laporan p3 workload (energy expenditure and oxygen consumption)
DESCRIPTION
Workload (energy expenditure and oxygen consumption)TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang menggunakan sistem
pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sistem KBK merujuk
kepada standar nasional yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI) dan tetap memperhatikan misi pendidikan tinggi Muhammadiyah,
kebutuhan lokal dan regional dengan pendekatan terintegrasi baik horizonal
maupun vertikal, serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer. Pembelajarannya
lebih menitik beratkan mahasiswa untuk berperan aktif dan menjadi pusat
pembelajaran. (Buku Pedoman Akademik 2013)
Dalam dunia kedokteran, denyut nadi memiliki peranan penting sebagai
indikator untuk menilai keadaan sistem kardiovaskular seseorang. Denyut nadi
merupakan tanda penting dalam bidang medis untuk mengetahui dengan cepat
kesehatan dan kebugaran seseorang secara umum.
Denyut nadi adalah getaran atau denyut darah di dalam pembuluh darah
arteri akibar kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi normal setiap
individu berbeda-beda tergantung waktu saat mengukur denyut nadi tersebut
(saat istirahat atau setelah berolahraga dan sebagainya). Pada orang dewasa
yang sehat, saat sedang istirahat denyut nadi yang normal yaitu 60-100
denyut/menit .Denyut nadi yang rendah saat istirahat (masih batas normal)
pada umumnya memiliki fungsi jantung yang lebih efisien dan kesehatan pada
sistem kardiovaskularnya lebih baik.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi denyut nadi seseorang,
yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang , suhu udara disekitar,
posisi tubuh(berdiri atau berbaring), tingkat emosi, ukuran tubuh, serta obat
yang sedang dikonsumsi. Olahraga dan aktivitas fisikdapat meningkatkan
denyut nadi seseorang. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah
ketika bangun pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu,
1 | Workload
kita masih rileks dan tubuh pun masih terbebas dari zat-zat pengganggu
seperti nikotin dan kafein.
Atas dasar pengukuran workload seseorang yang bergantung pada
aktivitas atau kerja yang dilakukan, oleh karena itu pentingnya seorang
mahasiswa kedokteran mengetahui cara menghitung denyut nadi sehingga
dilakukan praktikum “Workload (Energy Expenditure, Heart Rate, Oxygen
Consumption)”.
2 | Workload
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Fisiologi
Berdasarkan objek kajiannya dikenal fisiologi manusia, fisiologi tumbuhan,
dan fisiologi hewan, meskipun prinsip fisiologi bersifat universal, tidak
bergantung pada jenis organisme yang dipelajari. Sebagai contoh, apa yang
dipelajari pada fisiologi sel khamir dapat pula diterapkan sebagian atau seluruhya
pada sel manusia (Wignjosoebroto, 1993).
Berberdasarkan definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa fisiologi
adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang fungsi normal dari
suatu organisme mulai dari tingkat sel, jaringan, organ, sistem organ hingga
organisme itu sendiri. Fungsi yang dipelajari adalah fungsi kerja yang meliputi
fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup (Wignjosoebroto, 1993).
2.2 Definisi Workload
Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh
seseorang untuk memenuhi “permintaan dari pekerjaan tersebut. Beban kerja yang
dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas operator yang terbatas yang
dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu.
2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Workload
Menurut uma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga
kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari
tingkatan keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia
dan ukuran tubuh dari pekerjaan yang bersangkutan.
2.2.2 Macam-Macam Beban Kerja
Menurut Adiputra (1998), secara umum beban kerja dibedakan menjadi dua
kelompok besar yaitu:
3 | Workload
1) External loadatau stressor adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan
yang sedangdilakukan, yang mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk
semua orang. Yangtermasuk dalam external load ini adalahtask, organisasi
dan lingkungan;
2) Internal load atau functional load / strain adalah reaksi tubuh seseorang
terhadapsuatu externalload yang diberikan. Untuk mengetahui pengaruh
external load, dapat diukur melalui denyut nadi/jantung.
2.3 Definisi Denyut Nadi
Denyut nadi adalah getaran atau denyut darah di dalam pembuluh darah arteri
akibar kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi
yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh
darah arteri. Tempat meraba denyut nadi adalah: pergelangan tangan bagian
depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis) , dileher sebelah
kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri
tepat diapex jantung (Arteri temparalis) dan di pelipis (Sudjaswadi, 2006).
2.3.1 Denyut nadi istirahat
Denyut nadi yang diukur dalam keadaan istirahat disebut
sebagaidenyut nadi istirahat.Untuk mengukur denyut nadi istirahat, subjek
harus dalaim keadaan diam dan tenang.Oleh karena itu sebaiknya subjek
duduk atau berdiri atau dalam posisi tidur, lalu diukur denyut
nadinya.Pengukuran dianggap valid kalau dilakukan tiga kali berturut-turut
dan didapatkan hasil yang konstan. Dalam pengukuran, kalau didapatkan
denyut nadi istirahat masih di atas 80 denyut per menit maka menurut
Astrand & Rodahl (1997) subjek harus diberikan kesempatan lebih lama
dalam keadaan tenang dan diupayakan supaya tenang. Bila hasilnya ternyata
di bawah 60 kali per menit, keadaan itu disebut sebagai bradikardia dan
kemungkinan subjeknya adalah atlet terlatih, atau dalam keadaan patologis.
2.3.2 Denyut nadi kerja
Denyut nadi kerja diukur saat subjek sedang melaksanakan kerja.
4 | Workload
Menurut Adiputra (2002) besarnya denyut nadi kerja menggambarkan
tingginya metabolisme tubuh saat itu. Pengukuran denyut nadi kerja dapat
diukur selama bekerja bila tersedia peralatan laboratorium yang lengkap.
Apabila peralatan tidak memungkinkan, pengukuran denyut nadi dapat pula
diukur setiap lima menit sejak mulai sampai akhir kerja. Selain itu dapat pula
dilakukan setiap 30 menit atau setiap satu jam kerja tergantung dari jenis
pekerjaan yang dilakukan. Pengukuran dengan menggunakan metode sepuluh
denyut (ten pulses method) tepat pada saat akhir bekera dapat dan banyak
dipakai untuk menggambarkan denyut nadi kerja (Adiputra, 2002) . Menurut
Adiputra (2002) pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa denyut nadi
menjadi data penting dalam: penelitian ergonomi, faal kedokteran, dan
olahraga. Hanya dengan modal keterampilan palpasi hal itu dapat diandalkan,
yang ternyata hasilnya sangat sesuai dengan hasil pengukuran dengan
menggunakan alat yang lebih canggih, seperti pulse meter, atau dengan EKG.
(Grandjean, 1988; Adiputra, 2002).
2.3.3 Denyut nadi maksimal
Denyut nadi maksimal adalah maksimal denyut nadi yang dapat
dilakukan pada saat melakukan aktivitas maksimal.Untuk menentukan denyut
nadi maksimal digunakan rumus 220-umur. (Astrand and Rodall, 1997)
2.3.4 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja
Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu meode
untuk menilai Cardiovascular Strain. Salah satu peralatan yang digunakan
untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan
rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Berhubung alat tersebut tidak
tersedia, maka dapat dicatat dengan manual memakai stopwatch dengan
metode 10 denyut (Kilbon, 1992).
Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai
berikut:
Denyut Nadi = 10 denyut
waktu pengh itungan x 60
5 | Workload
Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima
tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan
perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisik
maupun kimiawi (Kurniawan, 1995).
Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri
tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak
hanya ditentukan oleh jumlah kerja yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan
oleh jumlah otot yang terlibat dengan beban statis yang diterima serta tekanan
panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi.
Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk
menghitung index beban kerja.
Astrand dan Rodall (1997); Rodall (1989), menyatakan bahwa denyut
nadi mempunyai hubungan linear yang tinggi dengan asupan oksigen pada
waktu kerja. Dan dalah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut
nadi adalah dengan merasakan denyutan para arteri radialis di pergelangan
tangan. Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja fisik terdiri dari
beberapa jenis yang didefinisikan oleh GrandJean (1993):
a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai.
b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
c. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut
nadi kerja. (Astrand and Rodahl,1986; Adiputra, 2002).
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam
peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Manuaba
dan van Wonteghen (1996), menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan
peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum karena beban kardivaskular (cardio vascular load = % CVL) yang
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
%CVL = 100×(denyut nadi kerja−denyut nadi istira hat)denyut nadimaksimum−denyut nadiistira hat
Denyut nadi maksimum = 220 – usia
Dari hasil perhitunan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan
klasifikasi sebagai berikut:
6 | Workload
x ≤ 30% = tidak terjadi kelelahan
30 < x ≤ 60% = diperlukan perbaikan
60 < x ≤ 80% = kerja dalam waktu singkat
80 < x ≤ 100% = diperlukan tindakan segera
x > 100% = tidak diperolehkan beraktifitas
2.4. Menentukan Waktu Standar dengan Metode Fisiologi
Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data standar atau
penentuan awal data waktu yang umum, sehingga operator kualitas rata-rata,
terlatih, dan berpengalaman dapat berproduksi pada level setelah 125 % saat
intensif diberikan. Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar.
Ternyata sebagian operator dapat bekerja dalam perfomans 100 % dengan
jauh lebih mudah daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa
orang yang memiliki performans 150 % - 160 % menggunakan energy
expenditure sama dengan orang yang performans nya 110% - 115%. Waktu
standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya.
Pengukuran Fisiologi dapat digunakan untuk membandingkan Cost
Energy pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan
sama yang tidak standar, tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama.
Dr. Luciren Broncha telah membuat table klasifikasi beban kerja dalam reaksi
Fisiologi, untuk menentukan berat ringannya pekerjaan.
Tabel 2.1 klasifikasi beban kerja (workload)
Work LoadOxygen
Consumption
Energy Expenditure
(cal/min)
Heart Rate During Work (Beats/min)
Light 0,5 – 1,0 2,5 – 5,0 600 – 100Moderate 1,0 – 1,5 5,0 – 7,5 100 – 125Heavy 1,5 – 2,0 7,5 – 10,0 125 – 150Very Heavy 2,0 – 2,5 10,0 – 12,5 150 – 175
7 | Workload
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu :Sabtu, 14 Maret 2015
Tempat :Ruang Praktikum Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah palembang
3.2 Alat dan Bahan
1. Stopwatch
2. Metronome
3. Alat Tulis
3.3 Cara Kerja
Dalam mengukur denyut nadi beberapa hal yang harus diingat:
1. Gunakan jari paling sensitif agar denyutnya terasa jelas, yaitu jari
telunjuk dan jari tengah.
2. Lakukan pengukuran dengan mempalpasi arteri radialis dengan telapan
tangan yang mempalpasi berada di belakang pergelangan tangan,
usahakan jangan memberi beban pada pembuluh darah.
3. Posisikan lengan setinggi jantung.
4. Jangan menekan terlalu keras agar pembuluh darahnya tidak tertekan
sepenuhnya.
Beberapa metode pengukuran yang dilakukan:
Pengukuran denyut nadi istirahat
1. Rabalah arteri radialis yang terletak dipergelangan tangan
2. Jika telah menemukan letak arteri radialis, tahan dengan menggunakan 2
jari (jari telunjuk dan jari tengah) karena pada kedua jari itu lebih
sensitif.
3. Hitunglah berapa denyutan nadi selama 1 menit, 30 detik (hasilnya
dikali 2), 15 detik (hasilnya dikali 4), dan 10 detik (hasilnya dikali 6).
8 | Workload
4. Setelah itu cari rata-rata denyut nadi istirahat dengan dijumlahkan
semua lalu dibagi 4.
Pengukuran denyut nadi kerja
1. Mulailah dengan berjalan ditempat dengan waktu selama 10 menit
dan dengan kecepatan yang konstan mengikuti tempo dari alat
metronome.
2. Rabalah arteri carotis yang terletak dibawah angulus mandibula
3. Setelah selesai berjalan ditempat, langsung hitung berapa jumlah
denyut nadi pada bagian arteri carotis selama 1 menit.
Menentukan denyut nadi maksimum
Denyut nadi maksimum didapatkan dengan mengurangi umur dari
220. Max= 220-umur (Astrand and Rodall, 1997).
Menentukan % CVL
Didapatkan dengan menggunakan rumus:
%CVL=100 x(denyut nadi kerja−denyut nadi istirahat )denyut nadimaksimum−denyut nadi istirahat
Dari penghitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan
klasifikasi sebagai berikut:
x ≤ 30 % = tidak terjadi kelelahan
30 < x ≤ 60 % = diperlukan perbaikan
60 < x ≤ 80 % = kerja dalam waktu singkat
80 < x ≤ 100 % = diperlukan tindakan segera
x> 100 % = tidak diperbolehkan beraktifitas
Menentukan energy expenditure (Tabel 3.1)
Work load
Oxygen
consumption
(liter/min)
Energy
expenditure (EE)
(cal/min)
Heart rate during
work
(beats/min)
Light
Moderate
Heavy
Very heavy
0,5 – 1,0
1,0 – 1,5
1,5 – 2,0
2,0 – 2,5
2,5 – 5,0
5,0 – 7,5
7,5 – 10,0
10,0 – 12,5
60 – 100
100 – 125
125 – 150
150 - 175
9 | Workload
Berdasarkan tabel tersebut dapat ditentukan kategori work load seseorang
kemudian menghitung energy expenditure dengan rumus berikut:
batas min heart rate−denyut nadi kerjabatas min heart rate−batas max heart rate
= batas min EE−xbatasmin EE−batas max EE
Menentukan oxygen consumption
Dengan mengacu pada tabel 3.1 menentukan oxygen consumption dilakukan
menggunakan rumus:
batas min heart rate−denyut nadi kerjabatas min heart rate−batas max heart rate
= batas minOC−xbatasmin OC−batas max OC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10 | Workload
4.1 HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Denyut Nadi
NO Nama Usia J.KD.N.
Istirahat
D.N. Mak
sD.N.Kerja %CVL
Energy Expenditur
e
O2
ConsumptionWork Load
1. Dwi P.S 18 P 70 202 93 61 4,56 0,9 L2. Soleha 20 P 88 200 105 14 5,5 1,1 M3. Annisa N.J 18 P 78 202 118 32,2 6,8 1,36 M4. Dale A 16 L 96 204 105 8,9 5,25 0,9 L5. Ismalia 19 P 83 201 88 4,23 4,25 0,85 L6. Suci P 18 P 64 202 95 22 4,3 0,8 L7. Tessa M 19 P 92 201 120 25 7 1,4 M8. Tiara Y 18 P 89 202 100 10 7,5 1,5 M9. Fawaz P 18 L 85 202 120 35 5,8 1,16 M10. Armiko B 19 L 83 201 82 1,06 3,8 0,7 L11. Arif R 18 L 87 202 90 2,6 4,35 0,87 L12. Maryani 19 P 68 201 102 25 5,2 0,9 L13. Rahma N.F 18 P 88 202 116 20 6,6 1,03 M14. Desi S.w 19 P 76 201 108 24 3,5 0,7 L15. Yolanda P. 18 P 92 202 156 58 10,6 2,2 H16. M. Aiman 19 L 94 201 150 52 10 2 H17. Suci L 18 P 60 202 90 21 4,4 0,8 L18. Ona P.K 19 L 90 201 102 10,8 5,2 1,04 M19. Dio P. 19 L 81 201 90 8 6,1 1,2 M20. Poppy M. 20 P 87 200 102 13 5,2 1,04 M21. Maya Z. 19 P 98 201 108 9,7 4,2 1,16 M22. Bella P.S 19 P 71 201 115 31 6,5 1,8 M23. Della K.C. 20 P 88 200 94 5,5 4,6 0,9 L24. Ayu A. 18 P 75 202 105 24 5,5 1 M25. Ikirima K. 19 P 81 201 93 10 4,56 0,9 L26. Nanda A.H. 17 P 97 203 122 14,15 7,2 1,44 M27. Ricky T. 19 L 94 201 156 58 10 2 H28. Viena A. 19 P 76 201 130 67,2 6,5 1,8 M29. Ena A.N. 18 P 104 202 120 15,8 7,2 1,44 M30. Taschiro Y. 18 P 83 202 112 24 6,2 1,24 M31. Tharisa K. 17 P 79 203 87 6,45 4,9 0,3 L32. Reynaldi A.R. 18 L 92 202 126 34 7,6 1,5 H33. Jhuvan Z.F 19 L 77 201 92 11,74 4,5 0,9 L34. Nurfrida A 17 P 70 203 85 55 4 0,8 L35. Dita M.I. 18 P 68 202 72 7 4 0,8 L36. Shelly M 19 P 102 201 130 28,7 4,8 0,14 L37. Elsa A 17 P 92 203 110 16 6 1,2 M38. Firdaus 17 L 96 203 109 11,2 5,8 1,16 M39. Mentari A 19 P 80 201 100 18 3,75 0,25 L
11 | Workload
40. Puja A.M. 19 L 68 201 91 15,4 4,4 0,9 L41. Retno I.K 18 P 101 202 132 30 8,2 1,6 H42. Adhitya N.F 18 L 73 202 107 28,7 5,7 1,14 M43. Falaah I. 18 L 83 202 126 36 7,58 1,48 M44. Nabila T. 18 P 108 202 144 38 9,4 9,8 M45. Marta A.C. 18 L 81 202 107 22 5,7 1,14 M46. Septia P. 18 P 95 202 110 12 6 1,2 M47. Rizal P. 18 L 97 202 107 28 5,7 1,14 M48. Drif F.D.P 20 L 75 200 90 19 6,5 1,4 M49. Vivi R 17 P 110 203 126 16,7 3 0,7 L50. Ahmad N 20 L 84 200 105 23 5,5 1 M51. M.Fitrizal 18 L 82 202 99 47 6,7 1,9 H52. Ahmad A.S.B. 19 L 124 201 144 25,9 9,4 1,8 H53. Mareta A.M. 18 P 93 202 120 20,9 7 1,4 M54. Istiqomah M 16 P 81 204 133 42 8,3 1,6 H55. Rati P.S 18 P 95 202 90 5 4,4 0,8 L56. Okta P.P 18 P 75 202 85 8 4,06 0,8 L57. Nabila A.H 17 P 83 203 110 18 6,6 1,3 M58. Ragil P.J.U 19 L 94 201 120 50 7 1,4 M59. Yusuf A.R 18 L 95 202 99 11,9 4,9 0,9 L60. Ahmad R. 16 L 97 204 102 5 7 1,4 M61. Anindia E.S 18 P 90 202 112 17 6,2 1,2 M62. Dwi Puji L. 18 P 79 202 93 23 4,15 0,8 L63. Aisyah A. 17 P 75 203 120 37 5,2 1,4 M64. Willy P.W 18 L 85 202 127 37 6,5 1,4 H65. Puja I.G 19 P 63 201 80 12,3 2,6 0,5 L66. Gral W.S 18 P 108 202 144 38 9,4 1,8 H67. Putri P.N 19 P 63 201 85 15,9 2,7 0,5 L68. Anisia A.P 18 P 96 202 120 21,8 7,2 1,44 M69. Mia A 18 P 101 202 114 11 6,4 1,3 M70. Ghina F.D. 18 P 75 202 107 25 5,7 1,14 M71. Hurait H.H. 17 L 96 203 108 11,2 5,8 1,16 M72. Roseline N.P 18 P 84 202 103 13,2 5 1 L73. Indah U.P 18 P 78 202 108 17,2 4,2 0,8 L74. Shinta A.P. 17 P 80 203 83 22,4 2,64 0,78 L75. Ardhia A. 18 P 75 202 156 63,7 10,6 2,12 VH76. Meitria N.S. 17 P 82 203 115 15,7 6,5 1,3 M77. Ardiansyah 18 L 118 202 156 16,16 10,6 2,12 VH78. Hafiz R.K. 19 L 83 201 116 16 6,7 1,3 M79. M.Abdillah 18 L 62 202 84 13 3,8 0,8 L80. Rara K. 17 P 125 203 156 39,2 10,6 2,1 VH81. Ahmad I.H 18 L 130 202 146 46 9,6 1,9 H82. Vonny A. 19 P 94 201 120 24 7,2 1,44 M83. Mega R. 19 P 70 201 102 27 5,2 1,04 M84. Evin P.P 19 P 77 201 104 21 5,6 1,125 M85. Agung P. 18 L 85 202 107 19 5,7 1,14 M86. Altriara R.s. 18 P 103 202 162 60 10,8 2,16 VH87. Siti S.Y 18 P 84 202 103 14 5,2 1,04 M
12 | Workload
88. Romzi K. 19 L 108 201 144 45 9,4 1,88 HKeterangan:
J.K = Jenis Kelamin L = Light
P = Perempuan M = Modarate
L = Laki-laki H = Heavy
D.N = Denyut Nadi VH = Very Heavy
CVL = Cardiovaskular Load
4.2 PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum yang dilakukan tentang “Workload (Energy
Expenditure, Heart Rate, Oxygen Consumption)”, dibahas tentang Cardio
Vascular Load, dimana kita dapat menentukan penilaian beban kerja
berdasarkan denyut nadi kerja dan dapat menentukan waktu standar dengan
metode fisiologi. Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja fisik
terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh GrandJean (1963) :
a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai
b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja
c. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
Pada data pengamatan yang telah diperoleh, terlihat bahwa rentang hasil
pengukuran denyut nadi istirahat, yaitu antara 63-130 denyut/menit.
Seharusnya pada dasarnya rentang denyut nadi istirahat yang normal yaitu
60-100 denyut/menit. Dari data denyut nadi istirahat tersebut yang terendah
yaitu ada 2 orang dengan denyut nadi 63 denyut/menit yang masing-masing
naracoba berusia 19 tahun. Sedangkan denyut nadi istirahat yang tertinggi
yaitu 130 denyut/menit yang didapat dari naracoba yang berusia 18 tahun.
Tabel 4.2 Perbandingan denyut nadi istirahat berdasarkan jenis kelamin
13 | Workload
Perempuan Laki-Laki
< 60 (Abnormal) - -
60 – 100 (Normal) 48 27
> 100 (Abnormal) 9 4
Dari tabel 4.2 diatas diperoleh bahwa perbandingan denyut nadi istirahat
berdasarkan jenis kelamin pada Mahasiswa FK UMP angkatan 2014
Keabnormalan denyut nadi istirahat untuk perempuan :
9/57 x 100% = 15,7 %
Normal : 100% − 15,7 % = 84,3 %
Keabnormalan denyut nadi istirahat untuk laki-laki :
4/31 x 100% = 12,9 %
Normal : 100%− 12,9% = 87,1 %
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa kenormalan
denyut nadi istirahat lebih cenderung kepada jenis kelamin laki-laki dimana
persentasenya yaitu 87,1 %, sedangkan perempuan yaitu 84,3 %. Sehingga
faktor jenis kelamin mempengaruhi jumlah denyut nadi seseorang.
Untuk hasil akumulatif kenormalan mahasiswa FK UMP 2014 yaitu
sebagai berikut :
Abnormal : 9 + 4 = 13 13/88 x 100% = 14,7 %
Normal : 48 + 27 = 75 75/88 x 100% = 85,3 %
Jadi, tingkatan normal denyut nadi istirahat untuk mahasiswa FK
UMP 2014 yaitu 85,3 % .
Tabel.4.3 Perbandingan denyut nadi istirahat berdasarkan usia
< 18 Tahun ≥ 18 Tahun< 60 - -
60 – 100 13 62
> 100 2 11
Dari tabel 4.3 diatas diperoleh bahwa perbandingan denyut nadi istirahat
berdasarkan usia yaitu yang denyut nadi istirahatnya dibawah normal (dibawah
60-100) tidak ada maupun yang usia dibawah 18 tahun dan diatas 18 tahun.
Persentase denyut nadi istirahat dengan usia < 18 tahun
14 | Workload
Normal: 13/15 x 100 = 86,67 %
Abnormal: 2/15 x 100 = 13,33 %
Persentase denyut nadi istirahat dengan usia ≥ 18 tahun
Normal: 62/73 x 100 = 84,93%
Abnormal: 11/73 x 100 = 15,06%
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa kenormalan
denyut nadi istirahat lebih cenderung pada usia yang < 18 tahun dimana
persentasenya yaitu 86,67 %, sedangkan usia yang ≥ 18 tahun sebesar 84,3 %.
Sehingga faktor usia mempengaruhi jumlah denyut nadi seseorang.
Untuk hasil akumulatif kenormalan mahasiswa FK UMP 2014 yaitu
sebagai berikut :
Abnormal : 11 + 2 = 13 13/88 x 100% = 14,7 %
Normal : 13 + 62 = 75 75/88 x 100% = 85,3 %
Jadi, tingkatan normal denyut nadi istirahat untuk mahasiswa FK
UMP 2014 yaitu 85,3 % .
Tabel 4.4 Perbandingan % CVL berdasarkan jenis kelamin
Perempuan Laki-Laki
< 30 43 21
30 – 60 11 10
> 60 3 -
Dari tabel 4.4 diatas diperoleh bahwa perbandingan % CVL berdasarkan
jenis kelamin sebagai berikut:
Persentase % CVL perempuan
x ≤ 30 % 43/57 x 100 = 75,44% (tidak terjadi kelelahan)
30 < x ≤ 60 % 11/57 x 100 = 19,29% (diperlukan perbaikan)
60 < x ≤ 80 % 3/57 x 100 = 5,26% (kerja dalam waktu singkat)
Dari hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
perempuan setelah melakukan aktivitas atau kerja selama beberapa menit
tidak terjadi kelelahan. Akan tetapi, 3 dari total keseluruhan 57 perempuan
(5,67%) hanya dapat kerja dalam waktu singkat. Selain itu 19,29%
15 | Workload
perempuan memerlukan perbaikan, sehingga tubuh perlu diistirahatkan untuk
menghindari kelelahan yang lebih parah. Diperlukan pembiasaan atas
aktivitas yang dilakukan, sehingga tubuh tidak dengan mudah mengalami
kelelahan (kelebihan beban).
Persentase % CVL laki-laki
x ≤ 30 % 21/31 x 100 = 67,74% (tidak terjadi kelelahan)
30 < x ≤ 60 % 10/31 x 100 = 32,26% (diperlukan perbaikan)
60 < x ≤ 80 % Tidak ada
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
laki-laki setelah melakukan aktivitas atau kerja selama beberapa menit tidak
terjadi kelelahan yaitu sebesar 67,74%. Akan tetapi, 32,36% laki-laki
memerlukan perbaikan, sehingga tubuh perlu diistirahatkan untuk
menghindari kelelahan yang lebih parah. Diperlukan pembiasaan atas
aktivitas yang dilakukan, sehingga tubuh tidak dengan mudah mengalami
kelelahan (kelebihan beban). Sedangkan yang laki-laki yang hanya dapat
kerja dalam waktu singkat tidak ada. Jenis kelamin merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan seseorang. Dari perhitungan
diatas, dapat dilihat bahwa persentase perempuan lebih banyak daripada laki-
laki pada tingkat tidak terjadi kelelahan. Akan tetapi, pada teorinya
perempuan itu seringkali cepat merasa kelelahan. Mungkin perbedaan
tersebut disebabkan oleh pada saat melakukan aktivitas beberapa menit
kelompok perempuan kurang serius.
Untuk hasil akumulatif kenormalan %CVL mahasiswa FK UMP 2014
yaitu sebagai berikut :
x ≤ 30 % 64/88 x 100 = 72,73% (tidak terjadi kelelahan)
30 < x ≤ 60 % 21/88 x 100 = 23,86% (diperlukan perbaikan)
60 < x ≤ 80 % 3/88 x 100 = 3,41% (kerja dalam waktu singkat)
Jadi, persentase CVL mahasiswa FK UMP 2014 didapat hasil bahwa
72,73% dari total mahasiswa (88 orang) saat melakukan aktivitas beberapa
menit tidak terjadi kelelahan.
Tabel 4.5 Perbandingan %CVL berdasarkan usia
16 | Workload
< 18 Tahun ≥ 18 Tahun< 30 11 54
30 – 60 4 16
> 60 - 3
Dari tabel 4.5 diatas diperoleh bahwa perbandingan % CVL berdasarkan
usia sebagai berikut:
Persentase % CVL usia yang < 18 Tahun
x ≤ 30 % 11/15 x 100 = 73,33% (tidak terjadi kelelahan)
30 < x ≤ 60 % 4/15 x 100 = 26,67% (diperlukan perbaikan)
60 < x ≤ 80 % Tidak ada
Dari hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan
yang berusia < 18 tahun setelah melakukan aktivitas atau kerja selama
beberapa menit tidak terjadi kelelahan. Akan tetapi, 26,67% dari total
memerlukan perbaikan, sehingga tubuh perlu diistirahatkan untuk
menghindari kelelahan yang lebih parah
Persentase % CVL usia yang ≥ 18 Tahun
x ≤ 30 % 54/73 x 100 = 73,97% (tidak terjadi kelelahan)
30 < x ≤ 60 % 16/73 x 100 = 21,92% (diperlukan perbaikan)
60 < x ≤ 80 % 3/73 x 100 = 4.11% (kerja dalam waktu singkat)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang berusia
≥ 18 Tahun %. Akan tetapi, 21,92% laki-laki memerlukan perbaikan,
sehingga tubuh perlu diistirahatkan untuk menghindari kelelahan yag lebih
parah. Diperlukan pembiasaan atas aktivitas yang dilakukan, sehingga tubuh
tidak dengan mudah mengalami kelelahan (kelebihan beban). Sedangkan
4,11% hanya dapat kerja dalam waktu singkat. Jadi, faktor usia jg
mempengaruhi %CVL seseorang. Diaman semakin bertambah usia seseorang
maka sering terjadi kelelahan saat melakukan aktivitas.
Untuk hasil akumulatif kenormalan %CVL mahasiswa FK UMP 2014
yaitu sebagai berikut :
x ≤ 30 % 65/88 x 100 = 73,86% (tidak terjadi kelelahan)
30 < x ≤ 60 % 20/88 x 100 = 22,73% (diperlukan perbaikan)
60 < x ≤ 80 % 3/88 x 100 = 3,41% (kerja dalam waktu singkat)
17 | Workload
Jadi, persentase CVL mahasiswa FK UMP 2014 didapat hasil bahwa dari 88
orang sekitar 73,86% diantaraya tidak terjadi kelelahan setelah melakukan
aktivitas.
Tabel 4.6 Perbandingan Workload berdasarkan jenis kelamin
Kategori Perempuan Laki-laki
Light 22 7
Moderate 28 15
Heavy 4 8
Very Heavy 3 1
Dari tabel 4.6 diatas diperoleh bahwa perbandingan workload
berdasarkan jenis kelamin yaitu:
Persentase workload perempuan
Light : 22/57 x 100 = 38,60%
Moderate : 28/57 x 100 = 49,12%
Heavy : 4/57 x 100 = 7,02%
Very Heavy: 3/57 x 100 = 5,26%
Persentase workload laki-laki
Light : 7/31 x 100 = 22,58%
Moderate : 15/31 x 100 = 48,39%
Heavy : 8/31 x 100 = 25,81%
Very Heavy: 1/31 x 100 = 3,22%
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan
lebih banyak dikategori light daripada laki-laki. Pada kategori moderate
perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu sebesar 49,12%. Dan pada
kategori heavy laki-laki lebih banyak dari perempuan. Dapat diartikan
kebanyakan laki-laki beban kerjanya berat daripada perempuan.
Untuk hasil akumulatif mahasiswa FK UMP 2014 yaitu sebagai
berikut :
Light : 29/88 x 100 = 32,95%
Moderate : 43/88 x 100 = 48,86%
Heavy : 12/88 x 100 = 13,64%
18 | Workload
Very Heavy: 4/88 x 100 = 4,55%
Jadi, kategori workload mahasiswa FK UMP 2014 paling banyak berada pada
moderate. Apabila mahasiswa melakukan aktivitas selama beberapa menit,
mengalami beban kerja yang sedang. Hanya 4,55% yang melakukan aktivitas
selama beberapa menit beban kerjanya sangat berat (very heavy).
Tabel 4.7 Perbandingan Workload berdasarkan usia
Kategori < 18 Tahun ≥ 18 Tahun
Light 5 22
Moderate 8 35
Heavy 1 13
Very Heavy 1 3
Dari tabel 4.7 diatas diperoleh bahwa perbandingan workload
berdasarkan usia yaitu sebagai berikut:
Persentase kategori workload < 18 tahun
Light : 5/15 x 100 = 33,33%
Moderate : 8/15 x 100 = 53,33%
Heavy : 1/15 x 100 = 6,67%
Very Heavy : 1/15 x 100 = 6,67%
Persentase denyut nadi istirahat dengan usia ≥ 18 tahun
Light : 22/73 x 100 = 30,14%
Moderate : 35/73 x 100 = 47,94 %
Heavy : 13/73 x 100 = 17,81%
Very Heavy : 3/73 x 100 = 4,11%
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan pada usia yang
lebih muda (<18 tahun) kategori beban kerjanya yaitu paling banyak pada
moderate. Dan yang berada pada kategori light, workloadnya lebih besar pada
usia yang lebih muda. Jadi faktor usia mempengaruhi workload seseorang,
semakin muda usia seseorang maka workloadnya semakin ringan.
Untuk hasil akumulatif kenormalan mahasiswa FK UMP 2014 yaitu
sebagai berikut :
Light : 27/88 x 100 = 30,68%
19 | Workload
Moderate : 43/88 x 100 = 48,86 %
Heavy : 14/88 x 100 = 15,91%
Very Heavy : 4/88 x 100 = 4,55%
Jadi, dapat disimpulkan mahasiswa FK UMP 2014 apabila melakukan
aktivitas beberapa menit berada pada kategori moderate yaitu sebesar 48,86%.
Berdasarkan perhitungan perbandingan denyut nadi kerja pada kategori
yang ditentukan, kita dapat menentukan kategori workload seseorang. Sebagai
contoh naracoba 2 tergolong dalam kategori moderate, dengan denyut nadi kerja
masing- masing 102 denyut/menit, energy expenditure 5,5 cal/menit, serta oxygen
consumption sebesar 1,1 liter/menit, naracoba lainnya tergolong dalam light,
heacy dan very heavy. Naracoba yang tergolong light dan moderate merupakan
naracoba dengan kategori tidak terjadi kelelahan pada persentase cardiovascular
sehingga mampu melaksanakan kerja dan masih dapat diberi penambahan pada
kerjanya. Selain itu, tingkat penggunaan energy dan konsumsi oksigen yang
berbeda-beda pada mahasiswa FK UMP 2014. Tingkat energy dan oksigen
dipengaruhi oleh denyut nadi kerja. Denyut nadi kerja yang telah dibagi menjadi
beberapa tingkatan memiliki arti tingkat beban kerja terhadap tubuh. Semakin
tinggi denyut nadi kerja maka semakin tinggi penggunaan oksigen dan energy,
namun beban yang diberikan berarti semakin tinggi.
BAB V
KESIMPULAN
20 | Workload
Setelah melakukan praktikum tentang “Workload (Energy Expenditure,
Heart Rate, Oxygen Consumption)”, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Jadi pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh
selama manusia melakukan aktivitas kerja yaitu kelelahan yang
menyebabkan denyut nadi seseorang meningkat.
2. Berdasarkan hasil pengamatan pada mahasiswa FK UMP 2014 dengan
jumlah naracoba 88 orang, dinyatakan normal karena berkisar antara 60
hingga 100 dan 13 naracoba memiliki denyut nadi istirahat di atas 100,
maka melalui perhitungan data tersebut didapatkan persentase
cardiovascular load yang menyatakan 72,73% dikatagori tidak terjadi
kelelahan, 23,86% dikatagori diperlukan perbaikan dan 3,41% dikatagori
kerja dalam waktu singkat dengan katagori workload light dan moderate
yang masuk didalam kategori tidak terjadi kelelahan pada persentase
cardiovascular. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan semakin tinggi
target heart rate menyatakan semakin tinggi kemampuan kerja sehingga
mampu melaksanakan kerja dan masih dapat diberi penambahan pada
kerjanya.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan jumlah denyut nadi
seseorang yaitu usia dan jenis kelamin.
4. Tekanan suhu lingkungan pada saat itu tidak terlalu tinggi sehingga tidak
memberikan beban kerja yang cukup besar. Solusi untuk mengatasi yang
mendapatkan hasil diperlukan adanya suatu perbaikan, seperti dengan
dilakukan olahraga secara bertahap agar kerja jantung dapat lebih baik
Saran
1) Alat-alat maupun tempat pelaksanaan praktikum sebaiknya dilengkapi untuk
peningkatan kualitas praktikum fisiologis selanjutnya.
2) Pastikan praktikan dalam keadaan fit untuk melakukan praktikum.
3) Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya dilaksanakan lebih tertib dan tepat
waktu, dimulai dari mahasiswanya maupun dosen pembimbingnya.
21 | Workload
4) Dosen pembimbing harus lebih memperhatikan mahasiswa saat melakukan
praktikum, agar mahasiswa tidak salah dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
22 | Workload
Adiputra, N. 2002. Denyut Nadi dan Kegunaannya dalam
Ergonomi.JurnalErgonomiIndonesia 3: 22-26
Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik Edisi 17. Jakarta:EGC
Oesman, Titin Isna. 2014. Evaluasi Kondisi Lingkungan Kerja Pada Bagian
Proses Pengecoran Di Industri Kerajinan Cor Alumunium “Ed”
Jogjakarta.(Online).INASEA, Volume 15, No.1 : 71-78.
http://journal.binus.ac.id/index.php/inasea/article/download/243/239
(Diakses pada tanggal 16 Maret 2015)
Staf Fisiologi Kedokteran. 2015. Buku Penuntun Praktikum Fisiologi.
Palembang :Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Wiryowidagdo, Sudjaswadi dan M. Sitanggang.2008. Tanaman Obat untuk
Penyakit Jantung, Darah Tinggi dan Kolesterol.Jakarta:Agromedia.
23 | Workload