laporan kasus

39
LAPORAN KASUS ALERGI SUSU SAPI Oleh : Eko Nur Febrianto 2010730031 Pembimbing : Dr. Aswitha D.Boediarso, Sp.A (K)

Upload: randey92

Post on 22-Dec-2015

189 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Pediatri

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus

LAPORAN KASUSALERGI SUSU SAPI

Oleh : Eko Nur Febrianto2010730031

Pembimbing : Dr. Aswitha D.Boediarso, Sp.A (K)

Page 2: Laporan Kasus

IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : An. NA Usia : 1 tahun 8 Bulan Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Kelapa-Jakarta Utara Masuk Rumah Sakit : 21 September 2014 No Kamar/Bangsal : Kamar Melati No 6

Page 3: Laporan Kasus

ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)

Keluhan Utama :BAB mencret sejak 2 hari yang lalu

Keluhan Tambahan :Mual, Muntah, Demam, Pilek

Page 4: Laporan Kasus

Riwayat Penyakir Sekarang Pasien mengeluhkan BAB Mencret sejak 2 hari SMRS

setelah minum susu kemasan merk UM.Sebelumnya,Pasien hanya diberikan ASI dan makanan pendamping. Konsistensi BAB cair dengan frekuensi ±8 kali,BAB tidak ada darah, tidak ada lendir.Keluhan disertai adanya bercak-bercak merah di pipinya.Selain itu pasien mengeluhkan mual dan muntah-muntah >3 kali.

1 hari SMRS Pasien masih mencret ± 8 kali disertai muntah 2 x, disertai demam, tidak ada darah, tidak ada lendir. BAK tidak ada keluhan, warna urin kuning pekat dan tidak terlalu banyak.Pasien rewel dan terlihat lemas.Makan kurang dan minum banyak seperti kehausan.Akhirnya pasien dibawa ke UGD RSIJ Cemput untuk dirawat.

Page 5: Laporan Kasus

2 hari SMRS

•Mencret 5 x sehari•BAB tidak ada lendir dan darah•Muntah 3 x•Mual•Bercak merah di pipi

Perjalanan Penyakit

1 hari SMRS

•Mencret 8x sehari•BAB tidak ada lendir dan darah•Muntah 3x•Mual•Bercak merah dipipi•demam

1 hari SMRS

•Mencret 8x sehari•BAB tidak ada lendir dan darah•Muntah 3x•Mual•Bercak merah dipipi•Demam•Pilek

Page 6: Laporan Kasus
Page 7: Laporan Kasus

Aloanamnesis

Page 8: Laporan Kasus

Aloanamnesis

Riwayat imunisasi Menurut ibu Os imunisasi dasar lengkap

Riwayat tumbuh kembang Tengkurap usia 4 bulan Duduk usia 8 bulan Berjalan usia 12 bulan Berbicara usia 17 bulan Kesan Tumbuh Kembang sesuai usia

Page 9: Laporan Kasus

Pemeriksaan Fisik

Page 10: Laporan Kasus

Pemeriksaan Fisik

Page 11: Laporan Kasus

Pemeriksaan Fisik

STATUS GENERALIS : Kepala:

Bentuk : Normocephal Lingkar kepala : 48 cm Ubun-ubun belum menutup

Mata : cekung (-/-) konjungtiva anemis (-/-); skelera ikterik (-/-)

Hidung : sekret (+/+); epistaksis (-/-)

Page 12: Laporan Kasus

Pemeriksaan Fisik

Page 13: Laporan Kasus

Pemeriksaan Fisik

Page 14: Laporan Kasus

Pemeriksaan Fisik

Ekstremitas :Atas : akral

hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)

bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)

Page 15: Laporan Kasus

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis 21-sep-2014 Nilai normal

Hb 13,2 12,8-16,8 g/dl

Leukosit 12,5 4,5-13 rb

Trombosit 315 154-442 rb

Hematokrit 35 35-47 %

NaK

1353

Page 16: Laporan Kasus

RESUME An. perempuan, 1 tahun 8 bulan, datang ke rumah sakit

dengan mengeluhkan BAB Mencret sejak 2 hari SMRS setelah susu kemasan merk UM.Sebelumnya,Pasien hanya diberikan ASI dan makanan pendamping. Konsistensi BAB cair dengan frekuensi ± 8 kali,BAB tidak ada darah, tidak ada lender.Keluhan disertai adanya bercak-bercak merah di pipinya.Selain itu pasien mengeluhkan mual dan muntah-muntah >3 kali. 1 hari SMRS Pasien masih mencret ± 8 kali disertai muntah 2 x, disertai demam, tidak ada darah, tidak ada lendir. BAK tidak ada keluhan, warna urin kuning pekat dan tidak terlalu banyak.Pasien rewel dan terlihat lemas.Makan kurang dan minum banyak seperti kehausan.Akhirnya pasien dibawa ke UGD RSIJ Cemput untuk dirawat. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan suhu 37,6◦C, nadi 120 x/menit, nafas 28x/menit.

Page 17: Laporan Kasus

Asessment : Diare Vomitus & Nausea Febris Diagnosa Kerja : Diare Akut e.c

Alergi susu sapi

Page 18: Laporan Kasus

TERAPI

Terapi cairan RL Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali Probiotik 1x1 Zinc 2x1 Domperamide 3x0,4 cc Micoxol drop 3x10 tts Rhinos 3x0,5 Cortimoxasol 2x1

Page 19: Laporan Kasus

FOLLOW UP

Page 20: Laporan Kasus

TINJAUAN PUSTAKA

Page 21: Laporan Kasus

Definisi Alergi susu sapi (ASS) adalah suatu reaksi

yang tidak diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. Alergi susu sapi biasanya dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang diperantarai oleh IgE, walaupun demikian ASS dapat diakibatkan oleh reaksi imunologis yang tidak diperantarai oleh IgE ataupun proses gabungan antara keduanya.

Page 22: Laporan Kasus

Epidemilogi Prevalens alergi susu sapi sekitar 2-7,5% dan

reaksi alergi terhadap susu sapi masih mungkin terjadi pada 0,5% pada bayi yang mendapat ASI eksklusif. Sebagian besar reaksi alergi susu sapi diperantarai oleh IgE dengan prevalens 1.5%, sedangkan sisanya adalah tipe non-IgE. Gejala yang timbul sebagian besar adalah gejala klinis yang ringan sampai sedang, hanya sedikit (0.1-1%) yang bermanifestasi klinis berat.

Page 23: Laporan Kasus

Klasifikasi IgE mediated, yaitu:

Alergi susu sapi yang diperantarai oleh IgE. Gejala klinis timbul dalam waktu 30 menit sampai 1 jam (sangat jarang > 2 jam) mengkonsumsi protein susu sapi.

Manifestasi klinis: urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis atopik, muntah, nyeri perut, diare, rinokonjungtivitis, bronkospasme, dan anafilaksis.

Non-IgE mediated, yaitu: Alergi susu sapi yang tidak diperantarai oleh IgE, tetapi diperantarai oleh IgG dan IgM. Gejala klinis timbul lebih lambat (1-3 jam) setelah mengkonsumsi protein susu sapi.

Manifestasi klinis: allergic eosinophilic gastroenteropathy, kolik, enterokolitis, proktokolitis, anemia, dan gagal tumbuh.

Page 24: Laporan Kasus

Gejala alergi susu sapi biasanya timbul sebelum usia satu bulan dan muncul dalam satu minggu setelah mengkonsumsi protein susu sapi. Gejala klinis akan muncul dalam satu jam (reaksi cepat) atau setelah satu jam (reaksi lambat) setelah mengkomsumsi protein susu sapi.

Gejala Akibat ASS

Gastrointestinal (50-60%)

Kulit (50-60%)Sistem pernafasan

(20-30%)

Page 25: Laporan Kasus

diagnosis untuk alergi susu sapi tipe IgE–mediatedDengan melihat gejala klinis dan dilakukan uji

IgE spesifik (uji tusuk kulit atau uji Radio Allergo Sorbent Test /RAST). Jika hasil positif maka dilakukan eliminasi

(penghindaran) makanan yang mengandung protein susu sapi

Jika hasil negatif maka dapat diberikan kembali makanan yang mengandung protein susu sapi.

Untuk diagnosis pasti dapat dilakukan uji eliminasi dan provokasi.

Page 26: Laporan Kasus

diagnosis untuk alergi susu sapi yang non IgE–mediated dengan adanya riwayat alergi terhadap

protein susu sapi, diet eliminasi, uji provokasi makanan, dan kadang-kadang dibutuhkan pemeriksaan tambahan seperti endoskopi dan biopsi.

Page 27: Laporan Kasus

Beberapa diagnosis banding yang perlu disingkirkan adalah kelainan metabolisme bawaan, kelainan anatomi, coeliac disease, insufisiensi pankreas (cystic fibrosis), intoleransi laktosa, keganasan dan infeksi. Keadaan yang menyulitkan adalah bila terdapat 2 keadaan/penyakit yang terjadi bersamaan. Pada anak dengan penyakit refluks gastroesofageal, sekitar 15 - 20% juga alergi terhadap susu sapi.

Page 28: Laporan Kasus

Pemeriksaan Penunjang IgE spesifik a. Uji tusuk kulit (Skin prick test )

Pasien tidak boleh mengkonsumsi antihistamin minimal 3 hari untuk antihistamin generasi 1 dan minimal 1 minggu untuk antihistamin generasi 2.

Uji tusuk kulit dilakukan di volar lengan bawah atau bagian punggung (jika didapatkan lesi kulit luas di lengan bawah atau lengan terlalu kecil).

Batasan usia terendah untuk uji tusuk kulit adalah 4 bulan.

Bila uji kulit positif, kemungkinan alergi susu sapi sebesar < 50% (nilai duga positif < 50%), sedangkan bila uji kulit negatif berarti alergi susu sapi yang diperantarai IgE dapat disingkirkan karena nilai duga negatif sebesar > 95%.

Page 29: Laporan Kasus

b. IgE RAST (Radio Allergo Sorbent Test)

Uji IgE RAST positif mempunyai korelasi yang baik dengan uji kulit, tidak didapatkan perbedaan bermakna sensitivitas dan spesifitas antara uji tusuk kulit dengan uji IgE RAST

Uji ini dilakukan apabila uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan antara lain karena adanya lesi adanya lesi kulit yang luas di daerah pemeriksaan dan bila penderita tidak bisa lepas minum obat antihistamin.

Bila hasil pemeriksaan kadar serum IgE spesifik untuk susu sapi > 5 kIU/L pada anak usia ≤ 2 tahun atau > 15 kIU/L pada anak usia > 2 tahun maka hasil ini mempunyai nilai duga positif 53%, nilai duga negatif 95%, sensitivitas 57%, dan spesifisitas 94%.

Page 30: Laporan Kasus

c. Uji eliminasi dan provokasi Double Blind Placebo Controlled Food Challenge

(DBPCFC) merupakan uji baku emas untuk menegakkan diagnosis alergi makanan. Uji ini dilakukan berdasarkan riwayat alergi makanan, dan hasil positif uji tusuk kulit atau uji RAST. Uji ini memerlukan waktu dan biaya.

positif jika gejala alergi susu sapi muncul kembali, maka diagnosis alergi susu sapi bisa ditegakkan. Uji provokasi dinyatakan

negatif bila tidak timbul gejala alergi susu sapi pada saat uji provokasi dan satu minggu kemudian, maka bayi tersebut diperbolehkan minum formula susu sapi

Page 31: Laporan Kasus

d. Pemeriksaan pada tinja Pada keadaan buang air besar dengan darah yang

tidak nyata kadang sulit untuk dinilai secara klinis, sehingga perlu pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan seperti chromiun-51 labelled erythrocites pada feses dan reaksi orthotolidin mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik dibanding uji guaiac/benzidin. Uji guaiac hasilnya dipengaruhi oleh berbagai substrat non-hemoglobin sehingga memberikan sensitivitas yang rendah (30-70%), spesifisitas (88-98%) dengan nilai duga positif palsu yang tinggi.

Page 32: Laporan Kasus

Tata Laksana Prinsip utama terapi untuk alergi susu sapi adalah

menghindari Untuk bayi dengan ASI eksklusif yang alergi susu sapi, ibu

dapat melanjutkan pemberian ASI dengan menghindari protein susu sapi, telur, kacang,seafood dan produk makanan yang mengandung susu sapi pada diet ibu

Pilihan utama susu formula pada bayi dengan alergi susu sapi adalah susu hipoalergenik

Pada bayi dengan alergi susu sapi, pemberian makanan padat perlu menghindari adanya protein susu sapi dalam makanan pendamping ASI

Apabila susu formula terhidrolisat ekstensif tidak tersedia atau terdapat kendala biaya, maka pada bayi di atas 6 bulan dapat diberikan formula kedelai dengan penjelasan kepada orangtua mengenai kemungkinan reaksi silang alergi terhadap protein kedelai

Page 33: Laporan Kasus

 Medikamentosa Gejala yang ditimbulkan alergi susu sapi

diobati sesuai gejala yang terjadi. Jika didapatkan riwayat reaksi alergi cepat,

anafilaksis, asma, atau dengan alergi makanan yang berhubungan dengan reaksi alergi yang berat, epinefrin harus dipersiapkan.

Page 34: Laporan Kasus
Page 35: Laporan Kasus
Page 36: Laporan Kasus
Page 37: Laporan Kasus
Page 38: Laporan Kasus

Prognosis Prognosis bayi dengan alergi susu sapi

umumnya baik, dengan angka remisi 45-55% pada tahun pertama, 60-75% pada tahun kedua dan 90% pada tahun ketiga.

Namun, terjadinya alergi terhadap makanan lain juga meningkat hingga 50% terutama pada jenis: telur, kedelai, kacang, sitrus, ikan dan sereal serta alergi inhalan meningkat 50-80% sebelum pubertas.

Page 39: Laporan Kasus