laporan kasus

36
LAPORAN KASUS GIZI Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: Amalia Firdaus (102011101014) Pembimbing: dr.Andy Maulana

Upload: derry-herdhimas

Post on 25-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lapsus

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

GIZI

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:Amalia Firdaus (102011101014)

Pembimbing:dr.Andy Maulana

ILMU KESEHATAN MASYARAKATPKM SUKOWONO FAKULTAS KEDOKTERAN UNEJ2015BAB I. TINJAUAN PUSTAKA1.1 Definisi GiziGizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.1.2 Faktor Penyebab Gizi Kurang atau Gizi BurukAsupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi. 2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.3. Pola makan yang salah Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk.Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak . Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu ( misalnya tidak memberikan anak anak daging, telur, santan dll) , hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup sehingga anak menjadi sering sakit (frequent infection)Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

(Penyebab Kurang Gizi Menurut Unicef, 1998)

1.2 Penilaian Status Gizi Anak Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Umur.Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).b. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).c. Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHSNoIndeks yang dipakaiBatas PengelompokanSebutan Status Gizi

1BB/U < -3 SDGizi buruk

- 3 s/d +2 SDGizi lebih

2TB/U < -3 SDSangat Pendek

- 3 s/d +2 SDTinggi

3BB/TB < -3 SDSangat Kurus

- 3 s/d +2 SDGemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan presentil, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)NoIndeks yang digunakanInterpretasi

BB/UTB/UBB/TB

1RendahRendahNormalNormal, dulu kurang gizi

RendahTinggiRendahSekarang kurang ++

RendahNormalRendahSekarang kurang +

2NormalNormalNormalNormal

NormalTinggiRendahSekarang kurang

NormalRendahTinggiSekarang lebih, dulu kurang

3TinggiTinggiNormalTinggi, normal

TinggiRendahTinggiObese

TinggiNormalTinggiSekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBRStatus gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2. Definisi Operasional Status GiziSebenarnya untuk mendefinisikan operasional status gizi ini dapat dilakukan di klinik kesehatan swasta maupun pemerintah yang menyediakan pengukuran status gizi, namun demikian yang perlu diketahui masyarakat adalah pengertian dan pemahaman dari status gizi anak, selanjutnya ketika mengunjungi klinik gizi hasilnya dapat segera diketahui termasuk upaya-upaya mempertahankan status gizi yang baik. Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TBIndikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoise)2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB, kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12 bulan. 1. Untuk BB/Ua. Gizi Kurang Bila SSB < - 2 SDb. Gizi Baik Bila SSB -2 s/d +2 SDc. Gizi Lebih Bila SSB > +2 SD2. TB/Ua. PendekBila SSB < -2 SDb. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SDc. Tinggi Bila SBB > +2 SD3. BB/TBa. KurusBila SSB < -2 SDb. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SDc. Gemuk Bila SSB > +2 SD

1.4 Status Gizi berdasarkan Penilaian Tabel AntropometriStatus gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. (Depkes.RI 2008). Ukuran yang digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat badan, bisa juga tinggi badan yang didasarkan pada umur, ukuran ini biasa disebut dengan ukuran antropometri dan disajikan dalam bentuk indeks. Oleh karenanya hasil dimanfaatkan atau digunakan untuk Assesment Keadaan Gizi Induvidu ataupun juga penentuan status gizi masyarakat tentunya dengan menggunakan tabel antropomteri (bukan KMS). Untuk assesment status gizi induvidu dengan indeks BB/U dapat dilihat 4 kategori yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk (perbedaannya dengan KMS yang hanya untuk melihat Naik-Turun/Tetap dan BGM). Sementara untuk assesment keadaan gizi masyarakat dapat menentukan prevalensi gizi lebih, baik, kurang dan buruk.Perlu diingat pula Kategori Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U (Baca : Berat Badan menurut Umur) dipakai untuk melihat status Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Buruk, tidaklah sama dengan Kategori Status Gizi dengan menggunakan Indeks BB/TB maupun TB/U. Hal ini sering sekali salah diinterpretasikan. TB/U (Baca : Tinggi Badan menurut Umur) hanya untuk melihat Tinggi atau Pendek ataupun Normal, bukan gizi kurangnya ataupun buruknya. sedangnkan BB/TB (Baca : Berat Badan menurut Tinggi Badan) untuk melihat gemuk atau kurus ataupun normal.1.6 Status Gizi dan Kartu Menuju Sehat Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS belum tentu adalah Gizi Buruk, karena1. KMS hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan perkembangan balita naik,turun dan BGM, yang dilakaukan tiap bulannya. Sementara Penentuan status gizi buruk atau Status Gizi merupakan assesment status gizi seseorang dengan menggunakan tabel antropometri, yang dilakukan sekali setahun. Walaupun penggunaan indeks sama yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel antropomteri hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi buruk.2. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS.3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan menggunakan pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil penimbangan Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan.1.5 Komplikasi Gizi Kurang atau Gizi BurukGizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun Negara, di samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri.Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan system pertahanan tubuh terhadap microorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi. Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting serta cairan tubuh.Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri.Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible ( sulit untuk dapat pulih kembali). Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak adalah salah satu 'aset' yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang berkualitas di kemudian hari.Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa

BAB II. STATUS PASIEN

I. 2.1 Identitas Pasien IDENTITAS PASIEN Nama : An. P Umur: 23 bulan 5 hari Jenis kelamin: Perempuan Alamat : Sbr.Gayam,1/6 Balet Baru, Jember Suku: Madura Agama : Islam Tanggal Pemeriksaan: 30 April 2015

II. IDENTITAS ORANGTUA PASIENIdentitas Ayah Nama Ayah: Tn. A Umur : 27 tahun Alamat : Sbr.Gayam,1/6 Balet Baru, Jember Suku : Madura Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pedagang

Identitas Ibu Nama Ibu: Ny. T Umur : 25 tahun Alamat : Sbr.Gayam,1/6 Balet Baru , Jember Suku : Jawa Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pedagang

III. ANAMNESISAnamnesisAnak perempuan berusia 23 bulan 5 hari, Keluhan Utama : BAB cair, berat badan tidak naik Keluhan Tambahan : sering sakit-sakitan, batuk, panas, susah makan. Riwayat Penyakit Sekarang : Anak dikeluhkan BAB cair sejak 2 hari yang lalu, dalam sehari anak dapat BAB sekitar 5x/hari. BAB cair, lendir-, darah( -). Muntah (-) tidak berbau amis/busuk. Tiap kali BAB sebanyak 1/2 -3/4 gelas air mineral. Pasien tidak mual, tidak muntah. Namun pasien terkadang rewel. Saat menangis, pasien masih mengeluarkan air mata, tangisan normal. Ibu pasien juga mengatakan mata pasien nampak lebih cekung dari saat sebelum sakit. Sejak anak berusia 7 bulan berat badan anak tidak ada peningkatan yang berarti, orang tua sering di bawa ke posyandu di dekat rumahnya, selama periksa keposyandu orang tua pasien tidak pernah di rujuk ke puskesmas padahal berat badannya bila dilihat dari KMS berada pada garis sejak bulan Juni 2014 , sejak usia 7 bulan anak sering menderita penyakit seperti batuk, dan panas, hampir setiap bulan, bahkan pasien pernah demam tinggi dan kejang selama kurang lebih 1 menit. Selain itu ibu pasien juga menyatakan selama sakit sampai sekarang pasien juga mengalami susah makan atau nafsu makan kurang, anak tidak mau minum susu dan tidak mau menghabiskan makanan/nasi yang diberikan, anak lebih menyukai minum minuman ringan dan snack. Orang tua pasien jarang memeriksakann anaknya ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan jika anak sakit. Riwayat penyakit dahulu:Riwayat penyakit batuk lama disangkal, riwayat kejang demam diakui

a) Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat demam berdarah (-) Riwayat demam thypoid (-) Riwayat hepatitis (-) Riwayat malaria (-)

Silsilah Keluarga

Riwayat Pribadia) Riwayat Kehamilan: : Pasien merupakan anak pertama dari Ny. T. Pada saat hamil ibu berusia 22 tahun. Tidak ada riwayat keguguran sebelumnya (G1P0A0). Usia kehamilan hingga 9 bulan. Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya sebulan sekali ke bidan dan posyandu sejak usia kehamilan 3 minggu. Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi, tidak kejang, tidak muntah berlebih, tidak demam, tidak pernah mengalami pendarahan melalui jalan lahir. Kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi baik, makan 3-4 kali sehari, seporsi lengkap dengan nasi, lauk dan sayur. b) Riwayat Persalinan : Anak lahir dari ibu G1P0A0 secara spontan ditolong bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir kepala dulu, air ketubannya jernih, bayi langsung menangis kuat, berat badan 2700 gram, panjang badan lahir 50 cm, tidak terdapat trauma saat kelahiran, tidak cacat dan perawatan tali pusat dilakukan baik oleh bidan.c) Riwayat Pasca Persalinan : Tali pusat dirawat dengan baik oleh bidan. ASI ibu kurang lancar dan karena ibu harus bersekolah kembali, ibu tidak memberikan ASI mulai usia 3 bulan, tidak terjadi pendarahan pada tali pusat, dan bayi tidak kuning, anak pernah demam dan kejang pada usia 7 bulan. Ibu rutin membawa pasien ke posyandu.

Kesan : Riwayat kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan kurang baik.

Riwayat Imunisasi a) Imunisasi PPI : Di berikan di Posyandu Hepatitis B + Polio + BCG + DPT + Campak +Kesan: Imunisasi baik sesuai PPI

Riwayat Makan Minum 0 - 3 bulan : ASI. Pasien minum ASI + susu formula, setiap 3 jam sekali 3 - 6 bulan : Susu formula 6 12 bulan : bubur tim tanpa susu formulaanak tidak mau minum susu formula dan hanya minum air putih, namun sudah mau menghabiskan bubur tim 12 bln sekarang: Menu keluarga Menu keluarga berupa nasi + lauk lengkap 1-2x/hari, namun pasien lebih sering makan snack.Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan kurang baik

Riwayat Tumbuh Kembanga) Riwayat Pertumbuhan : Menurut ibu pasien, berat badan anaknya naik-turun sekitar 1 minggu pertama setelah kelahiran, namun masih dalam batas normal. Kemudian seiring dengan bertambahnya usia, berat badan dan tinggi badan pasien meningkat sesuai dengan berat badan dan tinggi badan anak seusianya. Ibu pasien mengaku berat badan anak sulit naik semenjak anak mengalami kejang demam ketika usia 7 bulan. KMS pernah melewati garis merah.b) Riwayat Perkembangan : Motorik Kasar Mengangkat kepala: 3 bulan Tengkurap/telentang sendiri: 5 bulan Duduk tanpa dibantu: 8 bulan Berdiri tanpa dibantu: 11 bulan Mulai berjalan : 12 bulan Berjalan dengan dibantu : 12- sekarang

Motorik Halus Mata mengikuti gerakan objek: 3 bulan Meraih benda di depannya: 4 bulan Menaruh benda di mulut: 5 bulan Merangkak meraih benda: 6 bulan Menunjuk mata dan hidung: 20 bulan Bahasa Mengoceh spontan: 3 bulan Tertawa dan menjerit saat diajak bermain : 4 bulan Berkata-kata tanpa arti: 6 bulan Menirukan suara: 8 bulan Memahami perintah sederhana: 11 bulan Mengucapkan kata: 16 bulan -sekarang

Sosial Kemandirian Mengenal wajah ibunya: 3 bulan Mengenal wajah anggota keluarga: 6 bulan Berpartisipasi saat diajak bermain: 11 bulan Bermain dengan teman : 12 bulan-sekarang

Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungana) Sosial Ekonomi : Ayah dan ibu bekerja sebagai pedagang. Penghasilan sebulan Rp. 2.000.000 untuk menghidupi 1 orang anak.b) Lingkungan :Anak tinggal bersama kedua orang tuanya. Ukuran rumah 15m x 10m x 5m, terdiri dari 2 kamar tidur dengan ukuran 4m x 4m. Memiliki 6 buah jendela tanpa dipasang kelambu, dinding permanen dari tembok, lantai semen, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan baik, sumber air minum dari sumur tetapi dimasak dulu sebelum diminum, memiliki kamar mandi/WC di rumah, bak mandi dibersihkan/dikuras setiap 1 bulan sekali, memiliki dapur di dalam rumah dan menggunakan bahan bakar kompor gas. Rumah berdekatan dengan sawah dan tidak berdekatan dengan pabrik serta sungai, tidak dekat dengan peternakan. Orangtua tidak memelihara binatang dan bila hujan halaman rumah sering tergenang air. Di Sebelah rumah anak terdapat pedagang snack dan jus milik nenek, anak sering diberi snack jika anak tidak mau makan. Anak tidak rutin dibawa ke posyandu dikarenakan sering dibawa ke rumah neneknya di Banyuwangi. Ibu jarang memeriksakan anak jika anak sakit. Lingkungan tempat tinggal pasien termasuk lingkungan kelas ekonomi menengah dan berpendidikan cukup.Kesan: Riwayat sosial, ekonomi baik dan Riwayat lingkungan tidak baik.

IV. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan Umum 1. Keadaan umum: Cukup 2. Kesadaran: Kualitatif: Kompos mentis Kuantitatif: PCS 4-5-6 3. Tanda-Tanda Vital: Frekuensi Nadi: 114 x/menit, reguler, kuat angkat Frekuensi Pernapasan: 32 x/menit, reguler, tipe thorakal Suhu: 36,3 0C suhu aksila Waktu pengisian kapiler: < 2 detik 4. Status Gizi : Umur: 23 bulan 5 hari BB Sekarang: 8 kg PB sekarang: 74,5 cm BB Ideal CDC: 12,4 kg Status gizi:64,5%, Z-SCORE -3SD ( kurang / KEP sedang) -Sangat pendek, Pemeriksaan Khusus a) Kepala Bentuk: Normocephal Rambut : Lurus warna hitam kemerahan, tipis dan jarang, tidak mudah dicabut Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, tidak ada edema palpebra, reflek cahaya +/+, mata tidak cowong Hidung: Sekret +/+, darah -/-, mukosa hiperemis Telinga: Sekret -/-, darah -/- Mulut: Sianosis (-), perdarahan gusi (-), mukosa tidak edema, bibir tidak kering, Faring: hiperemi (+), pseudomembran (-) Tonsil: Tidak hiperemi, tidak tampak pembesaran Leher: Bentuk simetris, pembesaran KGB (-)

b) Thorax Bentuk normal, simetris, tidak ada ketertinggalan gerak, tidak terdapat retraksi. Jantung Inspeksi: Iktus kordis tidak tampak Palpasi: Iktus kordis tidak teraba Perkusi: Redup Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan.Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal kanan Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikula kiri. Auskultasi: S1S2 tunggal reguler, tidak ada suara tambahan. Paru-ParuDepanKananKiri

Insp : Simetris, Retraksi (-) Insp : Simetris, Retraksi (-)

Perk : Fremitus raba (+), dBN Perk : Fremitus raba (+), dBN

Palp : Sonor Palp : Sonor

Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-) Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-)

BelakangInsp : Simetris, Retraksi (-) Insp : Simetris, Retraksi (-)

Perk : Fremitus raba (+), dBN Perk : Fremitus raba (+), dBN

Palp : Sonor Palp : Sonor

Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-) Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-)

c) Abdomen Inspeksi: permukaan dinding perut cembung Auskultasi: bising usus positif normal (10x/menit) Perkusi: timpani Palpasi:soepel, turgor kulit cepat kembali, tidak terdapat pembesaran hati, tidak ada pembesaran lien, tidak ada tanda ascites

d) Anggota gerak Atas: akral hangat +/+, edema -/- Bawah: akral hangat +/+, edema -/-

e) Anus dan Kelamin Anus: dalam batas normal, tidak ada kelainan Kelamin: jenis kelamin perempuan , dalam batas normal, tidak ada kelainan V. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan (di Usulkan periksa Ro Thoraks, dan test mantoux Usul pemeriksaan penunjang Darah rutin (untuk mengetahui Hb), LED, Diff Tell (eosinofil reaksi alergi)

VII . DIAGNOSIS KERJAGizi kurangVIII. TATALAKSANApengaturan diet Pengaturan waktu pemberian makan balitao Bangun tiduro Makan siango Makan malamo Makan pagio Selingan soreo Sebelum tiduro Selingan pagi - Pemberian medika mentosa : - Rencana Terapi : Pemberian Oralit 3 jam pertama (75ccx8=600cc) evaluasi Tablet Zinc 20mg/hari sampai 10 hari Lanjutkan Pemberian Makanan (bubur susu) - Pemberian Probiotik Edukasi : 1 . Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak kepada orang tua2. Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang pada balita3. Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita4. Pendanaan gizi keluarga.5. Pengenalan gejala-gejala kurang gizi pada balita.6. Komplikasi gizi kurang pada anak7. Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat/menyebabkan anak menderita kurang gizi 8. Pentingnya pola hidup bersih dan sehat9. Cuci tangan dengan sabun 10. Penyediaan air minum yang bersih 11.. Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit12. Rajin atau rutin ke posyandu

Saran:Meningkatkan ketrampilan para tenaga kesehatan, penargetan sumber daya yang lebih baik, dan memperkuat pengetahuan dasar tentang berperilaku sederhana seperti pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama setelah bayi baru lahir, pemberian pengetahuan kepada orang tua terhadap pentingnya pemberian makanan bergizi pada anak dan pola hidup bersih sehat.