kumplan hadis

27
1. Hadits tentang duduk bersama Ulama’ اْ وُ سِ ل ا َ : جَ مَ ّ لَ سَ وِ هْ يَ لَ عُ له ل ى اَ ّ لَ صِ له ل اُ لْ وُ سَ رَ الَ # قَ الَ # قَ # هَ % فْ يَ حُ جْ ىِ بَ اْ - نَ ع% ز% ن ك ى% ف ى% ب زا ن لطرواه ا( َ اء َ مَ كُ حْ ل ا اْ و ُ طِ ل ا َ % جَ وَ اءَ ز َ نُ كْ ل ا اْ وُ A اَ سَ وَ اء َ مَ لُ عْ ل ا) مال ع ل ا“Diriwayatkan dari Abi Juhaifah ia berkata: Telah berkata Rasulullah SAW, “duduklah kalian semua bersama para ulama’ dan bertanyalah kalian semua kepada orang besar atau tokoh dan bergaulah kalian semua bersama orang-orang yang ahli hikmahHadits tentang berlapang-lapang dalam majelis ِ ه ْ يَ لَ عِ ه ل ل ى اَ ّ لَ صِ ه ل ل اُ لْ وُ سَ رَ الَ # : قَ الَ # ا قَ مُ هْ % نَ عُ له ل اَ ىِ % ضَ رَ رَ مُ عِ - نْ ب اِ - نَ ع اْ وُ عَ ّ سَ وَ # تْ - نِ كَ لَ , وِ ه ْ ي@ % فُ سِ لْ حَ يَ ّ مُ X ثِ هِ سِ لْ حَ مْ - نِ م اً لُ جَ رْ مُ كُ د َ جَ A اَ ّ - نَ مْ يِ # قُ e ي اَ َ مَ ّ لَ سَ وِ ه ْ ي@ % فْ سِ لْ حَ يْ مَ لِ هِ سِ لْ حَ مْ - نِ مٌ ل ُ جَ رُ ه َ لَ ام َ # ا قَ % ذِ اَ ر َ مُ عُ - نْ ب اَ - ان َ كَ ا وْ وُ حَ ّ سَ % قَ # يَ و) ه ي ل ع# ق% ف# ي م( “Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda,’ janganlah seseorang mengusir temanya dari tempat duduk, kemudian ia duduk padanya, hendaknya kamu memperluas ( merenggangkan ) untuk memberi tempat. Adalah ibnu umar dalam mempraktekkan ini, jika seseorang bangun dari majelis tidak suka duduk pada tempat orang itu (Muttafaqun ‘alaih)”. [1] 2. Hadits tentang keutamaan majelis dzikir ِ ه ْ يَ لَ عِ ه ل ل ى اَ ّ لَ صِ ّ ىِ بَ ّ % ن ل ى اَ لَ عِ ه ِ بِ - انَ دَ هْ X شَ يٍ دْ يِ عَ سْ ىِ بَ A اَ وَ # هَ ر ْ يَ رُ هْ ىِ بَ A اْ - نَ عَ مَ ّ لَ سَ وُ # ه َ كِ A اَ لَ مْ ل اُ مُ هْ # نَ ّ % قَ ح اَ ّ لِ اِ ه ْ ي@ % فَ ه ل ل اَ - نْ وُ رُ كْ د َ اً سِ لْ حَ مٌ مْ و َ # قَ سَ لَ ج ا َ : مَ الَ # ق

Upload: mansorembong

Post on 31-Jan-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengetahuan Agama Islam

TRANSCRIPT

Page 1: kumplan hadis

1.    Hadits  tentang duduk bersama Ulama’

�ه� �ي و�ل الله� ص�ل ى الله ع�ل س �ف�ة� ق�ال� ق�ال� ر� ي �ى� جح� �ب ع�ن� او�ا ا ل�ط�� اء� و�خ�� �ر� ب �ك و�ا ال �ل ائ �م�اء� و�س� �عل و�ا ال ا ل�س م� : ج� ل و�س�

�م�اء� )رواه الطبراني فى كنز العمال( �حك ال“Diriwayatkan dari Abi Juhaifah ia berkata: Telah berkata Rasulullah SAW,

“duduklah kalian semua bersama para ulama’ dan bertanyalah kalian semua kepada orang besar atau tokoh dan bergaulah kalian semua bersama orang-orang yang ahli hikmahHadits tentang berlapang-lapang dalam majelis

و�ل الله� س : ق�ال� ر� �هم�ا ق�ال� ض�ي� الله ع�ن �ن� عم�ر� ر� ع�ن� ابجال5 م�ن� م� ر� دك �ح��� �م�ن أ ق�ي :ال� ي م� ل ه� و�س��� �ي��� ل ى الل��ه� ع�ل ص���حو�ا �ف�س�� عو�ا و�ت �و�س�� �ك�ن� ت ه� , و�ل �ج�ل�س ف�ي��� م ي ه� ث ل�س��� م�ج��م� ه� ل لB م�ن� م�ج�ل�س��� ج�� ه ر� ام� ل��� �ذ�ا ق��� ر� ا �ن عم��� ان� اب و�ك���

�ه� )متفق عليه( �ج�ل�س� ف�ي ي“Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda,’ janganlah

seseorang mengusir temanya dari tempat duduk, kemudian ia duduk padanya, hendaknya kamu memperluas ( merenggangkan ) untuk memberi tempat. Adalah ibnu umar dalam mempraktekkan ini, jika seseorang bangun dari majelis tidak suka duduk pada tempat orang itu (Muttafaqun ‘alaih)”.[1]

2.    Hadits tentang keutamaan majelis dzikir

Iي� ب ه� ع�ل�ى الن ه�د�ان� ب��� �ش��� �دK ي ع�ي �ي� س� ب� ة� و�أ �ر� ي �ي� هر� ب

� ع�ن� أ م� ل �ه� و�س� �ي ا  ص�ل ى الله� ع�ل و�مB م�ج�ل�س��5 ا ج�ل�س� ق��� : م��� ق�ال�

�هم ت �غ�ش�� ة و�ت �ك��� �م�ال� ئ �هم ال �ال ح�ف ت ه� ا و�ن� الل��ه� ف�ي��� ر ذ�ك ي����م�ن� هم الل��ه ف�ي ر� �ة و�ذ�ك��� �ن �ي ك �ه�م الس �ي ل�ت� ع�ل �ز �ن ح�م�ة و�ت الر

�د�ه )رواه ابن ماجه( ن ع�“Diriwayatkan dari Abi Hurairah dan Abi Sa’id keduanya menyaksikan Nabi SAW

bersabda ” tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu majlis untuk berdzikir mengingat Allah, melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat, diliputi rahmat dan Allah menyebut-nyebut mereka dikalangan makhluk yang ada disisiNya. (HR. Ibnu Majah).”[2]

3.    Hadits tentang tata cara di majelis ilmu

ل ى الل��ه و�ل� الل��ه� ص��� س�� �ن ر� ي� أ �ش��� �ي �ل �ل دK ا �ي� و�اق��� ب� ع�ن� أ

اس ج�د� و�الن� �م�س��� ا ل�سB ف�ي� ال و� ج�� �م�ا ه�� �ن �ي م� ب ل �ه� و�س� �ي ع�لو�ل� الل��ه� س�� �لى ر� ان� ا �ن��� �ث �ل� ا ق�ب

� �ف�رK ف�أ �ة ن ث �ال� �ل� ث �ق�ب �ذ� أ م�ع�ه اف� ع�ل�ى م� و�ذ�ه�ب� و�اح�دB ق�ال� ف�و�ق��� ل �ه� و�س� �ي ص�ل ى الله ع�لدهم�ا �ح��� ا أ م��

� م� ف�أ ل ه� و�س��� �ي��� ل ى الل��ه ع�ل و�ل� الل��ه� ص��� س ر�ر ا اال� خ��� م��

� ا و�أ �ه��� ة� ف�ج�ل�س� ف�ي �ق��� ل �ح� ة5 ف�ي� ال ج��� �ى فر� أ ر� ف���

Page 2: kumplan hadis

غ� ر� ا ف��� �م�� ا ف�ل �ر� ذ�اه�ب��5 د�ب� أ �ل�ث ف��� ا Zا الث�� م

� �ف�هم� و�أ ل ف�ج�ل�س� خ�م� ك ر ب��� خ�

�ال� أ ال� أ م� ق�� ل ه� و�س�� �ي��� و�ل الله� ص�ل ى الله ع�ل س ر��واه أ �ل�ى الل��ه� ف��� و�ى ا

� أ دهم� ف��� �ح��� ا أ م��� �ة� أ ث ال� ف�ر� الث ع�ن� الن

ا اال� م��� ه و�أ �ا الل��ه م�ن��� ي �ح� ت � ف�اس� �ا ي �ح� ت � خ�ر ف�اس� م ا اال�

� الله و�أه )رواه البخ��اري و �ع�ر�ض� الل��ه ع�ن��� أ �ع�ر�ض� ف��� أ ر ف��� خ���

مسلم (“Diriwayatkan dari Abu Waqid Al-Laitsi: Sewaktu Nabi sedang duduk dalam Masjid

bersama-sama dengan orang banyak, datang tiga orang, yang dua orang masuk ke dalam Majlis Rasulullah dan seorang lagi pergi. Setelah keduanya berdiri, yang seorang melihat tempat lapang ditengah orang banyak, maka duduklah dia kesitu dan seorang lagi duduk saja dibelakang orang banyak. Yang ketiga terus pergi, setelah Rasulullah SAW berbicara ia berkata: baik ku ceritakan kepadamu tentang orang yang ketiga itu: yang seorang mencari tempat kepada Allah, maka diberi tampat oleh Allah, yang seorang lagi merasa malu, maka malu pula Allah kepadanya Sedangkan orang yang ketiga berpaling, maka Allah pun berpaling darinya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).[3]

III.         PEMBAHASANA.    Duduk bersama Ulama

Rasulullah SAW menyuruh kita untuk duduk berdekatan dengan para Ulama’ (orang-orang yang berilmu) dalam suatu majelis ilmu. Dengan begitu kita akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertanya kepada mereka terutama dalam masalah Agama. Karena para Ulama’ dinilai lebih tinggi dari segi pengetahuannya.[4]. Selain dekat dengan ulama, kita juga diperintahkan untuk bertanya tentang ilmu kepada mereka.

Seseorang yang kembali kepada Allah SWT dan kembali kepada majelis Rasulullah maka Allah akan membalasnya sebanding dengan perbuatannya yaitu dengan melimpahkan rahmat dan ridha-Nya atau dengan memberikan kebaikan kepadanya dibawah perlindungan-Nya kelak di hari kiamat.[5] Dan barang siapa yang berpaling dari majelis Rasulullah yang mana merupakan majelis ilmu maka Allah akan berpaling darinya. Berpaling dari majelis ilmu tanpa suatu halangan adalah tercela.[6]

Oleh karena itu, hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam mendatangi majelis ilmu dan rajin bertanya kepada ulama apabila menemukan hal yang sekiranya masih mengganjal/belum paham terhadap masalah tersebut. Karena mencari ilmu hukumnya wajib dan juga manfaat dari ilmu tersebut nantinya akan kembali kepada dirikita masing-masing.

B.     Keutamaan Majelis DzikirMajelis dzikir sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam majelis dzikir terdapat

banyak manfa’at dan keutamaan, diantaranya adalah yang sudah disebutkan dalam hadits bahwa suatu majelis ilmu akan dikelilingi malaikat dan mendapatkan rahmat, dikabulkan do’anya serta akan mendapatkan ketenangan dalam hatinya (sakinah).

Imam At-Turabasyti berkata, orang yang duduk di majelis ilmu akan mendapatsakinah (ketenagan) yaitu keadaan dimana seseorang tenang hatinya dan tidak condong kepada syahwat dan tidak pula menurutinya.[7]

Page 3: kumplan hadis

Majelis dzikir meliputi: salat, membaca al-Qur’an, berdo’a untuk kebaikan dunia akhirat, membaca hadits, belajar ilmu, berdiskusi dengan para ulama’dan sebagainya, sedangkan menurut Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari’ beliau berkata bahwa yang lebih tepat untuk majelis dzikir yaitu majelis-majelis tasbih, takbir, pembacaan al-Qur’an, dan sebagainya. walaupun membaca hadits, belajar ilmu dan berdiskusi termasuk bagian dari dzikir kepada Allah.[8]

C.    Tata Cara di Majelis IlmuSupaya dalam majelis ilmu kita mendapatkan hasil yang maksimal dan benar-benar

bermanfaat bagi kita untuk itu kita perlu memperhatikan tatacara di majelis ilmu. Tatacara tersebut diantaranya:

1.    Menghormati GuruBersikap hormat pada guru agar ilmu yang kita peroleh bermanfaat.Hadits Nabi Muhammad SAW:

�ه ) مون� م�ن �ع�ل �ت وا م�ن� ت رواه ابو حسن المواردى(و�قIر“Muliakanlah orang yang kamu belajar kepadanya.” (HR. Abu Hasan Al-Mawardi)[9]

2.    Saling Melapangkan Tempat DudukDalam majelis ilmu atau pertemuan hendaknya kita memberi tempat duduk untuk orang

yang datang, dengan menggeser dari tempat duduk. Firman Allah QS. Al-Mujadalah: 11

          ”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

3.    Mangucap Salam Ketika Memasuki Dan Meninggalkan Majelis          Dari hadits yang diriwayatkan oleh Abi Waqid diatas dalam riwayat lain seperti An-Nasa’i, At-Tirmidzi dan mayoritas perawi Muwatho’ menambahkan matan hadits “ketika keduanya hendak duduk, keduanya memberi salam. Hal ini dapat diambil pelajaran bahwa orang yang hendak memasuki suatu majelis hendaknya memulai dengan salam dan orang yang berdiri hendaknya memberi salam kepada orang yang duduk.”[10]          Islam menganjurkan kepada kita agar bertegursapa dengan ucapan salam baik ketika bertemu maupun akan berpisah, apabila seseorang sedang duduk bersama dalam suatu perkumpulan atau majelis kemudian ia hendak meninggalkan mereka maka hendaknya ia mengucapkan salam kepada mereka.

4.    Mencari Tempat Duduk Yang Kosong          Dari hadits yang diriwayatkan Abi Waqid diatas juga dapat diambil pelajaran tentang kesunahan membuat halaqah pada majelis Dzikir dan majelis ilmu. Seseorang yang lebih dahulu datang pada suatu tempat, maka ia lebih berhak atas tempat itu. Hadits ini juga menjelaskan kesunahan beretika dimajelis ilmu dan keutamaan mengisi tempat-tempat yang kosong dalam suatu halaqah. Diperbolehkan bagi seseorang melangkahi untuk mengisi tempat yang kosong, selama tidak menyakiti. Apabila dikhawatirkan menyakiti maka

Page 4: kumplan hadis

disunahkan duduk dibarisan terakhir. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang kedua ada hadits riwayat Abi Waqid.[11]          Hendaknya mencari tempat duduk yang belum terisi dan jangan sekali-kali menyingkirkan orang lain dari tempat duduknya, agar suasana tetap tenang dan orang lainpun tidak tersinggung.

5.    Tidak Menduduki Tempat Duduk Yang Baru Saja  Ditinggalkan OrangTidak boleh menduduki tempat duduk yang baru saja ditinggalkan oleh seseorang

karena ia masih berhak ketempat tersebut ketika ia kembali.

6.    Berdo’a Sebelum Meninggalkan Majelis

سول الل��ه� �ان� ر� : ك �ه ق�ال� ض�ي� الله ع�ن ة� ر� ز� �ر� �ي� ب �ب ع�ن� ا�قوم� �ن� ي اد� ا �ر� �ذ�ا ا ةK ا �خ�ر� �ا �قول ب م� ي ل �يه� و�س� ص�لى� الله ع�ل�ن� ه�د ا �ش��� د�ك� ا �ح�م��� هم و�ب �ك� الل ان �ح� ب �م�ج�ل�س� : س�� م�ن� الا لB ي��� ج�� ال� ر� ك� ف�ق��� �ي��� �ل وب ا �ت ك� و�ا �غ�ف�ر ت �س� �ت� ا �ن ا �ال �ه� ا �ل ا ال�ا �م��� ه ف�ي �قول�� �ت ت ن ا ك وال5 م��� ول ق��� �ق�� �ت ك� ل �ن�� سول� الله� ا ر�

�م�ج�ل�س� ون ف�ي ال �ك�� ا ي �م��� ةB ل ار� �ف�� ك� ك : ذ�ل��� ال� ى ق��� م�ض���))رواه ابوداود

Diriwayatkan dari abi barzah RA. Dia berkata: Rasulullah SAW jika bangun dari suatu majelis membaca “subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallailaha ila anta astagfiruka waatuubu ilaika” ( maha suci engkau ya Allah dan segala puji bagiMu, saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Engkau, saya minta ampun danbertaubat kepadamu) maka ada seorang berkata, wahai Rasulullah engkau telah membaca bacaan yang dahulu tidak biasa engkau baca, Nabi SAW menjawab “ itu sebagai penebus dosa yang terjadi pada majelis itu”. (HR. Abu Dawud).[12]

Doa ini disebut juga dengan doa kaffaratul majlis yaitu menghapus dosa. Dan dissunahkan membacanya ketika hendak meninggalkan majelis.

Makna Ikhtilâth

Makna ikhtilath secara bahasa adalah bercampurnya sesuatu dengan sesuatu yang lain )Lihat: Lisanul

‘Arab 9/161-162(.

Adapun maknanya secara syar’i yaitu percampurbauran antara laki-laki dan perempuan yang tidak hubungan

mahram pada tempat. )Lihat: Al Mufashshal FîAhkâmil Mar’ah: 3/421 dan Al Mar’atul Muslimah Baina

Ijtihâdil Fuqohâ’ wa Mumârasât Al Muslimin hal. 111(

Page 5: kumplan hadis

Hukum Ikhtilath

Hukum ikhtilath adalah haram berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:

Satu : Firman Allah subhânahu wa ta’âlâ dalam surah Al Ahzâb ayat 33:

ن% ر' ب0ي0وت,ك0ن. ف,ي و%ق%

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu.”

Berkata Imam Al Qurthubi dalam menafsirakan ayat ini: “Makna ayat ini adalah perintah untuk tetap berdiam

atau tinggal di rumah, walaupun yang diperintah dalam ayat ini adalah para istri Nabi Rasulullah shallallâhu

‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam namun secara makna masuk pula selain dari istri-istri beliau Rasulullahshallallâhu

‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam.” )Lihat Tafsirul Qurthubi: 4/179(

Dan Ibnu Katsir berkata tentang makna ayat ini: “Tinggallah kalian di rumah-rumah kalian, janganlah kalian

keluar kecuali bila ada keperluan.”

Dua: Firman Allah ‘Azza Wa Jalla dalam surah Al Isra’ ayat 32:

ب0وا و%ال% ر% ن%ا ت%ق' الز?

“Dan janganlah kalian mendekati zina.”

Larangan dalam ayat ini dengan konteks “Jangan kalian mendekati” menunjukkan bahwa Al Qur’an telah

mengharamkan zina begitu pula pendahuluan-pendahuluan yang dapat mengantar kepada perbuatan zina serta

sebab-sebabnya secara keseluruhan seperti melihat, ikhtilath, berkhalwat, tabarruj dan lain-lain.” )Lihat Tafsir

Ibnu Katsir 3/39(.

Tiga: Hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma yang dikeluarkan oleh Abu Daud dengan sanad yang hasan dari

seluruh jalan-jalannya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam bersabda:

ا ال% ن%ع0و' ائ%ك0م0 ت%م' د% ن,س% اج, ن. ال'م%س% ت0ه0 ب0ي0و' ي'رM و% ن. خ% ل%ه0

“Janganlah kalian melarang para perempuan kalian )untuk menghadiri( mesjid, dan rumah-rumah mereka lebih

baik bagi mereka.”

Dan dengan lafazh yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari hadits Ibnu ‘Umar

pula, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam bersabda:

ن%ع0وا ال% اء% ت%م' د% الله, إ,م% اج, الله, م%س% .

Page 6: kumplan hadis

“Janganlah kalian melarang hamba-hamba Allah yang perempuan )untuk menghadiri( mesjid-mesjid Allah.”

Hadits ini menjelaskan tentang tidak wajibnya perempuan menghadiri sholat jama’ah bersama laki-laki di

masjid, ini berarti boleh bagi perempuan untuk menghadiri sholat jama’ah di masjid akan tetapi rumah-rumah

mereka lebih baik bagi mereka. Dan para ulama fuqaha’ sepakat tentang tidak wajibnya hal tersebut. Dan

sebagian dari mereka memakruhkan untuk perempuan muda, adapun untuk perempuan yang telah tua maka

mereka membolehkannya dan yang rajih adalah hukumnya boleh. )Lihat: Al Mufashshal Fii Ahkâmil Mar’ah:

3/424(

Berkata Imam An Nawawi dalam Syarah Shahîh Muslim )2/83(: “Ini menunjukkan bolehnya perempuan ke

masjid untuk menghadiri sholat jama’ah, tentunya bila memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh

syari’at. Di antaranya tidak keluar dengan menggunakan wangi-wangian, tidak berpakaian yang menyolok dan

termasuk di dalamnya tidak bercampur atau ikhtilath dengan laki-laki yang bukan mahramnya.”

Empat: Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari, beliau berkata:

ت%أ'ذ%ن'ت0 ل.ى الن.ب,ي. اس' ل.م% آل,ه, و%ع%ل%ى ع%ل%ي'ه, الله0 ص% ف,ي و%س% اد, ه% ال% ال'ج, ق% اد0ك0ن. : ف% ه% جe ج, ال'ح% .

“Saya meminta izin kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam untuk berjihad, maka

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam bersabda: Jihad kalian adalah berhaji.”

Berkata Ibnu Baththal dalam Syarahnya sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari )6/75-

76(: “Hadits ini menjelaskan bahwa jihad tidak diwajibkan bagi perempuan, hal ini disebabkan karena

perempuan apabila berjihad maka tidak akan mampu menjaga dirinya dan juga akan terjadi percampurbauran

antara laki-laki dan perempuan.”

Lima: Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang dikeluarkan oleh Imam Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi

wa ‘alâ âlihi wasallam bersabda:

ي'ر0 و'ف, خ% ف0 ال, ص0 ج% ا الر? ل0ه% و.ا أ% ه% eر ا و%ش% ه% ر0 ي'ر0 آخ, و%خ%

و'ف, ف0 اء, ص0 ا الن?س% ه% ر0 ه %ا آخ, eر ا و%ش% ل0ه% و.أ% .

“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depan dan sejelek-jeleknya adalah yang paling belakang. Dan

sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling belakang dan sejelek-jeleknya adalah yang paling awal.”

Berkata Imam An Nawawi dalam Syarah Shahîh Muslim: “Bahwa sesungguhnya shaf perempuan yang paling

baik adalah yang paling belakang dan shaf laki-laki yang paling baik adalah yang paling awalnya, hal ini

dikarenakan agar keadaan shaf perempuan dan shaf laki-laki saling menjauh sehingga tidak terjadi ikhtilath dan

saling memandang satu dengan yang lainnya.”

Page 7: kumplan hadis

Berkata Ash Shan’ani dalam Subulus Salam: “Dalam hadits ini menjelaskan sebab sunnahnya shaf perempuan

berada di belakang shof laki-laki agar supaya keadaan tempat perempuan dan laki-laki dalam sholat saling

menjauh sehingga tidak terjadi ikhtilath di antara mereka.”

Berkata Asy Syaukani dalam Nailul Authar )3/189(: “Penyebab kebaikan shaf perempuan berada di belakang

shaf laki-laki adalah karena tidak terjadi iktilathantara mereka.”

Enam: Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari, beliau berkata:

و'ل% إ,ن. س0 ل.ى الله, ر% ل.م% آل,ه, و%ع%ل%ى ع%ل%ي'ه, الله0 ص% ك%ان% و%س% ل?ي' ب'ح% ي0ص% eالص rن% ب,غ%ل%س ر,ف' ي%ن'ص% اء0 ف% ن,ي'ن% ن,س% ؤ'م, ال% ال'م0

ن% ف' و' ال'غ%ل%س, م,ن' ي0ع'ر%% ن. ي%ع'ر,ف0 ال% أ ه0 ا ب%ع'ض0 wب%ع'ض .

“Sesungguhnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam sholat Shubuh pada saat masih gelap maka

para perempuan kaum mukminin kembali dan mereka tidak dikenali karena gelap atau sebagian mereka tidak

mengenal sebagian yang lain.”

Hadits ini menjelaskan disunnahkannya bagi perempuan keluar dari masjid lebih dahulu daripada laki-laki ketika

selesai shalat jama’ah, agar supaya tidak terjadi ikhtilath, saling pandang memandang atau hal-hal yang tidak

dibenarkan oleh syari’at.

Hal serupa dijelaskan pula dalam hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha riwayat Imam Bukhari, beliau

berkata:

اء% أ%ن. د, ف,ي' الن?س% و'ل, ع%ه' س0 ل.ى الله, ر% و%ع%ل%ى ع%ل%ي'ه, الله0 ص% ل.م% آل,ه, ,ذ%ا ك0ن. و%س% ن% إ ل.م' ب%ة, م,ن% س% ك'ت0و' ن% ال'م% م' ث%ب%ت% ق0 و%

و'ل0 س0 ن' وسلم عليه الله صلى الله, ر% ل.ى و%م% م,ن% ص% ال, ج% ا الر? اء% م% إ,ذ%ا الله0 ش% ام% ف% و'ل0 ق% س0 ل.ى الله, ر% الله0 ص%

ل.م% آل,ه, و%ع%ل%ى ع%ل%ي'ه, ام% و%س% ال0 ق% ج% الر? .

“Sesungguhnya para perempuan di zaman Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam bila mereka

salam dari sholat wajib, maka mereka berdiri dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam dan orang

yang sholat bersama beliau dari kalangan laki-laki tetap di tempat mereka selama waktu yang diinginkan oleh

Allah, bila Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam berdiri maka para lelaki juga berdiri.”

Berkata Asy Syaukani dalam Nailul Authar )2/315(: “Dalam hadits ini terdapat hal yang menjelaskan tentang

dibencinya ikhtilath antara laki-laki dan perempuan dalam perjalanan dan hal ini lebih terlarang lagi

ketika ikhtilath terjadi dalam suatu tempat.”

Page 8: kumplan hadis

Berkata Ibnu Qudamah dalam Al Mughni )2/560(: “Jika dalam jama’ah sholat terdapat laki-laki dan perempuan

maka disunnahkan bagi laki-laki untuk tidak meninggalkan tempat sampai perempuan keluar meninggalkan

jama’ah sebab kalau tidak, maka hal ini dapat membawa pada ikhtilath.“

Tujuh: Hadits Jabir Bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma riwayat Imam Bukhari, beliau berkata:

ام% ل.ى الن.ب,يe ق% ل.م% آل,ه, و%ع%ل%ى ع%ل%ي'ه, الله0 ص% ي%و'م% و%س%

ط'ر, ل.ى ال'ف, % ف%ص% ب%د%أ ة, ف% ال% ا خ%ط%ب% ث0م. ب,الص. ل%م. غ% ف% ر% ل% ف% ن%ز% أ%ت%ى اء% ف% ه0ن. الن?س% ذ%ك.ر% ف% .

“Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam berdiri pada hari Idul Fitri untuk Sholat maka beliau pun

memulai dengan sholat kemudian berkhutbah. Tatkala beliau selesai, beliau turun lalu mendatangi para

perempuan kemudian memperingati )baca: menasihati( mereka.”

Berkata Al Hafizh dalam Al Fath )2/466(: “Perkataan “kemudian beliau mendatangi para

perempuan” menunjukkan bahwa tempat perempuan terpisah dari tempat laki-laki, tidak dalam

keadaan ikhtilath.“

Berkata Imam An Nawawi dalam Syarah Shahîh Muslim )2/535(: “Hadits ini menjelaskan bahwa perempuan-

perempuan apabila menghadiri sholat jama’ah di mana jama’ah tersebut dihadiri pula oleh laki-laki maka

tempat perempuan berisah dari tempat laki-laki hal ini untuk menghindari fitnah, saling memandang dan

berbicara.”

Beberapa Masalah Seputar Ikhtilath

1. Hukum belajar di sekolah-sekolah dan universitas yang terjadi ikhtilath di dalamnya.

Berkata syaikh Ibnu Jibrin sebagaimana dalam Fatâwâ Fî An Nazhor Wal Khalwat Wal Ikhtilath hal. 23:

“Kami menasihatkan pada seorang muslim yang ingin menyelamatkan dan menjauhkan dirinya dari sebab-

sebab kerusakan dan fitnah, tidak ada keraguan bahwa sesungguhnya ikhtilath di sekolah-sekolah adalah

penyebab terjadinya kerusakan dan pengantar terjadinya perzinahan.”

Berkata Syaikh Al Utsaimin sebagaimana dalam kitab yang sama hal. 26: “Pendapat saya, sesungguhnya tidak

boleh bagi setiap orang baik laki-laki dan perempuan untuk belajar di sekolah-sekolah yang terjadi ikhtilath di

dalamnya, disebabkan karena bahaya besar akan mengancam kesucian dan akhlak mereka. Tidak ada

keraguan bahwa orang yang bagaimanapun sucinya dan mempunyai akhlak yang tinggi, bagaimanapun bila di

samping kursinya ada perempuan, terlebih lagi bila perempuannya cantik lalu menampakkan kecantikannya

maka sangat sedikit yang bisa selamat dari fitnah dan kerusakan. Oleh karena itu segala yang membawa

kepada kerusakan dan fitnah adalah haram.”

Page 9: kumplan hadis

Berkata Syaikh Ibnu Bazz sebagaimana dalam kitab yang sama pula hal. 10: “Barang siapa yang mengatakan

boleh Ikhtilath di sekolah-sekolah dan yang lainnya dengan alasan bahwa perintah berhijab hanya khusus untuk

istri-istri Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam maka perkataan ini jauh dari petunjuk serta

menyelisihi Al Qur’an dan Sunnah yang telah menunjukkan hukum hijab berlaku umum, sebagaimana dalam

firman Allah subhânahu wa ta’âlâ:

ر0 ذ%ل,ك0م' ل0وب,ك0م' أ%ط'ه% ن. ل,ق0 ل0وب,ه, و%ق0

“Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.”

Dan juga kita ketahui bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam diutus oleh Allah subhânahu wa

ta’âlâ untuk seluruh manusia tanpa kecuali, Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:

ل' ا ق0 %يeه% ول0 إ,ن?ي الن.اس0 ي%اأ س0 ,ل%ي'ك0م' الل.ه, ر% يعwا إ م, ج%

“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.”

ا ل'ن%اك% و%م% س% ر'ةw إ,ال. أ% ا ل,لن.اس, ك%اف. wير ا ب%ش, wن%ذ,ير و%

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita

gembira dan sebagai pemberi peringatan.”

Dan para sahabat yang mereka adalah sebaik-baik manusia dalam keimanan dan takwa dan sebaik-baik zaman,

di masanya ternyata masih diperintahkan untuk berhijab demi kesucian hati-hati mereka, maka tentu orang-

orang yang setelah mereka lebih membutuhkan dan lebih harus berhijab untuk mensucikan hati-hati mereka

karena mereka berada pada zaman fitnah dan kerusakan.”

2. Hukum bekerja ditempat yang terjadi ikhtilath di dalamnya.

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin sebagaimana dalam Fatâwâ Fî An Nazhor Wal Khalwat Wal Ikhtilath hal. 44:

“Pendapat saya, yakni tidak boleh ikhtilathantara laki-laki dan perempuan baik di instansi negeri maupun

swasta, karena ikhtilath adalah penyebab terjadinya banyak kerusakan.”

Berkata para Ulama yang tergolong dalam Lajnah Dai’mah: “Adapun hukum bekerja di tempat yang

)terdapat( ikhtilath adalah haram karena ikhtilath adalah penyebab kerusakan yang terjadi pada manusia.”

Berkata Syaikh Ibnu Bazz rahimahullah dalam kitab Musyarakatul Mar’ah Lir Rijâl Fî Mîdân ‘Amal hal. 7:

“Bekerjanya perempuan di tempat yang terdapat laki-laki di dalamnya adalah perkara yang sangat berbahaya.

Dan di antara penyebab besar munculnya kerusakan adalah disebabkan karena ikhtilath yang mana hal itu

merupakan jalan-jalan yang paling banyak menyebabkan terjadinya perzinahan.”

Page 10: kumplan hadis

HUKUM TABARRUJ

Makna Tabarruj

Tabarruj adalah apabila perempuan menampakkan perhiasan atau kecantikannya dan hal-hal yang indah dari

dirinya kepada laki-laki yang bukan mahramnya, jadi perempuan yang ber-tabarruj adalah perempuan yang

menampakkan wajahnya. Sehingga bila ada perempuan yang menampakkan atau memperlihatkan kecantikan

wajah dan lehernya maka dikatakan perempuan itu ber-tabarruj. )Lihat Lisanul Arab Oleh Ibnu Manzhur: 3/33(

Tabarruj adalah perkara haram, sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil dari Al Qur’an dan Sunnah

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam.

Dan juga kaum muslimin sepakat tentang haramnya tabarruj sebagaimana yang dinukil oleh Al ‘Allamah Ash

Shan’ani dalam Hâsyiyah Minhatul Ghoffâr ‘Alâ Dhau’in Nahâr 4/2011, 2012. Lihat: kitab Hirâsyatul

Fadhîlah hal.92 )cet.ke 7(.

Berikut ini dalil-dalil yang menunjukkan tentang haramnya tabarruj:

Satu: Allah Rabbul ‘Izzah berfirman dalam surah Al Ahzâb ayat 33:

ن% ر' ن% و%ال% ب0ي0وت,ك0ن. ف,ي و%ق% ج' ج% ت%ب%ر. eل,ي.ة, ت%ب%ر اه, 0ول%ى ال'ج% األ'

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu bertabarruj dengan tabarruj orang-orang Jahiliyah

yang dahulu.”

Berkata Imam Al Qurtubi tentang ayat ini: “Ayat ini adalah perintah untuk tetap berdiam/tinggal di rumah. Dan

sekalipun yang diperintah dalam ayat ini adalah para istri Nabi shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam namun

secara makna termasuk pula selain dari istri-istri Nabi.” )Lihat Tafsir Al Qurthubi: 14/179 (

Berkata Mujahid tentang makna “Tabarrujal Jâhiliyah”: “Perempuan yang keluar dan berjalan di depan laki-laki

maka itulah yang dimaksud dengan “Tabarrujal Jâhiliyah.” )Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 3/482 dan Ahkâmul

Qur’ân Oleh Al Jashshas: 3/360(

Berkata Muqatil Bin Hayyan tentang makna “Tabarrujal Jâhiliyah”: “Tabarruj adalah perempuan yang

melepaskan khimar )tutup kepala( dari kepalanya sehingga terlihat kalung, anting-anting dan lehernya.”

)Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 3/482-483(

Dan Qatadah berkata dalam menafsirkan ayat “Ddan janganlah kamu bertabarruj dengan tabarruj orang-orang

Jahiliyah yang dahulu”: Perempuan yang berjalan dengan bergoyang dan bergaya. Maka Allah subhânahu wa

ta’âlâ melarang perempuan melakukan itu.” )Lihat Ahkâmul Qur’ân Oleh Al Jashshas: 3/360 dan Fathul

Bayân: 7/391(

Page 11: kumplan hadis

Adapun makna tabarruj dalam Tafsir Al Alûsi 21/8 yakni: “Perempuan yang menampakkan perhiasan dan

kecantikannya yang seharusnya tidak dinampakkan.”

Sementara Abu Ubaidah dalam menafsirkan makna tabarruj: “Perempuan yang menampakkan kecantikan yang

dapat membangkitkan syahwat laki-laki, maka itulah yang dimaksud Tabarruj.” )Lihat: Tafsir Ibnu Katsir: 3/33

(

Dua: Firman Allah Ta’ala:

د0 و%اع, ال'ق% اء, م,ن% و% ت,ي الن?س% ون% ال% الال. ج0 ا ي%ر' wل%ي'س% ن,ك%اح ف% ن. ن%احM ع%ل%ي'ه, ع'ن% أ%ن' ج0 ن. ي%ض% اتr غ%ي'ر% ث,ي%اب%ه0 ج% ت%ب%ر? ب,ز,ين%ةr م0

أ%ن' ن% و% ف' ت%ع'ف, ي'رM ي%س' ن. خ% الل.ه0 ل%ه0 يعM و% م, ع%ل,يمM س%

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti )dari haid dan mengandung( yang tiada ingin kawin )lagi(,

tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak )bermaksud( untuk tabarruj dengan

)menampakkan( perhiasan, dan menjaga kehormatan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui.” )QS An Nûr: 60(

Maksud dari “Tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka,” yaitu pakaian yang zhohir yang

menutupi muka dan telapak tangan. Demikian dalam kitab Hirâsyatul Fadhîlah hal. 54 )cet. ke-7(

Kalau para perempuan tua dengan kriteria yang tersebut dalam ayat tidak boleh ber-tabarruj, apalagi para

perempuan yang masih muda. Wallâhul Musta’ân.

Tiga: Firman Allah Jalla wa ‘Alâ:

ل' ن%ات, و%ق0 ؤ'م, ن% ل,ل'م0 ض' ن. م,ن' ي%غ'ض0 ار,ه, %ب'ص% ظ'ن% أ ف% ي%ح' و% ن. ه0 وج% ر0 ن. ي0ب'د,ين% و%ال% ف0 ا إ,ال. ز,ين%ت%ه0 ر% م% ا ظ%ه% ن'ه% م, ر,ب'ن% ل'ي%ض' ر,ه,ن. و% م0 ن. ع%ل%ى ب,خ0 ي0وب,ه, ن. ي0ب'د,ين% و%ال% ج0 ز,ين%ت%ه0

ن. إ,ال. و' ل,ب0ع0ول%ت,ه,% ن. أ و' ء%اب%ائ,ه,

% ن. ء%اب%اء, أ و' ب0ع0ول%ت,ه,% ن. أ %ب'ن%ائ,ه, أ

و'% %ب'ن%اء, أ ن. أ و' ب0ع0ول%ت,ه,

% ن. أ ان,ه, و% و' إ,خ'% ن. ب%ن,ي أ ان,ه, و% و' إ,خ'

% ب%ن,ي أ ن. ات,ه, و% و' أ%خ%

% ن. أ ائ,ه, و' ن,س%% ا أ ل%ك%ت' م% ن. م% ان0ه0 %ي'م% و, أ

% الت.اب,ع,ين% أ

و,% ب%ة, أ0ول,ي غ%ي'ر, الت.اب,ع,ين% أ ,ر' ال, م,ن% اإل' ج% و, الر?

% ل, أ الط?ف' وا ل%م' ال.ذ,ين% ر0 ات, ع%ل%ى ي%ظ'ه% اء, ع%و'ر% ر,ب'ن% و%ال% الن?س% ي%ض'

ن. ل,ه, ج0 ر'ا ل,ي0ع'ل%م% ب,أ% ين% م% ف, ن. م,ن' ي0خ' ت0وب0وا ز,ين%ت,ه, إ,ل%ى و%

يعwا الل.ه, م, ا ج% %يeه% ن0ون% أ ؤ'م, ون% ل%ع%ل.ك0م' ال'م0 ل,ح0 ت0ف'

Page 12: kumplan hadis

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara

kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang )biasa( nampak daripadanya.

Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,

kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau

putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka,

atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki,

atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan )terhadap wanita( atau anak-anak yang belum

mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang

mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya

kamu beruntung.” )QS An Nûr: 31(

Empat: Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Imam Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi

wasallam bersabda:

ان, ن'ف% ل, م,ن' ص, ا ل%م' الن.ار, أ%ه' م% ه0 ر%و'مM أ% م' ق% ع%ه0 ي%اطM م% س,

ر, ك%أ%ذ'ن%اب, ر,ب0و'ن% ال'ب%ق% ا ي%ض' اءM الن.اس0 ب,ه% ن,س% ي%اتM و% ك%اس, Mع%ار,ي%ات Mت ي'ال% م, تM م0 ائ,ال% ن. م% ه0 ؤ'و'س0 ة, ر0 ن,م% س'

ت, ك%أ% ال'ب0خ' ائ,ل%ة, ل'ن% ال% ال'م% ن.ة% ي%د'خ0 د'ن% و%ال% ال'ج% ا ي%ج, ه% إ,ن. ر,ي'ح% ا و% ه% ر,ي'ح% د0 ة, م,ن' ل%ي0و'ج% ي'ر% و%ك%ذ%ا ك%ذ%ا م%س, .

“Dua golongan dari penduduk neraka yang saya belum pernah melihatnya sebelumnya: Kaum yang mempunyai

cambuk-cambuk seperti ekor-ekor sapi untuk memukul manusia dengannya dan para perempuan yang

berpakaian tapi telanjang berjalan berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk onta, mereka tidaklah

masuk surga dan tidak )pula( menghirup baunya, padahal baunya dihirup dari jarak begini dan begini.”

Berkata Imam An Nawawi dalam Syarah Muslim )14/110( dalam menjelaskan makna “Berpakaian tapi

telanjang” yaitu mereka berpakaian tetapi hanya menutup sebagian badannya dan menampakkan sebagian

yang lain untuk memperlihatkan kecantikan dirinya ataukah memakai pakaian tipis sehingga menampakkan

kulit badannya.”

Dan Syaikh Bin Bazz rahimahullah dalam Majmû’ah Ar Rosâil Fil Hijâb Wa Ash Shufûr hal. 52: “Dalam

Hadits ini ada ancaman yang sangat keras bagi yang melakukan perbuatan tabarruj, membuka wajah dan

memakai pakaian yang tipis. Ini terbukti dari ancaman Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi

wasallamterhadap pelakunya bahwa mereka diharamkan masuk surga.”

Tabarruj Termasuk Dosa Besar

Imam Adz Dzahabi rahimahullah menggolongkan tabarruj termasuk dari dosa-dosa besar, beliau berkata dalam

kitab Al Kabâ’ir hal. 146-147: “Termasuk perbuatan-perbuatan yang menyebabkan terlaknatnya seorang

perempuan bila ia menampakkan perhiasan emas dan permata yang berada di bawah cadarnya, memakai

Page 13: kumplan hadis

wangi-wangian bila keluar rumah dan yang lainnya. Semuanya itu termasuk dari tabarruj yang Allah subhânahu

wa ta’âlâ membencinya dan membenci pula pelakunya di dunia dan di akhirat. Dan perbuatan inilah yang

banyak dilakukan oleh kaum perempuan sehinga Nabi shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam bersabda

tentang para perempuan bahwa: “Aku menengok ke dalam neraka maka aku melihat kebanyakan penghuninya

adalah perempuan.” Dan bersabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wasallam:

ا ك'ت0 م% ت'ن%ةw ب,ع'د,ي' ت%ر% رe ه,ي% ف, ال, ع%ل%ى أ%ض% ج% م,ن% الر? اء, .الن?س%

“Saya tidaklah meninggalkan suatu fitnah setelahku yang paling berbahaya atas kaum lelaki daripada fitnah

perempuan.”

Dan dari bahaya fitnah perempuan terhadap laki-laki yakni keluarnya perempuan dari rumah-rumah mereka

dalam keadaan ber-tabarruj karena hal itu dapat menjadi sebab bangkitnya syahwat laki-laki dan terkadang hal

itu membawa kepada perbuatan yang tidak senonoh. )Lihat: Al Mufashshal Fî Ahkâmil Mar’ah: 3/416(

Dari uraian di atas, telah jelas bahwa tabarruj yang dilarang adalah tabarruj yang dilakukan bila keluar rumah.

Adapun bila perempuan tersebut berhias di rumahnya dan menampakkan perhiasan dan kecantikan kepada

suaminya maka hal ini tidak mengapa dan tidak berdosa bahkan agama memerintahkan hal tersebut.

Akibat-akibat yang Ditimbulkan dari Fitnah Ikhtilath dan Tabarruj

1. Ikhtilath adalah jalan dan sarana yang mengantar kepada segala bentuk perzinahan yakni zina menyentuh,

melihat dan mendengar. Dan zina yang paling keji adalah zina kemaluan yang mana Allah subhânahu wa

ta’âlâ mengancam pelakunya dalam surah Al Furqân ayat 68-69 dan surah Al Isrâ’ ayat 32.

)Lihat: Ahkâmun Nisâ’ 4/357(

2. Ikhtilath dan tabarruj menyebabkan perkelahian dan peperangan di antara kaum muslimin. Hal ini

disebabkan karena dalam ikhtilath terjadi kedengakian dan kebencian  serta permusuhan di antara laki-laki

karena memperebutkan perempuan atau sebaliknya terjadi kedengkian, kebencian dan permusuhan anatara

perempuan karena memperebutkan laki-laki. )Lihat: Ahkâmun Nisâ’ 4/355-357(.

3. Ikhtilath dan tabarruj menyebabkan perempuan tidak punya harga diri sebab ketika bercampur dengan laki-

laki maka perempuan tersebut dapat dipandang dan dilihat oleh laki-laki sekedar untuk dinikmati, ibarat boneka

yang hanya dilihat dari kecantikan raut muka dan keindahannya. )Lihat Majmû’ah Ar Rosâil Fil Hijâb Wa Ash

Shufûr oleh Lajnah Da’imah hal. 119(

4. Ikthilath dan tabarruj menyebabkan hilangnya rasa malu pada diri perempuan yang mana hal itu adalah ciri

keimanan dalam dirinya, karena ketika terjadiikhtilath dan tabarruj maka perempuan tidak lagi mempunyai rasa

malu dalam menampakkan auratnya. )Lihat Risalatul Hijâb oleh Syaikh Al ‘Utsaimin hal. 65(

Page 14: kumplan hadis

5. Ikhtilath dan tabarruj menyebabkan ketundukan dan keterikatan pria yang sangat besar terhadap perempuan

yang dia kenal dan dilihatnya. Dan hal inilah yang menyebabkan kerusakan besar pada diri laki-laki sampai

membawanya kepada perbuatan yang kadang tergolong ke dalam kesyirikan. Rasulullahshallallâhu ‘alaihi wa

‘alâ âlihi wasallam bersabda:

ا ك'ت0 م% ت'ن%ةw ب,ع'د,ي' ت%ر% رe ه,ي% ف, ال, ع%ل%ى أ%ض% ج% م,ن% الر? اء, .الن?س%

“Saya tidaklah meninggalkan suatu fitnah setelahku yang paling berbahaya atas kaum lelaki daripada fitnah

perempuan.”

6. Perbuatan ikhtilath dan tabarruj adalah perbuatan yang menyerupai prilaku orang-orang kafir dari Yahudi dan

Nashara karena hal itu adalah kebiasaan-kebiasaan mereka. Sedangkan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ

âlihi wasallam bersabda:

ب.ه% م%ن' و'مr ت%ش% و% ب,ق% ه0 م' ف% ن'ه0 م, .

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari golongan mereka.”

)Lihat perkataan sekelompok ulama dalam kitab Majmu’ Rosâ’il hal. 52(

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi

wasallam serta penjelasan para ulama, juga melihat bahaya-bahaya yang ditimbulkan

oleh khalwat, ikhtilath dan tabarruj maka jelaslah bahwa khalwat, ikhtilath dan tabarruj merupakan hal yang

diharamkan. Dan seharusnya bagi seorang muslim dan muslimah apabila Allah Ta’ala dan Rasul-Nya telah

menetapkan suatu perkara, hendaknya bersikap tunduk dan patuh pada perintah-Nya sebagai aplikasi

keimanan kepada-Nya, sebagaimana firman Allah subhânahu wa ta’âlâ:

ا ؤ'م,نr ك%ان% و%م% ن%ةr و%ال% ل,م0 م, ؤ' ,ذ%ا م0 ول0ه0 الل.ه0 ق%ض%ى إ س0 و%ر% ا wر م'

م0 ي%ك0ون% أ%ن' أ% ة0 ل%ه0 ي%ر% م' م,ن' ال'خ, ر,ه, م'أ%

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak )pula( bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan

Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan )yang lain( tentang urusan

mereka.” )QS Al Ahzâb: 36(

Alhamdulillâhi rabbil ‘âlamin. Wallâhu a’lam.

Page 15: kumplan hadis

I.    HADIS AMANAHSahabat nabi Khudzaifah r.a. menerangkan dalam hadis yang berbunyi:

�ا �ن �ف�ة� ق�ال� ح�د ث �ت ع�ن� حذ�ي �ي أ �ن� ر� �ي �ث د�ي م� ح��� ل �ه� و� س��� �ي و�ل الله� ص�ل ى الله ع�ل س ر� ال� ج��� Iو�ب� الر ل�ت� ف�ي� ج�ذ�ر� قل �ز� �ة� ن � م�ان �أل �ن ا �ا أ �ن .ح�د ث �خ�ر� �ال �ظ�ر ا �ت �ن �ا أ �ن �ح�د�هم�ا و�أ اام �ن��� ال� ي ا ق��� ف�ع�ه��� �ا ع�ن� ر� �ن د ث ة� و� ح��� ن �مو�ام�ن� الس��¦ م ع�ل آن� ث �قر� �مو�ام�ن� ال م ع�ل ث م �ت� ث و�ك �ر�ال��� �ث ل� ا ا م�ث��� ه��� �ر ث

� ل¦ أ �ظ��� �ه� ف�ي �ب �ة م�ن� ق�ل �م�ان �أل �ض ا ق�ب و�م�ة� ف�ت جل الن الرك� �ه ع�لى� ر�ج�ل��� ت ج� �ج�م�ر� د�ح�ر� �لم�ج�ل� ك �ل� ا ه�ا م�ث �ر �ث �ق�ى ا �ب �ض ف�ي ق�ب و�م�ة� ف�ت �ام الن �ن يBد �ح��� �اد أ �ك �ي �عو�ن� ف�ال �ا ي �ب �ت اس ي �ح الن ص�ب �ه� س�ي�ءB ف�ي �س� ف�ي �ي او�ل �ر5 �ب �ت اه من �ر� �ف�ط� ف�ت ف�نه �ع�ق�ل��� �أ ل� ما ج�� �لر ال ل ق�� 5ا و�ي �ن �م�ي 5 أ جال �نK ر� �ي� فال �ن �ن ف�ي� ب ق�ال إ �ة� ف�ي �ن �ما �أل ؤ�دIي ا يد� �ق��� ان� و�ل �م��� �ي د�لK م�ن� ا ر� ة� خ��� �ق�ال ح�ب�� �ه� م�ث �ب �د�ه و�م�ا ف�ي� ق�ل ل �ج� ف�ه و�م�ا ا �ظ�ر� � ا و�ما �ي د ه ع�ل �م5ا ر� ل ان� مس��� �ن� ك��� �ئ �ع�ت ل اي م� ب��� ك �ي �ي� أ ا ل ب��� ا أ انB و�م��� م��� �ي ز� �ى ع�ل �ت أ �ال ع إ �ا ي��� ب

�ت أ ن �و�م� ف�م�ا ك �ي م ا ال� �ه� ف�أ ي اع� د ه ع�ل�ي س� ±ا ر� �ي ان �ص�ر� �ان� ن �ن� ك �م و�إ ال �س� �إل ا

5ا. �ن 5ا و�فال �ن �اب� الر�ق�اق�( فال �ت خ�ا ر�ي¦ ف�ي� ك �ب ج�ه ال �خ�ر� )ا           Artinya: Dari Khudzaifah berkata, Rasulullah SAW menyampaikan kepadaku dua hadis,

yang satu telah saya ketahui dan yang satunya lagi masih saya tunggu. Beliau bersabda kepada kami bahwa amanah itu diletakkan di lubuk hati manusia, lalu mereka mengetahuinya dari Al Qur’an kemudian mereka ketahui dari al hadis (sunnah). Dan beliau juga menyampaikan kepada kami tentang akan hilangnya amanah. Beliau bersabda: seseorang tidur lantas amanah dicabut dari hatinya hingga tinggal bekasnya seperti bekas titik-titik. Kemudian ia tidur lagi, lalu amanah dicabut hingga tinggal bekasnya seperti bekas yang terdapat di telapak tangan yang digunakan untuk bekerja, bagaikan bara yang di letakkan di kakimu, lantas melepuh tetapi tidak berisi apa-apa. Kemudian mereka melakukan jual beli/transaksi-transaksi tetapi hampir tidak ada orang yang menunaikan amanah maka orang-orang pun berkata : sesungguhnya dikalangan Bani Fulan terdapat orang yang bisa dipercayai dan adapula yang mengatakan kepada seseorang alangkah pandainya, alangkah cerdasnya, alangkah tabahnya padahal pada hatinya tidak ada iman sedikitpun walaupun hanya sebiji sawi. Sungguh akan datang padaku suatu zaman dan aku tidak memperdulikan lagi siapa diantara kamu yang aku baiat, jika ia seorang muslim hendaklah dikembalikan kepada Islam yang sebenarnya dan juga ia seorang nasrani maka dia akan dikembalikan kepadaku oleh orang-orang yang mengusahakannya. Adapun pada hari ini aku tidak membaiat kecuali Fulan bin Fulan.(HR. Imam Bukhari)[1].

 III. PEMBAHASANA.    Pengertian Amanah

Amanah dalam bahasa arab berasal dari kata al Amaanah yang berarti segala yang

diperintah Allah SWT kepada hamba-hambanya[2]. Secara khusus amanah adalah sikap

bertanggung jawab orang yang dititipi barang, harta atau lainnya dengan mengembalikannya

kepada orang yang mempunyai barang atau harta tersebut.

Sedangkan secara umum amanah sangat luas sekali. Sehingga menyimpan rahasia, tulus

dalam memberikan masukan kepada orang yang meminta pendapat dan  menyampaikan pesan

kepada pihak yang benar atau sesuai dengan permintaan orang yang berpesan juga termasuk

amanah. Maka sifat amanah baik secara umum maupun yang khusus sangat berhubungan erat

Page 16: kumplan hadis

dengan sifat-sifat mulia lainnya seperti jujur, sabar, berani, menjaga kemuliaan diri, memenuhi

janji dan adil[3].B.     Hakikat Amanah

Hadis diatas menuturkan tentang diturunkannya dan diangkatnya amanah, salah satu dari keduanya melihat bahwa sesungguhnya amanah itu kebalikan dari sifat khianat atau dengan kata lain adalah suatu beban tanggung jawab. Amanah diturunkan dalam lubuk hati orang-orang, setelah itu orang-orang mengetahui dari Al Qur’an kemudian dari Sunnah (Hadis) . Bahwasanya amanah itu diberikan kepada orang-orang menurut fitrahnya, setelah itu dengan melalui usaha dari syariat. Adapun secara lahir yang dimaksud dengan amanah adalah suatu tanggung jawab yang telah Allah SWT bebankan kepada terhadap hamba-hambanya dan juga janji yang telah Allah SWT berikan kepada hambanya, Pengarang kitab Tahrir mengatakan bahwa yang dikehendaki amanah di bab ini adalah seperti yang terkandung dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

  Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan

gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh. (QS. Al Ahzab/33: 72)

Bahwa tingkah laku atau kondisi manusia yang menyerupai ayat tadi yaitu suatu beban atau tanggung jawab yang berupa ketaatan dengan tingkah laku yang ditawarkan. Apabila amanah itu ditawarkan atau ditimpakan kepada langit, bumi dan gunung-gunung  niscaya mereka enggan untuk menanggungnya karena sangat agung dan beratnya sebuah amanah untuk menanggungnya. Akan tetapi manusia dengan sifat lemah dan sedikit kemampuannya mau menanggung amanah tersebut. Sesungguhnya manusia itu termasuk orang-orang yang mendzolimi dirinya dan amat bodoh tingkahnya sekira dia mau mengemban beban suatu amanah.

Allah SWT menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunungnya maka Allah SWT berkata kepada mereka, Apakah kalian mampu menanggung amanah dengan apa yang ada didalamnya? Allah menjawab: Apabila kamu bisa mengemban dan menjaga baik amanah maka kalian akan memperoleh balasan yang banyak. Dan ketika kalian mendurhakai suatu amanah maka kalian akan mendapat siksa yang setimpal, lalu mereka menjawab: tidak ya Allah, tidak, kami tidak mengharapkan apapun dari balasan ganjaran maupun siksa karena memuliakan dan takut kepada Agama Allah SWT[4].

Sejatinya kesanggupan untuk memikul tanggung jawab berat ini diatas pundak adalah tindakan membahayakan diri sendiri. Karenanya manusia adalah makhluk yang mendzolimi dirinya sendiri dan jahil, tidak tahu kemampuannya sendiri. Ini jika dibandingkan dengan besarnya penolakan nafsunya untuk memikulnya. Namun demikian, jika dia bangkit dengan memikul tanggung jawab itu, saat dia sampai kepada makrifah yang menyampaikannya kepada penciptaannya, ketika dia mengambil petunjuk secara langsung dari syariat-Nya dan kala dia sangat patuh kepada kehendak Rabbnya, petunjuk dan ketaatan yang dengan mudah dicapai oleh langit, bumi, dan gunung, makhluk-makhluk yang bermakrifah dan taat kepada penciptaannya tanpa ada penghalang dari dirinya. Ketika manusia telah sampai kepada derajat ini dan dia sadar,mengerti,beriradah, maka sungguh dia telah sampai di kedudukan yang mulia, kedudukan istimewa diantara sekian makhluk Allah SWT[5].

C.    Bentuk-Bentuk Amanah dalam kehidupan Sehari-hari

Page 17: kumplan hadis

1. Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula

      Apabila seorang muslim dititipi oleh orang lain, misalnya barang berharga, karena yang bersangkutan akan pergi jauh ke luar negeri maka titipan itu harus dipelihara dengan baik dan pada saatnya dikembalikan kepada yang punya, utuh seperti semula. Diantara sebab-sebab kenapa Nabi Muhammad SAW sejak mudanya di Mekah sudah terkenal dengan gelar al Aminadalah karena beliau sangat dipercaya oleh penduduk Mekah untuk menyimpan dan memelihara barang titipan, kemudian mengembalikannya seperti semula. Penduduk-penduduk Mekkah yang akan ke luar negeri merasa aman dan tenang menitipkan barang-barang berharga kepada beliau.

2.      Menjaga rahasia      Apabila seseorang dipercaya untuk menjaga rahasia, apakah rahasia pribadi, keluarga, organisasi, atau lebih-lebih lagi rahasia negara dia wajib menjaganya supaya tidak bocor kepada orang lain yang tidak berhak mengetahuinya. Apabila seseorang menyampaikan sesuatu yang penting dan rahasia kepada kita itulah amanah yang harus dijaga.

3.      Tidak menyalahgunakan jabatan      Jabatan adalah amanah yang wajib dijaga. Segala bentuk penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompoknya termasuk perbuatan tercela melanggar amanah. Semua komisi yang diterima seorang petugas dalam rangka menjalankan tugasnya bukanlah menjadi haknya. Misalnya seorang kepala bagian perlengkapan membeli barang-barang untuk keperluan kantor, maka potongan harga yang diberikan pedagang bukanlah menjadi miliknya tetapi menjadi milik kantor karena dia bukan pedagang perantara tetapi petugas yang digaji untuk pengadaan barang-barang keperluan tersebut. Bentuk lain dari menyalahgunakan jabatan adalah mengangkat orang-orang yang tidak mampu untuk menduduki jabatan tertentu hanya karena dia sanak saudara atau kenalannya, padahal ada orang lain yang lebih mampu dan pantas menduduki jabatan tersebut.

4.      Menunaikan kewajiban dengan baik      Allah SWT memikulkan ke atas pundak manusia tugas-tugas yang wajib dia laksanakan baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dengan sesama makhluk lainnya. Tugas seperti itu disebut takhlif manusia yang ditugasi disebut mukallaf dan amanahnya disebut amanah takhlif. Amanah inilah yang secara metaforis digambarkan oleh Allah SWT tidak mampu dipikul oleh langit, bumi dan gunung-gunung karena beratnya tetapi manusia bersedia memikulnya.

5.      Memelihara Semua nikmat yang diberikan Allah SWT      Semua nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia adalah amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik. Umur, kesehatan, harta benda, ilmu dan lain-lain sebagainya termasuk anak-anak adalah amanah yang wajib dipelihara dan dipertanggungjawabkan. Harta benda misalnya harus kita pergunakan untuk mencari keridhaan Allah SWT baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri keluarga maupun kepentingan umat[6].

Page 18: kumplan hadis

6.      Sikap Anak kepada orang tuaDiantara amanah yang lain adalah amanah anak-anak dalam bersikap di hadapan orang

tuanya. Jika anda  mengambil uang milik orang tua tanpa seizin dari mereka berarti anda tidak menjaga amanah seorang anak meskipun jumlah uang yang anda ambil sedikit jumlahnya. Ingatlah bahwa amanah itu bersifat total tidak parsial. Namun yang disebut sebagai perbuatan amanah adalah anda harus izin terlebih dahulu kepada orang tua Anda. 

7. Amanah dalam menjaga agamaJenis amanah yang terakhir dan merupakan amanah paling besar adalah amanah dalam

menjaga nilai-nilai agama dan menyiarkan kepada seluruh manusia. Sadarlah bahwa anda bertanggung jawab atas agama ini dan anda akan mempertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT[7].

D.    Khianat dan Cara Untuk Menjadi Pengemban Amanah

1). Hadis tentang Menyia-nyiakan Amanah

�ه ض�ي� الله ع�ن �ر� ة� ر� �ي هر� ي ب� : ق�ال� ع�ن� أ �ه� و� ق�ال� �ي و�ل الله� ص�ل ى الله ع�ل س ر�

و�ل� س��� �ار� ه�ا ي اع�ت �ض���� ف� إ �ي���� اع�ة�,ك �ظ�ر�الس��� �ت ة ف�ان �م�ان���� �أل Iع�ت� ا ي �ذ�اض��� : إ م� ل س����: الله�؟ ة�. ق�ال� ا ع��� �ظ�ر�الس�� �ت �ه� ف�ان �ه�ل �ر� أ �لى� غ�ي �م�ر إ �أل �د�ا ن س�

�ذ�ا أ ا إ خ��� �ب ه ال ج��� �خ�ر� )ا اب� �ت�������������������������������������������������������������������������������� ر�ي¦ ف�ي� ك                                                                           الر�ق�اق�(

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda: Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya. Salah seorang sahabat bertanya:”Bagaimanakah menyia-nyiakannya, hai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab: “Apabila perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya (HR. Imam Bukhari)[8].

Nabi Muhammad SAW menyebutkan tentang salah satu pertanda akan datangnya hari kiamat adalah bilamana amanah atau kepercayaan diserahkan bukan pada ahlinya. Manusia memiliki keahlian yang berbeda-beda. Idealnya seorang manusia harus mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Kalau dia melakukan suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan maka pekerjaan tersebut akan berantakan.  Kalau dia ahli pertanian janganlah disuruh memperbaiki mobil, untuk sekedar bergaya montir dan membongkar mesin mungkin bisa, tetapi memperbaiki mesinnya tidak akan bisa. Untuk itulah nabi melarang memberikan perkara kepada orang yang bukan ahlinya[9].

Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya[10]. Berpadunya kekuatan dan amanah pada diri seorang manusia sangat jarang terdapat. Maka bila ternyata ada dua orang laki-laki satu diantaranya lebih besar amanah padanya dan yang satunya lebih besar kekuatan haruslah diutamakan mana yang lebih bermanfaat bagi bidang jabatannya itu yang lebih sedikit resikonya.

Page 19: kumplan hadis

Oleh karena itu didahulukanlah dalam jabatan pimpinan peperangan, orang yang kuat fisiknya lagi berani sekalipun dia fasik daripada orang yang lemah dan tidak  bersemangat sedangkan sekalipun dia seorang yang kepercayaan sebagaimana pernah ditanyakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal tentang dua orang laki-laki yang akan memimpin peperangan satu diantaranya kuat tetapi fasik, yang lain saleh tetapi lemah, dibawah komando siapa dia akan berperang? Maka beliau menjawab: Adapun orang fasik tetapi kuat, maka kekuatannya itu berguna bagi kaum Muslimin, sedang kefasikannya adalah atas tanggungan dirinya sendiri dan orang saleh tetapi lemah maka kesalehannya berguna bagi diri sendiri sedangkan kelemahannya menimbulkan hal yang tidak baik bagi kaum muslimin[11].

2). Khianat

Lawan dari amanah adalah khianat sebuah sifat yang sangat tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci oleh Allah SWT apalagi kalau yang dikhianatinya adalah Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu  Allah SWT melarang orang-orang yang beriman mengkhianati Allah SWT, Rasul dan amanah mereka sendiri[12].

Firman Allah SWT dalam surat Al Anfal ayat 27 yang berbunyi:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al Anfal/8:27).

3). Cara untuk Menjadi Pengemban Amanah

1.Takwa kepada  Allah SWTTakwa sebagaimana didefinisikan oleh Ali bin Abi Thalib adalah takut kepada al

Jalil(Yang Maha Agung), beramal dengan At Tanzil (Al Qur’an), ridha terhadap yang sedikit, dan bersiap-siap untuk hari akhir.

2.Tidak menaati orang-orang kafir dan orang-orang munafikAllah SWT memerintahkan kita supaya hanya menaati perintah-perintah-Nya dan hanya

mengikuti Rasul-Nya.3.Mengikuti apa yang diwahyukan dari Allah SWT

Bahwa ketaatan kepada manusia manapun di muka bumi ini terikat dengan dua perkara:makruf dan istitha’ah. Sedangkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah ketaatan yang bersifat mutlak.

4.Bertawakal kepada Allah SWTBertawakal kepada Allah SWT adalah dengan cara mengenal Allah melalui nama-nama

dan sifat-sifat-Nya, beriman kepada takdir secara mantap, berusaha semampunya, menjaga hati dari bergantung kepada selain Allah SWT[13].

Page 20: kumplan hadis
Page 21: kumplan hadis

ASSALAMUALAIKUM. SEBAGAI

RENUNGAN, ADA 15 AYAT MENGENAI

(FITNAH) DI DALAM AL-QURAN NUR

KARIM YANG ALLAH S.W.T TURUNKAN

SEBAGAI RUJUKAN/PANDUAN/PEDOMAN/PENGAJARAN UNTUK UMAT ISLAM. MARILAH

KITA SAMA2 HAYATINYA. INSYA ALLAH.

 

1. Bunuhlah mereka di mana juga kamu temui. Usirlah dari tempat mereka mengusir kamu.

Fitnah itu lebih besar bahaya daripada pembunuhan. Janganlah kamu memerangi mereka di

Masjidil haram sehingga mereka memerangi kamu padanya. Sekiranya mereka memerangi kamu

(ditempat itu) maka perangilah mereka. Demikianlah balasan golongan orang kafir. (Al-Quran:

Surah Al-Baqarah – Ayat 191).

 

2. Perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah dan agama itu hanya untuk Allah. Jika mereka

berhenti (daripada memusuhi kamu) maka tidaklah ada permusuhan lagi melainkan terhadap

orang yang zalim. (Al-Quran: Surah Al-Baqarah – Ayat 193)

 

3. Mereka bertanya engkau tentang berperang dalam bulan haram. Katakanlah (Muhammad) :

"Berperang dalam bulan itu berdosa besar. Perbuatan menghalang orang dari jalan Allah dan

kufur kepadaNya , (melarang orang masuk) ke masjidil haram serta mengusir penduduknya

adalah lebih dosanya di sisi Allah. Fitnah lebih besar dosanya daripada pembunuhan. Jika

mereka mampu, mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sehingga kamu berpaling

daripada agama kamu. Sesiapa yang murtad daripada agamanya dan mati, dia adalah kafir.

Amalan-amalan (baik) mereka musnah di dunia dan akhirat. Mereka menjadi penghuni neraka

yang kekal didalamnya. (Al-Quran: Surah Al-Baqarah – Ayat 217)

 

Page 22: kumplan hadis

4. Dialah yang menurunkan kepada mu (wahai Muhammad) Kitab Suci Al-Qur'an. Sebahagian

besar dari Al-Qur'an itu ialah ayat-ayat "Muhkamaat" (yang tetap, tegas dan nyata ma'nanya

serta jelas maksudnya); ayat-ayat Muhkamaat itu ialah ibu (atau pokok) isi Al-Qur'an. Dan yang

lain lagi ialah ayat-ayat “mutasyaabihaat” (yang samar- samar , tidak terang maksudnya). Oleh

sebab itu (timbullah faham yang berlainan menurut kandungan hati masing-masing) adapun

orang-orang yang ada dalam hatinya kecederungan kearah kesesatan, maka mereka selalu

menurut apa yang samar-samar dari Al-Qur'an untuk mencari fitnah dan mencari-cari Ta'wilnya

(memutarkan maksudnya menurut yang di sukainya). Padahal tidak ada yang mengetahui

Ta'wilnya (tafsir maksudnya yang benar) melainkan Allah. Dan orang-orang yang tetap teguh

serta mendalam pengetahuannya dalam ilmu-ilmu ugama, berkata : "Kami beriman kepadanya ,

semuanya itu datangnya dari sisi Tuhan kami". Dan tiadalah yang mengambil pelajaran dan

peringatan melainkan orang-orang yang berfikiran . (Al-Quran: Surah Ali’-Imran – Ayat 7)

 

5. Kamu juga akan dapati golongan-golongan yang lain (yang pura-pura Islam) supaya mereka

beroleh aman dari pihak kamu dan (sebaliknya mereka melahirkan kekufurannya) supaya

mereka beroleh aman dari pihak kaumnya (yang masih kafir). Tiap-tiap kali mereka diajak kepada

fitnah (pencerobohan), mereka segera terjerumus ke dalamnya. Oleh itu, jika mereka tidak

membiarkan kamu (dan terus mengganggu atau berpihak kepada musuh) dan (tidak pula)

menawarkan perdamaian kepada kamu dan juga (tidak) menahan tangan mereka (daripada

memerangi kamu), maka hendaklah kamu bertindak menawan mereka dan membunuh mereka

di mana sahaja kamu menemuinya; kerana merekalah orang-orang yang Kami jadikan bagi kamu

alasan yang terang nyata untuk bertindak terhadapnya. (Al-Quran: Surah An Nisa’- Ayat 91)6.

Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah dan (sehingga) menjadilah agama itu

seluruhnya (bebas) bagi Allah semata-mata. Kemudian jika mereka berhenti (dari kekufurannya

dan gangguannya, nescaya mereka diberikan balasan yang baik) kerana sesungguhnya Allah

Maha Melihat akan apa yang mereka kerjakan. (Al-Quran: Surah Al-Anfal – Ayat 39)

 

7. Dan orang-orang yang kafir, setengahnya menjadi penyokong dan pembela bagi setengahnya

yang lain. Jika kamu (wahai umat Islam) tidak menjalankan (dasar bantu-membantu sesama

sendiri yang diperintahkan oleh Allah) itu, nescaya akan berlakulah fitnah (kekacauan) di muka

bumi dan kerosakan yang besar. (Al-Quran: Surah Al-Anfal – Ayat 73)

 

8. Kalaulah mereka keluar bersama kamu, tidaklah mereka menambahkan kamu melainkan

kerosakan dan tentulah mereka segera menjalankan hasutan di antara kamu, (dengan tujuan)

hendak menimbulkan fitnah (kekacauan) dalam kalangan kamu; sedang di antara kamu ada

orang yang suka mendengar hasutan mereka dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui akan orang-

orang yang zalim. (Al-Quran: Surah At-Taubah – Ayat 47)

 

9. Sesungguhnya mereka telah lakukan fitnah semenjak dahulu lagi dan mereka merancangkan

terhadapmu (wahai Muhammad) berbagai tipu daya, sehingga datanglah kebenaran, dan

nyatalah (kemenangan) agama Allah (Islam), sedang mereka tidak suka kepadanya. (Al-Quran:

Surah At-Taubah – Ayat 48)

 

10. Dan di antara mereka (yang munafik itu) ada yang berkata: Izinkanlah aku (supaya tidak

pergi berperang) dan janganlah engkau menjadikan daku dipengaruhi oleh fitnah. Ketahuilah,

Page 23: kumplan hadis

mereka telah pun tercebur ke dalam fitnah (dengan dalihan yang dusta itu) dan sesungguhnya

azab Jahanam meliputi orang-orang yang kafir. (Al-Quran: Surah At-Taubah – Ayat 49)

 

11. Lalu mereka berkata: Kepada Allah jualah kami berserah. Wahai Tuhan kami! Janganlah

Engkau jadikan kami landasan fitnah kesengsaraan bagi kaum yang zalim ganas. (Al-Quran:

Surah Yunus – Ayat 85)

 

12. (Setelah selesainya urusan itu) maka Allah berfirman kepada Nabi Musa: Sesungguhnya

Kami telah mengenakan kaummu satu fitnah ujian sepeninggalanmu dan mereka telah

disesatkan oleh Samiri (Al-Quran: Surah Thaha – Ayat 85)

 

13. Dan ada di antara manusia yang menyembah Allah dengan sikap dan pendirian yang tidak

tetap, iaitu kalau dia beroleh kebaikan, senanglah hatinya dengan keadaan itu dan kalau pula dia

ditimpa fitnah kesusahan, berbaliklah dia semula (kepada kekufurannya). (Dengan sikapnya itu)

rugilah dia akan dunia dan akhirat, itulah kerugian yang terang nyata. (Al-Quran: Surah Al Hajj –

Ayat 11)

 

14. (Yang demikian) kerana Allah hendak menjadikan hasutan Syaitan itu sebagai satu fitnah

cubaan bagi orang-orang yang ada penyakit kufur ingkar dalam hati mereka dan yang hatinya

keras membatu dan sesungguhnya mereka yang zalim itu sentiasa berada dalam pertentangan

yang jauh dari kebenaran. (Al-Quran: Surah Al-Hajj – Ayat 53).

 

15. Yang suka mencaci, lagi yang suka menyebarkan fitnah hasutan (untuk memecah belahkan

orang ramai); (Al-Quran: Surah Qalam – Ayat 11).