laporan field lab fix (kurang responden dan pembahasannya)
DESCRIPTION
respirasiTRANSCRIPT
LAPORAN FIELD LAB
BLOK 7 SISTEM RESPIRASI
BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU
Di Susun Oleh :
Anggita Ramadhanti R. P 1413010001
Mahidin 1413010006
Bagus Susetio Wicaksono 1413010014
Mufida Rizqiyani Husna 1413010016
Hudaya Taufiq 1413010017
Gylang Adi Prakoso 1413010018
Desi Dwi Nurchasanah 1413010041
Britania Cahya Kiyenda 1413010047
Raden Maghfira Kurnia K 1413010049
Nur Rizki Fajrin Khotami 1413010050
Preceptor Fakultas :
dr. Paramita Septianawati
Preceptor Lapangan :
dr. Purwanto
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................................................
B. Tujuan .................................................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................
BAB III. LAPORAN HASIL KEGIATAN ..........................................................................
BAB IV. PEMBAHASAN ....................................................................................................
BAB V. PENUTUP................................................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.PENDAHULUAN
Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade
terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi
pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah,
sehingga pada tahun 1993 Badan Kesehatan Dunia(WHO) mencanangkan TB sebagai global
emergency. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan
urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas),
diagnosis dan terapi yang cukup lama. Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian
utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan
ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu
penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang
menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan
bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka
insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000
penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. ( WHO,2002)
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobakterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat pula mengenai organ lain. Sumber penularannya adalah pasien
BTA positif.Penularan dapat terjadi lewat percikan dahak/ droplet nuclei. Faktor risiko
penularan TB antara lain: tergantung tingkat pajanan dengan percikan dahak, pasien dengan
BTA positif risiko penularannya lebih besar dari BTA negatif, risiko penularan tiap tahun
ditunjukan dengan Annual Risk of Tuberculosis(ARTI),ARTI di Indonesia bervariasi antara
1-3%. Hanya 10% dari yang terinfeksi kuman TB akan menjadi sakit. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang terkena Tb adalahdaya tahan tubuh yang rendah(pada
kasus HIV/AIDS) dan malnutrisi(gizi buruk) Upaya penanggulangan TB dilakukan dengan
strategi DOTS(Directly Observed Treatment Short course). Upaya ini telah terbukti
sebagai strategi penanggulanagan yang secara ekonomi paling efektif. Penerapan DOTS
dengan baik dapat mencegah terjadinya MDR-TB(Multi Drug Resistent-TB). Strategi DOTS
terdiri dari5 komponen kunci:
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis
3. Pengobatan jangka pendek yang sesuai standar bagi semua kasus TB
4. Jaminan tersedianya OAT yang bermutu
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan
Kegiatan fieldlab dalam rangka program penanggulangan penyakit menular
Tuberculosis ini mencoba menjelaskan tentang kegiatan apasaja yang dilaksanakan Unit
Pelayanan Kesehatan dalam upaya penanggulangan TB. Upaya penatalaksanaan TB
meliputi penemuan pasien dan pengobatan. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari
penjaringan suspek,diagnosis,penentuan klasifikasi penyakit dan menentukan tipe pasien.
B.TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mendemonstrasikan algoritma penemuan suspek dan kasus TB dengan dengan strategi
DOTS.
2. Mendemonstrasikan alur pencatatan dan pelaporan kasus TB dengan strategi
DOTS
3.Mendemonstrasikan cara pemantauan dan evaluasi pengobatan kasus TB dengan strategi
DOTS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan
termasuk dalam ordo Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M.
tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M.microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks
tersebut, M. Tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan
bagian lain tubuh manusia Penyebab tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium
tuberculosa, yang berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman
TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat gelap dan lembab. Oleh karena itu dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman
(tidur), tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes, 2002).
M. tuberculosis merupakan kuman berbentuk batang, berukuran panjang 5μ dan lebar
3μ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob, pada pewarnaan gram maka warna
tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu M. tuberculosis disebut
sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Pada dinding sel M. Tuberculosis lapisan lemak
berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan yang ada dibawahnya, hal ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan,
yaitu suatu molekul lain dalam dinding sel M. tuberculosis, yang berperan dalam interaksi
antara inang dan patogen, sehingga M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau juga dikenali sebagai Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan obstruksi saluran pernafasan yang
progresif dan ireversibel; terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya.
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) bukanlah penyakit tunggal, tetapi merupakan satu
istilah yang merujuk kepada penyakit paru kronis yang mengakibatkan gangguan pada sistem
pernafasan. Secara klinis, bronkitis kronik didefinisikan sebagai manifestasi batuk kronik
yang produktif selama 3 bulan sepanjang dua tahun berturut-turut. Sementara emfisema
didefinisikan sebagai pembesaran alveolus di hujung terminal bronkiol yang permanen dan
abnormal disertai dengan destruksi pada dinding alveolus serta tanpa fibrosis yang jelas. The
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) guidelines mendefinisikan
PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan gangguan pernafasan yang ireversibel,
progresif, dan berkaitan dengan respon inflamasi yang abnormal pada paru akibat inhalasi
partikel-partikel udara atau gas-gas yang berbahaya.
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh
dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan peningkatan kepekaan
saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak napas
(breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama
pada malam atau dini hari. (PDPI, 2006; GINA, 2009). Menurut National Heart, Lung and
Blood Institute (NHLBI, 2007), pada individu yang rentan, gejala asma berhubungan dengan
inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan hiperesponsivitas dari saluran pernapasan
yang bervariasi derajatnya.
BAB III
LAPORAN HASIL KEGIATAN
1. Responden 1
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 75 tahun
Alamat : Tambak Negara RT 05 RW 02, Rawalo ,Banyumas
Pekerjaan : Petani
a. Hasil
1) Hasil Anamnesis :
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : Batuk berdahak
Lokasi : -
Onset dan kronologi : 1 bulan yang lalu, tiba-tiba
Kualitas : Batuk disertai dahak ,ketika batuk terasa sakit
di dada
Kuantitas : Batuknya pada malam hari ,mengganggu
aktifitas
Faktor pemberat : Pada saat beraktifitas
Faktor peringan : Istirahat ,minum obat
Gejala penyerta : Sesak napas, perut sakit, lemas, pusing ,kadang
demam
b. Riwayat penyakit dahulu
Belum pernah menderita penyakit serupa
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada yang menderita penyakit paru ,tidak ada keturunan yang menderita
penyakit serupa.
d. Riwayat social ekonomi
Tidak memiliki asuransi kesehatan
e. Riwayat kebiasaan
Merokok ,suka minum manis-manis ,suka makan gorengan
2) Hasil Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah: 130/80 mmHg
Berat badan : 47 kg
3) Hasil Pemeriksaan Penunjang
Foto thorax : Terdapat corakan bronkovaskuler sampai 1/3 lateral
4) Terapi Farmakologi :
Dilakukan terapi oksigen yaitu nebulasi
Obat Levofloxacin diberikan 1x/sehari
Obat Ranitidine untuk sakit perut diberikan 2x/sehari
Obat Batuk diberikan 2x/sehari
Obat Sesak bentuk sirup diberikan 2x/sehari ,1 sendok obat
2. Responden 2
Nama : Tn. G
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 7 tahun
Alamat : Meri
Pekerjaan : Pelajar
1) Hasil Anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : Batuk
Onset / kronologi : 2 tahun lalu
Kualitas : batuk terus menerus dengan dahak
Kuantitas : batuk hanya saat malam hari
Faktor pemberat : setelah capai dan makan makanan berminyak
Faktor peringan : minum obat
Gejala penyerta : muntah
b. Riwayat penyakit dahulu
Sakit serupa : sudah pernah
Waktu : 5 tahun yang lalu
Riwayat berobat : minum obat batuk dari dokter
c. Riwayat penyakit keluarga
Sakit serupa : tidak ada
Penyakit keturunan : tidak ada
Kebiasaan : makan makanan berminyak dan bermain ke
tetangga sebelah yang menderita batuk lama juga
2) Pemeriksaan fisik
Tidak dilakukan pemeriksaan fisik / pemeriksaan fisik sudah dilakukan di
awal
3) Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang / pemeriksaan penunjang sudah
dilakukan di awal
4) Farmakoterapi
Dokter memberikan obat OAT dan obat batuk untuk menekan batuknya. Adek
G di berikan edukasi seperti jangan sering lari-lari dan menghindari makanan
yang b isa merangsang batuk seperti gula dan gorengan.
3. Responden 3
Nama : Tn. X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 24 Tahun
Alamat : Sidamuli, Kec. Rawalo, Kab. Banyumas
Pekerjaan : Buruh Pabrik di PT
1) Hasil anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : Batuk disertai darah dan meminta obat karena sedang
menjalani pengobatan yang berjalan sudah 2 bulan
Onset/Kronologi : Dirasakan sejak bulan juli
Kualitas keluhan : Batuk yang disertai dahak dan darah
Kuantitas keluhan : Mengganggu aktivitas
Faktor pemberat : Saat bekerja
Faktor peringan : Saat minum obat
Gejala Penyerta : -
b. Riwayat penyakit dahulu
-
c. Riwayat penyakit keluarga
-
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Mempunyai BPJS
e. Pola Kehidupan
Dahulu seorang perokok, tetapi % tahun belakangan ini sudah berhenti, tidak
mengkonsumsi alkohol, tidur tidak teratur, pola makan tidak teratur, konsumsi air
putih ± 8 gelas sehari
2) Farmakoterapi
Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin, vitamin dan obat
anti nyeri.
4. Responden 4
Nama : Tn. F
Usia :19 Tahun
Jenis Kelamin :Laki-Laki
Alamat :Pangebatan RT/RW 007/07, Bantarkawung
Pekerjaan :Pelajar
Status Pernikahan : Belum Menikah
1) Hasil anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : nyeri perut di sisi kiri dan kanan
Onset dan kronologis : nyeri dirasakan sejak kecil awalnya pasien
menderita hernia, kemudian pasien melakukan operasi. Setelah itu terkena usus
buntu, kemudian melakukan operasi lagi, tapi masih nyeri perut, kemudian
dilakukan pemeriksaan pa dan didapatkan diagnosis tb usus (limfadenitis
tuberculosa kaseosa)
Kwalitas keluhan : mengganggu aktivitas sehari-hari
Kuantitas keluhan : jika diambil angka 1-10 berada pada anka
kisaran 7-8, tergolong berat
Factor memperberat keluhan : beraktivitas, kecuali istirahat
Factor memperingan keluhan : istirahat/ tidur
Gejala penyerta :nyeri dada, demam
b. Riwayat penyakit dahulu
Belum Pernah Terkena Penyakit Yg Serupa
Hernia
Usus Buntu
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak Ada Penyakit Yang Serupa
Tidak Punya Riwayat Penyakit Tuberculosis
Tidak Pnya Pnyakit Kronis Yang Lain
d. Riwayat Social Ekonomi
Menggunakan Bpjs Kesehatan
Yang Membiayai Adalah Kakanya
Anak Ke 2 Dari Empat Bersaudara
e. Riwayat Alergi Obat
Pasien Mengaku Tidak Pnya Riwayat Alergi Obat
f. Kebisaan Pribadi
Tinggal Diasrama
Kadang Kadang Merokok
Tidak Mengkonsumsi Alcohol
2) Hasil pemeriksaan fisik
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 Mmhg
Suhu : -
Nadi : -
Respirasi : -
Pemeriksaan Fisik Thorax
Inspeksi : -
Palpasi : -
Perkusi : -
Auskultasi : -
Berat Badan :61 Kg
Tinggi Badan : -
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi :Normal
Pemeriksaan Bta :Negatif
Pemeriksaan Darah : HB= 11,3; SGOT : 18; SGPT : 20
5. Responden 5
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : perempuan
Usia : 37 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Tinggar Wangi, Kecamatan Jatilawang, Kab Banyumas
1) Hasil anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : sesak napas
Onset/kronologi : sejak hampir satu tahun yang lalu
Kualitas : rasa sesaknya sangat terasa sehingga tidak bisa tidur.
Kuantitas : sangat menggangu aktivitas
Faktor pemberat : Saat beraktivitas, Saat terkena asap, Saat merasa kedinginan
Faktor peringan : Setelah konsumsi obat, Setelah diterapi nebulizer
Gejala Penyerta : meriang, pusing, sakit tenggorokan
b. Riwayat penyakit dahulu
Tahun 2007 didiagnosis TB paru, Tahun 2008 dinyatakan sembuh oleh
Dokter.
c. Riwayat penyakit keluarga
-
d. Riwayat social ekonomi
-
2) Hasil pemeriksaan fisik
Kami tidak dapat melakukan pemeriksaan fisik hanya melihat dr. Puji
melakukan perkusi dan auskultasi kepada pasien.
3) Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan thorax : hasilnya normal, namun terdapat sedikit corakan di bronkusnya.
Pemeriksaan sputum : setahun yang lalu awal berobat ke balai pengobatan paru pasien
di periksa sputumnya dan hasilnya negatif.
6. Responden 6
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Alamat : Tinggar Wangi, Kecamatan Jatilawang, Kab Banyumas
Pekerjaan : Penjual Burung Dara
1) Hasil anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : Sesak
Onset / kronologi : 1 tahun yang lalu
Kualitas : sampai mengganggu aktifitas
Kuantitas : sesah setipa saat ketika aktifitas
Faktor pemberat : aktifitas
Faktor peringan : istirahat
Gejala penyerta : Batuk kering, sakit perut
b. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit ` : TBC
Waktu : tahun 2007
Riwayat berobat : lengkap (OAT 6 Bulan)
c. Riwayat penyakit keluarga
Sakit serupa : Istri
d. Riwayat social ekonomi
Pasien berobat dengan BPJS
2) Farmakoterapi
- Nebulizer
- Salbutamol
- cefixime 100mg => 2x1 sehari
- Ranitidine 150mg =>2x1 sehari
- Ambroxol 30mg 2x1 => sehari
7. Responden 7
Nama : ibu x
Usia : 30 tahun
Alamat : kebasen
Pekerjaan : ibu rumah tangga
1) Hasil anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : nyeri dada
Onset : 3 bulan yang lalu
Kualitas : seperti ditusuk-tusuk
Kuantitas : setiap saat
Faktor pemberat : saat bangun tidur, saat beraktivitas
Faktor peringan : ketika dahak dapat dikeluarkan
Gejala penyerta : batuk berdahak berwarna hijau dan susah keluar dahak, sakit
kepala, kadang demam tinggi
b. Riwayat penyakit dahulu
Sakit serupa : sudah pernah, dengan batuk berdarah dan demam yang tinggi.
Waktu : pada Februari 2015
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu penderita terkena diabetes mellitus
2) Hasil pemeriksaan fisik
Inspeksi : tidak ada ketertinggalan gerak paru, keadaan umum pasien
terlihat menahan sakit
Auskultasi : terdengar suara ronki
Perkusi : pekak
3) Hasil pemeriksaan penunjang
Dilakukan foto rontgen thorax pada bulan Februari dengan hasil terdapat
corakan bronkovaskuler yang meningkat dan terdapat banyak di basis pulmo.
4) Farmakoterapi
Diberikan obat ekspektoran sirup untuk mengeluarkan dahak, obat antibiotik
untuk mengobati penyebab sakit yang diberikan selama 3 hari, dan obat anti nyeri
untuk menahan rasa sakit.
8. Responden 8
Nama : ibu x
Usia : 62 tahun
Alamat : Banjaranyar, Pekuncen
Pekerjaan : penjual mie ayam
1) Hasil anamnesis
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : sesak napas
Onset : 5 tahun yang lalu
Kualitas : seperti ditusuk-tusuk dadanya
Kuantitas : setiap saat
Faktor pemberat : saat beraktivitas berat
Faktor peringan : ketika istirahat, sehabis minum obat
Gejala penyerta : batuk berdahak disertai darah, sakit kepala, kadang demam
tinggi, nyeri dada
b. Riwayat penyakit dahulu
Pada bulan Juli mengalami kecelakaan, sehingga fraktur pada costae II
sinistra, dan sampai sekarang masih dipasang pen
Sakit serupa : sudah pernah, dengan batuk berdarah dan demam yang tinggi
Riwayat berobat : dahulu pernah berobat di margono, namun sejak 4 tahun yang
lalu di rujuk ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
c. Riwayat penyakit keluarga
Sakit serupa : ayahnya sakit serupa dah sudah meninggal
d. Kebiasaan : sekarang sudah berhenti merokok, sebelum sakit adalah
perokok aktif selama lebih dari 10 tahun tetapi setelah mengalami sakit sejak
sudah bukan perokok aktif. Sering tidak pakai masker kalau jualan di pinggir
jalan.
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi : ada ketertinggalan gerak paru (dada kiri lebih tertinggal
dibanding dada kanan), keadaan umum pasien terlihat menahan sakit, barrel chest
Auskultasi : terdengar suara ronki dan wheezing
Perkusi : pekak
3) Pemeriksaan penunjang
Tidak diketahui karena pada saat check up kemarin, hasil photo rontgennya tidak
dibawa
4) Farmakoterapi
Diberikan obat antipiretik, antibiotik,analgesik, dan ekspektoran
9. Responden 9
Nama : Tn. T
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 57 tahun
Alamat : Dukuh Waluh
Pekerjaan : Petani
b. Hasil
5) Hasil Anamnesis :
f. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama : Sesak
Lokasi : -
Onset dan kronologi : 1 bulan yang lalu, tiba-tiba
Kualitas : Mengganggu aktifitas, cukup sesak
Kuantitas : Sesak saat beraktfitas
Faktor pemberat : Pada saat beraktifitas
Faktor peringan : Istirahat ,minum obat
Gejala penyerta : Batuk, pusing ,nyeri
g. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita keluhan yang sama beberapa tahun lalu
h. Riwayat penyakit keluarga
Istrinya mengeluh sesak yang sama.
i. Riwayat social ekonomi
Tidak memiliki asuransi kesehatan
j. Riwayat kebiasaan
Pernah Merokok beberapa tahun lalu, tetapi sudah berhenti.
6) Hasil Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah: -
Berat badan : -
Auskultasi : wheezing
7) Hasil Pemeriksaan Penunjang
Foto thorax : Terdapat corakan bronkovaskuler sampai 1/3 lateral
8) Terapi Farmakologi :
Dilakukan terapi oksigen yaitu nebulasi
Obat Salbutamol sebagai bronkodilator
Obat Ambroxol sebagai mukolitik
Obat Azithromycin sebagai antibiotik
10. Responden 10
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pada Field lab yang dilaksanakan di balai kesehatan paru nasional pada hari Senin 2
November 2015 pukul 08.00- 10.30 didapatkan salah satu kasus yang menarik bagi kami
untuk dibahas yaitu pasien dengan diagnosis tuberkulosis ekstra paru. Tuberculosis ekstra
paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Micobacterium tuberculosis yang menyerang
di bagian selain paru. Diketahui bahwa pasien seorang laki-laki berumur 18 tahun yang
sedang mengalami pengobatan tuberculosis ekstra paru yang telah dijalani 6 bulan ini. Saat
masih kecil diketahui bahwa pasien pernah operasi hernia dan pada bulan Maret mengalami
operasi usus buntu/ apendisitis. Kemudian pada bukan April kemarin pasien di diagnosis
mengalami tuberculosis ekstra paru yaitu pada bagian usus. Pasien tinggal di sebuah pondok
dengan teman kamar sebelahnya mengalami batuk yang tak kunjung sembuh. Pemeriksaan
foto thorax yang dilakukan tidak terlihat kelainan pada paru pasien.
B.Saran
Pada Field lab kali ini telah dilaksanakan dengan lancar dan baik. Preseptor lapangan
juga telah banyak membantu kami dengan berbagi ilmu yang baru bagi kami dengan
berinteraksi dengan pasien langsung. Dan mengamati proses pelayanan kesehatan yang
dilakukan di balai kesehatan paru nasional. Walaupun balai pengobatan masih dalam
pembangunan namun tidak terlalu menganggu kegiatan Field lab kali ini. Mungkin kedepan
bisa diberikan waktu untuk diskusi tentang alur pengobatan di balai pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan
KesehatanAnak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980.
Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR. 1980.
Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada Anak.
Surabaya. 1987.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada
Anak. Jakarata, :10 ,1991.
Baratawidjaja, K. (1990) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta : FK UI.
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.
Crockett, A. (1997) “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta : Hipocrates.
Crompton, G. (1980) “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell
Scientific Publication.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “Rencana Asuhan
Keperawatan”, Jakarta : EGC.
Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta :
EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit”, Jakarta : EGC.
Pullen, R. L. (1995) “Pulmonary Disease”, Philadelpia : Lea & Febiger.
Rab, T. (1996) “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta : Hipokrates.
Staff Pengajar FK UI (1997) “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta : Info Medika.
Sundaru, H. (1995) “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta : FK UI.
LAMPIRAN