laporan kasus bblr mega

Upload: megaayu

Post on 03-Apr-2018

598 views

Category:

Documents


97 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    1/18

    RESPONSI

    BBLR(BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

    OLEH

    Dwi Putri Saraswati

    H1A006010

    Pembimbing

    dr. Artsini Manfaati sp.A

    DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK

    DI SMF ANAK RSU MATARAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

    2012

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    2/18

    I. Identitas Pasien

    Nama : Bayi S

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Umur : 3 hari

    BBL : 1800 gram

    A S : 6-8

    Tanggal Lahir : 6 Januari 2012 pukul 22.50 WITA

    No. MR : 266604

    Ibu Ayah

    Nama Ny Suriati Tn Subhan Nur

    Umur 30 th 40 th

    Pendidikan/Berapa tahun SMA SMA

    Pekerjaan PNS PNS

    II. Keluhan Utama :

    Berat badan lahir rendah

    III. Riwayat Penyakit Sekarang :

    Bayi lahir di ruang bersalin RSUP NTB, dilahirkan manual aid dengan indikasi

    kala II dengan Letsu + Septum Vagina dengan A-S 6-8. Bayi masuk NICU dengan tangis

    merintih, napas sesak, tampak retraksi dinding dada ringan, tidak terlihat biru pada bibir

    & ekstremitas serta suhu tubuh di bawah normal.

    IV. Riwayat Kehamilan Ibu :

    Ibu os mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Ibu os tahu kehamilannya

    saat sudah berumur 2 bulan. Ibu os biasa ANC di polindes yang diperiksa oleh bidan.

    HPHT lupa. Selama hamil, ibu os sering sakit sakit (panas, batuk, pilek) namun tidak

    pernah di obati.

    V. Riwayat Persalinan :

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    3/18

    Bayi lahir manual aid dengan indikasi letak sungsang + septum vagina, BBL 1800

    gram. Apgar skor 6 8. tangis merintih (+), sianosis (-).

    VI. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : sedang

    Kesadaran : waspada

    Ballard score : 37 minggu

    Score Down :

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    4/18

    5. Leher

    Rooting refleks (+), hematome pada m. SCM (-), pembesaran kel. Tiroid (-), leher

    pendek (-).

    6. Muka

    o Mata : katarak kongenital (-), SCB (-), conjunctivitis (-).

    o Hidung : atresia choana (-/-), napas cuping hidung (-/-), rhinore (-/-)

    o Mulut : palatoschizis (-), frenulum pendek (-), makroglossia (-).

    o Telinga :low set ears (-/-)

    7. Thoraks

    Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) subcostal.

    Palpasi : gerakan diding dada simetris

    Perkusi : sonor dikedua lapang paru

    Auskultasi : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

    Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan dinding dada

    (+/+) subcostal, sianosis (-).

    8. Jantung

    S1S2 tunggal regular, mur mur (-), gallop (-).

    9. Abdomen

    Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)

    Auskultasi : bising usus Normal

    Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.

    Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen

    10. umbilicus

    Tampak basah dan mulai mongering, warna kuning kehijauan (-), edema (-),

    kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.

    11. Genitalia

    Normal. Hipospadia (-), epispadia (-), hidrokel (-), rugae testis (+) halus.

    12. Anus dan rektum

    Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    5/18

    13. Ekstremitas

    Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-)

    14. Tulang belakang, pinggul dan system syaraf

    Dalam batas normal

    VIII. Pemeriksaan Penunjang

    Darah Lengkap 22 Februari 2010:

    Hemoglobin : 14.5 gr%

    Leukosit : 25.500/mm3

    Trombosit : 279.000/mm3

    Hematokrit : 45.6 %

    GDS : 112 mg%

    IX. Diagnosis Kerja

    BBLR dengan kehamilan aterm + Dismaturitas + KMK

    X. Rencana Terapi

    IVFD D10% 5 tts/menit (mikro)

    Cefotaxim inj 2 x 100 mg

    Gentamicin inj 1 x 10 mg

    Puasa 24 jam.

    FOLLOW UP

    Hari/ tgl S O A P

    I

    7/01/2012 Aktifitas (+)

    Menangis (+)kuat.

    Respon (+).

    RR: 45 x/m

    N: 136 x/m T : 36.6

    SpO2: 97%

    (tanpa O2)

    Retraksi (+)

    subcostal.

    Sianosis (-)

    BBLR +

    KMK. D10% 5 tts/m

    Cefo 2x100 mg. Gentamycine

    1x10 mg.

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    6/18

    BB: 1760 g

    II

    8/01/2012 Aktifitas (+)

    sedikit.

    Menangis (+)

    kuat. Respon (+).

    RR: 48 x/m

    N: 136 x/mT : 36.7

    SpO2: 96%Retraksi (-).BB: 1740 g

    BBLR +

    KMK. D10% 8 tts/m

    Cefo 2x100 mg.

    Gentamycine

    1x10 mg.

    PASI 10 cc

    III

    9/01/2012 Aktifitas (+).

    Respon (+).

    Menangis

    (+).

    RR: 42 x/m.

    N: 143 x/m.Retraksi (-)

    BB: 1760 g.

    BBLR +

    KMK. D10% 5 tts/m

    Cefo 2x100 mg.

    Gentamycine

    1x10 mg.

    ASI

    IV

    10/01/2012

    Minum

    ASI/PASI(+)

    Aktifitas (+).

    Respon (+).

    Menangis

    (+).

    RR: 50 x/m.

    N: 137 x/m.T: 36.5

    BB: 1800 g.

    D10% 5 tts/m

    Cefo 2x100 mg.

    Gentamycine

    1x10 mg.

    ASI

    BPL

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    7/18

    DISKUSI

    BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

    Definisi

    Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

    gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam

    1 (satu) jam setelah lahir.

    Klasifikasi

    BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

    a. Prematuritas murni

    Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

    berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan

    sesuai untuk masa kehamilan.

    Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang

    matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

    b. Dismaturitas

    Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

    masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan

    merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

    Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang

    baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari

    bayinya sendiri.

    Epidemiologi

    Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

    kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

    berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian

    BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

    dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor

    utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    8/18

    serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka

    kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu

    berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR

    dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka

    BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada

    sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

    Etiologi

    Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang

    lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,

    kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR

    (1) Faktor ibu

    a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

    b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti

    perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

    c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang

    dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia

    d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,

    ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.

    (2) Faktor Janin

    Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

    (3) Faktor Lingkungan

    Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-

    ekonomi dan paparan zat-zat racun.

    Komplikasi

    Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

    o Hipotermia

    o Hipoglikemia

    o Gangguan cairan dan elektrolit

    o Hiperbilirubinemia

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    9/18

    o Sindroma gawat nafas

    o Paten duktus arteriosus

    o Infeksi

    o Perdarahan intraventrikuler

    o Apnea of Prematurity

    o Anemia

    Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir

    rendah (BBLR) antara lain :

    o Gangguan perkembangan

    o Gangguan pertumbuhan

    o Gangguan penglihatan (Retinopati)

    o Gangguan pendengaran

    o Penyakit paru kronis

    o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

    o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

    Diagnosis

    Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka

    waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan penunjang.

    1). Anamnesis

    Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari

    etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:

    o Umur ibu

    o Riwayat hari pertama haid terakir

    o Riwayat persalinan sebelumnya

    o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

    o Kenaikan berat badan selama hamil

    o Aktivitas

    o Penyakit yang diderita selama hamil

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    10/18

    o Obat-obatan yang diminum selama hamil

    2). Pemeriksaan Fisik

    Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

    o Berat badan

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    11/18

    o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10

    hari, dan umur 4-6 minggu)

    2Diatetik

    Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

    menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan

    pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan

    memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap

    sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil

    yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :

    o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan

    cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi

    menghisap paling kurang sehari sekali.

    o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari

    selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

    Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

    keadaan bayi adalah sebagai berikut :

    a. Berat lahir 1750 2500 gram

    Bayi Sehato Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih

    mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering

    (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.

    o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

    menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

    menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

    Bayi Sakit

    o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan

    minum seperti pada bayi sehat.

    o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

    Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    12/18

    Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

    Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda

    siap untuk menyusu.

    Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan

    nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

    Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

    Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).

    Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih

    tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi

    menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan

    keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

    b. Berat lahir 1500-1749 gram

    Bayi Sehat

    o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak

    dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke

    dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.

    Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat

    menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun

    ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

    o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

    mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

    ASI setiap kali minum.

    o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

    coba untuk menyusui langsung.

    Bayi Sakito Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

    o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah

    cairan IV secara perlahan.

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    13/18

    o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah

    mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

    ASI setiap kali minum.

    o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi

    bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

    o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

    coba untuk menyusui langsung.

    c. Berat lahir 1250-1499 gram

    Bayi Sehat

    o Beri ASI peras melalui pipa lambung

    o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

    mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

    tambahan ASI setiap kali minum

    o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

    o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

    untuk menyusui langsung.

    Bayi Sakit

    o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

    o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah

    cairan intravena secara perlahan.

    o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah

    mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

    tambahan ASI setiap kali minum

    o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

    o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

    coba untuk menyusui langsung.

    d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)

    o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

    o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

    cairan intravena secara perlahan.

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    14/18

    o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

    mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

    tambahan ASI setiap kali minum

    o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

    o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

    untuk menyusui langsung.

    Suportif

    Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

    o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,

    seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau

    ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

    o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

    o Ukur suhu tubuh dengan berkala

    o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

    o Jaga dan pantau patensi jalan nafas

    o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

    o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

    gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

    o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

    o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

    berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

    Pemantauan (Monitoring)

    1). Pemantauan saat dirawat

    a. Terapi

    o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

    o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    15/18

    b. Tumbuh kembang

    o Pantau berat badan bayi secara periodik

    o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%

    untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat

    lahir

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    16/18

    Pencegahan

    Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah

    yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :

    o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama

    kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga

    berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus

    cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang

    lebih mampu

    o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

    rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

    kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung

    dengan baik

    o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi

    sehat (20-34 tahun)

    o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

    pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan

    akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

    Tanda kecukupan pemberian ASI:

    o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.

    o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.

    o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.

    o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes

    dari payudara yg lain.

    Indikasi bayi BBLR pulang:o Suhu bayi stabil.

    o Toleransi minum oral baik terutama ASI.

    o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

    Cara menghangatkan bayi

    Cara Petunjuk penggunaan

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    17/18

    Kontak kulit Untuk semua bayi

    Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau

    menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara laintidak mungkin dilakukan.

    KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan

  • 7/28/2019 Laporan Kasus BBLR Mega

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak,

    edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya

    Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak

    Indonesia. Jakarta

    Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.

    RSUP Sanglah, Denpasar.

    Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.

    Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.