laporan hasil intervensi ispa rw.iii mijen (revisi)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya Sumber
Daya Manusia (SDM) yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju
keberhasilan pembangunan kesehatan.
Penyakit yang masih merupakan prioritas utama di Indonesia dalam
pembangunan kesehatan masyarakat adalah penyakit menular. Dalam daftar
Standard Pelayanan Minimum (SPM), penanggulangan sejumlah penyakit
menular wajib diselenggarakan oleh daerah kecuali terbukti masalah tersebut
memang tidak ada di daerah tersebut. Insidensi salah satu penyakit menular
yang masih tinggi yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
ISPA merupakan jenis penyakit menular yang masih tinggi angka
morbiditas dan mortalitasnya. Menurut WHO hampir 4 juta orang meninggal
karena ISPA setiap tahunnya. Di Indonesia kasus kematian yang disebabkan
oleh penyakit ISPA tergolong cukup tinggi yaitu sekitar 4 dari 15 juta
perkiraan kematian pada anak usia kurang dari 5 tahun setiap tahunnya, dua
pertiganya terjadi pada bayi. Di Indonesia 10% masyarakat menderita ISPA.
Jenis ISPA yang sering terjadi adalah ISPA bawah yaitu pneumonia. Tingkat
kematian akibat pneumonia yang dirawat di rumah sakit yaitu sebesar 7,6%.
Di Jawa Tengah distribusi penyakit ISPA tersebar di seluruh provinsi
dengan rentang insidensi yang bervariasi (10,7-43,1%), data tersebut
didapatkan dari RISKESDAS tahun 2012. Angka prevalensi ISPA tersebut
mencapai 29,1%. Di Kota Semarang terjadi kasus ISPA mencapai 27,9%. Dari
data Puskesmas yang ada di Kota Semarang insiden rate (IR) ISPA terutama
pneumonia terdapat pada 11 Puskesmas yang melebihi target 300 per 10.000
balita yaitu puskesmas Candi lama (1257), Halmahera (1064), Mijen (620),
Ngesrep (596), Lamper tengah (531), Poncol (456), Bugangan (452),
Karangayu (375), Karangdoro (377), Bangetayu (313), Karanganyar (325).
1
Dari data tersebut didapatkan bahwa data penderita ISPA di Mijen masih
melebihi target pemerintah.
Menurut data 10 besar penyakit di Puskesmas Mijen tahun 2013
penyakit ISPA menduduki peringkat pertama yaitu sebanyak 2.580 kasus.
Dari hasil survei di RW III kelurahan Mijen yaitu RT 1 dan RT 3 didapatkan
beberapa jenis penyakit yaitu ISPA dan diare, dimana persentase penyakit
ISPA masih menempati urutan tertinggi yaitu 16,8% (34 orang) dari populasi
penduduk RT 1 dan RT 3 yang di teliti.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dalam laporan ini kami kelompok
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang menyimpulkan suatu rumusan masalah
sebagai berikut: “tingginya jumlah kejadian penyakit ISPA di RT 1 dan RT 3
RW III Kelurahan Mijen”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA dan
faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadiannya di RT 1 dan RT 3 di
RW III Kelurah Mijen.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menganalisis data masalah
kesehatan komunitas di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen.
b. Menetapkan prioritas masalah kesehatan masyarakat.
c. Menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat.
d. Mengetahui faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian ISPA di
RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurah Mijen.
e. Melakukan kegiatan intervensi berupa promosi kesehatan masyarakat
dengan menggunakan bahasa dan media yang efektif dan dipahami
oleh masyarakat, dengan intervensi ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif dan rujukan penyakit ISPA.
2
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai Ilmu
Kesehatan Masyarakat melalui survei secara langsung di masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa mampu mengenali dan mengelola masalah kesehatan
pada individu sebagai bagian dari masalah kesehatan masyarakat
secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan
kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.
b. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ISPA dan
faktor risikonya, diharapkan dapat merubah sikap serta kesadaran
masyarakat untuk bisa menjaga kesehatannya sendiri.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
1. Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai
dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
antara lain :
a. Infeksi, merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
b. Saluran pernapasan, merupakan organ mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura.
c. Infeksi Akut, berlangsung sampai dengan 14 hari.
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut
akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur
yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14
hari.1
2. Etiologi
Etiologi ISPA adalah bakteri, virus. Bakteri penyebab ISPA antara lain
adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus,
Bordetelia dan Korinebakterium.Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.2
3. Klasifikasi
a. ISPA ringan adalah apabila ditemukan gejala batuk dan pilek.
4
b. ISPA sedang adalah apabila ditemukan gejala sesak nafas, suhu tubuh
lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti
mengorok.
c. ISPA berat adalah apabila ditemukan gejala kesadaran menurun, nadi
cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi
membiru (sianosis) dan gelisah.
4. Faktor risiko
a. Faktor Demografi terdiri dari tiga aspek yaitu:
Jenis kelamin, apabila dibandingkan antara orang laki-laki dan
perempuan, laki -laki yang banyak terserang penyakit ISPA karena
mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering berkendaraan,
sehingga mereka sering terkena polusi udara.
Usia, anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak
terserang penyakit ISPA.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala
dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang
datang ke sarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat
karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak
mudah terserang penyakit ISPA.
b. Faktor Biologis terdiri dari dua aspek yaitu:
Status gizi, menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga
mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA.
Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
meningkat, sehingga dapat mencegah virus (bakteri) yang akan masuk
kedalam tubuh. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga yang teratur
serta istirahat yang cukup
c. Faktor rumah, rumah sehat sebagai tempat untuk melepaskan lelah,
beristirahat, tempat bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk
5
melindungi diri dari segala ancaman, sebagai lambang sosial. Secara
umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu :
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan,
penghawaan, ruang gerak yang cukup dan terhindar dari
kebisingan yang mengganggu.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3) Persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah
tangga, bebas vector penyakit dan tikus, kepadatan hunian tidak
berlebihan dan cukup sinar matahari pagi.
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain
fisik rumah yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan
tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat
minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari tiga komponen
(rumah, sarana sanitasi dan perilaku). Syarat-syarat rumah yang sehat
adalah sebagai berikut:
1) Lantai.
Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini
adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak
berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian
dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-
kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit
gangguan pernapasan.
2) Dinding.
Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila
ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis
6
khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab
meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding
atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat
menambah penerangan alamiah.
3) Atap Genteng.
Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk
daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan
masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun
rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng
ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping
mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.
4) Ventilasi.
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama
adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut
tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2
(karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi
meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen
(bakteri-bakteri penyebab penyakit)
5) Cahaya.
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk
kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping
kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik
untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya
7
terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,
dam akhirnya dapat merusakan mata.
6) Saluran Pembuangan Air Limbah.
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari
dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga
dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu
yang tidak terpakai berbentuk cair, gas, dan padat. Dalam air
limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan
berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi
kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan
penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak
membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola
untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah yang dapat
dilakukan yaitu pengelolaan limbah air bekas mandi dan cuci
dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur resapan. Bak
kontrol perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan
pengambilan tutup bak. Air akan tersaring pada bak resapan air
yang keluar dari bak resapan sudah bebas dari pencemaran. Tempat
mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir.
Kemudian dibuat sumur resapan yang terbuat dari susunan batu
bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan
diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur
resapan minimum 10 m supaya tidak mencemari.
7) Tempat Pembuangan Sampah.
Sampah ialah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki
oleh pemilik dan bersifat padat. Sampah ini ada yang membusuk
terutama dari atas zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging,
daun dan lain-lain, sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa
plastik, kertas, kertas, logam ataupun abu dan lain-lain. Pengaruh
sampah terhadap kesehatan dapat disebabkan karena kontak
langsung dengan sampah maupun tidak langsung akibat
8
pembusukan, pembakaran dan pembuangan. Efek tidak langsung
lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di
dalam sampah.
8) Kepadatan hunian.
Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai
rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal.
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh perumahan biasa
dinyatakan dalam m² per orang. Luas minimum per orang sangat
relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang
tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 8 m²/orang. Untuk
kamar tidur diperlukan minimum 2 orang. Kamar tidur sebaiknya
tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah
dua tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menjadi penderita
penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur dengan anggota
keluarga lainnya.
Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan
menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan
penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil
bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni >10 m²/orang dan
kepadatan penghuni tidak memenuhi syarat kesehatan bila
diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni <
10 m²/orang.
9) Ruang Tidur.
Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk
tidur. Ruang tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang
ganti pakaian, dan ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak
gaduh, jauh dari tempat bermain anak-anak. Diusahakan agar ruang
tidur mendapat cukup sinar matahari. Agar terhindar dari penyakit
saluran pernafasan, maka luas ruang tidur minimal 9 m2 untuk
setiap orang yang berumur diatas 5 tahun atau untuk orang dewasa
dan 4 ½ m2 untuk anak-anak berumur dibawah 5 tahun. Luas lantai
9
minimal 3 ½ m2 untuk setiap orang, dengan tinggi langit-langit
tidak kurang dari 2 ¾ m.4
d. Faktor Polusi terdiri dari 2 aspek yaitu:
1) Cerobong asap.
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-
pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal).
Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa
oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi
vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong
horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut
debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam
bisa dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang
sekaligus bias menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut
dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi
hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah
tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar
untuk memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling banyak
menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti
arang.
2) Kebiasaan merokok.
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar
4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen
oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen,
benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,
ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut
akan beresiko terserang ISPA.5
e. Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut HL Blum
menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya
lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat
10
tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat
kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat
ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun
polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena
penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena
penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena
keturunan, dan dengan pelayanan sehari hari yang baik maka penyakit
ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan
membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
5. Tanda dan gejala ISPA
a. ISPA ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
satu atau lebih tanda dan gejala yaitu batuk; serak, yaitu anak bersuara
parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara
atau menangis); pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari
hidung; panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi
anak diraba.
b. ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih tanda dan gejala yaitu
pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang
berumur satu tahun atau lebih, cara menghitung pernafasan ialah
dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit; suhu lebih
dari 390 C (diukur dengan termometer); tenggorokan berwarna merah;
timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak;
telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga; pernafasan
berbunyi seperti mengorok (mendengkur); dan pernafasan berbunyi
menciut-ciut.
11
c. ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
tanda dan gejala yaitu bibir atau kulit membiru; lubang hidung
kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas; anak
tidak sadar atau kesadaran menurun; pernafasan berbunyi seperti orang
mengorok dan anak tampak gelisah; sela iga tertarik ke dalam pada
waktu bernafas; nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak
teraba; tenggorokan berwarna merah
6. Penatalaksanaan penyakit ISPA
Pada kasus ISPA yang ringan seperti batuk pilek biasa, penanganan
tidak memerlukan Antibiotik dan akan sembuh oleh daya tahan tubuh yang
baik. Pada anak-anak perlu diwaspadai adalah pneumonia, diperlukan
pengobatan antibiotik karena dapat mengancam lebih serius. Pemberian
antibiotik juga harus benar dan tepat dosis agar tidak terjadi resistensi
kuman terhadap beberapa golongan antibiotik yang masuk. Demikian juga
untuk pemilihan obat batuk, harus disesuaikan dengan jenis batuk yang
diderita apakah batuk kering atau batuk berdahak.
7. Pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah
kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit
ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima
sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta
istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap
sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan
semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit
yang akan masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi.
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
12
STATUS KESEHATAN
Pelayanan Kesehatan
Lingkungan
Kependudukan Perilaku
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan
sehat bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit
ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya
berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun
bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di
udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).6
B. Kerangka Teori
.
13
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara usia penderita dengan kejadian ISPA
2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian ISPA
3. Ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian ISPA
4. Ada hubungan antara kebiasaan menutup mulut ketika batuk dengan
kejadian ISPA
5. Ada hubungan antara perilaku membersihkan rumah dengan kejadian
ISPA
6. Ada hubungan antara perilaku membuka jendela dengan kejadian
ISPA
7. Ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian ISPA
8. Ada hubungan antara kriteria rumah sehat dengan kejadian ISPA
9. Ada hubungan antara tingkat pendidikan, penghasilan, umur penderita
dan perilaku membuka jendela dengan kejadian ISPA
14
KEJADIAN ISPA
Pelayanan Kesehatan:1 dokter umum
1 bidan
Lingkungan :Kepadatan
hunianKriteria rumah
sehat
Kependudukan:Jenis kelamin,
usia, pendidikan, perkerjaan, penghasilan
Perilaku:Menutup mulut
ketika batukMembersihkan
rumahMembuka jendela
Merokok
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Ruang lingkup tempat : RT 01 dan RT 03, RW III, Kelurahan
Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang
3. Ruang lingkup waktu : 3-4 September 2013
B. Jenis Penelitian dan Sampel
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan
rancangan cross sectional (belah lintang).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi target penelitian adalah Kepala Keluarga di wilayah
Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Populasi terjangkau
adalah seluruh penduduk yang bertempat tinggal di RT 01 dan RT 03, RW
III. Jumlah KK di RT 1 dan RT 3 adalah 131 KK sebanyak 208 jiwa.
2. Sampel
Kepala Keluarga di wilayah RW III Kelurahan Mijen, Kecamatan
Mijen, Kota Semarang, yang memenuhi kriteria penelitian sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi:
1) Kepala Keluarga di wilayah RT 01 dan RT 03, RW III, Kelurahan
Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang
2) Penghuni rumah merupakan warga RW III
3) Penghuni rumah menyetujui untuk diwawancarai
b. Kriteria Eksklusi:
Penghuni rumah bukan penduduk asli warga RW III
c. Cara Pengambilan Sampel
Besar sampel yang diperlukan untuk pengujian dua sisi diperoleh
dengan rumus Lemeshow sebagai berikut :
15
n= Z2 .N . p .qd2 ( N−1 )+Z2 . p .(1−p)
N = populasi
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
p = 0,5
q = 1-p
d = limit dari error atau presisi absolute (0,1)
sementara itu untuk besar sampel minimal yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
n= 1,962 .131.0,5 .0,50,12 (131−1 )+1962.0,5 .0,5
n= 3,84.32,750,01.130+0,96
n= 125,761,3+0,96
n=125,762,26
n=55,64 56
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variable Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :
1) Pengetahuan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
2) Usia penderita
3) Tingkat Pendidikan
4) Penghasilan
5) Perilaku Buka Jendela
6) Perilaku kebiasaan menutup mulut ketika batuk
7) Perilaku membersihkan rumah
8) Perilaku merokok
9) Penyediaan air bersih
10) Pembuangan sampah
16
11) Lubang asap dapur
12) Jendela
13) Ruang tidur
14) Kualitas rumah
15) Kandang
b. Variabel terikat
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kejadian ISPA.
2. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti didefinisikan sebagai
berikut :
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No. Variabel dan Definisi Cara pengukuran Skala1. Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA)penyakit infeksi saluran pernapasan yang bersifat akut yang berlangsung sampai 14 hari.
Diukur dengan wawancara dengan responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari menderita sakit ISPA dalam satu bulan terakhir atau tidak
nominal
2. Tingkat pendidikanJenjang pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari tidak sekolah, tidak lulus SD, lulus SD, lulus SLTP dan lulus SLTA atau lulus D3/S1.Pada analisis bivariat dibagi menjadi 2 kategori yaitu pendidikan diatas SMP dan pendidikan di bawah SMP
nominal
3. PenghasilanJumlah gaji yang diterima dalam setiap bulan
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari < 1.000.000 dan > 1.000.000
nominal
4. Usia penderita Usia seseorang yang menderita penyakit ISPA dalam kurun waktu satu bulan
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Pada analisis bivariat usia penderita dikategorikan menjadi dua yaitu anak
Rasionominal
17
(umur 0-21 tahun) dan dewasa (umur ≥ 21 tahun)
5 Pengetahuan hal yang diketahui responden tentang ISPA
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesionerTerdiri dari baik dan kurang. Baik : jumlah pertanyaan benar ≥ 75% ; kurang : jumlah pertanyaan benar < 75%
Rasio
6. Perilaku buka jendela Perilaku responden terkait kebiasaan membuka jendela.
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ya dan tidak
Nominal
7. Perilaku kebiasaan menutup mulut Perilaku menutup mulut ketika penderita batuk
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ya dan tidak
Nominal
8. Perilaku membersihkan rumahFrekuensi membersihkan rumah dalam kurun waktu satu hari.
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari tidak teratur, satu kali, dua kali, tiga kali/lebihPada analisis bivariat dikategorikan menjadi dua yaitu >2x dan <2x
Nominal
9. Perilaku merokok aktivitas merokok yang dilakukan oleh anggota keluarga dari responden
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada dan tidak
Nominal
10. Penyediaan air bersihJenis sumber air minum untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga responden
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari air PDAM, air sumur, air sungai, air minum dalam kemasan
Nominal
11. Pembuangan sampahTersedianya tempat/lubang untuk menampung sampah rumah tangga keluarga.
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak adaPada analisis bivariat dikategorikan menjadi dua yaitu ada dan tidak ada
Nominal
12. Lubang asap dapur Diukur dengan wawancara Nominal
18
Tersedianya konstruksi untuk pengeluaran asap dapur, dimana asap dapur dapat keluar dari ruangan bila sedang dipakai memasak da tidak mengganggu penglihatan
langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak Pada analisis bivariat dikategorikan meenjadi dua yaitu ada dan tidak ada
13. Jendela Tersedianya jendela di ruangan tamu dan tempat tidur, jendela dapat dibuka dan ditutup, luasnya 1/10 (10%) luas lantai bangunan
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak adaPada analisis bivariat dikategorikan meenjadi dua yaitu ada dan tidak ada
Nominal
14. Ruang tidurTersedianya ruang tidur, terang pada siang hari, tidak lembab baik lantai maupun dinding
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak ada
Nominal
15. Kualitas rumahKelayakan sehat yang menyatakan rumah responden.
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari rumah sehat (skor lebih dari 18) dan rumah belum sehat (skor kurang dari 18)
Nominal
16. KandangBangunan kandang hewan ternak tersendiri, tidak menjadi satu dengan rumah induk, keadaan bersih terawat dan tertata rapi
Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak ada
Nominal
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner (daftar
pertanyaan) dan Komputer dengan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS), sebagai alat bantu dalam mengumpul data serta mengolah
data hasil penelitian.
F. Prosedur Penelitian/Pengumpulan Data
19
1. Data Primer
Pengambilan data penelitian dengan wawancara menggunakan kuesioner
dan pengamatan langsung di rumah responden yang berada di wilayah RW
III Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Data yang
dikumpulkan adalah data primer yang meliputi data kependudukan, status
kesehatan, pengetahuan tentang penyakit, perilaku kesehatan, lingkungan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu Laporan Monografi Kelurahan Mijen.
G. Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer
melalui program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows
versi 18.0.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan secara deskriptif dari masing-masing variabel
dengan tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
dependent dan independent. Karena rancangan penelitian ini adalah cross
sectional hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen
digunakan uji statistik Odds Ratio (OR) memakai table 2x2, dengan tingkat
kepercayaan 90 % (α = 0,1). Berdasarkan hasil uji tersebut di atas ditarik
kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika nilai p < α maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variabel
dependent dengan independent.
b. Jika nilai p ≥ α maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara
variabel dependent dengan independent.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dimaksudkan untuk mengetahui variabel bebas
yang merupakan faktor risiko utama dengan menggunakan uji regresi
logistik berganda metode enter.
BAB IV
20
HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN HASIL KEGIATAN
A. Identifikasi Masalah, Prioritas Masalah dan Analisis Penyebab Masalah
1. Identifikasi Masalah
Tabel 4.1. Jumlah kesakitan di RW III Kelurahan Mijen
No. Proporsi Penyakit Jumlah (jiwa) Persentase
a. ISPA 34 85 %
b. Diare 3 7,5 %
c. Sinusitis 1 2,5%
c. Hipertensi 1 2,5 %
d. Ca mammae 1 2,5 %
Jumlah 40 100%
2. Prioritas Masalah
Daftar masalah
A ISPA
B Diare
C Hipertensi
D Sinusitis
E Ca mammae
Kriteria Urgency (Mendesak)
A B C D E THA + + + + 4B - + + 2C + - 1D - 0E 0TV 0 1 2 3 2TH 4 2 1 0 0TOTAL 4 3 3 3 2
21
Kriteria Seriousness (Kegawatan)
A B C D E THA + + + + 4B - + + 2C + - 1D - 0E 0TV 0 1 2 3 2TH 4 2 1 0 0TOTAL 4 3 3 3 2
Kriteria Growth (Perkembangan)
A B C D E THA + + + + 4B - + + 2C + - 1D - 0E 0TV 0 1 2 3 2TH 4 2 1 0 0TOTAL 4 3 3 3 2
Tabel 4.2. Prioritas Masalah
Masalah U S G Jumlah Prioritas
A 4 4 4 12 I
B 3 3 3 9 II
C 3 3 3 9 III
D 3 3 3 9 IV
E 2 2 2 6 V
Urutan Prioritas Masalah
1 ISPA
2 Diare
3 Hipertensi
4 Sinusitis
22
5 Ca mammae
23
3. Analisis Penyebab Masalah
Tabel 4.3. Analisis Penyebab Masalah
MasalahPenyebab Masalah
Lingkungan Perilaku YANKES Kependudukan
ISPA - Rumah belum sehat (93,7%)- Ada anggota masyarakat yang masih
membuang sampah dengan cara ditimbun 55,6%
- Ada sebagian anggota masyarakat yang memiliki jendela tidak memenuhi syarat 54,0%
- Ada sebagian anggota masyarakat yang masih memiliki lubang asap tidak memenuhi syarat 42,9%
- Ada anggota masyarakat yang belum menutup mulut ketika batuk 54%
- Ada anggota masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur 31,7 %
- Ada anggota masyarakat yang masih merokok 46%
- Ada anggota masyarakat belum biasa membuka jendela setiap hari 44,4%
- Jumlah bidan desa di ada satu orang
- Jumlah dokter praktek umum di kelurahan mijen satu orang
- Pendidikan rendah tamat SD 31,7 %
- Mata pencaharian penduduk sebagai buruh 33,3 %
- Ada sebagian anggota masyarakat yang memiliki ruang tidur yang tidak memenuhi syarat 42,9%
- Ada sebagian masyarakat yang memiliki kandang tidak terpisah dari rumah induk dan kurang bersih 28,6%
- - -
24
Daftar Penyebab Masalah:
1. Rumah belum masuk kriteria rumah sehat (93,7%)
2. Rumah tidak memiliki jendela yang memenuhi syarat (54%)
3. Rumah yang belum memiliki lubang asap dapur yang tidak memenuhi
syarat (42,9%)
4. Rumah yang memiliki ruang tidur tidak memenuhi syarat (42,9%)
5. Rumah yang memiliki kandang yang tidak terpisah dari rumah induk dan
kurang bersih (28,6%)
6. Perilaku masyarakat belum menutup mulut ketika batuk (54%)
7. Perilaku masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur
(31,7%)
8. Perilaku masyarakat belum membuka jendela setiap pagi (44,4%)
9. Perilaku masyarakat yang masih merokok (46%)
10. Jumlah bidan di desa satu orang
11. Jumlah dokter praktek umum satu orang
12. Pendidikan tamat SD (31,7%)
13. Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai buruh (33,3%)
Urutan penyebab masalah berdasarkan brainstorming
1. Rumah yang memiliki kandang yang tidak terpisah dari rumah induk dan
kurang bersih
2. Rumah yang memiliki ruang tidur tidak memenuhi syarat
3. Rumah yang belum memiliki lubang asap dapur yang tidak memenuhi
syarat
4. Pendidikan tamat SD
5. Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai buruh
6. Perilaku masyarakat yang belum menutup mulut ketika batuk
7. Perilaku masyarakat yang masih merokok
8. Perilaku masyarakat belum biasa membuka jendela setiap hari
9. Perilaku masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur
25
10. Rumah belum masuk kriteria rumah sehat
11. Rumah tidak memiliki jendela yang memenuhi syarat
Untuk menyelesaiakan suatu masalah yang berupa penyakit ISPA, cukup
menyelesaikan lima penyebab saja berdasarkan brainstorming, yaitu:
1. Perilaku masyarakat yang masih merokok
2. Perilaku masyarakat belum biasa membuka jendela setiap hari
3. Perilaku masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur
4. Rumah belum masuk kriteria rumah sehat
5. Rumah tidak memiliki jendela yang memenuhi syarat
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis univariat
1. Kependudukan (Demografi)
a. Jumlah Sampel di RT.1 dan RT.3 RW.3 Kelurahan Mijen
Jumlah sampel yang dikumpulkan di RT 1 dan RT 3
sebanyak 63 sampel. Distribusi sampel terdapat pada tabel sebagai
berikut
Tabel.4.4. Jumlah sampel dari hasil survei
No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase Kategori
1 RT 1 36 57,1% Menular
2 RT 3 27 42,9% Menular
Total 63 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3
di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
b. Distribusi penduduk menurut umur
Distribusi Karakteristik Umur sampel di RT 1 dan RT 3
terdapat pada tabel sebagai berikut
26
Tabel 4.5. Karakteristik umur sampel dari hasil survei
No. Umur Jumlah Persentase1 21-40 20 31,7
2 41-60 31 49,2
3 >61 12 19,0
Total 63 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3
di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Pada tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3
paling banyak berusia 41-60 tahun, 31 sampel (49,2%)
c. Distribusi penduduk menurut pekerjaan
Distribusi Karakteristik Pekerjaan sampel di RT 1 dan RT 3
terdapat pada tabel sebagai berikut
Tabel 4.6. Karakteristik Pekerjaan sampel dari hasil survei
No. Umur Jumlah Persentase1 Petani 9 14,3
2 Swasta 25 39,7
3 Buruh 21 33,3
4 PNS 3 4,8
5 Tidak bekerja 5 7,9
Total 63 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3
di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Pada Tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3
paling banyak bekerja sebagai swasta 25 sampel (39,7%)
d. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat penghasilan
Distribusi penduduk berdasarkan tingkat penghasilan
sampel di RT 1 dan RT 3 terdapat pada tabel sebagai berikut.
27
Tabel 4.7. Karakteristik Penghasilan sampel dari hasil survei
No. Umur Jumlah Persentase
1 <Rp 1.000.000,00 24 38,1
2 ≥ Rp 1.000.000 39 61,9
Total 63 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3
di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Pada Tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3
sebagian besar berpenghasilan ≥ Rp 1.000.000, sebanyak 39 sampel
(61,9%). Dasar dari data sekunder, rata-rata penghasilan kelurahan
Mijen Rp 1.000.000,00, kami mengkategorikan penghasilan menjadi
lebih dari Rp 1.000.000,00 dan kurang dari Rp 1.000.000,00.
2. Status Kesehatan
a. Jumlah Kejadian Penyakit
Jumlah kejadian penyakit di RT 1 dan RT 3 dalam satu bulan
terakhir, terdapat 40 orang yang sakit. Distribusi jenis penyakit di
desa ini terdapat pada table di bawah ini.
Tabel 4.8. Jumlah kejadian penyakit & berbagai jenis penyakit dari
hasil survei
No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase Kategori 1 ISPA 34 91,8% Menular
2 Diare 3 8,2% Menular
Total 37 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Di antara 37 jumlah kejadian penyakit, adalah penyakit
menular. Pada Tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT
3 Kelurahan Mijen paling banyak menderita ISPA yaitu 34 jiwa
(91,8%).
28
Tabel 4.9 Jumlah kejadian penyakit & berbagai jenis penyakit dari hasil survei
No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase Kategori 1 Ca Mamae 1 33,3% Tidak Menular
2 Sinusitis 1 33,3% Tidak Menular
3 Hipertensi 1 33,3% Tidak Menular
Total 3 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
b. Pengetahuan ISPA
Pengetahuan ISPA pada warga RT 1 dan RT 3 terlihat pada
tabel 4.6. Terlihat bahwa sebagian besar warga mempunyai
pengetahuan yang kurang mengenai ISPA sebanyak 24 KK (70,6%)
Tabel 4.10. Pengetahuan ISPA warga RT 1 dan RT 3
Tingkat pengetahuan Jumlah PersentaseKurang 24 70,6
Baik 10 29,4
Jumlah 34 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Pengukuran pengetahuan dilakukan pada responden oleh karena
itu, tidak dapat dilakukan analisis hubungan antara pengetahuan
dengan kejadian ISPA.
c. Umur Penderita
Umur penderita ISPA pada warga RT 1 dan RT 3 terlihat
pada tabel berikut ini
Tabel 4.11. Umur Penderita ISPA warga RT 1 dan RT 3
Umur Penderita Jumlah Persentase
29
Anak (0-21) 21 61,8
Dewasa(≥21) 13 38,2
Jumlah 34 100,00%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari 34 orang yang sakit ISPA, sebanyak 21 orang (61,8%) yang sakit
ISPA adalah kategori anak dan sebanyak 13 orang (38,2%) adalah
kategori dewasa.
3. Perilaku Kesehatan
a. Perilaku Mengambil Air Minum
Sumber air minum yang digunakan warga RT 1 dan RT 3
terlihat pada tabel di bawah bahwa sebagian besar warga
mengonsumsi air minum yang berasal dari air sumur yaitu sebesar
41 keluarga (65,1%).
Tabel 4.12. Sumber air minum
Sumber air minum Jumlah Persentase
Air sumur 41 65,1
Air PDAM 18 28,6
AMDK 4 6,3
Jumlah 63 100,00%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari 63 keluarga yang disurvei, hanya 2 keluarga (3,2 %) yang
tidak memasak air sebelum diminum.
b. Perilaku Buang Air Besar
Dari 63 keluarga yang disurvei, sebanyak 63 keluarga (100%)
memiliki jamban sendiri. Berikut tipe jamban yang dimiliki oleh
penduduk.
30
Tabel 4.13. Tipe jamban yang dimiliki penduduk
Tipe jamban Jumlah Persentase
Leher angsa 61 96,8%
Jamban cemplung tanpa tutup 2 3,2%
Jumlah 63 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari data di atas terlihat bahwa tipe jamban yang dimiliki
penduduk adalah jenis leher angsa yaitu sebanyak 61 warga
(96,8%). Namun masih terdapat 2 keluarga yang memakai jamban
cemplung tanpa tutup (3,2%).
Berdasarkan perilaku kebiasaan buang air besar, terlihat bahwa
semua penduduk buang air di jamban (100%). Mayoritas penduduk
menyediakan sabun di dekat tempat buang air (92,1%).
c. Perilaku Mencuci Tangan
Sebanyak 54 KK (85,7%) terbiasa mencuci tangan menggunakan
sabun sebelum makan. Sebanyak 9 KK (14,3.%) tidak terbiasa mencuci
tangan menggunakan sabun sebelum makan.
Tabel 4.14. Perilaku cuci tangan sebelum makan penduduk RT 1
dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen
Perilaku cuci tangan Jumlah Persentase
Cuci tangan 54 85,7%
Tidak cuci tangan 9 14,3%
Jumlah 63 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
31
Sebanyak 56 KK (88,9%) biasa mencuci tangan dengan
sabun setelah BAB, sedangkan 7 (11,1%) sisanya tidak mencuci
tangan dengan sabun setelah BAB.
Tabel 4.15. Perilaku cuci tangan setelah BAB penduduk RT 1 dan
RT 3 RW III Kelurahan Mijen
Perilaku cuci tangan Jumlah Persentase
Cuci tangan 54 85,7%
Tidak cuci tangan 9 14,3%
Jumlah 63 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
d. Perilaku menutup mulut ketika batuk, membuang ludah dan
menggantung pakaian
Tabel 4.16. Perilaku menutup mulut ketika batuk, membuang ludah dan menggantung pakaian penduduk RT 1 dan RT 3 Kelurahan
Mijen
Kriteria Perilaku Jumlah KK %Menutup mulut ketika batuk
Menutup mulut 34 54,0Tidak menutup mulut 29 46,0Jumlah 63 100%
Membuang ludah Di sembarang tempat 8 12,7%Tidak di sembarang tempat 55 87,3%
Jumlah 63 100%Menggantung pakaian
Ya 47 74,6%Tidak 16 25,4%Jumlah 63 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Sebanyak 34 KK (54%) di RT 1 dan RT 3 memiliki kebiasaan
diri menutup mulut ketika batuk tetapi, sebanyak 29 KK tidak
memiliki kebiasaan menutup mulut ketika batuk. Sebagian besar
penduduk RT 1 dan RT 3 tidak membuang ludah sembarangan yaitu
sebanyak 55 KK (87,3%). Namun sebagian besar warga RT 1 dan
32
RT 3 masih mempunyai kebiasaan menggantung pakaian yaitu
sebanyak 47 KK (74,6%).
e. Perilaku membersihkan rumah
Tabel 4.17. Perilaku membersihkan rumah penduduk RT 1 dan RT
3 Kelurahan Mijen
Perilaku Frekuensi Jumlah keluarga
Persentase (%)
membersihkan rumah dalam sehari
Tidak teratur 20 31,7Satu kali 17 27Dua kali 24 38,1Tiga kali lebih 2 3,2Jumlah 63 100%
membersihkan tempat penampungan air
Tidak teratur 14 22,2Sebulan sekali 2 3,2Seminggu dua kali 12 19,0
Seminggu sekali 24 38,1Tiap hari 11 17,5Jumlah 63 100%
kebiasaan membuka jendela setiap hari
Ya 28 44,4Tidak 35 55,6
Jumlah 192 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebanyak 24 KK (38,1%)
membersihkan rumah dua kali sehari. Namun sebanyak 20 KK
masih membersihkan rumah tidak teratur (31,7%). Sebanyak 24 KK
(38,1%) membersihkan penampungan air seminggu sekali.
Sebagian besar warga tidak mempunyai kebiasaan membuka
jendela sebanyak 35 KK (55,6%).
f. Perilaku Merokok
Tabel 4.18. Perilaku merokok penduduk RT 1 dan RT3 Kelurahan Mijen
Perilaku merokok Jumlah PersentaseYa 29 46%Tidak 34 54%Jumlah 63 100%
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
33
Sebagian besar warga tidak mempunyai kebiasaan merokok
pada anggota keluarganya 34 KK (54%).
4. Keadaan Lingkungan
a. Rumah sehat
Berikut proporsi rumah sehat dan belum sehat yang
didapatkan dari hasil perhitungan skor.
Tabel 4.19. Rumah sehat dan tidak sehat
Kriteria Penggolongan Jumlah Persentase (%)
Rumah sehat 4 6,3Rumah belum sehat 59 93,7Jumlah 63 100
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari data mengenai sarana sanitasi rumah yang meliputi
pembuangan kotoran (BAB), penyediaan air bersih, pembuangan
sampah, pembuangan air limbah rumah tangga, jendela, lubang asap
dapur, ruang tidur dan kualitas lingkungan rumah yang meliputi ada
tidaknya jentik nyamuk, tikus, lalat, kebersihan pekarangan,
pemanfaatan pekarangan, dan kebersihan kandang, diketahui
sebagian besar rumah warga termasuk dalam kriteria rumah belum
sehat sebanyak 59 rumah (93,7%).
b. Sarana Sanitasi Rumah
34
Tabel 4.20. Sarana sanitasi rumah
Variabelmemenuhi syarat tidak memenuhi
syarattidak ada
jumlah % Jumlah % jumlah %Pembuangan kotoran(BAB)
51 81,0 12 19,0 0 0
Penyediaan air bersih
44 69,8 19 30,2 0 0
Pembuangan sampah
25 39,7 35 55,6 3 4,8
Pembuangan air limbah rumah tangga
25 39,7 34 54,0 4 6,3
Jendela 27 42,9 34 54,0 2 3,1Lubang asap dapur
18 28,6 27 42,9 18 28,6
Ruang tidur 35 55,6 27 42,9 1 1,6Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Dari data tersebut, terlihat bahwa dari 63 kepala keluarga,
51 rumah (81%) memiliki sarana pembuangan kotoran (BAB) yang
memenuhi standar seperti menggunakan jamban leher angsa.
Namun masih terdapat keluarga yang memiliki rumah yang dengan
pembuangan kotoran (BAB) tidak sesuai standar yaitu sebesar 12
rumah (19%). Selain itu, sebanyak 44 rumah (69,8%) telah
memiliki penyediaan air bersih sesuai standar yang ditandai oleh
ada sumber air yang terlindung dari pencemaran, bersih, cukup
untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan cuci.
Terdapat 35 rumah (55,6%) memiliki tempat pembuangan sampah
namun tidak memenuhi syarat dan sebanyak 25 rumah (39,7%)
yang memiliki pembuangan sampah sesuai standar yaitu ada
tempat/lubang sampah yang cukup menampung sampah rumah
tangga keluarga yang bersangkutan, dibakar/ditimbun secara teratur.
Ada 25 rumah (39,7%) memiliki pembuangan air limbah
rumah tangga yang memenuhi syarat. Namun sebanyak 34 rumah
35
(54%) memiliki pembuangan air limbah tetapi tidak memenuhi
syarat.
Terdapat 27 rumah (42,9%) rumah yang memiliki jendela
yang sesuai standar (ada jendela di ruang tamu dan ruang tidur,
jendela dapat dibuka dan ditutup, luas jendela 10 % dari luas lantai
bangunan). Terdapat 18 (28,6 %) rumah dengan lubang asap dapur
yang sesuai standar (ada konstruksi untuk pengeluaran asap dapur,
asap dapur dapat keluar dari ruang dapur bila sedang dipakai
memasak dan tidak mengganggu penglihatan). Dan terdapat 35
rumah (55,6%) keluarga dengan rumah yang ada ruang tidur sesuai
standar seperti terang pada siang hari, tidak lembab baik lantai
maupun dinding ruang tidur.
c. Kualitas Lingkungan Rumah
Tabel 4.21. Kualitas lingkungan rumah
VariabelYa Tidak
Jumlah Persentase Jumlah PersentaseBebas jentik 52 82,5 11 17,5Bebas tikus 30 47,6 33 52,4Bebas lalat 38 60,3 25 39,7Pekarangan bersih 36 57,1 27 42,9Pekarangan dimanfaatkan
21 33,3 42 66,7
Kandang terpisah dan bersih
45 71,4 18 28,6
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar
(82,5%) keluarga memiliki rumah bebas jentik yang ditandai tidak
ditemukan jentik nyamuk pada tempat penampungan air baik di
dalam rumah (gentong, bak mandi, dsb) maupun di luar rumah
(kalen bekas, pot, dsb).Terdapat 38 (60,3%) rumah yang disurvei
bebas lalat (ditandai dengan ditemukan sedikit/satu/dua lalat di
dapur dan sekitarnya). Dan sebagian besar rumah yang disurvei
(71,4.%) memiliki kandang hewan ternak yang sesuai standar
36
(terdapat bangunan kandang hewan ternak tersendiri, tidak
menjadi satu dengan rumah induk, keadaannya bersih, terawat dan
tertata rapih). Namun demikian, sebanyak 33 (52,4%) keluarga
memiliki rumah yang tidak bebas tikus yang terlihat dari
ditemukan tikus dan jejaknya di dalam atau luar rumah. Hanya 31
(33,3%) pekarangan warga yang telah dimanfaatkan dengan baik
(pekarangan dimanfaatkan untuk tanaman pelindung, tanaman
obat keluarga, sayuran, dan sejenisnya). Dan terdapat 36 (57,1%)
rumah dengan pekarangan yang bersih (keadaan pekarangan
bersih baik dari sampah maupun kotoran hewan ternak dan tertata
dengan rapi).
2. Analisis bivariat
a. Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.22. Distribusi dan Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan
dengan Kejadian ISPA
Faktor risiko tk. pendidikan
Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
PΣ % Σ %
<SMP 25 86,2 23 76,2 2,989 (1,094-10,717)
0,075>SMP 4 13,8 11 23,8Total 29 100 34 100
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,075 yang berarti terpapar tingkat pendidikan secara statistik
memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. Odds
Ratio sebesar 2,989 dengan 95 % Interval Kepercayaan : 1,094 <
2,989 < 10,717 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan
faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA, subyek yang memiliki
tingkat pendidikan lebih rendah memiliki risiko 3,069 kali lebih besar
memiliki kejadian ISPA.
37
Kami mengkategorikan pendidikan di atas SMP dan di bawah
SMP dengan dasar bahwa di Indonesia telah diberlakukan program
wajib belajar sembilan tahun.
b. Hubungan Faktor Tingkat Penghasilan dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.23. Distribusi dan Hubungan Faktor Tingkat Penghasilan
dengan Kejadian ISPA
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV
Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,068 yang berarti terpapar tingkat penghasilan secara statistik
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA. Odds
Ratio sebesar 2,976 dengan 95 % Interval Kepercayaan 1,037 < 2,976
< 8,539 menunjukkan bahwa tingkat penghasilan merupakan faktor
yang mempengaruhi kejadian ISPA, subyek yang memiliki tingkat
penghasilan lebih rendah memiliki risiko 2,976 kali lebih besar
memiliki kejadian ISPA.
c. Hubungan Faktor umur penderita dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.24. Distribusi dan Hubungan Faktor Umur Penderita dengan
Kejadian ISPA
Faktor risiko umur
Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
P
Σ % Σ %Anak 1 3,4 21 61,8 0,022
(0,003-0,1830,000
Dewasa 28 96,6 13 38,2Total 60 100 60 100
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
38
Faktor risiko tk. Penghasilan
Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
PΣ % Σ %
<Rp 1.000.000,00 15 51,7 9 26,5 2,976(1,037-8,539)
0,068≥Rp 1.000.000,00 14 48,3 25 73,5
Total 29 100 34 100
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,000 yang berarti umur penderita secara statistik memiliki hubungan
yang bermakna dengan kejadian ISPA.
d. Hubungan Kebiasaan menutup mulut ketika batuk dengan Kejadian
ISPA
Tabel 4.25. Distribusi dan Hubungan Kebiasaan menutup mulut ketika
batuk dengan Kejadian ISPA
Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
P
Σ % Σ %Tidak 15 44,1 19 48,3 0,846
(0,313-2,286)0,469
Ya 14 55,9 15 51,7
Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,469 yang berarti kebiasaan menutup mulut ketika batuk secara
statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
ISPA.
e. Hubungan Perilaku membersihkan rumah dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.26. Distribusi dan Hubungan perilaku membersihkan rumah
dengan Kejadian ISPA
Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
P
Σ % Σ %<2 16 55,2 21 61,8 0,762
(0,278- 2,068)0,392
>2 13 44,8 13 38,2
Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
39
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,392 yang berarti kebiasaan membersihkan rumah dalam sehari
secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian ISPA.
f. Hubungan Perilaku membuka jendela dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.27. Distribusi dan Hubungan Perilaku buka jendela dengan
Kejadian ISPA
Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
PΣ % Σ %
Ya 16 57,1 12 37,1 2,256(1,818-6,277)
0,092Tidak 13 42,9 22 62,9Total 29 100 34 100
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,092 yang berarti perilaku membuka jendela secara statistik
memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. Odds
Ratio sebesar 2,256 dengan 95 % Interval Kepercayaan : 1,818 <
2,256 < 6,277 menunjukkan bahwa perilaku membuka jendela
merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA, subyek yang
tidak memiliki kebiasaan membuka jendela memiliki risiko 2,256 kali
lebih besar memiliki kejadian ISPA.
g. Hubungan Perilaku merokok dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.28. Distribusi dan Hubungan Perilaku merokok dengan
Kejadian ISPA
Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
PΣ % Σ %
Tidak 15 51,7 14 41,2 1,531(0,564 – 4,154)
0,280Ya 14 48,3 20 58,8
Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
40
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,280 yang berarti perilaku merokok secara statistik tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. Sulit dicari
hubungannya karena perilaku merokok tidak dirinci merokok di dalam
rumah atau di halaman.
h. Hubungan Jendela dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.29. Distribusi dan Hubungan Jendela dengan Kejadian ISPA
Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
PΣ % Σ %
Memenuhi syarat
18 62,1 18 52,9 1,455(0,531-3,986)
0,318
Tidak memenuhi
syarat
11 37,9 16 47,1
Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,318 yang berarti jendela secara statistik tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan Kejadian ISPA.
i. Hubungan Lubang Asap Dapur dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.30. Distribusi dan Hubungan Lubang asap dapur dengan
Kejadian ISPA
Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
P(≤0,1)Σ % Σ %
Ada 22 75,9 23 67,6 1,503(0,494-4,576)
0,331Tidak ada 7 24,1 11 32,4
Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,331 yang berarti lubang asap dapur secara statistik tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA.
j. Hubungan Ruang Tidur dengan Kejadian ISPA
41
Tabel 4.31. Distribusi dan Hubungan ruang tidur dengan Kejadian
ISPA
Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
P(≤0,1)Σ % Σ %
Ada 15 51,7 13 38,2 1,731 (0,634-4,726)
0,206Tidak ada 14 48,3 21 61,8
Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,206 yang berarti ruang tidur secara statistik tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA.
k. Hubungan Kualitas Rumah dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.32.Distribusi dan Hubungan Kualitas Rumah dengan
Kejadian ISPA
Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
P(≤0,1)Σ % Σ %
Belum sehat 28 96,6 31 91,2 2,710(0,266-27,577)
0,369Sehat 1 3,4 3 8,8Total 29 100 34 100
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,369 yang berarti ruang tidur secara statistik tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA.
l. Hubungan Kandang dengan Kejadian ISPA
Tabel 4.33. Distribusi dan Hubungan Kandang dengan Kejadian ISPA
Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )
P(≤0,1)Σ % Σ %
Bersih 18 62,1 27 71,4 2,357(0,769-7,222)
0,108Kotor 11 37,9 7 28,6
42
Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di
RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar
0,108 yang berarti kandang secara statistik tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan Kejadian ISPA.
3. Analisis multivariat
Setelah dilakukan analisis bivariat di dapatkan variabel yang
bermakna yaitu tingkat pendidikan (p=0,075), tingkat penghasilan (p=0,068),
umur penderita (p=0,000) dan perilaku buka jendela (p=0,092) kemudian
keempat variabel tersebut dianalisis secara bersamaan menggunakan regresi
logistik berganda.
Tabel 4.34. Regresi Logistik Berganda pendidikan, penghasilan, umur
dan perilaku buka jendela
Variable pTingkat pendidikan 0,085Tingkat penghasilan 0,040Umur penderita 0,000Perilaku buka Jendela 0,114
Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3
di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013
Setelah dilakukan uji regresi logistik berganda untuk
membandingkan signifikansi faktor-faktor yang berpengaruh,
didapatkan tingkat pendidikan, penghasilan dan umur pernderita
memiliki signifikansi. Umur penderita memiliki signifikansi yang
lebih. Dari hasil regresi binary di atas dapat dibuat urutan, faktor
risiko yang paling mempengaruhi Kejadian ISPA di RT 1 dan RT 3
RW III Kelurahan Mijen adalah umur penderita, tingkat penghasilan,
tingkat pendidikan dan perilaku membuka jendela.
C. Pembahasan
43
Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil uji statistik, data dari
wawancara berdasarkan kuesioner dan dari tinjauan pustaka. Pembahasan
dilakukan untuk menemukan alasan-alasan yang mendukung hasil penelitian.
Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil uji
statistik, serta hasil analisis deskriptif didapatkan hubungan yang bermakna
antara pendidikan, penghasilan, umur penderita dan perilaku membuka
jendela.
Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna
antara pendidikan dengan Kejadian ISPA dimana p = 0,075, OR = 2,989, CI
95% = 1,904 –10,717 yang berarti bahwa pendidikan merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan, karena pendidikan yang
kurang dikaitkan dengan pengetahuan mengenai kesehatan yang kurang pula,
terutama pada gejala dan pencegahan sehingga banyak kasus ISPA yang tidak
terdeteksi secara dini.
Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna
antara tingkat penghasilan dengan Kejadian ISPA di mana p = 0,068, OR =
2,976 , CI 95% = 1,037 –8,539. Semakin tinggi penghasilan seseorang maka
memiliki risiko sebesar 2,976 kali terkena ISPA dibandingkan tingkat
penghasilan dibawah 1.000.000. karena penghasilan yang didapatkan bukan
penghasilan secara total, hanya kepala keluarga sehingga hubungan statistik
ini kurang bermakna.
Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna
antara umur penderita dengan Kejadian ISPA di mana p = 0,000, OR = 0,022,
CI 95% = 0,003-0,183. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara umur penderita dengan kejadian ISPA. Umur kategori anak
lebih rentan terkena penyakit ISPA dibandingkan kategori dewasa.
Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa anak lebih
banyak terserang penyakit ISPA. Berdasarkan nilai 95%CI menunjukan
44
bahwa umur penderita bukan merupakan faktor risiko melainkan faktor
protektif.
Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna
antara perilaku membuka jendela dengan Kejadian ISPA di mana p = 0,092,
OR =2,256, CI 95% = 1,818-6,277. Orang yang tidak memiliki perilaku
membuka jendela memiliki risiko sebesar 2,256 kali terkena ISPA
dibandingkan yang memiliki perilaku membuka jendela. Perilaku membuka
jendela menjadikan pertukaran oksigen dan pertukaran cahaya di dalam
rumah tersebut menjadi baik. Jendela yang tertutup menyebabkan oksigen
didalam rumah menjadi kurang dan kadar karbondioksida yang bersifat racun
bagi penghuninya menjadi meningkat. Selain itu, jendela yang tertutup juga
menyebabkan kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kedua hal
ini menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik dan merupakan
media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit- bibit
penyakit.
Keempat faktor risiko tadi yaitu pendidikan, penghasilan, umur penderita
dan perilaku membuka jendela dilakukan analisis secara bersamaan
(multivariat). Didapatkan bahwa ketiga faktor risiko yaitu umur penderita,
penghasilan dan pendidikan hasilnya signifikan. Namun pada faktor risiko
perilaku membuka jendela tidak didapatkan hasil yang signifikan. Dari hasil
regresi binary logistik di atas dapat dibuat urutan, faktor risiko yang paling
mempengaruhi Kejadian ISPA di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen
adalah umur penderita, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan perilaku
membuka jendela
Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil
uji statistik, serta hasil análisis deskriptif, analitik dan multivariat tidak
didapatkan hubungan antara perilaku menutup mulut ketika batuk, perilaku
membersihkan rumah, perilaku merokok, jendela, lubang asap dapur, ruang
tidur, kandang dan kualitas rumah dengan perilaku merokok pada penduduk
45
di RT1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen. Meskipun secara teori variabel
di atas memiliki hubungan, hasil ini mungkin disebabkan karena keterbatasan
penelitian
Beberapa keterbatasan dan kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini
adalah
1. Keterbatasan waktu dalam melaksanakan survei dan pembuatan
laporan.
2. Keterbatasan kepustakaan yang menyebabkan kurang dalamnya
pembahasan materi.
3. Keterbatasan instrumen pengukuran yang digunakan.
4. Faktor perancu
D. Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Kegiatan
Tabel 4.35. Alternatif Pemecahan Masalah
No Masalah Tujuan Sasaran Alternatif1 ISPA Menurunkan
jumlah kejadian ISPA
Seluruh warga masyarakat RT 1 dan RT 3
- Memberikan penyuluhan tentang faktor-faktor yang menyebabkan penyakit ISPA
- Upayakan setiap pagi jendela di buka agar cahaya matahari masuk
Dalam pengambilan keputusan kami menggunakan metode
berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keinginan, yang nanti akan
diambil 1 (satu) kegiatan yang akan dilaksanakan.
Tabel 4.36. Kriteria mutlak
KegiatanInput
Output KetMan Money Material Method Marketing
I 1 1 1 1 1 1 √
II 1 1 1 1 1 1 √
Table 4.37. Kriteria Keinginan
46
Mudah (60) Berkembang (40) Berkelanjutan (20)
I 6 x 60 =360 5x 40 = 200 6 x 20 = 120 680
II 6 x 60 = 360 6 x 40 = 240 6 x 20 = 120 720
Jadi, dari kedua kegiatan kelompok kami sepakat dengan kegiatan
yang pertama yaitu penyuluhan tentang faktor-faktor yang mengakibatkan
penyakit ISPA.
47
Plan of Action
Tabel 4.38. Kegiatan Penyuluhan tentang faktor-faktor yang mengakibatkan penyakit ISPA
No KegiatanWhat
(Uraian)Who
(Pelaksana)When
(Waktu)Where
(Tempat)
How Much
(Biaya)1 Persiapan
(Perencanaan)1. Pembuatan surat izin kegiatan kepada ketua
RW, RT dan Kepala sekolah Sekolah Dasar untuk kesepakatan waktu dan tempat.
2. Persiapan materi penyuluhan tentang ISPA mengenai gejala dan pencegahan.
3. Mempersiapkan leaflet tentang ISPA.4. Persiapan bahan kuesioner pre dan postest.5. Persiapan doorprize untuk warga.
Mahasiswa kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unimus (pemegang program).
Sabtu, 7-9-2013
Labkesmas UNIMUS Wonolopo
-
2 Pelaksanaan 1. Perizinan kepada RT, RW, dan Kepala sekolah Sekolah Dasar.
2. Pemberian penyuluhan kesehatan tentang ISPA.
3. Pemberian pertanyaan pada warga dengan menggunakan kuesioner.
4. Pembagian leaflet tentang ISPA.
Mahasiswa kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unimus (pemegang program)Dengan sasaran ibu PKK dan anak SD kelas 3 dan 4
Minggu,8-9-2013, pukul 16.00 -18.00 WIB
Rabu, 10 September 2013 pukul 08.30 – 09.30
Rumah warga RT III RW III Kelurahan Mijen
Iuran mahasiswa
3 PengawasanPengendalianPenilaian
Evaluasi langsung oleh DPL dan evaluasi hasil kegiatan.
Dokter pembimbing lapangan (DPL)
Minggu,8-09-13Jam 07.00
Lokasi kegiatanLKMMKampus
-
48
49
E. Intervensi Kegiatan
Pengambilan keputusan untuk pelaksanaan kegiatan intervensi apa saja
yang akan dilakukan didasarkan pada hasil Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD) yang merupakan hasil diskusi dan kesepakatan warga tentang kegiatan
sesuai dengan yang mereka butuhkan. Mengingat yang hadir dalam MMD
tidak memenuhi forum maka, dilakukan konfirmasi ulang ke ketua RW, ketua
RT 1 dan RT 3 serta kepala sekolah. Berikut adalah hasil kesepakatan MMD
dari program-program yang diusulkan
1. Penyuluhan tentang penyakit ISPA dan faktor risiko kejadian ISPA terkait
dengan hasil survei yang dilakukan kepada ibu PKK warga RT 1 dan RT 3
RW III Kelurahan Mijen bertempat di rumah warga RT 3 pukul 16.00-
18.00 WIB
2. Penyuluhan kepada anak-anak mengenai penyakit ISPA yang dilakukan
pada hari Rabu 10 September 2013 pukul 08.30 – 09.30 WIB.
Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari minggu, 8 September 2013
pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai. Jumlah warga yang hadir sebanyak
21 orang. Adapun susunan acara terdiri dari pembukaan oleh ketua kelompok,
perkenalan mahasiswa, pengisian pretest oleh ibu-ibu yang hadir, penyuluhan,
tanya jawab, post test dan penutup.
Pada sesi pretest diberikan 11 (sebelas) pertanyaan pada peserta, meliputi
pengertian ISPA, penularan ISPA, gejala ISPA dan faktor risiko kejadian
ISPA. Pertanyaan berupa checklist ya atau tidak. Sebanyak 21 warga yang
hadir mengisi lembar pretest tersebut.
Hasil dari pretest, dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu
pengetahuan kurang, sedang dan baik. Pengetahuan kurang apabila 40%
pertanyaan dijawab dengan benar atau kurang dari 5 (lima) pertanyaan dijawab
benar. Pengetahuan sedang apabila 40-75% pertanyaan dijawab dengan benar
atau 6-8 pertanyaan dijawab dengan benar. Pengetahuan baik apabila 75%
pertanyaan dijawab dengan benar atau lebih dari 9 pertanyaan dijawab dengan
50
benar. Hasil pretest yang dilakukan oleh 21 warga tersebut tampak pada tabel
di bawah ini:
Tabel. 4.39. Hasil Pretest RW III
No Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)1 Kurang 12 57,12 Sedang 9 42,93 Baik 0 0
Total 21 100Sumber : pretest mengenai ISPA pada ibu PKK RT 1 dan RT 3 RW III
Berdasarkan hasil pretest didapatkan 12 orang (57,1%) termasuk dalam
kategori pengetahuan kurang dan tidak ada ibu yang memiliki pengetahuan
baik. Rata-rata responden yang mengisi lembar pretest menjawab sebanyak 5
pertanyaan benar. Sebanyak 18 orang menjawab salah pada pertanyaan ke-2
mengenai penularan ISPA (85,7%). Sebanyak 17 orang menjawab salah pada
pertanyaan ke-4 yaitu kejadian ISPA paling banyak terjadi pada anak-anak
(81%). Sebanyak 16 orang menjawab salah pada pertanyaan mengenai perilaku
membuka jendela (76,2%).
Adapun materi yang disampaikan dalam penyuluhan meliputi definisi,
gejala dan tanda, penularan, faktor risiko, pencegahan, pengobatan dan
komplikasi ISPA. Penyuluhan disajikan dalam bentuk paparan dan video
mengenai rumah sehat. Sesi tanya jawab dan pembagian leaflet dilakukan
setelah penyuluhan diberikan dan berlangsung selama 20 menit.
Sesi postest terdiri dari 11 (sebelas) pertanyaan yang sama dengan
pertanyaan pretest.
Tabel.4.40. Hasil Postest RW III
No
Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1 Kurang 0 02 Sedang 1 4,83 Baik 20 95,2
Total 21 100Sumber : pretest mengenai ISPA pada ibu PKK RT 1 dan RT 3 RW III
51
Berdasarkan hasil postest didapatkan 20 orang (95,2%) termasuk dalam
pengetahuan baik dan tidak ada ibu yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai ISPA setelah dilakukan penyuluhan. Rata-rata ibu yang mengisi
lembar postest menjawab sebanyak 10 pertanyaan benar. Kemudian dari data
yang didapatkan dilakukan analisis. Hambatan pada kegiatan ini adalah
banyaknya warga yang datang tidak tepat waktu sehingga kegiatan penyuluhan
mengalami keterlambatan.
Kegiatan kedua dilakukan di SD Negeri 02 Jatibarang yang terletak di
Jalan Sidodadi Jatibarang. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada hari
Rabu, 11 September 2013, pukul 08.30 WIB sampai dengan selesai. Sasaran
kegiatan adalah murid kelas 3 (tiga) dan 4 (empat), sejumlah 56 murid. Murid
kelas 3 (tiga) sebanyak 30 murid dan kelas 4 (empat) sebanyak 26 murid.
Susunan acara terdiri dari pembukaan, perkenalan, kegiatan penyuluhan,
permainan tanya jawab dan penutup. Penyuluhan dilakukan dengan media
presentasi berupa slide presentasi, didalamnya dijelaskan mengenai gejala dan
pencegahan ISPA dan ditampilkan gambar yang menarik. Penyuluhan diselingi
dengan permainan tanya jawab yang dikemas secara menarik. Kegiatan
berlangsung selama 60 menit dan berjalan dengan lancar.
Materi yang disampaikan dalam penyuluhan meliputi gejala dan tanda,
penularan, pencegahan dan makanan bergizi. Hambatan dari kegiatan
penyuluhan ini adalah adanya keterbatasan waktu dikarenakan kegiatan
penyuluhan dilakukan saat waktu istirahat saja agar tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar.
F. Evaluasi Hasil Kegiatan
Evaluasi kegiatan penyuluhan ibu-ibu PKK RW III Kelurahan Mijen.
Pada saat pre-test didapatkan sebanyak 12 orang (57,1%) dikategorikan
menjadi pengetahuan kurang dan tidak ada satupun yang berpengetahuan baik.
Setelah memberikan penyuluhan, dilaksanakan post-test dengan pertanyaan
yang sama, sebanyak 20 orang (95,2%) dikategorikan berpengetahuan baik.
52
Indikator keberhasilan penyuluhan adanya peningkatan pengetahuan sebelum
dan setelah penyuluhan dilihat dari jumlah pertanyaan yang dijawab benar.
Evaluasi kegiatan penyuluhan di SD Negeri 02 Jatibarang kelas tiga
dan empat. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan berlangsung baik, terlihat bahwa
murid SD kelas 3 dan 4 mengikuti permainan dengan antusias. Peserta
diajarkan pentingnya mencegah penularan ISPA. Saat dilakukan penyuluhan
banyak siswa yang antusias, hal tersebut tampak pada saat sesi tanya jawab
dimana siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh.
Kegiatan berlangsung baik, peserta yang datang antusias, guru dan sejawat
dokter muda FK UNIMUS ikut membantu dalam pelaksanaan penyuluhan.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei, masalah kesehatan yang ditemukan di RT. 1
dan RT. 3 RW III adalah sebagai berikut: ISPA, Diare, Ca mamae, dan
sinusitis. Berdasarkan analisis dengan menggunakan Hanlon Kualitatif
dengan menggunakan kriteria urgency, seriousness, dan growth didapatkan
prioritas masalah yang akan dipecahkan adalah ISPA.
Dari hasil analisis penyebab masalah melalui pendekatan HL Blum dan
dengan menggunakan statistik didapatkan penyebab masalah dari masing-
masing prioritas masalah kesehatan berdasarkan faktor perilaku, lingkungan,
pelayanan kesehatan, dan kependudukan/keturunan. Prioritas masalah
kemudian dimusyawarahkan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
dan dibuat Plan of Action dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Untuk mengatasi penyebab masalah di atas, alternatif pemecahan
masalah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan penyuluhan mengenai ISPA dan faktor risikonya di RT 1 dan RT
3 RW III Kelurahan Mijen
2. Kegiatan penyuluhan mengenai ISPA di SD Negeri 02 Jatibarang
Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu mengetahui dan
menyelesaikan permasalahan–permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat
RT. 1 dan RT. 3 RW III Kelurahan Mijen.
B. Saran
Untuk mengatasi masalah kesehatan di atas, kami menyarankan hal-hal
sebagai berikut :
1. Kepada Ketua RW, Ketua RT, dan Tokoh Masyarakat :
- Agar berperan serta dalam memotivasi, membina, dan menggerakan
masyarakat dalam upaya meningkatkan kebersihan lingkungan
rumah.
54
- Perlu dilakukan tindak lanjut pelaksanaan kegiatan intervensi
mahasiswa karena kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat
merupakan beberapa faktor yang sangat penting dalam upaya
pencegahan penyakit terutama ISPA
2. Masyarakat RT 1 dan RT 3 RW III
- Agar berperan serta dalam mengikuti kegiatan dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat
3. Peneliti selanjutnya
- Agar dapat menggali serta menyelesaikan lebih banyak masalah
yang muncul pada prioritas masalah dengan cara mempersiapkan
sumber daya yang lebih optimal.
- Perbaikan kuesioner dalam hal pelayanan kesehatan, perilaku
pengobatan secara dini penyakit ISPA, kepadatan hunian,
karekateristik penghasilan keluarga, dan klasifikasi perilaku
merokok.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. 2010. Visi dan Misi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaI. Available from: www.depkes.go.id/index.php/profil/visi-misi.html (31 Agustus 2013).
2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar kompetensi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia Available from: http://inamc.or.id/download/Standar%20Kompetensi%20Dokter.pdf (31 Agustus 2013).
3. Dinkes Jateng. 2010. Pembangunan Kesehatan Diarahkan Pada Upaya Promotif dan Preventif. Available from : http://www.dinkesjatengprov.go.id (31 Agustus 2013)
4. Kementrian RI. 2003. Kepmenkes RI no. 128/Menkes/SK/II/2004. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta : kepmenkes.
5. Suhandayani, I. 2007. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006. Semarang : Skripsi Tidak dipublikasikan
6. Nelson. 2003. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC
7. Lamsidi, A. 2003. Hubungan Kondisi Kesehatan Lingkungan Pemondokan Dengan Kejadian ISPA di Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Semarang : Skripsi tidak dipublikasikan
8. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
9. Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyalit Saluran Pernafasan Akut. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
10. Sastroasmoro S, Ismael S.2008. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
56
Kuesioner pengetahuan ISPA
NAMA :USIA :RT/RW :NO PERNYATAAN YA TIDAK SCORE1. ISPA adalah suatu penyakit yang menyerang
saluran pernafasan dikarenakan virus maupun bakteri
2. ISPA dapat ditularkan lewat udara dan percikan ludah
3. Salah satu gejala dari penyakit ISPA yaitu batuk pilek
4. ISPA sering menyerang anak-anak 5. Lingkungan rumah yang tdak bersih
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya ISPA
6. Membersihkan rumah secara teratur adalah salah satu cara untuk menurunkan faktor risiko terjdinya ISPA
7. Membakar sampah merupakan cara pencegahan penyakit ISPA
8. Menutup mulut saat btuk dan bersih merupakan cara untuk mencegah penularan ISPA
9. Membiarkan jendela tertutup sepanjang hari merupakan cara pencegahan penyakit ISPA
10. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap oleh keluarga dirumah semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA
11. Cukupnya cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar dapat menurunkan risiko kejadian ISPA
57
FORM SURVEI KESEHATAN MASYARAKAT
Identitas Responden Nomor identitas (kode) :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 24 25 26 27 28 29 3031 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama Responden :RT/RW :Kelurahan : MijenNama pelaksana survei :
I. KEPENDUDUKANDaftar nama anggota keluarga yang tinggal, berdasarkan lamanya tinggal (selama enam bulan terakhir)
No Nama KK & Anggota Keluarga L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Jenis kelamin1. Laki-laki2. Perempuan
Pendidikan 1. tidak sekolah2. belum sekolah3. tidak lulus SD
4. lulus SD5. lulus SLTP
6. lulus SLTA7. lulus D3/S1
Pekerjaan : 1. petani 2. swasta
3. buruh4. PNS
5. Ibu rumah tanggaJumlah rata- rata penghasilan dalam 1 bulan : 1. < 1.000.000 2. > 1.000.000
II. STATUS KESEHATANa. Penyakit yang pernah diderita :
1. ISPA2. Diare3. DBD
4. Tiphoid5. TB
b. Jumlah penderita dalam 1 rumah:1. < 22. ≥2
58
1 2
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5
1 2
1 2 3 4 5
1 2
c. Diderita pada usia : a. Balita ≤ 5 tahun
b. Anak (6-21 tahun)c. Dewasa ( > 21 tahun)
III. PENGETAHUAN1. Pengetahuan ISPA
No. Pernyataan Benar (2) Salah (1)1. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit yang
disebabkan oleh suatu virus 2. ISPA merupakan penyakit yang berlangsung lama karena
dapat menyebabkan keparahan3. ISPA dapat menyerang karena lingkungan sekitar rumah
yang bersih 4. Bila tidak diobati secara cepat ISPA dapat menimbulkan
kematian 5. ISPA mudah menyerang karena menular lewat udara
1 2
2. Pengetahuan diare No. Pernyataan Benar (2) Salah (1)1. Diare adalah penyakit yang parah karena menyerang
segala umur dan berakibat fatal pada tubuh 2. Diare merupakan penyakit yang parah karena dapat
berlangsung lama 3. Diare dapat mengakibatkan kekurangan cairan 4. Diare dapat disertai darah saat buang air besar5. Diare dapat menyebabkan pingsan
1 2
3. Pengetahuan Demam TyphoidNo. Pernyataan Benar(2) Salah (1)1. Typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman2. Typhoid merupakan penyakit yang menyerang system
pencernaan3. Typhoid ditandai dengan adanya deman terutama pada malam
hari4. Pada typhoid terdapat gangguan pencernaan misalnya diare
atau sembelit
1 2
4. Pengetahuan TBNo Peryataan Benar (2) Salah (1)
1. Penyakit Tuberkulosis Paru adalah batuk berdahak bercampur darah
2. Penyebab penyakit Tuberkulosis Paru adalah kuman atau bakteri
3. Penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular kepada anggota keluarga lain
59
1 2 3
4. Penyakit Tuberculosis ditandai dengan batuk berdahak lebih dari 3 (tiga) minggu ,bercampur darah, sesak napas, rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan turun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari sebulan
5. Penularan Tuberkulosis Paru melalui udara
1 2
5. Pengetahuan DBDNo Pertanyaan Benar (2) Salah (1)
1. Penyebab penyakit demam berdarah adalah virus dengue 2. Gejala dan tanda-tanda orang yang menderita penyakit demam
berdarah dengue : Demam mendadak, Sakit kepala, Nyeri sendi / tulang / otot, Nyeri ulu hati, Perdarahan berupa : bintik-bintik merah di kulit, perdarahan gusi / hidung, batuk darah, berak darah, dan lain-lain.
3. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang berbahaya
4. Penyakit demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian
5. Penyebaran penyakit demam berdarah dengue melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita demam berdarah dengue
1 2
IV. PERILAKU KESEHATANa. Sarana Air Bersih dan Air Minum
1. Anggota keluarga mengkonsumsi air minum bersumber dari: a. air PDAM (1)b. air sumur (2)c. air sungai (3)d. air minum dalam kemasan (4)
1 2 3 42. Apakah untuk keluarga selalu disediakan air minum yang sudah dimasak?
a. ya (2)b. tidak (1)
1 2b. Kebiasaan buang air besar
1. Apakah keluarga mempunyai jamban?a. ya (2)b. tidak (1)
1 22. Apakah Jenis Jamban di rumah :
a. leher angsa (2)b. wc cemplung (1)
1 23. Apakah SELURUH anggota keluarga BAB di jamban/WC?
a. ya (2)b. tidak (1)
1 2
60
4. Apakah keluarga menyediakan air dan sabun dekat dengan tempat pembuangan tinja?a. ya (2)b. tidak (1)
1 2
c. Kebiasaan mencuci tangan1. Apakah anggota keluarga mencuci tangan memakai sabun sebelum makan?
a. ya (2)b. tidak (1)
1 22. Apakah keluarga selalu mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar?
a. ya (2)b. tidak (1)
1 2
d. Kebiasaan diri1. Apakah anggota keluarga menutup mulut ketika batuk ?
a. ya (2)b. tidak (1)
1 22. Apakah anggota keluarga suka membuang ludah sembarangan?
a. ya (2)b. tidak (1)
1 23. Apakah anggota keluarga mempunyai kebiasaan menggantung pakaian ?
a. Ya (2)b. Tidak (1)
1 2
e. Kebiasaan membersihkan rumah 1. Dalam sehari berapa kali membersihkan rumah ?
a. Tidak teratur (1)b. 1 kali (2)c. 2 kali (3)d. 3 kali lebih (4)
1 2 3 42. Dalam membersihkan tempat penampungan air (bak mandi, tempayan dll)
a. Tidak teratur (1)b. Sebulan sekali (2)c. Seminggu dua kali (3)d. Seminggu sekali (4)e. Tiap hari (5)
1 2 3 4 53. Apakah keluarga biasa membuka jendela setiap hari
a. ya (2)b. tidak (1)1 2
f. Kebiasaan merokok1. Apakah ada anggota keluarga yang merokok?
a. ya (2)b. tidak (1)
1 2
61
V. LINGKUNGANPembuangan kotoran (BAB) Skor1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi
syarat)3. Tidak ada
Ada sarana, mudah disiram, bersih, menggunakan leher angsa atau bentuk cemplung dengan tutup, sehingga kecoa dan lalat dapat masukTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
21
0
Penyediaan air bersih1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi
syarat)3. Tidak ada
Ada sumber air yang terlindung dari pencemaran, bersih, cukup untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan cuciTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
21
0
Pembuangan sampah1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi
syarat)
3. Tidak ada
Ada tempat/lubang sampah yang cukup menampung sampah rumah tangga keluarga yang bersangkutan, dibakar/ditimbun secara teratur sehingga tidak menjadi sarang nyamuk, lalat dan tikusTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
21
0Pe mbuangan air limbah
1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi
syarat)3. Tidak ada
Ada penampungan air limbah dan tertutup sehingga tidak ada genangan air limbah di halamanTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
21
0Jendela
1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi
syarat)3. Tidak ada
Ada jendela diruangan tamu dan tempat tidur, jendela apat dibuka dan tutup, luasnya 1/10 (10%) luas lantai bangunan.Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
21
0Lubang asap dapur
1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi
syarat)
3. Tidak ada
Ada konstruksi untuk pengeluaran asap dapur, asap dapur dapat keluar dari rungan bila sedang dipakai memasak dan tidak mengganggu penglihatanTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
21
0Ruang tidur
1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi
syarat)3. Tidak ada
Ada ruangan tidur, terang pada siang hari, tidak lembab baik lantai maupun dinding
Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas
21
0Jumlah
Kualitas LingkunganBebas jentik Skor 1. Ya
2. Tidak
Tidak ditmukan jentik nyamuk pada tempat penampungan air baik didalam rumah maupun diluar rumahTidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
0Bebas tikus1. Ya
2. Tidak
Tidak ditemukan tikus dan jejaknya baik didalam maupn diluarTidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
0Bebas lalat1. Ya
2. Tidak
Ditemukan sedikit (satu/dua) lalat didapur dan sektarnyaTidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
0
62
Pekarangan bersih1. Ya
2. Tidak
Kaadaan pekarangan bersih baik dari sampah maupun kotoran hewan ternak dan tertata rapiTidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
0Pekarangan dimanfaatkan1. Ya
2. Tidak
Pekarangan dimanfaatkan untuk tumbhan pelindung, tanaman obat keluarga, sayuran dan sejenisnya.Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
0
Kandang terpisah dan bersih1. Ya
2. Tidak
Bangungan kandang hewan ternak tersendiri, tidak menjadi satu dengan rumah induk, keadaan bersih terawat dan tertata dengan rapi.Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas
1
0Jumlah< 18 (1)≥ 18 (2)Layak Sehat (2)Tidak layak sehat (1)
63
DAFTAR HADIR PENYULUHAN ISPA DI RT 1 DAN RT 3 RW III
KELURAHAN MIJEN
No. Nama1. Anik M 2. Anik P 3. Subiyah 4. Supiah 5. Sujilah 6. Karsimah 7. Supiyati 8. Masitun 9. Ruyami 10. Ponirah 11. Muntayah 12. Painah 13. Tri 14. Farida 15. Titik 16. Aryati 17. Rukanah 18. Solekah 19. Junari 20. Erlina 21. Jiyarti
64
DAFTAR HADIR KEGIATAN PENYULUHAN ISPA DAN PHBS DI SD NEGERI 02 JATIBARANG (11 SEPTEMBER 2013)
Kelas IIINO. NAMA MURID
1 Muchammad R2 Tri Mu’liman3 Abdul Rochim4 Deshinta Risty5 Alyafira Salsabila P6 Andi Priyadi7 Arinvia Hastaria8 Aufa Hilmi9 Bagus Irawan10 Cici Rahmadani11 Cindi Putri12 Djemric13 Feby Nur14 Ferdian Bagus15 Frengky Putra16 Isti Aminaroh17 Ndaru Tri18 Nonny R19 Reva Asti Ananda20 Trima Mulya21 Unggul Wicaksono22 David Romadon23 Tema Alviyanina24 Salsa Nadia Putri25 M. Nur Alfath26 Denis Attarik
Kelas IVNo Nama Murid1 Dwi Pandu S2 Ali dwi R3 Adietya Hendry4 Adkhanaya M5 Arya Rifqi6 Ayu Eva7 Dendi Trio8 Devano Ibnu9 Dimas Dwi P10 Dipto Rama11 Dwi Kurnia I
65
12 Fadhilia R13 Ferissa Aulia14 Fina Wahyu15 Galih Fahrian16 Hansen Satria17 Heru Priyono18 Ida Nur Aini19 Ilham Ragil20 Jasmine R21 Putri Eka22 Patrisia D23 Rama Aji24 Rendi Dwi25 Shinta Libia26 Tania Amelia27 Tirta Buana28 Tri Mulyani29 Viki Hari30. Eka Risma
66
LAMPIRAN
Kegiatan survei kesehatan masyarakat di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen
Kegiatan MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) di Labkesmas Wonolopo
67
Penyambutan Dokter Muda UNIMUS oleh Kepala Sekolah SD Negeri 02
Jatibarang
Penyampaian materi penyuluhan ISPA di SD Negeri 02 Jatibarang
68
69
Pengisian lembar pretest oleh ibu PKK RW III
Kegiatan Penyuluhan tentang ISPA di kegiatan PKK RW III
70
71