lansia
TRANSCRIPT
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 1/17
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lansia
1.1 Pengertian Usia Lanjut
1.2 Proses Menua dan Teori - Teori Menua
1.3 Karakteristik Lansia
1.4 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
2. Penyakit Kronis
2.1 Pengertian Penyakit Kronis
2.2 Kategori Penyakit Kronis
2.3 Fase-Fase Penyakit Kronis
2.4 Penyakit Kronis Pada Lansia
3. Aktivitas Sehari-hari
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 2/17
15
1. Usia Lanjut
1.1 Pengertian Usia Lanjut
Menurut Anna Keliat (1999) lanjut usia merupakan tahap akhir
perkembangan dalam daur kehidupan manusia. Sedang menurut pasal 1 ayat 2,3,4
UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
1.2 Proses Menua dan Teori-teori menua
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki
kerusakan yang diderita
(Prof.Dr.R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono,1994).
Ada 2 jenis teori penuaan yaitu, teori biologi, teori psikososial. Teori
biologis meliputi teori genetik dan mutasi, teori imunologis, teori stres, teori
radikal bebas, teori rantai silang, teori menua akibat metabolisme. Teori sosial
meliputi pelepasan, teori aktivitas, teori interaksi sosial, teori kepribadian
berlanjut, teori perkembangan.
1. Teori Biologis
Teori Genetik dan Mutasi. Teori genetik menyatakan bahwa menua itu
telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkan
bahwa menua terjadi karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil dari
mutasi spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring dengan usia.
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 3/17
16
Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel (Suhana,1994; Constantinides,1994).
Teori Imunologis. Teori imunologis menua merupakan suatu alternatif
yang diajukan oleh Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yang
tidak terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan menyebabkan sistem imun tidak
mengenal dirinya sendiri sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein,1989).
Teori Stres. Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat
hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress
yang menyebabkan sel-sel tubuh lemah.
Teori Radikal Bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di
dalam tubuh karena adanya proses metabolisme. Radikal bebas merupakan suatu
atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak
berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam oksidasi bahan organik,
misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas menyebabkan sel tidak dapat
beregenerasi (Halliwel,1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan
oleh akumulasi kerusakan ireversibel.
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 4/17
17
Teori Rantai Silang. Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan
oleh lemak, protein, kerbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, yang mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan
perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang
kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori Menua Akibat Metabolisme. Telah dibuktikan dalam percobaan
hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan
dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang
menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur
(Bahri dan Alem, 1989; Boedhi Darmojo,1999).
2. Teori Psikososial
Teori Penarikan Diri / Pelepasan. Teori ini merupakan teori sosial
tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming
dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa mayarakat dan individu selalu
berusaha untuk mempertahankan diri mereka dalam keseimbangan dan berusaha
untuk menghindari gangguan. Oleh karena itu lansia mempersiapkan pelepasan
terakhir yaitu kematian dengan pelepasan mutual dan pelepasan yang dapat
diterima masyarakat. Pelepasan ini meliputi pelepasan peran sosial dan aktivitas
sosial. Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan
yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam
menghadapi kematian.
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 5/17
18
Teori Aktivitas. Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan
Lemon et al. (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
dari bagaimana seseorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas
dan memepertahankan aktivitas tersebut. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.
Teori Interaksi Sosial. Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak
pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Simmons (1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin
interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas
dasar kemampuannya bersosialisasi. Mauss (1954), Homans (1961), dan Blau
(1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum
pertukaran barang dan jasa.
Teori Kepribadian Berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas
yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lanjut usia. Pengalaman seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah
lanjut usia.
Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia
terhadap bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang
dapat bernilai positif maupun negatif. Akan tetapi teori ini tidak menggariskan
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 6/17
19
bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan
oleh lansia tersebut.
1.3 Karakteristik Lansia
Menurut Bustan (2007) ada beberapa karakterisktik lansia yang perlu
diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia yaitu:
1. Jenis Kelamin
Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.
2. Status Perkawinan
Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi
keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.
3. Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal
bersama anak atau keluarga lainnya.
4. Kondisi Kesehatan
Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit menyebabkan lansia
cenderung dibantu atau tergantung kepada orang lain dalam melaksanakan
aktivitas sehai-hari.
5. Keadaan ekonomi
Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk kelangsungan
hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi pendapatan lansia
menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia tadat terpenuhi.
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 7/17
20
1.4 Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental dan
psikososial.
1. Perubahan Fisik
a. Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan
stamina menurun.
b. Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot
mengecil, hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.
c. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.
d. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam
hidung dan telinga mulai menebal.
e. Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya respon
terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi. Pada pendengaran
pengumpulan cerumen dapat terjadi karena meningkatnya keratin,
f. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga
dada menjadi kaku dan sulit bernafas.
2. Perubahan sosial
a. Perubahan peran post power syndrome, single woman, dan single
parent.
b. Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan akan
meninggal.
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 8/17
21
c. Terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam bersosialisasi.
d. Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung.
3. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,
perubahan depresi dan kecemasan.
2. Penyakit Kronis
2.1 Pengertian Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan sebuah fenomena biopsikososial. Penyakit
kronis biasanya terjadi pada usia lanjut dan kondisi ini bertahan untuk waktu yang
cukup lama ( Lueckenotte, 2000). Penyakit kronis adalah penyakit yang diderita
lebih dari 3 bulan. Penyakit kronis didefenisikan sebagai kondisi medis atau
masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang
membutuhkan jangka panjang (Smeltzer & Bare, 2001). Penyakit kronis adalah
penyakit atau kondisi yang gejalanya berlangsung lebih dari tiga bulan, dan pada
beberapa kasus selama kehidupan seseorang pemulihannya lambat dan terkadang
tidak total (Mckenzie, dkk, 2007).
Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya tidak pasti, memiliki
faktor resiko yang multipel, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan
kerusakan fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan. Penyakit
kronis ini tidak disebabkan oleh infeksi atau patogen melainkan oleh gaya hidup,
perilaku beresiko, pajanan yang berkaitan dengan proses penuaan.
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 9/17
22
Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat
permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu
kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama fungsi muskulo skeletal
dan organ-organ penginderaan. Penyakit kronis tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat diminimalkan tingkat keparahannya dengan mengubah perilaku, gaya hidup
dan pajanan terhadap faktor-faktor tertentu di dalam kehidupan.
Lebih dari 90 juta penduduk amerika hidup dengan penyakit kronis
(Centers for Disease Control and Prevention CDC, 1998 dalam Lueckenotte,
2000). Enam belas persen dari biaya perawatan medis merupakan biaya untuk
penyakit kronis. Penyakit kronis juga merupakan penyebab signifikan terjadinya
kematian yaitu 70% dari jumlah kematian yang ada di amerika
(Lueckenotte, 2000).
2.2 Kategori Penyakit Kronis
Menurut Conrad (1987, dikutip dari Christianson dkk, 1998) ada beberapa
kategori penyakit kronis yaitu,
Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan
mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup, dan biasanya mereka tidak
mengalami kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori
ini adalah diabetes, asma, asthritis dan epilepsi.
Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas individu kehidupannya
terancam dan individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 10/17
23
gejala dari penyakitnya dan ancaman kematian. Penyakit yang termasuk dalam
kategori ini adalah kanker dan penyakit kerdiovaskuler.
At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dengan dua kategori
sebelumnya. Pada kategori ini tidak menekankan pada penyakitnya tetapi pada
resiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi,
dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hereditas.
2.3 Fase-Fase penyakit Kronis
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) ada sembilan fase penyakit kronis
yaitu:
Fase Pra-trajectory. Individu beresiko menderita penyakit kronis karena
faktor-faktor genetik atau perilaku dan gaya hidup yang meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit kronis.
Fase Trajectory. Adanya gejala-gejala yang nyata dari penyakit kronis.
Fase ini sering disertai dengan ketidakpastian karena gejala sedang dievaluasi dan
pemeriksaan diagnostik sedang dilakukan.
Fase Stabil. Perjalanan penyakit dan gejala terkontrol. Aktivitas kehidupan
sehari-hari dapat tertangani dalam keterbatasan penyakit. Penatalaksanaan
penyakit dipusatkan di rumah.
Fase Tidak stabil. Periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap
terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 11/17
24
Fase Akut. Gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih atau terjadinya
komplikasi penyakit yang memerlukan perawatan di rumah sakit atau tirah baring
untuk membuat perjalanan penyakit tetap terkontrol. Pada fase ini aktivitas sehari-
hari secara sementara ditunda.
Fase Krisis. Situasi krisis yang mengancam jiwa dan membutuhkan
pengobatan atau perawatan kedaruratan. Pada fase ini aktivitas sehari-hari
dihentikan sampai krisis terlewati.
Fase Pulih. Secara bertahap kembali ke cara hidup yang dapat diterima
didalam keterbatasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
Fase Penurunan. Perjalanan penyakit ditandai dengan penurunan fisik
bertahap atau cepat yang disertai dengan meningkatnya ketidakmampuan atau
kesulitan dalam mengontrol gejala. Membutuhkan penyesuaian biografi dan
perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan setiap langkah
kemunduran.
Fase Kematian. Hari atau minggu terakhir sebelum kematian. Ditandai
dengan terhentinya proses tubuh secara bertahap atau cepat, pemutusan dan
penutupan biografi dan melepaskan minat dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
2.4 Penyakit Kronis Pada Lansia
Beberapa penyakit kronis yang diderita lansia:
1. Arthritis Reumatoid
2. Ateroskleosis
3. Kanker
4. Penyakit Arteri Koroner
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 12/17
25
5. Diabetes
6. Glukoma
7. Hipertensi
8. Osteoartritis
9. Stroke
10. Penyakit Jantung Koroner (Timmreck, 2005)
3. Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas sehari-hari adalah aktivitas perawatan diri yang harus dilakukan
seseorang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari
(Smeltzer & Bare, 2002). Aktivitas sehari-hari terbagi dua yaitu, aktivitas sehari-
hari dasar meliputi membersihkan diri, mandi, berpakaian, berhias, makan,
toileting, berpindah dan aktivitas sehari-hari instrumental meliputi melakukan
pekerjaan rumah, menyediakan makanan, minum obat, menggunakan telepon
(Darmojo, 2006).
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti: bediri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas
seseorang tidak lepas dari ketidakadekuatan sistem persarafan dan
muskuloskeletal. Diantaranya dalam sistem saraf, lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami
penurunan. Hal ini menyebabkan seseorang dengan usia lanjut rentan terhadap
penyakit khususnya penyakit kronis seperti hipertensi, artritis, diabetes. Kemajuan
proses penyakit mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan mambebani
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 13/17
26
kemampuan melakukan perawatan personal dan aktivitas sehari-hari ( Smeltzer &
Bare, 2002). Menurut laporan National Center for Health Statistics terdapat 34,2
juta orang mengalami keterbatasan aktivitas karena penyakit kronis
(Disability Abstract, 1991).
Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
dapat diukur dengan menggunakan indeks Katz, indekz Barthel, Kenny self-care
dan indeks ADL. Indeks ini digunakan mengukur tingkat keparahan penyakit
kronis dan untuk mengevaluasi keefektifan program pengobatan. ADL juga
digunakan untuk memberikan informasi prediktif tentang perjalanan penyakit
tertentu.
a. Indeks ADL Katz
Indeks ADL didasarkan pada fungsi psikososial dan biologis dasar dan
mencerminkan status kesehatan respon neurologis dan lokomotorik yang
terorganisasi. Penilaian indeks ADL Katz didasarkan pada tingkat kemampuan
seseorang dalam melakukan aktivitas secara mandiri. Jadi suatu aktivitas akan
diberi nilai jika aktivitas tersebut dapat dilakukan secara mandiri atau tanpa
bantuan orang lain (Lueckenotte, 2000). Daftar faktor, sifat, dan keterampilan
yang diukur melalui ADL adalah mandi (bathing ), buang air besar (toileting ),
buang air kecil (continence), berpakaian (dressing ), bergerak (transfer ), makan
( feeding ).
Mandi (bathing ) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa bantuan
mandi hanya pada satu bagian tubuh (seperti punggung atau ketidakmamppuan
ekstermitas) atau mandi sendiri dengan lengkap. Aspek ketergantungan berupa
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 14/17
27
bantuan saat mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan saat masuk dan keluar
dari tub atau tidak mandi sendiri.
Pergi ke toilet (Toileting ) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi
masuk dan keluar toilet, melepas dan mengenakan celana, menyeka dan menyiram
atau membersihkan organ ekresi dan juga menangani bedpan sendiri atau tidak
menggunakan bantuan mekanis. Aspek kertergantungan berupa tidak melepaskan
atau mengenakan celana secara mandiri, penggunaan bedpan atau komode atau
mendapt bentuan untuk masuk dan menggunakan toilet.
Kontinensia (Continence) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa
berkemih dan defekasi secara keseluruhan terkontrol oleh tubuh. Ketergantungan
akan inkontinensia parsial atau total dalam berkemih atau defekasi. Dikontrol
parsial atau total dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal atau bedpen
secara teratur.
Berpakaian ( Dressing ) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi
mampu mengambil pakaian dari lemari, mengenakan pakaian luar, kutang,
menangani pengikat yang dilakukan secara mandiri. Aspek ketergantungan
meliputi tidak mengenakan pakaian sendiri atau dibantu oleh orang lain.
Berpindah (Transfer ) meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi
bergerak masuk dan keluar dari tempat tidur secara mandiri, berpindah ke dalam
dan ke luar kursi dan berpindah dari posisi tidur ke duduk. Aspek ketergantungan
meliputi bantuan dalam bergerak masuk dan keluar tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu atau dua perpindahan.
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 15/17
28
Makan ( Feeding ) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa mengambil
makanan dari piring, memasukkan makanan ke dalam mulut secara mandiri.
Aspek ketergantungan meliputi bantuan dalam mengambil makanan atau tidak
makan sama sekali atau makan secara parenteral.
Dari keenam aktivitas yang dinilai, pemeriksa dapat mengkategorikan
pasien ke dalam kelompok:
KATZ A : Ketidaktergantungan dalam hal makan, kontinen BAK/ BAB,
mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
KATZ B : Ketidaktergantungan pada semuanya kecuali salah satu dari
fungsi di atas.
KATZ C : Ketidaktergantungan semuanya kecuali mandi dan salah satu
dari fungsi di atas.
KATZ D : Ketidaktergantungan semuanya kecuali mandi, berpakaian
dan salah satu dari fungsi di atas
KATZ E : Ketidaktergantungan semuanya kecuali mandi, berpakaian, ke
toilet dan salah satu dari fungsi di atas.
KATZ F : Ketidaktergantungan semuanya kecuali makan, berpakaian, ke
toilet, berpindah dan salah satu dari fungsi di atas.
KATZ G : Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
Keterangan : Ketidaktergantungan berarti tanpa pengamatan, pengarahan
atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak
untuk melakukan fungsi dianggap tidak melakukan fungsi
meskipun dia dianggap mampu. (Stanhope,1998).
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 16/17
29
b. Indeks Barthel
Indeks barthel adalah suatu alat yang cukup sederhana untuk menilai
perawatan diri, dan mengukur harian seseorang berfungsi secara khusus aktivitas
sehari-hari dan mobilitas (Lueckenotte, 2000). Indeks Barthel terdiri dari 10 item
yaitu, transfer (tidur ke duduk, bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan
kembali), mobilisasi (berjalan), penggunaan toilet (pergi ke/dari toilet),
membersihkan diri, mengontorl BAB, BAK, mandi, berpakaian, makan, naik
turun tangga.
Penilaian ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat dasar dari fungsi
dan dapat digunakan untuk memantau perbaikan dalam aktivitas sehari-hari dari
waktu ke waktu. Penilaian indeks barthel didasarkan pada tingkat bantuan orang
lain dalam meningkatkan aktivitas sehari-hari meliputi sepuluh aktivitas.
Apabila seseorang mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
maka akan mendapat nilai 15 dan jika membutuhkan bantuan nilai 10 dan jika
tidak mampu 5 untuk masing-masing item. Kemudian nilai dari setiap item akan
dijumlahkan untuk mendapatkan skor total dengan skor maksimum adalah 100.
Namun di Britania Raya nilai 5, 10 dan 15 cukup sering diganti dengan 1, 2, dan 3
dengan skor maksimum 20.
5/7/2018 lansia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lansia-559abd35d4e2b 17/17
30
Indeks Barthel
No Aktivitas Kemampuan Skor
1 Transfer ( tidur duduk)
Mandiri 15
Dibantu satu orang 10
Dibantu dua orang 5
Tidak mampu 0
2 Mobilisasi (Berjalan)
Mandiri 15
Dibantu dua orang 10
dibantu satu orang 5
Tergantung orang lain 0
3 Penggunaan toilet (pergi ke/dariWC, melepaskan/ mengenakan
celana, menyeka, menyiram)
Mandiri 10 perlu pertolongan orang
lain
5
tergantung orang lain 0
4
Membersihkan diri (lap muka,
sisir rambut, sikat gigi)
Mandiri 5
Perlu pertolongan orang
lain
0
5 Mengontrol BAB Kontinen teratur 10
Kadang-kadang inkontinen 5
Inkontinen 0
6 Mengontrol BAK Mandiri 10
Kadang-kadang inkontinen 5
inkontinen/ kateter 0
7 Mandi Mandiri 5
Tergantung orang lain 0
8 Berpakaian Mandiri 10
Sebagian dibantu 5
Tergantung orang lain 0
9 Makan Mandiri 10
Perlu pertolongan oranglain
5
tergantung pertolongan
orang lain
0
10 Naik turun tangga Mandiri 10
Perlu pertolongan 5
Tak mampu 0
Skor Total (0 - 100)
Keterangan : Skor maksimum : 100
(Mahoney FI 1965, dalam Lueckenotte (2000))