lapkerjasamaln2013 energi
DESCRIPTION
energiTRANSCRIPT
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 1
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/ Bilateral/ Regional/
Multilateral memuat seluruh hasil dari pelaksanaan kegiatan kerjasama luar negeri yang
telah dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional pada tahun 2013,
beserta data dan informasi lainnya yang terkait dengan pelaksanan kegiatan kerjasama
luar negeri.
Dengan tersusunnya laporan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan ini. Semoga laporan hasil kegiatan ini dapat digunakan sebagai
salah satu referensi dalam membangun dan meningkatkan kerjasama di bidang energi
di masa yang akan datang.
Jakarta, Desember 2013
Tim Pelaksana
KATA PENGANTAR
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 2
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………………………..
BAB.
I. Pendahuluan ………………………………………………………………………………………………………………………….
II. Kerjasama Internasional ……………………………………………………………………………………………….
III. Pelaksanaan Kerja Sama Luar Negeri/ Bilateral/ Regional/
Mulitilateral ………………………………………...…………………………………………………………………………………...
IV. Penutup ……………………………………………………………………………………………………………………………………
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
1
2
3
6
12
34
36
DAFTAR ISI
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 3
Peran strategis energi dalam pembangunan nasional suatu bangsa telah
merubah posisi sumber daya energi dan produk hilirnya tidak lagi hanya sebagai
komoditas tetapi juga berperan penting dalam perundingan dan kerjasama antar
bangsa dan antar bangsa-bangsa di dalam suatu kawasan. Meningkatnya kebutuhan
akan energi yang diakibatkan oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan
pertambahan jumlah penduduk di beberapa negara di dunia telah berhasil
meningkatkan kerjasama antar negara di bidang energi. Namun, pada saat yang
bersamaan konflik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung terutama dalam
memperebutkan sumber daya energi fosil juga semakin meningkat. Konflik yang terjadi
di kawasan-kawasan dimana sumber daya energi ditemukan dapat terjadi dalam waktu
yang sangat lama, seperti yang terjadi di kawasan Timur Tengah yang telah
mengakibatkan terganggunya proses pembangunan suatu bangsa dan bahkan
menghilangkan satu generasi. Akibatnya, sumber daya yang ada tidak dapat digunakan
untuk memakmurkan rakyat dan meningkatkan taraf hidup sesuai dengan kaidah dan
tujuan dari pemanfaatan sumber daya alam khususnya yang bersifat tak terbarukan
sebagai “jembatan” bagi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.
Pada tahun 2013, sesuai data dari IEA (International Energy Agency) bahwa
ketergantungan dunia pada energi fosil (minyak bumi, gas dan batubara) masih sangat
tinggi khususnya untuk memenuhi kebutuhan pada sektor transportasi, sektor industri,
sektor komersial dan sektor rumah tangga. Pertumbuhan yang sangat cepat di sisi
konsumsi tidak dapat diimbangi dengan penemuan cadangan-cadangan baru. Kondisi
ini mengakibatkan terjadinya penurunan sumber daya energi dan berdampak kepada
naiknya harga energi fosil yang apabila tidak dapat dikendalikan dengan baik akan
menekan laju pertumbuhan ekonomi dunia dan negara-negara yang masih memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap energi fosil baik sebagai sumber devisa maupun
untuk memenuhi jaminan pasokan dalam negerinya. Hal yang sama terjadi di
Indonesia. Pada tahun 2013, konsumsi energi fosil mencapai 94% dari total kebutuhan
energi di dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,saat ini Indonesia
Bab 1 PENDAHULUAN
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 4
mengimpor minyak sebesar 179,9 MBOE/tahunnya. Kondisi yang sama juga akan
terjadi untuk gas dimana diperkirakan produksi akan turun pada tahun 2016 akibat dari
penurunan cadangan gas nasional.
Dalam rangka menjamin ketersediaan pasokan energi di dalam negeri, maka
berbagai kerjasama di bidang energi telah dilakukan dan terus dikembangkan dengan
berbagai negara baik yang bersifat bilateral maupun multilateral dengan tetap
mengutamakan kepentingan nasional sebesar-besarnya..
Sesuai dengan Pasal 10, Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi,
bahwa kerjasama internasional di bidang energi hanya dapat dilakukan untuk :
a. menjamin ketahanan energi nasional
b. menjamin ketersediaan energi dalam negeri
c. meningkatkan perekonomian nasional.
Dalam hal Pemerintah membuat perjanjian internasional dalam bidang energi
yang akan menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang
terkait dengan beban keuangan Negara dan atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan undang-undang, harus mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Sehubungan dengan hal tersebut, dan dalam rangka mendukung tugas DEN
maka Sekretariat Jenderal DEN telah ikut serta dalam berbagai forum kerjasama
internasional dibidang kebijakan energi.
Kerjasama tersebut dibangun sebagai tindaklanjut dari Keputusan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Nomor 3230K/05/MEM/2011 tentang Koordinasi antar Unit di
Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. dalam penanganan Forum
Dialog/Kerja Sama Luar Negeri, Setjen DEN ditunjuk Sekretariat Jenderal Dewan
Energi Nasional bertanggungjawab sebagai Focal Point masing-masing dalam
kerjasama:
1. Asian Cooperation Dialogue (ACD),
2. Kerjasama regional ASEAN untuk : Regional Energy Policy and Planning Sub Sector
Netwrok (REPP-SSN) serta ASEAN+3 Energy Policy Governing Group (EPGG)
3. Energy Charter, dan
4. World Summit on Sustainable Development (WSSD/CSD).
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 5
Di samping itu, Sekretariat Jenderal DEN juga terus mengembangkan kerjasama
dengan berbagai negara/lembaga yang menangani kebijakan energi.
Untuk menyelenggarakan kegiatan kerjasama luar negeri, telah dibentuk Tim
Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/ Multilateral Tahun
Anggaran 2013 melalui Surat Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 060K/73/SJD/2013
tanggal 21 Januari 2013. Kegiatan dibebankan kepada DIPA Sekretariat Jenderal
Dewan Energi Nasional Tahun Anggaran 2013 melalui Mata Anggaran Keluaran (MAK):
020.07.11.1907.007.004.011A.
Tim Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral
Tahun Anggaran 2013 melaksanakan tugas, sebagai berikut :
a. menyiapkan bahan dan data yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kerjasama luar negeri /Bilateral/Regional/Multilateral;
b. melaksanakan koordinasi dengan instansi dan unit kerja terkait dalam rangka
penyelenggaraan kerjasama luar negeri /Bilateral/Regional/Multilateral;
c. menyelenggarakan pertemuan ASEAN;
d. melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Sekretaris Jenderal Dewan Energi
Nasional paling lambat 1 (satu) bulan setelah masa kerja Tim berakhir.
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 6
Kerja sama internasional yang dilaksanakan oleh Dewan Energi Nasional dalam
rangka:
1. Meningkatkan hubungan kelembagaan baik dalam bentuk pertukaran informasi,
pengalaman dan sebagai bagian dari penguatan kerjasama antar negara.
2. Menciptakan kerja sama secara timbal balik antar negara melalui berbagai kegiatan
dengan azas kemitraan dan saling menghargai.
Sebagaimana diketahui, Indonesia sangat membutuhkan energi untuk terus
melakukan peningkatan perekonomian nasional. Target pertumbuhan ekonomi sebesar
6,5% - 7% tentu membutuhkan jaminan pasokan energi dalam jumlah besar, yang
harus diikuti dengan jaminan pasokan energinya. Untuk menjamin ketersediaan
pasokan energi dalam jangka panjang dan dengan mempertimbangkan ketersediaan
cadangan energi nasional yang ada saat ini, terutama minyak bumi dan gas bumi maka
kerjasama di bidang energi perlu terus dikembangkan. Di sisi lain, ketersediaan sumber
energi baru terbarukan jumlahnya masih sangat terbatas dan belum dapat berkembang
secara optimal
Dalam pelaksanaannya, kegiatan kerjasama luar negeri oleh Dewan Energi
Nasional meliputi:
A. KERJASAMA REGIONAL DAN MULTILATERAL
Kerjasama regional adalah kerjasama yang dalam suatu kawasan tertentu yang
sekaligus mencirikan regionalnya. Sedangkan kerjasama multilateral adalah kerjasama
internasional oleh lebih dari dua negara dan tidak terikat pada suatu kawasan tertentu.
Beberapa kerjasama regional dan multilateral yang telah dilakukan oleh Dewan
Energi adalah dalam kerangka Association of South East Asian Nation (ASEAN), Asia
Cooperation Dialogue (ACD), Energy Charter dan International Energy Agency (IEA).
Bab 2 KERJASAMA INTERNASIONAL
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 7
1. ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIAN NATION (ASEAN)
Sebagaimana diketahui, ASEAN adalah organisasi geo-politik dan ekonomi
dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok pada
tanggal 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok. Pembentukan ASEAN
dipelopori oleh Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Saat ini
ASEAN beranggotakan 10 (sepuluh) Negara di Asia Tenggara, yaitu: Filipina,
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos,
Myanmar, dan Kamboja. Organisasi ini bersepakat untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-
negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya,
serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan diantara anggotanya
dengan damai dan dengan prinsip:
a. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah nasional,
dan identitas nasional setiap negara
b. Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas daripada
campur tangan, subversif atau koersi pihak luar
c. Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota
d. Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai
e. Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan
f. Kerjasama efektif antara anggota
Kerjasama yang dilakukan tidak hanya mencakup bidang ekonomi tetapi juga
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dan informasi,
pembangunan serta keamanan dan kerja sama trans-nasional lainnya. Selain itu,
ASEAN juga melakukan kerjasama dengan Negara-negara Asia lainnya dalam
kerangka ASEAN+3, (bersama Jepang, China dan Korea). Beberapa kerjasama
yang sudah dilakukan antara lain di bidang keamanan energi. Dalam pertemuan
ASEAN+3 yang pertama pada tanggal 9 Juni 2004 di Manila, Filipina telah
menghasilkan disahkannya program kegiatan Energy Security Forum, Natural Gas
Forum, Oil Market Forum, Oil Stockpliling Forum dan Renewable Energy Forum.
Di samping itu, negara-negara anggota ASEAN juga bersepakat untuk
membina kerjasama dengan organisasi internasional di bidang energi dan dengan
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 8
negara-negara penghasil energi besar di dunia seperti kerjasama ASEAN-IEA,
ASEAN-Rusia, dan ASEAN-United State.
2. ASIA COOPERATION DIALOGUE (ACD).
ACD adalah sebuah badan yang dibentuk pada tahun 2002 dengan tujuan
untuk membangun kerjasama negara-negara di kawasan Asia yang terpisah secara
regional dalam rangka mengintegrasikan politik dan ekonomi. Keinginan untuk
mendirikan ACD pertama kali disampaikan pada pertemuan pertama para Menteri
Luar Negeri Negara-negara ACD di Thailand pada tanggal 18-19 Juni 2002. ACD
beranggotakan 31 negara, yaitu : Bahrain, Brunei Darussalam, Kamboja, China,
India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Myanmar, Pakistan,
Filipina, Qatar, Singapura, Thailand, Vietnam, Kazakhstan, Bhutan, Rusia, Kuwait,
Iran, Saudi Arabia, Oman, Mongolia, Sri Langka, Uni Emirat Arab, Tajikistan,
Uzbekistan, dan Kyrgiztan.
Kerjasama ACD meliputi bidang keuangan, perdagangan dan investasi,
kebudayaan, pendidikan, lingkungan, kesehatan dan penanganan bencana, untuk
tujuan:
- meningkatkan kerjasama pada setiap bidang yang dapat membantu mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan kualitas kehidupan rakyat Asia
- memperluas pasar perdagangan dan keuangan di Asia
- meningkatkan posisi tawar dan daya saing Negara Asia dalam pasar global
- terciptanya prinsip persamaan dan kesetaraan dan memberikan kontribusi positif
bagi perdamaian dan kemakmuran.
Indonesia berperan aktif dalam forum ACD, dan bersama-sama Bahrain,
China, Kazakhstan, Qatar dan Filipina bertindak sebagai co-prime movers dalam
bidang ketahanan energi. Dalam kerangka ini, Indonesia bersama dengan Bahrain
telah menyusun Concept Paper on ACD Energy Security, yang telah diajukan pada
Meeting of Prime Movers on Energy Security di Manama pada Februari 2003.
Sebagai forum dialog, sampai saat ini kerangka kerjasama ACD masih
mengarah pada bagaimana bentuk kerjasama dalam bidang keuangan,
perdagangan dan penanganan bencana. Sedangkan kerjasama di bidang energi
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 9
sampai dengan saat ini belum berjalan, mengingat bahwa Energy Plan of Action
baru disepakati pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-12 pada tanggal 25 November
2013.
3. ENERGY CHARTER
Energy Charter merupakan kerjasama multilateral di bidang energi yang
bertujuan untuk mendorong terciptanya perdagangan energi yang bebas,
memfasilitasi investasi lintas batas dan mempromosikan efisiensi energi melalui
kerjasama dan asistensi sesama negara anggota. Fokus Energy Charter Treaty
(ECT) dibagi kedalam 5 (lima) area, yaitu :
a. Proteksi dan promosi investasi asing
b. Perdagangan bebas materi energi, produk energi dan peralatan terkait energi,
berdasarkan aturan WTO
c. Kebebasan transit energi melalui pipa dan grid
d. Mengurangi dampak negatif siklus energi terhadap kelestarian lingkungan
dengan meningkatkan efisiensi energi
e. Mekanisme untuk resolusi perselisihan Negara dengan Negara dan/atau Investor
dengan Negara
dengan tetap menjaga kedaulatan negara, pasar terbuka dan pembangunan
berkelanjutan. Kerjasama ini bersifat mengikat (binding) dan Negara-negara yang
bergabung dalam Energy Charter harus menandatangani dan terikat dengan ECT.
Sampai saat ini, 50 negara telah menandatangani ECT dan sebagian besar sudah
meratifikasi perjanjian tersebut. Bagi negara-negara yang belum merasa perlu untuk
menjadi anggota dapat bergabung dengan status sebagai peninjau (observer).
Jumlah negara peninjau terus bertambah, walaupun ada juga yang keluar yaitu
Rusia yang merupakan salah satu produsen energi migas utama dunia.
Pada tanggal 18 Juni 2009, bertempat di KBRI Brussel, Sekretaris Jenderal
DEN Pemerintah RI bersama Jan Meinte Postma, Energy Envoy Belanda mewakili
Energy Charter telah menandatangani ’Energy Charter Declaration’, yang sekaligus
meresmikan aksesi Indonesia menjadi observer pada Energy Charter Process. Mr.
Jan Meinte Postma menyambut baik Indonesia sebagai observer dan
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 10
mengharapkan Indonesia dapat berperan aktif mengambil manfaat untuk
memaksimalkan potensi, menguatkan industri energi nasional, menarik investasi
asing, menguatkan upaya diversifikasi dan peran diplomasi bagi kepentingan
Indonesia.
4. INTERNATIONAL ENERGY AGENCY
International Energy Agency (IEA) adalah organisasi otonom yang didirikan
pada tahun 1974 oleh negara-negara maju (OECD) dalam kerangka kerjasama
ekonomi dan pembangunan. IEA didirikan setelah terjadinya krisis minyak bumi
dunia pada tahun 1973 dan berkantor di Paris dengan beranggotakan 28 negara.
IEA awalnya didedikasikan untuk menanggapi gangguan pasokan minyak yang
bersifat fisik dalam, serta menyediakan data dan informasi statistik serta kajian
strategis tentang pasar minyak internasional dan sektor energi lainnya.
Pada saat didirikan, tujuan utama IEA adalah untuk:
− mempertahankan dan meningkatkan sistem dalam mengatasi gangguan pasokan
minyak;
− mempromosikan kebijakan-kebijakan energi yang rasional dalam konteks global
melalui kerjasama dengan negara non-anggota, industri dan organisasi
internasional;
− mengoperasikan sistem informasi permanen di pasar minyak internasional;
− meningkatkan pasokan energi dunia dan struktur permintaan dengan
mengembangkan sumber energi alternatif dan meningkatkan efisiensi
penggunaan energi;
− mempromosikan kerjasama internasional di bidang teknologi energi; dan
− membantu dalam integrasi kebijakan lingkungan dan energi.
Dalam perjalanannya, IEA memperluas fokus kegiatan pada bidang
keamanan energi (security energy), pembangunan ekonomi, dan perlindungan
lingkungan, khususnya pada perubahan iklim. Saat ini, IEA memiliki peran yang
luas dalam mempromosikan sumber energi alternatif (termasuk energi terbarukan),
kebijakan energi yang rasional, dan kerjasama di bidang teknologi energi.
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 11
5. UNI EROPA (EU).
Uni Eropa adalah organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional
negara-negara Eropa yang dibangun pada tahun 2007 di bawah Perjanjian Uni
Eropa (lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht), 1992 dan beranggotakan 27
negara. Uni Eropa memiliki tujuh institusi yang terdiri dari Parlemen Eropa, Dewan
Uni Eropa, Komisi Eropa, Dewan Eropa, Bank Sentral Eropa, Mahkamah Eropa,
dan Mahkamah Audit Eropa.
Bila dianggap sebagai satu kesatuan, Uni Eropa memiliki pertumbuhan
ekonomi terbesar di dunia dan diharapkan akan tumbuh lebih jauh dalam dekade
berikutnya, sejalan dengan lebih banyak negara yang bergabung dalam persatuan
ini, terlebih lagi negara-negara baru ini biasanya lebih miskin dari rata-rata negara
UE. Pleh karena itu diharapkan pertumbuhan GDP yang cepat akan membantu
dinamika Uni Eropa.
B. KERJASAMA BILATERAL
Kerjasama Bilateral adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua Negara dengan
tujuan untuk menjalin kerjasama dalam suatu bidang tertentu. Saat ini, Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional sudah menjalin kerjasama bilateral dengan beberapa
Negara sahabat seperti Swedia, United Kingdom, dan beberapa Negara ASEAN.
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 12
Sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
3230K/05/MEM/2011 tentang Koordinasi antar Unit di Lingkungan Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral bahwa Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
bertanggungjawab untuk menyelenggarakan kerjasama Luar
Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral, sebagai berikut:
A. Kerjasama Regional ASEAN
B. Asian Cooperation Dialogue (ACD)
C. Energy Charter (EC)
D. World Summit on Sustainable Development (WSSD/CSD)
A. Association of South East Asian Nation (ASEAN)
Pada tahun 2013, dalam kerangka kerjasama ASEAN telah diselenggarakan
kegiatan di bidang Regional Energy Policy and Planning Sub Sector Netwrok (REPP-
SSN) dan ASEAN+3 Energy Policy Governing Group (EPGG), sebagai berikut:
1. Senior Official Meeting on Energy (SOME) ASEAN
Menghadiri dan berperan aktif dalam pertemuan Senior Officials Meeting on Energy
of The 31st ASEAN Ministers on Energy Meeting (SOME of the 31st ) and Its
Associated Meeting telah berlangsung di Bali – Indonesia pada tanggal 24-25 Juni
2013.
Pertemuan SOME ke-31 ini merupakan forum pertemuan tahunan yang bertujuan
untuk melaporkan hasil kegiatan masing-masing Negara, mempersiapkan
pelaksanaan The 31th ASEAN Minister on Energy Meeting (31th AMEM) yang
dilaksanakan pada September 2013 di Bali serta membahas kondisi energi di
kawasan ASEAN dan global. Di samping itu, juga telah dilaksanakan pertemuan
dengan negara-negara mitra kerja ASEAN. Agenda pertemuan SOME of The 31st
AMEM sebagai terlampir.
Bab 3 PELAKSANAAN KERJA SAMA LUAR
NEGERI/ BILATERAL/ REGIONAL/ MULTILATERAL
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 13
Pertemuan SOME kali ini memperlihatkan bahwa kerja sama dengan mitra wicara
lebih menitikberatkan pada bidang security energy dalam sharing information, serta
transfer teknologi melalui pelaksanaan seminar/workshop/ exhibition/conference di
bidang renewable energy, energy efficiency dan conservation, bio-fuel, civilian
nuclear energy, dan intensity energy.
Dari hasil SOME ke 31, hal yang perlu ditindaklanjuti, adalah :
a. Sesuai penugasan dari Direktur Jenderal Ketenagaistrikan sebagai SOE
Leaders Indonesia untuk ASEAN (c.q.), Sekretariat Jenderal DEN mewakili
Indonesia telah berperan aktif sebagai Co-Chair dalam ACE Enhancement Task
Force (AETF) yang dibentuk sebagai hasil dari pertemuan SOME ke-30 di
Cambodia dengan tugas untuk mempersiapkan organisasi ACE dan
mempersiapkan rekrutmen Executive Director ACE.
b. Indonesia telah menyelenggarakan 3 (tiga) kali pertemuan AETF, masing-
masing pertemuan AETF ke-3 pada tanggal 23 Juni 2013 di Bali dan pertemuan
AETF ke-4 pada tanggal 22 September 2013 di Bali, serta pertemuan AETF ke-
lima pada tanggal 7-8 Desember 2013 di Manado.
c. Pertemuan SOME kali ini memperlihatkan bahwa kerja sama dengan mitra
wicara lebih menitikberatkan pada bidang security energy dalam sharing
information, transfer teknologi melalui pelaksanaan seminar/workshop/
exhibition/conference di bidang renewable energy, energy efficiency dan
conservation, bio-fuel, civilian nuclear energy, dan intensity energy.
2. Pertemuan ASEAN Enhancement Task Force (AETF)
a. Pertemuan AETF ke-tiga
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2013. Dalam pertemuan ini
Indonesia telah menyampaikan posisi sebagai berikut:
- Untuk opsi pendanaan New ACE, Indonesia mengusulkan untuk
menggunakan endowment fund maksimal selama 3 (tiga) tahun yang
dikombinasikan dengan direct contribution dengan voluntary basis, dan dalam
bentuk in kind atau in cash.
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 14
- Indonesia menyepakati struktur organisasi Enhancement ACE sebagaimana
yang diusulkan dalam studi Mc Kinsey, namun perlu lebih diperjelas lagi pada
masing-masing job dsecription sebagaimana usulan yang disampaikan oleh
Malaysia.
Executive Director
Advisory Panel
Policy Analysis Department
Knowledge Hub Department
Capacity Devt. Department
Management Department
AMEMSOMEAGC
- Perlu penegasan dalam penentuan kriteria job description dan minimum
requirement untuk Executive Director dan personal/staf yang dibutuhkan
sesuai dengan struktur organisasi ACE.
- Mengingatkan kembali AMS untuk tetap menjaga protokcol ASEAN dan
Agreement on the Establishment of the ACE serta menjaga kepentingan
anggota ASEAN khususnya di bidang energi.
- Sesuai hasil AMEM ke-30 disepakati bahwa pelaksanaan kegiatan ERIA harus
melalui koordinasi dengan ACE.
b. Pertemuan AETF ke-empat
Pertemuan dilaksanakan di Bali pada tanggal 22 September 2013, dengan
agenda ditabelkan sebagai berikut :
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 15
- Opening
- Discussion on the ED-ship : report on recruitment application; and process for
short listing candidates of ED
- Discussion : Process for interviews modalities of ED candidates; update of
AMEM on progress of ACE Enhancement
- Closing
Hasil pertemuan sebagai berikut :
- Agar AMSmempublikasikan secara luas tentang pemilihan Executive Director
ACE (ED ACE) melalui media elektronik dan cetak di masing-masing negara
AMS
- Wawancara langsung (secara tatap muka) akan dilaksanakan pada tanggal 9
Desember 2013 di Manado, Sulawesi Utara, setelah 5 kandidat ED ACE
terpilih.
- Akomodasi untuk seluruh kandidat dan anggota AETF selama proses
wawancara berlangsung disediakan oleh Indonesia sebagai tuan rumah.
- Wawancara dilakukan oleh seluruh SOE Leader dan anggota AETF serta
wakil dari ASEAN Secretariat (dengan posisi netral) selama 60 menit, dengan
format sebagai berikut:
i. Perkenalan (5 menit)
ii. SOME Chairperson menyampaikan 3 pertanyaan standar (20 menit)
iii. Pertanyaan tambahan dari seluruh peserta (25 menit)
iv. Tanggapan akhir dan penutupan oleh Kandidat (10 menit).
Seluruh anggota AETF mengusulkan untuk melaporkan dalam 31st AMEM
beberapa hal terkait dengan perkembangan pelaksanaan ACE Enhancement
terutama untuk pemilihan ED, persetujuan penggunaan anggaran ASEAN energy
endowment fund untuk operasional ACE sebesar USD 500,000 per tahun untuk
selama 2-3 tahun.
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 16
Terkait dengan perubahan ACE, maka diperlukan juga perubahan atau
amandemen atas Agreement on Establishment ACE, dan direncanakan akan
dilakukan penandatanganan pada 31st AMEM.
c. Pertemuan AETF ke-lima
- Pertemuan dilaksanakan di Manado pada tanggal 8 Desember 2013, dengan
agenda sebagai berikut :
Tanggal 7 Desember 2013 :
i) Opening session
ii) Discussion of the face-to-face interview mechanism
iii) Drafting report of the AETF to special SOME
Tanggal 8 Desember 2013 :
i) Welcome Remarks an Briefing of interview modalities
ii) Interview of ED Candidate (masing-masing 60 menit per orang)
iii) Tabulation of results and discussion by SOE Leader
- Dari 26 kandidat setelah dilakukan beberapa penilaian maka diperoleh 5
(Lima) kandidat ED yang mengikuti proses interview secara langsung (face-
to-face interview), yaitu :
Mr. Tin (Andy) Win, (Myanmar)
Mr. Chaiwat Muncharoen (Thailand)
Mr. Sanjay Velautham (Malaysia)
Mr.Raphael Phang (Singapore)
Mr. Christopher Zamora (Philippines)
- Diskusi yang dilakukan dalam pertemuan ini menghasilkan beberapa butir :
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 17
a. Singapura akan menyiapkan konsep kontrak bagi ED yang terpilih, dan
kontrak dijadwalkan akan ditandatangani pada periode Februari-Maret
b. Dari 5 kandidat yang dilakukan wawancara, terpilih 2 orang kandidat.
3. Regional Energy Policy and Planning Sub-Sector Netwrok (REPP-SSN) ke 12
Pada tanggal 26 Maret 2013, perwakilan dari Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional sebagai penanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan REPP-SSN sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri ESDM Nomor 3230K/05/MEM/2011 tentang
Koordinasi Antar Unit di Lingkungan Kementerian ESDM , mengahdiri Pertemuan ke-12
REPP SSN di Singapura, . Beberapa hasil penting dari pertemuan tersebut adalah
sebagai berikut :
- Pertemuan ke-12 REPP-SSN dipimpin oleh SOE Leader Singapura, dan dihadiri
oleh 7 (tujuh) Negara Anggota ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Indonesia,
Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Selain itu, juga hadir wakil
dari beberapa ASEAN Specialized Energy Bodies yaitu HAPUA, ASCOPE, AFOC,
EE&C-SSN, RE-SSN, NEC-SSN dan ASEAN RESP.
- Delegasi Indonesia dalam pertemuan ini perwakilan Sekretariat Jenderal DEN dan
Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.
- Adapun tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mengefektifkan implementasi
kegiatan APAEC dan hasil pertemuan akan menjadi masukan dalam pertemuan 31st
SOME pada bulan Juni 2013 di Indonesia.
- Adapun agenda pertemuan terdiri dari :
a. Opening
b. Presentation on APAEC Mid-Term Review of SSNS and Specialized Energy
Bodies dimana dalam kesempatan ini setiap Sub Sector Network
menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan sebagaimana
yang tertuang dalam APAEC 2010-2015.
c. Status of Engagement of Dialogue Partners/International Organizations by
ASEAN Member States
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 18
Sampai saat ini, ASEAN telah mengadakan kerjasama dengan beberapa negara
dan lembaga internasional di bidang energi.
- Indonesia sebagai Koordinator pelaksanaan kerjasama ASEAN dengan
Jepang di bidang energi, melaporkan perkembangan kegiatan/program yang
telah dilaksanakan pada tahun 2012, sebagai berikut:
sesuai dengan program kerja SOME-METI (periode 2011-2012) terdapat 3
kegiatan yaitu :
a) Energy Supply Security Planning in ASEAN (ESSPA);
b) Promotion of Energy Efficiency and Conservation (PROMEEC), dengan
tiga kegiatan yaitu: 1)PROMEEC-Building; 2) PROMEEC-Major Industry,
and 3). PROMEEC–Energy Management.
c) Multi-Country Training Program on Energy Conservation for ASEAN
(MTPEC), yang pelaksanaannya dilakukan secara bersama antara ACE
dan Energy Conservation Center, Japan (ECCJ).
- Kerjasama ASEAN-IEA yang saat ini sedang berjalan adalah ASEAN-IEA
Clean Energy Technology Development Project.
- HAPUA mengusulkan kepada EU permohonan bantuan permasalahan
regulasi di bidang Power Grid di kawasan ASEAN.
d. ASEAN +3
Fokus kerjasama ASEAN dalam kerangka ASEAN+3, (Negara Jepang, Korea
dan China) adalah dalam bidang ketahanan energi untuk kawasan ASEAN+3
terkait dengan ketergantungan yang cukup besar akan kebutuhan energi fosil
khususnya minyak bumi.
Dalam kerangka kerjasama tersebut, fokus kegiatan yang dilakukan adalah tukar
menukar informasi dan capacity building, diskusi mengenai oil stockpiling,
batubara, CDM, nuklir, integrasi pasar energi dan sebagainya, membangun
kesamaan persepsi dalam hal ketahanan energi global dan mencari
kemungkinan kerjasama regional.
Beberapa pertemuan yang dilaksanakan yaitu :
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 19
- SOME+3 EPGG ( back to back dengan SOME), dilaksanakan di Indonesia
pada bulan Juni 2013. Dalam kesempatan ini dilakukan pembahasan
beberapa usulan kegiatan yang disampaikan AMS, diantaranya yang terkait
dengan peningkatan kapasitas dalam pengembangan energi baru terbarukan
dan efisiensi.
- ASEAN+3 EE&C and New & RE, dilaksanakan di Korea pada bulan Juni
2013
- 2nd Senior Policy Maker Course, ASEAN+3 HRD on CNE pada 21-27 April
2013
- 2st Working Level Course, ASEAN+3 HRD on CNE di Korea pada September
2013.
e. Report of the ACE’s Publication Initiatives
ACE berinisiatif akan mempublikasikan ASEAN Energy Review and Statistic
(AERS) 2013; The 4 th ASEAN Energy Outlook; ASEAN Energy Indicators;
ASEAN Energy Policy Review and Analysis Series yang memuat informasi
tentang kondisi pengelolaan energi di kawasan ASEAN, termasuk
perkembangan kebijakan di bidang energi. Saat ini proses penyusunan publikasi
sedang pada tahapan kompilasi serta disseminasi kebutuhan data ke masing-
masing negara anggota ASEAN.
4. ASEAN+3 Energy Policy Governing Group (EPGG).
Setjen DEN hadir sebagai delegasi di dalam pertemuan SOME+3 dan EPGG
ke-3 yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2013 back to back dengan pertemuan
Senior Official Meeting on Energy (SOME) ASEAN ke 31, di Bali dengan hasil
sebagai berikut :
a) Country Coordinator , Vietnam menjelaskan tentang kegiatan Energy Security
Forum yang mencakup: Oil Stocking Roadmap Working Group Meeting
Activities; Human Resource Development Program on Civilian Nuclear Energy;
Integrated Support Center for Nuclear Non-Proliferation and Nuclear Security;
Oil Market and Natural Gas Forum and Business Dialogue; New and
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 20
Renewable Energy and Energy Efficiency and Conservation; and Discussion on
Work Programme for 2012-2013.
b) ACE menjelaskan mengenai Working Plan 2012-2013 yang akan difokuskan
pada kegiatan: 1). Energy Security Forum; 2). Oil Maket ; 3). Natural Gas in
Malaysia; 4) New and renewable Energy dan Efficiency Energy and
Conservation.
c) Jepang menjelaskan mengenai perkembangan kerjasama di bidang Efficiency
Energy dan Conservation dan PROMEEC (kepanjangannya ditulis) Project
yang mencakup bidang kerja sama teknik, capacity building di bidang efficiency
energy and conservation, dan training course yang sudah dilakukan sejak tahun
2005 di Jepang. Kerjasama tersebut mencakup Phase 1 yang terdiri dari dua
kegiatan yaitu: Transfer of Experience and Technology dan Promeec (building).
d) Terkait PROMEEC Project, akan difokuskan pada 1). Capacity Building for
Energy Audit in Factories and Buildings; 2) Training on Energy Management, 3)
Seminar/Workshop for Information Sharing and Enhancing Awareness of EE&C
on Policy and Technology; 4) Develop, Promoted Disseminated PROMEEC
Tools (Technology Directory, In-house Database, EM-HB; 5) Establish and
Implemented ASEAN Best Practice for Energy Management; 6) Multi-country
Training Program on Energy Conservation (MTPEC). Setelah berakhirnya
Promeec Project, suatu skema baru akan dilaksanakan dengan memperluas
cakupan program dari yang ada sekarang dan meningkatkan kemitraan dengan
pihak swasta untuk meningkatkan promosi energy efficiency and conservation.
e) Korea menjelaskan mengenai perkembangan ASEAN+3 Clean
development Management (CDM) oleh KEMCO di Korea yang merupakan
program kerjasama tahun 2009 - 2011. Korea juga tertarik pada kerja sama di
bidang emisi rumah kaca. Kegiatan CDM akan diadakan di Kamboja dan
Myanmar dan kegiatan lainnya akan dilaksanakan di bawah NAMA dan
KEMCO. Vietnam, Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Filipina diharapkan
menjadi host untuk kegiatan-kegiatan tersebut di masa mendatang.
f) Pertemuan mencatat beberapa usulan kegiatan baru, usulan Indonesia
untuk memasukkan kegiatan di bawah NAMA di bidang Renewable Energy,
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 21
Efficieny Energy dan Energy Conservation. Jepang meminta agar rincian
program dapat didiskusikan lebih lanjut.
B. Asia Cooperation Dialogue (ACD).
ACD merupakan forum dialog negara-negara Asia yang berdiri pada tahun
2002 di Cha-Am, Thailand, untuk membahas dan bertukar pandangan mengenai
isu-isu internasional, regional dan subregional yang menjadi kepentingan bersama.
Saat ini, ACD beranggotakan 33 Negara, dan Indonesia telah bergabung dengan
ACD sejak awal pembentukannya. Salah satu fokus utama Indonesia dalam ACD
adalah kerja sama di bidang energi, dengan harapan kerja sama ini dapat
menciptakan ketahanan energi di kawasan Asia. Untuk itu, Indonesia bersama
dengan Bahrain, China, Philipina, Kazakhstan, Laos, Qatar dan Uni Emirat Arab
mengambil inisiatif (co-prime mover ) untuk mengembangkan kerjasama di bidang
energi dan ketahanan energi telah merumuskan Energy Plan of Action (PoA on
Energy) yang diprakarsai oleh Indonesia sebagai kegiatan yang disepakati untuk
dilaksanakan pada tahun 2014-2018. Sebagai focal point kerjasama untuk ACD,
Setjen DEN telah mengikuti beberapa pertemuan ACD, yaitu:
ACD Energy Meeting (tanggal 23 November 2013) :
a. Pertemuan ini dipimpin bersama oleh Indonesia dan Filipina, dimana dalam
pertemuan ini membahas dan memfinalisasi draft Energy Action Plan
(PoA) yang merupakan prakarsa Indonesia selaku ACD Energy Co-Prime
Movers sebagai tindak lanjut pertemuan Energy Forum ke-satu di Bali pada
tahun 2005.
Pada the First ACD Summit yang dilaksanakan di Kuwait pada tahun 2012, isu
kerja sama di bidang energi termasuk PoA disetujui untuk dilakukan dan
segera melakukan review atas draft PoA dimaksud. Untuk selanjutnya
dilakukan beberapa penyesuaian dan evaluasi atas draft yang sudah ada.
b. Pertemuan ini menyepakati untuk melakukan perubahan terhadap draft
terakhir namun tidak merubah substansinya.
1. Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (tanggal 24 November 2013) :
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 22
a. Pertemuan ini dipimpin oleh Assistant Under Secretary for Arab and Afro
Asian Affairs and Organizations, Ministry of Foreign Affairs of the Kingdom of
Bahrain. Hasilnya apa?
b. Indonesia dan Filipina menyampaikan laporan hasil Energy Meeting dan
mengusulkan agar SOM menerima dan merekomendasikan PoA kepada
Pertemuan Tingkat Menteri.
2. Pertemuan Tingkat Menteri (tanggal 25 November 2013) :
Pertemuan ini telah mengesahkan Energy Action Plan dimana sebagian besar
negara anggota menyampaikan dukungannya atas pengesahan PoA.
Ruang lingkup kegiatan dalam kerangka ACD terdiri dari :
a) Development and utilization of complimentary renewable energy resources and alternative fuels;
b) Exploration, development and utilization of indigenous energy resources
using efficient and environment-friendly technologies as well as the promotion of energy access;
c) Promotion of energy efficiency and conservation measures/programs; d) Establishment of regional energy infrastructure network and trade facilitation;
e) Encouragement of new investments in environment-friendly energy fossil fuel products.
3. Adapun seluruh kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagaimana pada tabel
berikut : tabel2 dilampirkan shg tdk memakan tempat pada bagian utama
laporan.
Tabel 1: Promoting information exchange and sharing of best practices on energy policies, plans and programs among the ACD Member States
No. Activities Period ACD Member
States
1 ACD Energy Forum Every 3 years
2 Database of an Inventory of Renewable Energy Resources in ACD Member States
2014-2015
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 23
3 Study of oil and gas transportation
4 Review of other Regional Energy Cooperation in Asia
2014 Turkey
5 Study on the Impact of Market Trade in Energy Services of ACD Member States
6 Study on the Impact of Emerging Global Carbon Market in the Energy Sector of ACD Member States
7 Exchange of Information and Experiences in the Energy Policy of ACD Member States
2014-2015
8 Workshop on Optimization of Gas for Transportation
9 Development of Strategic Energy Reserve 2014-2015
10 Workshop on Low Carbon Model Town 2014 China
11 Seminar on Sustainable Hydropower Development and Regional Power Exchange of Lao PDR
26-27 March 2014
Lao PDR
12 Best Practices of Micro-hydro Power Plant for Rural Electrification
2014 Indonesia
13 International Exhibition 2017 Future Energy 2017 Kazakhstan
14 Exchange of Energy and Other relevant Professionals and Experts Amongs the ACD Member States
Tabel 2: Synchronizing policies and strategies of ACD member states on exploration, development and utilization of energy resources.
No. Activity Timeline ACD Member
States
1 Workshops on Energy Services Classification
2 ACD Energy Seminar on Renewable Energy Resources and Alternative Fuels
2015 Philippines
3 Specialized Workshop on Renewable, Clean and Sustainable Energy
January 2015 or 2016
United Arab Emirates
4 Workshop on Promotion and Standardization of Biofuels
2014 Indonesia
5 Workshop on Standard Harmonization for Electrical Appliances
6 Conference on Asia Energy Security 2014 Thailand
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 24
Tabel 3: Promoting an investor-friendly environment in ACD Member States to attract private sector participation on energy development.
No. Activity Timeline ACD Member
States
1 Dialogue among Energy Consumers and Producers
2 Development of strategic energy reserve (workshop, training, site visit)
3 Exchange of experiences on best practises in rural electrification
Tabel 4: Enhancing capacity building of human resources on all aspects of energy exploration, development and utilization.
No. Activities Timelines ACD Member
States
1 Trainings and visits of its geothermal energy experts
2015
2 Training program on oil and gas 2014
3 Training Program on Energy Management
2014-2015
4 Training Program on Energy Forecasting
5 Setting up bio-fuel testing laboratory 2014 Bahrain
6 Training on Bio-Energy 2014-2015 Bahrain
4. Indonesia perlu terus mendorong pelaksanaan PoA ini dan memanfaatkan
keahlian negara-negara ACD lainnya untuk mendukung pengembangan energi
nasional. Dalam kesempatan ini, Indonesia telah menyampaikan kesiapannya
untuk melaksanakan kegiatan Best Practices of Micro-hydro Power Plant for
Rural Electrification dan Workshop on Promotion and Standardization of Biofuels
di tahun 2014.
C. Energy Charter (EC).
Pada tanggal 19-20 September 2013 bertempat di Kuta-Bali, telah diselenggarakan
Bali Energy Charter Conference. Kegiatan ini dilatarbelakangin keinginan Indonesia
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 25
untuk dapat meningkatkan ketahanan energi nasional. Pertemuan ini dihadiri oleh
beberapa negara anggota EC dan negara lainnya.
Kalimat tidak nyambung.
Dengan tujuan untuk mereview informasi mengenai situasi energi di kawasan,
market energi dan regional interkoneksi, energi baru terbarukan dan energi yang
ramah lingkungan. Kegiatan yang berlangsung selama 2 hari ini menghadirkan
beberapa pembicara baik dari dalam maupun luar negeri dengan agenda
sebagaimana terlampir :
Tanggal 19 September 2013 :
- Opening
- Presentation by participants of the Ministerial session
Tanggal 20 September 2013 :
- Current condition energy situation in the Asia-Pacific Region
- Energy investment needs, opportunities and risks
- Energy infrastructure development in the Asia-Pacific Region
- Ways and Means for global energy governance
- Concluding session
Sampai dengan saat ini, status Indonesia dalam organisasi EC masih sebagai
obeserver.
D. International Energy Agency (IEA).
Dalam rangka pelaksanaan kerjasama dengan IEA, telah dilakukan beberapa
kegiatan antara lain hadir dalam pertemuan Standing Group on Emergency
Questions (SEQ), Standing Group on Oil Market (SOM) dan Emergency Response
Review (ERR) yang dihadiri oleh 28 delegasi negara anggota IEA.
Pada bulan Februari 2013, telah dilakukan diskusi atas proposal mengenai
Fostering Coser Cooperation between IEA and Partners Countries Through an
Association. Rencana kerja sama ini bertujuan untuk mempererat kegiatan terkait
dengan energi pada 7 (tujuh) negara tujuan kerjasama, yaitu Brazil, China, India,
Indonesia, Mexico, Russia, dan Africa Selatan. Kegiatan yang akan dikerjasamakan
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 26
diantaranya adalah di bidang energi termasuk keamanan dan akses untuk
mendapatkan energi secara berkelanjutan.
Untuk maksud di atas selama tahun 2012, IEA melakukan diskusi dan pertemuan
dengan 7 negara yang akan menjadi partners countries. Dimana dalam diskusi yang
berlangsung beberapa negara meminta IEA untuk menuangkan dalam konsep paper
sehingga akan lebih mudah dipahami maksud dan tujuan dari rencana kerjasama ini.
Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional melalui Pusat Data dan Informasi
KESDM, sebagai focal point, telah menyampaikan masukan terkait dengan rencana
kerjasama tersebut di atas, sebagai berikut :
- Indonesia perlu memperhatikan posisi/mitra negara lainnya dalam kerjasama 7
countries association.
- Kerjasama ini harus didasarkan pada semangat untuk meningkatkan
kemampuan nasional dalam ketahanan energi, dengan tetap memperhatikan
kehati-hatian dalam mencermati kegiatan yang akan dikerjasamakan.
- Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian Luar Negeri RI dan
sektor terkait lainnya untuk setiap kegiatan yang akan dikerjasamakan.
- Tetap mengutamakan kerjasama negara ASEAN di bidang energi yang sudah
bersepakat termasuk peran ACE dalam sebagai think tank ASEAN di bidang
- Terkait dengan ketahanan energi (energy security), diusulkan untuk tidak masuk
kedalam kegiatan yang akan dikerjasamakan, karena beberapa bantuan yang
dibutuhkan Indonesia dari IEA adalah lebih banyak dalam bentuk capacity
building dan transfer ilmu pengetahuan.
- Diharapkan kerjasama dengan IEA tidak masuk ke dalam aspek yang terkait
dengan kebijakan energi dan penetapan target dan sasaran.
Di samping pertemuan di atas, IEA juga memberikan kesempatan untuk mengikuti
beberapa training antara lain di bidang Energy Eficiency dan Statistic Energy.
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 27
E. Uni Eropa (EU).
Kerjasama dengan EU sudah dirintis sejak tahun 2010, dan Setjen DEN telah
menyampaikan usulan kegiatan dalam bentuk Sector Notes, yaitu:
- Technical Assistance on National Energy Management Policy Formulation
- Technical Assistance on National Energy Master Plan.
Tindak lanjut dari usulan kegiatan tersebut dikoordinasikan oleh BAPPENAS dalam
program EU-Indonesia Trade Cooperation Facility – TCF. Adapun tujuan dari
pelaksanaan kerjasama ini adalah untuk memperkuat kemampuan institusi
Pemerintah dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan perdagangan dan
iklim investasi nasional. Kerjasama yang akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) bagian
besar, yaitu:
1) Work Programme I : Indonesia Energy Planning Dialogue
2) Work Programme II : Development Long Term Energy Planning Tools
3) Work Programme III : Indonesia Renewable Energy Planning and Socialization
Viable Renewable Energy Packages.
Keterlibatan DEN khususnya pada Work Programme 1: Indonesia Energy Planning
Dialogue yang akan dilaksanakan oleh DEN dengan fasilitasi dari BAPPENAS dan
EU TCF. Dialog direncanakan setiap tahun selama empat tahun secara bergantian
di Eropa dan Indonesia, yang akan dimulai pada tahun 2013 di Eropa. Adapun tugas
DEN dalam kerangka kerjasama ini adalah :
− menyiapkan topik dialog untuk disampaikan kepada EU-TCF di BAPPENAS dan
untuk tahun pertama topik yang diusulkan adalah Feed-in Tariff and Policies,
Regulations in European Countries to Assure it’s Citizen Enjoy Energy Supply
Security.
− menseleksi peserta dialog yang berasal dari DEN, KESDM, BAPPENAS,
Pemerintah Daerah, Akademisi dan Perusahaan.
F. Swedia
Dalam rangka kerjasama Indonesia-Swedia, telah dilakukan beberapa
pertemuan dan pembahasan mengenai rencana kerjasama ini, yang dimulai pada
tahun 2011, dengan kronologi sebagai berikut :
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 28
TAHUN
2011 2012 2013 2014-2016
1. Kegiatan diinisiasi melaluikerjasama penelitian dibidang EBT antara Swedia -UGM.
2. Kerjasama ini selanjutnyadikembangkan dalambidang kebijakan energiantara Swedish EnergyAgency (SEA) – DEN yangmulai dibahas padaOktober 2011 di Swedia.
1. Pada bulan Maret2012 di Jakarta,disepakati bahwakerjasama akan fokuskepadapengembangan EBT.
2. Pada bulan November2012, tim Swedia telahmelakukan kunjunganlapangan kePayakumbuh,Denpasar, dan Bandarlampung, untukmelihat potensi EBTkhususnya sampahkota yang dapatdimanfaatkan untukpembangkit listrik.
1. Bulan Mei 2013 di Swediatelah dilakukanpembahasan lebih lanjutkerjasama antara Indonesia–Swedia dan telahdisepakati untukmembentuk INSIStS(Indonesia-SwedishInitiative for SustainableEnergy Solutions)
2. Bulan September 2013 diBali,dilakukan pertemuanlanjutan untuk membahasprogram dan kegiatandalam kerangka INSISTS
3. Pada tanggal 7 Desember2013, penandatangananMoU antara Setjen DENdan SEA concerningEstablishment of theIndonesian-SwedishInitiative for sustainabilityenergy solutions (INSISTS)
Program INSIStS(Indonesia-Swedish Initiative for Sustainable Energy Solutions) sebagai center of excellent diharapkansudah dapatdilaksanakan
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam tahun 2013 :
1) Pertemuan di Stockholm-Swedia, tanggal 27-30 Mei 2013
- Delegasi Indonesia yang hadir dalam pertemuan ini adalah Dewan Energi
Nasional, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Universitas
Gajah Mada, Pemda Kota Payakumbuh dan Pemda Kota Balikpapan.
- Pertemuan menyepakati
2) Pertemuan di Bali-Indonesia, tanggal 20-22 September 2013
- Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari beberapa pertemuan
sebelumnya, dengan tujuan untuk kembali mendisusikan mengenai ruang
lingkup dari kerjasama INSISTS. Agenda pertemuan sebagaimana pada
Lampiran.
- Kerja sama ini disepakati untuk ditingkatkan dengan membentuk sebuah
pusat pengembangan energi baru terbarukan : Indonesian – Swedish
Initiatives for a Sustainable Energy Solutions (INSISTS). Adapun pihak-
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 29
pihak yang akan terlibat dalam kegiatan ini adalah Dewan Energi
Nasional, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Perguruan
Tinggi, Pemerintah Daerah dan Perusahaan di bidang energi.
- Disepakati ruang lingkup kerjasama meliputi:
a. Dialog dan pertemuan tahunan
b. Sustainable Leadership
c. Strategic Energy Planning : (capacity building on energy poliicy,
energy modeling, energy statistic, energy security, renewable energy
development)
d. Smart Green Energy Solutions
INSiSTS PROGRAMPERIOD PROGRAM FOCUS AREAS REMARKS
2014 -2016
ENERGYPOLICY DIALOGUE
• BILATERAL MEETINGS/DIALOGUE• PROGRAM ASSESSMENT AND EVALUATION
ALL PARTIES ANNUAL MEETING (ROTATED AT INDONESIA AND SWEDEN) MANAGING DIRECTOR RESPONSIBILITY CROSS-CUTTING
SUSTAINABLE LEADERSHIP
• CAPACITY BUILDING• PUBLIC COMMUNICATION• LEADERSHIP TRAINING • DISSEMINATION
STRATEGICENERGY PLANNING
• ENERGY POLICY• ENERGY MODELING• ENERGY STATISTIC• ENERGY PRICING POLICY• ENERGY SECURITY POLICY (EMERGENCY STOCKS)• RENEWABLE ENERGY DEVELOPMENT INCLUDING
RESEARCH AND TECHNOLOGY DEVELOPMENT• RENEWABLE INNOVATION AS A DRIVER FOR GROWTH
CAPACITY BUILDING IS CROSS-CUTTING WILL BE DEVELOPED IN THE WORKING MODEL
SMART GREEN ENERGY SOLUTIONS
BIOENERGY • WASTE TO ENERGY/BIO ENERGY BASED ELECTRICITY
(BIOGAS, MUNICIPAL SOLID WASTE, BIOMASS) • MAPPING OF BIOMASS POTENTIAL• BIO ETHANOL (SECOND GENERATION BIOFUEL)• BIO DIESEL (SECOND GENERATION BIOFUEL)SMALL SCALE POWER GENERATION TECHNOLOGY• HYDRO ENERGY• SOLAR ENERGY• HYBRID ENERGYENERGY EFFICIENCY, CONSERVATION AND MOBILITY• ENERGY STORAGE• SMART GRID/MICRO GRID• SMART TRANSPORTATION
SEE PROJECT LIST, NEXT SLIDE. GIVE LESSONS LEARNED TO STRATEGIC ENERGY PLANNING.PILOT PROJECTS ARE ALSO PERFORMED ACCORDING TO THE WORKING MODEL.
- Pembahasan organisasi merupakan salah satu agenda dalam pertemuan
ini, disepakati bahwa organisasi INSISTS akan dipimpin oleh Managing
Director yang akan bertanggung jawab atas pelaksanaan dari seluruh
kegiatan.
- Dalam rangkaian pertemuan ini, juga dilakukan kunjungan ke lokasi
pembuangan sampah di Bantar Gebang.
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 30
3) Management Board Meeting
- Dengan telah disepakatinya struktur organisasi INSISTs, maka pada
tanggal 7 Desember 2013 telah dilaksanakan Management Board Meeting
ke-1 bertempat di UGM, Yogjakarta.
a. Beberapa hasil penting dari pertemuan adalah :
− Organisasi, INSISTS merupakan suatu organisasi non profit dan pada
tahap awal disepakati struktur organisasi adalah ramping/slim dan
dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.
− SP Research dan UGM sebagai anggota dari Management Board
tanpa hak suara.
ORGANIZATION
Energy Policy dialogue
ADVISORY BOARD MANAGEMENT BOARD
STRATEGIC ENERGY PLANNING
SMART GREEN ENERGY SOLUTIONS
SUSTAINABLE LEADERSHIP
MANAGING DIRECTOR
Liaison Swedish & Indonesian Person
Secretary General of NEC&
Director General of SEA
Representatif from MEMR, MoT, NEC Member, UGM,
Industry&
Representatif from SEA
Director from Secretariat General of NEC
− Financial Plan, sampai dengan tahun 2016 dana untuk kegiatan akan
ditanggung bersama oleh Swedia dan Indonesia, dan selanjutnya
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 31
INSISTs diharapkan INSISTs dapat secara mandiri membiayai
kegiatannya.
− Managing Director, untuk menjalankan INDSISTs dalam 2 tahun ke
depan sebagai periode transisi pendirian INSIST disepakati untuk
menugaskan, Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan
Persidangan, Setjen Dewan Energi Nasional sebagai Managing
Director dibantu oleh Dr. Rahman Sudiyo dari Universitas Gajah
Mada.
− Program Kerja Tahun 2014, disepakati sebagai berikut:
i) Melakukan pertemuan secara langsung dan melalui video
conference meeting untuk melaporkan perkembangan kegiatan.
ii) Pelaksanaan program Sustainable Leadership, dimana SEA akan
segera menyampaikan hasil pembahasan kepada Managing
Director untuk ditindaklanjuti dengan penyusunan program
kegiatan.
iii) Melaksanakan kegiatan yang diusulkan oleh UGM, yaitu :
Micro hydro in a container concept
Hybrid Solutions including Grid Connection
Roadmap for bio energy.
Smart Green Energy Solutions-project
4) Penandatanganan Memorandum of Undertanding
- Dalam rangka kerjasama bilateral dengan Pemerintah Swedia, Dewan
Energi Nasional telah dilakukan penandatangan Memorandum of
Understanding tentang Establishment of Indonesian-Swedish Initiative for
Sustainable Energy Solution (INSISTS), pada tanggal 7 Desember 2013
di UGM, Yogyakarta.
- Kerjasama ini bertujuan untuk:
a) membangun Kkerja sama dalam pengembangan dan penguatan
kemampuan inovasi teknologi sektor energi melalui peningkatan
kapasitas dan transfer teknologi.
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 32
b) Membangun kolaborasi antar Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Industri/Dunia Usaha.
- Untuk pelaksanaan kerjasama dibawah INSISTS ini ruang lingkup dari
kegiatan akan terdiri dari :
a) Forum untuk dialog antara Para Pihak di bidang keenergian
b) Menilai dan mengevaluasi program dan kegiatan INSISTS
c) Sustainable Leadership yang meliputi peningkatan kapasitas,
komunikasi publik, pelatihan kepemimpinan dan desiminasi untuk
transfer ilmu pengetahuan terkait dengan peningkatan kepentingan
dari suatu model sistem kerja untuk mencapai tujuan jangka panjang
dan keberlangsungan dari hasil pelaksanaan
d) Peningkatan kompetensi di bidang pengembangan kebijakan energi
untuk pegawai pemerintah Indonesia, termasuk permodelan energi,
statistik energi, harga energi, ketahanan energi, pengembangan energi
terbarukan, dan kegiatan lainnya yang terkait dengan isu keenergian
yang disepakati
e) Smart Green Energy Solutions, dengan fokus kegiatan kerjasama :
Bio energi : sampah menjadi energi/bio energi untuk kelistrikan,
pemetaan potensi biomasa, bio ethanol (generasi kedua bio fuel);
bio diesel (generasi kedua bio fuel)
Teknologi pembangkit listrik skala kecil : energi hidro; energi
matahari; energi hibrid
Efisiensi energi, konservasi, conservation and mobilitas : energy
storage; smart grid/micro grid; smart transportation
G. INGGRIS
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pada tahun 2012, Sekretariat Jenderal Dewan
Energi Nasional mengikuti training dan sosialisasi dalam mengimplementasikan
perhitungan proyeksi energy dan analisis energi dengan menggunakan “2050
Calculator” sebagai tools yang lebih mudah dioperasikan dalam melakukan proyeksi
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 33
kebutuhan dan penyediaan energi. Sistem ini dapat digunakan dalam melakukan
proyeksi energi yang berwawasan lingkungan karena dapat menghitung
pengurangan emisi sesuai dengan target. “2050 calculator” ini dapat dengan mudah
dipergunakan dan hasilnya juga mudah dipahami oleh masyarakat yang awam di
bidang energy. 2050 Calculator mempunyai 3 (tiga) level yang berbeda, yaitu :
1) My 2050 Simulation, dipergunakan untuk masyarakat umum. Informasi yang
diberikan dapat membantu masyarakat dalam mengetahui bagaimana rangkaian
kegiatan energi, dan dampak dari pengelolaan energi tersebut.
2) 2050 Webtool, dipergunakan dengan memvariasikan target yang ingin dicapai
dengan mempergunakan beberapa teknologi dan keinginan dari pembuat
kebijakan, akan mampu mendapatkan keluaran dan juga menampilkan informasi
dari sisi penyediaan dan kebutuhan, serta target penurunan emisi sampai tahun
2050.
3) Excell Spreadsheet, yang diperuntukkan bagi pelaksana, dimana lembar kerja ini
rinci menguraikan semua data yang mendasari, seperti dasar perhitungan emisi,
populasi dan pertumbuhan dari spesies ekonomi yang diharapkan, serta asumsi
yang digunakan untuk menghitung biaya.
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 34
Bab 4 KESIMPULAN
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 35
1. Dalam rangka meningkatkan peran Dewan Energi Nasional dalam melaksanakan
tugas di bidang kebijakan energi, kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan di bidang energi akan terus dilakukan antara lain melalui kerjasama
dengan berbagai pihak, khususnya kerjasama luar negeri baik kerjasama
bilateral/regional dan multilateral.
2. Seluruh Negara Anggota Asia Cooperation Dialogue (ACD) telah menyepakati Plan
of Action di bidang energi, dimana dalam implementasinya Indonesia akan
berpartisipasi dalam pelaksanaan workshop on Promotion and Standardization of
Biofuels pada tahun 2014, yang merupakan kegiatan usulan dari Direktorat
Jenderal Energi Baru Terbarukan.
3. Sekretariat Jenderal DEN dengan Swedih Energy Agency telah bersepakat untuk
melakukan kerjasama di bidang energi khususnya dalam pengembangan energi
baru terbarukan yang ditandai dengan penandatanganan Memorandum of
Understanding mengenai Establishment of the Indonesian-Swedish Initiative for
Sustainable Energy Solution (INSISTS) pada tanggal 7 Desember 2013 di
Yogyakarta. Kerjasama ini bertujuan untuk melakukan pengembangan dan
penguatan kemampuan inovasi teknologi sektor energi melalui peningkatan
kapasitas dan transfer teknologi, serta membangun kolaborasi antar Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Industri.
4. Fokus kegiatan kerjasama yang dilakukan adalah : 1) capacity building untuk
perumusan kebijakan energi, formulasi perencanaan energi, dan penanganan
kondisi darurat energi; 2) pelaksanaan dialog dalam rangka tukar menukar
informasi di bidang kebijakan energi; dan 3) penanganan komunikasi publik dalam
penyampaian informasi kebijakan baru di bidang energi dalam rangka membangun
kebijakan dalam jangka panjang.
5. Sampai saat ini terdapat beberapa kegiatan kerjasama yang masih dalam tahap
persiapan dan penyelesaian, diantaranya adalah pemilihan Executive Director ACE,
persiapan pelaksanaan kegiatan INSISTS dan perkembangan implementasi
kegiatan dalam kerangka kerjasama ACD, untuk itu akan terus dikoordinasikan
dengan Kementerian ESDM dan Kementerian terkait lainnya sehingga kegiatan ini
Laporan Penyelenggaraan Kerjasama Luar Negeri/Bilateral/Regional/Multilateral 36
dapat terlaksana dengan baik dan dapat bermanfaat bagi peningkatan kemampuan
dan kapasitas Sekretariat Jenderal DEN.