lamp panduan teknis integrasi

34

Upload: fikron-washly-arifuddin

Post on 04-Jul-2015

129 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lamp Panduan Teknis Integrasi
Page 2: Lamp Panduan Teknis Integrasi

BAB I PENDAHULUAN 

 

A. LATAR BELAKANG  

Pembangunan  pada  dasarnya  adalah  proses  perubahan  berbagai  aspek  kehidupan menuju kondisi yang lebih baik. Dalam konteks bernegara, kerja besar pembangunan diselenggarakan  oleh  para  pemangku  kepentingan  sesuai  peraturan  perundangan yang  ditetapkan.  Sebuah  produk  hukum,  pada  hakikatnya  adalah  instrumen perubahan  sosial menuju  tatanan dan  kondisi  kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Hal itu bukanlah sesuatu yang niscaya, karena sebuah produk hukum tidak muncul dari  ruang hampa  kepentingan dan nir‐politik.  Sebuah produk hukum justru  dibentuk  dari  tarik menarik  kepentingan  politis  dan  beroperasi  dalam  ruang  yang sarat kepentingan atas sumber daya ekonomi.  

UU No  25  tahun  2004  tentang  Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional  (SPPN) secara  legal menjamin aspirasi masyarakat dalam pembangunan dalam kesatuannya dengan kepentingan politis (keputusan pembangunan yang ditetapkan oleh legislatif) maupun kepentingan teknokratis (perencanaan pembangunan yang dirumuskan oleh birokrasi).  Aspirasi  dan  kepentingan  masyarakat  ini  dirumuskan  melalui  proses perencanaan  partisipatif  yang  secara  legal  menjamin  kedaulatan  rakyat  dalam pelbagai  program/proyek  pembangunan  desa.  Perencanaan  partisipatif  yang terpadukan  dengan  perencanaan  teknokratis  dan  politis  menjadi  wujud  nyata kerjasama pembangunan antara masyarakat dan pemerintah. 

Dalam  konteks  peningkatan  kinerja  Program  Penanggulangan  Kemiskinan  Berbasis Pemberdayaan  Masyarakat  seperti  halnya  PNPM  Mandiri  Perdesaan,  upaya mengintegrasikan  perencanaan  pembangunan  partisipatif menjadi  sebuah  program kerja  yang  bersifat  strategis.  Perencanaan  partisipatif  yang  dikembangkan  dalam PNPM  Mandiri  Perdesaan  diintegrasikan  dengan  perencanaan  partisipatif  yang dikembangkan  dalam  Musyawarah  Perencanaan  Pembangunan  Desa (Musrenbangdes). Agenda pengintegrasian program  ini merupakan tindak  lanjut dari Instruksi  Presiden  Republik  Indonesia  Nomor  3  Tahun  2010  tentang  Program Pembangunan  yang  Berkeadilan  utamanya  terkait  dengan  instruksi  untuk melaksanakan  Integrasi  PNPM  Mandiri  Perdesaan  dengan  Perencanaan  Desa. Rumusan tindakan dalam rangka integrasi dimaksud meliputi: 

1. Menyusun mekanisme  penyatuan  perencanaan  berbasis masyarakat  ke  dalam forum yang bersifat partisipatif di tingkat desa. 

2. Menyusun mekanisme pendampingan agar masyarakat desa mampu menyiapkan program jangka menengah desa yang bersifat komprehensif. 

3. Menyusun mekanisme agar program jangka menengah desa yang disusun melalui proses partisipatif dapat disatukan dengan program jangka menengah desa yang reguler sehingga menghasilkan program berbasis masyarakat. 

4. Menyusun mekanisme  agar  aparat  desa  dapat mengakomodir  dan memproses PJM desa sebagai bahan musrenbang di tingkat yang lebih tinggi.   

1

Page 3: Lamp Panduan Teknis Integrasi

5. Menyusun  mekanisme  pengendalian  pelaksanaan  program  pembangunan berbasis masyarakat melalui instrumen PNPM Mandiri. 

Pendasaran legal terhadap tindak lanjut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3  Tahun  2010  khususnya  terkait  integrasi  PNPM  Mandiri  Perdesaan  dengan Musrenbangdes pertama‐tama harus dirujuk kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor  66  Tahun  2007  tentang  Perencanaan  Pembangunan  Desa,  selanjutnya diturunkan  ke  dalam  prosedur  kerja  yang  lebih  operasional melalui  Surat Menteri Dalam  Negeri  Nomor  414.2/1408/PMD  tanggal  31  Maret  2010  perihal  Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan   Desa. Peraturan dimaksud pada dasarnya  telah memberikan pendasaran legal yang cukup kuat terhadap perencanaan pembangunan partisipatif di dalam pelaksanaan pembangunan desa. 

Prosedur  perencanaan  partisipatif  dalam  Musrenbang  yang  diintruksikan  melalui Permendagri  Nomor  66  Tahun  2007  maupun  Surat  Mendagri  Nomor 414.2/1408/PMD  Tahun  2010  perlu  diaktualisasikan  dengan  cara  memperkuat langkah‐langkah  optimalisasi  kinerja  yang  secara  strategis  dapat  ditempuh  dengan cara mendayagunakan pengalaman‐pengalaman  yang baik  (good practices)  tentang perencanaan  partisipatif  dalam  pelaksanaan  program/proyek  pemberdayaan masyarakat.  Perencanaan  partisipatif  dalam  Program  Nasional  Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan  (PNPM Mandiri Perdesaan) dapat dijadikan  rujukan untuk mendayagunakan good practices program/proyek pemberdayaan masyarakat dalam  rangka  penguatan  perencanaan  partisipatif  dalam  sistem  perencanaan pembangunan desa yang bersifat reguler.  

Kekuatan  utama  PNPM Mandiri  Perdesaan  adalah  proses  pengambilan  keputusan pembangunan  yang  dirumuskan  secara  kolektif  oleh  sebesar‐besarnya warga  desa yang  hadir  dalam  musyawarah  desa  (Musdes)  ataupun  musyawarah  antar  desa (MAD).  Strategi  penguatan  ruang  perbincangan  publik  untuk memvitalisasi  tradisi musyawarah mufakat menjadi  inti  kekuatan  PNPM Mandiri  Perdesaan.  Selain  itu, pembiasaan  warga  desa  untuk mengelola  dana  BLM  sesuai  prosedur  kerja  PNPM Mandiri  Perdesaan  juga  menjadi  kekuatan  pokok  dari  program  ini.  Proses perencanaan partisipatif di PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan secara berulang‐ulang setiap  tahun  dalam  jangka  waktu  minimal  3  (tiga)  dengan  tujuan  menciptakan kebiasaan  warga  desa  untuk  merumuskan  keputusan  pembangunan  berdasarkan prinsip‐prinsip  program  yaitu  desentralisasi,  partisipasi,  otonomi,  demokrasi, bertumpu  pada  pembangunan  manusia,  berorientasi  kepada  masyarakat  miskin, kesetaraan  dan  keadilan  gender,  prioritas,  transparansi  dan  akuntabilitas,  serta  berkelanjutan.  

Berdasarkan hasil pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan), dapat diperoleh beragam pengalaman empiris yang  membuktikan  keunggulan  perencanaan  partisipatif  yang  dioperasionalkan berdasarkan  pendekatan  pemberdayaan  masyarakat  yaitu  antara  lain:  (1) meningkatnya  kemampuan  masyarakat  dalam  mengelola  kegiatan  pembangunan desa;  (2) partisipasi dan  swadaya masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan  cukup  tinggi;  (3)  hasil  dan  dampaknya,  khususnya  dalam  penanggulangan 

2

Page 4: Lamp Panduan Teknis Integrasi

kemiskinan  cukup  nyata;  (4)  biaya  kegiatan  pembangunan  relatif  lebih  murah dibandingkan  jika dilaksanakan oleh pihak  lain;  (5) keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangannya cukup kuat. 

Kendatipun perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan memiliki beragam good practices, namun  juga  harus  didasari  bahwa  dalam  program  ini  terkandung  beberapa kelemahan. Kelemahan PNPM Mandiri Perdesaan antara  lain: (1) ekslusivitas proyek yaitu  menggunakan  prosedur  kerja  yang  bersifat  khusus  (Petunjuk  Teknis Operasional/PTO  tersendiri)  sehingga  dalam  pelaksanaannya  kurang mempertimbangkan  penyatupaduan  dengan  prosedur  perencanaan  pembangunan yang  bersifat  reguler;  (2)  karakter  proyek  bersifat  sementara  (ad  hoc);  (3)  aspirasi masyarakat  dan  keputusan  pemerintah  cenderung  belum menjadi  satu  keputusan pembangunan  yang  harmonis  dan  saling  mendukung  dikarenakan  perecanaan pembangunan  belum  terpadu;  (4)  pelaksanaan  proyek  masih  berorientasi  pada penguatan  kapasitas masyarakat,  belum  sepenuhnya mengarah  pada  peningkatan kapasitas pemerintah daerah; dan  (5) penyediaan  tenaga bantuan  teknis  (technical assistance)  menciptakan  ketergantungan  masyarakat  kepada  unsur  eksternal sehingga mengurangi bobot kemandirian. 

Kelemahan yang ada dalam PNPM Mandiri Perdesaan menjadi  titik  tolak perbaikan sistem dan prosedur kerja sehingga PNPM Mandiri Perdesaan dapat menyumbangkan pengamalan‐pengalaman  yang  terbaiknya  dalam  rangka  penguatan  sistem pembangunan  partisipatif.  Langkah  penguatan  PNPM Mandiri  Perdesaan  dilakukan dengan melembagakan keunggulan komparatif dari perencanaan partisipatif menjadi sistem  sosial  yaitu pola perencanaan pembangunan  yang bersifat  tetap. Untuk  itu, PNPM  Mandiri  Perdesaan  harus  menyatukan  diri  dengan  aktivitas  Musyawarah Perencanaan  Pembangunan  Desa  (Musrenbangdes)  yang  diselenggarakan  secara reguler  sebagai  bagian  dari  perencanaan  pembangunan  daerah.  Titik  temu  antara PNPM  Mandiri  Perdesaan  dengan  Musrenbangdes  disebut  dengan  istilah  teknis Integrasi Program.  Intisari pemikiran  Integrasi Program  adalah  ikatan  sistemik  yang berhubungan  secara  timbal  balik  sebagai  praktek  teratur  berdasarkan  kondisi otonomi  relatif  dan  ketergantungan  relatif  antara  sistem  perencanaan  partisipatif dalam  PNPM  Mandiri  Perdesaan  dengan  sistem  perencanaan  partisipatif  dalam Musrenbang. 

PNPM Mandiri  Perdesaan  tetap  bekerja  otonom  sebagai  sebuah  program  nasional dalam  rangka  penanggulangan  kemiskinan  yang  dilaksanakan  secara  legal berdasarkan  Surat  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  414.2/3717PMD  tanggal  5 November  2008  perihal  Petunjuk  Teknis  Operasional  PNPM  Mandiri  Perdesaan, maupun  Surat Direktur  Jenderal  Pemberdayaan Masyarakat  dan Desa Departemen Dalam Negeri Nomor  414.2/4916/PMD  tanggal  7 Desember  2009  perihal  Petunjuk Teknis  Optimalisasi  Tahapan  kegiatan  PNPM  Mandiri  Perdesaan.  Demikian  pula pelaksanaan  Musrenbangdes  tetap  berjalan  otonom  berdasarkan  aturan  legal sebagaimana  dituangkan  dalam  Permendagri  Nomor  66  Tahun  2007  tentang Perencanaan  Pembangunan  Desa,  maupun  Surat  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor 414.2/1408/PMD  tanggal  31  Maret  2010  perihal  Petunjuk  Teknis  Perencanaan Pembangunan  Desa. Namun demikian, dalam kerangka kerja pengintegrasian terjadi hubungan  timbal  balik  yang  saling menguntungkan.  Pengintegrasian  ini membawa 

3

Page 5: Lamp Panduan Teknis Integrasi

good  practices  perencanaan  partisipatif  dalam  PNPM  Mandiri  Perdesaan  sebagai upaya memperkuat  perencanaan  partisipatif  yang  bersifat  reguler.  Sekaligus,  good practices  perencanaan  partisipatif  dalam  PNPM  Mandiri  Perdesaan  mendapatkan kekuatan  legal  untuk  diterapkan  ke  dalam  pelbagai  program/proyek  pembangunan desa  dikarenakan  masuk  dalam  sistem  Musrenbangdes.  Titik  temu  antara perencanaan  partisipatif  yang  bersifat  reguler  dengan  PNPM  Mandiri  Perdesaan harus  bersifat  saling menguatkan.  Oleh  sebab  itu, melalui  proses  pengintegrasian program ini terbuka kemungkinan terjadi penataan ulang prosedur kerja perencanaan partisipatif di dalam sistem pembangunan reguler maupun PNPM Mandiri Perdesaan. 

Simpul  yang mempertemukan  Perencanaan  Pembangunan  Partisipatif  yang  reguler dengan perencanaan partisipatif dalam PNPM Mandiri Perdesaan adalah penyusunan Rencana  Jangka  Menengah  Desa  (RPJM‐Desa)  dan  penyusunan  Rencana  Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa). PNPM Mandiri Perdesaan memiliki pengalaman nyata dalam  menerapkan  rencana  jangka  menengah  desa  melalui  tahapan  Menggagas Masa  Depan  Desa  (MMDD)  yang  dimulai  dari  tahapan  penggalian  gagasan,  serta pengembangan  Musyawarah  Desa  (Musdes)  dan  Musyawarah  Antar  Desa  (MAD) sebagai perumusan perencanaan pembangunan tahunan. Pengalaman PNPM Mandiri Perdesaan  ini dibawa masuk ke dalam sistem perencanaan pembangunan desa yang reguler untuk meningkatkan kualitas RPJM‐Desa dan RKP‐Desa. 

Pengintegrasian  PNPM  Mandiri  Perdesaan  dengan  Msurenbang  juga  mencakup menyelaraskan  perencanaan  partisipatif,  teknokratis  dan  politis.  Perencanaan pembangunan desa yang diperkuat dengan good practices PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan  mampu  mengkontekstualisasikan  (membumikan)  pemberdayaan masyarakat dalam realitas hidup masyarakat desa, utamanya terkait dengan dinamika demokrasi dan otonomi daerah. Seiring perubahan  politik yang mengukuhkan sistem demokrasi representatif yang dipilih langsung oleh rakyat sehingga menjadikan partai politik  tampil  sebagai  kekuatan  utama  sekaligus  prima  prinsipa  demokrasi,  kerja pemberdayaan  masyarakat  yang  kontekstual  harus  mengarah  pada  upaya menegakkan  kedaulatan  rakyat.  Rakyat  dimediasikan  untuk  menjalin  komunikasi politik  kepada wakil‐wakilnya  di  legislatif  (dewan  perwakilan  rakyat  daerah/DPRD) melalui prosedur komunikasi politik yang demokratis. Demikian pula, terkait dengan era  penguatan  otonomi  daerah  yang  secara  empiris  sedang  terus  berlangsung  di Indonesia, maka  kerja  pemberdayaan masyarakat  yang  bersifat  kontekstual  harus mampu  memediasikan  rakyat  dengan  pemerintah  daerah  melalui  prosedur komunikasi pembangunan yang demokratis. Perencanaan pembangunan partisipatif adalah  media/wahana  penyampaian  aspirasi  rakyat  secara  demokratis  dalam kerangka kerja otonomi daerah. 

 Pemberdayaan Masyarakat 

Pola Lama  Pola Baru 

Perspektif Modernisasi  Perspektif  Transformatif 

Pendekatan Teknis  Pendekatan Kritis 

Pemberian Fasilitas  Pemenuhan Hak 

Peran Fasilitator  Peran Kader 

4

Page 6: Lamp Panduan Teknis Integrasi

Transformasi proses pemberdayaan masyarakat yang bersifat kontekstual, mengarah pada  penyelesaian  masalah,  dan  merumuskan  langkah‐langkah  operasional  yang bersifat praktis. Proses transformasi ini hanya dimungkinkan belaku secara serempak di desa‐desa apabila dikelola dan berlangsung dalam bingkai sistem politik dan hukum dalam  wilayah  penyelenggaraan  pemerintahan.  Aturan  legal  ini  akan  menjamin terjadinya  penguatan  perencanaan  pembangunan  partisipatif  melalui pengintegrasiannya  dengan  PNPM  Mandiri  Perdesaan,  sekaligus  juga  penguatan perencanaan  pembangunan  partisipatif  melalui  pengintegrasiannya  dengan perencanaan teknikratis dan politis.  

Berdasarkan  dasar  pemikiran  untuk  memperkuat  aktualisasi  Perencanaan Pembangunan  Desa  melalui  integrasi  PNPM  Mandiri  Perdesaan  ke  dalam  sistem perencanaan  pembangunan  desa  yang  bersifat  reguler,  maka  secara  khusus dirumuskan Panduan Teknis Integrasi.  Panduan ini diarahkan sebagai panduan kerja bagi  pelaksana  dan  pembina  Perencanaan  Pembangunan  Desa,  maupun  para pelaksana  dan  pembina  PNPM  Mandiri  Perdesaan  untuk  dipedomani  dalam meningkatkan kinerja kegiatan pembangunan desa. 

B. PERATURAN PERUNDANGAN 

Peraturan Perundangan yang menjadi dasar dan acuan integrasi program yaitu:  

1. Undang‐Undang  Nomor  25  Tahun  2004  tentang  Sistem  Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). 

2. Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentan Pemerintah Daerah. 

3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2007 tentang Desa. 

4. Peraturan  Pemerintah  Nomor  8  Tahun  2008  tentang  Tahapan,  Tata  Cara Penyusunan,  Pengendalian  dan  Evaluasi  Pelaksanaan  Rencana  Pembangunan Daerah. 

5. Instruksi  Presiden  Republik  Indonesia  Nomor  3  Tahun  2010  tentang  Program Pembangunan yang Berkeadilan. 

6. Peraturan Menteri  Dalam  Negeri Nomor  66  Tahun  2007  tentang  Perencanaan Pembangunan Desa. 

7. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/3717PMD  tanggal 5 November 2008 perihal Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan. 

8. Surat Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri  Nomor  414.2/4916/PMD  tanggal  7  Desember  2009  perihal  Petunjuk Teknis Optimalisasi Tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. 

9. Surat Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  414.2/1408/PMD  tanggal  31 Maret  2010 perihal Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa. 

5

Page 7: Lamp Panduan Teknis Integrasi

C. PENGERTIAN 

1. Desa  atau  yang  disebut  dengan  nama  lain,  selanjutnya  disebut  desa  adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas‐batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat  setempat, berdasarkan asal  usul  dan  adai  istiadat  setempat  yang  diakui  dan  dihormati  dalam  sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

2. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. 

3. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama  lain adalah  lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat. 

4. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang adalah  forum  antar  pemangku  kepentingan  dalam  rangka  menyusun  rencana pembangunan.  

5. Pembangunan  daerah  adalah  pemanfaatan  sumber  daya  yang  dimiliki  untuk peningkatan  kesejahteraan  masyarakat  yang  nyata,  baik  dalam  aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan keputusan, berdaya saing, maupun indeks pembangunan manusia. 

6. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,  melalui  urutan  pilihan,  dengan  memperhitungkan  sumber  daya  yang tersedia. 

7. Perencanaan  Pembangunan  Daerah  adalah  suatu  proses  penyusunan  tahapan‐tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan guna pemanfaatan  dan  pengalokasiann  sumber  daya  yang  ada  dalam  rangka meningkatkan  kesejahteraan  sosial  dalam  suatu  lingkungan  wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. 

8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa selanjutnya disingkat RPJM‐Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 5  (lima)  tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, dan  program,  dan  progran  Satuan  Kerja  Perangkat  daerah  (SKPD),  lintas  SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan rancana kerja. 

9. Program  adalah  instrumen  kebijakan  yang  berisi  satu  atau  lebih  kegiatan  yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan. 

10. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (RKP‐Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJM‐Desa  yang  memuat  rancangan  kerangka  ekonomi  desa,  dengan mempertimbangkan  kerangka pendanaan  yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan  desa,  rencana  kerja  dan  pendanaan  serta  perkiraan maju,  baik yang  dilaksanakan  langsung  oleh  pemerintah  desa  maupun  yang  ditempuh dengan  mendorong  partisipasi  masyarakat  dengan  mengacu  kepada  Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJM‐Desa. 

11. Rencana  Kerja  Pembangunan  daerah  yang  selanjutnya  disingkat  RKPD  adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 

12. Rencana  Strategis  Satuan  Kerja  Perangkat  Daerah  yang  selanjutnya  disingkat Renstra‐SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. 

6

Page 8: Lamp Panduan Teknis Integrasi

13. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renja‐SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. 

14. Integrasi  Program  adalah  penyatupaduan  perencanaan  partisipatif  yang dikembangkan  dalam  PNPM  Mandiri  Perdesaan  dengan  perencanaan pembangunan  desa  maupun  pengintergasian  perencanaan  partisipatif  dengan perencanaan teknokratis dan politis melalui mekanisme Musrenbang. 

15. Strategi  adalah  langkah‐langkah  berisikan  program‐program  indikatif  untuk mewujudkan visi dan misi. 

D. TUJUAN  

1. TUJUAN UMUM 

Meningkatkan  efektivitas  perencanaan  pembangunan  desa  melalui  integrasi program. 

2. TUJUAN KHUSUS 

a. Meningkatkan kualitas proses dan hasil perencanaan pembangunan desa. 

b. Menyelaraskan  perencanaan  teknokratis,  politis  dengan  perencanaan partisipatif. 

c. Mendorong  terwujudnya  pembagian  wewenang  dan  penyerahan  urusan pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa.  

E. SASARAN 

Sasaran yang akan dicapai dari pengintegrasian dibedakan menjadi: 

1. SASARAN STRATEGIS 

a. Peningkatan  posisi  tawar  rakyat  dalam  proses  perumusan  kebijakan  publik dan  pengelolaan  pembangunan  melalui  prosedur  pengembangan  ruang perbincangan publik yang demokratis. 

b. Peningkatan  kapasitas  dan  peran  lembaga  kemasyarakatan  desa  dan  antar desa dalam kegiatan pembangunan desa. 

c. Peningkatan  fungsi  lembaga  pemerintahan  desa  dalam  penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa. 

d. Peningkatan  kapasitas  dan  fungsi  Pemerintah  Daerah  mendorong perencanaan dan penganggaran yang pro rakyat.  

e. Peningkatan  peran  DPRD  dalam  pembentukan  regulasi  daerah  untuk penguatan pembangunan partisipatif berbasis pemberdayaan masyarakat. 

f. Pelembagaan good practises PNPM Mandiri Perdesaan sebagai sistem sosial. 

2. SASARAN OPERATIF  

a. Terselenggarakannya proses perencanaan pembangunan di  tingkat desa dan tingkat antar desa secara efektif.  

7

Page 9: Lamp Panduan Teknis Integrasi

b. Terselengarakannya proses perencanaan pembangunan di tingkat kecamatan secara efektif. 

c. Terselaraskannya  pengelolaan  kegiatan  pembangunan  di  tingkat  desa  dan tingkat antar desa.  

d. Tersusunnya  Rencana  Pembangunan  Jangka  Menengah  Desa  (RPJM‐Desa) dan Rancangan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP‐Desa). 

e. Teradopsinya  good  practises  perencanaan  partisipatif  PNPM  Mandiri Perdesaan dalam penyusunan RPJM‐Desa dan RKP‐Desa. 

3. SASARAN PRAKTIS 

a. Peningkatan  kemampuan dan peran Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD). 

b. Peningkatan  kemampuan  dan  peran  Lembaga  Pemerintahan  Desa  (Kepala Desa dan BPD). 

c. Peningkatan  kemampuan  dan  peran  Lembaga  Pemberdayaan  Masyarakat Desa (LPMD). 

d. Peningkatan kemampuan pelaksana PNPM Mandiri Perdesaan. 

 

8

Page 10: Lamp Panduan Teknis Integrasi

BAB II KONSEP PENGINTEGRASIAN 

 

A. PRINSIP 

1. DESENTRALISASI 

Penyerahan wewenang  pemerintahan  oleh  Pemerintah  kepada  daerah  otonom untuk  mengatur  dan  mengurus  urusan  pemerintahan  dalam  sistem  Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

2. KETERPADUAN  

Keselarasan dan kesatupaduan kebijakan, arah dan atau  tindakan dari berbagai aspek kegiatan. 

3. EFEKTIF  DAN EFISIEN   

Proses (langkah dan cara kerja) dan  lembaga‐lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber daya yang ada seoptimal mungkin.  

4. PARTISIPASI 

Membuka kesempatan yang seluas‐luasnya bagi sebanyak‐banyaknya pihak yang dapat memberikan kontribusi, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang telah ditetapkan. 

5. TRANSPARANSI DAN AKUNTABEL 

Masyarakat memiliki  akses  yang  terbuka  terhadap  segala  informasi  dan  proses pengambilan  keputusan,  sehingga  pengelolaan  kegiatan  dapat  dipantau  dan dapat  dipertanggungjawabkan  baik  secara  moral,  administratif  maupun  legal (menurut peraturan dan hukum yang berlaku). 

6. KEBERLANJUTAN  

Mendorong  terciptanya  pelembagaan  sistem  pembangunan  partisipatif  yang berorientasi pada munculnya keberdayaan masyarakat. 

B. KERANGKA KERJA DAN STRATEGI 

1. KERANGKA KERJA 

a. Otonomi  Daerah 

Integrasi Program dilaksanakan dalam kerangka kerja Otonomi Daerah, yaitu hak,  wewenang,  dan  kewajiban  (daerah  otonom)  untuk  mengatur  dan mengurus  sendiri  urusan  pemerintahan  dan  kepentingan  masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang‐undangan. 

b. Pemberdayaan Masyarakat 

Integrasi  Program  menjadi  sarana  peningkatan  kedaulatan  rakyat  dalam pelaksanaan pembangunan. 

9

Page 11: Lamp Panduan Teknis Integrasi

c. Penguatan Demokrasi 

Integrasi  Program  menjadi  bagian  tak  terpisahkan  dari  penguatan  praktek demokrasi di daerah otonom utamanya di desa dan antar desa. 

2. STRATEGI 

a. Meningkatkan kesadaran kritis masyarakat desa dalam rangka meningkatkan kapasitas dan daya tawar politis rakyat dalam pengelolaan pembangunan. 

b. Mendorong  Pemerintah  Daerah  melakukan  reorientasi  kebijakan  untuk penguatan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat. 

c. Mendorong  masyarakat  politik  (DPRD)  meningkatkan  keberpihakannya kepada  rakyat  dan membentuk  peraturan  perundangan  daerah  yang  sesuai dengan kebutuhan penguatan pembangunan partisipatif. 

C. RANAH PENGINTEGRASIAN 

Ranah pengintegrasian terdiri dari : 

1. Pengintegrasian horisontal, yaitu penyatupaduan proses perencanaan PNPM‐MP ke dalam sistem perencanaan pembangunan reguler (Musrenbang). 

 

Proses Perencanaan PNPM‐MP 

Musrenbang Integrasi

2. Pengintegrasian vertikal, yaitu penyelarasan perencanaan teknokratis dan politis dengan perencanaan partisipatif. 

 

Teknokratis (SKPD) 

Integrasi

Partisipatif (Masyarakat)

Politis (DPRD) 

10

Page 12: Lamp Panduan Teknis Integrasi

D. TITIK TEMU INTEGRASI  

 

MUSRENBANG Kabupaten 

Forum SKPD 

MUSRENBANG Kecamatan 

MUSRENBANG Desa 

RPJMDes/Review 

Pengkajian Keadaan Desa (PKD) 

Musyawarah Antar Desa Prioritas  

Musdes Perencanaan  dan MKP 

MMDD 

Penggalian  Gagasan 

MAD Pendanaan 

Pelaksanaan sesuai PTO PNPM‐MP 

Penjelasan : 

1. INTEGRASI PENGALIAN GAGASAN DENGAN PKD  

Proses  Pengalian  Gagasan  PNPM  Mandiri  Perdesaan  dengan  mempergunakan alat‐alat  kaji  (peta  sosial,  kalender musim, bagan  kelembagaan)  yang dilakukan dalam pertemuan kelompok perempuan, pertemuan dusun, dll, menjadi kegiatan Pengkajian Keadaan Desa (PKD).  

2. INTEGRASI MMDD DENGAN RPJM‐DESA 

a. Kegiatan Menggagas Masa  Depan  Desa  (MMDD)  PNPM Mandiri  Perdesaan sebagai dasar proses penyusunan RPJM‐Desa.  

b. Pembahasan  dan  pengambilan  keputusan  dalam  proses  penyusunan  RPJM‐Desa  dilaksanakan  dalam  forum Musyawarah  sesuai  ketentuan  dan  prinsip‐prinsip PNPM Mandiri Perdesaan.  

11

Page 13: Lamp Panduan Teknis Integrasi

c. Forum  Musyawarah  dimaksud  adalah  Musyawarah  Desa  (Musdes)  yang dilakukan khusus untuk membahas rancangan RPJM‐Desa. 

d. Hasil Musdes RPJM‐Desa dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Kepala Desa, Pimpinan Musyawarah dan 3 orang wakil masyarakat.  

3. INTEGRASI MUSDES PERENCANAAN DAN MKP DENGAN MUSRENBANGDES 

a. Proses Musyawarah Desa (Musdes) Perencanaan dan Musyawarah Kelompok Perempuan (MKP) dilaksanakan sesuai ketentuan PNPM Mandiri Perdesaan.  

b. Musdes  Perencanaan  dan  MKP  sebagai  kegiatan  di  dalam  proses Musrenbangdes. 

c. Musrenbangdes  dimaksud  sebagai  forum  masyarakat  untuk  melakukan evaluasi  pelaksanaan RKPD  tahun  sebelumnya  dan  pembahasan  draft RKPD tahun berjalan. 

d. Musrenbangdes  dimaksud  melakukan  review  usulan‐usulan  kegiatan  yang belum terlaksana tahun sebelumnya untuk dipertimbangkan kembali sebagai usulan dalam RKPD pada tahun berjalan.  

e. Hasil kegiatan Musrenbangdes dimaksud adalah : 

1) Usulan kegiatan yang akan diajukan untuk didanai BLM PNPM‐MP, sesuai ketentuan PNPM‐MP. 

2) Usulan  kegiatan  yang  akan  diajukan  untuk  didanai  APBD  melalui Musrenbang Kabupaten. 

3) Usulan kegiatan yang akan didanai ADD. 

4) Usulan kegiatan yang dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat. 

5) Usulan kegiatan yang akan didanai oleh sumber dana lain. 

Hasil tersebut di atas dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Kepala Desa, Pimpinan Musyawarah dan 3 orang wakil masyarakat.  

f. Tim  Penyusun  RKPD merumuskan  finalisasi  hasil  pembahasan  di  atas  untuk ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa. 

4. INTEGRASI MAD PRIORITAS DAN PENDANAAN DENGAN MUSRENBANG KECAMATAN 

a. Proses MAD Prioritas dan Pendanaan dilaksanakan  sesuai  ketentuan PNPM‐MP.  

b. MAD Prioritas dan Pendanaan sebagai kegiatan di dalam proses Musrenbang Kecamatan. 

c. Hasil kegiatan Musrenbang Kecamatan dimaksud adalah : 

1) Prioritas usulan kegiatan yang didanai BLM PNPM‐MP,  sesuai ketentuan PNPM‐MP. 

2) Prioritas usulan kegiatan yang akan diajukan ke Musrenbang Kabupaten untuk didanai APBD. 

d. Hasil  kegiatan Musrenbang Kecamatan dituangkan dalam Berita Acara  yang ditandatangani oleh Camat, Pimpinan Musyawarah dan 3 orang wakil utusan desa. 

12

Page 14: Lamp Panduan Teknis Integrasi

e. Camat  menetapkan  usulan  kegiatan  sesuai  hasil  Musrenbang  Kecamatan dengan Surat Penetapan Camat (SPC). 

E. ANASIR/UNSUR‐UNSUR YANG DIINTEGRASIKAN 

Yang diintegrasikan adalah sistem. Unsur‐unsur sistem dimaksud adalah : 

1. NILAI/PRINSIP 

Nilai‐nilai  yang  diwujudkan  sebagai  prinsip  dalam  pelaksanaan  PNPM Mandiri Perdesaan, diintegrasikan agar terinternalisasi dalam pelaksanaan pembangunan desa yang dikelola secara reguler. 

2. MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN 

Ketentuan  dan  tatacara  yang  menjamin  terlaksananya  proses  pengambilan keputusan  pembangunan  dalam  Musdes  dan  MAD  dilakukan  secara  terbuka, partisipatif  dan  berpihak  kepada  masyarakat  miskin,  diintegrasikan  untuk mewarnai proses pengambilan keputusan dalam Musrenbang. 

3. MEKANISME PROSES PERENCANAAN 

Proses perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan, mulai dari MMDD, MKP, Musdes Perencanaan,  Musyawarah  Antar  Desa  (MAD)  Prioritas  dan  Pendanaan diintegrasikan ke dalam proses reguler, yaitu penyusunan RPJM‐Desa dan review rencana  kegiatan  tahunan  (RKP‐Desa),  Musrenbang  Desa  dan  Musrenbang Kecamatan.  Integrasi  Program  akan  mengakhiri  kelemahan  mendasar perencanaan  PNPM  Mandiri  Perdesaan  yang  berulang  dan  ad  hoc,  sekaligus meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan desa.  

4. MEKANISME PENGELOLAAN KEGIATAN  

Pengelolaan kegiatan secara swakelola oleh masyarakat, yang menjadi salah satu keunggulan  PNPM‐MP  diitegrasikan  agar  terwujud  pola  standar  pengelolaan kegiatan yang didanai dari berbagai sumber (ADD, Swadaya, Program, APBD, dll).  

5. MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN 

Ketentuan  dan  tatacara  pertanggungjawaban  pengelolaan  kegiatan  secara terbuka dan akuntabel sebagaimana diterapkan dalam PNPM Mandiri Perdesaan diintegrasikan  ke  dalam mekanisme  pembangunan  desa  sehingga  tercipta  pola standar pertanggungjawaban pengelolaan pembangunan desa. 

6. PELAKU 

Pengintegrasian pelaku berarti meleburkan fungsi ke dalam dan pendayagunakan personil pelaku program oleh lembaga‐lembaga reguler (LPMD, Pemerintah Desa, BPD, dll). 

 

 

 

13

Page 15: Lamp Panduan Teknis Integrasi

BAB III PELAKSANAAN PENGINTEGRASIAN 

 

A. KAIDAH PELAKSANAAN 

Kaidah pelaksanaan pengintegrasian adalah 

1. Berdasar  pada  dan  untuk  meningkatkatkan  efektivitas  pelaksanaan  regulasi (peraturan). 

Semua kegiatan yang dilakukan berdasar pada dan untuk penguatan pelaksanaan peraturan  (produk  hukum)  yang  telah  ditetapkan,  yang  berkaitan  langsung maupun  yang  relevan  bagi  penguatan  penyelenggaraan  pembangunan partisipatif. 

2. Menyatu  dengan dan menguatkan mekanisme reguler. 

Semua  kegiatan  yang  dilakukan  terintegrasi  dan  atau  menjadi  bagian  dari kegiatan reguler sesuai ketentuan penyelenggaraan  pemerintahan.  

3. Keberlanjutan. 

Menyiapkan  dan memfasilitasi  pelembagaan  sistem  pemberdayaan masyarakat yang telah dibangun melalui PNPM Mandiri Perdesaan. 

B. SYARAT DAN KETENTUAN 

Pengintegrasian adalah agenda wajib bagi desa partisipan PNPM‐MP yang memenuhi syarat‐syarat sebagai berikut: 

1. Memiliki sarana/kantor/sekretariat pemerintah desa yang dianggap layak. 

2. Perangkat Pemerintah Desa sekurang‐kurangnya terdiri dari: Sekretaris Desa, dan sekurang‐kurangnya dua Kepala Urusan (Kaur). 

3. Sudah terbentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD). 

C. LANGKAH DAN KEGIATAN PENGINTEGRASIAN 

1. SOSIALISASI 

1) Kegiatan menyebarluaskan  informasi  tentang  integrasi  PNPM‐MP  ke  dalam mekanisme  reguler dilakukan  secara  terus menerus oleh pelaku Pemerintah (Kecamatan  dan  Desa),  Pelaku Masyarakat  dan  Fasilitator,  dalam  berbagai kesempatan  dan  forum.  Hal  itu  untuk  memastikan  agar  masyarakat mengetahui  “apa,  mengapa  dan  bagaimana”  pengintegrasian  itu  secara benar. 

2) Pada tahun pertama pelaksanaan Integrasi, dilakukan forum sosialisasi secara formal, yaitu Musyawarah Antar Desa Sosialisasi dan ditindaklanjuti dengan Musyawarah Desa Sosialisasi. 

3) Proses  dan  fasilitasi  MAD  dan  MD  Sosialisasi  merujuk  ketentuan  PNPM Mandiri Perdesaan. 

14

Page 16: Lamp Panduan Teknis Integrasi

2. PELATIHAN PELAKU 

1) Pelaku yang akan memfasilitasi proses integrasi: Setrawan Kecamatan, Aparat Pemerintah Desa, BPD, Fasilitator dan Pelaku Masyarakat mendapat pelatihan sesuai kebutuhan berdasarkan tupoksi dan perannya. 

2) Pelatihan  bagi  Setrawan  dan  Fasilitator  dilakukan  sesuai  ketentuan  yang ditetapkan Satker Kantor Pusat ‐ PNPM Mandiri Perdesaan. 

3) Kegiatan  pelatihan  yang  dibiayai  dari  berbagai  sumber  (DOK  Pembangunan Partisipatif, DOK Pelatihan Masyarakat, dll) diintegrasikan dan disinergikan. 

4) Pengelolaan kegiatan pelatihan dimaksud mengacu pada Panduan Pelatihan Masyarakat. 

5) Rancangan  pelatihan  penintegrasian  mengacu  pada  Panduan  Pelatihan Pengintegrasian. 

3. PENYUSUNAN RPJM‐DESA 

RPJM‐Desa ditetapkan dengan Perdes sesuai Permendagri Nomor 66 Tahun 2007. Setiap  desa wajib memiliki RPJM‐Desa. Bagi  desa‐desa  di  lokasi  PNPM Mandiri Perdesaan  yang  telah  memiliki  RPJM‐Desa  sebelum  diterbitkannya  Panduan Teknis  Integrasi  ini  wajib  melakukan  peninjauan  ulang  dan  menyempurnakan RPJM‐Desa sesuai prosedur kerja pengintegrasian. Bagi desa‐desa di lokasi PNPM Mandiri Perdesaan yang belum memiliki RPJM‐Desa wajib menyusun RPJM‐Desa sesuai  prosedur  yang  ditetapkan  dalam  Panduan  Teknis  Integrasi.  RPJM‐Desa dimaksud kemudian dijabarkan menjadi Rencana Kerja Pembangunan Desa sesuai periode berlakunya RPJM‐Desa. RKPD dimaksud menjadi dasar penyusunan APB Desa. Penyusunan RPJM‐Desa adalah sebagai berikut: 

a. Desa sudah memiliki  RPJM‐Desa 

Kegiatan yang harus dilakukan adalah : 

1) Peninjauan ulang dan penyempurnaan RPJM‐Desa sesuai Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa. Langkah‐langkah yang dilakukan : - Mengkaji  data‐data  (potensi, masalah  dan  gagasan)  hasil  Penggalian 

Gagasan sebelumnya. - Menggali  dan  menghimpun  data‐data  baru  sesuai  kondisi  desa 

senyatanya. - Meninjau ulang/menyempurnakan rumusan RPJM‐Desa. 

2) Perumusan Rencana Kegiatan Pembangunan sesuai “Matrik RPJM‐Desa”.  

3) Pembahasan  hasil  penyempurnaan  rumusan  RPJM‐Desa  melalui  forum musyawarah  sesuai  ketentuan  dan  prinsip‐prinsip  PNPM  Mandiri Perdesaan.  

4) Berdasarkan Berita Acara Musyawarah Rencana Pembangunan Desa yang ditandatangani  oleh  Kepala  Desa,  Pimpinan  Musyawarah  dan  3  orang wakil masyarakat,  dilakukan Penetapan RPJM‐Desa. 

15

Page 17: Lamp Panduan Teknis Integrasi

b. Penyusunan RKP berdasarkan Review RPJM‐Desa 

1) Rencana  kegiatan  pembangunan  desa  untuk  satu  tahun  anggaran,  yang sudah  mencantumkan  besar  dan  sumber  dananya.  Dengan  demikian, sudah  terpilah  secara  jelas  rencana  kegiatan/usulan  yang  akan diajukan untuk mengakses BLM PNPM‐MP.  

2) Langkah pertama adalah pembentukan Tim Penyusun RKP‐Desa dibentuk sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam Permendagri No. 66 Tahun 2007. 

3) Tim  Penyusun  RKP‐Desa  menyusun  draft  RKP‐Desa  yang  dipetik  dari RPJMDesa disusun sesuai Form lampiran Permendagri No. 66 Tahun 2007. 

4) Draft  RKP  dibahas  dalam  Musrenbangdes  dengan  agenda  evaluasi pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya dan pembahasan draft RKPD tahun berjalan. 

5) Berdasarkan  Berita  Acara  Musrenbangdes  yang  ditandatangani  oleh Kepala  Desa,  Pimpinan  Musyawarah  dan  3  orang  wakil  masyarakat,  dilakukan Penetapan RKP‐Desa. 

6) RKP‐Desa ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa. 

c. Desa belum memiliki RPJM‐Desa 

Kegiatan yang harus dilakukan adalah penyusunan RPJM‐Desa, untuk 1 (satu) periode. Kegiatan yang dilakukan adalah:  

1) Melakukan Pengkajian Keadaan Desa  - Kegiatan  ini  dilakukan  untuk menggali  potensi, masalah  dan  rencana 

tindakan pemecahan masalah. - Kegiatan dimaksud difasilitasi oleh KPMD dan LPMD. - Alat kaji yang digunakan adalah peta sosial desa, kalender musim dan 

bagan kelembagaan. Dapat didukung dengan alat kaji lain yang sesuai. 

2) Menyusun Rancangan (draft) RPJM‐Desa, rancangan dimaksud terdiri dari: - Penyusunan Rancangan dilakukan oleh Tim Penyusun. - Naskah RPJM‐Desa yang disusun sesuai Sistematika. - Tabel  Rencana  Kegiatan  Pembangunan  yang  mencakup  semua 

usulan/rencana  yang  dihasilkan  dan  dikembangkan  dari  hasil‐hasil penggalian gagasan. 

3) Membahas Rancangan (Draft) RPJM‐Desa  - Rancangan  dimaksud  dibahas  dalam  forum  Musrenbangdes,  yang 

diselenggarakan  khusus  untuk  pembahasan  Rancangan  RPJM‐Desa yang dilaksanakan sesuai ketentuan dan prinsip‐prinsip PNPM Mandiri Perdesaan.  

- Berdasarkan  Berita  Acara  Musrenbangdes  yang  ditandatangani  oleh Kepala  Desa,  Pimpinan Musyawarah  dan  3  orang  wakil masyarakat, dilakukan  penyempurnaan  draft  RPJM‐Desa  sesuai  hasil‐hasil pembahasan.  

4) Menetapkan RPJM‐Desa - Penetapan Rancangan RPJM‐Desa dengan Peraturan Desa. - Penetapan dilakukan dalam forum Rapat BPD. 

16

Page 18: Lamp Panduan Teknis Integrasi

d. Penyusunan RKP‐Desa berdasarkan RPJM‐Desa yang baru disusun  

1) Rencana  kegiatan  pembangunan  desa  untuk  satu  tahun  anggaran,  yang sudah  mencantumkan  besar  dan  sumber  dananya.  Dengan  demikian, sudah  terpilah  secara  jelas  rencana  kegiatan/usulan  yang  akan diajukan untuk mengakses BLM PNPM‐MP. 

2) Langkah pertama adalah pembentukan Tim Penyusun RKP‐Desa dibentuk sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam Permendagri No. 66 Tahun 2007. 

3) Tim  Penyusun  RKP‐Desa  menyusun  draft  RKP‐Desa  yang  dipetik  dari RPJM‐Desa serta disusun sesuai Form lampiran Permendagri No. 66 Tahun 2007. 

4) Draft  RKP  dibahas  dalam  Musrenbangdes  dengan  agenda  evaluasi pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya dan pembahasan draft RKPD tahun berjalan. 

5) Berdasarkan  Berita  Acara  Musrenbangdes  yang  ditandatangani  oleh Kepala  Desa,  Pimpinan  Musyawarah  dan  3  orang  wakil  masyarakat,  dilakukan Penetapan RKP‐Desa. 

6) RKP‐Desa ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa. 

Penyusunan  RPJMDesa  dan  RKPDesa  dimaksud  sesuai  Surat Menteri Dalam Negeri  Nomor  414.2/1408/PMD  tanggal  31  Maret  2010  perihal  Petunjuk Teknis  Perencanaan  Pembangunan  Desa,  dengan  penguatan  kualitas perencanaan partisipatif melalui pengintegrasian sesuai dengan Surat Menteri Dalam  Negeri  Nomor  414.2/3717PMD  tanggal  5  November  2008  perihal Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan. 

e. Penyatupaduan Proses Perencanaan  1) Menyatupadukan  Penggalian Gagasan  (PG)  dengan  Pengkajian  Keadaan 

Desa (PKD). 

2) Menyatupadukan MMDD dengan Penyusunan RPJM‐Desa. 

3) Menyatupadukan Musdes Perencanaan‐MKP dengan Musrenbangdes. 

4) Menyatupadukan MAD Prioritas dengan Musrenbang Kecamatan. 

f. Penyelarasan Rencana Kegiatan dan Anggaran 

1) Penyelarasan  rencana  kegiatan  dan  sumber‐sumber  pendanaan  (ADD, Swadaya, BLM, APBD, dll) berdasar pada APB Desa.  

2) Agar tercapai penyelarasan dimaksud, maka harus dipastikan Pemerintah desa dan BPD menyusun dan menetapkan APB Desa  secara  rutin  setiap tahun anggaran.  

g. Penyatupaduan Pertanggungjawaban  1) Musyawarah desa dilakukan sesuai kebutuhan pelaksanaan kegiatan.  

2) Kepala  Desa  difasilitasi  untuk  menyampaikan  Laporan  Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa (LKPj Kades) satu kali dalam satu tahun dalam forum Rapat Badan Permusyawaratan Desa (BPD). 

17

Page 19: Lamp Panduan Teknis Integrasi

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN DUKUNGAN  

 

A. FAKTOR PENDUKUNG  

1. PERSPEKTIF  PELAKU 

Perspektif  pelaku  terhadap  keberadaan,  fungsi  dan  perannya  menentukan kualitas  pelaksanaan  tugas  dan  tanggungjawabnya.  Bila  pelaku  mempersepsi dirinya  hanya  sebagai  petugas  program,  maka  pelaksanaan  tugas  dan tanggungjawabnya  akan  minimalis  dan  cenderung  mekanistik.  Karena  itu, diperlukan  perubahan  perspektif  dari  pekerja  proyek menjadi  kader  dan  agen pemberdayaan masyarakat. 

2. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA 

Kualitas  proses  perencanaan  partisipatif  melalui  kegiatan  Pengkajian  Keadaan Desa menjadi  syarat  dan  dasar  ketepatan  penyusunan  rencana  pembangunan desa (RPJM‐Desa), dengan menggunakan alat‐alat kaji yang tepat, untuk menggali potensi, masalah dan gagasan yang sesuai kebutuhan masyarakat.  

3. PENGUATAN MUSRENBANG 

Musrenbang  sebagai  sarana  dan  mekanisme  pembahasan  dan  pengambilan keputusan  tentang pengelolaan pembangunan, harus menjamin  kesertaan para pemangku  kepentingan  dan  keterlibatan  kelompok‐kelompok  yang  tidak diuntungkan dalam proses pengambilan keputusan.  

4. MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA  

Peningkatan menejemen pemerintahan desa yang ditandai dengan kemampuan pelaku  pemerintahan  desa menyusun  RPJM‐Desa, membentuk  Peraturan  Desa (Perdes),  menyusun  APB  Desa  dan  menyelenggarakan  Laporan  Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa secara tertib, menentukan kualitas proses dan pencapaian tujuan pengintegrasian. 

5. KAPASITAS PELAKU: KPMD, LPMD, SEKDES, BKAD, PEMERINTAHAN DESA DAN BPD 

Peningkatan  kapasitas  (kesadaran  kritis,  pengetahuan,  keterampilan  dan komitmen) para pelaku dimaksud untuk melaksanakan tugas dan perannya dalam proses pengintegrasian menjadi kunci keberhasilan pengintegrasian. 

6. EFEKTIVITAS PERAN SETRAWAN 

Setrawan  sebagai  kader  perubahan  dan  pemimpin  dalam  tubuh  birokrasi mengemban  misi,  tugas  dan  peran  strategis.  Namun,  hal  itu  hanya  dapat dilaksanakan apabila Setrawan dimaksud memiliki sikap mental, kemampuan dan komitmen untuk mewujudkan  tata  kepemerintahan  yang baik dan pengelolaan pembangunan yang pro rakyat. Dari cara pandang tersebut, maka kesadaran akan keberadaan dirinya sebagai kader dan proses yang harus dijalani (kaderisasi) akan 

18

Page 20: Lamp Panduan Teknis Integrasi

menentukan  proses  perubahan  dari  dalam  (internal)  yang  selanjutnya  akan menentukan perubahan sikap mental birokrasi di masa depan. 

Perubahan  dimaksud  tidak  dapat  lagi  dilakukan  secara  gradual‐evalutif,  tetapi harus secara progresif seiring dan sebagai tanggapan atas desakan, tuntutan dan kebutuhan yang hadir sebagai akibat dari gencarnya perubahan eksternal dewasa ini.  Semakin  efektif  peran,  fungsi  dan  pengaruh  setrawan, maka  akan  semakin kencang  perubahan  sikap  mental  dan  perilaku  birokrasi.  Oleh  sebab  itu, pengukuhan dan penguatan setrawan melalui dan dalam proses pengintegrasian merupakan langkah penting dan menentukan pencapaian gagasan besar dan cita‐cita ber‐Indonesia.  

7. POSISI TAWAR RAKYAT  

Gerak  reformasi  yang  terus  berlangsung,  membawa  perubahan  sistem  politik yang memberikan ruang terbuka bagi partisipasi politik rakyat. Praktik demokrasi representatif  melalui  pemilihan  umum  secara  langsung  menempatkan  rakyat pada  posisi  sentral.  Oleh  sebab  itu,  melalui  Integrasi  Program  perspektif pemberdayaan masyarakat  diarahkan  pada  pendayagunaan  praktek  demokrasi sebagai  upaya  peningkatan  daya  tawar  rakyat menuju  terciptanya  kedaulatan rakyat. 

8. PERAN EFEKTIF KELOMPOK‐KELOMPOK MASYARAKAT 

Masyarakat  desa  bekerjasama  dengan  beragam  kelompok masyarakat  lainnya terlibat aktif menyampaikan aspirasi pembangunan melalui proses Musrenbang yang dikelola secara demokratis. 

B. DUKUNGAN 

Pelaksanaan pengintegrasian membutuhkan dukungan sebagai berikut : 

1. PENINGKATAN KAPASITAS KEUANGAN DESA  

Tanpa  peningkatan  kapasitas  untuk  membiayai  pelaksanaan  kegiatan pembangunan,  percepatan  pembangunan  desa  tidak  akan  bisa  dilakukan. Peningkatan kapasitas keuangan desa didorong dengan memberikan : 

a. Alokasi Dana Desa (ADD)  

b. BLM atau Stimulan Khusus 

Yaitu sejumlah dana yang disalurkan sebagai block grant yang dapat diakses desa‐desa dan pengelolaannya  secara  swakelola oleh masyarakat. BLM bisa berasal dari Pemerintah (Pusat dan/atau Provinsi) dan Pemerintah Kabupaten melalui pemberian dana stimulan khusus. 

c. Peningkatan Pendapatan Asli Desa  

Pemerintah  Desa  hendaknya  didorong  dan  difasilitasi  untuk  dapat meningkatkan pendapatan asli desanya. Peningkatan dimaksud kiranya  tidak dapat mengandalkan sumber‐sumber konvensional (Bantuan Pemerintah) dan 

19

Page 21: Lamp Panduan Teknis Integrasi

tradisional  (Pungutan  terhadap  rakyat),  tetapi  harus  mengembangkan sumber‐sumber  produktif  (BUM  Desa).  Dengan  demikian  menjadi  penting untuk  memfasilitasi  desa‐desa  memiliki  Badan  Usaha  untuk  mengelola kegiatan usaha yang potensial secara profesional. 

2. REGULASI (PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA, MUSRENBANG, SWAKELOLA, DLL)  

Peraturan  perundangan  daerah  dibutuhkan  sebagai  payung  hukum  yang menjamin dan memberi  kepastian hukum  terkait dengan berbagai hal   penting (perencanaan  pembangunan  desa,  penyelenggaraan  Musrenbang,  dll)  dalam pelaksanaan pengintegrasian dan penguatan pembangunan partisipatif berbasis pemberdayaan masyarakat. 

3. PEMBAGIAN WEWENANG DAN  URUSAN  

Pembagian wewenang dan urusan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Desa  adalah  bentuk  dukungan  yang  sangat  strategis  untuk  mengoptimalkan pelaksanaan  pengintegrasian.  Kabupaten  yang  telah  menetapkan  Peraturan Daerah (Perda) yang konsisten menjamin pelaksanaan pembagian wewenang dan urusan  dengan  pemerintah  desa,  menunjukkan  secara  jelas  komitmen pemerintah  daerah,  arah  kebijakan  dan  strategi  pembangunannya.  Perda Pembagian  Wewenang  dan  Urusan  yang  konsisten  terhadap  semangat  dan tujuannya  dapat  dipastikan  tidak  akan  bertentangan  dengan  dan  kondusif  bagi peningkatan pembangunan desa, pembangunan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat. 

                        

20

Page 22: Lamp Panduan Teknis Integrasi

BAB V LANGKAH PENGUATAN PENGINTEGRASIAN 

   Langkah‐langkah  yang  perlu  dilakukan  oleh  para  pihak  terkait,  untuk  penguatan pengintegrasian, antara lain: 

A. MENDORONG PENYELARASAN JARING ASMARA DENGAN MUSRENBANG KECAMATAN 

Agar  terjadi  keselarasan  proses  dan  hasil  antara  Jaring Aspirasi Masyarakat  (Jaring asmara)  dengan  Musrenbang  Kecamatan,  maka  harus  dilakukan  berbagai  upaya untuk : 

1. Menjalin komunikasi dan interaksi yang intens dengan Anggota DPRD. 

2. Mensosialisasikan, menjelaskan dan memasok bahan‐bahan yang diperlukan agar kalangan DPRD memiliki persepsi yang utuh dan benar tentang pengintegrasian. 

3. Mendorong  Anggota DPRD mengikuti Musrenbang Kecamatan. 

4. Mendorong  Anggota  DPRD merujuk  hasil‐hasil Musrenbang  Kecamatan  dalam melakukan Jaring Asmara. 

5. Mengikutsertakan Anggota DPRD dalam kegiatan monitoring. 

B. MENDORONG TERLAKSANANYA HEARING DPRD  

1. Dengan kewenangan yang dimiliki di bidang anggaran, legislasi, dan pengawasan, maka DPRD kabupaten memiliki  fungsi dan peran yang  signifikan  (menentukan) dalam  merumuskan  kebijakan  pembangunan,  peraturan  perundangan  dan pendayagunaan anggaran daerah. 

2. Agar  kewenangan  yang  dimiliki  DPRD  tersebut  dapat  mendukung  Integrasi Program,  maka  rakyat  dan  kelompok  masyarakat  harus  cukup  intensif menyampaikan  aspirasi  kepada  anggota DPRD  kabupaten agar  kebijakan publik lebih responsif dan berpihak kepada aspirasi rakyat.  

3. Untuk tujuan tersebut, maka rakyat atau kelompok‐kelompok masyarakat harus difasilitasi  melakukan  hearing  atau  dengar  pendapat  dengan  kalangan  DPRD (Anggota, Komisi, Fraksi dan Pimpinan DPRD). 

4. Memastikan pengawalan usulan oleh Anggota DPRD. 

Usulan  kegiatan  yang  sudah  diproses  melalui Musrenbangdes  sampai  dengan Musrenbang  Kabupaten,  perlu  dikawal  pada  tahap  pembahasan  RAPBD  pada sidang‐sidang  DPRD.  Dengan  demikian,  perlu  dilakukan  berbagai  upaya  untuk memastikan  DPRD  mengawal  usulan  kegiatan  yang  dihasilkan  melalui  proses perencanaan  partisipatif  (Musrenbang)  serta  mengalami  penyelarasan sebelumnya  dengan  jalur  teknokratis  dan  politis.  Efektivitas  pengawalan dimaksud  terlihat  dari  seberapa  banyak  usulan  kegiatan  hasil  Musrenbang terserap dalam APBD. 

21

Page 23: Lamp Panduan Teknis Integrasi

C. MENDORONG TERLAKSANANYA RAKOR UNIT PERENCANA SKPD 

Penyusunan  Rencana  Kerja  (Renja)  SKPD  merupakan  langkah  awal  penyelarasan perencanaan teknokratik dengan partisipatif. Dengan demikian, Rapat Koordinasi unit perencana SKPD teknis, menjadi penting untuk membekali para perencana dimaksud agar  penyusunan  Renja  setiap  SKPD  teknis mengacu  pada  hasil‐hasil Musrenbang Kecamatan. 

D. MENDORONG EFEKTIVITAS FORUM SKPD 

Forum  SKPD  yang  diselenggarakan  sebelum  pelaksanaan  Musrenbang  Kabupaten, dimaksudkan  untuk  menyelaraskan  Renja  SKPD  dengan  hasil‐hasil  Musrenbang Kecamatan.  Hasil  dari  Forum  SKPD  dimaksud  sebagai  bahan  pembahasan  pada Musrenbang Kabupaten. Untuk mengoptimalkan proses dan hasil Forum SKPD, maka  dalam  kerangka  kerja  pengintegrasian  perlu  dilakukan  pembaharuan  pola pembahasan dalam Forum SKPD. 

E. PENGUATAN MUSRENBANG KABUPATEN 

Musrenbang  Kabupaten  adalah  tahapan  akhir  perencanaan  di  tingkat  kabupaten. Hasil‐hasil Musrenbang dimaksud akan disusun menjadi Rancangan APBD. Oleh sebab itu,  harus  dilakukan  berbagai  upaya  untuk  memastikan  prioritas  usulan  yang dihasilkan  Musrenbang  kecamatan  diserap  oleh  SKPD  teknis.  Agenda  yang  harus dilakukan, antara lain : 

1. Mendorong Pemerintah Kabupaten membentuk peraturan perundangan tentang penyelenggaraan Musrenbang, yang pro aspirasi masyarakat. 

2. Melakukan  pendekatan/upaya  politis  agar  kalangan  DPRD mendukung  aspirasi masyarakat desa dalam Musrenbang Kabupaten. 

3. Mempersiapkan  dan  membekali  utusan  kecamatan  yang  akan  mengikuti Musrenbang Kabupaten. 

 

        

        

22

Page 24: Lamp Panduan Teknis Integrasi

BAB VI PELAKU 

  

A. PELAKU 

1. Pelaku Strategis, yaitu pelaku yang memiliki kewenangan yang menentukan bagi proses pengintegrasian di daerah. 

a. Bupati b. DPRD c. SKPD  

2. Pelaku  Kunci,  yaitu  pelaku  yang  memfasilitasi  secara  langsung  proses pengintegrasian. 

a. Setrawan Kabupaten b. Camat 

c. Setrawan Kecamatan 

d. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) 

e. Kepala Desa  f. BPD 

g. LPMD atau sebutan lain 

h. KPMD 

3. Pelaku Penggerak, yaitu pelaku yang dibekali secara khusus untuk menggerakkan pelaku dan mendayagunakan sumberdaya yang ada guna menggerakkan proses pengintegrasian.   

a. Fasilitator Kabupaten (Faskab) PNPM Mandiri Perdesaan. 

b. Fasilitator Kecamatan (FK) PNPM Mandiri Perdesaan. 

B. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB 

1. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PELAKU STRATEGIS 

a. Bupati 1) Memastikan  tersedianya  dana  bantuan  langsung  PNPM  Mandiri 

Perdesaan  dari  sumber  APBD  sesuai  ketentuan  Dana  Daerah  Urusan Bersama (DDUB). 

2) Menetapkan  kebijakan  daerah  yang  diperlukan  untuk  mendukung pelaksanaan pengintegrasian. 

3) Menetapkan  kebijakan  untuk  meningkatkan  keselarasan  perencanaan teknokratik dengan perencanaan partisipatif. 

4) Menetapkan  kebijakan  untuk  meningkatkan  kualitas  proses  dan  hasil Musrenbang 

23

Page 25: Lamp Panduan Teknis Integrasi

5) Bersama  DPRD  membentuk  Peraturan  Daerah  yang  dibutuhkan  untuk menopang keberhasilan pengintegrasian. 

6) Menyediakan dukungan bagi peningkatan kapasitas pelaku dan  lembaga pengelola proses pengintegrasian. 

b. DPRD 1) Bersama  Bupati  membahas  dan  menetapkan  dana  bantuan  langsung 

PNPM  Mandiri  Perdesaan  dari  sumber  APBD  sesuai  ketentuan  Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB). 

2) Membentuk  Peraturan  Daerah  yang  dibutuhkan  sebagai  dasar pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengintegrasian. 

3) Menyelaraskan perencanaan politis dengan perencanaan partisipatif. 

4) Memantau pelaksanaan pengintegrasian. 

c. SKPD 

1) Menyelaraskan  perencanaan  teknokratis  (Rencana  Kerja  SKPD)  dengan perencanaan partisipatif (hasil‐hasil Musrenbangdes). 

2) Mendorong  terwujudnya  pelaksanaan  kegiatan  secara  swakelola  oleh masyarakat. 

2. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PELAKU KUNCI 

a. Setrawan Kabupaten 1) Memfasilitasi peningkatan kapasitas pelaku di tingkat kecamatan. 

2) Mendorong  kegiatan  pengintegrasian  di  tingkat  kabupaten  dan kecamatan dilaksanakan secara efektif 

3) Memotivasi pelaku di tingkat kecamatan.  

4) Memediasi  pelaksanaan  kegiatan  pengintegrasian  di  tingkat  kabupaten dan kecamatan. 

b. Camat 

1) Memastikan agenda kegiatan pengintegrasian dilaksanakan secara efektif 

2) Mengkoordinasikan  pelaksanaan  kegiatan  pengintegrasian  di  tingkat kecamatan. 

3) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pengintegrasian di kecamatan. 

c. Setrawan Kecamatan 

1) Memfasilitasi peningkatan kapasitas pelaku di tingkat desa. 

2) Memastikan agenda kegiatan pengintegrasian dilaksanakan secara efektif. 

3) Memotivasi pelaku di tingkat desa.  

4) Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pengintegrasian di tingkat kecamatan dan desa. 

5) Mensosialisasikan  dan  menjelaskan  kebijakan  pengintegrasian  kepada pemerintah kecamatan, pemerintah desa dan masyarakat. 

24

Page 26: Lamp Panduan Teknis Integrasi

6) Memberikan pembekalan tentang kebijakan pengintegrasian kepada para pelaku di tingkat desa. 

7) Memfasilitasi peninjauan ulang atau penyusunan RPJM‐Desa. 

8) Memfasilitasi penyiapan pelaksanaan Musrenbangdes. 

9) Bersama  Fasilitator  Kecamatan  menyiapkan  panduan  fasilitasi Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan. 

10) Memfasilitasi Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan. 

11) Mensupervisi pelaksanaan Musrenbangdes. 

d. BKAD 1) Memfasilitasi pembentukan Tenaga Pelatih Masyarakat (TPM). 

2) Memfasilitasi peningkatan kapasitas pelaku di tingkat desa. 

3) Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pengintegrasian di tingkat kecamatan dan desa. 

4) Bersama  dengan  Setrawan  Kecamatan  memfasilitasi  pelaksanaan Musrenbang Kecamatan. 

5) Memfasilitasi  pemerintahan  desa  menyusun  APB  Desa  dan  Peraturan Desa. 

6) Memotivasi dan menggerakkan pelaku masyarakat. 

7) Memediasi kepentingan antar desa. 

8) Merumuskan rencana kegiatan kerjasama antar desa. 

9) Memfasilitasi masyarakat menyampaikan aspirasi. 

e. Kepala Desa  1) Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan pengintegrasian di tingkat desa. 

2) Menyediakan  berbagai  kebutuhan  untuk  pelaksanaan  kegiatan pengintegrasian di tingkat desa. 

3) Memastikan tercapainya target kegiatan pengintegrasian. 

4) Membentuk dan menetapkan Tim Penyusun RPJM‐Desa. 

5) Memfasilitasi Musyawarah  Rencana  Pembangunan Desa  yang  dilakukan khusus untuk membahas rancangan RPJM‐Desa. 

6) Memastikan  Berita  Acara  Musyawarah  Rencana  Pembangunan  Desa dalam  rangka  RPJM‐Desa  menjadi  dasar  penyiapan  Rancangan  Perdes tentang RPJM‐Desa. 

7) Menyiapkan Rancangan Perdes tentang RPJM‐Desa. 

8) Memfasilitasi  rapat‐rapat  penyempurnaan  atau  penyusunan  Rancangan RPJM‐Desa. 

9) Memfasilitasi pembahasan Rancangan RPJM‐Desa. 

10) Menyiapkan penetapan RPJM‐Desa. 

11) Membentuk dan menetapkan Tim Penyusun RKP‐Desa. 

25

Page 27: Lamp Panduan Teknis Integrasi

12) Bersama Tim Penyusun RKP‐Desa menyiapkan Rancangan RKP‐Desa. 

13) Menyelenggarakan Musrenbangdes dalam rangka penyusunan RKP‐Desa.  

14) Memastikan  Berita  Acara  Musyawarah  Rencana  Pembangunan  Desa dalam  rangka  RKP‐Desa menjadi  dasar  penyiapan  Rancangan  SK  Kepala Desa tentang RKP‐Desa. 

15) Menerbitkan SK Penetapan RKP‐Desa. 

16) Memastikan  pemrosesan  usulan  kegiatan  yang  akan  diajukan  untuk dibiayai dana PNPM Mandiri Perdesaan. 

f. BPD 

1) Memantau pelaksanaan kegiatan pengintegrasian. 

2) Memberikan  dukungan regulasi (peraturan desa) yang dibutuhkan. 

3) Menyalurkan aspirasi masyarakat. 

4) Menyelenggarakan Rapat BPD. 

5) Membahas dan menetapkan Peraturan Desa (Perdes). 

6) Memantau pelaksanaan kegiatan pengintegrasian. 

g. LPMD atau sebutan lain 

1) Memfasilitasi kegiatan Pengkajian Keadaan Desa (PKD). 

2) Melakukan sosialisasi pengintegrasian. 

3) Membantu pemerintah desa melaksanakan penyusunan RPJM‐Desa. 

4) Membantu pemerintah desa menyusun APB Desa. 

5) Membantu pemerintah desa mengelola kegiatan proyek pembangunan. 

h. KPMD 

1) Memfasilitasi  pengintegrasian  Penggalian  Gagasan  ke  dalam  kegiatan Pengkajian Keadaan Desa. 

2) Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan Pengkajian Keadaan Desa. 

3) Melakukan sosialisasi pengintegrasian. 

4) Menyiapkan  dan  melengkapi  data‐data  (potensi,  masalah  dan gagasan/rencana  tindakan) hasil Menggagas Masa Depan Desa  (MMDD) sebelumnya. 

5) Bersama  anggota  Tim  Penyusun  RPJM‐Desa,  merumuskan penyempurnaan atau penyusunan Draft (Rancangan) RPJM‐Desa. 

6) Bersama anggota Tim Penyusun RKP‐Desa, merumuskan penyempurnaan atau penyusunan Draft (Rancangan) RKP‐Desa. 

7) Memfasilitasi  pengintegrasian  Musdes  Perencanaan  ke  dalam Musrenbangdes. 

8) Memfasilitasi pelaksanaan Musrenbangdes bersama dengan Pemerintah Desa. 

9) Membantu pemerintah desa menyusun Rancangan Peraturan Desa. 

26

Page 28: Lamp Panduan Teknis Integrasi

3. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PELAKU PENGGERAK  

a. Fasilitator Kabupaten  1) Memfasilitasi  masyarakat  dan  Pemerintahan  Kabupaten  untuk 

peningkatan proses  dan kualitas hasil pengintegrasian. 

2) Mengoordinasikan  Fasilitator  Kecamatan  untuk  terlibat  aktif  dalam Integrasi Program. 

3) Mensupervisi  pelaksanaan kegiatan pengintegrasian. 

4) Meningkatkan kapasitas diri sebagai kader pemberdayaan masyarakat. 

5) Mempromosikan  konsep  dan  kebijakan  serta  meningkatkan  kinerja pelaksanaan pengintegrasian. 

6) Mendorong  peningkatan  kapasitas  pelaku  pengintegrasian:  aparatur pemerintah lokal, masyarakat dan fasilitator kecamatan. 

7) Narasumber  untuk  peningkatan  kapasitas  pelaku  (aparat  pemerintah lokal,  masyarakat dan fasilitator). 

8) Memastikan pelaksanaan kegiatan pengintegrasian. 

9) Memastikan efektivitas kegiatan sosialisasi pengintegrasian. 

10) Menggalang dukungan dan mendorong pendayagunaan potensi berbagai pihak untuk peningkatan pembangunan partisipatif. 

11) Memediasi  dan  membangun  jaringan  kerja  dengan  instansi/dinas pemerintah kabupaten, DPRD, LSM dan pihak‐pihak  lain yang terkait dan berkepentingan langsung dengan peningkatan dan pengembangan proses pembangunan partisipatif. 

12) Mendorong anggota DPRD untuk mengikuti Musrenbang Kecamatan. 

13) Memfasilitasi BKAD menyampaikan aspirasi melalui forum Hearing DPRD. 

14) Memberikan bimbingan dan dukungan kepada pelaku pengintegrasian di  Kabupaten dan Kecamatan. 

15) Mendorong  Pemerintah  Kabupaten  menyusun  Peraturan  Daerah  yang sesuai  dengan  kebutuhan  penguatan  pelaksanaan  pembangunan partisipatif. 

16) Merancang dan memfasilitasi proses pelatihan, workshop, semiloka agar terlaksana secara efektif. 

17) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan program. 

18) Memastikan tersedianya data‐data kegiatan pengintegrasian. 

b. Fasilitator Kecamatan 

1) Mensosialisasikan  dan  menjelaskan  kebijakan  pengintegrasian  kepada pemerintah kecamatan, pemerintah desa dan masyarakat. 

2) Memberikan pembekalan tentang kebijakan pengintegrasian kepada para pelaku di tingkat desa. 

3) Meningkatkan kapasitas diri sebagai kader pemberdayaan masyarakat. 

4) Memfasilitasi  pengintegrasian  Penggalian Gagasan  ke  dalam  Pengkajian Keadaan Desa. 

27

Page 29: Lamp Panduan Teknis Integrasi

5) Memantau  dan membimbing  pelaksanaan  kegiatan  Pengkajian  Keadaan Desa. 

6) Memfasilitasi pengintegrasian Menggagas Masa Depan Desa  (MMDD) ke dalam penyusunan RPJM‐Desa. 

7) Memfasilitasi peninjauan ulang atau penyusunan RPJM‐Desa. 

8) Memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa yang dilakukan khusus untuk membahas rancangan RPJM‐Desa. 

9) Mensupervisi  pengintegrasian  Musdes  Perencanaan  ke  dalam Musrenbangdes. 

10) Memantau  dan  memfasilitasi  pelaksanaan  Musrenbang  Desa  dan Musrenbang Kecamatan. 

11) Memantau penyusunan APB Desa dan Peraturan Desa. 

12) Bersama  Setrawan  Kecamatan  menyiapkan  panduan  fasilitasi Musrenbangdes dan Musrenbang Kecamatan. 

13) Memfasilitasi  pengintegrasian  MAD  Prioritas  ke  dalam  Musrenbang Kecamatan. 

14) Memfasilitasi Musrenbang Kecamatan bersama pemerintah daerah yang terkait. 

15) Memfasilitasi  Camat  untuk  mengundang  anggota  DPRD  mengikuti Musrenbang Kecamatan. 

16) Mendorong masyarakat menyampaikan aspirasi melalui Hearing DPRD. 

17) Bersama  dengan  BKAD  memastikan  terbentuknya  dan  memfasilitasi pelaksanaan tugas Tenaga Pelatih Masyarakat. 

                      

28

Page 30: Lamp Panduan Teknis Integrasi

BAB VII PENUTUP 

 

 

Panduan ini disusun sebagai acuan bagi pelaku PNPM‐MP maupun Pemerintah Kabupaten untuk  memfasilitasi  proses  pengintegrasian  sebagai  upaya  penguatan  pembangunan partisipatif.  Mengenai  hal‐hal  yang  bersifat  teknis  akan  diatur  kemudian  dan  dapat dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten.                                        

29

Page 31: Lamp Panduan Teknis Integrasi

 Lampiran 1. Alur Tahapan Pengintegrasian Perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan 2010 

 

Evaluasi MAD 

Sosialisasi 

Musdes Sosialisasi 

Pelatihan  KPMD 

Musrenbang Desa  

Penulisan Usulan dgn/tanpa desain  

RAB 

Verifikasi Usulan 

Desain dan RAB, Verifikasi Teknis 

SPP 

Musrenbang Kecamatan 

MAD Prioritas Usulan 

Musdes Informasi Hasil 

Musrenbang Kecamatan

Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan 

Persiapan Pelaksanaan (pendaftaran tenaga, 

pelatihan TPK, UPK, dan pelaku desa lainnya) 

Musdes Serah Terima 

LKPJ Kades Musdes 

Pertanggungjawaban 

Musrenbang Kabupaten 

Hearing     DPRD 

Pemeliharaan

MAD Pendanaan 

Musy. Desa Khusus 

Perempuan 

Musdes Perencanaan 

Penggalian Gagasan/Pengkajian Keadaan 

Desa

Musdes RPJM‐Desa (penyusunan/review)

Penyampaian Aspirasi 

Masyarakat 

30

Page 32: Lamp Panduan Teknis Integrasi

Lampiran 2. Alur Tahapan Pengintegrasian Perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan 2011‐2014 

 

Evaluasi MAD 

Sosialisasi 

Musdes Sosialisasi 

Pelatihan  KPMD 

Musrenbang Desa  

Penulisan Usulan dgn/tanpa desain  

RAB 

Verifikasi Usulan 

Desain dan RAB, Verifikasi Teknis 

SPP 

Musrenbang Kecamatan 

MAD Prioritas Usulan 

Musdes Informasi Hasil 

Musrenbang Kecamatan

Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan 

Persiapan Pelaksanaan (pendaftaran tenaga, 

pelatihan TPK, UPK, dan pelaku desa lainnya) 

Musdes Serah Terima 

LKPJ Kades Musdes 

Pertanggungjawaban 

Musrenbang Kabupaten 

Hearing     DPRD 

Pemeliharaan

MAD Pendanaan 

Musy. Desa Khusus 

Perempuan 

Musdes Perencanaan 

Penyampaian Aspirasi 

Masyarakat 

 

31

Page 33: Lamp Panduan Teknis Integrasi

          Lampiran 3. Alur Tahapan Penyusunan RPJM‐Desa dan RKP‐Desa  

 

Musrenbang Desa Pembahasan 

Rancangan RPJM‐Desa 

Pengkajian Keadaan Desa 

Perumusan Rancangan     RPJM‐Desa 

Rapat BPD Penetapan RPJM‐Desa (Perdes) 

Penyusunan Rancangan RKP‐

Desa 2011 

Penetapan RKP  Desa 2011  (SK Kades) 

Persiapan Pembentukan Tim Penyusun RPJM‐Desa 

dan RKP‐Desa & Pelatihan Pelaku 

MMDD/PG Menggali dan mengkaji potensi, masalah dan gagasan (peta sosial, penggalian gagasan) : Pertemuan Kel. Perempuan 

Menyusun rancangan RPJM‐Desa Menyusun Matrik Kegiatan – Tim Penyusun wajib 

melibatkan unsur perempuan 

Musdes Perencanaan, MDKP 

     

 

 

 

 

 

32

Page 34: Lamp Panduan Teknis Integrasi

       Lampiran 4. Alur RKP‐Desa  

 

Musrenbang Kecamatan  

(untuk usulan yang ke  PNPM‐MP atau APBD)

Penetapan  RKPD 

Musrenbang Kabupaten 

Pelaksanaan Kegiatan PNPM 

Rapat BPD  (LKPJ Kades 

Evaluasi RKPD) 

Pelaksanaan Kegiatan RKP 

(ADD, Swadaya, dan sumber lain) 

Musrenbang Desa  

Penyusunan   RKP 

         

   

       

33