laporan kasus vona

21
Laporan Kasus INFARK MIOKARD DENGAN ST ELEVASI Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Kardiologi dan Ilmu Kedokteran Vaskular FK Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Disusun Oleh: Vonalia Nurul Annisa 090610057 Pembimbing: dr. Nurkhalis, Sp. JP-FIHA

Upload: putrii-joan

Post on 17-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

STEMI

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus vona

Laporan Kasus

INFARK MIOKARD DENGAN ST ELEVASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Kardiologi dan Ilmu Kedokteran Vaskular FK Unsyiah/RSUD

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun Oleh:Vonalia Nurul Annisa

090610057

Pembimbing:dr. Nurkhalis, Sp. JP-FIHA

BAGIAN/SMF KARDIOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN VASKULAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALARSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN

BANDA ACEH2015

Page 2: Laporan Kasus vona

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan berkah

dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang

berjudul “Infark Miokard dengan ST Elevasi”. Shalawat berangkaikan salam

kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa perubahan besar

dalam kehidupan manusia dari zaman yang penuh dengan kebodohan menuju

zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Laporan kasus ini ditulis untuk melengkapi tugas-tugas penulis dalam

menjalankan kepaniteraan klinik di SMF/Bagian Kardiologi dan Ilmu Kedokteran

Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala-Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh. Dalam penulisan dan penyusunan

laporan kasus ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dari dr. Nurkhalis,

Sp.JP selaku pembimbing penulisan laporan kasus.

Penulis menyadari sepenuhnya laporan kasus ini masih sangat banyak

kekurangan maka untuk itu penulis harapkan kepada semua pihak agar dapat

memberikan kritik dan saran agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik di

kemudian hari.Semoga Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih memberkati

dan melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua.

Banda Aceh, 1 Maret 2015

Penulis

Page 3: Laporan Kasus vona

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian paling umum di

dunia. Penyakit ini menyumbang hampir 40% kematian di negara maju dan 28%

di negara berkembang. Persentase mortalitas yang disebabkan penyakit

kardiovaskular di Amerika Serikat menunjukkan penyakit koroner memiliki

persentase mortalitas terbesar yaitu 53%, dibandingkan dengan penyakit stroke

sebesar 17%, dan gagal jantung dah hipertensi sebesar 6%.

Infark Miokard Akut (IMA) adalah salah satu diagnosa yang sering

ditemui pada pasien rawat inap di negara-negara industri. Di Amerika Serikat,

sekitar 650.000 pasien muncul dengan kasus IMA baru dan 450.000 pasien

mengalami IMA berulang setiap tahunnya. Tingkat kematian yang disebabkan

oleh kasus IMA adalah sebesar 30%, dimana lebih dari setengah kematian tersebut

terjadi sebelum pasien mendapatkan penanganan di rumah sakit.

Pembuluh darah koroner merupakan pembuluh darah yang mengantarkan

oksigen dan nutrisi untuk otot jantung agar dapat berfungsi dengan baik. Infark

miokard, yang umumnya dikenal sebagai serangan jantung, merupakan nekrosis

ireversibel dari otot jantung yang terjadi akibat iskemik yang berkepanjangan.

Selanjutnya terjadi ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan jaringan,

hal ini diakibatkan ruptur plak dan pembentukan trombus yang menyebabkan

berkurangnya suplai darah ke otot jantung.

Page 4: Laporan Kasus vona

Di negara berkembang seperti Indonesia, kasus infark miokard akut

semakin banyak. Kematian yang disebabkan infark miokardium sering dialami di

Negara maju, keadaan yang sama juga dialami di Indonesia khususnya

diperkotaan dimana pola penyakit infark miokardium sudah sama dengan negara-

negara maju.

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian pertama dengan

angka mortalitas 26,4%, dan menjadi penyebab kematian utama pada pria usia

menengah sampai tua. Pada tahun 2011, sekitar 478.000 pasien di Indonesia

didiagnosa dengan penyakit jantung koroner. Saat ini, terjadi peningkatan

prevalensi kejadian STEMI dari 25% ke 40% dari presentasi infark miokard.

Page 5: Laporan Kasus vona

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. R

Usia : 80 tahun

Alamat : Aceh Besar

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Swasta

Suku : Aceh

No. RM : 1-02-03-61

Tanggal Masuk : 27 Maret 2015

Tanggal pemeriksaan : 31 Maret 2015

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri dada

Keluhan Tambahan : Nyeri ulu hati

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan nyeri dada yang

dirasakan sejak 4 jam yang lalu SMRS. Hal ini baru pertama kali dialami pasien.

Nyeri dada dirasakan seperti ditusuk tusuk. Nyeri tidak menjalar sampai ke

punggung kiri dan lengan. Nyeri dirasakan selama lebih dari 30 menit dan tidak

berkurang saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan nyeri di bagian ulu hati. Mual

(+), muntah (-). Riwayat sesak nafas (-), riwayat hipertensi (+), riwayat diabetes

mellitus (+).

Page 6: Laporan Kasus vona

Riwayat Penyakit Dahulu : riwayat hipertensi (+), riwayat diabetes mellitus (+)

Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal

Riwayat penggunaan obat : Pasien minum obat anti hipertensi namun pasien lupa

nama obatnya.

Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien merupakan perokok aktif sekitar dua bungkus

per hari sejak umur 17 tahun.

3.3 Pemeriksaan Fisik

a. Status Present

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 60 kali/menit, reguler

Frekuensi Nafas : 24 kali/menit

Temperatur : 36.7ºC (aksila)

b. Status General

Kulit

Warna : Sawo matang

Turgor : Cepat kembali (kurang dari 3 detik)

Ikterus : (-)

Anemia : (-)

Sianosis : (-)

Page 7: Laporan Kasus vona

Kepala

Bentuk : Kesan normocephali

Rambut : Tersebar rata, sukar dicabut, berwarna hitam

Mata : Cekung (-), refleks cahaya (+/+), sklera ikterik (-/-),

konj. palpebra inf pucat (-/-)

Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Mulut

Bibir : Pucat (-), sianosis (-)

Gigi Geligi : Karies (-), gigi tanggal (-)

Lidah : Beslag (-), tremor (-)

Mukosa : Basah (+)

Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal

Faring : Hiperemis (-)

Leher

Bentuk : Kesan simetris

Kel. Getah Bening : Kesan simetris, pembesaran (-)

Peningkatan TVJ : (-), R-2 cmH2O

Axilla

Pembesaran KGB : (-)

Page 8: Laporan Kasus vona

Thorax

Thorax depan dan belakang

1. Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris

Tipe Pernafasan : Abdominal thoracal

Retraksi : (-)

2. Palpasi

- Pergerakan dada simetris

- Nyeri tekan (-/-)

- Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri

3. Perkusi

- Sonor (+/+)

- Redup (-/-)

4. Auskultasi

- Vesikuler (+/+)

- Ronkhi (-/-)

- Wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V sekitar satu cm lateral linea

axilaris anterior sinistra

Perkusi : Kanan atas: ICS II linea parasternalis

Kanan bawah: ICS IV linea parasternalis

Page 9: Laporan Kasus vona

Kiri atas: ICS II linea parasternalis

Kiri bawah: ICS V linea mid clavicularis sinistra

Auskultasi : BJ I > BJ II, regular, bising (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris, Distensi (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), undulasi (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-), undulasi (-)

Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal

Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Ekstremitas Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Sianotik - - - -

Edema - - - -

Ikterik - - - -

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus

Sensibilitas N N N N

Atrofi otot - - - -

Akral dingin - - - -

Page 10: Laporan Kasus vona

3.4 Pemeriksaan Penunjang

3.4.1 Laboratorium Serial

Jenis Pemeriksaan 26 Maret 2015Darah RutinHemoglobinHematokritEritrositLeukositTrombositHitung Jenis:Eos/Bas/N.Seg/Lim/MonGlukosa Darah Sewaktu Elektrolit Natrium kaliumKloridaGinjalUreumKreatininJantungTroponin ICK-MB

14,0 g/dL40 %

4,6 x 106/mm3

10,1 x 103/mm3

227 x 103U/L

1/0/74/19/6 (%)547 mg/dl

132 mmol/L5,9 mmol/L94 mmol/L

20 mg/dl0,82 mg/dL

0,68 ng/ml42 U/L

3.4.2 Elektrokardiografi

Page 11: Laporan Kasus vona

Irama : sinus

Heart rate : 60x/menit

Axis : Normoaxis

Morfologi

Interval PR : 0,16 detik

Komplek QRS : 0,8 detik

Segmen ST :

ST elevasi : I,II, aVF

ST depresi : V1-V6

T inverted : (-)

Q patologis : (-)

Kesimpulan : irama sinus, HR 60x/menit, normoaksis, infark inferior,

iskemia anterolateral

3.5 Diagnosis Sementara

1. STEMI inferior Killip 1

2. Diabetes Mellitus tipe II

3.6 Penatalaksanaan

3.6.1 Non-Medikamentosa

a. Tirah baring

b. Kurangi melakukan aktivitas-aktivitas berat

c. Diet rendah garam

Page 12: Laporan Kasus vona

3.6.2 Medikamentosa

Terapi:

a. O2 2-4 L/i

b. IVFD RL 20 gtt/i

c. Aspilet 1x80 mg

d. clopidogrel 1x75 mg

e. ISDN 1x5 mg

f. Simvastatin 1x20 mg

g. SC arixtra 2,5 mg/hari

h. Laxadine 1x C1

3.7 Rencana Diagnostik

- EKG serial setiap hari

- Pemeriksaan laboratorium (profil lipid)

- Echocardiografi

- Angiografi koroner

3.8 Prognosis

Anjuran Ketika Pulang:

a. Perbanyak istirahat di rumah

b. Hentikan kebiasaan merokok

c. Melakukan pemeriksaan tekanan darah di Puskesmas secara teratur

d. Hindari makanan berlemak dan mengandung garam yang berlebih

e. Minum obat yang teratur

f. Kontrol ke Poliklinik Jantung

Page 13: Laporan Kasus vona

BAB IIIANALISA KASUS

STEMI umumnya disebabkan penurunan atau berhentinya aliran darah

secara tiba-tiba karena oklusi trombus pada arteri koroner yang sudah mengalami

arterosklerosis.Pada kebanyakan kasus, proses akut dimulai dengan ruptur atau

fisur dari plak arterosklerosis, dimana trombus mural timbul pada tempat ruptur

dan menyebabkan oklusi arteri koroner. Secara histologis, plak koroner yang lebih

mudah ruptur adalah yang intinya kaya dengan lemak dan yang mempunyai

fibrous cap yang tipis. Pada kasus yang jarang, STEMI dapat disebabkan oklusi

arteri koroner yang disebabkan oleh emboli koroner, kelainan kongenital, spasme

koroner, dan penyakit inflamasi sistemik.

Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis

secara cermat apakah nyeri dada berasal jantung atau dari luar jantung. Jika

dicurigai nyeri dada dari jantung perlu dibedakan apakah nyeri berasal dari

koroner atau bukan, apakah ada riwayat infark miokard sebelumnya serta faktor-

faktor resiko antara lain hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, merokok, stres

serta riwayat sakit jantung koroner pada keluarga.12 Manifestasi klinis : nyeri dada,

sesak napas, mual dan muntah, palpitasi, sinkop dari aritmia ventrikel, dan

iskemia ekstremitas.

Berdasarkan anmnesis ditemukan keterangan bahwa Pasien mengeluhkan

nyeri dada yang dirasakan sejak 7 jam yang lalu SMRS. Hal ini baru pertama kali

dialami pasien. Nyeri dada dirasakan seperti ditusuk tusuk. Nyeri tidak menjalar

sampai ke punggung kiri dan lengan. Nyeri dirasakan selama lebih dari 30 menit

Page 14: Laporan Kasus vona

dan tidak berkurang saat istirahat. Pasien juga mengeluhkan nyeri di bagian ulu

hati. Mual (+), muntah (+). Riwayat sesak nafas (-), riwayat hipertensi (+),

riwayat diabetes mellitus (+), riwayat merokok (+).

Diagnosis STEMI ditegakkan berdasarkan EKG yaitu adanya elevasi ST ≥ 2mm,

minimal pada 2 sadapan prekondrial yang berdampingan atau ≥ 1mm pada 2 sadapan

ekstremitas. Pada EKG ini didapatkan elevasi ST ≥ 1mm pada 2 sadapan ekstremitas.

Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin T yang meningkat,

memperkuat diagnosis, namun keputusan untuk terapi revaskularisasi tak perlu

menunggu hasil pemeriksaan enzim, mengingat dalam tatalaksana infak miokard

akut, prinsip utama penatalaksanaan adalah time is muscle.

Enzim troponin T memiliki keunggulan seperti modalitas yang kuat untuk

stratifikasi resiko, memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang lebih tinggi daripada

pemeriksaan CKMB, dapat bertahan sampai dengan 14 hari, dalam darah.

Kekurangannya antara lain kurang sensitif pada awal kejadian IMA karena

onsetnya diatas 5 jam dan perlu penilaian ulang setiap 6-12 jam apabila hasilnya

negatif, dan lambat dalam menentukan kejadian infark berulang.

Enzim CKMB memiliki keunggulan dapat mendeteksi awal terjadinya

infark.Kekurangannya, spesivitasnya berkurang pada penyakit otot jantung dan

kerusakan miokard akibat pembedahan, sensitivitas berkurang pada infark

miokard akut minor <6jam dan onset >36 jam.

Dijumpai hasil pemeriksaan enzim jantung yang meningkat yaitu: CK-MB

42 U/L.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Laporan Kasus vona

1. Rhee W.J, Sabattne S.M., Lily S.L., 2011. Acute Coronary

Syndromes,161- 188, Pathophysiology of Heart Diseases, 5th edition,

Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business.

2. Antman E.M., Braunwald E., 2008. Disorders of cardiovascular

system.ST-segment Elevation Myocardial Infarction 1532-1544.

Harrison’s Internal Medicine, 17th edition, United States of America, The

McGraw-Hill Companies.

3. Tyroler H.A., Diseases and Health Probelms, 2000, Coronary Heart

Disease Epidemiology in the 21st Century, The Johns Hopkins University

School of Hygiene and Public Health