laporan akhir tahun 2012 -...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR TAHUN 2012
LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2012
LAPORAN TAHUNAN 2012 LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI BARAT
LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2013
Penanggung Jawab : Ir. Hatta Muhammad, M.Si
Tim Penyusun : Hatta Muhammad
Cicu
Wahdaniah
Ahmad Riyadi
Religius Hariyanto
Ketut Indrayana
Ida Andriani
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam atas selesainya laporan tahunan ini. Laporan tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan tugas, fungsi dan mandat Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Sulawesi Barat selama tahun 2012. Laporan tahunan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagai acuan atau dasar pertimbangan dan referensi, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi kinerja sebagai upaya peningkatan kinerja ke depan.
Laporan tahunan LPTP tahun 2012 berisi tentang capaian hasil kegiatan dalam mendukung empat target sukses pembangunan pertanian beserta deskripsi sumberdaya pendukung yang tersedia. Selama pelaksanaan kegiatan LPTP tahun 2012, telah dicapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, tetapi juga juga terdapat beberapa masalah yang perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.
Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan tahunan ini diucapkan terima kasih. Harapan kami, laporan dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, khususnya dalam perbaikan kinerja LPTP ke depan.
Mamuju, Januari 2013 Kepala Loka
Ir. Hatta Muhammad M.Si
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………………………. iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………………………… IV
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………. 1
1.1 Tugas dan Fungsi……………………………………………………………………… 1
1.2. Visi dan Misi……………………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan dan Sasaran………………………………………………………………….. 3
II. CAPAIAN HASIL KEGIATAN…………………………………………………………………… 4
2.1 Pendampingan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Padi……………………………………………………………………………..
4
2.2. Pendampingan Gernas Kakao……………………………………………………… 6
2.3. Dukungan Terhadap Penyediaan Benih Sumber (Stoc Seed)………….. 7
2.4. Percepatan Diseminasi dan Adopsi Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (MP3MI)……………………………………………….
8
2.5 Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)……………………………. 9
2.6 Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)………...... 11
2.7.
Pengkajian Model Pengembangan Sistem Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao Berbasis Komunitas…………………………………...
13
2.8 Peningkatan Produktivitas Kakao Melalui Intruduksi Klon-Klon Unggul dan Teknologi Produksi Berwawasan Lingkungan…………………………….
15
2.9. Pengkajian Peningkatan Produktivitas Tanaman Sayuran Dataran Rendah Melalui Uji Adaptasi Varietas Unggul dan Teknologi Produksi
yang Berwawasan Lingkungan………………………………………………………
16
III. SUMBER DAYA PENELITIAN……………………………………………………………....... 18
3.1. Program dan anggaran…………………………………………………………........ 18
3.2. Sumberdaya manusia………………………………………………………………….. 18
3.3. Sarana dan Prasarana…………………………………………………………………. 19
3.4 Anggaran dan realisasi………………………………………………………………… 20
IV. PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT………………………………………………….. 21
V. PENUTUP……………………………………………………………………………………………. 21
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1 Keragaan Hasil Pelaksanaan Display Uji Varietas Unggul Baru…………….. 4
2
3
Data PPH M-KRPL Sulawesi Barat Tahun 2012……………………………………
Penerimaan Batuan BLM PUAP 2008-2012 di Sulawesi Barat………………
11
13
4 Sambung Samping Klon-klon Unggul Kakao di Kecamatan Sampaga…… 16
5 Pengaruh Penggunaan Varietas dan Teknologi Budidaya Terhadap Hasil Cabai dan Tomat di Beru-Beru 2012………………………………………………….
17
6 Keragaan SDM LPTP sulbar Tahun 2011…………………………………………... 18
7 Keragaan pegawai fungsional LPTP Sulbar……………………………………….. 19
8 Rekapitulasi inventaris alat angkutan………………………………………………… 19
9 Laporan Posisi BMN LPTP Sulawesi Barat di Neraca per 31 Desember 2013……………………………………………………………………………………………
20
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1 Struktur Organisasi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat……………………………………………………………………………………………..
2
2 Kegiatan Pelatihan dan Temu Lapang pada Kegiatan SL-PTT Padi Sulawesi Barat……………………………………………………………………………...
6
3 Pelatihan pembuatan Pupuk Organik dari Kulit Kakao dan Pupuk cair dari Urine Kambing…………………………………………………………………………
7
4 Kegiatan Pengemasan Benih dan Temu Lapang di Sulawesi Barat…….. 8
5 Hasil Buah Kakao pada system Integrasi Kambing dengan Kakao………. 9
6 Kegiatan Pemanenan Sayur di Lokasi M-KRPL Sulawesi Barat…………….. 11
7 Tingkat Kerusakan Buah pada Kondisi Awal dan Akhir pada Aplikasi Sex Feremon………………………………………………………………………………………..
14
8 Tingkat Kerusakan Biji pada Kondisi Awal dan Akhir pada Aplikasi
Penggunaan Alat Sex Feremon…………………………………………………………
14
I. PENDAHULUAN
1.1. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 66/Permentan/ OT.140/10/2011
tentang organisasi dan tata kerja Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP), tugas dan fungsi LPTP adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi,
2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi,
3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan,
4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi, 5. Pemberian pelayanan teknis kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Struktur organisasi LPTP (Gambar 1) terdiri atas :
1. Kepala loka 2. Kepala urusan tata usaha
3. Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 1. Struktur Organisasi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat
1.2. Visi dan Misi
Visi
Visi LPTP Sulawesi Barat adalah menjadi institusi penghasil inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi yang handal sesuai dengan dinamika pembangunan khususnya di Sulawesi Barat
Misi
1. Mengidentifikasi potensi sumberdaya dan kebutuhan teknologi pertanian spesifik
lokasi dalam mendukung pembangunan pertanian regional di Sulawesi Barat. 2. Merakit/merekayasa, menyediakan dan mengembangkan inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi sesuai kebutuhan petani, stakeholders, dan kebutuhan pasar guna mendukung pembangunan pertanian regional yang tangguh.
3. Akselerasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi di Sulawesi Barat 4. Meningkatkan jaringan kerjasama yang lebih luas dengan lembaga
penelitian/pengkajian internasional, nasional, pemerintah daerah ataupun
swasta.
Kepala Loka
Kepala Urusan Rumah Tangga
Kelompok Fungsional
5. Mengembangkan kapasitas institusi/kelembagaan LPTP yang good goverment
and clear goverment dalam rangka meningkatkan pelayanan prima.
1.3 Tujuan dan Sasaran
Sesuai dengan uraian visi, misi, tugas dan fungsi LPTP, maka kegiatan pada tahun 2012 merupakan tahapan dalam mencapai tujuan LPTP, yaitu untuk :
1. Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi,
2. Meningkatkan penyebarluasan adopsi, dan komunikasi inovasi pertanian unggul spesifik lokasi di Sulawesi barat,
3. Meningkatkan sinergi operasional dan manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi,
4. Membantu merumuskan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
yang berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi, 5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, kompetensi, pengkajian, dan
pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi. Sedangkan sasaran yang menjadi fokus kegiatan LPTP pada tahun 2012 adalah :
(a) Tersedianya inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi di wilayah Sulawesi Barat, (b) Meningkatkan penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik
lokasi; (c) Meningkatkan sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian, dan (d) Meningkatkan manajemen pengkajian dan pengembangan
inovasi pertanian.
II. CAPAIAN HASIL KEGIATAN
2.1. Pendampingan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Padi
Permentan 45 Tahun 2011 mengamanahkan BPTP untuk mendukung
peningkatan produksi beras nasional. Tujuan kegiatan pendampingan SLPTT padi
adalah untuk mendukung peningkatan produksi dan peningkatan produktivitas tanaman padi melalui inovasi teknologi tepat guna spesifik lokasi dan
kelembagaan penunjangnya. Pada tahun 2012, bentuk pendampingan yang dilakukan oleh LPTP Sulawesi Barat adalah (1) Display Varietas Uggul Baru (VUB),
(2) pembuatan dan penyebaran materi diseminasi, (3) pelatihan, dan (4) Temu Lapang.
Beberapa capaian dalam pendampingan SLPTT padi tahun 2012 diantaranya adalah:
a. Display Varietas Unggul Baru (VUB) ` Display VUB merupakan salah satu upaya mendiseminasikan varietas baru
yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Pada tahun 2012, ada tujuh varietas VUB yang didisplay kan di beberapa lokasi pada setiap kabupaten. Tujuan utama
kegiatan ini adalah untuk mendapatkan varietas yang sesuai dengan biofisik (tanah, air, dan iklim),social, budaya, dan ekonomi di setiap lokasi. Produktivitas
dari Uji VUB tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Keragaan Hasil Pelaksanaan Display Uji Varietas Unggul Baru No Kabupaten Agro Ekosistem Jenis VUB Produktivitas (ton/GKG/ha)
1 Mamuju Utara Lahan sawah tadah Hujan
Ciapus
Cibogo
Sunggal
Inpari 8
Inpari 9
5,1 ton/ha
4,7 ton/ha
5,6 ton/ha
6,6 ton/ha
6,2 ton/ha
2 Mamasa Lahan sawah Ciapus 4,9 ton/ha
tadah Hujan Cibogo
Sunggal
Inpari 8
Inpari 9
4,7 ton/ha
4,1 ton/ha
5,1 ton/ha
5,2 ton/ha
3 Polewali Mandar
Sawah Irigasi dan tadah hujan
Ciapus, Sunggal
Cibogo
Inpari 3
Inpari 4
8,55 ton/ha,
9,5 ton/ha,
9,1 ton/ha,
11,2 ton/ha,
9,6 ton/ha
4 Majene Lahan sawah tadah Hujan dan irigasi sederhana
Ciapus, Sunggal
Cibogo
Inpari 3
Inpari 4
7,2 ton/ha,
5,2 ton/ha,
8 ton/ha
6,7 ton/ha,
8,1 ton/ha
5 Mamuju Lahan sawah Tadah Hujan
Ciapus, Sunggal
Cibogo
Inpari 3
Inpari 4
7 ton/ha
8,2 ton/ha
7,2 ton/ha
8,0 ton/ha
9,16 ton/ha
b. Materi Diseminasi Salah satu bagian kegiatan Pendampingan SL-PTT Padi Sulawesi Barat adalah
penyediaan dan pendistribusian materi diseminasi. Materi tersebut, diantaranya Leaflet VUB Spesifik lokasi Sulawesi Barat, Leaflet Kalender tanam Terpadu, Poster
Jajar Legowo, Buku Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi Sulawesi Barat, Poster Informasi Kalender Tanam per Kecamatan.
c. Pelatihan
LPTP Sulawesi Barat terlibat pada kegiatan PL2 dan PL3 serta pelatihan tematik sesuai kebutuhan petani. Pemilihan tema merupakan hasil diskusi dengan
aparat desa, penyuluh dan masyarakat setempat, untuk menjawab permasalahan yang sedang dihadapi. Pelatihan yang dilaksanakan antara lain penggunaan BWD
dan PUTS; pembuatan kompos dengan bahan baku jerami; sistem tanam jajar legowo; pengendalian hama terpadu, dan pemupukan berimbang. Pelatihan
dilaksanakan pada setiap kabupaten yang dihadiri oleh 25-100 peserta yang berasal dari dari BP5K, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Kelompok Tani dan Para
penyuluh di masing-masing kabupaten.
d. Temu Lapang Temu lapang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan umpan balik dari
petani dan pemangku kepentingan lainnya sekaligus menunjukan peragaan inovasi teknologi. Dengan adanya umpan balik tersebut, maka diharapkan kebutuhan
teknologi oleh petani dapat dijawab oleh pengambil kebijakan dibidang pertanian dan LPTP selaku mitra dengan instansi pertanian dan petani selaku pelaksana
kegiatan di lapangan. Kegiatan temu lapang dilaksanakan di 5 Kabupaten dengan menghadirkan Bupati, Pejabat Pemerintah Daerah, Petani dan Kelompok Tani,
dengan seluruh peserta sekitar 100-250 orang per lokasi.
Gambar 2. Kegiatan Pelatihan dan Temu Lapang pada Kegiatan SL-PTT Sulawesi
Barat
2.2. Pendampingan Gernas Kakao
Pelaksanaan kegiatan pendampingan gernas kakao dilakukan di Kelompok Tani Kabaena Lestari, Kecamatan Tapalang Barat, Desa Ahu dan Kelompok Tani
Allo Tibiar Kecamatan Sampaga Desa Salubara'na dan Kelompok Tani Mammesa, Kecamatan Matakali, Desa Barumbung. Bentuk kegiatan pendampingan Gernas
kakao dilakukan mengacu kepada permasalahan yang diperoleh melalui survei, yaitu meliputi pemeliharaan tanaman kakao, pembuatan pupuk organik berbahan
baku lokal dan integrasi kakao dan ternak. Pemanfaatan pupuk organik limbah kakao memperbaiki pertumbuhan tanaman seperti daun lebih lebar, warna
daun hijau terang dan mengkilat. Sementara itu penggunaan urine kambing yang difermentasi selama 2 minggu dapat (1) menekan serangan hama tikus, (2)
meningkatkan jumlah bunga yang menjadi buah, (3) mengurangi jumlah biji yang berdempetan di dalam buah. dan (4) meningkatkan bobot kering biji 20 –
30 % bila dikombinasikan dengan penggunaan pupuk organik dari kulit buah kakao.
Gambar 3. Pelatihan Pembuat Pupuk Organik dari Kulit Kakao dan Pupuk Cair dari Urine Kambing
2.3 Dukungan Terhadap Penyediaan Benih Sumber (Stock Seed)
Penggunaan varietas unggul dan benih bermutu merupakan faktor penting
dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman. Varietas unggul baru padi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian sudah cukup banyak. Untuk mempercepat
diseminasi dan adopsi oleh petani perlu didukung oleh ketersediaan benih. Karena itu, BPTP/LPTP diharapkan dapat berperan dalam penyediaan benih sumber melalui
pembentukan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) yang mengacu kepada
Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No. 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tentang Pedoman Umum Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman (UPBS).
LPTP Sulbar memperbanyak benih sumber melalui kerjasama dengan
kelompok tani yang tersebar di beberapa kabupaten. Benih yang telah dihasilkan didistribusikan oleh kelompok tani pelaksana melalui kerjasama dengan dinas
pertanian yang difasilitasi oleh LPTP terutama untuk mendukung kegiatan SLPTT padi sawah di Sulawesi Barat dan kelompok tani/petani di sekitarnya. Sistim lain
yang digunakan adalah dengan cara barter yaitu menukarkan gabah varietas lain dengan benih yang dihasilkan untuk ditanam dipersawahannya. Dalam rangka
memperkuat kemampuan penangkar, dilakukan pelatihan penangkaran benih padi sebanyak 4 kali.
Perbanyakan benih kelas benih pokok sebanyak 3 varietas yang menghasilkan benih kelas ES adalah 19.500 kg. Benih klas FS sebanyak 3 Varietas
menghasilkan benih klas SS adalah 17.430 kg, sedangkan untuk benih BS sebanyak 1 varietas menghasilkan benih klas FS adalah 2.860 kg. Benih yang sudah
tersertifikasi sebanyak 12.800 kg, tidak lulus sertifikasi sebanyak 15.000 kg, tidak terdaftar sebanyak 7.500 kg benih yang masih dalam proses sertifikasi sebanyak
11.330 kg, untuk benih yang proses sertifikasinya dilanjutkan oleh pihak lain sebanyak 8.800 kg sedangkan benih yang diproduksi pada lokasi yang tidak lulus
pemeriksaan lapangan ke 3 sebanyak 4.875 kg.
Gambar 4.Kegiatan Pengemasan Benih dan Temu Lapanng di Sulawesi Barat.
2.4. Percepatan Diseminasi dan Adopsi Melalui Model Pengembangan PertanianPerdesaan Melalui Inovasi (MP3MI)
Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI)
dimasudkan untuk mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk
meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor, dan kesejahteraan petani. Konsep m-P3MI berada dalam koridor tupoksi Badan Litbang
Pertanian sesuai Kepres Nomor: 177/2000 dan Kepmentan Nomor: 01/Kpts/OT.210/1/2001. Model yang dibangun melalui pendekatan inovasi teknis
dan kelembagaan. Inovasi teknis yang diimplemetasikan terutama terkait dengan teknologi budidaya kakao yang baik seperti pemeliharaan tanaman pelindung,
pemangkasan, pemupukan dan pemanfaatan limbah kakao menjadi pupuk organik
Tujuan kegiatan m-P3MI yaitu (1) Pengawalan pembentukan Laboratorium Inovasi di Desa Salubara’na berbasis tanaman kakao; (2) Mendapatkan model
sistem integrasi kakao dengan ternak kambing, (3) Mendapatkan model pemanfaatan limbah kakao, dan ternak kambing (4) Pembinaan SDM petani dan
penguatan kelembagaan kelompok tani. Hasil kegiatan m-P3MI yaitu (1) meningkatkan produksitivitas kakao
kelompok tani20%, yaitu dari 650 kg/ha menjadi 930 kg/ha, (2) Model integrasi tanaman kakao dengan ternak kambing yang direkomendasikan adalah minimal 5
ekor kambing/peternak dengan pertimbangan jumlah anak yang dilahirkan mencapai 8 ekor selama 8 bulan, sehingga selama satu tahun mampu
menghasilkan anak 12 ekor yang dikelola secara berkelompok dalam areal 1 hekyat tanaman kakao. (3) Model pengelolaan limbah kakao dan kotoran kambing untuk
mendukung peningkatan produktivitas kakao. (4).Meningkatnya kinerja kelompok tani dan menguatnya kelembagaan kelompok tani.
Gambar 5. Hasil Buah Kakao dengan Integrasi Kambing dengan Kakao
2.5 Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL)
Model - Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) adalah suatu konsep pemanfaatan pekarangan yang diwujudkan dalam suatu rukun tetangga atau rukun warga/dusun. Pemanfaatan pekarangan dibagi berdasarkan luasan pekarangan untuk perkotaan yang didasarkan pada luas pekarangan rumah, seperti 1).Tipe 21 luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman, 2). Tipe 36, luas tanah 72 m2 atau halaman sempit, 3). Tipe 45 luas tanah 90 m2 atau halaman sedang 4).Tipe 54 atau 60, luas tanah 120 m2 atau halaman luas.Pemanfaatan pekarangan untuk perdesaan di dasarkan pada luasan pekarangan yaitu, 1).Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), 2).Pekarangan sempit (>120 m2), 3).Pekarangan sedang (120 – 400 m2) dan 4).Pekarangan luas (> 400 m2).
Pemanfaatan pekarangan bertujuan untuk 1).Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pekarangan. 2). Meningkatkan
kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah sayuran,
TOGA, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos,
3). Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan.
4). Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau, bersih,
dan sehat secara mandiri. Pada tahun 2012 Implementasi M-KRPL di Sulawesi Barat dilaksankan di 5
lokasi, yaitu 1 unit pada setiap kabupaten,s yang pada tahap awal melibatkan 25 KK per kelompok. Lokasi kegiatan M-KRPL tersebut adalah di Desa Rante Kamase
(Kabupaten Mamasa), Desa Riso (Kabupaten Polewali Mandar),Desa Soreang Palippi (Kabupaten Majene), Desa Salukayu (Kabupten Mamuju), Desa Batu Oge
(Kabupaten Mamuju Utara). Pelaksanaan kegiatan M-KRPL tahun 2012, dapat memberikan manfaat
terhadap penambahan gizi berkonstribusi secara langsung maupun dalam skala yang kecil.Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan menunjukkan bahwa
pelaksanaan mKRPL dapat memberikan berbagai manfaat, diantaranya sumber pangan bergizi yang mudah diakses dan murah, memberikan nilai estetika,
menghemat pengeluaran belanja sehari-hari, serta dapat menjadi sumber
pendapatan.Besaran biaya pengeluaran rumah tangga yang dapat di hemat setiap
harinya berkisar antara Rp. 3.000 – Rp. 5.000.
Gambar 6. Kegiatan Pemanenan Sayur di Lokasi M-KRPL
Selain itu, Pemanfataan juga berpengaruh terhadap pemenuhan gizi anggota
pelaksana. Nilai tersebut tercermin dari menigkatnya Pola Pangan Harapan (PPH), yaitu dari 68,59 menjadi 74.5.
Tabel 2. Data PPh pada lokasi kegiatan M-KRPl Sulawesi Barat Tahun 2012
No Kabupaten Nilai PPh
Peningkatan Awal Akhir
1 Mamuju Utara 70.4 73.6 3.2
2 Mamuju 70.5 75.2 4.7
3 Majene 70 75 5
4 Polewali Mandar 71.9 75.2 3.3
5 Mamasa 60.2 73.5 13.3
Rata-rata 68.6 74.5 5.9
2.6. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan program terobosan
Kementerian Pertanian yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Kementerian/Lembaga lain dibawah payung Program PNPM-Mandiri. Program ini telah dilaksanakan mulai tahun 2008.
Tujuan dari pengembangan program ini yaitu : (i) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha
agribisnis di perdesaan sesuai potensi wilayah, (ii) Meningkatkan kemampuan pelaku
usaha agribisnis, Pengurus GAPOKTAN, Penyuluh, dan Penyelia Mitra Tani, (iii)
Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan usaha kegiatan agribisnis, dan (iv) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi
petani menjadi jejaring ataumitra lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan. Pada dasarnya program ini mempunyai misi, yaitu pemberdayaan
masyarakat perdesaan secara partisipatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya.
Tugas BPTP adalah : (a) Melakukan koordinasi dengan PMT terkait dengan pelaksanaan tugas PMT. (b) Memfasilitasi kelancaran realisasi Biaya Operasional (BOP) PMT sesuai dengan ketentuan. (c) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas PMT. (d) Membuat laporan pelaksanaan tugas PMT secara berkala (minimal 3 bulan sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan) kepada BBP2TP. (e) Melakukan sosialisasi PUAP di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. (f) Memfasilitasi peningkatan fungsi kelembagaan ekonomi gapoktan. (g) Melaksanakan fungsi kesekretariatan PUAP di tingkat provinsi. (h) Mengidentifikasi dan menyiapkan kebutuhan teknologi sesuai dengan RUB. (i) Melakukan supervisi kegiatan PUAP di wilayah kerjanya. (j) Melakukan pendampingan inovasi pertanian melalui Penyuluh Pendamping (PP).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan dana BLM PUAP antara lain : a) Gapoktan memiliki struktur organisasi, AD/ART dan rencana kerja yang mengacu pada Pedoman Umum, Juklak dan Juknis PUAP serta berbadan hukum, b) Anggota penerima dana PUAP dipilih secara selektif oleh pengurus Poktan/Gapoktan, c) Adanya kerjasama Poktan/Gapoktan dengan pemangku kepentingan dalam upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan petani, dan d) Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten/Kota, Penyelia Mitra Tani dan Penyuluh Pendamping mempunyai kepedulian dan tanggung jawab terhadap Program PUAP. Sedangkan kendala dalam pelaksanaan kegiatan Program PUAP antara lain : a) Kurangnya kemampuan pengurus Poktan/ Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola modal usaha anggota, b) Adanya persepsi dari anggota bahwa pinjaman dana PUAP tidak perlu dikembalikan, c) Dana Pinjaman tidak digunakan sesuai Rencana Usaha Bersama (RUB), melainkan untuk kebutuhan lain, d) Seleksi dan verifikasi RUB oleh Tim Teknis kurangmemperhatikan kelayakan usahatani atau usaha anggota, dan e) Kurangnya pembinaan dan pendampingan oleh Penyelia Mitra Tani (PMT) dan Penyuluh Pendamping kepada Poktan/Gapoktan.
Agar fasilitas bantuan modal usaha PUAP dapat mencapai sasaran, maka diperlukan kegiatan pengendalian manajemen untuk memudahkan dalam mengambil
tindakan-tindakan korektif secara tepat dan cepat, sesuai dengan kehendak masyarakat di era reformasi yang menuntut agar sistem penyelenggaraan
pembangunan menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Tabel 3. Penerimaan Bantuan BLM PUAP Tahun 2008-2012 di Sulawesi Barat
No Kabupaten 2008 2009 2010 2011 2012
1 Mamuju Utara 4 31 23 - 63
2 Mamuju 22 39 42 15 135
3 Mamasa 56 23 23 23 139
4 Polewali Mandar 39 31 51 - 157
5 Majene 28 11 2 54 56
6 Total Gapoktan 149 135 141 54 564
Total Dana (Milyar) 14,9 13,5 14,1 5,4 56,4
2.7.Pengkajian Model Pengembangan Sistem Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao Berbasis Komunitas Kakao merupakan komoditas pertanian utama yang menjadi sumber
pendapatan bagi sebagian besar petani di Sulawesi Barat.Menurut data statistik, di Sulawesi Barat terdapat 122.598 hektar tanaman kakao dengan produksi 46.258
ton.Hama penggerek buah kakao (PBK, Conopomorpha cramerella) masih merupakan salah satu penyebab utama kehilangan hasil dan penurunann mutu biji
kakao.Hama PBK telah menyerang seluruh wilayah pertanaman kakao di Sulawesi Barat, dengan tingkat serangan yang beragam. Strategi pengendalian PBK yang
berpedoman pada konsep pengendalian hama terpadu (PHT) sudah dikenal sejak munculnya PBK di Indonesia yang terus dikembangkan hingga saat ini.
Tujuan pengkajian ini adalah untuk mendapatkan suatu model sistem
pengendalian hama PBK yang aplikatif yang di desain bersama oleh kelompok tani, penyuluh, Pemda, peneliti dan stake holder lainnya dalam suatu hamparan
pertanaman kakao. Lokasi kegiatan dilaksanakan desa Campaloga di Kabupaten Mamuju.
Penerapan model pengendalian dengan penggunaan pupuk organik berbahan baku kulit kakao disertai pemangkasan, panen serin dan penggunaan
seks feromon terbukti dapat menekan serangan hama PBK sekitar 41 %
Gambar 1. Sementara itu, pada kebun petani disekitar lokasi pengkajian
serangan hama PBK 43 %. Dengan menurunnya serangan hama tersebut, jumlah biji yang baik juga lebih banyak.
Gambar 7. Tingkat Kerusakan Buah Pada Kondisi Awal dan Akhir dengan Penerapan Model Pengendalian PBK
Gambar 8. Tingkat Kerusakan Biji pada Kondisi Awal dan Akhir pada Aplikasi Model pengendalian PBK
05
1015202530354045
Petani Non Kooperator
(kontrol
Intensitas serangan awal
Intensitas serangan (%)
Akhir
Petani Non Kooperator (kontrolIntensitas serangan awal
INTE
NSI
TASS
ERAN
GAN
(%
)
0
10
20
30
40
50
60
Presentase serangan (%)
Kontrol
Presentase serangan (%)
awal
Presentase serangan (%)
Akhir
Presentase serangan (%) KontrolPresentase serangan (%) awal
Presentase serangan (%) Akhir
PRES
ENTA
SE S
ERAN
GAN
(%)
2.8. Peningkatan Produktivitas Kakao Melalui Introduksi Klon-Klon Unggul Dan Teknologi Produksi Berwawasan Lingkungan
Peningkatan produksi dan perbaikan mutu kakao Indonesia dapat dilakukan
melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.Penerapan kedua program tersebut di Indonesia memerlukan tersedianya bibit dan benih kakao unggul, sehingga
pengembangan kultivar atau klon kakao unggul secara terprogram perlu segera dilakukan.Dari hasil uji adaptasi tersebut diharapkan diperoleh klon-klon unggul yang
beradaptasi baik pada daerah pengembangan kakao. Hasil uji adaptasi terhadap 12 klon kakao yang dilaksanakan di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2008 – 2011
menunjukkan bahwa terdapat beberapa klon yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan klon pembanding Sulawesi 1 dan Sulawesi 2. Klon
tersebut adalah KW 617, KW 623, dan M01.Disamping itu terdapat 2 klon yang lebih toleran terhadap penyakit VSD yaitu Gene-J dan M05. (Sahardi dkk., 2011). Tujuan
kajian ini yaitu mendapatkan klon-klon kakao unggul yang secara vegetatif tumbuh
baik di Kabupaten Mamuju serta memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi melalui sambung samping.Melakukan perbaikan teknologi budidaya kakao yang baik dan
lebih murah dan lebih ramah lingkungan. Kegiatan dilaksanakan di Desa Salokayu, Kecamatan Sampaga, Kabupaten
Mamuju, Sulawesi Barat pada tahun 2012 – 2013.Klon-klon kakao unggul yang di introduksikan terutama berasal dari hasil penelitian uji adaptasi klon kakao unggul di
Desa Beluak Kabupaten Polewali Mandar yaitu Klon KW 617, Klon KW 523, M01, KW 516. Masing-
Dari hasil (tabel 4) yang diperoleh untuk klon KW 617 menunjukkan presentase hidup >75 % dan klon KW 523, Gene J dan M01 presentase hidup >50%.
Dari keseluruhan hasil sambung samping klon-klon secara vegetatif, rata-rata tumbuh dengan baik dan memiliki tingkat kebrhasilan cukup tinggi (>50%).
Tabel 4. Hasil Sambung Samping Klon-Klon di Kecamatan Samapaga
Jenis Klon Jumlah
Presentase Hidup Mati Hidup
KW 617 167 72 78.18
KW 523 84 25 60
Gene J 35 25 67.69
M01 17 4 72.72
2.9. Pengkajian Peningkatan Produktivitas Tanaman Sayuran Dataran Rendah Melalui Uji Adaptasi Varietas Unggul Dan Teknologi Produksi Yang Berwawasan Lingkungan
Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani cabai dan tomat di Sulawesi Barat, perlu adanya perbaikan teknologi budidaya di tingkat
petani. Uji verifikasi dan adaptasi merupakan suatu pengkajian yang dilakukan di
lahan petani untuk menerapkan teknologi hasil penelitian yang spesifik lokasi sesuai daya dukungnya. Dengan demikian diharapkan paket teknologi tersebut dapat
dengan muda diadopsi petani. Pengkajian ini bertujuan untuk membandingkan paket teknologi petani dan
teknologi introduksi pada kondisi agroekosistem dataran rendah.Hipotesis yang diajukan adalah produktivitas tanaman sayuran dataran rendah (cabai dan tomat)
dipengaruhi oleh varietas unggul yang digunakan dan paket teknologi yang diterapkan.Hasil tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk
peningkatan produksi dan pendapatan petani cabai dan tomat di Sulawesi Barat. Kegiatan dilaksanakan di lahan petani di desa Beru-Beru, Kecamatan Kalukku,
Kabupaten Mamuju (Sulawesi Barat) pada bulan September hingga bulan Desember 2012.
Pada pengkajian ini, perlakuan yang akan dikaji adalah paket teknologi produksi sayuran (cabai dan tomat) (introduksi) versus praktek petani (Tabel 1).
Paket teknologi terdiri dari 3 komponen teknologi yaitu varietas (V), pemupukan (P), dan pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan pendekatan PHT (O).
Rancangan pengkajian terdiri dari dua perlakuan yang diulang dua kali di setiap
lahan petani. Lahan petani yang digunakan 6 lahan petani dengan luas petak
pengkajian per paket teknologi 6 m x 15 m (0,009 ha). Luas lahan keseluruhan pengkajian paket teknologi adalah 0,009 ha x 2 ulangan x 6 lahan petani x 2
komoditas = 0,216 ha, luas lahan untuk uji adaptasi varietas tomat adalah 1,2 m x 15 m (0,0018 ha) x 4 ulangan x 4 varietas, dan luas lahan untuk uji adaptasi
varietas cabai adalah 1,2 m x 15 m x 4 ulangan x 4 varietas. Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 5), produktivitasi cabai varietas Lado
F1 pada paket teknologi petani (rata-rata 1,42 kg/tanaman atau setara 71 kg/18 m2) lebih tinggi dari pada produktivitas cabai varietas kencana pada paket teknologi
introduksi ( rata-rata 1,01 kg/tanaman atau setara 60,6 kg/18 m2). Tampaknya perbedaan hasil sangat dipengaruhi oleh perbedaan varietas yang digunakan. Hal ini
didukung oleh hasil uji adaptasi varietas yang dilakukan, dimana varietas Lado F1 produktivitasnya lebih tinggi (1,33 kg/tanaman) dibanding varietas kencana (0,98
kg/tanaman) dengan aplikasi teknologi yang sama. Teknologi. Demikian juga halnya dengan produktivitas tomat varietas Timoti F1 pada paket petani ( rata-rata 2,38
kg/tanaman atau setara 119 kg/18 m2) lebih tinggi dari pada produktivitas tomat varietas Berlian pada paket teknologi introduksi (rata-rata 1,18 kg/tanaman atau
setara 70,8 kg/18 m2). Hasil uji adaptasi varietas tomat timoti F1 menghasilkan 2,33 kg/tanaman lebih tinggi disbanding varietas Berlian menghasilkan 1,08
kg/tanaman. Perbedaan hasil tersebut dipengaruhi oleh sifat genetik dari
tanaman/varietas yang digunakan. Tampaknya teknologi yang digunakan petani sudah cukup memadai untuk memproduksi cabai dan tomat varietas hibrida. Tetapi
dari segi keamanan pangan dan pencemaran lingkungan harus diwaspadai.Demikian juga halnya dengan efisiensi usahatani.
Tabel 5. Pengaruh penggunaan varietas dan Teknologi Budidaya terhadap Hasil Cabai dan Tomat, Beru-Beru 2012.
Petani Cabai (kg/tanaman (kg/18m2) Tomat (kg/tanaman (kg/18m2) Paket introduksi Paket petani Paket introduksi Paket petani
1 1,08 (64,80) 1,42 (71,00) 1,13 (67,80) 2,49 (124,50) 2 0,92 (55,20) 1,19 (59,50) 1,43 (85,80) 2,14 (107,00) 3 1,04 (62,40) 1,09 (54,50) 1,67 (100,20) 2,49 (124,50) 4 0,83 (49,80) 1,33 (79,80) 1,32 (79,20) 2,19 (109,50) 5 0,73 (43,80) 2,04 (122,4) 0,62 (37,20) 2,48 (124,00) 6 1,43 (85,80) 1,41 (70,50) 0,92 (55,20) 2,49 (124,50) Rerata 1,01 (60,30) 1,42 (76,28) 1,18 (70,80) 2,38 (119,00)
III. SUMBER DAYA PENELITIAN
3.1 Program dan Anggaran
Pada tahun 2012, Loka PTP sulbar melakukan kegiatan Litkaji dan Pendampingan dalam rangka mendukung program strategis Kementerian Pertanian, yaitu (1) pendampingan SLPTT padi , (2) Pendampingan gernas kakao, (3) MP3Mi, (4) Perbanyakan benih sumber, (5) MKRPL, (7)
Pengkajian model pengembangan sistem pengendalian hama penggerek buah kakao berbasis komunitas, (8) Peningkatan produktivitas kakao melalui introduksi klon-
klon unggul dan teknologi produksi berwawasan lingkungan, (9) Pengkajian peningkatan produktivitas tanaman sayuran dataran rendah melalui uji adaptasi
varietas unggul dan teknologi produksi yang berwawasan lingkunganuntuk mendukung
kegiatan tersebut LPTP sulbar mendapatkan alokasi anggaran sebanyak Rp 3.197.709.000,-.
3.2 Sumber Daya Manusia (SDM)
LPTP sulbar saat ini mengelola 25 orang pegawai, 21 pegawai negeri sipil 4 orang pegawai kontrak (Tabel 6).Menurut jenjang pendidikan masih didominasi oleh tamatan SLTA.Kondisi SDM tersebut dirasakan masih kurang untuk melaksanakan litkaji, administrasi dan tugas-tugas pen-dampingan lainnya untuk mendukung pencapaian 4 (empat) target sukses kementerian pertanian.
Tabel 6. Keragaan SDM LPTP Sulawesi Barat Tahun 2012
No Pendidikan Jumlah Presentase
1 S3 0 0
2 S2 3 0.12
3 S1 9 0.36
4 D3 2 0.08
5 D2 0 0
6 D1 1 0.04
7 SMA/SLTA 10 0.4
8 SMP/SD 0 0
Jumlah 25 100
Berdasarkan jabatan fungsional, pegawai LPTP Sulawesi Barat terdiri 2 orang
tenaga fungsional peneliti Madya, 1 orang peneliti muda, 1 Orang peneliti pertama, 4 orang calon peneliti, 1 orang calon penyuluh, 6 orang teknisi Non fungsional dan
7 orang tenaga adaministrasi (Tabel 7).
Tabel 7. Keragaan Pegawai Fungsional LPTP Sulawesi Barat Tahun2012
No Jabatan Fungsional 2011 2012
1 Peneliti Utama 0 0
2 Peneliti Madya 2 2
3 Peneliti Muda 1 1
4 Peneliti Pertama 1 1
5 Calon Peneliti 4 4
6 Calon Penyuluh Pertanian 1 1
7 Teknisi Non Fungsional 6 6
8 Adminitrasi 7 7
Jumlah 21 21
3.3 Sarana dan Prasarana
Dalam rangka mendukung tupoksi LPTP perlu didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber dana yang memadai. Hingga tahun 2012 LPTP belum memiliki lahan dan gedung kantor sendiri sehingga masih menyewa gedung dari pihak ketiga. Sementara itu, LPTP memiliki barang inventaris bergerak berupa alat angkutan dan peralatan kantor. Tahun 2012 LPTP memiliki 4 unit kendaraan roda 4 dan kendaraan roda 2 sebanyak 6 unit (Tabel 8).
Tabel 8. Rekapitulasi inventaris alat angkutan No Jenis Kendaraan Tipe kendaraan Jumlah
1 Roda 4 Toyota Inova kapsul
Toyota Inova Kijang
Hilux
1 Unit
2 Unit
1 Unit
2 Roda 2 Honda Tiger
Honda Supra X
Honda Supra fit
Yamaha Jupiter
1 Unit
1 Unit
2 Unit
2 Unit
LPTP dituntut pula menyusun laporan keuangan berupa laporan realisasi
anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan, barang setiap semester sebagai perwujudan pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran dan atau
barang. Neraca LPTP meliputi pencatatan asset lancar,asset tetap, dan asset lainnya, kewajiban dan equitas dana. Data asset tetap LPTP selain diperoleh dari kompilasi
ADK satker, juga dari hasil pencocokan data SIMAK BMN.Laporan posisi barang milik Negara (BMN) di neraca per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Laporan Posisi BMN LPTP di Neraca per 31 Desember 2012 Akun Neraca
Jumlah Kode Uraian
117111 Barang Konsumsi 182.000
117127 Asset lain-lain untuk diserahkan kepada Masyarakat 15.994.500
117131 Bahan Baku 3.000.000
135111 Peralatan dan mesin 1.809.110.200
135111 Aset Tetap dalam Renovasi 24.733.200
135121 Aset Tetap Lainya 15.650.000
136111 Konstruksi dalam Pengerjaan 36.000.000
162151 Software 5.558.537
Jumlah 1.910.228.473
3.4 Anggaran dan Realisasi
Dalam melaksanakan Tupoksinya, LPTP sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang pengkajian khususnya di Sulawesi Barat, didukung oleh sumber dana yang berasal dari dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM). Tahun 2012 LPTP mengelola anggaran dari APBN ( DIPA ) 2012 No. 2426/018-09.2.01/23/2012 tanggal 09 Desember 2011 dengan pagu sebesar Rp. 3.197.709.000,-. Alokasi anggaran LPTP berdasarkan jenis belanja terdiri atas : Belanja barang sebesar Rp.3.072.909.000,- dan belanja modal sebesar Rp 124.800.000,-
Total realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2012 berdasarkan SAI
sebesar Rp.2.999.931.845,- (93,82 %) dari total anggaran yang dialokasikan dalam DIPA 2012 denngan rincian realisasi belanja barang Rp. 2.888.446.845,- (94,00 %),
dan belanja modal sebesar Rp. 111.485.000 (89.33%).
IV. PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT 1. Keterbatasan sumber daya manusia 2. Gedung kantor yangcbelum Permanen
V. PENUTUP
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, LPTP telah berusaha melaksanakan
tupoksi secara maksimal. Kegiatan Litkaji dan pendampingan, diseminasi dan
koordinasi serta dalam mendukung Program Kementerian Pertanian, telah menyentuh pokok-pokok permasalahan yang menjadi titik ungkit bagi
pengembangan komoditas unggulan di Sulawesi Barat.
LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI BARAT Komplek Perkantoran Gubernur
Jln. H. Abd. Malik Pattana Endeng Tel/Fax: 0426-2325430
E-mail: [email protected]
Website:http://sulbar.litbang.deptan.go.id