laporan bacaan
TRANSCRIPT
LAPORAN BACAAN
Judul Buku : Satu Injil Tiga Pekabar Penulis : Drs.B.F.Drewes, MThTempat / Penerbit : Jakarta/ BPK Gunung MuliaJumlah Halaman : 368 Halaman
OLEH
DASA LAKU SAMUELNIM. 379.07
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA ABDI TUHAN INJILIAnjungan, Nopember 2008
BAB I
Dalam perjanjian baru kita menemui empat buah kitab yang sekarang
biasanya dinamakan “injil”, yaitu “injil menurut matius”, “injil menurut markus”,
“injil menurut Lukas” dan “injil menurut yohanes”. Dalam kitab-kitab tersebut kita
membaca mengenai hal-ihlwal Yesus. Waktu kita meneliti injil-injil ini, maka jelas
bahwa injil matius, markus, dan Lukas mempunyai banyak kesamaan, baik dalam
urutan, maupun dalam isi bahan itu, dan juga dalam perkataan yang dipakai para
penginjil masing-masing. Nyatanya ketika injil ini tidak disusun yang satu terlepas
dari yang lain. Memang injil Yohanes juga mempunyai kesamaan dengan ketiga injil
tersebut, tetapi di samping itu dapat dikataakn bahwa perbedaan antara yohanes pada
satu pihak dan ketiga injil yang lain pada pihak lain adalah menonjol. Misalnya injil
yohanes memuat beberapa sabda yesus yang menerangkan secara langsung makna
Yesus. Sedangkan injil-injil yang lain secara langsung hanya memuat satu kunjungan
saja, yaitu sehubungan dengan kesengsaraan, kematian, dan kebangkitan Yesus.
Adalah tepat untuk meninjau terjadinya injil matius, markus, dan Lukas secara
tergabung dan terjadinya injil Yohanes secara tersendiri.
BAB II
Di antara injil-injil sinoptis (matius, markus, Lukas) terdapat persamaan-
persamaan yang tidak ada atara injil-injil tersebut pada satu pihak dan injil yohanes
pada pihak lain. Ketiga injil sinoptis itu mempunyai kesejajaran dalam garis besarnya.
Memang dalam hal garis besar, ketiga injil sinoptis itu juga tidak persis sama;
misalnya dalam matius dan Lukas. Tetapi walaupun ada perbedaan seperti hal-hal
tersebut, namun secara umum berlaku bahwa ada persamaan yang sangat nyata dalam
garis besar.
Menariklah juga bahwa hampir seluruh markus mempunyai bahan sejajar di
dalam matius dan/atau Lukas. Persamaan antar-injil tidak hanya mengenai garis besar
dan isinya secara umum, melainkan juga sering kali ada persamaan harfiah antara
rumusan-rumusan yang para penginjil masing-masing pakai. Persamaan ini secara
khusus kelihatan dalam sabda-sabda Yesus.
BEBERAPA CATATAN MENGENAI INJIL MARKUS
Di sini tidak akan dibicarakan segala persoalan mengenai tanggal, tempat-asal
injil markus, atau siapa pengarangnya dan lain sebagainya. Buku-buku pembimbing
ke dalam PB telah memperbincangkan pokok-pokok ini dengan panjang lebar. Di sini
cukuplah hanya beberapa catatan saja.
Menurut tradisi jemaat purba , pengarang injil markus adalah yohanes markus.
Rumah ibunya nyatanya merupakan suatu pusat jemaat Kristen di kota yerusalem.
Menurut papias markus ini mengikuti petrus dan menulis apa yang ia ingat
dari pekabaran petrus. Boleh jadi markus menyusun injilnya sesudah petrus
meninggal. Bagaimana arti tradisi dari jemaat purba ini? Banyak pakar PB menerima
Yohanes Markus sebagai penginjil, tetapi ada juga yang meragukan, apakah ada
hubungan yang khas antara Petrus dan Yohanes Markus tersebut. Ada yang
mengatakan memang seseorang yang bernama markus menyusun injil kita. Akan
tetapi, maklumlah bahwa nama Markus sangat umum pada waktu itu.
Di manakah injil ini disusun?
Beberapa ahli mengatakan di kota roma. Tetapi penjelasan ini juga dapat
muncul dalam daerah kekaisaran Roma di luar kota roma. Oleh karena hal-hal yang
bagi orang yahudi biasa, diterangkan dalam markus, maka jelaslah bahwa injil
tersebut tidak disusun di palestina atau bagi orang Kristen dari golongan yahudi.
Kapankah disusun?
Pada umumnya dianggap beberapa tahun sebelum kehancuran kota Yerusalem
pada tahun 70 sesudah Kristus.
BEBERAPA CATATAN MENGENAI SUMBER Q
Seperti yang telah kita lihat, maka ada banyak bahan dalam matius dan Lukas
yang sangat sama dan yang tidak diambil-alih dari markus. Bahan ini sebagian besar
terdiri dari sabda-sabda Yesus. Persamaan tersebut tidak hanya dalam pokoknya,
melainkan juga dalam istilah-istilahnya. Istilah-istilah bahasa Yunani yang sama
dipakai, baik oleh matius maupun oleh Lukas. Sebab Yesus memakai bahasa Aram
(bukan bahasa Yunani) dalam hidup sehari-hari, maka boleh dikatakan bahwa dalam
matius dan Lukas kita tidak hanya menemui sabda Yesus yang sama, melainkan
sabda-sabda ini juga diterjemahkan dengan cara yang sama, melainkan sabda-sabda
ini juga diterjemahkan dengan cara yang sama. Kesamaan dalam terjemahan
menunjukkan bahwa mereka memakai terjemahan sabda Yesus yang sama. Jadi, di
samping Markus, suatu sumber lain dipakai oleh matius dan Lukas. Sumber ini oleh
para ahli sekarang ini disebut Q.
BEBERAPA CATATAN MENGENAI BAHAN “M”
Tanda “M” menunjuk pada tradisi yang hanya kita temui di matius dan tidak
dalam injil-injil lain. Hampir sepertiga dari matius terdiri dari bahan khas Matius ini.
Tidak perlu untuk menganggap bahwa “M” merupakan suatu sumber tertulis (seperti
Q). arti tanda “M” ini lebih umum; hanya berarti bahwa bahan ini tidak diambil-alih
dari markus, juga tidak merupakan bahan Q, tetapi merupakan bahan tradisi yang
hanya kita temui dalam matius. Jadi lebih tepat untuk memakai istilah bahan “M”,
daripada sumber “M”. bagaimana matius mendapat bahan ini, sulit dipastikan. Bisa
saja bahwa sebagian diterima melalui tradisi lisan; bisa juga bahwa ia menerima
sebagian dalam bentuk tertulis. Sebab ketidakpastian ini kami memakai tanda kutip
pada huruf M, menjadi tanda “M”.
BEBERAPA CATATAN MENGENAI BAHAN “L”
Kira-kira separuh dari injil Lukas adalah bahan khas Lukas atau bahan “L”.
juga tentang bahan “L” ini berlaku bahwa bahan ini bukan merupakan suatu sumber
tertulis-setidak-tidaknya hal ini tidak dapat dipastikan. Dari mana bahan ini diterima
dan dari mana dikumpulkan oleh penginjil, tidak mudah untuk menentukannya. Jadi
kita memakai “L” dalam arti: bahan ini tidak datang dari markus atau Q melainkan
merupakan bahan tradisional yang lain.
BAB 3
Dapat dikatakan bahwa kebanyakan ahli PB menerima hubungan antara injil-
injil sinoptis seperti yang kita bicarakan tadi, yaitu “teori dua sumber”. Tetapi, jangan
kita menganggap, bahwa telah ada persetujuan bulat tentang persoalan ini. Misalnya
saja ada beberapa ahli yang menolak bahwa pernah ada suatu sumber Q. seandainya
hal itu betul, maka cara yang baru harus ditemukan untuk menerangkan kesamaan
antara matius dan Lukas, sebab kesamaan ini tidak berdasarkan markus. Cara yang
baru ini misalnya bisa dilakukan dengan mengatakan, bahwa Injil Matius dipakai
Lukas. Juga ada ahli yang berpendapat, bahwa penginjil Markus memakai Injil
Matius dan Lukas, jadi membalikkan “teori dua sumber” itu. Tetapi pandangan ini
jarang dianut dan biasanya ditolak. Tetapi dari hal-hal tersebut jelas, bahwa masih
ada teori-teori yang cukup berbeda dari yang diterima secara umum. Dan juga ada
teori yang sebenarnya tidak terlalu berbeda dari apa yang kami gambarkan pada bab
yang lalu, tetapi yang tokh tidak begitu saja sama dengan itu. Dalam uraian yang
berikut kita meninjau tiga teori atau tiga skema yang berbeda dari apa yang kita
bicarakan tadi. Ketiga teori itu adalah:
1. injil matius berbahasa Aram sebagai injil yang paling kuno
2. teori markus-asali
3. teori proto-lukas
kita meninjau ketiga teori ini satu per satu.
INJIL MATIUS BERBAHASA ARAM SEBAGAI INJIL YANG PALING KUNO
Pada abad ke-2M. seorang yang bernama papias menerangkan bahwa matius
menyusun sabda-sabda (ta logia) dalam bahasa Ibrani dan tiap orang telah
menerjemahkannya menurut kesanggupannya. Dengan “sabda-sabda” dimaksudkan
perkataan-perkataan Tuhan Yesus atau hal ihlwal Tuhan Yesus; dan “bahasa ibrani”
boleh diartikan juga sebagai “bahasa Aram”. Bahasa Aram merupakan perkembangan
lanjutan dari bahasa ibrani. Perkataan papias ini dipakai oleh beberapa ahli, ketika
mereka menyelidiki hubungan antara injil-injil sinoptis sedemikian rupa, sehingga
dalam teori mereka muncul suatu injil matius dalam bahasa Aram. Kecenderungan
pada teori semacam ini diperkuat oleh suatu penyataan dari panitia Alkitab dari gereja
katolik roma yang pada tahun 1912 mengucapkan bahwa rasul matius menyusun
suatu injil dalam bahasa Aram; injil berbahasa Aram ini, pada pokoknya, isinya sama
dengan injil matius kita; injil berbahasa aram ini ditulis sebagai injil pertama,
sebelum injil markus dan injil Lukas jadi kiranya dapat dimengerti bahwa sesudah
suatu penyataan yang demikian, maka teori matius aram secara khusus dianut
beberapa ahli KR (Katolik Roma). (tetapi supaya jangan muncul salah paham dapat
ditambahkan bahwa sekarang banyak ahli Alkitab KR menganut teori dua sumber.)
TEORI MARKUS-ASALI
Teori dua sumber sebagaimana diuraikan dalam bab yang lalu masih
mempunyai suatu persoalan. Kadang-kadang terjadi bahwa Matius dan Lukas
mempunyai kesamaan dalam bahan yang mereka ambil-alih dari markus, tetapi
kesamaan ini tidak terdapat dalam markus! Bagaimana menjelaskan keadaan ini?
Salah satu cara untuk menjelaskan hal ini adalah teori Markus-Asali (atau dalam
bahasa jerman “urmarkus”). F.Schleiermacher (1768-1834) mengemukakan teori ini
dan kemudian ia diikuti beberapa ahli lain. Memang juga antara penganut teori ini
ada perbedaan-perbedaan tertentu. Tetapi hal-hal pokok saja kita perhatikan di sini.
Pakar-pakar yang menganut teori ini berpendapat bahwa injil markus yang dipakai
matius dan lukas tidak sama dengan markus kita, tetapi matius dan lukas
mempergunakan suatu injil, yang baru kemudian disadur menjadi injil markus yang
kita punyai sekarang .
TEORI PROTO-LUKAS
Seperti teori markus-asali, maka juga teori proto-lukas dapat disebut suatu
variasi dari teori dua sumber. Jadi memang ada hubungan antara teori proto-lukas dan
teori dua sumber. Pandangan proto-lukas ini memperhalus pandangan yang kita
bicarakan pada bab yang lalu. Isi teori ini secara singkat demikian: bahan Q dan ”L”
bersama-sama telah tergabung sebelum bahan ini masuk injil lukas kita. Bahan Q
dan ”L” secara tergabung merupakan semacam injil, yang sekarang disebut ”proto-
lukas”. Proto-lukas ini mempunyai bahan tentang kesengsaraan dan kebangkitan
Yesus. (lukas, 1 dan 2 biasanya tidak dianggap sebagai bagian dari proto-lukas,
melainkan sebagai dua pasal yang mempunyai latar belakangnya tersendiri). Bahan
Q+”L” (atau proto-lukas) inilah yang merupakan sumber utama bagi injil lukas kita.
Jadi markus merupakan bahan tambahan yang disisipkan lukas di sana-sini dalam
proto-lukas. Seandainya teori ini betul, maka dapat dijelaskan, mengapa bahan-bahan
tertentu dari markus tidak diambil-alih oleh lukas. Sebab markus merupakan sumber
yang kedua dan bukan sumber utama baginya.
BAB 4
Sampai sekarang telah kita perhatikan hubungan antar-injil serta beberapa
sumber yang dipergunakan para penginjil. Penyelidikan ini belum diselesaikan oleh
para ahli PB, namun dapat dikatakan bahwa telah tercapai suatu persetujuan yang
agak bulat mengenai materi ini. Sesudah hasil ini tercapai, maka sekitar tahun 1920
mulailah diperhatikan suatu persoalan baru sehubungan dengan latar belakang kitab-
kitab injil. Persoalan ini apa? Persoalannya ialah bagaimana hal ihlwal bahan yang
kita temui dalam injil-injil dan Q, sebelum bahan itu masuk injil atau masuk sumber
tersebut. Dengan kata lain: apa yang terjadi dengan bahan ini sebelum terkumpul
dalam injil atau dalam sumber yang kita kenal, khususnya pada waktu bahan ini
masih diwariskan secara lisan.
Dalam rangka ini sangat pentinglah untuk memperhatikan hal yang berikut:
apabila kita membaca kitab-kitab injil dengan teliti, maka jelaslah bahwa kitab-kitab
ini sebagian besar terdiri dari cerita-cerita atau bagian-bagian yang agak terlepas dari
bagian di mukanya dan di belakangnya. Banyak cerita merupakan adegan tersendiri,
dari segi isinya tidak langsung berkaitan dengan adegan lain. Dengan perkataan lain:
kitab-kitab injil sebagian besar terdiri dari kesatuan-kesatuan yang bulat, yang
lengkap di dalam dirinya sendiri. Sebagai contoh, cerita Yesus menyembuhkan
seorang kusta. Cerita ini dapat diceritakan tanpa menyinggung cerita sebelum dan
sesudahnya.
Cerita-cerita atau kesatuan-kesatuan yang bulat ini disebut perikop. Jadi,
sebagian besar dari injil-injil kita terdiri dari perikop-perikop. Tiap perikop biasanya
mengandung cuma satu peristiwa atau terdiri dari satu ucapan Yesus. Tempat dan
waktu peristiwa yang bersangkutan sering kali agak kurang jelas.
Jelaslah bahwa perikop-perikop ini lebih kuno (tua) daripada keseluruhan
kitab-kitab injil. Mula-mula diceritakanlah perikop demi perikop, yang kemudian
digabungkan dengan perikop yang lain. Hal ini berarti bahwa seringkali perkataan
yang menggabungkan satu perikop dengan yang lain adalah lebih muda daripada
perikop-perikop itu sendiri. Hal ini juga berarti sering kali sulitlah untuk menentukan
peristiwa mana yang lebih kemudian. Jadi, sebelum injil-injil ada, telah ada sabda-
sabda Yesus, ada perikop-perikop yang diceritakan dan diwariskan oleh orang kepada
orang lain. Sehingga, jelaslah kiranya bahwa ketika kita ingin mengetahui apa yang
terjadi sebelum munculnya injil-injil kita itu, pentinglah kita menyelidiki proses
pewarisan perikop-perikop tersebut.
Nyatalah perikop-perikop sering kali diwariskan dalam bentuk-bentuk tertentu
atau bentuk-bentuk tetap. Dan para ahli di sekitar tahun 1920 itu mulai menyelidiki
bentuk-bentuk tetap tersebut. Makanya kepada penyelidikan ini diberi nama ”sejarah
bentuk”.
BENTUK-BENTUK PERIKOP
Dalam injil kita menemukan bermacam-macam bahan yang juga bentuknya
bermacam-macam. ”sejarah bentuk” memperlihatkan bahwa banyak perikop dapat
dikelompokkan menurut bentuknya atau jenisnya. Baiklah kita membeberkan
beberapa bentuk sebagai berikut:
1. cerita ucapan
ada beberapa perikop yang bentuknya demikian: cerita singkat membawa kita
pada suatu ucapan (sabda) Yesus, yang merupakan puncak perikop itu.
Ucapan ini mempunyai arti umum dan merupakan pokok utama dari perikop
itu. Jadi, perhatian pokok dari perikop-perikop itu adalah terhadap ucapan
Yesus itu.
2. cerita mujizat
cerita-cerita mujizat juga merupakan cerita yang tertutup dan lengkap di
dalam dirinya sendiri; jadi merupakan perikop yang bulat. Dari segi
bentuknya cerita-cerita ini seringkali terdiri dari bagian-bagian yang berikut:
1. keterangan mengenai situasi dari si sakit.
2. penyembuhan diceritakan.
3. hasil penyembuhan.
4. situasi dari si sakit.
5. penyembuhan.
6. hasilnya.
7. mendengar suatu ”kor”
barangkali terjadi bahwa pada penurun-alihan cerita-cerita ini makin kuatlah
kecenderungan untuk menceritakannya sesuai dengan urutan adegan-adegan
tersebut.
3. perkataan Yesus
dalam injil-injil seringkali kita mendengar sabda-sabda Yesus. Sabda-sabda
atau perkataan-perkataan yang dimaksudkan di sini adalah perkataan yang
tidak berhubungan dengan suatu cerita tertentu. Jadi perkataan Yesus dalam
cerita ucapan tidak dibicarakan di sini. Juga perumpamaan-perumpamaan
akan dibahas dalam bagian tersendiri.
4. perkataan Yesus (perumpamaan)
Apa itu perumpamaan-perumpamaan? Di latar belakang istilah
”perumpamaan” yang kita temui dalam injil-injil, ada istilah ibrani,maka
kalimat pertama dari suatu perumpamaan dapat berbentuk pertanyaan juga.
Secara umum masih dapat dicatat bahwa garis besar cerita perumpamaan
sering kali sederhana. Hampir tidak pernah muncul lebih dari dua atau tiga
orang atau kelompok orang yang memegang peranan penting di dalamnya.
5. cerita mengenai Yesus
6. cerita mengenai kesengsaraan Yesus
7. sumarium
BAB 5
Waktu kita membaca surat kabar, kita (seharusnya) sadar bahwa isis koran
ditentukan oleh redaksi surat kabar itu. Redaksilah yang menentukan apa yang
disajikan pada halaman pertama, bahan mana yang lebih cocok untuk halaman kedua
sdan seterusnya. Redaksi pula yang menentukan judul bagi setiap artikel. Selain
tergantung dari sumber-sumbernya, tokh pengaruh redaksi atas isi surat kabar sangat
besar.
Situasi yang kurang lebih sama juga berlaku pada injil-injil. Di belakang injil-
injil ada tradisi tertentu, yang diwariskan kepada penginjil. Proses pewarisan ini
diselidiki melalui penyelidikan sejarah bentuk (bab 4 buku ini) serta penelitian
sumber-sumber (bab2 dan 3). Sesudah proses pewarisan diteliti, banyak pakar mulai
menyelidiki tahap terakhir dari proses pewarisan tersebut, yaitu tahap pembentukan
kitab-kitab injil sehingga menerima bentuk dan isi seperti yang kita pegang sekarang
ini.
PENYELIDIKAN PENYUSUNAN/REDAKSI SUATU RUMUSAN.
Memang metode penafsiran ini tidak bermaksud untuk meniadakan arti
metode-metode yang lain! Bnahkan baru berdasarkan penyelidikan sumber-sumber
dan metode sejarah bentuk, penyelidikan redaksi dapat muncul. Kekhususan metode
ini dalah pemusatan perhatian kepada usaha penyuntingan redaktur. Dan ini memang
salah satu – tetapi bukan satu-satunya – segi yang sangat penting untuk mengeti injil-
injil (dan kisah para rasul) dalam bentuk yang kita pegang sekarang ini!
CARA KERJA PENYELIDIKAN PENYUSUNAN?REDAKSI
Kiranya jelas bahwa dalam rangka penyelidikan penyusunan sangat
pentinglah menentukan tanda-tanda kegiatan redakur, dan bertanya mengapa redaktur
bekerja dengan demikian, serta bertanya maksud tujuan teologisnya apa? Hal ini
dapat dilakukan dengan lebih mudah, di mana kita mempunyai secara langsung bahan
tradisional yang doi mana kita mempunyai secar langusng bahan tradisional yang
dipakai redakur. Misalnya: kita menganggap markus sebagai sumber matius dan
lukas. Dengan membaca teks-teks matius dan lukas dengan teliti, kita dapat
menemukan beberapa cara kerja seorang redaktur. Misalnya redaktur:
a. mengaitkan bahan-bahan tertentu satu sama lain;
b. menambahkan catatan dari dia sendiri pada bahan tradisional;
c. menyusun ceritanya dalam urutan tertentu;
d. menganggapi atau menginterpretasi bahan tradisional.
TINJAUAN UMUM
Segi-segi yang lemah:
- sejauh kami lihat, belum ada banyak hasil yang diterima secara umum
berhubungan dengan kedudukan dalam kehidupan redaksi injil-injil.
- Pada penyelidikan redaksi injil-injil seringkali terjadi bahwa kekhususan-
kekhususan kitab-kitab sangat ditekankan, seakan-akan tidak ada banyak
sekali kesamaan juga dalam hal isi dan amanat injil-injil! Pada waktu
menentukan tekanan-tekanan khas dalam injil-injil, jangan kita mengabaikan
kesatuan antara mereka yang juga sangat besar!
Segi-segi yang kuat:
- kiranya jelas bahwa metode ini mendorong kita untuk memeriksa kitab-kitab
Alkitab dengan sangat persis. Kita mendorong untuk memperhatikan istilah,
rumusan, urutan dan lain sebagainya dengan teliti – apalagi jika ada bahan
perbandingan dalam sumber-sumber tertentu.
- Metode ini memusatkan perhatian kepada injil-injil dalam bentuk seperti kita
miliki sekarang ini, sebagai hasil penyusunan oleh redaktur. Ini lebih dekta
pada pembacaan oleh jemaat-jemaat secara umum, dari pada pembacaan
menurut metode sejarah bentuk.
- Melalui metode ini menjadi lebih jelas lagi bahwa kitab-kitab injil tidak boleh
begitu saja dibaca sebagai laporan tentang kisah Yesus.
- Sangat menarik untuk melihat ”kesetiaan kepada tradisi” dan ”kebebasan
tertentu terhadap tradisi” yang dihayati redaktur-redaktur.
BAB 6
MARKUS MENYUSUN JENIS BUKU YANG BARU!
Sering kali kita tidak sadar lagi bahwa sebenarnya penyusunan injil pertama
merupakan suatu hal yang luar biasa. Sebelum markus menulis, dalam gereja kuno
ada ucapan-ucapan Yesus dan cerita-cerita mujizat, juga cerita-cerita mengenai Yesus
yang disimpan dan diwariskanm satu terlepas dari lain atau juga dalam kumpulan
cerita atau kumpulan sabda. Nyatanya markus tidak puas lagi dengan bentuk ini. Ia
ingin menyusun hal-ihlwal Yesus secara teratur, sebagai suatu kesatuan. Ia mulai
dengan kegiatan Yohanes Pembaptis, lantas menceritakan bagaimana Yesus bekerja
di daerah galilea dan daerah di sekitarnya, lantas berjalan ke kota Yerusalem untuk
menderita, disalibkan dan dibangkitkan.
Yang pokok dalam kitabnya adalah pertanyaan: siapakah Yesus? Dalam
gereja di sekitarnya, Yesus diakui sebagai mesias dan penguasa mutlak (Tuhan),
dialah sekarang yang duduk di sebelah kanan Allah markus menekankan dalm
kitabnya bahwa Tuhan Yesus inilah yang pernah hidup dan bekerja di dunia ini
sebagai manusia di tengah-tengah manusia.
DENGAN CARA BAGAIMANA MARKUS MENGGABUNGKAN PERIKOP-
PERIKOP?
1. Markus seringkali membuat hubungan antara perikop dengan sederhana saja,
yaitu dengan istilah dan (bahasa yunani: kai).
2. pada permulaan suatu bagian baru sering kali kita membaca ”keluar” (bahasa
yunani: exerkhomai) atau kata-kata kerja yang lain dengan arti pergi.
3. yang ingin ditunjukkan dalam rangka ini ialah bahwa pada permulaan
beberapa perikop, penginjil memakai istilah lagi atau ”pula” (bhs yunani:
palin).
4. kita melihat bahwa satu perikop dibingkai dengan dua bagian dan kedua
bagian itu.
GARIS BESAR INJIL MARKUS
Apakah markus dengan begitu saja menggabungkan perikop dengan perikop,
tanpa memperhatikan suatu garis besar bagi kitabnya? Nyatanya tidak. Memang
pada satu pihak jelas bahwa ia mempunyai bahan yang sebagian terdiri dari
kumpulan cerita; kumpulan itu ia masukkan ke dalam injilnya. Akan tetapi, pada
pihak yang lain hal ini tidak dilakukannya tanpa memperhatikan suatu garis besar
bagi bukunya. Yang sangat penting dalam garis besar ini ialah bahwa kita dibawa
dari daerah galilea ke kota Yerusalem.
SUMARIUM-SUMARIUM DALAM INJIL MARKUS
Khusus dalam bagian pertama (sampai 8 : 26) kita menemui beberapa
sumarium atau catatan umum. Sebab, justru melalui nats-nats ini penginjil dapat
menonjolkan hal-hal yang penting, maka baiklah kita memperhatikan beberapa
sumarium.
1. yang sangat pokok bagi seluruh markus ialah catatan umum dalam 1:14, 15
yang berbunyi demikian: ”sesudah yohanes diserahkan datanglah Yesus ke
galilea memberitakan injil Allah, kata-Nya: ”waktu telah genap; kerajaan
Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada injil!”
2. suatu sumarium yang lain, yaitu 1 : 32-34. pada hari pertama Yesus bekerja di
kota kapernaum, sesudah suatu pengusiran (1 : 21-28) dan suatu
penyembuhan lain (1 : 29-31), maka ditulis markus: ”menjelang malam,
sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada-Nya semua orang yang
menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh
penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang
menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak
memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.”
3. suatu sumarium lain terdapat dalam 2 : 13: ”dan Yesus pergi ke pantai danau,
dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, dan Ia mengajar mereka.
Jadi, melalui sumarium-sumarium, tekanan-tekanan tertentu dalam markus telah
menjadi jelas. Pemerintahan Allah adalah hari depan yang dekat! Hal ini nyata dalam
diri Yesus, dalam penyembuhan-Nya, dalam pengusiran-Nya serta pengajaran-Nya.
Banyak orang datang kepada-Nya, tetapi hal pokok dari injil tidak jelas bagi mereka,
yaitu bahwa dalam diri Yesus Kerajaan Allah hadir di tengah-tengah mereka dengan
menempuh jalan benih.
YESUS DAN YOHANES PEMBAPTIS
Tampilannya Yesus di depan umum disiapkan Yohanes Pembaptis.
Sehubungan dengan dia markus pada awal kitabnya mengutip dari yesaya: ”Lihatlah,
Aku mengutus utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-
Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: persiapkanlah jalan untuk
Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.”
Utusan ini adalah Yohanes. ”Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat
pinggang kulit.....”(1:6). Jadi pakaiannya sama dengan pakaian Elia yang disebut
dalam 2 raja-raja 1:8.
RAHASIA KEMESIASAN
Dalam markus di sekitar Yesus ada suasana rahasia dan ketersembunyian.
Memang dalam markus dinyatakan siapakah Yesus, tetapi pernyataan ini tergabung
dengan larangan untuk memberitakanYesus serta karya-Nya.
BAB 7
Injil Matius adalah satu di antara empat Injil Perjanjian Baru (PB). Injil secara
tradisi dicetak dalam urutan dengan Matius terlebih dulu, disusul dengan Markus,
Lukas dan Yohanes. Injil ini termasuk Injil sinoptis.
Kitab Matius mempunyai amanat tentang Kabar Baik bahwa Yesus adalah
Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Tuhan, ini dapat terlihat melalui contoh Doa
Bapa Kami. Melalui Kerajaan Allah inilah Yesus Kristus akan memulihkan kondisi
Bumi dan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, hal inilah yang akan menjadi
kesaksian bagi semua bangsa, barulah akhir sistem dunia ini berakhir . Melalui Yesus
itulah Tuhan menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian
Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orangYahudi dan hidup sebagai
orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja
melainkan untuk seluruh dunia.
BAB 8
Kitab Injil Lukas menceritakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang
dijanjikan Tuhan untuk Israel dan untuk seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini
Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Kudusuntuk
menyiarkan Kabar Baik dari Tuhan kepada kaum miskin.
Injil ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai-bagai
kebutuhan. Nampak pula suatu nada sukacita dalam buku Lukas ini, terutama pada
pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus, kemudian pada bagian penutupnya
juga mengenai terangkatnya Yesus naik ke sorga. Kisah tentang tumbuhnya dan
tersebarnya agama Kristen setelah Yesus naik ke sorga diceritakan juga oleh penulis
kitab ini di dalamKisah Para Rasul.
Bagian 2 dan 6 (lihat Isi buku di bawah ini) berisi banyak unsur cerita yang
hanya terdapat dalam buku Injil ini. Misalnya, cerita tentang nyanyian para malaikat
serta kunjungan para gembala pada saat kelahiran Yesus, Yesus di Rumah Tuhan
ketika masih anak-anak, dan juga perumpamaan tentang orang Samaria yang baik
hatidan Anak yang hilang. Buku ini sangat menekankan juga hal doa, Roh Kudus,
peran wanita dalam pelayanan Yesus dan pengampunan dosa oleh Tuhan.
BAB 9
Penafsiran naratif mendekati cerita-cerita Alkitab sebagai sastra yang berdiri
sendiri atau yang bersifat otonom. Pada prinsipnya hanya apa yang dikemukakan
dalam cerita sendiri hendak diperhatikan dalam penafsiran ini. Kita mulai ”dunia
cerita” dan kita dibimbing hanya oleh apa yang diceritakan. Cerita Alkitab tidak
dipakai sebagi ”kaca jendela”, yang melaluinya kita memandang kenyataan yang
terletak di belakang cerita itu. Tidak demikian, melainkan dalam pendekatan naratif
kita mendekati cerita Alkitab sebagai suatu ”kaca cermin”, dalam arti: kita
memperhatikan apa yang kita lihat di dalamnya bukan dalam arti kita hanya
memperhatikan diri kita sendiri. Untuk menyelidiki isi dan susunan suatu narasi, hal
yang paling penting adalah membaca dengan seksama!