pembuatan LABSNa 100 gr

1. Timbang LABS 24 gram

2. Masukkan kedalam wadah plastik

3. Ambil aquades 70 ml

4. Tambahkan larutan NaOH dan aquades pada wadah yang berisi LABS

sedikit demi sedikit sambil diaduk pelan-pelan

5. Setelah larutan homogen, hentikan pengadukan

c. Pembuatan Shampo

1. Ambil 4 ml aquades, masukkan kedalam wadah plastik

2. Tambahkan 4 tetes pewarna aduk hingga rata

3. Masukkan SLS kedalam wadah, aduk hingga tercampur sempurna

4. Masukkan LABSNa kedalam wadah, aduk pelan-pelan hingga homogen

5. Masukan 5 tetes parfum, aduk hingga rata

d. Karakteristik Shampo

1. Uji Waktu Viskositas

Hitung waktu viskositas air dengan viscometer oswald

Hitung waktu viskositas shampo dengan viscometer oswald

2. Berat Jenis

Timbang picnometer kosong

Isi dengan shampo hingga penuh kemudian tutup

Timbang picnometer yang berisi shampo

Pembuatan Shampo Motor

Page 14: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201414

Hitung berat jenisnya dengan cara berat (picnometer+shampo) dikurang

berat picnometer kosong kemudian dibagi 10

3. Tes Aplikasi

Masukkan 10 ml air dalam gelas ukur

Tambahkan 10 ml minyak

Teteskan kit motor

Hitung waktu yang dibutuhkan kit untuk menembus minyak hingga

sampai kebatas antara minyak dan air

Lakukan juga pengujian dengan meneteskan shampo

Hitung juga waktu yang dibutuhkan shampo untuk menembus minyak

hingga sampai kebatas antara minyak dan air

Bandingkan hasil dari keduanya

Pembuatan Shampo Motor

Page 15: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201415

Bab 4

Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Praktikum

Pembuatan Shampo

No Bahan Hasil Pengamatan

1 10 g NaOH + 15 ml aquades → larutan

NaOH

Larutan berwarna bening dan sedikit panas

2 24 g LABS + 6 g larutan NaOH + 70 ml

aquades → LABSNa

Berwarna coklat kehitaman agak kental dan

terdapat busa. Berat LABSNA = 83 g

3 5 gram SLS + 35 ml aquades → larutan

SLS

Berwarna putih keruh dan berbusa. Berat =

37 g

4 4 ml aquades + 37 gram SLS + 83 g

Larutan LABSNa + pewarna (ungu ) +

parfum

Terbentuk shampo berwarna ungu

Viskositas

NoWaktu Viskositas

Aquades Shampo

1 1.17 detik 7.20 detik

2  1.00 detik 7.50 detik

3  1.50 detik 8.0 detik

Berat Jenis

Berat picnometer kosong = 15.39 g

Berat picnometer + cairan = 24.79 g

Berat picnometer + aquades = 25.02 g

Pembuatan Shampo Motor

Page 16: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201416

Uji Aplikasi

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat bercampur dengan minyak :

KIT = 2.70 detik

Shampo = 1.44 detik

4.2 Pembahasan

a. Pembuatan larutan NaOH

Pada pembuatan larutan NaOH ini, wadah yang telah berisi 15 ml aquades

ditambahkan 10 gram NaOH sedikit demi sedikit, hal ini dikarenakan selisih

volume air dengan NaOH relatif kecil dan untuk menghindari larutan lewat jenuh.

Pada larutan ini tidak terjadi perubahan warna dan sedikit panas dan terjadi reaksi

eksoterm yang menyebabkan panas tersebut.

b. Pembuatan LABSNA

Pada campuran LABSNa ini dibuat dengan cara mencampurkan NaOH,

aquades dan LABS secara perlahan, Dalam pengadukan LABS dan NaOH yang

telah dicampur dengan aquades akan menimbulkan busa. Timbulnya busa

ini merupakan bukti bahwa LABS merupakan surfaktan yang bisa menghasilkan

busa ketika bersatu dengan air dan diberi suatu gerakan pengadukan.

c. Pembuatan Shampo

Pada pembuatan shampo ini ditambahkan aquades, LABS dan SLS dan

bahan aditif (parfum dan pewarna). Shampo yang telah jadi memiliki pembusaan

yang bagus, hal ini membuktikan bahwa LABS merupakan surfaktan yang

kinerjanya bertambah dengan bantuan SLS. SLS merupakan foam buster yaitu

suatu zat yang menghasilkan busa. SLS dapat menyatu dengar air dan pada saat

pengadukan dapat menghasilkan busa. Terbukti busa yang dihasilkan dalam

pengadukan menjadi lebih banyak. Efektifitas pencucian dari shampo juga

bagus karena ditambahkannya NaOH sebagai builder yang meningkatkan efektifitas

pencucian.

d. Uji Waktu Viskositas

Uji waktu viskositas dilakukan dengan menempatkan shampo ke dalam

batas viskosmeter otswald, kemudian dihitung waktu yang diperlukan shampo

tersebut untuk turun seluruhnya. Perlakuan ini dilakukan juga pada aquades

Pembuatan Shampo Motor

Page 17: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201417

sebagai pembanding. Setelah dilakukan percobaan tersebut, didapatkan data

sebagai berikut:

Nowaktu viskositas

Aquades shampo

1 1.17 detik 7.20 detik

2 1.00 detik 7.50 detik

3 1.50 detik 8.00 detik

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa waktu rata-rata viskositas shampo

adalah 7.57 detik dan aquades adalah 1.22 detik. Hal ini menunjukkan bahwa

waktu yang dibutuhkan shampo untuk viskositas lebih lama dari pada aquades,

artinya shampo memiliki kekentalan dan nilai viskositas yang lebih besar dari

pada aquades.

e. Densitas

Pada uji Densitas ini, kita menentukan densitas dari produk shampo yang

dihasilkan. Setelah dilakukan tes diperoleh densitas dari shampo buatan ini

sebesar 0.94 gr/ml, begitu juga dengan aquades sebagai larutan

standar/pembanding memiliki densitas 0.963 gr/ml. Dapat diketahui bahwa

densitas shampo yang dihasilkan lebih kecil dari densitas aquades. Hal ini

menunjukkan bahwa, kerapatan shampo yang dihasilkan lebih besar dari

kerapatan aquades.

Viskositas suatu zat dipengaruhi oleh berat molekul bahan tersebut.

Semakin berat molekul suatu zat, maka ikatan antar molekulnya juga semakin

rapat dan kuat. Sehingga viskositas pada umumnya nilainya berbanding terbalik

dengan densitas.  Apabila digabungkan data hasil uji viskositas dengan data hasil

uji densitas dapat disimpulkan bahwa shampo hasil percobaan memiliki viskositas

yang besar sedangkan nilai densitasnya kecil. Untuk suatu larutan viskositasnya

bergantung pada konsentrasi atau kepekatan larutan. Umumnya larutan yang

konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga tinggi, sebaliknya larutan yang

viskositasnya rendah, konsentrasinya juga rendah (Fessenden,1997).

Pembuatan Shampo Motor

Page 18: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201418

f. Uji Aplikasi

Uji aplikasi pada percobaan sampo motor atau mobil ini dilakukan dengan

cara menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan sampo agar sampo tersebut

turun dari permukaan larutan minyak hingga mengenai air menggunakan

pembanding KIT. Waktu turun sampo hasil praktikum selama 1.44 detik,

sedangkan waktu turun KIT selama 2.7 detik. Hal itu terjadi karena kekentalan

KIT lebih rendah daripada sampo. Dari uji aplikasi ini didapatkan bahwa minyak

turun lebih lambat bila ditambah KIT dan sebaliknya lebih cepat jika ditambah

shampo buatan. Dapat disimpulkan bahwa shampo buatan lebih cepat dalam

menyerap minyak, karena gugus hidrofobik pada surfaktan yang berfungsi untuk

mengangkat minyak bekerja lebih efektif.

Pembuatan Shampo Motor

Page 19: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201419

Bab 5

Kesimpulan dan Saran

5. 1 Kesimpulan

1. Shampo hasil praktikum memiliki waktu viskositas 1,44 detik dan aquades

2,7 detik

2. Densitas shampo 0,94 gram/ml dan densitas dari aquades 0,963 gram/ml

3. Waktu yang dibutuhkan shampo untuk melewati batas minyak dengan air

1,22 detik sedangkan waktu yang dibutuhkan kit melewati batas minyak

dengan air 7,57 detik

5.2 Saran

Pada proses pengadukan SLS sebaiknya dilakukan secara perlahan dan

diaduk pelan-pelan agar tidak timbul busa.

Pembuatan Shampo Motor

Page 20: LAPORAN PEMBUATAN SHAMPO

Praktikum Kimia Organik/IV/S.Genap/201420

Pembuatan Shampo Motor