la psus anak arif

82
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah salah satu infeksi saluran napas bawah akut yang sering dijumpai. Pneumonia dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjutan manifestasi infeksi saluran napas bawah lainnya. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, bagian distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. 1,2 Pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia tipikal dan atipikal berdasarkan bakteri penyebabnya. Dalam perkembangannya pneumonia saat ini dikelompokkan menjadi pneumonia komuniti yang didapat di masyarakat dan pneumonia nosokomial yang didapat di rumah sakit atau pusat perawatan kesehatan. Berdasarkan data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di

Upload: aldiola-perdana

Post on 13-Dec-2015

247 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

lapasus

TRANSCRIPT

Page 1: la psus Anak Arif

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pneumonia adalah salah satu infeksi saluran napas bawah akut yang sering

dijumpai. Pneumonia dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjutan

manifestasi infeksi saluran napas bawah lainnya. Pneumonia adalah peradangan

yang mengenai parenkim paru, bagian distal dari bronkiolus terminalis yang

mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi

jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.1,2

Pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia tipikal dan atipikal

berdasarkan bakteri penyebabnya. Dalam perkembangannya pneumonia saat ini

dikelompokkan menjadi pneumonia komuniti yang didapat di masyarakat dan

pneumonia nosokomial yang didapat di rumah sakit atau pusat perawatan

kesehatan. Berdasarkan data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan

pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di

Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan

nomor 3 di Vietnam.2 Insiden pneumonia komunitas di Amerika dilaporkan 12

kasus per 1000 orang pertahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat

infeksi pada orang dewasa di negara tersebut.2

Penyebab pneumonia terkadang sulit ditemukan dan memerlukan waktu

beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat

menyebabkan kematian bila tidak segera diobati. Sehingga dokter diharapkan agar

dapat menilai sesegera mungkin kebutuhan hospitalisasi pasien dengan kecurigaan

Page 2: la psus Anak Arif

2

pneumonia komuniti menggunakan indeks keparahan pneumonia yang

disesuaikan dengan kondisi klinis. Berdasarkan rekomendasi konsensus beberapa

organisasi, pengobatan awal pneumonia diberikan terapi antibiotik secara empirik

dengan memperhatikan pengalihan terapi antibiotik parenteral ke antibiotik oral

jika keluhan membaik dan pasien dapat mentoleransi pengobatan oral.2,4

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami klasifikasi pneumonia

2. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala pneumonia

3. Mengetahui dan memahami patofisiologi pneumonia

4. Mengetahui dan memahami cara penanganan pneumonia

1.3 MANFAAT

Makalah ini diharapkan memberikan tambahan ilmu pengetahuan

tentang berbagai klasifikasi cedera kepala, dan mengetahui tentang

penyebab, patofisiologi, gejala dan tanda pneumonia serta bagaimana

penanganannya.

BAB II

Page 3: la psus Anak Arif

3

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. AL

Umur : 14 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Tlogojoyo

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 24 Januari 2014

Nama Ayah : Tn. A

Umur Ayah : 33 tahun

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Nama Ibu : Ny. N

Umur Ibu : 26 tahun

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

2.2 ANAMNESIS

(alloanamnesis dengan ibu penderita, tanggal 27 Januai 2014 )

Keluhan Utama: Sesak

Page 4: la psus Anak Arif

4

1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang di UGD RSI diantar oleh orangtuanya setelah pasien

sesak selama 3 hari dan batuk yang tidak kunjung sembuh. Pasien juga

mengalami demam.

2. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat sakit serupa : disangkal

- Riwayat MRS : disangkal

- Riwayat kencing manis : disangkal

- Riwayat asma : disangkal

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat alergi : disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat kencing manis :disangkal

- Riwayat asma :disangkal

- Riwayat jantung :disangkal

4. Riwayat Kehamilan

Ibu kontrol sekali sebulan secara teratur ke bidan.

5. Riwayat Kelahiran

Lahir spontan, ditolong bidan , langsung menangis kuat, BB lahir 2700

gram, panjang lahir 49 cm.

6. Riwayat minum dan makan

Page 5: la psus Anak Arif

5

ASI : sejak lahir – sekarang

Makanan pendamping ASI : Nasi tim dan sayur

7. Riwayat Imunisasi :

BCG : +

DPT : +

Polio : +

Hepaitis B : +

Campak : +

Kesan : imunisasi dasar pada pasien lengkap

8. Riwayat Sosial Ekonomi dan Keluarga

Pasien anak kedua dari dua bersaudara, ayah bekareja sebagai wiraswasta

dan ibu adalah ibu rumah tangga, tinggal di rumah sendiri, sumber air minum

berasal dari PDAM, buang air besar di WC, sampah rumah tangga dibakar.

9. Riwayat Kebiasaan Keluarga

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat minum kopi : Ayah (+), Ibu (-)

- Riwayat minum alkohol : disangkal

- Riwayat olah raga : jarang olahraga

- Riwayat pengisian waktu luang : menonton tv di rumah, bermain

dengan kakak dan ibu di rumah.

10. Riwayat Gizi

Riwayat gizi An. AL kesan cukup. Sehari-hari An. AL minum ASI

dan makan nasi tim serta sayur, dan keluarga makan dengan lauk pauk

Page 6: la psus Anak Arif

6

yang dimasak dirumah dengan menu tahu, tempe, ayam, daging, telur dan

sayur-sayur. An. AL sesekali mengkonsumsi buah.

2.3 ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : anemis (-), sianosis (-)

2. Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam, tidak mudah dicabut, ubun-

ubun tidak cekung.

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-/-), penglihatan

kabur (-/-)

4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-)

5. Telinga : Tidak ada kelainan

6. Mulut : Mulut tidak kering, lidah kotor (-), sianosis (-)

7. Tenggorokan : nyeri menelan (-), suara serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (+)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : nafsu makan menurun (+) muntah (-), mual (-),

nyeri perut (-)

11. Genitourinaria :BAK normal

12. Neurologik : kejang (-), lumpuh (-),kaki kesemutan (-/-)

13. Psikiatri : emosi stabil

14. Muskuloskeletal: kaku sendi (-),nyeri otot (-)

15. Ekstremitas :

Atas kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )

Atas kiri : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )

Page 7: la psus Anak Arif

7

Bawah kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )

Bawah kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )

2.4 PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : tampak lemas

2. Kesadaran :compos mentis dengan GCS (4 5 6)

3. Tanda Vital (24 januari)

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit regular, isi cukup, simetris

Pernafasan : 45 x/menit

Suhu : 370c

4. Antropometri :

BB : 7,6 Kg

TB : 74 cm

BB/U : 5,7/ 5 x 100% = 114 %

TB/U : 57/57 x 100% = 95,36 %

BB/TB : 7,6/8,5 x 100% = 114 %

Kesan : gizi baik

5. Kulit : coklat, turgor baik, sianosis (-)

6. Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam, tidak mudah dicabut, ubun-

ubun tidak cekung.

7. Mata :mata cowong (-/-), sklera putih (+/+), konjunctiva merah muda

(+/+), pupil isokor (+/+), penglihatan kabur (-/-)

8. Hidung : rinorrhea (-/-)

Page 8: la psus Anak Arif

8

9. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis (-/-), bibir berdarah (-/-)

10. Telinga : ottorhea (-/-)

11. Leher : lesi kulit (-)

12. Toraks :

Paru Inspeksi : normochest, retraksi epigastrium

(+)

Palpasi : fremitus sukar dinilai

Perkusi : sonor kiri = kanan

Auskultasi : bronkovesikuler, rhonki basah halus

nyaring di kedua lapangan paru, ekspirasi

memanjang

wheezing ronki

Cor:

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus terapa pada LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung sukar dinilai

Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada.

13. Abdomen :

Inspeksi : sejajar dinding dada, venektasi (-),bekas jahitan (-)

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor baik, massa (-)

- -

- -

- -

+ +

+ +

+ +

Page 9: la psus Anak Arif

9

Perkusi : timpani seluruh lapangan perut

Auskultasi: peristaltik (+) normal, bising usus (+) normal

14. Ekstremitas : palmar eritem (-)

Akral dingin

- -

- -

Oedem

- -

- -

15. Pemeriksaan neurologik :

Kesadaran : compos mentis

Fungsi luhur : baik

Fungsi vegetatif : baik

2.5 DDx :

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan

DDx :

Bronkitis

Bronkopneumonia

Pneumonia

Page 10: la psus Anak Arif

10

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah lengkap

Jumlah sel darah :

Hb : 10,7 g/dL

Ht : 33,5 %

Leukosit : 7,81 ribu/µL

Trombosit: 482 ribu/µL (+)

Eritrosit : 4,3 juta/mm3

PDW : 10,3 fL

MPV : 7,17 fL (-)

PCT : 0.3%

LED : -

Index :

MCV : 78,1 fL

MCH : 25,0 pg

MCHC : 32 %

Diff.Count

Basofil 0,4

Eosinofil 0,4

Limfosit 27,8

Monosit –

Netrofil –

Serologi

CRP 96 (+)

Page 11: la psus Anak Arif

11

2. Rontgen PA Thorax

Tampak infiltrat dan konsolidsi di kedua sisi pulmo supra dan infrahillar

2.7 Resume

Pasien datang di UGD RSI diantar oleh orangtuanya setelah pasien

sesak selama 3 hari dan batuk yang tidak kunjung sembuh. Pasien juga

mengalami demam.

Pada pemeriksaan hematologi didapatkan peningkatan trombosit dan

pada foto rontgen PA thorax ditemukan tampak infiltrat dan konsolidsi di

kedua sisi pulmo supra dan infrahilar.

2.8 WDX

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang didapatkan working diagnosa pada An. AL adalah Pneumonia.

2.9 PENATALAKSANAAN

Farmakologi :

o Oksigen nasal kanul 2 L/menit

Indikasi : sesak nafas, mempertahankan oksigenasi jaringan

o IVFD CI:4 10 tpm

Indikasi : maintenance

o Nebul combiven ½ + NS 1 cc + aquabidest 1 cc

Indikasi : memperlonggar jalan nafas

o Kalmetason 3 x 1 mg

Indikasi : Peradangan, inflamasi, keadan alergi dan penyakit lain

yang memerlukan terapi glukokortikoid

Kontra indikasi : Herpes simplek okular

Page 12: la psus Anak Arif

12

o Merosan 3 x 80 mg

Indikasi : Pneumonia dan nosocomial pneumonia

Kontra indikasi : Hipersensitivitas

o Mikasin 80 mg

Indikasi :

Efek samping :

Non farmakologi :

o Bed Rest

2.10 FOLLOW UP

Tanggal 2 4 Januari 2014

S : Batuk(+), sesak (+)

O : Tanda vital: Kesadaran : compos mentis dengan GCS 456

T: 120/80 mmHg

N: 120 x/menit

RR : 45x/menit

Tax : 37oC

Status generalis : dalam batas normal

A : Bronkopneumonia

P : infuse NS 14 tpm, O2nasal kanul 2 L/menit, inj. Merosan 80 mg,

inj. Kalmethason 1 mg, inj. Mikasin 80 mg, Nebulizer.

Rencana pemeriksaan Foto rontgen PA

Tanggal 25 Januari 2014

S : sesak turun, batuk

O : Tanda vital: Kesadaran : compos mentis dengan GCS 456

Page 13: la psus Anak Arif

13

T: 120/80 mmHg

N: 110 x/menit

RR : 30x/menit

Tax : 37oC

A : Pneumonia (Thorax PA positif)

P : : infuse NS 14 tpm, O2nasal kanul 2 L/menit, inj. Merosan 80 mg,

inj. Kalmethason 1 mg, inj. Mikasin 80 mg, Nebulizer. PO syr

racikan.

Tanggal 26 Januari 2014

S : Batuk(+)

O : Tanda vital: Kesadaran : compos mentis dengan GCS 456

T: 120/80 mmHg

N: 110 x/menit

RR : 24x/menit

Tax : 36oC

Status generalis : dalam batas normal

A : Pneumonia

P : infuse NS 14 tpm, inj. Merosan 80 mg, inj. Kalmethason 1 mg,

inj. Mikasin 80 mg, Nebulizer.

Rencana pemeriksaan DL dan CRP

Tanggal 27 Januari 2014

S :

O : Tanda vital: Kesadaran : compos mentis dengan GCS 456

T: 120/80 mmHg

Page 14: la psus Anak Arif

14

N: 112 x/menit

RR : 24x/menit

Tax : 36oC

A : Pneumonia (recovery CRP negatif)

P : : infuse NS 14 tpm, O2nasal kanul 2 L/menit, inj. Merosan 80 mg,

inj. Kalmethason 1 mg, inj. Mikasin 80 mg, PO syr racikan.

Pasien boleh pulang

2.11 FLOW SHEET

No Tanggal S O A P

1. 24/1/14 Batuk(+),

sesak (+).

Tanda vital:

KU : compos mentis, GCS 456

T: 120/80 mmHg

N: 120 x/menit

RR : 45x/menit

Tax : 37oC

Status generalis : dalam batas

normal

Bronkopneumo

nia

infuse NS 14 tpm

O2nasal kanul 2

L/menit

inj. Merosan 80 mg,

inj.

Kalmethason 1 mg,

inj.

Mikasin 80 mg,

Nebulizer.

Rencana pemeriksaan

Foto rontgen PA

2. 25/1/14 Batuk(+),

sesak turun.

Tanda vital:

KU : compos mentis, GCS 456

T: 120/80 mmHg

N: 110 x/menit

RR : 30x/menit

Tax : 36,5oC

Status generalis : dalam batas

normal

Pneumonia

(Rontgen

Thorax positif)

infuse NS 14 tpm

O2nasal kanul 2

L/menit

inj. Merosan 80 mg,

inj. Kalmethason 1

mg

inj.Mikasin 80 mg,

Nebulizer.

Page 15: la psus Anak Arif

15

3 26/1/14 Batuk(+),

sesak turun.

Tanda vital:

KU : compos mentis, GCS 456

T: 120/80 mmHg

N: 110 x/menit

RR : 24x/menit

Tax : 36oC

Status generalis : dalam batas

normal

Pneumonia infuse NS 14 tpm

inj. Merosan 80 mg,

inj. Kalmethason 1

mg

inj. Mikasin 80 mg,

Nebulizer.

4 27/1/14 Tanda vital:

KU : compos mentis, GCS 456

T: 120/80 mmHg

N: 100 x/menit

RR : 24x/menit

Tax : 36oC

Status generalis : dalam batas

normal

Pneumonia

(Recovery CRP

negatif)

infuse NS 14 tpm

inj. Merosan 80 mg,

inj. Kalmethason 1

mg

inj. Mikasin 80 mg,

PO syr

BAB III

IDENTIFIKASI KELUARGA

3.1 DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Pasien : An. AL

Nama kepala keluarga: Tn. A

Alamat lengkap : Tlogojoyo

Page 16: la psus Anak Arif

16

Bentuk Keluarga : Nuclear family

No Nama Status L/P Umur Pendidikan

Terakhir

Pekerjaan Pasien

Klinik

Ket

1. Tn. A Menikah L 45 tahun SMA Wiraswasta - Kepala

keluarga

2. Ny. N Menikah P 43 tahun SMA IRT - Ibu

3. An. P Belum

Menikah

P 3 tahun - - - Anak

4. An. AL Belum

Menikah

P 12 bulN - - Pasien RSI Anak

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

Kesimpulan:

Keluarga An. AL adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang dan tinggal

dalam satu rumah. An. AL merupakan anak kedua dari Tn. A dan Ny. N yang

tinggal dalam satu rumah.

3.2 FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

An. AL sebagai pasien dengan diagnosis Pneumonia

2. Fungsi Psikologis

An. AL tinggal dengan kedua orangtuanya dalam satu rumah.

Hubungan An. AL dengan keluarga baik dan saling memperhatikan. Ibu

Page 17: la psus Anak Arif

17

pasien langsung membawa pasien ke IGD RSI setelah batuknya diobati

tidak sembuh sembuh dan sesak semakin berat.

3. Fungsi Sosial

An. AL adalah anak kedua dari 2 bersaudara. keluarga tidak

mempunyai kedudukan sosial tertentu baik dalam masyarakat sekitar.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua An. AL sendiri. Pola

makan pasien sehari-hari cukup baik masih ASI dan diberi makanan

pendamping ASI.

Kesimpulan

Dari seluruh poin dapat disimpulkan bahwa An. AL 14 bulan

dengan diagnosis pneumonia. Dari fungsi sosial dan ekonomi cukup baik.

3.3 FUNGSI FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS

Fungsi fisiologis dinilai menggunakan APGAR score. APGAR

score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau

dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan

anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota

keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota

keluarga yang lain.

2. Partnership

Page 18: la psus Anak Arif

18

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara

anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga

tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang

dilakukan anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota

keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan

waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup

dan 8-10 adalah baik.

Tabel 5.1 APGAR score

APGAR Tn. AD Terhadap Keluarga Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerimadan mendukung keinginan saya

Page 19: la psus Anak Arif

19

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan carakeluarga saya dansaya

membagi waktu bersama-sama

APGAR score Tn. A=10

Untuk Tn. A APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Tn. A selalu

membahas dengan keluarga.

Score : 2

Partnership : Komunikasi dengan keluarga terjalin baik.

Score : 2

Growth : Tn. A sering berdiskusi bersama dengan keluarga untuk

menentukan keputusan

Score : 2

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara penghuni rumah terjalin

baik

Score : 2

Resolve : Tn. A sering kumpul, makan, dan keluar bersama dengan

keluarga.

Score : 2

Page 20: la psus Anak Arif

20

Tabel 5.2 APGAR score

APGAR Ny. N Terhadap Keluarga Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerimadan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan carakeluarga saya dansaya

membagi waktu bersama-sama

APGAR score Ny. N=10

Untuk Ny. N APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Ny. N selalu

membahas dengan keluarga.

Score : 2

Partnership : Komunikasi antara Ny. N dengan keluarga terjalin baik.

Score : 2

Page 21: la psus Anak Arif

21

Growth : Ny. N sering berdiskusi bersama dengan keluarga untuk

menentukan keputusan

Score : 2

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara penghuni rumah terjalin

baik

Score : 2

Resolve : Ny. N sering kumpul, makan, dan keluar bersama dengan

keluarga.

Score : 2

Tabel 5.3 APGAR score

APGAR An. P Terhadap Keluarga Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerimadan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

Page 22: la psus Anak Arif

22

R Saya puas dengan carakeluarga saya dansaya

membagi waktu bersama-sama

APGAR score An. P=10

Untuk An. AL APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, An. P selalu

membahas dengan keluarga.

Score : 2

Partnership : Komunikasi antara An. P dengan keluarga terjalin baik.

Score : 2

Growth : An. P sering berdiskusi bersama dengan keluarga untuk

menentukan keputusan

Score : 2

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara penghuni rumah terjalin

baik

Score : 2

Resolve : An. P sering kumpul, makan, dan keluar bersama dengan

keluarga.

Score : 2

Tabel 5.3 APGAR score

APGAR An. AL Terhadap Keluarga Sering/

selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

Page 23: la psus Anak Arif

23

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerimadan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan carakeluarga saya dansaya

membagi waktu bersama-sama

APGAR score An. AL=10

Untuk An. AL APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, An. AL selalu

membahas dengan keluarga.

Score : 2

Partnership : Komunikasi antara An. AL dengan keluarga terjalin baik.

Score : 2

Growth : An. AL sering berdiskusi bersama dengan keluarga untuk

menentukan keputusan

Score : 2

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara penghuni rumah terjalin

baik

Score : 2

Page 24: la psus Anak Arif

24

Resolve : An. AL sering kumpul, makan, dan keluar bersama dengan

keluarga.

Score : 2

APGAR score keluarga An. AL = (10+10+10+10) : 4 = 10

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga An. AL baik.

Fungsi patologis dari keluarga An. AL dinilai dengan menggunakan alat

S.C.R.E.E.M sebagai berikut.

Tabel 5.4 SCREEM keluarga penderita

Sumber Patologis

Social Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -

Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -

ReligiousPemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian

juga dalam ketaatannya dalam beribadah.

-

Economic Penghasilan keluarga relatif cukup -

EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini

cukup. -

Medical

Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga An. AL

ke praktek dokter umum atau RS -

Kesimpulan

Keluarga An. AL tidak memiliki fungsi patologis.

3.4 GENOGRAM KELUARGA

Bentuk keluarga An. AL adalah Nuclear family

Page 25: la psus Anak Arif

25

Keterangan :

: Laki-laki ? : Tidak diketahui identitasnya

: Perempuan : Garis keturunan

: Pasien : Garis perkawinan

---------- : Tinggal serumah

3.5 INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Keterangan : hubungan baik

Tn.? (?) Ny. ? (?)

Tn. ? (?) Ny. N (26 th) Tn. A (33th)

An, AL (14bln)

Tn.? (?) Ny. ? (?)

Ny. ? (?)Tn. ? (?)

An. P(3th)

Tn. A

An. AL

Ny. N

An. AP

Page 26: la psus Anak Arif

26

Kesimpulan :

Hubungan antara An. AL dengan keluarga baik dan dekat. Dalam keluarga

ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar keluarga.

3.6 IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU

KELUARGA

A. Faktor Perilaku Keluarga

Pengetahuan

An. AL dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang

kesehatan. Tetapi keluarga pasien tidak terlalu paham terhadap

penyakit pasien sekarang ini.

Sikap

An. AL dan keluarga sangat perduli terhadap kesehatan penderita.

Ketika pasien MRS keluarga pasien bergantian menjaga pasien di

rumah sakit.

Tindakan

Keluarga selalu mengantarkan pasien untuk berobat. Ketika pasien

kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, orang tua selalu

membantu.

B. Faktor Non Perilaku

Identifikasi Lingkungan Rumah

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan

rumah tetangganya. Terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang

keluarga yang terdapat TV, satu dapur, dan 1 kamar mandi. Saluran

Page 27: la psus Anak Arif

27

jamban memiliki septic tank. Secara keseluruhan kebersihan rumah

sudah cukup.

Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan termasuk praktek dokter, apotek dan

sebagainya masih dapat di jangkau dengan mudah oleh keluarga An.

AL. Jika salah satu anggota keluarga ada yang yang sakit biasanya

pergi berobat ke puskesmas. Dan bila dirasa sakitnya parah mereka

membawa ke dokter atau RS untuk mendapatkan perawatan yang

lebih baik.

Keturunan

Dalam keluarga An. AL tidak didapatkan penyakit turunan.

Kesimpulan :

Lingkungan rumah memenuhi syarat kesehatan dan memiliki

pengetahuan yang kurang terhadap kondisi An. AL sekarang.

Page 28: la psus Anak Arif

28

Diagram faktor perilaku dan non perilaku

Ket: : Faktor Perilaku

:Faktor Non-perilaku

Denah rumah An. AL

DAPUR

Pengetahuan : keluarga pasien kurang paham terhadap penyakit pasien.

Sikap : Keluarga pasien sangat perduli terhadap kondisi pasien.

Tindakan : Ketika pasien kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, orang tua selalu membantu.

Penyakit keturunan : keluarga An. AL tidak

memiliki riwayat penyakit keturunan.

Lingkungan : lingkungan rmah keluarga An. AL cukup memenuhi syarat kesehatan

An. AL(Pneumoni

a)

Bila sakit berobat ke puskesmas, dokter

praktek/RS.

Kamar Tidur

Kamar Tidur R. TAMU

R. Keluarga

Kamar

Mandi

Page 29: la psus Anak Arif

29

3.7 DAFTAR MASALAH

A. Masalah medis :

An. AL menderita bronkopneumonia.

B. Masalah non medis :

C. Diagram Permasalahan Pasien

Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien.

An. AL

Keluarga khawatir dengan penyakit AN. AL bertambah parah.

Page 30: la psus Anak Arif

30

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Anatomi Sistem Respirasi

Gambar 1. Sistem Respirasi

a. Hidung

Hidung merupakan bagian paling atas dari alat pernapasan dan merupakan

alat pernapasan paling awal yang dilalui udara. Di hidung terdapat saraf-saraf

penciuman. Rongga hidung berhubungan dengan rongga mulut udara masuk ke

dalam rongga hidungdan melalui lubang hidung. Rongga hidung memiliki tiga

fungsi utama yaitu:

Memanaskan udara

Pada rongga hidung terdapat suatu struktur yang disebut concha. Permukaan

concha ini diliputi banyak pembuluh darah kapiler, sehingga suhunya selalu

hangat. Udara yang menuju paru-paru bila melaluinya akan dihangatkan.

 Menyaring udara.

Page 31: la psus Anak Arif

31

Mencegah pemasukan gas-gas yang membahayakan ke dalam paru-paru. Hal ini

dimungkinkan oleh adanya indra pembau pada hidung, sehingga jika tercium bau

gas yang tidak enak merupakan petunjuk agar hidung ditutup. GasCO yang tidak

berbau akan lolos dari penyaringan ini, sehingga dapat menimbulkan kematian.

Mencegah masuknya debu-debu yang terkandung di dalam udara. Hal ini

dimungkinkan oleh adanya rambut-rambut halus disebut silia, yang meliputi

selaput mukosa hidung. Ketika dilalui udara silia bergerak menggelombang.

Melembabkan udara

Keadaan selaput mukosa hidung selalu lembab dan selalu memberikan sebagian

kelembapannya untuk udara yang terisap masuk. Oleh karena itu, udara akan

menjadi lembab dan hangat sebelum masuk  paru-paru.

b. Laring

Pada bagian ujung belakang rongga hidung terdapat daerah yang disebut

faring (tekak). Faring merupakan lanjutan dari saluran hidung yang meneruskan

udara ke laring. Laring terdiri dari lempengan-lempengan tulang rawan. dan

tulang-tulang rawan pembentuk jakun. Apabila kita perhatikan bagian leher pada

laki-laki dewasa akan tampak adanya tonjolan jakun ini. Sebenarnya jakun tidak

hanya milik laki-laki saja, wanita pun memilikinya, hanya saja jakun pada wanita

tidak menonjol seperti milik laki-laki. Jakun tersusun dari katup pangkal

tenggorok, perisai tulang rawan, serta gelang-gelang tulang rawan. Pada laring

juga terdapat selaput suara yang akan bergetar jika ada udara yang melaluinya,

misalnya pada saat berbicara. Laring memiliki katup yang disebut epiglotis (anak

tekak). Epiglotis selalu dalam keadaan terbuka, dan hanya menutup jika ada

Page 32: la psus Anak Arif

32

makanan yang masuk ke kerongkongan.Bagian dalam dindingnya digerakkan oleh

otot untuk menutup serta membuka glotis. Glotis adalah lubang mirip celah yang

menghubungkan trakea dengan faring.

c. Tracea

Batang tengorok atau trakeamerupakan saluran pernapasan yang memanjang

dari pangkal rongga mulut sampai dengan rongga dada. Trakea berbentuk pipa

tersusun dari cincin-cincin tulang rawan terletak di depan kerongkongan. Trakea

menghubungkan rongga hidung maupun rongga mulut dengan paru-paru. Maka,

di samping melalui hidung, udara pernapasan dapat juga diambil melalui mulut.

Batang tenggorok selalu dalam keadaan terbuka sehingga proses

pernapasan dapat dilakukan setiap saat.. Bagian dalam trakea licin dilapisi oleh

selaput lendir dan mempunyai lapisan yang terdiri dari sel-sel bersilia. Lapisan

bersilia ini berfungsi untuk menahan debu atau kotoran dalam udara agar tidak

masuk ke dalam paru-paru. Apabila udara yang masuk itu kotor dan tidak dapat

disaring seluruhnya serta mengandung bakteri atau virus, akan mengakibatkan

infeksi radang tenggorokan dan mengganggu jalannya pernapasan.

a. Bronkus

Bronkus merupakan bagian yang menghubungkan paru-paru dengan trakea.

Bronkus terdapat di paru-paru kanan dan kiri. Cabang brokus ke kiri lebih

mendatar bila dibandingkan dengan cabang bronkus ke kanan. Hal ini merupakan

penyebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah diserang penyakit dibanding

paru-paru kiri. Setiap bronkus terdiri dari lempengan tulang rawan dan dindingnya

Page 33: la psus Anak Arif

33

terdiri dari otot halus. Bronkus bercabang-cabang lagi disebut bronkiolus. Dinding

bronkiolus tipis dan tidak bertulang rawan.

b. Pulmo

Paru-paru adalah alat respirasi terletak antara rongga dada dan

diafragma.Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada

dan rongga perut. Selain sebagai pembatas, otot diafragma berperan aktif dalam

proses pernapasan. Paru-paru diselubungi oleh selaput elastis yang disebut pleura.

Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kiri dan paru-paru kanan.

Paru-paru kiri terdiri dari dua gelambir, sedangkan paru-paru kanan terdiri dari

tiga gelambir. Di dalam paru-paru terdapat bronkus dan bronkiolus. Bronkiolus

paru-paru bercabang-cabang lagi membentuk pembuluh-pembuluh halus.

Pembuluh-pembuluh halus ini berakhir pada gelembung-gelembung halus mirip

buah anggur yang berisi udara yang disebut alveolus. (alveoli = jamak). Yang

jumlahnya kira-kira mencapai 300.000.000 alveoli dengan luas permukaan

seluruhnya apabila direntangkan sekitar 80 meter persegi. Alveolus sangat tipis,

namun elastis dan mengandung kapiler-kapiler darah yang membentuk jaring-

jaring.

4.2 Fisiologi Sistem Respirasi

Proses bernapas pada manusia dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar.

Bernapas secara sadar terjadi jika kita melakukan pengaturan-pengaturan saat

pernapasan, misalnya pada saat latihan dengan cara menarik napas panjang,

kemudian menahannya beberapa saat, serta mengeluarkannya. Bernapas secara

Page 34: la psus Anak Arif

34

tidak sadar, yaitu respirasi yang dilakukan tanpa perintah otak, misalnya pada saat

kita tidur nyenyak pun kita melakukan pernapasan.

Bernapas adalah pengambilan udara pernapasan masuk kedalam paru-paru

(inspirasi) dan pengeluarannya (ekspirasi). Inspirasi dan ekspirasi ini

berlangsnglima belas sampai delapan belas kali setiap menit. Proses tersebut

diatur oleh otot-otot diafragma dan otot antar tulang rusuk. Kerja otot-otot

tersebutlah yang dapat mengatur volume ruang dada, memperbesar ataupun

memperkecil menurut kehendak kita

Proses bernapas selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi dan ekspirasi.

Berdasarkan cara melakukan inspirasi dan ekspirasi serta tempat terjadinya,

manusia dapat melakukan dua mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan

pernapasan perut.

a. Pernapasan Dada

Pernapasan dada disebut juga pernapasan tulang rusuk. Proses inspirasi

diawali dengan berkontraksinya otot antar tulang rusuk, menyebabkan

terangkatnya tulang rusuk. Keadaan ini menyebabkan rongga dada membesar

sehingga tekanan udara di dalam dada menurun dan paru-paru mengembang.

Paru-paru yang mengembang menyebabkan tekanan udara rongga paru-paru

menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Dengan demikian udara dari luar

masuk ke dalam paru-paru. Sebaliknya proses ekspirasi berlangsung pada saat

otot antar tulang rusuk berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan

ini mengakibatkan rongga dada menyempit, sehingga tekanan udara dalam rongga

dada meningkat dan paru-paru mengecil. Paru-paru yang mengecil menyebabkan

Page 35: la psus Anak Arif

35

tekanan udara dalam rongga paru-paru menjadi lebih tinggi dibanding tekanan

udara luar, sehingga udara keluar dari paru-paru.

b. Pernapasan Perut

Mekanisme proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan

berkontraksinya otot diafragma, sehingga diafragma yang semula melengkung

berubah menjadi datar. Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga

dada dan paru-paru mengembang. Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru

menyebabkan udara dari luar masuk ke paru-paru. Proses ekspirasi terjadi pada

saat otot diafragma berelaksasi, sehingga diafragma kembali melengkung.

Keadaan melengkungnya diafragma mengakibatkan rongga dada dan paru-paru

mengempis, tekanan udara dalam paru-paru naik, maka udara keluar dari paru-

paru.

4.3 Definisi

Pneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa

lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang

disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

4.4 Epidemiologi

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak

di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di

Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada

anak di bawah umur 2 tahun.

Page 36: la psus Anak Arif

36

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam

bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah

maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia

merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7

di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam.

Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat

penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia

dan influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per

1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi

pada orang dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika

adalah 10 %.Di Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya

ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu

beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat

menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal

pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.Hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati

urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP

Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58 %

diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus

nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 %

diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 %

kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr.

Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan

Page 37: la psus Anak Arif

37

angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat

keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.

4.5 Etiologi

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada

perbedan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi,

gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab

pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan anak yang lebih besar.

1. Faktor infeksi

a. Infeksi bakteri

Diplococcus Pneumoniae

Pneumococcus

Streptococcus Pneumoniae

Staphylococcus Aureus

Merupakan bakteri penyebab bronkopneumonia pada bayi dan anak-

anak berumur muda, yang berat, serius dan sangat progresif dengan

mortalitas tinggi.

Eschericia Coli

b. Infeksi Virus

Respiratory Syncytial Virus, Virus Sitomegalo, Virus Influenza, Virus

Parainfluenza 1,2,3, Virus Adeno, Virus Rino, Virus Epstein-Barr

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jaang

Bakteri Bakteri

Page 38: la psus Anak Arif

38

Lahir – 20 hari

E.colli

Sreptococcus group B

Listeria Monocytogenes

Bakteri anaerob

Streptococcus group D

Haemophillus influenza

Streptococcus

pneumoniae

Ureaplasma urealyticum

Virus

Virus Sitomegalo

Virus Herpes simpleks

3 minggu – 3 bulan

Bakteri

Virus

Virus Adeno

Virus Influenza

Virus Parainfluenza

1,2,3

Repiratory Syncytial

virus

Bakteri

Bordetella pertussis

Hamophillus influenza

tipe B

Moraxella catharallis

Staphylococcus aureus

Ureaplasma urealyticum

Virus

Virus Sitomegalo

Bakteri

Chlamydia trachomatis

Bakteri

Hamophillus influenza

Page 39: la psus Anak Arif

39

4 bulan - 5 tahun

Mycoplasma

pneumoniae

Streptococcus

pneumoniae

Virus

Virus adeno

Virus influenza

Virus parainfluenza

Virus rino

Repiratory Syncytial

virus

tipe B

Moraxella catharallis

Neisseria meningitidis

Staphylococcus aureus

Virus

Virus varisella zoster

5 tahun – remaja

Bakteri

Chlamydia trachomatis

Mycoplasma

pneumoniae

Streptococcus

pneumoniae

Bakteri

Hamophillus influenza

tipe B

Legionella sp

Staphylococcus aureus

Virus

Virus adeno

Virus Epstein Barr

Virus influenza

Virus parainfluenza

Page 40: la psus Anak Arif

40

Virus rino

Repiratory Syncytial virus

Virus varisella zoster

4.5 Patogenesis

Dalam keadaan sehat, paru-paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan

paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru-paru merupakan ketidakseimbangan

antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak

dan berakibat timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke

dalam saluran nafas dan paru-paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :

1. Inhalasi langsung dari udara

2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

4. Penyebaran secara hematogen

Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui

jalan nafas sampai ke bronkus, bronkiolus dan alveoli yang menyebabkan

radang pada jaringan sekitarnya.1,10

Mikroorganisme yang terinhalasi ke dalam saluran nafas akan

menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas yang dapat menimbulkan

gejala-gejala seperti batuk, pilek, dan demam ringan.

Apabila hal ini tidak diobati dengan segera dan sistem imun tubuh

sedang menurun maka infeksi akan berlanjut ke saluran nafas bawah. Hal ini

akan direspon dengan mengaktivasi silia dan mengeluarkan sekresi mukus

Page 41: la psus Anak Arif

41

untuk mengeluarkan benda asing yang masuk. Hal inilah yang menyebabkan

terjadinya batuk produktif pada penderita bronkopneumonia.

Selain itu, mikroorganisme yang difagosit oleh makrofag akan

mengeluarkan sitokin berupa interleukin-1 (IL-1) yang mengakibatkan

hipotalamus menginduksi pelepasan prostaglandin E-2 (PGE-2) yang akan

menaikkan set point. Hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya

demam.1,10

Selanjutnya, timbul edema yang merupakan reaksi jaringan yang akan

mempermudah proliferasi kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang

terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel polimorfo nuklear

(PMN), fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli.

Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Kemudian, deposisin fibrin

akan semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan

terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi

kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag mengalami peningkatan di alveoli, sel

akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.

Stadium ini disebut stadium resolusi. Namun, sistem bronkopulmoner

jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.9

Stadium

1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)

Kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat

jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa netrofil dan makrofag.

2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)

Page 42: la psus Anak Arif

42

Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung

udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam

alveolus didapatkan fibrin, leukosit, neutrofil, eksudat dan banyak sekali

eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.

3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)

Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu.

Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin

dan leuksoit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus. Kapiler tidak lagi

kongestif.

4. Stadium resolusi (7-12 hari)

Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit

mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan

menghilang. Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari

pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan

distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotik urutan stadium

khas ini tidak terlihat.

4.6 Manifestasi Klinis

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara

ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil

yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga

memerlukan perawatan di RS.

Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada

anak adalah imaturitas anatomikdan imunologik, mikroorganisme penyebab yang

Page 43: la psus Anak Arif

43

luas, gejala klinik yang kadang – kadang tidak khas terutama pada bayi,

terbatasnya penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi non infeksi yang

relatif lebih sering, dan faktor patogenesis.

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat

ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:

Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,

penurunan afsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mutah atau diare;

kadang – kadang ditemukan geala infeksi ekstrapulmoner.

Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada,

takipnea, nafas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda kliis seperti pekak perkusi,

suara nafas melemah, dan ronkhi. Akan tetapi pada neonatus dan bai kecil gejala

dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi

dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

1. Pneumonia pada Neonatus dan Bayi Kecil

Pneumonia pada neonatus sering kali terjadi akibat transmisis vertikal

ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi terjadi akibat

kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium,

cairan amnion, atau dari servix ibu. Infeksi dapat berasal dari kimtaminasi dengan

sumber infeksi dari RS (hospital-acquired pneumoni ). Disamping itu dapat

terjadi akibat kontaminasi dengansumber infeksi dari masyarakat ( community-

acquired pneumonia).

Page 44: la psus Anak Arif

44

Gambaran pneumonia pada neonatus dan bayi kecil tidak khas, mencakup

serangan apnea, sianosis, merintih, nafas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah,

tidak mau minum, takikardi atau bradikardi, retraksi subkosta, dan demam. Ada

bayi BBLR sering terjadi hipotermi. Gambaran klinis tersebut sulit dibedakan

antara sepsis dan meningitis. Sepsis pada pneumonia neonatus dan bayi kecil

sering ditemukan sebelum 48 jam pertama. Angka mortalitas sangat tiggi di

negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%. Angka kematian di Indonesia dan di

negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap

kemungkinan adanya pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berusia dibawah 2

bulan harus segera dirawat di RS.

infeksi oleh Chamydia trachomatis merupakan infeksi perinatl dan dapat

menyebabkan pneumonia pada bayi berusia dibawah 2 bulan. Umumnya bayi

mendapatkan infeksi dari ibu pada masa persalinan. Port d’entree infeksi meliputi

mata, nasofaring, saluran respiratori, dan vagina. Gejala timbul pada usia 4-12

minggu. Gejala umum ; gejala infeksi respiratori ringan-sedang, ditandai dengan

batuk-batuk stacatto ( inspirasi diantara setiap satu kali batuk ), kadang – kadang

disertai muntah, umumnya pasien tidak demam. Beberapa kasus infeksi

berkembang menjadi pneumonia berat ( sindrom pneumonitis ) dan memerlukan

perawatan. Gejala klinis meliputi ronki atau mengi, takipnea, dan sianosis.

Gambaran foto rontgen thoraks tidak khas, umumnya terlihat tanda—tanda

hiperinflasi bilateral dengan berbagai bentuk infiltrat difus, seperti infiltrat

iinterstisial, retikulonoduler, atelektasis, bronkopneumonia, dan gambarn milier.

Antibiotik pilihan adalah makrolid intravena.

Page 45: la psus Anak Arif

45

2. Pneumonia pada Balita dan Anak yang Lebih Besar.

Pada anak yang lebih besar dan remaja, Mycoplasma pneumonae

merupakan etiologi pneumonia atipik yang cuup signifikan. Keluhan meliputi

demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia, kadang – kadang keluhan

gastrointestinal. Secara klinis ditemukan gejala- gejala respiratori seperti takipnea,

retraksi subkosta, nafas cuping hidung, ronki dan sianosis. Anak besar dengan

pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena

nyeri dada. Ronki hanya ditemkan bila ada infiltrat alveolar. Retraksi dan takipnea

merupakan gejala pneumonia yang bermakna. Bila terjadi efusi pleura atau

empiema gerakan dada tertinggal di daerah efusi. Gaerakan dada juga akan

tergnggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi pleura bertambah,

sesak nafas akan semakin bertambah, tetapi nyeri pleura semakin berkurang dan

berubah menjadi nyeri tumpul.

Kadang – kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kann

bawah yang menimbulkan iritasi diafragma. Nyeri abdomen dapat menyebar ke

kuadran kanan bawah menyerupai apendisistis. Abdomen mengalami distensi

kibat dilatasi lambung yang disebabkan oleh aerofagi atau ileus paralitik. Hati

mungkin terba karena tertekan oleh difragma, atau memang membesar karena

terjadi gagal jantung kongestif sebagai komplikasi pneumonia.

4.7 Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis

Hal-hal yang dapat ditanyakan selama anamnesis meliputi9 :

Page 46: la psus Anak Arif

46

a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat,

umur orang tua, pendidikan dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama : sebagian besar balita penderita bronkopneumonia

dibawa karena sesak nafas.

c. Riwayat perjalanan penyakit :

Demam

Batuk dan pilek

Sesak nafas

d. Riwayat penyakit sebelumnya

e. Riwayat imunisasi

f. Riwayat makanan : ASI, PASI

g. Riwayat kontak dengan orang lain yang menderita penyakit tertentu

h. Riwayat berobat

2. Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi dapat dijumpai keadaan sebagai berikut9 :

a. Gelisah

b. Malaise

c. Merintih

d. Batuk

e. Sesak nafas

f. Nafas cuping hidung

g. Retraksi dada suprasternal, intercostal ataupun subcostal

h. Sianosis

Page 47: la psus Anak Arif

47

Sedangkan pada perkusi dan auskultasi bronkopneumonia dijumpai

ronki basah halus nyaring tersebar, pekak tidak nyata. Namun, perkusi dan

auskultasi dari bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisiknya tergantung

pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak

dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki

basah gelembung halus sampai sedang.1

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin

pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada

auskultasi terdengar mengeras.17

3. Pemeriksaan penunjang

1. Darah Perifer Lengkap

Pada pneumoia virus dan juga mikoplasma umumnya ditemukan

leukosit dalam baas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada

pneumonia bakteri didapatkan leukositosis ( 15.000 – 40.000/mm3 ).

Dengan prdominan PMN. Leukopenia ( < 5000/mm3 ) menunjukkan

prognosis yang buruk. Pada infeksi Chlamydia kadang – kadang ditemukan

eosinofilia. Pada efusi pleura didapatkan sel PMN pada cairan eksudat

berkisar 300-100.000/mm3, protein > 2,5 g/dl, dan glukosa relatigf lebih

rendah daripada glukosa darah. Kadang – kadang terdapat anemia ringan

dan LED yang meningkat. Secara umum hasil peneriksaan darah perifer

lengkap tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri secara

pasti.

Page 48: la psus Anak Arif

48

2. C- Reaktif Protein ( CRP )

CRP adalah suatu protein fase akut yang disisntesis oleh hepatosit.

Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara cepat

distimulasi oleh sitokin, terutama IL-6, IL-1 da TNF. Meskipun fungsi

pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan dalam opsonisasi

mikroorganisme atau sel rusak.

Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk

membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeki virus dan bakteri,

atau infeksi superfisialis atau profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah

pada infeksi virus atau infeksi superfisialis daripada profunda.

3. Uji Serologis

Uji serologik untuk mendateksi antigen dan antibodi pada infeksi

bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Secara

umum, ui serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi

bakteri tipik, namun bakteri atipik sepert Mycoplasma dan chlamydia

tampak peningkatan anibodi IgM dan IgG.

4. Pemeriksaan mikrobiologis

Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat iambil dari usap

tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, punksi pleura atau

aspirasi paru. Diagnosis dikatakan definitif apabila kuman ditemukan dari

darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.

Kultur darah jarang positif pada infeksi Mycoplasma dan Chlamydia.

Page 49: la psus Anak Arif

49

5. Pemeriksaan rontgen Thoraks

Secara umum gambaran oto thoraks terdiri dari :

a. Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan

bronkovaskuler, peribronchial cuffing dan hiperaerasi

b. Infiltrat alveoler, merupakan konsolidasi paru dengan air

bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus ( pneumonia

lobaris ), atau terlihat sebagai lei tunggal yang biasanya cukup

besar, berbentuk sferis, batas tidak terlalu tegas, menyerupai lesi

tumor paru, dikenal sebagai round pneumonia

c. Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada

kedua paru, berupa bercak – bercak infiltrat yang meluas hingga ke

daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan

peribronkial.

Gambaran radiologis pneumonia meliputi infiltrat ringan pada satu paru

hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada satu penelitian, ditemukan bahwa

lesi pneumonia pada anak terbanyak berada di paru kanan, terutama di lobus atas.

Bila ditemukan di pru kiri dan terbanyak di lbus bawah, hal itu merupakan

prediktor perjalanan penyakit yang lebih berat dengan resiko terjadinya pleuritis

lebih besar.

4.8 Pengobatan

Pengobatan bertujuan untuk mengeradikasi infeksi, menurunkan morbiditas

dan mencegah komplikasi.

Page 50: la psus Anak Arif

50

Pada bronkopneumonia, karena termasuk dalam gejala pneumonia berat maka

merupakan indikasi untuk dirawat di rumah sakit.

Pengobatan bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Pemberian antibiotika polifragmasi selama 10 - 15 hari, meliputi :

a. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis ditambah

klorampenikol dengan dosis :

Umur < 6 bulan : 25-50 mg/KgBB/hari

Umur > 6 bulan : 50-75 mg/KgBB/hari

Dosis dibagi dalam 3-4 dosis

b. Atau ampicillin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis ditambah

gentamisin dengan dosis 3-5 mg/KgBB/hari diberikan dalam 2 dosis

c. Pada penderita yang dicurigai resisten dengan obat tersebut

berdasarkan riwayat pemakaian obat sebelumnya, atau pneumonia

berat dengan tanda bahaya, atau tidak tampak perbaikan klinis dalam

3 hari, maka obat diganti dengan cephalosporin generasi ke-3 (dosis

tergantung jenis obat) atau penderita yang tadinya mendapat

kloramfenikol diganti dengan gentamisin dengan dosis 3-5

mg/kgBB/hr diberikan dalam 2 dosis.

2. Terapi cairan

Cairan IV desktrose 5 % ditambah NaCl 15 %

3. Tindak lanjut

a. Pengamatan rutin :

Page 51: la psus Anak Arif

51

Frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan vena, hepatomegali, tanda

asidosis, dan tanda komplikasi.

b. Indikasi pulang :

Bila tidak sesak dan intake adekuat.

4.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul jika tidak diobati dengan baik antara lain:

a. Atelektasis

Merupakan kondisi paru-paru yang mengerut baik sebagian atau

keseluruhan akibat penyumbatan saluran udara di bronkus atau brokiolus

oleh

b. Emfisema

Suatu keadaan paru dengan udara yang berlebihan sehingga

mengakibatkan pelebaran atau pecahnya alveolus.

c. Empiema

Keadaan terkumpulnya pus atau nanah dalam jaringan paru hingga rongga

paru.

d. Abses paru

Adanya suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent

berupa sel radang akibat prosesn nekrosis parenkim paru.

4.10Prognosis

Sembuh total bila didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas

lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein

dan datang terlambat untuk pengobatan.1

Page 52: la psus Anak Arif

52

BAB V

DASAR PENEGAKKAN DIAGNOSIS DAN

DASAR RENCANA PENATALAKSANAAN

5.1 DASAR PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Pasien An.AL datang ke ugd dengan keluhan sesak, dari hasil anamnesa

dikatakan bahwa pasien sesak sejak 3 hari yang laludan bertambah berat. Selain

px juga batuk kering tanpa dahak serta pasien demam. Pasien sudah diperiksakan

ke dokter namun tidak ada perbaikan kondisi, kemudian oleh orangtuaya pasien

dibawa ke IGD RSI. Bila dilihat dari aloanamnesa gejala pada pasien ini

ditemukan batuk kering, sesak dan nafas yg cepat (Takipnea), pada pemeriksaan

fisik didapatkan suara ronchi pada semua lapang paru. Kemudian pada

pemeriksaan Laboratorium didapatkan hasil positif tes CRP, serta pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya infiltrat dan konsolidasi di kedua lobus paru.

5.2 PENATALAKSANAAN

A. Terapi Farmakologi

1. CI 4

2. Infuse C1:4 1050 cc/24 jam

Indikasi

C1 : 4 (Dex 5% + Ns 0,225 % )

Digunakan untuk klien umur 1 bulan samapi 3 tahun dengan kasus non-

diare.

Rumus dosis maintenance cairan:

Page 53: la psus Anak Arif

53

Berat badan anak dibagi menjadi tiga bagian :

10 Kg  I = 100 cc

10 Kg  II = 50 cc

Terapi An.A:  

7,5 x 100 = 750 cc

Total Kebutuhan Cairan = 750 cc

(750 cc x 15 tetes) / 1440 menit = 8 tetes/menit

3. Oksigen

Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam

mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis

tujuan utama pemberian O2 adalah untuk mengatasi keadaan

hipoksemia. Syarat-syarat pemberian O2 meliputi : Konsentrasi O2

udara inspirasi dapat terkontrol, tidak terjadi penumpukan CO2,

mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, efisien dan ekonomis,

nyaman untuk pasien.

Kanula nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat

memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 – 6 L/menit dengan

konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal. Nasal kanul dapat

digunakan pada pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju

pernafasan teratur.

4. Kalmethason

Kalmethason berisi Dexamethasone adalah glukokortikoid.

digunakan terutama dalam pengobatan inflamasi dan kondisi alergi dan

penyakit lain yang responsif terhadap glucocorticoid.

Page 54: la psus Anak Arif

54

5. Merosan

6. Mikasin (Amikasin)

Injeksi Mikasin 2x80 mg/hari

Indikasi

Antibiotic golongan aminoglikosida merupakan antibakteri

broadspektrum yang aktif terhadap bakteri gram negative dan beberapa

bakteri gram positif. Digunakan untuk pengobatan jangka pendek infeksi

berat pada saluran nafas, tulang, sendi, susunan saraf pusat dan jaringan

lunak.

Kontra Indikasi

Penderita yang hipersensitif, penderita dengan riwayat reaksi toksik

serius terhadap aminoglikosida karena adanya sensitive silang obat

golongan lain.

Efek Samping

Ototoksisitas, neurotoksisitas, nefrotoksisitas, skin rash, sakit kepala,

parastesi, tremor, mual muntah, eosinifilia, arthralgia, anemia, hipotensi,

muscular paralisis, apneu.

Dosis

15 mg/KgBB/hari dibagi dalam 2 atau 3 dosis yang sama. Untuk

penderita dengan berat badan yang lebih berat dosis tidak boleh melebihi

1,5 gram/hari. Untuk bayi baru lahir dosis awal diberikan 10 mg/KgBB

selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 12 jam.

7. Mucohexin (Bromhexine HCl) 5 ml mengandung 4 mg

Page 55: la psus Anak Arif

55

Sirup Mucohexin 3x1 ctk

Indikasi

Merupakan obat batuk golongan ekspektoran yang bekerja

mengencerkan secret pada saluran pernafasan dengan jalan menghilangkan

serat-serat mukoprotein dan mukopolisakarida yang terdapat pasa sputum

sehingga mudah dikeluarkan.

Kontraindikasi

Pasiendengan gastritis, ulkus peptikum, dan ibu hamil.

Efek samping

Mual muntah, diare, dan gangguan pencernaan.

Dosis

Anak-anak : 5 ml, 3 x sehari

Dewasa : 10 ml, 3 x sehari

B. Terapi Non-farmakologi

1. Pasien disarankan tirah baring sembari mengevaluasi keadaan vital

sign pasien, dan untuk memulihkan keadaan pasien setelah terjatuh.

2. Menjaga diri dan lebih berhati-hati saat melakukan aktifitas selama

masa penyembuhan.

BAB VI

Page 56: la psus Anak Arif

56

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN HOLISTIK

Diagnosa holistik :

1. Segi Biologis

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,

didapatkan hasil bahwa An. AL (14 bulan) adalah penderita Pneumonia.

2. Segi Psikologis

Hubungan antara An. AL dengan keluarga baik, saling membantu jika

terkena masalah. Seperti halnya An. AL yang sedang MRS keluarga akan

bergantian untuk menjaganya.

1. Segi Sosial

Status ekonomi keluarga An. AL kesan baik.Keluarga An. AL merupakan

anggota masyarakat biasa dalam kemasyarakatannya dan sering mengikuti

kegiatan di lingkungannya.

6.2 SARAN KOMPREHENSIF

Keluarga An. AL perlu diberikan edukasi tentang cedera kepala ringan.

Mengenai penyebabnya, faktor resiko, terapi dan lain sebagainya.

a. Promotif

Jika makan diluar harus hati-hati

b. Rehabilitatif

DAFTAR PUSTAKA

Page 57: la psus Anak Arif

57

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak .

Infomedika . Jakarta. 2010; 11:1228-1233.

2. World Health Organization.Pneumonia Kills More Children Than Any Other Diseases;

2005. Available from : (http://www.who.int)

3. Ginting, Susi.. Pneumonia, Penyebab Kematian Balita Nomor Satu. Januari 2009.

Diunduh dari : (http://www.kematian.biz/pdf/article/health/pneumonia-penyebab-

kematian-balita-nomor-satu.pdf)

4. Saroso, Sulianti.. Pneumonia. Februari 2007.

Diunduh dari : (http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=48)

5. Muchtar D, Ridwan. Kendala Pernafasan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Cermin

Dunia Kedokteran. 1992; 80: 47-48.

6. Hidayat. Askep pada Anak dengan Bronkopneumonia; 2009.

Diunduh dari : (http://hanikamioji.wordpress.com)

7. World Health Organization. Reducing child deaths from pneumonia; 2009.

Available from : (http://www.who.int)

8. Yuwono, Djoko. Besaran Penyakit pada Balita di Indonesia; 2007.

Diunduh dari : (http://www.bmf.litbang.depkes.go.id)

9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Respirologi Anak. 2008; I : 350-365.

10. Behrman,Richard E, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan I. Jakarta:EGC. 2000.

p.883-889.