laporan pdam

14
BAB I PENDAHULUAN Air pada awal mulanya merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui. Namun, pada masa sekarang ini banyak permasalahan yang muncul karena keterbatasan air dari segi kuantitas maupun kualitas air sebagai air bersih. Hal itu dikarenakan sumber daya alam yang jumlahnya tidak bertambah namun penggunaannya yang semakin bertambah banyak. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menghadapi krisis air bersih. Sejumlah kota besar di Indonesia menghadapi krisis air baku atau air bersih dalam beberapa tahun mendatang. Kota-kota besar itu diantaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Makassar, dan Balikpapan. Swastanisasi dan perubahan cara pandang masyarakat terhadap air, dianggap sebuah upaya untuk melestarikan air dan memperpanjang daya gunanya. Krisis air bersih di perkotaan umumnya berbentuk tercemarnya sungai-sungai oleh limbah rumah tangga dan industri. Padahal air sungai itu dijadikan bahan baku pengolahan air kotor oleh Perusahaan Air Minum (PAM) menjadi air bersih. Dalam hal ini, peran dari PDAM sangatlah penting karena pemenuhan akan kebutuhan air bersih masyarakat sangat bergantung pada kinerja dari PDAM. Semakin tercemar air baku yang ada, semakin mahal biaya pengolahannya. Di antara banyak hal yang harus dibiayai oleh PDAM dalam kegiatan proses produksi dan distribusi air kepada para pelanggan, proses pengolahan air paling banyak membutuhkan

Upload: buattugasmetlit

Post on 28-Dec-2015

76 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan PDAM

BAB I

PENDAHULUAN

Air pada awal mulanya merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui. Namun,

pada masa sekarang ini banyak permasalahan yang muncul karena keterbatasan air dari segi

kuantitas maupun kualitas air sebagai air bersih. Hal itu dikarenakan sumber daya alam yang

jumlahnya tidak bertambah namun penggunaannya yang semakin bertambah banyak.

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menghadapi krisis air bersih. Sejumlah

kota besar di Indonesia menghadapi krisis air baku atau air bersih dalam beberapa tahun

mendatang. Kota-kota besar itu diantaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,

Denpasar, Medan, Makassar, dan Balikpapan. Swastanisasi dan perubahan cara pandang

masyarakat terhadap air, dianggap sebuah upaya untuk melestarikan air dan memperpanjang

daya gunanya.

Krisis air bersih di perkotaan umumnya berbentuk tercemarnya sungai-sungai oleh

limbah rumah tangga dan industri. Padahal air sungai itu dijadikan bahan baku pengolahan air

kotor oleh Perusahaan Air Minum (PAM) menjadi air bersih. Dalam hal ini, peran dari

PDAM sangatlah penting karena pemenuhan akan kebutuhan air bersih masyarakat sangat

bergantung pada kinerja dari PDAM. Semakin tercemar air baku yang ada, semakin mahal

biaya pengolahannya.

Di antara banyak hal yang harus dibiayai oleh PDAM dalam kegiatan proses produksi

dan distribusi air kepada para pelanggan, proses pengolahan air paling banyak membutuhkan

biaya operasional. Situasi ini memaksa masyarakat membayar lebih mahal air bersih yang

mereka gunakan. Seiring kemajuan dan kemampuan mengoperasionalkan peralatan dan

mesin mutakhir, PDAM dalam melakukan proses pengolahan air menggunakan teknik

pengolahan lengkap yang secara garis besar terdiri dari intake, koagulasi, flokulasi,

sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi. Pengolahan lengkap tersebut diberlakukan pada air baku

yang berasal dari air permukaan atau sungai.

Page 2: Laporan PDAM

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung

Kota Bandung berada di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu Kota Propinsi,

terletak diantara 107º, 76º Bujur Timur dan 6º,55º Lintang Selatan dengan lokasi yang cukup

strategis dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun keamanan.

Luas Kota Bandung 16.729,50 Ha yang terdiri dari 30 kecamatan dan 139 kelurahan

dengan jumlah penduduk 2.729.649 jiwa. Kota Bandung yang dikenal “Kota Kembang”

mempunyai iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, temperatur rata-rata 23,1º C dan curah

hujan rata-rata 148,35 mm. secara topografis merupakan sebuah cekungan yang terbentuk

dari danau purba Bandung dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat karena arus

urbanisasi, menjadi tantangan dan peluang bagi PDAM Kota Bandung dalam memberikan

pelayanan air bersih dan air kotor kepada masyarakat.

2.2 Profil Produk Air PDAM Kota Bandung

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung merupakan Perusahaan yang

bergerak dibidang jasa dalam kebutuhan hidup orang banyak, baik kebutuhan dalam

pelayanan Air Bersih maupun Air Kotor PDAM seperti penjelasan berikut :

Kota Bandung pada saat ini memanfaatkan 3 sumber Air yaitu :

1. Air Permukaan

Sungai Cisangkuy, debit yang diambil ± 1400 l/dtk diolah di Instalasi

pengolahan Badaksinga dari rencana ± 1800 l/dtk

Sungai Cikapundung, debit yang diambil ± 840 l/dtk, 200 l/dtk diolah di

Instalasi pengolahan Badaksinga, 600 l/dtk diolah di Instalasi pengolahan

Dago Pakar dan 40 l/dtk diolah di mini plant dago Pakar

Sungai Cibeureum, debit yang diambil 40 l/dtk diolah di mini Treatment

Cibeureum

Sungai Cipanjalu, debit yang diambil ± 20 l/dtk diolah di mini Treatment

Cipanjalu

Page 3: Laporan PDAM

2. Mata Air

Sumber air ini diambil dari beberapa mata air di daerah Bandung Utara dengan

total debit 190 l/dtk dan diolah di Resevoir XI Ledeng.

Adapun mata air-mata air tersebut adalah :

Mata air Cigentur I

Mata air Cigentur II

Mata air Ciliang

Mata air Cilaki

Mata air Ciwangun

Mata air Cisalada I & II

Mata air Cicariuk

Mata air Cibadak

Mata air Cirateun

Mata air Cikendi

Mata air Ciasahan

Mata air Legok Baygon

Mata air Citalaga

Mata air Panyairan

Mata air Ciwangi

3. Air Tanah

Untuk pengolahan air baku yang berasal dari air tanah dalam digunakan sistem

aerasi, filtrasi dan desinfektan untuk membunuh bakteri digunakan gas chlorl kaporit.

Kualitas air baku ini pada umumnya memiliki kandungan Fe dan Mn diatas standar

yang ditetapkan.

Air tanah ini sebagian dimanfaatkan untuk membantu daerah yang tidak

terjangkau oleh pelayanan dari Instalasi Induk PDAM. Jumlah sumur air tanah dalam

PDAM ada 32 buah dengan system pendistribusian secara langsung ke konsumen

dengan melalui proses, seperti diatas.

Page 4: Laporan PDAM

Gambar 1.1

PETA SUMBER AIR PDAM KOTA BANDUNG

Sumber : Booklet Informasi

Page 5: Laporan PDAM

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Air

Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan

tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai jenis pencemar air

berasal dari :

a.Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan, dan

sebagainya.

b.Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, serta

sumber-sumber lainnya.

Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak langsung akan

mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran

pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan.

Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air merupakan masalah

pokok. Hal ini mengingat keadaan perairan-alami di banyak negara yang cenderung menurun,

baik kualitas maupun kuantitasnya.

3.2 Pengertian Air Bersih

Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan

pengertian air minum menurut Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air

yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum. Air

baku adalah air yang digunakan sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih.

Sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air

permukaan (air sungai, air tanah dalam, mata air) (Hartomo, 1994; JICA, 1974; Linsley,

1989; Martin D, 2001; Sutrisno, 2002). Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat

ini menggunakan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat – Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Page 6: Laporan PDAM

Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum menggunakan

Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum.

Pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian air minum, yakni air yang

memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat langsung diminum. Pada umumnya

masyarakat mendapatkan air minum dengan cara memasak air bersih.

Pengolahan air untuk diminum dapat dikerjakan dengan 2 cara, berikut:

1. Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman - kuman mati. Cara ini

membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat dilakukan secara besar-besaran.

2. Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan lain-lain. Cara ini

dapat dilakukan secara besar-besaran, cepat dan murah.

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya

diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaknya diusahakan mendekati

persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:

1. Syarat fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa,

suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air

yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2. Syarat bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri

patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen

adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air

terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.

3. Syarat kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu

pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan menyebabkan

gangguan fisiologis pada manusia. Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan

maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam adalah dapat diterima sebagai

air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh

kotoran-kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur

yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari

oleh penduduk yang menggunakan air tersebut.

Page 7: Laporan PDAM

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses Pengolahan Air Bersih di PDAM

Tahapan proses pengolahan air bersih yang terjadi di PDAM Dago Pakar dapat dalam

dibagi dalam sepuluh tahap yakni :

1.      Tahap pengambilan air dari sumbernya (Intake)

Sumber air yang digunakan adalah air dari sungai cikapundung, yang merupakan sungai

yang memiliki debit air yang cukup besar, sehingga dapat meminimalkan resiko terhentinya

proses dikarenakan tidak adanya bahan baku atau habisnya air yang mengalir. Pengambilan

air baku dari sungai dilengkapi dengan Bar Screen atau jaring khusus yang bertujuan untuk

menyaring benda terapung sejenis sampah agar tidak sampai masuk ke intake. Kapasitasnya

berkisar 600 liter/detik. Sebab jika sampah sampai masuk instalasi pengolahan akan

mengganggu kerja pompa. Beberapa lokasi intake pada sumber air yaitu intake sungai, intake

danau dan waduk, dan intake air tanah. Jenis-jenis intake, yaitu intake tower, shore intake,

intake crib, intake pipe atau conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan sumur dalam

(Kawamura, 1991).

2.      Tahap prasedimentasi

Untuk sumber air baku yang karakteristik turbiditasnya tinggi, butuh bangunan yang

bentuknya hanya berupa bak sederhana dan fungsinya untuk pengendapan partikel – partikel

diskrit dan berat seperti pasir dan lain-lain. Bak prasedimentasi dikuras sebulan sekali.

3.      Tahap koagulasi

Pada proses koagulasi, coagulan dicampur dengan air baku selama beberapa saat hingga

merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi koloid yang ada pada air baku.

Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi mengalami saling tarik

menarik sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar. Faktor yang

menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu jenis koagulan yang digunakan, dosis

pembubuhan koagulan, dan pengadukan dari bahan kimia.

4.      Flokulator

Flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator diperbesar disini. Faktor-faktor yang

mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, tipe dari suspended solids, pH,

alkalinitas, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya pengadukan.

Page 8: Laporan PDAM

5.      Sedimentasi

Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi setelah endapan terbentuk dari

proses koagulasi flokulasi berbentuk lumpur. Pada bak sedimentasi dilengkapi tube settler

yang bertujuan mempercepat proses pengendapan.

6.      Bak filter

Dari proses sedimentasi, flok yang masih terikut dapat terpisah pada proses ini. Di

PDAM Dago Pakar terdapat 8 bak filter.

7.      Filtrasi

Penyaring yang digunakan adalah rapid sand filter (filter saringan cepat). Sand filter jenis

ini berupa bak yang berisi pasir antrasit dan silika yang berfungsi untuk menyaring flok halus

dan kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator). Air yang masuk ke filter ini telah

dicampur terlebih dahulu dengan klor.

Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir antrasit dan silika. Air

mengalir ke bawah melalui media tersebut.Zat-zat padat yang tidak larut akan melekat pada

media, sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir keluar melalui

suatu pipa menuju reservoir.

8.      Desinfektan

Proses ini disebut juga proses klorinasi yang merupakan pembubuhan zat disenfektan

(gas chlor) dengan tujuan membunuh bakteri yang mungkin ada baik di reservoir, jaringan

pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan. Jika terjadi kebocoran pada tabung gas chlor

untuk mengetahuinya menggunakan ammonia dengan cara di semprotkan atau pun dengan

menggunakan

9.      Reservoir

Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring melalui

filter, air ini sudah menjadi air yang bersih yang siap digunakan dan harus dimasak terlebih

dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum.

10.  Pompa distribusi

Page 9: Laporan PDAM

BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

PDAM dago pakar menggunakan Sungai Cikapundung sebagai bahan baku

Tahapan pengolahan IPAM di PDAM Dago Pakar adalah : intake, prasedimentasi,

koagulasi, flokulasi, sedimentasi, pra filter, filtrasi, desinfektan, reservoir dan

pendistribusian.

PDAM mengukur turbidity dan pH menggunakan cara manual, dikarenakan tidak

tersedianya alat untuk pengukuran turbidity dan pH

Page 10: Laporan PDAM

LAPORAN KUNJUNGAN

PDAM DAGO PAKAR

Oleh:

Puranita Riski Fauziah (103050005)

Siti Nurhasanah (103050013)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2013