laporan kasus bblr mega
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
1/18
RESPONSI
BBLR(BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
OLEH
Dwi Putri Saraswati
H1A006010
Pembimbing
dr. Artsini Manfaati sp.A
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK
DI SMF ANAK RSU MATARAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2012
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
2/18
I. Identitas Pasien
Nama : Bayi S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 3 hari
BBL : 1800 gram
A S : 6-8
Tanggal Lahir : 6 Januari 2012 pukul 22.50 WITA
No. MR : 266604
Ibu Ayah
Nama Ny Suriati Tn Subhan Nur
Umur 30 th 40 th
Pendidikan/Berapa tahun SMA SMA
Pekerjaan PNS PNS
II. Keluhan Utama :
Berat badan lahir rendah
III. Riwayat Penyakit Sekarang :
Bayi lahir di ruang bersalin RSUP NTB, dilahirkan manual aid dengan indikasi
kala II dengan Letsu + Septum Vagina dengan A-S 6-8. Bayi masuk NICU dengan tangis
merintih, napas sesak, tampak retraksi dinding dada ringan, tidak terlihat biru pada bibir
& ekstremitas serta suhu tubuh di bawah normal.
IV. Riwayat Kehamilan Ibu :
Ibu os mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Ibu os tahu kehamilannya
saat sudah berumur 2 bulan. Ibu os biasa ANC di polindes yang diperiksa oleh bidan.
HPHT lupa. Selama hamil, ibu os sering sakit sakit (panas, batuk, pilek) namun tidak
pernah di obati.
V. Riwayat Persalinan :
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
3/18
Bayi lahir manual aid dengan indikasi letak sungsang + septum vagina, BBL 1800
gram. Apgar skor 6 8. tangis merintih (+), sianosis (-).
VI. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : waspada
Ballard score : 37 minggu
Score Down :
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
4/18
5. Leher
Rooting refleks (+), hematome pada m. SCM (-), pembesaran kel. Tiroid (-), leher
pendek (-).
6. Muka
o Mata : katarak kongenital (-), SCB (-), conjunctivitis (-).
o Hidung : atresia choana (-/-), napas cuping hidung (-/-), rhinore (-/-)
o Mulut : palatoschizis (-), frenulum pendek (-), makroglossia (-).
o Telinga :low set ears (-/-)
7. Thoraks
Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) subcostal.
Palpasi : gerakan diding dada simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan dinding dada
(+/+) subcostal, sianosis (-).
8. Jantung
S1S2 tunggal regular, mur mur (-), gallop (-).
9. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)
Auskultasi : bising usus Normal
Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen
10. umbilicus
Tampak basah dan mulai mongering, warna kuning kehijauan (-), edema (-),
kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
11. Genitalia
Normal. Hipospadia (-), epispadia (-), hidrokel (-), rugae testis (+) halus.
12. Anus dan rektum
Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
5/18
13. Ekstremitas
Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-)
14. Tulang belakang, pinggul dan system syaraf
Dalam batas normal
VIII. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap 22 Februari 2010:
Hemoglobin : 14.5 gr%
Leukosit : 25.500/mm3
Trombosit : 279.000/mm3
Hematokrit : 45.6 %
GDS : 112 mg%
IX. Diagnosis Kerja
BBLR dengan kehamilan aterm + Dismaturitas + KMK
X. Rencana Terapi
IVFD D10% 5 tts/menit (mikro)
Cefotaxim inj 2 x 100 mg
Gentamicin inj 1 x 10 mg
Puasa 24 jam.
FOLLOW UP
Hari/ tgl S O A P
I
7/01/2012 Aktifitas (+)
Menangis (+)kuat.
Respon (+).
RR: 45 x/m
N: 136 x/m T : 36.6
SpO2: 97%
(tanpa O2)
Retraksi (+)
subcostal.
Sianosis (-)
BBLR +
KMK. D10% 5 tts/m
Cefo 2x100 mg. Gentamycine
1x10 mg.
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
6/18
BB: 1760 g
II
8/01/2012 Aktifitas (+)
sedikit.
Menangis (+)
kuat. Respon (+).
RR: 48 x/m
N: 136 x/mT : 36.7
SpO2: 96%Retraksi (-).BB: 1740 g
BBLR +
KMK. D10% 8 tts/m
Cefo 2x100 mg.
Gentamycine
1x10 mg.
PASI 10 cc
III
9/01/2012 Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis
(+).
RR: 42 x/m.
N: 143 x/m.Retraksi (-)
BB: 1760 g.
BBLR +
KMK. D10% 5 tts/m
Cefo 2x100 mg.
Gentamycine
1x10 mg.
ASI
IV
10/01/2012
Minum
ASI/PASI(+)
Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis
(+).
RR: 50 x/m.
N: 137 x/m.T: 36.5
BB: 1800 g.
D10% 5 tts/m
Cefo 2x100 mg.
Gentamycine
1x10 mg.
ASI
BPL
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
7/18
DISKUSI
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
1 (satu) jam setelah lahir.
Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang
baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari
bayinya sendiri.
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
8/18
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka
BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia
d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,
ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun.
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
o Hipotermia
o Hipoglikemia
o Gangguan cairan dan elektrolit
o Hiperbilirubinemia
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
9/18
o Sindroma gawat nafas
o Paten duktus arteriosus
o Infeksi
o Perdarahan intraventrikuler
o Apnea of Prematurity
o Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
o Gangguan perkembangan
o Gangguan pertumbuhan
o Gangguan penglihatan (Retinopati)
o Gangguan pendengaran
o Penyakit paru kronis
o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1). Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid terakir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Kenaikan berat badan selama hamil
o Aktivitas
o Penyakit yang diderita selama hamil
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
10/18
o Obat-obatan yang diminum selama hamil
2). Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
o Berat badan
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
11/18
o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)
2Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 2500 gram
Bayi Sehato Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
12/18
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda
siap untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).
Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi
menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan
keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi Sehat
o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakito Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
13/18
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
o Beri ASI peras melalui pipa lambung
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
14/18
o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
o Ukur suhu tubuh dengan berkala
o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
o Jaga dan pantau patensi jalan nafas
o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
15/18
b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
16/18
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Tanda kecukupan pemberian ASI:
o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.
o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes
dari payudara yg lain.
Indikasi bayi BBLR pulang:o Suhu bayi stabil.
o Toleransi minum oral baik terutama ASI.
o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.
Cara menghangatkan bayi
Cara Petunjuk penggunaan
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
17/18
Kontak kulit Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara laintidak mungkin dilakukan.
KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan
-
7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega
18/18
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak,
edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya
Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta
Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
RSUP Sanglah, Denpasar.
Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.