kumpulan hasil pleno modul 1
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
Perilaku merupakan factor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum: 1974). Oleh sebab itu, dalam rangka
membina dan meningkatkan kesehatan gigi masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan
kepada factor perilaku ini sangat strategis.
2.1. Teori Perubahan Perilaku Kesehatan
1. Teori Stimulus Organisme (SOR)
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya,
kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas kepemimpinan, dengan gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau
masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah
sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar
pada individu yang terdiri dari :
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif dalam
mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh
organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dai organisme (diterima) maka ia mengerti
stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya. (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut
mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus
(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat
melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan
organisme. Dalam meyakinkan organisme faktor reinforcement memegang peranan penting.
2. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung pada
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan.
Katz berasumsi bahwa :
a. Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi
pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka
ia akan berperilaku negatif.
b. Perilaku berfungsi sebagai “defence mechanism” atau sebagai pertahanan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya, dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya,
manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti. Dalam perannya dengan
tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan
tindakan sehari—hari tersebut seseorang melakukan keputusan-keputusan sehubungan
dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.
Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati
sanubari. Oleh sebab itu, perilaku dapat merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh
sebab itu, perilaku dapat merupakan layar di mana segala ungkapan diri orang dapat dilihat.
3. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)
Health belief model didasarkan atas 3 faktor esensial :
a. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan.
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
c. Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas
kesehatan. Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
Menganggap serius masalah
Yakin terhadap efektivitas pengobatan
Tidak mahal
Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh
dua hal pokok yaitu factor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
Factor pembawa (predisposing factor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan lain sebagainya.
Factor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
Factor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Faktor personal perilaku manusia :
1. Faktor biologis
DNA seseorang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari
kedua orang tuanya. Warisan biologis yang berupa DNA sedemikian pentingnya. Karena
menurut hasil pengamalan empiris bahwa DNA tidak hanya membawa warisan fisiologis
dari para generasi sebelumnya, tetapi juga membawa warisan perilaku dan kegiatan
manusia termasuk agama, kebudayaan, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa
perilaku atau kegiatan manusia dalam masyarakatnya merupakan warisan struktur
biologis dari orang tuanya atau yang menurunkannya. Fenomena ini dapat dijelaskan
factor biologis yang merupakan struktur DNA tertentu akan mendarong perilaku manusia
antara lain kebutuhan fisiologis yakni,makan,minum, dan seks.
2. Faktor sosio psikolosis
Faktor psikologis ini adalah factor internal yang sangat besar pengaruhnya
terhadap terjadinya perilaku. Secara lebih rinci factor-faktor psikologis adalah sebagai
berikut :
a. Sikap
Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-
psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak dan berpersepsi. Sikap
merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting) sebelum memberikan respon
konkret (Allport,1924). Beberapa karakteristik sikap :
- Sikap merupakan kecenderungan berpikir, berpersepsi, dan bertindak.
- Sikap mempunyai daya pendorong (motivasi)
- Sikap relative lebih menetap, dibanding emosi dan pikiran
- Sikap menandung aspek penilaian atau evaluasi terhadap objek,yang mempunyai
3 komponen,yakni komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
b. Emosi
Emosi disini berbeda dengan aspek emosional dalam komponen afektif
tersebut diatas menunjukkan keguncangaan organisme yang disertai oleh gejala-
gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis yang lain. Emosi yang kuat
disertai rangsangan fisiologis yang kuat pula : detak jantung, tekanan darah
pernafasan cepat,produksi adrenalin meningkat, dan sebagainya. Dalam perilaku
manusia, emosi mempunyai beberapa keuntungan dalam pengendalian perilaku,
antara lain :
- Sebagai pembangkit energy ( energizer )
- Pembawa informasi ( messeger )
- Sumber informasi tentang keberhasilan
c. Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari factor sosio-psikologis.
Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib , tetapi hanyalah
keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan sering dapat bersifat
rasional atau irrasional.
2.3. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
Menurut WHO, perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga:
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadiaan ilmiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadisuatu perubahan lingkungan fisik
social budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan
mengalami perubahan. Misalnya, Bu Ani apabila sakit kepala (pusing)membuat ramuan
daun-daunan yang ada di kebunnya. Tetapi karena perubahan kebutuhan hidup, maka daun-
daunan untuk obat tersebut diganti dengan tanaman-tanaman untuk bahan makanan. Maka
ketika ia sakit dengan tidak berpikir panjang lebar lagi Bu Ani berganti minum jamu buatan
pabrik yang dapat dibeli di warung.
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadai karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
Misalnya, Pak Anwar adalah perokok berat. Karena pada suatu saat ia terserang batuk yang
sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk mengurangi rokok sedikit demi sedikit,
dan akhirnya ia berhenti merokok sama sekali.
3. Kesediaan untuk Berubah (Readdiness to Changhe)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima
ioivasi atau perubahan tersebut (barubah perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat
lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini di sebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbeda-beda. Setiap orang
di dalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
meskipun kondisinya sama.
2.4. Strategi Perubahan Perilaku
a. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini, perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran atau masyarakat
sehingga ia mau melekukan seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh
misalnya dengan adanya peraturan perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh
masyarakat.
b. Pemberian Informasi
Dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara
pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan
meningkatkan pengetahuan masayarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya, dengan
pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya
menyebabkan orang berperilaku sesuia dengan pengetahuan yang dimilikinya.
c. Diskusi Partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua yang dalam memberikan
informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini, berarti
bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi tetapi juga aktif
berpartisipasi melalui diskusi tentang informasi yang diterima
2.5. Cara Menilai adanya Perubahan Perilaku
Adanya suatu perubahan perilaku menunjukkan adanya keberhasilan dari suatu proses
pendidikan kesehatan yang dapat diukur melalui beberapa indicator, yaitu:
a. Knowledge
Pengetahuan peserta didik atau masyarakat terhadap materi yang diberikan.
Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan
sehat dan sakit atau kesehatan, misalnya tentang penyakit (penyebab, cara penularan, cara
pencegahan) gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga
berencana dan sebagainya. Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis
penelitiannya:
a. Penelitian kuantitatif
Pada umumnya akan mencari jawaban atas fenomena, yang menyangkut
berapa banyak, berapa sering, berapa sering, berapa lama, dan sebagainya, sehingga
menggunakan metode dan wawancara angket (self administered):
Wawancara tertutup atau terbuka, dengan menggunakan instrument(alat
pengukur/pengumpul data) kuesioner.
Angke tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga dalam bentuk
tertutup atau terbuka. Metode pengukuran seperti angket ini sering disebut “self
administered” atau metode mengisi sendiri.
b. Penelitian kualitatif
Pada umumnya bertujuan untuk menjawab bagaimana suatu fenomen itu terjadi
atau mengapa sering terjadi. Metode-metode pengukuran pengetahuan dalam metode
kualitatif antara lain:
Wawancara mendalam; mengukur variable pengetahuan dengan menggunakan
metode wawancara mendalam, adalah peneliti mengajukan suatu pertanyaan
sebagai pembuka, yang akhirnya memancing jawaban sebanyak-banyaknya dari
responden.
Diskusi kelompok terfokus (DKT) ; dalam menggali informasi dari beberapa
orang responden sekaligus dalam kelompok.
b. Attitude
sikap atau tanggapan masyarakat terhadap materi yang diberikan. Sikap adalah
bagaimana pendapat atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang terkait
dengan kesehatan, sehat-sakit dan factor yang terkait factor risiko kesehatan. Misalnya
bagaimana pendapat atau penilaian responden terhadap penyakit karies, tentang
lingkungan dan seterusnya.
Pengukuran sikap juga dapat dilakukan berdasrkan jenis atau metode penelitian
yang digunakan antara lain:
a. Kuantitatif
Pengukuran sikap juga dapat dilakukan berdasrakan jenis atau metode
penelitian yang digunakan, yakni:
Wawancara; metode wawancara untuk pengukuran sikap sama dengan wawancara
untuk mengukur pengetahuan. Bedanya hanya pada substansi pertanyaannya saja.
Angket ; demikian juga pengukuran sikap menggunakan metode angket, juga
menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek kesehatan, melalui
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tertulis.
b. Kualitatif
Pengukuran sikap dalam metode kualitatif, substansi pertanyaannya juga
sama dengan pertanyaan-pertanyaan pada penelitian sikap pada penelitian kuantitatif
seperti tersebut di atas.
Wawancara mendalam; seperti pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian kuantitati
untuk sikap, tetapi pertanyaan bersifat menggali pendapat atau penilaian
responden terhadap objek
Diskusi kelonmpok terfokus (DKT) ; seperti pertanyaan-pertanyaan dalam
penelitian kuantitati untuk sikap, tetapi pertanyaan bersifat menggali pendapat
atau penilaian responden terhadap objek.
c. Practice
Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
materi yang diberikan. Praktek adalah hal apa yang dilakukan oleh responden terhadap
terkait dengan kesehatan (pencegahan penyakit), cara peningkatan kesehatan, cara
memperoleh pengobatan yang tepat dan sebagainya.
Mengukur praktik / tindakan (perilaku terbuka), relative lebih mudah bila
dibandingkan dengan mengukur perilaku tertutup (pengetahuan dan sikap). Sebab
praktek/tindakan mudah diamati secara konkret dan langsung maupun melalui pihak
ketiga. Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktek dapt dilakukan
melalui dua metode, yakni:
a. Langsung
Mengukur perilaku terbuka secara langsung, berarti peneliti langsung
mengamati atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti.
b. Tidak langsung
Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini, berarti peneliti secara langsung
mengamati perilaku orang yang diteliti (responden).
Di atas telah diuraikan bahwa pendidikan kesehatan masyarakat baru dapat dikatakan
berhasil bila yang dididik sudah merubah tingkah lakunya. Sehubungan dengan hal tersebut,
Rogers mengemukakan bahwa setiap penerimaan suatu perubahan biasanya melalui proses yang
disebut proses penerimaan (adoption process) dalam menyebarluaskan pembaharuan (diffusion
of innovation), meliputi lima tahap / fase, yaitu fase kesadaran (awareness), perhatian (interest),
evaluasi (evaluation), coba – coba (trial) dan fase adopsi (adoption).
1.Fase kesadaran (awareness)
Dalam fase ini individu mulai mengetahui adanya suatu gagasan baru tetapi tidak
mendalam.
2.Fase perhatian (interest)
Dengan adanya gagasan baru tersebut individu mulai tertarik dan menaruh perhatian yang
pada mulanya tidak serius. Dengan adanya penerangan yang terus menerus, lalu timbul
keinginan untuk tahu lebih banyak tentang persoalan tersebut.
3.Fase evaluasi (evaluation)
Dalam fase ini individu mulai membandingkan dan mencari keterangan lebih lanjut
mengenai gagasan baru yang akan dicoba. Jika dinilai gagasan ini sesuai dengan tujuan,
dan menguntungannya maka ia akan mengadopsi gagasan tersebut dan memasuki fase
berikutnya.
4.Fase coba – coba (trial)
Dalam tahap ini individu mulai mencoba secara khusus gagasan tersebut. Fase ini adalah
fase yang paling kritis, karena pada fase ini akan ditentukan apakah gagasan baru tersebut
diterima atau tidak. Gagasan baru diterima kalau dalam fase ini individu mendapat
kepuasan.
5.Fase adopsi (adoption)
Dalam fase ini individu sepenuhnya menjalankan gagasan baru dan merasa puas. Tidak ada
lagi pemikiran atau pemilihan apakah gagasan tersebut baik atau buruk, karena telah
merasakan hasilnya. Ia yakin bahwa gagasan baru tersebut memberi keuntungan yang
besar baginya dan akan menjalankan terus sebagai suatu bagain dari cara hidupnya.
2.6. Metode Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Metode penyluhan pendidikan kesehatan gigi dan mulut dapat digolongkan berdasarkan
teknik komunikasi,sasaran yang dicapai dan indra penerima dari sasaran promosi.
Berdasarkan jumlah sasaran
Pendekatan ada 3 macam yaitu
a. Penyuluhan individu atau perorangan
Penyuluhan secara individual dapat dilakukan secara :
Formal :
Dipuskesmas kita melakukan chair side talk pada waktu memberikan
pengobatan
Kunjungan kerumah pada waktu kita dipanggil untuk memberikan pengobatan
Penyuluhan individual secara formal biasanya dilakukan dengan metode wawancara.
Informal :
Penyuluhan dilakukan disela obrolan dengan bersifat tidak resmi, misalkan :
Kunjungan kerumah (anjang sana)
Obrolan diwarung kopi
Obrolan dikereta api
b. Penyuluhan kelompok
Yang dimaksud dengan penyuluhan kelompok adalah sekumpulan individu
yang mempunyai cirri cirri khusus , yaitu yang jumlah orangnya masih dapat
dihitung dan siapa orang yang berkelompok itu masih dapat di ketahui .
c. Penyuluhan massa
Adalah penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang yang jmlahnya
tidak terhitung dan bias terdiri atas berbagai macam kelompok
Cara sederhana dalam penyuluhan kelompok :
o Memasang poster / tulisan di tempat ramai atau ditempat banyak orang
lewat
o Melalui tontonan/ hiburan yang disenangi masyarakat setempat,seperti
wayang golek,layar tancap,ketoprak.
o Memasang pesan digerobak/kenderaan lain, lalu dibawa berkeliling desa
Berdasarkan Cara Penyampaian
a. Penyuluhan tatap muka
Yaitu kelompok sasaran yang disuruh berhadapan langsung dengan penyuluh
karna berhadapan langsung dengan kelompok sasaran , penyuluh mengetahui dan
kebutuhan permasalahan kelompok sasaran.
b. Penyuluhan non tatap muka
Pada penyuluhan ini,kelompok sasaran tidak secara langsung berhubungan
dengan penyuluh. Penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran dengan
menggunakan media cetak,seperti brosur,leaflet,ataupun media non cetak berupa
kaset , film dsb.
c. Penyuluhan campuran
Penyuluhan dilakukan dengan cara penggabungan antara penyuluhan tatap
muka dan non tatap muka. Jadi dalam menyampaikan pesan ,penyuluh selain tatap
muka secara langsung menggunakan media cetak dan non cetak sebagai pendukung.
Penyuluhan dengan cara ini lebih efektif dan efisien karna isi pesan dapat diterima
dengan jelas.
Berdasarkan Sifatnya
a. Penyuluhan dengan teknik persuasi atau ajakan
Adalah penyuluhan yang dilakukan dengan cara menunjukan manfaat suatu
program dan kerugiannya bila tidak mengikuti program tersebut,sehingga kelompok
sasaran menyadari akan manfaat dari suatu program dan termotifasi untuk
melaksanakannya.
b. Penyuluhan dengan teknik simulasi( rangsangan )
Adalah suatu teknik penyuluhan dengan cara penyuluh merangsang kelompok
sasaran dengan pemberian hadiah dukungan atau perlombaan sehingga kelompok
sasaran mau melaksanakan program yang ditawarkan .
c. Penyuluhan dengan teknik riak air
Adalah teknik penyuluhan yang didalamnya pesan yang disampaikan
penyuluh menggunakan sasaran antara , sasaran antara akan menyebarkan pesan itu
kepada masyarakat luas
d. Penyuluhan dengan teknik tempat strategis
Adalah teknik penyuluhan dengan cara penyelenggaraan penyuluhan ditempat
tempat yang strategis dan banyak dikunjungi oleh kelompok sasaran .
e. Penyuluhan dengan teknik paksaan social
Adalah teknik penyuluhan dengan pemberian ancaman ringan kepada
kelompok sasaran jika tidak mau melaksanakan suatu program tanpa alas an yang
jelas.
2.7. Media Penyuluhan
WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005). Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan program promosi kesehatan gigi dan mulut
salah satunya adalah alat bantu dan media media promosi kesehatan. Alat bantu pendidikan
adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau
pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan
meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.
Media dan alat peraga memegang peranan penting dalam kegiatan promosi kesehatan
dan juga kesehatan gigi dan mulut. Alat peraga dan media yang tepat akan membantu dalam
melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan
masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula.
Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga
mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media dibagi menjadi
tiga yaitu :
a. Mediacetak
Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan
berbentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
lembaran yang dlipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau
kombinasi
Flyer atau selebaran ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
Flipchart (Lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap
lembar (halaman) berisi gambaran peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai
informasi yang berhubungan dengan gambar tersebut.
Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu
masalah kesehatan atau hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan.
Poster ialah bentuk media ceak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang
biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan
umum
Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b. Media elektronik
Televisi. Penyampaian pesan atau informasi –informasi kesehatan melalui media
televisi dapat dalam bentuk : sandiwara, sinetron, forum diskusi atau hanya tanya
jawab seputar masalah kesehatan. Pidato atau ceramah, sport, quiz ,atau cerdas
cermat dan sebagainya.
Radio. Penyampaian informasi kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-
macam antara lain : obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, dan
sebagainya.
Video. Penyampaian informasi kesehatan juga dapat melalui video yang di dalamnya
berisi pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
c. Media papan
Papan atau billboard yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi pesan-
pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan
yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.
2.8. Pola Penyuluhan Kesehatan Gigi Masyarakat
Usia £ 1,5 tahun : tergantung sepenuhnya pada orang tua
Usia 1,5 – 3 tahun : mulai dapat diajak kerja sama
Usia 3 - 6 tahun : berpedoman pada proses belajar dan bermain dimana hal tersebut
sesuai dengan perkembangan jiwanya
Usia 8 – 10 tahun : anak sudah dapat membedakan tetapi belum dapat
menghubungkan masalah yang satu dengan yang lain
Usia 10 – 12 tahun : pengamatan anak cepat, pengertian, realities dan kritis. Misalnya
anak sudah mengetahui bahwa gigi susu akan tanggal dan diganti dengan gigi tetap. Jika
gigi tetap tanggal maka tidak dapat tumbuh lagi maka perlu dirawat.
Usia 12 – 14 tahun : anak memiliki emosi yang tinggi dan sering bersikap melawan. Pada saat ini
bila anak menderita sakit gigi tidak akan mau berobat bila dia tidak suka.
2.9. Cara Mengidentifikasi Perilaku Kesehatan Masyarakat
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,minuman,
serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga agar tidak
sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan
terdiri dari 3 aspek, yakni:
1) Perilaku pencegahan penyakit
2) Perilaku peningkatan kesehatan
3) Perlaku gizi dan makanan
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atay
sering disebut perilaku pancarian pengobatan ( Health Seeking Behavior)
Adalah upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau
kecelakaan. Tindkan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari
pengobataan
c. Perilaku Kesehatan Lingkuangan
Bilamana seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik, maupun sosial budaya
dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan sendiri,
keluarga, dan masyarakat.
Seorang ahli lain (Backer,1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini:
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku–perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :
1. Makanan dengan menu seimbang
2. Olahraga teratur
3. Tidak merokok
4. Tidak minum-minuman keras
5. Istirahat yang cukup
6. Mengendalikan stress
7. Perilaku dan gaya hidup
b. Perilaku sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit,dan sebagainya
c. Perilaku peran sakit
Dari segi sosialisasi ,orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit dan
kewajiban sebagai orang sakit . Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit
sendiri maupun orang lain (terutama keluarga) yang selanjutnya perilaku peran orang sakit
Cara mengidentifikasi perilaku kesehatan masyarakat secara umum yaitu:
a. Identifikasi secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur
mortalitas dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat.
b. Identifikasi pragmatis pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa
tidak aman yang dotimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran pragmatis
suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya masyarakat untuk
memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orang yang datang berobat kesuatu fasilitas
kesehatan.
c. Identifikasi politis, dalam mengidentifikasi masalah kesehatan diukur atas dasar pendapat
orang-orang penting dalam suatu masyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat)
Beberapa hambatan dalam komunikasi seperti penyuluhan yang sering dijumpai adalah:
a. Keterbatasan waktu
Keterbatasan waktu sering membuat orang tidak dapat menyampaikan pesan
secara lengkap dan terperinci dan disampaikan secara tergesa-gesa sehingga tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan komunikasi.
b. Jarak psikologis
Hal ini biasanya disebabkan adanya perbedaan status social seseorang akan sulit
berkomunikasi dengan orang yang memiliki status kedudukan yang lebih tinggi karena
adanya perasaan minder atau kurang percaya diri dari pesuruh. Sikap ini membuat
kecenderungan tidak berani menatap ketika diajak berkomunikasi, atau sikap
mengiyakan terhadap apa yang disampaikan walaupun sebetulnya belum
memahaminya.
c. Adanya penilaian dini
Adanya sikap dari sebagian orang yang langsung menilai orang lain atau
menarik kesimpulan sebelum seluruh informasi didengar atau diterima dengan baik
d. Lingkungan yang tidak mendukung
Lingkungan disini termasuk cuaca dan suhu, panas atau dingin, keadaan ribut.
e. Keadaan komunikator
Informasi yang disampaikan akan sangat dipengaruhi oleh keadaan komunikator
sebagai sumber.
2.10. Teknik dan Hal-hal yang diperhatikan dalam Penyampaian Informasi
Teknik atau metode penyampaian informasi khususnya penyampaian informasi mengenai
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat itu beragam, tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai serta sasaran informasi tersebut. Tujuan dapat dikelompokkan menjadi 3 bidang yaitu :
pengertian/pengetahuan, sikap dan keterampilan/tindakan. Jadi metode yang diterapkan
tergantung dari bidang apa yang ingin dicapai, apakah pengertian/pengetahuan, sikap atau
keterampilan/tindakan (Machfoedz, 2005):
One Way Methode
Metode ini menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak
diberi kesempatan untuk aktif.
Yang termasuk metode ini antara lain :
- Metode ceramah
Ceramah adalah salah satu cara menyampaikan informasi tentang kesehatan gigi
dan mulut pada masyarakat, di mana cara ini menjelaskan sesuatu dengan lisan disertai
dengan tanya jawab dan dengan dibantu beberapa alat peraga yang dianggap perlu. Selain
ceramah metodeyang digunakan juga bisa dengan diskusi. Kedua metode ini dapat
digunakan jika tujuan yang ingin dicapai adalah dalam bidang pengertian/pengetahuan.
- Siaran melalui radio
- Pemutaran film/ slide
- Penyebaran selebaran.
- Pameran
Pameran adalah koleksi atau kumpulan bahan/material yang disusun secara
teratur dan menarik untuk diperlihatkan dengan maksud untuk membantu orang
belajar.
Pameran berarti mengajarkan, memperkenalkan, mempertunjukkan,
mempromosikan, atau bahkan ingin mempengaruhi pengunjung tentang suatu proses
atau produk tertentu. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahan atau
materi yang disusun secara teratur dan menarik untuk diperlihatkan
Two Way Methode
Metode ini menjamin adanya komunikasi dua arah antara pendidikdan sasaran.
Yang termasuk metode ini adalah :
- Wawancara
- Demonstrasi
Suatu cara penyampaian informasi, pengertian dan ide yang dipersiapkan dengan
teliti untuk memperlihatkan secara langsung objek atau bagaimana atau cara
menjalankan suatu prosedur atau proses dengan yaitu dengan melibatkan peserta
didalamnya, sasaran harus diberi kesempatan untuk melakukan sendiri. Pada metode
ini proses penerimaan informasi akan lebih berkesan secara lebih mendalam sehingga
mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan sempurna. Metode ini dapat digunakan
apabila tujuannya untuk mencapai suatu keterampilan.
- Sandiwara
- Simulasi
Merupakan cara penyampaian informasi yang dalam pelaksanannya dapat melakukan
suatu kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada penghayatan keterampilan dan
praktek dalam situasi yang sebenarnya, sesuai dengan tujuan belajarnya. Metode ini
dapat digunakan bila tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan sikap
positif sehingga sasaran perlu melihat isi informasi yang ingin disampaikan. Contoh :
apabila ingin menyampaikan informasi tentang cara sikat gigi yang benar, dengan
memperlihatkan gambar-gambar atau video-video yang berkaitan hal tersebut.
- Curah Pendapat
- Permaina peran (roll playing)
- Tanya Jawab 4
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi kesehatan gigi pada
masyaraka:
a. Sumber
Biasa disebut pula sebagai komunikator. Komunikator ini bisa perorangan atau
bisa pula kelompok.
b. Pesan atau berita
Pesan dan berita merupakan rangsangan yang disampaikan sumber pada
sasaran. Rangsangan tersebut merupakan ide, pendapat atau pikiran dari sumber yang
ingin disampaikan kepada sasaran atau orang lain. Cara penyampaian ini dapatberupa
kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah.
c. Media
Media merupakan alat atau saran yang dipilih sumber untuk menyampaikan
pesan kepada sasaran atau orang yang dituju. Media ini dapat melalui media massa atau
media antarpribadi. Media massa, misalnya surat kabar, majalah, radio, dan televise.
Keuntungannya sasaran yang dicapai berjumlah besar dalam waktu yang relatif singkat.
Kerugiannya adalah sulit mengukur keberhasilan dari konunikasi yang dilakukan.
Media antarpribadi ialah interaksi antara sumber dan sasaran seperti pembicaraan
langsung/tatap muka, pembicaraan lewat telpon, atau surat. Keuntungannya, pesan
dapat disampaiakan secara lengkap sedangkan kerugiannya adalah sasaran yang dituju
jumlahnya sangat terbatas.
d. Sasaran
Sasaran adalah penerima pesan, atau kepada siapa pesan yang ingin
disampaikan tersebut dituju.
e. Umpan balik ( feed back )
Umpan balik merupakan reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan.
Dengan adanya reaksi ini, sumber dapat mengetahui apakah pesan disampaikan dapat
dimengerti atau tidak oleh sasaran yang dituju.
f. Akibat
Akibat merupakan hasil dari suatu komunikasi. Hasil tersebut berupa adanya
perubahan pada diri yang dituju. Perubahan ini dapat dalam bentuk sikap maupun
pengetahuan.
Sedangkan menurut Effendy, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian
informasi kesehatan gigi pada masyarakat, antara lain:
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang
didapatnya.
b. Tingkat social ekonomi
Semakin tinggi tingkat social ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru.
c. Adat istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan
menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-
orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat
dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
2.11. Hubungan Antara Kandungan Fluor yang Tinggi dengan Prevalensi karies yang
Tinggi pada Masyarakat
Menurut Penelitian pada tahun 1929 FS Mckay, melaporkan bahwa air minum yang
mengandung fluoride untuk mencegah karies dapat menyebabkan mottled tteeth (mottled
enamel).
Pada tahun 1931, dua kelompok peneliti Amerika Serikat secara terpisah menemukan
konsentrasi fluoride yang tinggi dalam air minum di daerah-daerah endemis mottled theeth.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antrara fluoride dengan karies gigi,
maka Dean dari US Public Health Service menganjurkan 1 ppm pemakaian fluoride dalam air
minum. Ternyata insiden karies menurun 50%-60% tidak ditemukan mottled teeth.
Fluorida adalah senyawa kimia yang secara alami ada dalam air pada berbagai
konsentrasi. Pada konsentrasi yang lebih kecil 1,5 mg/l, sangat bermanfaat bagi kesehatan
khususnya kesehatan gigi, karena dapat mencegah kerusakan gigi. Tetapi pada konsentrasi yang
besar (lebih besar 2 mg/l), dapat menyebabkan kerusakan gigi (fluorosis) yakni gigi menjadi
bercak-bercak. Pemaparam fluorida pada konsentrasi yang lebih besar lagi (3-6 mg/l), dapat
menyebabkan kerusakan pada struktur tulang. Oleh karena itu, dosis fluorida dalam air minum
dibatasi maksimal 0,8 mg/l.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antra kelebihan fluor dengan
prevalensi karies yang tinggi adalah apabila seseorang atau sekelompok masyarakkat mengalami
fluorosis (kelebihan kadar fluor) akan menyebabkan kerapuhan enamel pada gigi, sehingga
apabila enamel pada ggigi rapuh dapat meningkatkan prevalensi karies yang tinggi. Tapi
berdasarkan keterangan pada scenario, prevalensi karies yang tinggi tidak hanya disebabkan oleh
kelebihan fluor tersebut tetapi karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan gigi dana mulut dan dipengaruhi oleh kondisi geografis yang tidak mendukung,
dimana dalam air minum mengandung fluorida yang tinggi memudahkan gigi keropos, rentan
terhadap fluorosis, bahkan dapat berdampak pada kerusakan tulang dengan konsentrasi fluoride
dengan sangat tinggi dalam kandungan air minum.
Terkait dengan kandungan fluor dalam air cukup tinggi, maka puskesmas sebagai Pusat
Kesehatan Masyarakat sebaiknya memperhatikan hasil dari penelitian kasus tersebut
menyangkut Kesehatan Lingkungan sebagai tugas pokok Puskesmas.
Pengolahan Air minum secara sederhana terdiri dari :
a. Pengolahan Secara Alamiah.
Dalam penyimpanan air dibiarkan untuk bebrapa jam ditempatnya.
Kemudian akan terjadi koagulasi darizat-zat yang terdapat dalam air dan akhirnya
terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partkel yang ada pada air
akan ikut mengendap.
b. Pengolahan Air dengan Menyaring
Secara sederhana dilakukakan dengan kerikil, ijuk, dan pasir. Lebih lanjut
akan diuraikan kemudian. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukkan
oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
c. Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Berupa 2 macam yakni at kimia yang berfungsi untuk koagulasi, dan
akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah
berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada dalam air,
misalnya Chlor).
d. Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara
Untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas
yang tidak diperlukan misalnya CO2 dan juga menaikan derajat keasaman air.
e. Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air.
2.12. Program Pendidikan Kesehatan Gigi Masyarakat
Berdasarkan Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Pasal 10 untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan:
a. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut (promotif)
Penyuluhan merupakan upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku seseorang,
sekelompok orang atau masyatrakat sedemikian rupa ,segingga mempunyai kemampuan dan
kebiasaan berprilaku hidup sehat dibidang kesehatan gigi.(DepKes RI,1999). Dalam konsepsi
kesehatan secara umum ,penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan
yang dilakukakan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan dengan
demikian masyarakat tidak hanya sadar,tahu,dan mengerti tetapi juga mau dan dapat melakukan
anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.
Secara umum penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling yang berarti bimbingan
,yaitu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri.penyuluhan juga dapat di artikan
sebagai hubungan timbal balik antara dua individu (penyuluh dan klien) untuk mencapai
pengertian tentang diri sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang di hadapi pada
waktu yang akan datang (Maulana,2009).
b. Upaya pencegahan Penyakit Gigi (Prefentif)
Kesehatan gigi meliputi aspek yang luas.Upaya kesehatan gigi pada dasarnya diarahkan
pada upaya pencegahan penyakit gigi,meliputi kegiatan promotif dan preventif.Adapun kegiatan
yang dilakukan untuk menjaga kesehetan gigi dan mulut siswa sekolah dasar adalah sebagai
berikut ;
Sikat gigi massal /bersamaMenyikat gigi yang dilakukan secara bersama-sama di bawah bimbingan guru,petugas kesehatan dan kader bertujuan untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut siswa.
Pencegahan karies dengan pemberian FLUOR pada gigiFLUOR adalah zat mineral yang efektif mencegah terjadinya karies gigi dalam
konsentrasi rendah dipertahankan dalam mulut . Ada beberapa macam cara upaya
fluoridasi yaitu ;
a. Kumur-kumur dengan larutan fluor (mouth rinsing) dalam dosis tertentu yang
dimasukkan ke dalam air minum.Dilakukan pagi hari di sekolah dan di ulangi 2
minggu sekali selama 2 tahun (minimal 20 kali setahun) .
b. Topikal aplikasi yaitu pemberian fluor pada gigi dengan cara pengulasan pada seluruh
permukaan gigi.
c. Pengisian pit dan fissure merupakan tindakan yang dilakukan untuk menutupi pit dan
fissure yang dalam.
c. Tindakan Penyembuhan Penyakit (Kuratif)
Upaya kuratif yang dilakukan antara lain:
a. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan rasa sakit dengan segera sebelum mendapat perawatan yang
semestinya.
b. Pencabutan gigi yang sesuai dengan indikasi.
c. Penumpatan (restorasi) gigi yang karies untuk mengembalikan bentuk dan fungsi
semula.
Program penyuluhan/pendidikan kesehatan gigi merupakan bagian dari program
pembangunan nasional yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat kearah perilaku sehat
(Artini, dkk, 2000). Program-program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendidikan
kesehatan gigi dan mulut masyarakat, diantaranya:
a. Pendidikan kesehatan gigi (PKG)
PKG merupakan salah satu program kesehatan gigi dengan tujuan menanggulangi masalah
kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan kesehatan gigi merupakan salah satu program
yang harus dilaksanakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) secara terpadu dengan usaha
kesehatan lainnya dan ditujukan kepada individu yang berkunjung ke Puskesmas maupun
kelompok masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. (Budiharo, 1998). Ada empat macam
program kesehatan gigi pokok :
1. Melaksanakan home dental care program;
2. engembangan school dental care program;
3. Pengembangan community dental care program ;
4. Pengembangan program pengobatan melalui dental centre, dental program termasuk
rujukannya.
b. Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
UKGM adalah upaya pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat/keluarga terutama upaya
kesehatan yang bersifat promotif. Kegiatan tersebut berupa upaya peningkatan, pencegahan,
dan pengobatan darurat dengan mengembangkan upaya pelayanan yang bersumber pada peran
aktif masyarakat melalui posyandu agar masyarakat mau dirujuk ke Puskesmas. (Depkes RI,
1993).
UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi, dengan
mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat yang berlandaskan pendekatan primary health care (posyandu, bina
keluarga balita, polindes, ponstren, dan taman kanak-kanak). Sasaran UKGM yaitu semua
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan diutamakan bagi kelompok rentan penyakit gigi
mulut yaitu golongan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, dan peran serta
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Program UKGM di posyandu, dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan gigi dari puskesmas dan kader. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki
atau perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kegiatan UKGM yang dilaksanakan di posyandu yaitu pemeriksaan kesehatan gigi,
memebrikan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan pelatihan kader.
Kemampuan pendanaan dari pemerintah terbatas, karenanya perlu dikembangkan pendanaan
yang berasal dari masyarakat untuk kepentingan pelayanan. Dana ini dapat berwujud dana sehat
atau bentuk-bentuk asuransi kesehatan lainnya yang merupakan bentuk swadaya masyarakat.
c. Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
UKGS adalah upaya kesehatan gigi di lingkungan sekolah terutama Sekolah Dasar (SD)
merupakan suatu bentuk promosi program kesehatan gigi mulut. Pelaksanaannya merupakan
paket pelayanan asuhan sistemik yang ditujukan bagi semua anak sekolah tingkat SD, dalam
bentuk paket promotif, paket promotif-preventif, paket paripurna sehingga diharapkan dalam
pelaksanaan tersebut anak didik dapat dirujuk ke Puskesmas (Depkes RI, 1993c)
Tahapan UKGS
Pelaksanaan UKGS dibagi dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap I atau paket minimal UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga dan
fasilitas kesehatan gigi. Kegiatan berupa :
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes/guru
Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan melaksanankan
kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan III dengan memakai pasta gigi
yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
2. Tahap II atau paket standar UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yang sudah terjangkau tenaga
fasilitas kesehatan gigi namun sarananya masih terbatas. Kegiatan berupa :
Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
secara terintegrasi.
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes/guru
Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan melaksanankan
kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan III dengan memakai pasta gigi
yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi
sulung yang sudah waktunya tanggal.
Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan.
Rujukan bagi yang memerlukan.
3. Tahap III atau paket optimal UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas
kesehatan gigi yang sudah memadai , dipakai sistem inkrimental dengan pemeriksaan ulang
setiap dua tahun untuk gigi tetap. Kegiatan berupa :
Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
secara terintegrasi.
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes/guru
Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan melaksanankan
kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan III dengan memakai pasta
gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali per bulan.
Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi
sulung yang sudah waktunya tanggal.
Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I – VI(care of
demand).
Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan (treatment need).
Rujukan bagi yang memerlukan.
2.13 . Tahap-Tahap Evaluasi Program Kesehatan Gigi
Periode I seminggu sekali 3 bulan
Periode II sewaktu-waktu selama 2 bulan, jika hasilnya kurang memuaskan
berikan pendidikan cara menggosok gigi kembali dan gosok gigi massal selama
1 mingggu.
Periode III pemeriksaan secara teratur seminggu sekali selama 1 bulan.
Periode IV pemeriksaan tidak teratur, bila masi ada murid yang tidak memuaskan
perlu diberi perhatian khusus
DAFTAR PUSTAKA
1. Gluck, M. George, Morganstein, M. Werren.Community Dental Health fifth edition. St.
Louis London Philadelphia Sydney Toronto:Mosby
2. Herijulianti, Eliza, dkk.Pendidikan Kesehatan Gigi
3. Notoadmodjo, soekidjo.1990.Metodologi Pengantar Perilaku Kesehatan.Jakarta:Bursa Buku
4. Notoadmodjo, soekidjo.Ilmu Perilaku Kesehatan
5. Notoadmodjo, soekidjo.2007.Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku.Jakarta:Rineka Cipta
6. Machfoedz.2003.Teknik Penyampaian Kesehatan Gigi dan Mulut
7. Eliza, dkk. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
8. Notoatmodjo Soekidjo. 2000. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka
Cipta
9. Fejerskov, et. al. 1987. Fluorosis (Dental Fluorosis). Jakarta. Hipokrates. Alih bahasa:
Purwanto, drg.
10. AdriyantiRafly.2006.KemitraandalamHubunganDokter-Pasien.Jakarta.KonsilKedokteran
Indonesia
11. Prof.SondngP.Siagian.1989.TeoriMotivasidanaplikasinya.Jakarta;Binaaksara
12. Ali, Mulyohadi. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Konsil Kedokteran Indonesia.
Jakarta: Indonesia Medical Council
13. Anitasari, Silvia dan Nina Endang Rahayu. 2005. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan
tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di kecamatan Palaran
kotamadya Samarinda provinsi Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No.
2 April–Juni: 88–90
14. Bensley, Robert J. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:EGC
15. Budiharto. 1998. Pengantar Ilmu Perilaku dan Pendidikan kesehatan Gigi. Jakarta: EGC
16. Kadir, R.A. 1991. Ilmu Pergigian Pencegahan. Panduan Untuk Penuntut dan Pengamal
Pergigian. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur
17. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta:EGC