laporan shampo fix.docx

44
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lebih dari 60 persen populasi di dunia mengalami permasalahan rambut berketombe. Di Indonesia sendiri, angkanya lebih tinggi karena iklim tropis, polusi, kebiasaan hidup, serta penggunaan penutup kepala seperti jilbab maupun helm yang dapat memengaruhi permasalahan kulit kepala selaku media pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti sensitif, berminyak dan berketombe, yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal seringkali terjadi. Kerontokan rambut pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius. Kesadaran untuk merawat kulit kepala memang tidak setinggi kesadaran untuk merawat kulit wajah. Shampo adalah salah satu sediaan semisolid yang merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa untuk memberikan efek lokal dan kadang-kadang sistemik. Sampo adalah sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai (Visvanattan, 2007).

Upload: imam-wahyudin-latief

Post on 16-Jan-2016

2.717 views

Category:

Documents


287 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan shampo fix.docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Lebih dari 60 persen populasi di dunia mengalami permasalahan rambut

berketombe. Di Indonesia sendiri, angkanya lebih tinggi karena iklim tropis,

polusi, kebiasaan hidup, serta penggunaan penutup kepala seperti jilbab maupun

helm yang dapat memengaruhi permasalahan kulit kepala selaku media

pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti sensitif, berminyak dan

berketombe, yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal seringkali

terjadi. Kerontokan rambut pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius.

Kesadaran untuk merawat kulit kepala memang tidak setinggi kesadaran untuk

merawat kulit wajah.

Shampo adalah salah satu sediaan semisolid yang merupakan produk

topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

untuk memberikan efek lokal dan kadang-kadang sistemik. Sampo adalah

sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna

untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit

kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si

pemakai (Visvanattan, 2007).

Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan

air dengan tujuan untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh

untuk melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat. Namun

tidak semua sampo berupa cairan atau digunakan dengan campuran air, ada juga

sampo kering berupa serbuk yang tidak menggunakan air.

Formulasi untuk sampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi

sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opacifier, hydrotopes, viscosity

modifier, dan pengawet (Mottram, 2000).

Aloe vera (lidah buaya) adalah salah satu jenis tanaman yang

mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap diantaranya vitamin A, B1, B2,

Page 2: laporan shampo fix.docx

B3, B21,C dan E selain itu aloe vera juga mengandung 17 asam amino salah

satunya adalah lisin yang mampu menembus kulit dengan baik dan

menyuburkan rambut. Asam amino yang terkandung dapat membantu

perkembangan sel-sel baru dimana mampu meregenerasi folikel-folikel rambut

yang menyebabkan rambut tumbuh dengan baik (Gayatri, 2011).

Dalam praktikum ini akan dibuat shampo gel, dimana shampo ini dibuat

dengan menggunakan gel dari lidah buaya (Aloe vera) serta dengan

meningkatkan viskositas dari shampo cair biasa. Shampo gel lidah buaya ini

dibuat dengan menggunakan metode beker.

I.2 Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan ini yaitu mengetahui cara pembuatan shampo

dengan metode tertentu.

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Dapat membuat shampo gel dari tanaman lidah buaya (Aloe vera)

menggunakan metode beker.

2. Dapat mengetahui penambahan bahan yang tepat untuk pembuatan shampo

gel dari tanaman lidah buaya (Aloe vera)

Page 3: laporan shampo fix.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

A. Emulsi

Emulsi adalah sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika,

yang terdiri dari paling sedkit dua fase cairan yang tidak tercampur, dimana

salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan-tetesan

kecil yang berukuran 0,1-100 µm yang distabilkan oleh emulgator atau

surfaktan yang cocok (Tungadi, R. 2014). Menurut Ansel (2008), emulsi

adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil

zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam

batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam dan medium

disperse sebagai fase luar atau fase kontinu.

Komposisi dasar emulsi terdiri dari (Syamsuni, 2006):

a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase tersispersi/ fase dalam,

yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil didalam zat cair

dalam zat cairan lain.

b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar yaitu zat cair

dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung)

emulsi tersebut.

c. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untukmenstabilkan

emulsi.

Tipe-tipe emulsi terdiri dari (Lachman, 2008):

a. Minyak dalam air (M/A) jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam

suatu fase air kontinu.

b. Air dalam minyak (A/M) jika minyak merupakan fase kontinu

c. Emulsi ganda (M/A/M atau A/M/A).

Page 4: laporan shampo fix.docx

Emulsi dapat dibuat dengan beberapa cara, tergantung pada sifat

komponen emulsi dan perlengkapan yang tersedia untuk digunakan. Metode

pembuatan emulsi terbagai menjadi tiga, yaitu (Ansel, 2008):

a. Metode gom kering

Metode ini menggunakan perbandingan 4:2:1 karena untuk tiap 4

bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom. Dimana gom dicampur

dengan minyak terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan air untuk

membentuk korpus emulsi dan ditambahkan dengan sisa air.

b. Metode gom basah

Metode ini menggunakan perbandingan yang sama dengan gom

kering, tetapi urutan camppurannya berbeda. Dalam metode ini dibuat

musilago terlebih dahulu dengan menggunakan setengah fase air, lalu

ditambahkan fase minyak secara perlahan-lahan kemudian ditambahkan

sisa fase air.

c. Metode botol

Dalam metode ini serbuk gom arab ditambah dalam sebuah botol

kering, kemudian ditambahkan dua bagian air dan campuran tersebut

dikocok dengan kuat dalam wadah yang tertutup.

d. Metode tambahan

Suatu emulsi yang dibuat baik dengan metode gom kering maupun

dengan metode gom basah.

e. Metode beker

Metode ini digunakan jika emulsi yang dibuat terdiri dari dua jenis

emulgator (ada yang larut minyak dan ada yang larut air). Caranya

dipanaskan fase air dan fase minyak pada masing-masing beker diatas

waterbath hingga suhu 700C. Ketika mencapai suhu yang sama maka fase

internal dimasukkan ke dalam fase eksternal dan diaduk hingga homogen.

Page 5: laporan shampo fix.docx

Keuntungan dari sediaan emulsi (Syamsuni, 2006):

a. Sediaan emulsi farmasetika biasanya diberikan guna menutupi rasa obat

yang tidak enak

b. Rasa minyak tidak enak dapat ditutupi, karena dibuat dalam sediaan

emulsi

c. Absorbs lebih cepat dibandingkan dengan sediaan lain

d. Bahan-bahan yang tidak dapat disatukan (fase minyak atau fase air) dapat

disatukan dengan adanya penambahan emulgator.

Adapun kerugian dari sediaaan emulsi, yaitu emulsi kadang sulit

dibuat dan membutuhkan teknik pemprosesan khusus. Untuk menjamin krya

tipe ini dan untuk membuatnya sebagai sediaan yang berguna, emulsi harus

memiliki sifat yang diinginkan yang menimbulkan sedikit mungkin masalah-

masalah yang berhubungsn dengsn hsl tersebut (Dirjen POM, 1995).

Ada beberapa uji yang dapat dilakukan untuk menentukan tipe emulsi

adalah sebagai berikut (Tungadi, 2014):

1. Uji Pengenceran

Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi m/a dapat

diencerkan dengan air dan emulsi a/m dengan minyak. Saat minyak

ditambahkan, tidak akan bercampur ke dalam emulsi dan akan nampak

nyata pemisahannya. Tes ini secara benar dibuktikan bila penambahan air

atau minyak diamati secara mikroskop.

2. Uji konduktivitas

Emulsi dimana fase kontinyu adalah cair dapat dianggap memiliki

konduktivitas yang tinggi dibanding emulsi dimana fase kontinyunya adalah

minyak. Berdasarkan ketika sepasang elektrode dihubungkan dengan sebuah

ampu dan sumber listrik, dimasukkan dalam emulsi m/a, lampu akan

menyala karena menghantarkan arus untuk ke dua elektrode. Jika lampu

tidak menyala , diasumsikan bahwa tipe a/m.

Page 6: laporan shampo fix.docx

3. Uji Kelarutan Warna

Bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi.

Sementara zat warna larut minyak akan ditarik oleh fase minyak. Jadi

ketikapengujian mikroskopik menunjukkan bahwa zat warna larut air telah

ditarik untuk fase kontinyu, uji ini diulangi menggunakan sejumlah kecil

pewarna larut minyak, pewarnaan fase kontinyu menunjukkan tipe a/m.

B. Shampo

Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala

dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang

sudah mati dan sebagainya (Latifah, 2007). Fungsi shampo pada umumnya

digunakan dengan mencampurkan dengan air dengan tujuan sebagai berikut :

1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi

rambut dan membersihkan kotoran yang melekat.

2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga

dapat meluruhkan kotoran.

Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk membersihkan

rambut, sehingga rambut dan kulit kepala menjadi bersih dan sedapat

mungkin lembut, mudah diatur dan berkilau (Faizatun, 2007: 1).

Formulasi untuk shampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi

sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opaficier, hydrotopes,

viskositas modifikasi dan pengawet. Bahan-bahan dalam shampo harus aman

dan mudah terdegradasi sebagaimana kosmetik perwatan tubuh lain. Setiap

bahan harus memiliki fungsi dan peran yang spesifik (Motram, 2000).

II.2 Rancangan Formula

Tiap 100 mL mengandung:

Aloe vera 20 mL

SLS 10%

Asam Stearat 1,5%

TEA 3%

Page 7: laporan shampo fix.docx

HPMC 2,0%

Asam Sitrat qs

Natrium Sitrat qs

Gliserin 1%

Propil Paraben 0,02%

Metil Paraben 0,18%

Na2EDTA 0.1%

α- Tokoferol 0,05%

Air add 100mL

II.3 Alasan Formulasi

• Sampo sebagai “sediaan surfaktan” (bahan aktif permukaan) dalam

bentuk sesuai-cair, padat atau serbuk, dimana jika digunakan dibawah

kondisi khusus dapat menghilangkan lemak, kotoran dan kulit terkelupas

pada permukaan dari rambut dan kulit kepala tanpa menimbulkan efek

merugikan bagi rambut, kulit kepala atau kesehatan dari yang

menggunaka (Balsam, 1992).

• Komponen utama dalam sampo adalah surfaktan (sabun dan detergen

sintetik) maka tepat untuk mengulang kegunaan masing-masing

perbedaan dan keuntungannya (Balsam, 1992).

1. Sabun

2. Detergen sintetik terdiri dari detergen anionik, kationik, amfoter,

non ionik, kombinasi sabun-detergen sintetik.

3. Zat tambahan berupa pembentuk busa, bahan pelembut, bahan

pengopak, bahan penjernih, bahan sequestrant, bahan anti ketombe,

bahan pengental, bahan pengawet, bahan penstabil lainnya, dan zat

tambahan kosmetik lain.

• Pembuatan sampo ini digunakan tipe emulsi M/A, karena jika diinginkan

preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air harus dipilih suatu

emulsi minyyak dalam air seperti untuk absorbs pada kulit (Ansel, 2008).

Page 8: laporan shampo fix.docx

• Formulasi sediaan sampo dibuat dalam bentuk emulsi M/A karena dengan

menggunakan tipe ini minyak akan terdispersi dalam air. Dimana air lebih

dominan dari minyak sehingga air berfungsi sebagai pelarut dan sekaligus

sebagai pengatur viskositas (Mottram, 2000).

II.4. Alasan Penggunaan Bahan

1. Aloe vera (zat aktif)

Lidah buaya tersusun oleh 95% air sisanya mengandung bahan aktif

seperti minyak esensial, asam amino, mineral, vitamin, dan glikoprotein.

Gel lidah buaya mengandung 17 asam amino yang penting bagi tubuh

seperti ligtin, ligin, lisin, histidin, serin, valin (Djubaedah, 2003).

Gel lidah buaya mengandung asam amino yang dapat membantu

perkembangan sel-sel baru dimana mampu meregenerasi folikel-folikel

rambut yang menyebabkan rambut tumbuh dengan baik dan mengangkat

sel-sel yang telah mati (Gayatri, 2011).

2. Sodium Lauril Sulfat

SLS merupakan detergen yang baik karena berasal dari berasal dari

asam kuat, larutan yang netral, deterjen jenis ini mudah didegredasi

secara secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak berakumulasi di

lingkungan (Hard, 1998).

Konsentrasi SLS sebagai detergen yaitu 10% dan konsentrasi yang

digunakan dalam formulasi adalah 10% (Excipient, 2009).

Mekanisme kerja dari detergen menurut Parrot (1968) dimulai

dengan pembasahan kotoran yang akan dibersihkan selanjutnya terjadi

prose emulsifikasi kotoran sehingga kotoran akan terperangkap dalam

busa dan kotoran terangkat bersama busa ketika dibilas.

3. TEA (Trietanolamin)

TEA digunakan sebagai bahan pengemulsi dan bahan pelarut.

Dengan konsentrasi umum dalam emulsi 2-4% dan yang digunkan dalam

formulasi ini adalah 3% (Excipient, 2009).

Page 9: laporan shampo fix.docx

TEA digunakan kombinasi dengan asam lemak seperti asam stearat

sebagai zat pengemulsi (Martindale, 2002).

4. Asam Stearat

Asam stearat disintesis dari tumbuhan untuk mengentalkan dan

menstabilkan emulsi. Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk

meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antar

muka, antara fase minyak dan fase air (Balsam, 1992).

Konentrasi asam stearat yang digunakan sebagai pengemulsi adalah

1,5% (Excipient, 2009).

5. HPMC

Hidroksi propil metil selulosa (HPMC) yang mempunyai sifat alir

pseudoplastis dapat berfungsi sebagai pengental dan penstabil busa

dengan cara gelatinasi. Struktur HPMC mengentalkan dan memperkuat

dinding sehingga memperlambat kecepatan dalam mengalir (Faizatun,

2008).

HPMC digunakan sebagai bahan pengental untuk meningkatkan

stabilitas fisik sediaan shampo dan menciptakan tahan dalam alir

6. Asam sitrat dan Natrium sitrat

Asam sitrat dan natrium sitrat merupakan asam lemah dan garamnya

yang digunakan sebagai pengontrol pH yang dapat menurunkan pH

sehingga pH kulit pengguna tidak teriritasi akibat alkali sabun

(Wasiatmadja, 2007).

Asam sitrat biasanya digunakan untuk menyeimbangkan pH

formulasi pada serat rambut yang berkisar antara pH 5,6-6,2. pH yang

digunakan adalah 6 (Mottram, 2000).

7. Gliserin

Dalam formulasi topikal dan kosmetik utamanya digunakan sebagai

humektan dan emolien konsentrasi gliserin sebagai emolien yaitu ≤ 30%

Page 10: laporan shampo fix.docx

dengan konsentrasi digunakan dalam formulasi adalah 1 % (Excipient 6th,

283).

Humektan bekerja dengan cara menarik air melalui penetrasi dalam

kulit yang akan mengakibatkan pengembangan stratum korneum yang

memberikan persepsi kulit halusdengan sedikit kerut (L, Bouman, 2002).

8. Propil paraben dan Metil paraben

Kombinasi pengawet propil paraben dan metil paraben sering

disatukan Karena kombinasi tersebut meingkatkan efektivitas kerja

pengawet, baik dengan penambahan spectrum efektivitas atau beberapa

sifat sinergis (Lachman, 2008).

9. Na2EDTA

Dinatrium EDTA digunakan untuk mengkhelat logam-logam yang

terdapat dalam air atau bahan lain sehingga dapat mencegah

berkurangnya efektivitas surfaktan (Faizatun, 2008). Berdasarkan

mekanismenya bahan pengkhelat logam menurut Kenneth (1986) bekerja

dengan cara Berlangsungnya reaksi oksidasi seringkali diinisiasi oleh

adanya ion logam seperti Fe3+,Co3+, Ni2+, Mn3+ ion logam dapat

membentuk  kompleks dengan oksigen dan kemudian membentuk radikal

peroksi. Ion logam dapat dapat bereksi dengan obatnya sendiri

membentuk radikal.

Bahan pengkhelat memiliki kekuatan antioksidan dalam bentuk

ikatan ion logam, jadi secara temodinamika dikatakan melepaskan logam 

tersebut dari lingkungannya dalam larutan. 10. α- Tokoferol

α- Tokoferol merupakan preparat antioksidan untuk perlindungan

kulit yang dapat membantu mengaktifkan kembali regenerasi kulit sel-sel

mati. Dalam pemberin topical dapat langsung diserap oleh kulit,

Page 11: laporan shampo fix.docx

melindungi kulit dari zat beracun (asap rokok, polusi udara). Konsentrasi

yang dogunakan α- Tokoferol sebagai antioksidan adalah 0,05%

(Novianty, 2008).

Dalam Novianty (2008) dijelaskan bahwa mekanisme kerja dari

antioksidan yaitu menghalangi proses oksidasi dengan cara menetralisir

radikal bebas. Dalam proses ini antioksidan pun akan teroksidasi dengan

radikal bebas yang merupakan atom atau molekul yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan pada lapisan luarnya.

11. Air

Air digunakan sebagai bahan pelarut dan juga sebagai bahan pengatur

viskositan dari sediaan sampo (Motram, 2000)

II.5 Uraian bahan

1. Aloe Vera

Nama resmi : Lidah buaya

Nama lain : Lidah buaya

Pemerian : Transparan atau hampir berwarna putih , langan

Kelarutan : Larut dalam air

Kegunaan : Zat adiktif

Khasiat : Meregenerasi folike-folikel rambut.

2. Sodium lauril sulfat (FI III 1979: 713; Excipient 6th 2009: 650)

Nama resmi : Sodium lauryl sulfate

Nama lain : Sls, sodium lauril sulfate dodecyl alcohol

hydrogen sulfate, sodium salt, dodecyl sodium

sulfate; dodecyl sulfate sodium

RM/BM : C12H2 NaO46/288,38

Pemerian : Putih atau krem pucat kekuningan kristal, atau

bubuk halus rasa pahit dan bau samar zat lemak.

Kelarutan : sangat larut dalam air, larut sebagian dalam

etanol

Page 12: laporan shampo fix.docx

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan garam dari polivalen

ion logam , seperti aluminium, timah, seng dan

presipilat dengan garam kalium.

Stabilitas : Stabil dalam kondisi penyimpanan normal,

namun dalam larutan dan dalam keadaan ekstrim

yaitu pH 2,5 mengalami gidrolisis untuk lauril

alkohol dan sodium bisulfat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, jauh dari oksidator

kuat, ditempat yang sejuk dan kering.

Kegunaan : surfaktan dan pembusa

Konsentrasi : 0,5-2,5% yang digunakan 2,5%

3. Asam Stearat (Excipient 6th:2009)

Nama resmi : Stearat Acid

Nama lain : Asam Stearat

RM/BM : C18H26O2/ 284, 47

Pemerian : Cairan kental, kekuningan sampai coklat muda,

biru dan rasa khas

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam

etanol (95%) l dalam kloroform p, dalam ester p

dan salam ester minyak tanah.

Inkompatibilitas : Dengan kebanyakan metil hidroksida

Stabilitas : Stabil dalam bentuk murni, mengandung

hidroksi karena (0,005%)

Kegunaan : Sebagai Antioksidan dan sebagai emulgator

Konsentrasi : 0,5-2,5% yang digunakan 2,5%

4. TEA (FI III 1979; Excipient 6th 2009)

Nama resmi : Trietanolamin

Nama lain : Trihidroksi atilamin, TEA

RM/BM : (CHO-CH2CH3). N/149,19

Page 13: laporan shampo fix.docx

Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna atau kuning

lemak dan bau seperti amonia.

Kelarutan : Bercampur dengan air, metanol dan aseton

Inkompatibilitas : Akan bereaksi dengan asam, untuk membentuk

garam dan ester TEA bereaksi dengan tembaga

untuk membentuk garam yang kompleks,

perubahan warna terjadi jika ada logam berat.

Kegunaan : Sebagai emulgator

Konsentrasi : 2-4%

5. Metil paraben (FI III 1979; Excipient 6th 2009)

Nama resmi : Methylis parabenum

Nama lain : Nipagin

Rm/Bm : C8H8O3/152,15

Pemerian : Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak

mempunyai rasa, kemudian agak membakar

diikuti rasa tebal

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air

mendidih dalam 3,5 ml etanol (95%) p dan

dalam 3 bagian aseton p, mudah larut dalam eter

p dan dalam larutan alkali hidroksida

Inkompatibilitas : Dengan bahan antimikroba dan bahan metil

paraben dikurangi dengan adanya surfaktan non

ionik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pengawet pada air

Konsentrasi : 0,18%

6. Propil paraben (FI III 1979; Excipient 6th 2009)

Nama resmi : Propyli parabenum

Nama lain : Nipasol

Page 14: laporan shampo fix.docx

Rm/Bm : C10H12O3/180,21

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5

bagian etanol (95%), 3 bagian aseton p, 40

bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan

alkali hidroksida

Inkompatibilitas : Dengan bahan antimikroba dan bahan propil

paraben dikurangi dengan adanya surfaktan non

ionik

Stabilitas : Larutan berair pada pH 3-6 dapat distabilkan

pada 20 menit

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pengawet pada minyak

Konsentrasi : 0,02%

7. Na2 EDTA (FI III 1979)

Nama resmi : dinatrium Etilen Diamin Tetra asetat dihidrat

Nama lain : dinatrium EDTA

RM/BM : C10H19 N2 N22.08 2H20 /372,24

Pemerian : serbuk kablur, putih , tidak berbau, rasaa gak

aman

Kelarutan : larut dalam II bagian air , sukar larut dalam

etanol (95%), praktis tidak larut dalam

kloroform p dan eter p.

Kegunaan : sebagai pengkhelat

Konsentrasi : 0,1%

8. HPMC (Rowe. 2009)

Nama resmi : Hydroxi propil metyl selullosa

Page 15: laporan shampo fix.docx

Nama lain : Cellulose, hidroksipropil metil eter, HPMC,

Methocel, metilselulosapropilen glikol eter,

metil hidroksipropilselullosa, Metolose

RM/BM : CH3CH(OH)CH2/ 360.31

Pemerian : HPMC berupa serbuk putih atau hampir putih,

tidak berbau, dan tidak berasa

Kelarutan : Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam

kloroform, etanol (95%)dan eter; namun larut

dalam campuran etanol dan iklorometana,

campuran metanol dan diklorometana, dan

campuran air dan alkohol. Larut dalam larutan

aseton encer, campuran diklorometana dan

propan-2-ol, dan pelarut organik lain

Inkompatibilitas : Inkompatible dengan beberapa agen

pengoksidasi

Stabilitas : Stabil pada pH 3-11. Peningkatan temperatur

dapat mengurangi viskositas larutan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : sebagai pengental

Konsentrasi : 2,0%

9. Citric acid (FI IV 1995:48; Excipient 6th 2008: 181)

Nama resmi : Acidum citricum

Nama lain : Asam sitrat

RM/BM : C16H807/210,14

Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk

hablur granal hampir halus, tidak berbauatau

praktis tidak berbau atau praktis tidak berbau,

rasa sangat asam, berbentuk hidrat mekar dalam

udara kering.

Page 16: laporan shampo fix.docx

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut

dalam etanol , agak sukar larut dalam eter

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan kalium tatrat, alkali dan

tanah, karbonat dan bikarbonatasetat dan sulfida.

Tidak kompatibel dengan bahan pengoksidasi,

basa, bahan pereduksi dengan nitrat. Senyawa

ini berpotensi meledak jika dikombinasikan

dengan logam nitrat.

Stabilitas : Tidak stabil pada suhu 400C danmudah meledak

dalam udara lembab

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : penstabil pH

10. α- tokoferol (Dirjen Pom: 296; Rowe: 312)

Nama resmi : Tocapherolum

Nama lain : α- tokoferol

Rm/Bm : C29H2O2/430

Pemerian : Praktis tidak berbau, tidak berasa, bentuk α-

tokoferol asetat berwarna minyak kental

jernih,warna kuning/kuning kehijauan

Kelarutan : α- tokoferol asam salisilat tidak larut dalam air,

etanol dalam eter, dalam aseton dan dalam

minyak nabati, sangat mudah larut dalam

kloroform

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan peroksida dan ion

logam terutama besi, tembaga berbagai period

Stabilitas : Stabil oleh garam besi serta perak. α- tokoferol

diatur lebih stabil untuk yang mudah

teroksidasi , bebas yang biasanya

digunakanuntuk bahan yang stabil , untuk yang

Page 17: laporan shampo fix.docx

mudah teroksidasi, tokoferol bebas yang

biasanya digunakan untuk bahan yang stabil

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai antioksida

Konsentrasi : 0,05 %

11. Natrium sitrat (Rowe. 2009; 640-641)

Nama resmi : Sodium Citrate Dihydrate

Nama lain : Garam asam sitrat trisodium, E331, citras natrii,

natriumsitrat tersier; trisodium sitrat.

Rm/Bm : C6H5Na3O7. 2H2O/294.10

Pemerian : Bubuk kristal putih dengan pendingin, tidak

berbau, tidak berwarna, monoklinik kristal, rasa

Kelarutan : Mudah larut dalam air, mudah larut dalam air

mendidih, tidak larut dalam etanol

Inkompatibilitas : Larutan berair yang sedikit basa dan akan

bereaksi dengan zat asam. Garam Alkaloidal

dapat diendapkan dari air atau solusi hidro-

alkohol. Kalsium dan strontium garam akan

menyebabkan pengendapan sitrat yangsesuai.

kompatibel lainnya meliputi basa, zat

pereduksi,dan oksidator

Stabilitas : Bahan stabil. larutan berair dapat disterilisasi

denganautoklaf.

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara dalam sejuk dan

kering.

Kegunaan : Sebagai pendapar

12. Gliserin (Dirjen Pom : 296; Rowe: 312)

Nama resmi : Glycerollum

Nama lain : Gliserin, Glycerol

Page 18: laporan shampo fix.docx

Rm/Bm : C3H8O3/92,09

Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna

berbau manis diikuti rasa hangat, higroskopis

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%)

praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter

dalam minyak lemak

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan bahan pengoksida kuat

seperti kromium hidroksida, pottasium klorat,

potasium permanganat

Stabilitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai emolien

Konsentrasi : 1 %

Page 19: laporan shampo fix.docx

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan bahan

III.1.1 Alat:

1. Batang pengaduk

2. Cawan porselin

3. Gelas kimia

4. Gelas ukur

5. Sendok tanduk

6. Sudip

7. Ultraturax

8. Waterbatch

III.1.2 Bahan:

1. Air

2. alkohol

3. Aloe vera

4. Asam stearat

5. Citric acid

6. Gliserin

7. karbopol

8. Lap kasar

9. Metil paraben

10. Na2 EDTA

11. Metil paraben

12. Propil paraben

13. Sodium laurilsulfat

14. Tissue

15. TEA

Page 20: laporan shampo fix.docx

III.2 Prosedur kerja

1. Karbopol didispersikan kedalam air panas (60-70o C)

2. Diaduk dengan menggunakan ultraturax dengan kecepatan 395 rpm

selama 2 menit

3. Didinginkan sampai 20-25o C

4. Masing-masing fase dipanaskan pada beker gelas yang berbeda diatas

water batch

5. Pada fase minyak dimasukkan propil paraben, asam stearat dan α-

tokoferol pada suhu 70o C dan diaduk hingga homogen

6. Pada beker fase air dimasukkan EDTA, metil paraben, gliserin, natrium

lauril sulfat, TEA, dan aloe vera pada suhu 80oC

7. Dimasukkan fase internal (fase minyak) kedalam fase eksternal (fase air)

dengan pengadukan terus menerus hingga minyak hampir dingin

8. Kedua campuran fase tersebut dimasukan kedalam karbopol yang telah

didispersikan kedalam air

9. Dilakukan pengocokan dengan ultraturax dengan kecepatan 600 rpm

selama 2 menit

10. Dicampur hingga homogen

III.3 Perhitungan

III.3.1 Perhitungan dapar

pH yang didapar = 7

Dapar sitrat, pH = 5.9-8.0

pKa = 3,13 pKa2 = 4,76 pKa3 = 6,40

pKa= -Log Ka

6,40 = -Log Ka

Ka = 10-6.40

= 3.98.10-7

Page 21: laporan shampo fix.docx

pH = - Log [H+]` 7 = - Log [H+]

[H+] = 10-7

β = 2,303 x c x Ka ¿¿

0,01 = 2,303 x c x3.98 x10−14

(3.98 x 10−7 x10−7 ) ²

0,01 = 2,303 x c x 3.98 x10−14

(4.98 x10−7 ) ²

0,01 = 2,303 x c x 3.98 x 10−14

24.8 x 10−14

0,01 = 2,303 x c x 0.16

0,01 = 0,368 x c

C = 0,01

0,368 = 0,027

pH =pKa + Log g/a

7 = 6,40 + Log g/a

Garam = -0,6.asam

[garam] = 3.98 [asam]

c = garam + asam0,027 = 3,98 (asam) + asam0,027 = 4,98 asam

Asam = 0,0274.98

= 5,42.10-3

Garam = C-asam= 0,027 x 5,42.10-3

= 0,027 x 0,00542= 0,02158

Massa asam = BM x c asam x v

Page 22: laporan shampo fix.docx

= 192,13 x 5,42.10-3 x 0,1= 0,104 g

Massa garam= BM x c garam x v= 214,11 x 0,02158 x 0,1= 0,462 g

III.3.2 Perhitungan bahan

- Aloe vera = 20 ml

- NSL = 10

100 x 110 ml = 11 g

- Asam stearat = 1,5100

x 110 ml = 1,65 g

- TEA = 3

100 x 110 ml = 3,3 g

- Metil paraben = 0,18100

x 110 ml = 0,198 g

- Propil paraben = 0,02100

x 110 ml = 0,022 g

- Na2 EDTA = 0,1100

x 110 ml = 0,11 g

- HPMC = 2

100 x 110 ml = 2,2 g

- Asam sitrat = 0,104 g

- Na sitrat = 0,462 g

- Gliserin = 1

100 x 110 ml = 1,1 g

- α-tokoferol = 3 ml

- Air = 100 ml – (20 + 11 + 1,65 + 3,3 + 0,198 + 0,022 +

0,11 + 2,2 + 0,104 + 0,462 + 1,1 + 3)

=100 - 43,146

=66,854 ml

Page 23: laporan shampo fix.docx

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

No Uji yang dilakukan

Hasil Pengujian

+ -

1. Uji busa √

2. Uji kelarutan warna √ (tipe m/a)

3. Uji konduktivitas √ (tipe m/a)

IV. Pembahasan

Shampo adalah produk perawatan rambut yang digunakan untuk

menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, ketombe, partikel-partikel kotor

yang berasal dari lingkungan dan kotoran lain dari rambut (Putra, 2009). Pada

praktikum teknologi sediaan semi solid ini dibuat shampo dengan zat aktif lidah

buaya (Aloe vera L). Bagian lidah buaya yang digunakan adalah gel lidah buaya

yang terdapat dalam daging daun. Gel lidah buaya yang mengandung 17 asam

amino yang berfungsi bagi tubuh ( Djubaedah, 2003). Menurut jurnal Dokter

Oz (2010) bahwa beberapa bukti menyatakan bahwa jenis asam amino L-Lisin

pada dosis 500-1000 mg) mampu menyuburkan rambut. Selain itu asam amino

dalam gel lidah buaya yang terkandung dapat membantu perkembangan sel-sel

baru dimana mampu meregenerasi folikel-folikel rambut yang menyebabkan

rambut tumbuh dengan baik dan mengangkat sel-sel yang telah mati (Gayatri,

2011).

Page 24: laporan shampo fix.docx

Shampo lidah buaya ini dibuat dalam tipe minyak dalam air (m/a).

Karena dilihat dari penggunaan shampoo itu sendiri secara umum biasanya

menggunakan air, berdasarkan buku Ansel (2011) jika menginginkan preparat

yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air maka digunakan emulsi minyak

dalam air. Selain itu tipe emulsi minyak dalam air merupakan sistem emulsi

yang paling sederhana (Voight, 1994).

Dalam formulasi shampoo lidah buaya Dalam formulasi ini

menggunakan sodium lauril sulfat (SLS) sebagai deterjen yang mempunyai

gugus hidrofilik dan gugus lipofilik. SLS merupakan detergen yang baik karena

garamnya berasal dari asam kuat, larutan yang netral. Detergen jenis SLS

dangat mudah didegradasi secara biologis oleh mikrooganisme dan tidak

berakumulasi di lingkungan (Hard, 1998). Selain detergen dalam formulasi ini

digunakan kombinasi surfaktan asam stearat dan TEA (Trietanolamin). Saat

TEA direaksikan dengan asam stearat, sediaan yang dibentuk akan bertindak

sebagai emulgator minyak dalam air yang sangat baik (Perscription, 2000).

Pengawet yang digunakan dalam formulasi ini merupaka pengawet

golongan paraben yaitu metil paraben dan propil paraben. Pengawet golongan

ini digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam produk

kosmetik, makanan dan minuman (Excipient 6th, 2009). Kombinasi pengawet ini

sering dilakukan karena menurut lachman (2008), mikroorganisme dapat

tinggal di dalam air atau kedua-duanya serta dengan kombinasi tersebut

meningkatkan efektivitas kerja pengawet baik penambahan spectrum aktivitas

atau beberapa sifat sinergis.

Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA), dalam formulasi ini digunakan

sebagai pengkhelat. Bahan pengkhelat digunakan untuk mengkhelat logam-

logam yang terdapat dalam air atau bahan lain sehingga dapat mencegah

berkurangnya evektifitas surfaktan (Faizatun, 2008). Selain pengkhelat,

digunakan Hydroxi Propil Metil Celulosa (HPMC) sebagai pengental. HPMC

menurut jurnal Faizatun (2008) memiliki sifat alir pseudoplastis, struktur

Page 25: laporan shampo fix.docx

HPMC dapat memperkuat dinding serta memperlambat kecepatan alir. Selain

itu HPMC dapat meningkatkan stabilitas fisik sediaan sehingga shampoo lebih

mudah dituang (Faizatun, 2008).

Sebagai pengontrol pH, dalam formulasi ini digunakan pendapar dari

golongan sitrat baik asam maupun garamnya. Keduanya dapat menurunkan pH

sehingga pengguna tidak teritasi akibat alkali sabun (Faizatun, 2008). Dalam

formulasi ini juga digunakan emolien atau pelembut yaitu gliserin. Emolien

dapat mengisi ruang antar desqualing keratinosit untuk membentuk permukaan

halus serta dapat meningkatkan kohesi dari sel-sel keratinosit sehingga ujung-

ujung sel tidak menggulung (Balsam, 2002). Bahan selanjutnya yaitu

antioksidan yang digunakan adalah α-tokoferol. Antioksidan dapat

mengahalangi proses oksidasi dengan cara menetralisir radikal bebas. α-

tokoferol merupakan antioksidan untuk perlindungan kulit, dapat memanjakan

kulit dengan memperpanjang usia sel-sel kulit (Novianty, 2008). Selanjutnya

pelarut yang digunakan dalam formulasi ini adalah air. Menurut Sari (2013) air

merupakan pelarut yang berlimpah dan murah, serta merupakan pelarut yang

semi polar baik untuk digunakan sebagai pelarut untuk berbagai produk.

Metode pembuatan shampo ini menggunakan metode beker. Menurut

buku Teknologi Liquida dan semisolid (2014), kedua fase dipisahkan dalam

beker yang berbda. Kemudian masing-masing dipanaskan pada suhu berbeda.

Untuk fase air dipanaskan pada suhu 70º C sedangkan fase minyak pada suhu

80º C. Perbedaan suhu ini dilakukan karena minyak lebih lama dingin daripada

air, sehingga jika suhu air lebih rendah dari minyak maka air akan terlebih

dahulu dingin sehingga suhunya tidak sama lagi dengan minyak (Tungadi,

2014).

Pertama-tama HPMC didispersikan ke dalam air panas yang suhunya

60-70°C. Kemudian diaduk dengan ultraturax dengan kecepatan 100 rpm

selama 6 menit dan didinginkan sampai suhu 20-25°C. Setelah dipanaskan fase

minyak dan fase air, dimasukkan fase minyak ke dalam fase air setelah itu

Page 26: laporan shampo fix.docx

dicampur dengan ultraturax. Kemudian dimasukkan HPMC dan diaduk lagi

dengan ultraturax dengan kecepatan 600 rpm selama 2 menit sampai homogen.

Selanjutnya dilakukan evaluasi emulsi yaitu uji busa dan uji tipe emulsi

dengan menggunakan uji kelarutan warna dan uji konduktivitas. Berdasarkan

evalusi tersebut, pada uji busa shampo aloe vera menghasilkan tinggi busa yaitu

20 cm. menurut Mita (2009) persyarata tinggi busa pada umumnya yaitu

berkisar 1,3-22 cm. sehingga dari hasil yang diperoleh maka busa dari shampoo

aloe vera ini menghasilkan busa yang baik. Sedangkan pada uji tipe emulsi

kelarutan warna, dengan menggunakan metilen blue shampo aloe vera

merupakan tipe emulsi minyak dalam air. Hal ini ditandai dengan meresapnya

metilen blue hingga kebawah sediaan. Pada uji tipe emulsi dengan

konduktivitas juga dapat dibuktikan bahwa tipe emulsi shampo aloe vera

merupakan tipe minyak dalam air, hal ini dapat dibuktikan dengan menyalanya

sumber listrik saat sebuah elektroda dicelupkan kedalam emulsi. Hal ini terjadi

karena jumlah air dalam formula ini lebih banyak, dimana air merupakan

penghantar arus listrik yang lebih baik. Langkah terakhir shampo aloe vera

dikemas dalam kemasan botol yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya

dan diberi etiket.

Page 27: laporan shampo fix.docx

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:

1. Metode yang digunakan dalam pembuatan shampo gel lidah buaya (Aloe

vera) yaitu metode beker dimana fase air dan fase minyak dipanaskan

diatas waterbatch pada beker dan suhu yang berbeda (fase air 80°C, fase

minyak 70°C).

2. Untuk menghasilkan shampo lidah buaya (Aloe vera) yang aman memiliki

viskositas yang baik, busa yang stabil, dan dapat mengoptimalkan kerja

detergen ditambahkan bahan seperti pengental dan penstabil busa

(contohnya HPMC), pengawet (contohnya metil paraben),

antioksidan (contohnya α-tokoferol) dan emolien (contohnya gliserin).

V.2 Saran

Diharapkan bagi praktikan agar lebih hati-hati dalam menimbang dan

meracik formula sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan dan bagi

penanggung jawab laboratorium agar melengkapi alat dan bahan yang

dibutuhkan praktikan agar praktikum berjalan lancar.

Page 28: laporan shampo fix.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. Clear Conditioning Shampoo. Lubrizol Corporation

Ansel,H,C.2011. Pengantar Benruk Sediaan Farmasi.Jakarta: UI Press

Balsam, M. S. 1992. Cosmetics Science And Technology Second Edition. London: Jhon Willi and Jan, Inc

Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta: DEPKES RI

Djubaedah, E. 2003. Pengolahan Lidah Buaya Dalam Sirup. Bogor: Balai Besar Industri Argo

Faizatun,Dkk.2008. Formulasi Shampoo Ekstrak Bungan Chamomile Dengan Hidroksi Propel Metal Selulisa Sebagai Pengental. Jakarta: Universitas Pancasila

Gayatri. 2011. Buku Cerdas Untuk Perempuan Aktif. Jakarta: Gugus Media

Lachman, 2008. Teori dan Praktik Farmasi Industri. Jakarta: UI Press

Mita,S,M. 2009. Pengembangan Ekstrak Etanol Kubis Asal Kabupaten Bandung Barat Dalam Bentuk Shampoo Antiketombe Terhadap Jenis Masesezia Furfur. Surabaya: Farmasi Universitas Padjajaran

Mottram, F.J. L. 2000. Hair Shampoos. Kluwer Academic Publishers: Printed In Great Britain

Novianty, T. 2008. Pengaruh Formulasi. Jakarta: FMIPA UI

Oz,M. 2010. Being Beautiful. Bandung: Media Utama

Parrot, F.L. 1968. Pharmaceutical Technology. Lowd. Burgess Publishing Company

Putra,H.2009. Pembuatan Shampo Dengan Bahan Baku Sodium Laurel Sulfat. Medan: Uniersitas Sumatra Utara

Page 29: laporan shampo fix.docx

Rowe, R.C. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient. London: Pharmaceutical Press

Sari,K. 2013. Teknologi Hasil Penelitian Ekstraksi Pati Resisten Dari Tiga Varietas Kentang Lokal Yangberpotensi Sebagai Kandidat Prebiotik.Kalimantan: Unviersitas Jember

Sprowls,B,J. 1970. Prescription Pharmacy 2nd Edition. Lipincott Company: Philadelphia

Tungadi, R. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolid. Jakarta: CV. Sagung Seto

Visvanathan, C. 2007. Shampoo Production, asian institute of technology School of environment, resources and development. Thailand: Environmental engineering and managementprogram

Voight,R.1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Ugm

Wasiatmadja, S.M. 2007. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI