laporan kasus kandidiasis kutis
DESCRIPTION
kulkelTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA
KANDIDIASIS KUTIS
PEMBIMBING:
dr. Benny Abdullah Sp.KK
PENYUSUN:
Febriendo Vanni DJ
201020401011114
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
1
KATA PENGANTAR
Assalamu ’alaikum Wr.Wb.
Segenap puji syukur penulis panjatkan hanya kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas responsi kasus yang berjudul ”Kandidiasis
Kutis”.
Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembimbing, terutama
kepada dr. Benny Abdullah Sp.KK, terima kasih atas bimbingan, saran, petunjuk dan
waktunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas responsi ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulisan selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, September 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan 5
1.2 Definisi 5
1.3 Sinonim 6
1.4 Epidemiologi 6
1.5 Etiologi 6
1.6 Klasifikasi ........................................................................ 6
1.7 Patogenesis 7
1.8 Gejala klinis 8
1.9 Diagnosis banding 11
1.10 Diagnosis 13
1.11 Penatalaksanaan 15
1.12 Prognosis 16
BAB 2 LAPORAN KASUS
2.1 Identitas 17
2.2 Anamnesis 17
2.3 Status generalis 18
3
2.4 Status dermatologi 19
2.5 Resume 19
2.6 Diagnosis 19
2.7 Diagnosis banding 19
2.8 Pemeriksaan penunjang 20
2.9 Penatalaksanaan 20
2.10 Prognosis 21
2.11 Foto kasus 21
BAB 3 PEMBAHASAN .........................................................................
Bab 4 KESIMPULAN ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA 22
4
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
I . Pendahuluan
Kadidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut
disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan
dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus dan paru, kadang-kadang
dapat menyebabkan septicemia, endokarditis, maupun meningitis.(1,9).
Spesies Candida merupakan microflora normal pada kulit manusia,
namun dapat berubah menjadi pathogen bila faktor penjamu terutama status imun
berubah, atau terganggu. Lesi dapat terjadi pada beberapa tempat pada tubuh,
terutama pada tempat yang lembab dan hangat biasanya sering terinfeksi. C.
albicans merupakan penyebab tersering. (2)
II. Definisi
Kandidiasis kutis merupakan infeksi spesies Candida yang biasa terjadi pada
lipatan kulit atau tempat yang tertutup pakaian atau prosedur dressing medis pada
tempat yang lembab. Tempat yang dekat denga orificium dan jari, dimana sering
terkena saliva juga merupakan risiko terkena kandidiasis kutis. Gejala yang
tersering adalah kemerahan dan adanya eksudat yang basah yang pertama terjasi
pada lipatan kulit yang dalam.(2)
5
III. Sinonim
Kandidosis, moniliasis.
IV. Epidemiologi
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik
laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat
sebagai saprofit. Faktor resiko yang pemicu hal ini adalah kondisi
imunocompromise, diabetes militus, obesitas, hyperhidrosis, demam,
polyendocrinophaties, terapi steroid topikal maupun sistemik, dan penyakit
kronik.(3) Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-
data penyebarannya dengan tepat.(4)
V. Etiologi
Sebagian besar dari spesies C. albicans tidak bersifat menguntungkan maupun
merugikan. Kolonisasi C. albicans dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput
mukosa vagina dan feses orang normal. (3)
VI. Klasifikasi
Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk.(1971), membaginya sebagai
berikut: (1)
1. Kandidiasis selaput lendir:
- Kandidosis oral (thrush)
- Perleche
6
- Vulvovaginitis
- Balanitis atau balanopostitis
- Kandidosis mukokutan kronik
- Kandidosis bronkopulmonar dan paru
2. Kandidiasis kutis:
- Lokalisata: daerah intertriginosa dan daerah perianal
- Generalisata
- Paronikia dan onikomikosis
- Kandidosis kutis granulomatosa
3. Kandidiasis sistemik:
- Endokarditis
- Meningitis
- Pielonefritis
- Septikemia
4. Reaksi id
VII. Patogenesis
Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen. (1)
Faktor endogen:
1. Perubahan fisiologik
a. Kehamilan
7
b. Obesitas
c. Debilitas
d. Iatrogenik
e. Endokrinopati
f. Penyakit kronik dengan keadaan umum yang buruk.
2. Umur: usia tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi ini karena status
imunologi yang tidak sempurna.
3. Imunologik: penyakit genetik.
Faktor eksogen:
1. Iklim, panas, dan kelembaban.
2. Kebersihan kulit.
3. Kebiasaan merendam kaki dalam air yang lama.
4. Kontak langsung dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis. (1)
VIII. Gejala Klinis
1. Kandidiasis kutis :
1.1 Kandidosis intertriginosa
Gambar 1.1 Kandidiasis Intertriginosa
8
Lesi mengenai daerah pelipatan-pelipatan badan, umbilikus,
pannikulus (lipatan lemak badan). Lesi berupa bercak yang berbatas tegas,
bersisik, basah, dan eritematosa dikelilingi oleh vesikel-vesikel dan
pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah erosi,
dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. (1)
Kandidiasis mengenai sela jari tangan (tersering) pada sela jari ketiga dan
keempat, yang sering kena air. (9)
1.2 Kandidosis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini
menimbulkan pruritus ani. (1)
1.3 Kandidosis kutis generalisata
Lesi mengenai daerah pelipatan-pelipatan badan, umbilikus,
pannikulus (lipatan lemak badan). Kulit nyeri, inflamasi, eritematus dan
ada satelit vesikel/pustul, bula atau papulopustular yang pecah
meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi erosi. (10)
1.4 Paronikia dan onikomikosis
Lesi berupa kemerahan, bengkak yang tidak bernanah, kuku menjadi
tebal, mengeras, dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang berwarna kecoklatan,
tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku
seperti pada tine unguium.(1)
9
Gambar 1.2 Onikomikosis
1.5 Kandidosis napkin (Diaper Rash)
Gambar 1.3 Diaper Rash
Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang
diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita
neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.(1)
1.6 Kandidosis granulomatosa
Penyakit ini sering menyerang anak-anak lesi berupa papul kemerahan
tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada
dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm,
lokasinya sering terdapat di wajah, kepala, kuku, badan dan tungkai. (1)
10
IX. Diagnosis
1. Anamnesis dan gejala klinik yang khas.
Kandidiasis kutis biasanya terja di pada lipatan kulit yang lembab
dan termaserasi. Keluhan yang sering terjadi adalah gatal, kemerahan,
dan daerah yang termaserasi.(6) Kulit nyeri, inflamasi, eritematous, dan
ada satelit vesikel/pustula, bula atau papulopustular yang pecah
meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi. (7)
2. Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan dengan KOH 10-20% dan
pengecatan gram.
Pada pemeriksaan dengna KOH 10% menunjukan adanya spora
dan pseudohifa, namun pada kandidiasis kutis tidak selalu tampak.(7,8)
Pada pengecetan gram, yeast akan menjadi dense, gram positif, oviod
bodies, diameter 2-5µm. Kombinasi antara Gomori Methanemine
Silver (GMS) dan Congo Red dapat bermanfaat untuk mendiagnosa
banding infeksi fungi. Pada Blastomyces dan Pityrosporum
memberikan hasil positif pada hasil pengecetan, sedangkan pada
Candida dan Hitoplasma negatif.(8)
11
Gambar 1.4 Species Candida pada pemeriksaan KOH 10%
3. Kultur.
Gambar 1.5 Hasil kultur Species Candida
Pada kultur C. albicans harus dibedakan dengan jenis kandida
yanng lain, yang biasanya jarang menjadi patogen. Seperti C. krusei,
C. stellatoidea, C. tropicalis, C. pseudotropicans, dan C.
guilliermondii. Kultur pada Sabouraud glucose agar yang dibubuhi
antibiotik (kloramfenikol) menunjukan hasil biakan yang seperti krim,
keabu-abuan, dan koloni basah dalam waktu 4 hari. (8)
4. Histo PA bila diagnosis meragukan.
12
Dengan pengecetan PAS (Periodic Acid-Schiff) atau GMS . pilihan
untuk kandida leukoplakia dan bila diperlukan pada kandidiasis kutis.
(7)
5. Glukosa darah dan reduksi urine untuk melihat diabetes mellitus.(7)
X. Diagnosis Banding
KeteranganPenyakit
Tinea kruris Dermatitis Eritrasma
Definisi
Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk pada lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar anus, yang bersifat akut atau menahun.(10)
Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh endogen dan atau eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.(11)
Penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan corynebacterium minitussismum, ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipatan paha. (12)
Etiologi
Tinea kruris biasanya disebabkan oleh T.rubrum, T.mentagrophytes, atau E.flocossum.(6)
Penyebab eksogen (bahan kimia, fisik, mikroorganisme)dan penyebab endogen ( atopik), sebagiannya tidak diketahui etiologinya yang pasti.(11)
Disebabkan oleh bakteri Corynebacterium minissusmum. (12)
Lesi Lesi berbatas tegas, peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah
Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edem, vesikel atau bula,
Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi eritroskuamosa,
13
tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf). (10)
erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Pada stadium kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atau eksoriasi karena garukan.(11)
berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklat-coklatan. Variasi ini rupanya tergantung pada daerah area lesi dan warna kulit penderita Tempat predileksi di daerah ketiak dan lipat paha, kadang berlokasi di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk.Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa lemak. (12)
Pemeriksaan
penunjang
– Pemeriksaan KOH 10%, akan tampak elemen jamur.(4)
– Kultur sediaan pada Sabouround Dextrose Agar (SDA) atau Dermatophyt Test Medium (DTM). (4)
– Dermatitis atopik Prick Test. (13)
– Dermatitis kontak Patch Test. (14)
– Dermatitis seboroik – Pemeriksaan
KOH 10 %, akan tampak spora atau blastokonidia tanpa hifa
– Pemeriksaan Wood Lamp ,
– Pemeriksaan Wood Lamp, tampak merah membara (coral red).(16)
– Pemeriksaan pengecetan gram atau giemsa gram positif. (16)
14
negatif (warna violet). (15)
Gambar
XI. Penatalaksanaan
- Umum
- Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi.
- Mengobati infeksi sekunder dengan kompre sol. Sodium chlorida
0,9% selama 3 hari dan antibiotika yang tidak berspektrum luas
(erytrhomycine, cotrimoxazole, lincomycine dan clindamycine)
selama 5-7 hari.
- Topical
15
- Nystatin: oral suspensi, suppositoria
- Solutio gentian violet 1%
- Mikonazole cream
- Sistemik
Indikasi:
- Bila lesi luas
- Penderita imunokompromais berat.
- Paronikia yang gagal dengan obat topikal/ berat/ kronis.
Tablet oral:
- Tablet Ketokonazole (200 mg) 1 tablet selama 1-2 minggu.
- Kapsul Itraconazole (100 mg) 2 kapsul selama 7 hari. (7)
XII. Prognosis
Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi. (1)
BAB 2
16
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
• Nama : Ny. Munjianah
• Umur : 37 thn
• Jenis kelamin : Wanita
• Alamat: Pucangan III / 63
• Agama: Islam
• Pekerjaan : Ibu rumah tangga
• Tanggal pemeriksaan : 3 September 2012
2.2 Anamnesis
• KU : Gatal pada paha kanan
RPS : Penderita datang ke poli kulit RS Haji Surabaya dengan
keluhan kulit didaerah lipat paha kanan dan kiri terasa sangat gatal sejak 2
bulan yang lalu. Rasa gatal dirasakan semakin bertambah hebat bila
penderita berkeringat. Penderita juga mengeluh tidak tahan terhadap gatal
karena mengganggu aktifitas. Biasanya penderita menggaruk daerah lipat
paha untuk mengurangi rasa gatal sehingga kulitnya menjadi kemerahan dan
mengelupas. Penderita telah mencoba memberikan salep BENASON dan
bedak salisil, namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin melebar.
Penderita mengatakan sekitar 1 minggu yang lalu melakukan perjalanan ke
Tuban dengan menggunakan bis dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu
penderita mengaku mengenakan pakaian celana leging yang ketat. Penderita
mengaku kalau sehari mandi minimal 2 kali dan mengganti baju setiap kali
mandi. Penderita mengaku bahwa sudah pernah mengenai penyakit ini
sebelumnya.
17
• RPD :
• pasien pernah menderita penyakit seperti ini
• Diabetes millitus: disangkal
• Riw. Alergi : -
• RPK:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini
• R.Psikososial
• Mandi 2 kali sehari dengan air PDAM
• Rajin mengganti pakaian, 2 hari sekali
• Penderita adalah ibu rumah tangga
2.3 Status Generalis
– Keadaan umum : Baik
– Kesadaraan : Compos Mentis
– Kepala : Dalam Batas Normal
– Leher : Dalam Batas Normal
– Thorax : Dalam Batas Normal
– Abdomen : Dalam Batas Normal
– Ekstermitas : Lihat Status Dermatologis
2.4 Status Dermatologi
18
– Pada regio anterior superior terdapat Gambar 2.3 Pada regio femoris
dextra terdapat lesi warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit
nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan squama.
2.5 Resume
Penderita datang ke poli kulit RS Haji Surabaya dengan keluhan kulit
diregio femoris anterior superior terasa sangat gatal sejak 2 bulan yang lalu.
Rasa gatal dirasakan semakin bertambah hebat bila penderita berkeringat.
Penderita juga mengeluh tidak tahan terhadap gatal karena mengganggu
aktifitas. Biasanya penderita menggaruk untuk mengurangi rasa gatal
sehingga kulitnya menjadi kemerahan dan mengelupas. Penderita telah
mencoba memberikan salep BENASON dan bedak salisil, namun rasa gatal
tidak berkurang, justru semakin melebar. Penderita mengatakan sekitar 1
minggu yang lalu melakukan perjalanan ke Tuban dengan menggunakan bis
dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu penderita mengaku mengenakan
pakaian celana leging yang ketat. Penderita mengaku kalau sehari mandi
minimal 2 kali dan mengganti baju setiap kali mandi. Penderita mengaku
bahwa sudah pernah mengenai penyakit ini sebelumnya. Status dermatologis
pada regio femoris anterior superior didapatkan warna kulit plaque
eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi
dan squama
2.6 Diagnosis
Suspek kandidiasis kutis
2.7 Diagnosis Banding
19
- Tinea cruris
- Eritrasma
- Dermatitis kontak
- Tinea dengan candidiasis
2.8 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan dengan Wood Lamp
Gambar 2.1 Pemeriksaan Wood Lamp
2. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20 %
Gambar 2.2 Pemeriksaan KOH 10%
2.9 Penatalaksanaan
20
a. Medikamentosa
- Topikal: mikonazole cream 2% (dioles 2 X sehari sehabis mandi).
- Oral : ketokonazole tab 200mg 1x1 tab
b. Non Medikamentosa
- Memakai pakaian yang longgar.
- Mengurangi berat badan.
- Menjaga kebersihan badan.
- Kontrol 1 minggu lagi.
2.10 Prognosis
Baik, bila cara pengobatan benar dan sesuai ajuran serta melaksanakan
terapi non medikamentosa.
2.11 Foto kasus
Gambar 2.3 Pada regio femoris anterior superior tampak lesi warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan
skuama.
BAB 3
21
PEMBAHASAN
Wanita, usia 37 tahun datang ke poli kulit kelamin dengan keluhan gatal pada
lipatan paha kanan dan kiri sejak 2 bulan yang lalu. Rasa gatal dirasakan semakin
bertambah hebat bila penderita berkeringat. Penderita juga mengeluh tidak tahan
terhadap gatal karena mengganggu aktifitas. Biasanya penderita menggaruk daerah
lipat paha untuk mengurangi rasa gatal sehingga kulitnya menjadi kemerahan dan
mengelupas.
Penderita telah mencoba memberikan salep BENASON dan bedak salisil,
namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin melebar. Penderita mengatakan
sekitar 1 minggu yang lalu melakukan perjalanan ke Tuban dengan menggunakan bis
dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu penderita mengaku mengenakan pakaian
celana leging yang ketat. Penderita mengaku kalau sehari mandi minimal 2 kali dan
mengganti baju setiap kali mandi. Penderita mengaku bahwa sudah pernah mengenai
penyakit ini sebelumnya.
Dari identitas didapatkan wanita, 37 tahun, dari jenis kelamin dan usia
menunjukkan kesesuaian dengan teori, dimana berdasarkan teori menunjukkan bahwa
kandidiasis dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan
(Kuswadji).
Dari anamnesa pasien mengeluhkan rasa gatal, dan semakin gatal jika berkeringat dan
sudah sering mengalami keluhan seperti ini. 2 minggu yang lalu juga melakukan
22
perjalanan jauh dan lama dengan manggunakan pakaian yang ketat, selain itu pada
daerah yang dikeluhkan terdapat riwayat diberikan kortikosteroid topikal. pada
anamnesa tersebut kita sudah dapat mendapat faktor resiko dari pasien ini, bahwa
beberapa faktor memegang peranan terjadinya kandidiasis, yaitu iklim yang panas,
higiene yang masih kurang, adanya penularan di sekitarnya, penggunaan obat-obatan
kortikosteroid, antibiotik dan sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronik dan
penyakit sistemik seperti diabetes.
Pada regio femoris anterior superior tampak lesi warna kulit plaque
eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan
skuama. Gambaran lesi yang ditemukan ini sangat khas untuk penyakit yang
disebabkan oleh jamur, yaitu kandidiasis, dengan gejala objektif yaitu efloresensi
terlihat plaque eritematous, dan ada satelit vesikel/pustula, bula atau papulopustular
yang pecah meninggalkan permukaan yang kasardengan tepi yang erosi.
Kandidiasis kutis adalah Kandidiasis kutis merupakan infeksi spesies Candida yang
biasa terjadi pada lipatan kulit atau tempat yang tertutup pakaian atau prosedur
dressing medis pada tempat yang lembab. Tempat yang dekat denga orificium dan
jari, dimana sering terkena saliva juga merupakan risiko terkena kandidiasis kutis.
Gejala yang tersering adalah kemerahan dan adanya eksudat yang basah yang
pertama terjasi pada lipatan kulit yang dalam.(2)
Untuk mendiagnosis sebagai suatu kandidiasis kutis diperlukan anamnesis,
efflorosensi, dan pemeriksaan penunjang seperti yang telah disebutkan di atas. Dari
23
anamnesis dan efflorosensi saja harusnya sudah bisa mendiagnosis sebagai
kansdidiasis kutis, akan tetapi ada beberapa penyulit dalam mendiagnosis sehingga
muncul beberapa diagnosis banding untuk kandidiasis kutis. Beberapa diagnosis
banding kandidiasis kutis adalah, tinea kruris, eritrasma, dermatitis.
Tinea kruris merupakan Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk
pada lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar anus, yang bersifat akut atau menahun ,
yang disebabkan oleh T.rubrum, T.mentagrophytes, atau E.Flocossum . Lesi berbatas tegas,
peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas
macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf).
Dermatitis meriupakan Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh endogen dan atau eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal . dengan penyebab eksogen , penyebab endogen , sebagiannya tidak diketahui
etiologinya yang pasti
24
Eritrama merupakan penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang
disebabkan corynebacterium minitussismum, ditandai dengan adanya lesi berupa eritema
dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipatan paha. Yang disebabkan bakteri
Corynebacterium minissusmum.
Ada beberapa cara untuk membantu menegakkan diagnosis kandidiasis kutis9
pemeriksaan kerokan KOH, sediaan dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku)
tambahkan dengan larutan KOH 10-30% atau pewamaan Gram. Dengan pemeriksaan
mikroskopis terlihat pada sediaan kulit dan kukubudding yeaast cells (2 spora seperti
angka 8) dengan atau tanpa pseudo hifa atau hifa. Pseudo hifa (gambaran seperti
untaian sosis) pada infeksi membrana mukosa adalah pathognomonis, sedangkan
pada kandidiasis kutis tidak selalu ada.
25
Dapat juga dilakukan pembiakan dengan tujuan untuk mengetahui
spesies jamur penyebab, dilakukan bila perlu. Pada kultur C. albicans
harus dibedakan dengan jenis kandida yanng lain, yang biasanya
jarang menjadi patogen. Seperti C. krusei, C. stellatoidea, C.
tropicalis, C. pseudotropicans, dan C. guilliermondii. Bahan sediaan
kerokan ditanam dalam agar Sabouroud dekstrose; untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dapat ditambahkan antibiotika (misalnya
khloramfenikol) ke dalam media tersebut. menunjukan hasil biakan
yang seperti krim, keabu-abuan, dan koloni basah dalam waktu 4 hari.
(8). Namun pada pasien ini perlu dilakukan karena dari anamnesis dan
status dermatologisnya dan pemeriksaan penunjang dengan KOH
sudah dapat menegakkan diagnosis pasien ini yaitu tinea corporis.
Pengobatan untuk jamur kulit ini bekerja dengan cara menghambat jamur
dengan mengganggu aktivitas sel jamur sehingga menjadi rusak. Ada dua macam
cara terapi jamur, yang bersifat fungistatik (melemahkan) yang diberikan antara 3 –
minggu dan yang bersifat fungisidal (mematikan) yang diberikan 1 – 2 minggu.6 Obat
jamur kulit diberikan pada pasien ini berupa krim yang dioleskan langsung pada
daerah yang terinfeksi jamur yaitu mikokonazole 2% yang dengan pemakaian 2 kali
sehari setelah mandi. Pada pasien ini diberkan suatu obat jamur secara sistemik
karena infeksi bersifat rekuren. Sebagai terapi suportif pasien harus jaga kebersihan
badan dengan mandi bersih. Sering mengganti pakaian bila berkeringat, jangan
memakai pakaian yang basah atau lembab. Jangan memakai peralatan bersama-sama,
untuk menghindari anggota keluarga terinfeksi. Untuk pasien dengan hiperhidrosis
dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang menyerap keringat. Diusahakan
agar tidak memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis. Pakaian dan
handuk agar sering diganti dan dicuci bersih.2,3,4
26
Pengobatan pada kandidiasis kutis dilakukan secara penanganan umum, yaitu dengan
cara mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi, mengobati infeksi
sekunder dengan kompre sol. Sodium chlorida 0,9% selama 3 hari dan antibiotika
yang tidak berspektrum luas (erytrhomycine, cotrimoxazole, lincomycine dan
clindamycine) selama 5-7 hari. Selain itu jugan dilakukan penanganan topikal;
mikonazole cream dan penaganan secara sistemik, indikasi : bila lesi luas, penderita
imunokompromais berat.Tablet oral yang dapat diberikan Tablet Ketokonazole (200
mg) 1 tablet selama 1-2 minggu, apsul Itraconazole (100 mg) 2 kapsul selama 7 hari.
(7)
Pasien juga dianjurkan kontrol seminggu kemudian untuk mengetahui respon
terhadap terapi dan mengevaluasi keluhan subyektif maupun tanda obyektif yang
masih ada.
Prognosis pasin ini baik. Penyakit ini dapat sembuh tetapi perlu adanya
edukasi bahwa penyakit ini dapat kambuh kembali jika imunitas penderita menurun,
higiene sanitasi yang jelek. Sehingga penderita diharuskan menjaga kesehatan dan
kebersihan kulitnya. Selain penting itu memberi edukasi kepada pasien tentang
adanya komplikasi yang mungkin timbul, diantaranya infeksi sekunder, dan lesi
hiperpigmentasi.
27
BAB 4
KESIMPULAN
Telah dilaporkan wanita, 37 tahun, datang ke poli kulit dan kelamin dengan
keluhan gatal pada lipatan paha kanan dan kiri, sejak 2 bulan yang lalu. Rasa gatal
dirasakan semakin bertambah hebat bila penderita berkeringat. Penderita juga
mengeluh tidak tahan terhadap gatal karena mengganggu aktifitas. Biasanya
penderita menggaruk daerah lipat paha untuk mengurangi rasa gatal sehingga
kulitnya menjadi kemerahan dan mengelupas. Penderita telah mencoba memberikan
salep BENASON dan bedak salisil, namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin
melebar. Penderita mengatakan sekitar 1 minggu yang lalu melakukan perjalanan ke
Tuban dengan menggunakan bis dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu penderita
mengaku mengenakan pakaian celana leging yang ketat. Penderita mengaku bahwa
sudah pernah mengenai penyakit ini sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio femoris anterior superior
didapatkan warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-
vesikel, terdapat erosi dan squama. Pada pemeriksaan Wood Lamp tidak didapatkan
perubahan warna, (-) negatif. Pemeriksaan KOH tidak didapatkan gambaran hifa
maupun spora, (-) negatif.
Diagnosis pasien ini adalah pasien mengalami penyakit kandidiasis kutis, dan
terapi yang diberikan adalah mikonazole cream 2% dan ketokonazole tab 200mg.
28
DAFTRA PUSTAKA
29
1. Kuswadji. Kandidosis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 106-109
2. Hay R J, Ashbee H R. Mycology. In:Rook’s Textbook of Dermatology. Vol II.
Blackwell Punlishing, UK: 2010. p 36.56-36.69
3. Harahap, Marwali . Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta. 2000. Hal 81
4. Abdullah, Benny. Dermatologi-Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah
Sakit. Airlangga University Press, Surabaya. 2009. Hal 108-112
5. Murtiastutik, Dwi (2000). Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin-edisi 2. Dep/SMF
FK Unair/RSUD Dr Soetomo.
6. Gupta Aditya K, Lynch Lindsay E. Fungal and Yeast Infection.
In:Dematology for Skin of Color. McGraw-Hill: UK. 2009. p. 429
7. Suyoso Sunarso, Ervianti Evy, Barakbah Jusuf. Kandidiasis Superfisialis.
Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin.
RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 72-77
8. William D James, Timothy G Berger, Dirk M Elston. Editors. Diseases
Resulting from Fungi and Yeast, In:Andrews’ Disease of the Skin: Clinical
Dermatology, Tenth Edition. Philadelphia: W.B Saunders Company. 2006. p
297-301
9. Janik Matthew P, Heffernan Michael P. Yeast Infections:Candidiasis and
Tinea (Pityriasis) Versicolor. In:Fitzpatrick Dermatology in General
Medicine. McGraw-Hill : USA. 2008. p 1822-1828
10. Budimulja,Unandar. Mikosis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 94
30
11. Sularsito Sri Adi, Djuanda Suria. Dermatitis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi VI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 129
12. Budimulja,Unandar. Eritrasma. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 334-335
13. Hutomo M Marsudi, Pohan Saut Sahat, Agusni Indropo. Dermatitis Atopik.
Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin.
RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 1-4
14. Pohan Saut Sahat, Hutomo M Marsudi, Sukanto Hari. Dermatitis Kontak.
Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin.
RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 5-8
15. Pohan Saut Sahat, Hutomo M Marsudi, Suyoso Sunarso. Dermatitis Seboroik.
Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin.
RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 11-14
16. Hay R J, Adriaans B M. Bacterial Infections. In:Rook’s Textbook of
Dermatology.Vol II. Blackwell Punlishing, UK: 2010. p 30.37-30.38
31