laporan kasus contoh
DESCRIPTION
laporan kasus kedokteranTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. TS
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Tempat, Tanggal lahir : Makalesung, 22 Agustus 1965
Status perkawinan : Sudah kawin
Pendidikan terakhir : Sekolah dasar
Pekerjaan : Petani
Suku/ Bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Kristen Pantekosta
Alamat sekarang : Makalesung, Jl. Strek belakang, Jaga 2
Tanggal MRS : 22 Juli 2014
Cara MRS : Diantar keluarga
Tanggal pemeriksaan : 25 Juli 2014
Tempat pemeriksaan : Bangsal Waraney RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh dari catatan medik, autoanamnesis dan aloanamnesis
pada tanggal 25 Juli 2014 di ruangan waraney RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang. Dengan
keluhan utama : pasien bercertita sendiri, tidak nyambung, dan sering pergi ke kebun
orang lain dan mengaku kebun sendiri.
1
Riwayat gangguan sekarang
Autoanamnesis :
Pasien sulit diajak berkomunikasi, lebih banyak diam, senyum-senyum sampai
tertawa sendiri dan hanya menganggukkan kepala ketika ditanya. Sehingga untuk
anamnesa lebih dalam dilakukan aloanamnesis.
Aloanamnesis:
Pasien pertama kali dirawat di RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang 20 tahun yang
lalu karena masalah kejiwaannya yang sama. Terakhir kali pasien dirawat di RS Prof. dr.
V. L. Ratumbuysang bulan april 2013, saat keluar RS bulan april pasien sudah
menunjukan tanda kesembuhan, namun pasien sering menolak minum obat di rumah.
Pasien kemudian bertingkah aneh kembali sekitar satu bulan lalu. Pasien sering
bertingkah aneh seperti bercertita sendiri, jika di ajak bercerita sering tidak nyambung,
lebih banyak diam, senyum-senyum sampai tertawa sendiri, sulit tidur, sering pergi ke
kebun orang lain dan mengaku bahwa kebun tersebut miliknya. Melihat keadaan ini,
keluarga pasien membawanya ke RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang untuk dirawat.
Faktor Stressor Psikososial :
Pasien merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara. Ia dekat dengan ayahnya dan
semua anggota keluarga juga perhatian bahkan melindungi dirinya dan yang paling dekat
adalah kakak laki-laki pasien. Sejak lahir pasien dibesarkan dalam keluarga yang
sederhana. Saat pasien mulai beranjak remaja, orang tuanya bercerai sehingga ia harus
ikut ibunya tinggal di pulau dan hidup berkekurangan. Ketika kelas 6 SD pasien sering
dikerjai di sekolahnya, dan pernah di pukul oleh teman sekelasnya, sehingga pasien tidak
mau lagi pergi ke sekolah. Saat masuk masa remaja, ibunya sibuk bekerja dan
menyerahkan tanggung jawab mengasuh pasien pada nenek pasien.
2
C. Riwayat gangguan sebelumnya.
1. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.
Menurut rekam medis sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di R.S. Prof.
V.L. Ratumbuysang sejak 20 tahun yang lalu, dengan keluhan bicara tidak masuk
akal, marah-marah, sulit tidur, dan sering jalan sendiri tanpa tujuan. Pasien
mengalami perbaikan saat diterapi di Rumah sakit tetapi saat di rumah pasien sering
menolak untuk minum obat sehingga gejalanya sering kambuh.
2. Riwayat gangguan medis.
Pasien masuk rumah sakit dalam keadaan sedikit lemah. Riwayat infeksi otak,
cedera kepala, malaria tidak pernah dialami pasien. Riwayat digigit binatang berbisa
juga tidak pernah.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif.
Pasien tidak pernah meminum obat selain yang diberikan dokter. Pasien
merokok dan meminum alkohol sejak muda hingga sekarang namun sudah mulai
berkurang 5 tahun terakhir.
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat prenatal dan perinatal.
Pasien lahir normal di rumah dibantu oleh biang kampung. Saat lahir langsung
menangis, dengan berat lahir 2900 gram. Pasien anak keempat dari enam bersaudara.
Ayah pasien sangat perhatian pada kehamilan ibu pasien sehingga sering mengikuti
kemauan dari ibu pasien selama hamil.
3
2. Riwayat masa kanak awal (usia 1 – 3 tahun)
Tidak terdapat penyakit psikiatrik pada kedua orang tua anak. Hubungan
pasien dengan keluarga baik. Perkembangan pasien sesuai usianya. Pada usia 2 tahun,
pasien sudah bisa mengucapkan kalimat-kalimat tapi kurang dapat dimengerti.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4 – 11 tahun)
Penderita tumbuh dan berkembang dengan normal. Di usia 6 tahun ibu
penderita mendaftarkannya di sekolah dasar. Pasien merupakan anak yang cukup
pintar di sekolahnya. Namun pasien sering dikerjai oleh teman-temannya dan pernah
dipukul oleh teman sekelasnya sehingga pasien takut untuk pergi ke sekolah. Di usia
11 tahun, pasien tamat di sekolah dasar tapi tidak melanjutkan ke SMP karena
masalah ekonomi keluarga.
4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Pada masa ini, pasien lebih banyak membantu kedua orangtuanya bekerja di
kebun sehingga waktu pasien untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya lebih
sedikit.
5. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
Pasien hanya bersekolah sampai bangku SD, karena keadaan ekonomi
yang kurang mampu untuk lanjut ke SMP.
b. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai petani.
c. Riwayat psikoseksual
Pasien anak yang tidak begitu banyak bergaul semasa mudanya,
sehingga tidak mempunyai pacar.
4
d. Riwayat perkawinan
Pasien menikah pada saat umur 24 tahun dengan wanita sekampung
dengannya.
e. Kehidupan beragama
Pasien seorang yang beragama Kristen Pantekosta , pergi gereja agak
jarang, hanya ketika ada waktu. Apalagi setelah pasien sakit, pasien hampir
tidak pernah pergi lagi ke gereja.
f. Aktifitas sosial
Hubungan pasien dengan tetangga sekitar rumahnya cukup baik,
walaupun tidak cukup dekat.
g. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah terlibat kasus pelanggaran hukum selama
hidupnya.
h. Situasi kehidupan sekarang
Pasien sekarang masih berada di ruang Waraney RS. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang. Istri, saudara, anak-anak dan cucunya secara bergantian
menjaga pasien di rumah sakit. Biaya hidup pasien di rumah sakit ditanggung
oleh keluarga pasien.
Pasien tinggal dirumahnya di Makalesung. Bentuk rumah sederhana,
rumah semi permanen 1 lantai. Terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu
sekaligus ruang makan dan wc. Perabotan rumah seadanya. Air yang dipakai
sehari-hari dari sumur.
5
WC Dapur KT
Ruang Tamu KT
i. Riwayat keluarga.
Orang tua pasien sudah meninggal. Pasien tinggal dengan istrinya di
Makalesung. Kedua anak lelakinya sudah menikah dan tinggal terpisah
bersama keluarganya masing-masing.
SILSILAH KELUARGA / GENOGRAM
j. Riwayat Penyakit dahulu
Tidak ada.
k. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
- Pasien ingin pulang ke rumahnya di Makalesung, untuk kembali pergi
berkebun.
I. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS
A. Deskripsi umum
1) Penampilan
Seorang laki-laki, penampilan sesuai dengan usia (usia 40an), kulit hitam manis,
penampilan tidak rapi menggunakan kaos agak robek-robek dan celana pendek
warna merah dan tidak memakai sandal, kuku tangan dan kuku kaki kurang
terawat, dan rambut pendek tidak disisir. Ekspresi wajah tidak baik.
6
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon saat diucapkan
salam, pasien sulit untuk diajak berkomunikasi, ketika ditanya pasien menjawab
spontan dan seringkali tidak masuk akal, kadang-kadang pasien tertawa sendiri
ketika ditanya. Pasien ketika berbicara sering menghadap ke bawah sambil
melipat-lipat bajunya. Pasien tidak menghindari kontak mata dan perhatian pasien
tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.
3) Sikap terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan. Namun jawabannya
seringkali tidak sesuai dengan pertanyaan.
B. Mood dan Afek
1) Mood : Eutimia
2) Afek : Tidak sesuai
C. Karakteristik bicara
Kualitas : Artikulasi jelas, volume pelan dan intonasi jelas. Pasien
merespon saat dipanggil namanya.
Kuantitas : Menjawab sering tidak sesuai pertanyaan.
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa.
D. Gangguan persepsi
Ada riwayat gangguan persepsi halusinasi auditorik berdasarkan rekam medik.
E. Pikiran
1) Arus pikiran : Inkoheren
2) Isi pikir : Waham (-)
F. Kesadaran dan fungsi kognitif
1) Tingkat kesadaran : compos mentis
7
Orientasi
- Orientasi waktu : Baik. Pasien dapat membedakan siang dan malam
- Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS
- Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang di sekitarnya
Daya konsentrasi : Cukup
Perhatian : Pada saat wawancara pasien mampu memusatkan
perhatian dan tidak mudah teralih.
2) Daya ingat :
- Jangka panjang : Terganggu. Pasien tidak dapat mengingat sudah
beberapa kali masuk rumah sakit jiwa
- Jangka pendek : Terganggu. Pada saat pemeriksaan pasien tidak bisa
mengingat nama pemeriksa.
- Segera : Terganggu. Pasien tidak dapat mengulang 6 huruf yang
diucapkan oleh pemeriksa.
3) Kemampuan baca dan tulis
Cukup. Pasien dapat menulis namanya dan mampu membaca buku yang ada di
depan pasien namun agak tertatih tatih.
4) Daya nilai
Daya nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Terganggu
5) Kemampuan menolong diri sendiri
Kurang. Pasien makan harus disuapi dan juga jarang mandi.
6) Tilikan
Derajat IV (tidak menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan)
8
7) Taraf dapat dipercaya
Beberapa hal dapat dipercaya, tetapi beberapa hal masih perlu konfirmasi dengan
keluarga pasien.
II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status internus
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : T : 110/70 mmHg, N :82 /m, R : 22x/m, S : 36,5ºC
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Thoraks : Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik (+) normal, Hepar/Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Edema (-), turgor kembali cepat, akral hangat
B. Status Neurologikus
GCS : E4M6V5
TRM : Tidak ada
Mata : Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+
Pemeriksaan Nervus Kranialis :
a. Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
b. Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi
c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens
(N.VI)
9
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan
bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke
kanan).
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab beberapa
pertanyaan tidak mengalami penurunan pendengaran. Saat berjalan pasien
terlihat stabil dan tidak terjatuh dengan langkah kecil-kecil.
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi.
h. Nervus Vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi.
i. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan
kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus
Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
j. Nervus Hipoglosus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi
Ekstrapiramidal sindrom : tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal
C. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin : tidak di evaluasi
10
III. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis, aloanamnesis dan beberapa
data diperoleh dari rekam medik) didapatkan pasien laki-laki berumur 48 tahun,
pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai petani, agama Kristen Pantekosta, alamat
tempat tinggal di Makalesung, Jl. Strek belakang, Jaga 2. Pasien datang dengan
keluhan bercertita sendiri, jika di ajak bercerita sering tidak nyambung, lebih banyak
diam, senyum-senyum dan tertawa sendiri, jarang tidur, sering pergi ke kebun orang
lain dan mengaku kebun sendiri. Riwayat penyakit sebelumnya, berdasarkan
keterangan pasien dan data yang ada, pasien pertama kali dirawat di R.S. Prof. V.L.
Ratumbuysang sekitar 20 tahun yang lalu. Dengan keluhan bicara tidak masuk akal,
marah-marah, sulit dan tidur. Pasien mengalami perbaikan saat diterapi di Rumah
sakit tetapi saat di rumah pasien menolak untuk minum obat. Sehingga sering keluar
masuk rumah sakit.
Pada pemeriksaan status mental pasien berpenampilan sesuai dengan usianya,
berpakaian tidak rapi. Selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan bersikap
cukup kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan, walaupun sering tidak
nyambung dengan artikulasi jelas, volume yang berubah-ubah dan intonasi jelas, serta
dapat melakukan kontak mata dengan pemeriksa.
Pada wawancara didapatkan suasana mood eutimia dan afek tidak sesuai.
Ditemukan adanya riwayat halusinasi auditorik. Arus pikiran ditemukan inkoheren.
Isi pikir tidak ditemukan adanya waham, tetapi gejala yang dialami saat ini sudah
lebih berat daripada sebelumnya. Penilaian realitas terganggu. Tingkat tilikan derajat
IV yakni pasien tidak menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang berhubungan.
11
IV. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Hebefrenik
Aksis II : Tidak ada gangguan kepribadian (mengarah ke ciri kepribadian paranoid)
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah perceraian kedua orang tua dan trauma sosial sejak kecil
Aksis V : GAF Scale current 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. GAF HLPY Scale current 80-
71, gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan dan sekolah, dll.
V. PROBLEM
A. Organobiologi : Tidak terdapat gangguan organobiologi
B. Psikologi : Halusinasi auditorik
C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Interaksi dengan keluarga, teman, dan kerabat
sekitar menjadi terganggu. Berkurangnya
pendapatan karena keterbatasan pekerjaan yang
dapat dilakukan.
VI. PERENCANAAN TERAPI
A. Psikofarmaka
1) Risperidon 2 mg 2 x 1 tablet / hari
2) THP ( Trihexyphenidyl) 2 mg 2 x 1 tablet / hari
12
B. Psikoterapi dan intervensi psikososial
Terhadap pasien :
1) Memberikan edukasi dan support terhadap pasien agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul,
serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
2) Memberikan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan rasa percaya diri,
perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
3) Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak
merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak
kendur.
Terhadap keluarga
1) Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam
pengawasan keluarga.
2) Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit.
3) Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh terhadap pasien
dan mengawasi pasien dalam minum obat
4) Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga
mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa memberikan
dukungan selama masa pengobatan.
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad funsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
13
VIII. DISKUSI
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis
ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan Skizofrenia Hebefrenik, yaitu selama
rawat jalan di rumah pasien tidak mau minum obat, bercertita sendiri, jika di ajak bercerita
sering tidak nyambung, lebih banyak diam, senyum-senyum sendiri, jarang tidur, sering
pergi ke kebun orang lain dan mengaku kebun sendiri, pasien sudah pernah sakit seperti
ini di masa lampau dan dirawat di RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.
Untuk menentukan diagnosis dari skizofrenia hebefrenik, DSM IV dapat
digunakan sebagai pedoman. Menurut DSM IV pedoman diagnostik untuk Skizofrenia
hebefrenik (F20.5) kriteria diagnostik skizofrenia hebefrenik.1
A. Ciri utama skizofrenia tipe hebefrenik adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau,
dan afek yang datar atau tidak sesuai. Pembicaraan yang kacau dapat disertai
kekonyolan dan tertawa yang tidak erat berkaitan dengan isi pembicaraan.
B. Disorganisasi tingkah laku, misalnya; kurangnya orientasi pada tujuan dapat
membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktifitas hidup sehari-hari.
C. Tidak memenuhi kriteria untuk tipe katatonik
Pada skizofrenia hebefrenik terdapat adanya gangguan persepsi, isi pikiran, perilaku
dan adanya hendanya dalam bidang sosial sehingga pasien membutuhkan farmakoterapi,
psikoterapi, dan sosioterapi.2,3
Pada pasien ini diberikan Risperidon 2 mg 2 x 1 tablet / hari, THP (Trihexyphenidyl)
2 mg 2x1tablet / hari, Dalam kasus ini pada pasien diberikan Risperidon 2 mg 2x1 /hari
sebagai obat antipsikotik generasi kedua yang direkomendasikan untuk pasien skizofrenia
baik itu yang rawat jalan maupun rawat. Risperidon juga mempunyai efek dengan
persentase terkecil pada kejadian nocturnal enuresis dibandingkan antipsikotik generasi
kedua lainnya.
14
Selain itu juga, diberikan obat trihexyphenidyl 2 mg 2 x 1/hari yaitu golongan obat
anti parkinson. Trihexyphenidyl juga digunakan untuk mengurangi gelisah yang dapat
disebabkan oleh beberapa obat penenang. Selain itu juga edukasi terhadap pasien dan
keluarga perlu di berikan. Untuk pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan,
efek samping yang dapat muncul, kemudian yang penting juga ialah meningkatkan
kesadaran dalam kepatuhan dan keteraturan minum obat.4
Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa
penyampaian informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien
serta pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien
untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan
secara dini. Peran keluarga dekat dalam kasus ini sangat penting, terutama dalam hal
motivasi dan perhatian, sehingga pasien merasa nyaman bila nanti kembali tinggal dalam
keluarganya.
15
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di ruang bangsal waraney RS.Prof.dr.V.L.Ratumbuysang pada
tanggal 25 juli 2014. Keterangan : A : Pemeriksa , B : Pasien, C : Kakak Pasien.
A : Selamat sore pak
B : Selamat sore dok
A : Perkenalkan kita dokter muda nugraha. Boleh mo tau bapak pe nama sapa?
B : Oh kita pe nama tinus
A : Pak tinus kita mo ba tanya-tanya sadiki ne ?
B : Boleh dok
A : Pak tinus skarang so umur berapa dank?
B : 46 sto dok, sama dengan rossi pe nomor
C : 48 tahun depe umur dok
A : ow, tempat tanggal lahir dimana?
B : di makalesung, mar so lupa depe tanggal
C : 22 agustus 1965 dok dp tanggal lahir
A: bapak agama apa dank?
B: kristen dok mar tpe papa islam
A: kong rajin maso gereja jo ?
B: nyanda jga maso gereja dok, karna nda ada waktu no
A : Pak tinus ada berapa basudara?
B : banyak
C : 6 basudara torang, ini tinus anak ke 4
A : Pa tinus terakhir sekolah apa dank?
B : Cuma jaga pigi sekolah minggu dok
C : Cuma sampe SD dia dok
16
A : Tinggal dimana pa tinus?
C : Di Makalesung, Jl. Strek belakang, Jaga 2
A : Karena apa dang kong maso disini?
C : tinus so jaga ba cerita sendiri kwa dok, kong kalo mo pangge bacarita so nda jaga baku
maso, dia le so nda jaga ta tidor, kong sering ba jalan pa orang pe kebun kpng dia somo
bilang dia punya kata itu kebun.
A : mmm, so mulai dari kapan dank pa tinus mulai jadi bagini ?
C : so beberapa tahun terakhir dok
A : kong so pernah berobat sebelumnya ?
C : sudah dok, ada berobat disini le no mar so lama sekali
A : bapa pernah dengar ad suara-suara jaga ba bise pa bapak
B : ada dok, kadang-kadang
A : kong bapak pe papa dgn mama masih hidup
C : So meninggal kasiang dok
A : Mana bapak pe istri dengn anak-anak dank?
B : da ba jual ikan di pasar dengan mancari tu anak-anak
A : masih tinggal dengan anak-anak?
C : nda, dorang so pindah pas so kaweng
A : Bapak ada sakit-sakit apa dank dulu, selain ini sakit ini?
B : nda ada dok.
A : ini hari apa pak ?
B : hari kamis
A : tanggal ?
B : tanggal 25 juli
A : ini sekarang dimana dank
17
B : rumah kesehatan no dok
A: bapak jaga ba rokok dgn ba minum ?
B: ba rokok ada ba minum ada mar somo berenti
A: kegiatan bapak dri pagi smpe malam dsni ba apa ?
B: bermain, manyanyi
A: ini apa dpe nama cba bapak baca ?
B: DI-AG-NO-SIS
A: bapak plh jokowo ato prabowo ?
B: jokowidodo no
A: berarti bapak tahu lagu indonesia raya ?
B: tahu no
A: coba bapa manyanyi dang
B: ‘menyanyi indonesia raya’
A : bapak klo trng m bale ulang m ba batanya msh boleh to ?
B : boleh no dok
A: msih m kenal to kalo trng m datang ?
B: masih no dok
A: sapa tape nama dang ?
B: itu dang ada ta tulis di papan nama, Nugraha
A : oh io dang makase banyak ne pak bapak istirahat jo dlu ne
B : oke dok sama-sama
18
REFERENSI
1. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (4th ed). Washington, DC
2. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.
3. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Fakultas Kedokteran Indonesia
Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri
4. Dr. Rusdi Maslim, SpKJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Atma Jaya. Jakarta. 2007
19