kualitas perairan berdasarkan parameter fisika kimia di

7
412 OPEN ACCES Vol. 12 No. 1: 412-418 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.412-418 Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di Perairan Daruba Kabupaten Pulau Morotai ( Water Quality Based on Chemical Physics Parameters in Daruba Morotai Island Regency) Vicky Rizky A. Katili 1 , Kismanto Koroy 2 , Mujais Lukman 2 1 Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Sorong – Indonesia, Email : [email protected] 2 Universitas Pasifik Morotai Jl. Siswa Darame, Pulau Morotai - Indonesia, Email: [email protected]; [email protected] Info Artikel: Diterima : 19 Nov. 2020 Disetujui : 25 Nov. 2020 Dipublikasi : 28 Nov. 2020 Artikel Penelitian Keyword: Water quality, physics, chemical, Daruba Korespondensi: Kismanto Koroy Universitas Pasifik Morotai Morotai, Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Masuknya bahan pencemar organik dan anorganik ke perairan Daruba dapat menyebabkan kualitas perairan mengalami degradasi fungsi secara biologi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas perairan berdasarkan parameter fisika dan kimia air laut di perairan Daruba. Pengambilan sampel kualitas air didilakukan pada bulan September sampai oktober 2020 di empat stasiun penelitian, kemudian hasil analisis laboratorium parameter kualitas air dilakukan secara deskriptif. Hasil pengukuran dan uji laboratorium parameter fisika kimia menunjukan kondisi perairan Daruba berdasarkan baku mutu kualitas air menurut KEPMEN-LH nomor 51 Tahun 2004, Sebagian besar telah melebihi baku mutu perairan untuk kehidupan biota laut. Abstract. Water quality generally indicates the quality or condition of water associated with a particular activity or need. The influx of organic and inorganic pollution into Daruba waters can cause the water quality meets degradation of biological of function. This reseach aimed to determine the quality analysis of the waters of the Daruba. Sampling was carried out in September to oktober 2020 across five reseach stations,then the result of laboratory of water quality parameters were carried out descriptive. The result measurements and laboratory tests of chemical physics parameters show the condition of Daruba waters based on water quality standards on KEPMEN-LH No. 51 Tahun 2004, most of which have exceeded the water quality standards for marine biota. . I. PENDAHULUAN Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas air dalam hal analisis mencakup keadaan fisika, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Asdak, 1995). Keberadaan ekosistem yang kompleks dan berbagai aktifitas yang tidak terkontrol di wilayah perairan tersebut mempunyai pengaruh terhadap kualitas lingkungan perairan laut seperti fosfat, nitrat, amoniak maupun parameter lainnya. biota perairan. Selanjutnya menurut Patricia, Astono dan Hendrawan (2018), keberadaan fosfat di lingkungan perairan bersumber dari limpasan pupuk pertanian, kotoran hewan atau manusia, sabun, pengolahan sayur, dan industri pulp dan kertas. Besaran kandungan nitrat dan fosfat dalam lingkungan perairan juga sering dijadikan indikator kesuburan maupun pencemaran lingkungan perairan pantai. Menurut Mustofa (2015), klasifikasi tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan nitrat antara lain: perairan oligotrofik (0-1 mg/l), mesotrofik (1-5 mg/l) dan eutrofik (550 mg/l), sedangkan bila berdasarkan kandungan orthofosfat, antara lain: perairan oligotrofik (0,003-0,010 mg/l), mesotrofik (0,010- 0,030 mg/l) dan eutrofik (0,03-0,1 mg/l). Perairan Daruba termasuk dalam wilayah adiministrasi Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara, dalam perkembanganya, wilayah Daruba Kecamatan Morotai Selatan mengalami pengembangan berbagai macam kepentingan, seperti kegiatan Pelabuhan, parawisata bahari, dan pemukiman warga, aktivitas-aktivitas tersebut tentunya akan mempengaruhi parameter fisika

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di

412

OPEN ACCES

Vol. 12 No. 1: 412-418 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.412-418

Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di Perairan Daruba Kabupaten Pulau Morotai

( Water Quality Based on Chemical Physics Parameters in Daruba

Morotai Island Regency)

Vicky Rizky A. Katili1, Kismanto Koroy2, Mujais Lukman2

1 Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, Sorong – Indonesia, Email : [email protected] 2 Universitas Pasifik Morotai Jl. Siswa Darame, Pulau Morotai - Indonesia, Email: [email protected];

[email protected]

Info Artikel:

Diterima : 19 Nov. 2020

Disetujui : 25 Nov. 2020

Dipublikasi : 28 Nov. 2020

Artikel Penelitian

Keyword:

Water quality, physics,

chemical, Daruba

Korespondensi:

Kismanto Koroy

Universitas Pasifik Morotai

Morotai, Indonesia

Email:

[email protected]

Copyright©

Oktober 2020 AGRIKAN

Abstrak. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu

kegiatan atau keperluan tertentu. Masuknya bahan pencemar organik dan anorganik ke perairan Daruba dapat

menyebabkan kualitas perairan mengalami degradasi fungsi secara biologi. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis kualitas perairan berdasarkan parameter fisika dan kimia air laut di perairan Daruba.

Pengambilan sampel kualitas air didilakukan pada bulan September sampai oktober 2020 di empat stasiun

penelitian, kemudian hasil analisis laboratorium parameter kualitas air dilakukan secara deskriptif. Hasil

pengukuran dan uji laboratorium parameter fisika kimia menunjukan kondisi perairan Daruba berdasarkan

baku mutu kualitas air menurut KEPMEN-LH nomor 51 Tahun 2004, Sebagian besar telah melebihi baku

mutu perairan untuk kehidupan biota laut. Abstract. Water quality generally indicates the quality or condition of water associated with a particular

activity or need. The influx of organic and inorganic pollution into Daruba waters can cause the water quality

meets degradation of biological of function. This reseach aimed to determine the quality analysis of the waters

of the Daruba. Sampling was carried out in September to oktober 2020 across five reseach stations,then the

result of laboratory of water quality parameters were carried out descriptive. The result measurements and

laboratory tests of chemical physics parameters show the condition of Daruba waters based on water

quality standards on KEPMEN-LH No. 51 Tahun 2004, most of which have exceeded the water

quality standards for marine biota.

.

I. PENDAHULUAN

Kualitas air secara umum menunjukkan

mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan

suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kualitas

air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan

lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan

irigasi berbeda dengan kualitas air untuk

keperluan air minum. Kualitas air dalam hal

analisis mencakup keadaan fisika, kimia, dan

biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air

untuk kehidupan manusia, pertanian, industri,

rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Asdak,

1995).

Keberadaan ekosistem yang kompleks dan

berbagai aktifitas yang tidak terkontrol di wilayah

perairan tersebut mempunyai pengaruh terhadap

kualitas lingkungan perairan laut seperti fosfat,

nitrat, amoniak maupun parameter lainnya. biota

perairan. Selanjutnya menurut Patricia, Astono

dan Hendrawan (2018), keberadaan fosfat di

lingkungan perairan bersumber dari limpasan

pupuk pertanian, kotoran hewan atau manusia,

sabun, pengolahan sayur, dan industri pulp dan

kertas. Besaran kandungan nitrat dan fosfat dalam

lingkungan perairan juga sering dijadikan

indikator kesuburan maupun pencemaran

lingkungan perairan pantai. Menurut Mustofa

(2015), klasifikasi tingkat kesuburan perairan

berdasarkan kandungan nitrat antara lain: perairan

oligotrofik (0-1 mg/l), mesotrofik (1-5 mg/l) dan

eutrofik (550 mg/l), sedangkan bila berdasarkan

kandungan orthofosfat, antara lain: perairan

oligotrofik (0,003-0,010 mg/l), mesotrofik (0,010-

0,030 mg/l) dan eutrofik (0,03-0,1 mg/l).

Perairan Daruba termasuk dalam wilayah

adiministrasi Kabupaten Pulau Morotai Provinsi

Maluku Utara, dalam perkembanganya, wilayah

Daruba Kecamatan Morotai Selatan mengalami

pengembangan berbagai macam kepentingan,

seperti kegiatan Pelabuhan, parawisata bahari, dan

pemukiman warga, aktivitas-aktivitas tersebut

tentunya akan mempengaruhi parameter fisika

Page 2: Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

413

kimia air laut. Masuknya pencemaran organik

berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan

maupun tumbuhah yang mudah terurai seperti

kompos, daun dan sisa makanan sedangkan untuk

sampah anorganik adalah sampah yang tidak

mudah terurai, seperti plastiK, botol minuman,

dan kertas yang mana sampa ini akan berpengaru

besar terhadap kualitas perairan Daruba yang akan

mengalami degredasi fungsi secara biologi.

Potensi perairan Daruba sebagai sumber

pangan bagi masyarakat akan terganggu. aktivitas

manusia yang ada di wilayah Daruba Kecamatan

Morotai Selatan yang tergolong cukup tinggi

dikahwatirkan akan memberikan dampak

pencemaran terhadap kondisi kualitas perairan

Daruba, oleh karena itu, untuk melestarikan

fungsi perairan Daruba perlu dilakukan

pengolaan kualitas dan pengendalian pencemaran

air laut untuk kepentingan sekarang dan akan

datang. Untuk mewujudkan peningkatan

pengelolaan kualitas air laut salah satunya

diperlukan suatu kajian terhadap kualitas fisika

kimia air laut.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan

September sampai Oktober 2020, berlokasi

diperairan Daruba Kecamatan Morotai Selatan,

Kabupaten Pulau Morotai. Analisis sampel

parameter kimia dilakukan di Laboratorium

Oseanografi Kimia Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Hasanudin Makassar. Titik

pengukuran dan pengambilan sampel air laut

sebanyak 4 stasiun (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dilapangan

adalah, GPS (Global Positioning Sistem), alat tulis,

kamera, termometer, refraktometer, pH, DO meter,

secchi disc, Current meter, botol sampel air laut.

sepektofotometer, tabung reaksi, rak tabung, pipet

skala 1 ml, pipet skala 10 ml, labu ukur 1000 ml,

labu ukur 500 ml, corong, erlenmeyer 100 ml, karet

bulp, larutan fenol 5%, larutan natrium nitro

prusside, larutan bayclin, tri-natrium sitrat,

natrium hidroksida, kertas saring whatman no.42

dan akquades, indicator brucine, asam sulfat

pekat; H2NO4, natrium nitrat; NaNO3, kertas saring

whatman no 42, akuades, ammonium molybdate,

magnetic sitirrer, spatula, gelas piala 1000 ml,

larutan Conditioning reagent, Corong porselin

atau alat penyaring, oven, neraca analitik,

penjepit/pinset dan Whatman tipe 934 AH

Millpore tipe AP40.

2.3. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan sampel air laut untuk analisis

laboratorium (fosfat, nitrat, ammonia, TSS dan

sulfida) dilakukan dengan memasukan sampel air

laut kedalam botol sampel dan disimpan dalam

coolbox untuk dianalisis di Laboratorium

Oseanografi Kimia Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan Universitas Hasanudin Makassar.

Sedangkan data parameter fisika perairan

dilakukan secara insitu meliputi suhu, kecepatan

arus, kedalaman perairan, salinitas, pH, kecerahan

perairan dan DO. Hasil pengumpulan data

Page 3: Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

414

dianalisis secara deskripsi kualitatif dan

kuantitatif dalam bentuk diagram/tabel atau

grafik.

Analisis data hasil pengukuran beberapa

parameter fisika perairan seperti kecepatan arus

dan kecerahan perairan. Sedangkan untuk

analisisis parameter kimia perairan meliputi

Ammonia, nitrat, fosfat, sulfida dan TSS. Adapun

rumus yang digunakan dalam perhitungan yaitu:

a. Analsis kecerahan perairan

Keterangan :

D : Kecerahan

D1 : Secchi disk masih terlihat jelas

D2 : Secchi disk tidak telihat

b. Analisis kecepatan arus

Keterangan :

V : Kecepatan arus (cm/detik)

S : Jarak yang ditempuh (cm)

T : Waktu tempuh (detik)

c. Analisis Nitrat

Keterangan :

No3-N : Konsentrasi nitrat (mg/l)

y : Absorbansi sampel

a : Intersep pada persamaan liner

b : Slope pada persamaan liner

d. Analisis TSS

Keterangan :

A : Berat kertas saring + residun (mg/)

B : Berat kertas saring (mg)

V : Volume contoh uji (L)

b. Anaisis Fosfat

Keterangan:

Y : Absorbansi (A)

X : Konsetrasi fosfat (mg/l)

A : Gradien persamaan Garis Liner

B : Konstanta

c. Analisis Sulfida

Mg/L S = (AXB) – (C X D) X 1600)/ml larutan

induk

Keterangan :

A : Volume total larutan iod yang

digunakan (mL)

B : Normalitas larutan iod

C : Volume larutan Na 2S2O3 yang

digunakan (mL)

D : Normaitas larutan Na2S2O3

d. Analisis Amonia

Keterangan:

Y : Absorbansi amonia

X : Konsentrasi amonia

Fp : Faktor pengencean

A : Konstanta

B : Koefisien

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Parameter Fisika

Pengukuran parameter fisika perairan

dilokasi penelitian meliputi suhu, salinitas, pH,

kecerahan, dan kecepatan arus. Data yang

diperoleh dari pengukuran parameter diatas

bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah

mengenai kondisi lingkungan diperairan Daruba.

Adapun hasil pengukuran parameter fisika dapat

dilihat pada (Tabel. 4). Berikut data hasil

pengukuran parameter fisika air laut diseluruh

stasiun penelitian.

Tabel 1. Data parameter fisika air laut di stasiun penelitian

Fisika

Satuan

Baku

Mutu

Hasil pengukuran lapangan

St I St II St III St IV

Suhu ˚C - 29,3 30,3 30,1 29

Salinitas ‰ 33-34 20 33 33 33

Kecerahan perairan cm ˂300 44,8 69 70 65,6

Kecepatan arus m/dtk - 0,06 0,08 0,07 0,08

Pengambilan sampel dilakukan di empat

stasiun penelitian yang terdiri atas Stasiun I

terletak di jembatan terapung Daruba, stasiun II

terletak di jembatan taman Kota Daruba, Stasiun

III berada di Pelabuahn Daruba, dan Stasun IV

Page 4: Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

415

berada pada Keramba Terapung di Perairan

Daruba.

3.1.1. Suhu

Hasil pengukuran suhu perairan berkisar

antara 20,0–30,3°C. Perbedaan nilai suhu perairan

lebih dipengaruhi oleh kondisi cuaca pada saat

pengambilan data dilapangan. Menurut Ramdhan

(2015), pentingnya pengamatan suhu karena suhu

merupakan salah satu faktor pembatas bai

ekosistem dan biota di laut, dimana perubahan

suhu sangat mempengaruhi proses fisika, kimia

dan biologi di badan air. Berdasarkan baku mutu

air laut untuk biota laut dalam Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004,

maka suhu perairan laut Daruba masih berada

dalam batas normal dan sesuai dengan kebutuhan

untuk metabolisme biota laut dan ekosistem

pesisir laut seperti karang, lamun dan mangrove.

3.1.2. Salinitas

Salinitas memiliki peranan penting dalam

kehidupan biota perairan. Kadar salinitas

diperairan laut bervariasi terhadap geografi dan

waktu, dimana peningkatan salinitas disebabkan

oleh adanya evaporasi, penurunan salinitas

disebabkan oleh adanya presipitasi dan masukan

air tawar dari sungai (Talley, 2002). Perairan

Daruba berdasarkan hasil pengukuran diperoleh

nilai salinitas berkisar antara 20,3–33‰, dengan

nilai salinitas terendah berada pada stasiun I.

Konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh

dalam air laut, dimana salinitas air berpengaruh

terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi

salinitas maka akan semakin besar pula tekanan

osmotiknya (Widiadmoko, 2013).Nilai salinitas

pada stasiun I (20 ‰) dikarenakn pada lokasi ini

berdekatan dengan aliran sungai sehingga

salinitas bisa menurun karena terjadi proses

penenceran (Siburian et al.,2017).

3.1.3. Kecerahan

Kecerahan perairan laut Daruba masih

tergolong tidak baik, dengan tingkat kecerahan air

laut berkisar antara 44,8 - 70 cm. Sebagian besar

hasil pengamatan mnunjukan kondisi perairan

berada pada ambang batas perairan berdasarkan

baku mutu air laut dalam Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004.

Penyebab (perairan Daruba) dengan tingkat

kecerahan berada dibawah nilai baku mutu

kualitas air laut, dimana rendahnya tingkat

kecerahan disebabkan karena banyaknya suplai

sedimen dan partikel yang terlarut, bahan organik

dan anorganik melalui aliran air dari daratan dan

menyebabkan tingkat kekeruhan perairan yang

tinggi. Menurut Hamuna et al (2018), kemampuan

cahaya menembus ke perairan dipengaruhi oleh

faktor kekeruhan. Kecerahan sangat berpengaruh

terhadap kehidupan biota di laut, dimana tingkat

fotosintesis sangat bergantung pada cahaya.

3.1.4. Arus

Pengukuran arus ini dilakukan hanya pada

perairan yang memiliki kedalaman 5 meter,

perairan Daruba pada semua stasiun berkisar

antara 0,06-0,08 m/s. Adanya perbedaan densitas

air laut juga dapat menyebabkan adanya masa air

laut dalam perairan yang mampu membangkitkan

arus perairan. Dari hasil pengamatan ini pula

didapatkan bahwa rata-rata kecepatan arus air laut

berbanding lurus dengan kecepatan angina yang

bertiup saat itu. Arah arus juga dipengaruhi oleh

arah angina, dimana arah angina bertiup adalah

arah arus pula. Pada lokasi ini, angin bertiup

menjauhi pantai sehingga arah arus pun bergerak

menjauhi pantai.

3.2. Parameter Kimia

Kualitas air laut yang digunakan untuk

biota laut dan aktivitas lain secara ideal harus

memenuhi standar, baik secara fisik, kimia. Hasil

analisis kualitas air berdasarkan parameter kimia

perairan Daruba diseluruh stasiun penelitiaan

(Tabel 2).

Tabel 2. Data hasil uji laboraturium parameter kimia air laut

Kimia Satuan Baku mutu Stasiun

I II III IV

Amonia mg/l 0,5 0,977 1,243 1,059 0,708

Nitrat mg/l 0,008 0,197 0,175 0,165 0,149

Fosfat mg/l 0,015 0,030 0,029 0,034 0,033

Sulfida mg/l 0,05 0,0047 0,0111 0,0075 0,0059

TSS mg/l ˃5-30 70,400 56,250 77,686 68,254

pH - 7-8,5 6,16 7,4 8,6 7,05

DO mg/l ˃5 5,3 6,6 7,6 5,6

Page 5: Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

416

Hasil pengujian laboraturium rata-rata di

keempat stasiun penelitian pada Tabel 2.

memperlihatkan kisaran parameter kimia, NH3

(0,977-1,243), NO3 (0,149-0,197), PO4 (0,29-034), H2S-

Sulfida (0,0047-0,0111), TSS (56,250-77,686). Selain

uji sampel air laut untuk parameter kimia yang

dilakukan dilaboratorium, juga dilakukan

pengukuran DO secara langsung dilokasi

penelitian dengan hasil antara (5,3-7,3).

3.2.1. Ammonia

Ammonia merupakan salah satu dari bentuk

nitrogen, Salah satu bahan kimia yang umum

terkandung dalam limbah adalah ammonia (NH3)

(Bonnin et al., 2008). Kadar ammonia dalam air

laut sangat bervariasi dan dapat berubah secara

cepat dan dapat bersifat toksik bagi biota jika

kadarnya melebihi ambang batas maksimum.

Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi

amonia total di perairan laut Daruba dari stasiun

I–IV dianalisis berkisar 0,708–1,243 mg/l.

Berdasarkan standar baku mutu ammonia

diperairan Daruba sudah melebihi baku mutu air

laut yang dianjurkan sebesar 0,3 mg/l untuk biota

laut. Sebagaimana diketahui bahwa amonia

merupakan salah satu parameter pencemaran

organik di perairan, jika konsentrasi ammoniak di

perairan terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi

dapat diduga adanya pencemaran (Widiadmoko

2013). Tingginya konsentrasi ammonia total di

perairan Daruba sebagian besar diduga berasal

dari limbah pemukiman dan pembuangan

manusia dan hewan dalam bentuk urin, dimana

pemukiman penduduk sebagian besar berada di

wilayah pesisir dan laut. Selain itu, secara alami

senyawa ammonia di perairan juga dapat berasal

dari hasil metabolisme hewan dan hasil proses

dekomposisi bahan organik oleh bakteri.

Ammonia di perairan merupakan petunjuk adanya

penguraian bahan organik, terutama protein

terkandung dalam limbah (Marlian 2016).

3.2.2. Nitrat

Hasil analisis Laboraturium menunjukkan

bahwa konsentrasi nitrat di stasiun I - IV berkisar

0,149 – 0,197 mg/l. Berdasarkan baku mutu

kandungan nitrat di perairan dalam Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun

2004, maka kandungan nitrat di perairan Daruba

telah melebihi baku mutu, dimana standar baku

mutu konsentrasi nitrat untuk biota laut adalah

0,008 mg/l. Kondisi ini sangat membahayakan

biota laut, karena menurut Hamuna et al., (2018)

menyatakan bahwa konsentrasi nitrat melebihi 0,2

mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi

perairan dan menstimulir pertumbuhan algae dan

tumbuhan air lainnya secara cepat sehingga terjadi

blooming. Menurut Casali et al., (2010) bahwa

dampak dari kegiatan tersebut akan menghasilkan

limpasan, sedimen nitrat dan fosfat.

Tingginya konsentrasi nitrat di perairan

Daruba dapat disebabkan oleh masukan bahan

organik yang tinggi dari aktivitas daratan yang

dapat berupa erosi daratan, masukan limbah

rumah tangga, limbah pertanian berupa sisa

pemupukan dan lainnya yang terbawa langsung

ke perairan laut ataupun melalui aliran sungai.

Menurut Casali et al. (2010), dampak dari kegiatan

pertanian akan menghasilkan limpasan, sedimen

nitrat dan fosfat.

3.2.3. Fosfat

Kadim et al. (2017), fosfor menjadi faktor

pembatas yang sangat penting di perairan

produktif dan tidak produktif, fosfor memainkan

peranan penting dalam determinasi jumlah

organisme. Berdasarkan hasil analisis, konsentrasi

kandungan fosfat pada stasiun I – IV pengukuran

berkisar 0,030 – 0,034 mg/l. Nilai tersebut

menandakan bahwa kandungan fosfat di perairan

Daruba telah melebihi standar baku mutu air laut

sebagaimana dalam Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, yaitu 0,015

mg/l. Kondisi tersebut dapat berbahaya bagi biota

laut yang hidup dalam perairan Daruba dan bisa

menyebabkan eutrofikasi. Menurut Anhwange

(2012) bahwa tingkat maksimum fosfat yang

disarankan untuk perairan yang telah dilaporkan

adalah 0,1 mg/l. Perairan yang nilai fosfatnya lebih

dari 0.1 mg/l sebagai perairan eutrof, dimana

perairan ini sering terjadi. Menurut Hutagalung

dan Rozak (1997), pola sebaran yang menunjukkan

konsentrasi yang lebih tinggi ke arah pantai ini

disebabkan oleh dekatnya perairan dari sumber

masukan fosfat dari daratan. Pengaruh daratan

terhadap masukan fosfat ke perairan tersebut

terlihat sangat besar. sumber fosfat di perairan

Daruba diduga berasal dari bersumber dari

aktifitas manusia, seperti buangan limbah

domestik, dan kegiatan lainnya serta limpahan air

dari aktifitas pertanian masyarakat yang telah

berlangsung dalam waktu yang lama, mengingat

belum ada kawasan industri di sekitar lokasi

penelitian

3.2.4. Sulfida

Penyumbang terbentuknya hidrogen sulfida

terbesar yaitu kawasan pemukiman, pelabuhan

dan industri. Sulfida yang tidak terorganisasi

bersifat toksik terhadap kehidupan biota perairan.

Hasil analisis untuk konsentrasi sulfida pada

perairan Daruba menunjukkan kandungan sulfida

Page 6: Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

417

mempunyai nilai yang bervariasi antar stasiun I -

IV yaitu 0,0047-0,0111 mg/l belum melebihi baku

mutu air laut untuk biota laut sebagaimana dalam

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No. 51 tahun 2004, yaitu 0,01 mg/l. Rendahnya nilai

tersebut menunjukkan masih sedikitnya limbah

rumah tangga yang mengandung sulfida yang

terbuang ke perairan laut. Selain itu, diduga juga

karena rendahnya proses pembusukkan bahan-

bahan organik yang mengandung belerang oleh

bakteri anaerob dan juga sebagai hasil reduksi

dengan kondisi anaerob terhadap sulfat oleh

mikroorganisme (Apriliana et al., 2014).

3.2.5. TSS (Total Suspended Solid)

Berdasarkan hasil analisis TSS air laut di

laboratorium adalah 56,25-77,686 mg/l. Nilai

tersebut menunjjukkan bahwa nilai padatan

tersuspensi total sudah melebihi ambang batas

berdasarkan baku mutu kualitas air Kementerian

Lingkungan Hidup Indonesia yaitu berkisar ˃5-30

mg/l. Hal ini memungkinkan terjadinya masukan

bahan pencemar dan terjadi proses pengadukan

tinggi mengingat lokasi penelitian masih dilalui

oleh lalu lintas perkapalan. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian (Guntur et al.,2017) menyatakan

bahwa masuknya bahan pencemar diwilayah lalu

lintas perkapalan dan bahan pencemar dari

daratan menyebabkan proses pengadukan yang

tinggi.

3.2.5. pH

Nilai pH pada masing-masing stasiun yang

diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan 7,87–

8,62. Jika dibandingkan dengan baku mutu air laut

berdasarkan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, nilai pH

tersebut masih memenuhi baku mutu untuk

kehidupan biota yang ada di sekitar perairan

Daruba. pHsangat berpengaruh pada proses

nitrifikasi. Menurut Kurniawan (2011), pH sangat

berpengaruh pada proses pertumbuhan dan

fotosintesis fitoplankton. Tinggi rendahnya nilai

pHmempengaruhi tingkat produktivitas primer

suatu perairan karena ketersediaan nutrient di

suatu perairan (Megawati et al.,2014).

3.2.6. DO (Dissolved Oxygen)

Hasil pengukuran DO pada stasiun

pengamatan cukup bervariasi berkisar antara 5,5 -

7,6 mg/l. Pada setiap stasiun pengambilan data,

nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air

tersebut tercemar dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan biota perairan dalam kondisi tidak

baik sebaliknya nilai DO yang tinggi biasanya

diukur dalam bentuk konsentrasi menunjukan

jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu

badan air, semakin besar nilai DO

mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas

yang bagus untuk pertumbuhan biota yang ada

diperairan dan masih memenuhi standar baku

mutu air laut dalam Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 untuk

kehidupan biota laut dengan nilai DO >5 mg/l,

sehingga konsentrasi DO di perairan Daruba

termasuk dalam kategori melewati ambang batas

sesuai baku mutu air laut.

IV. PENUTUP

Kondisi perairan Daruba dari hasil

pengukuran dan analisis laboratorium untuk

parameter fisika kimia berdasarkan baku mutu

kualitas air Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup nomor 51 Tahun 2004, secara umum telah

melebihi baku mutu perairan untuk kehidupan

biota perairan.

REFERENSI

Anhwange B.A, Agbaji E.B dan Gimba E.C. 2012. Impact Assessment of Human Activities and Seasonal

Variation on River Benue, Within Makurdi Metropolis. Journal of Science and

Technology,2:248-254.

Apriliana, R., Rudiyanti, S,. dan Purnomo, W.P. 2014. Keanekaragaman jenis bakteri perairan dasar

berdasarkan tepi tutupan permukaan perairan di Rawa Pening. Diponegoro Journal of

Maquares, 3(2) 119-128.

Asdak, C.1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Fakultas Pertanian PPSDAL. UGM

Press. Yogyakarta.

Bonnin, E. P. Biddinger, E. U., Botte, G.G.,2008, Effect of Catalyst on Electrolysis of Amonia Efflents,

Journal of Power Souces, 182, 284-290.

Page 7: Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Kimia di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

418

Casali, J.R., Gimenez., de Lersundi, D.V., Goni, M., Campo, M.A., chahor, Y., Gastesi, R., and Lopez,

J.2010. Sedimen Production and waterquality of watersheds with contrasting land use in

Naverre (Spain). Agricultural water Management, 97, 1683-1694.

Guntur G, Yanuar AT, Sari SHJ dan Kurniawan A. 2017. Analisis Kualitas Perairan Berdasarkan Metode

Indeks Pencemaran di Pesisir Timur Kota Surabaya. Depik Jurnal Ilmu Ilmu Pesisir dan

Perikanan. Volume 6, Nomor 1:81-89.

Hamuna B, Tanjung R.H.R, Suwito, Maury H.K, dan Alianto. 2018. Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks

Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Distrik Depapre Jayapura.

Jurnal Ilmu Lingkungan. Volume 16 issue 1: 35 – 43.

Hutagalung H. P. dan A. Rozak. 1997. penentuan kadar Nitrat. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan

Biota. H. (Editor), Pusat Penelitian dan Oceanologi, LIPI, Jakarta.

Kadim, M.K., Pasingi, N., dan paramata, A.R. 2017. Kajian kualitas perairan teluk Gorontalo dengan

mengunakan metode STORET. Depik, 6 (3), 235-241.

Kementrian Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan menteri Negara lingkungan hidup

no: 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut. Deputi Menteri Lingkungan Hidup:

BidangKebijakan dan Kelembagaan LH Jakarta.

Kurniawan A. 2011.Pendugaan Status Pencemaran Air Dengan Plankton sebagai Bioindikator di Pantai

Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Jurnal Kelautan, 4(1):18-23.

Megawati C, Yusuf M, dan Maslukah L. 2014. Sebaran Kualitas Perairan ditinjau dari Zat Hara, Oksigen

terlarut, pH di Perairan Selatan Bali Bagian Selatan. Jurnal Oseanografi, 3(2):142-150.

Mustofa, A. 2015. Kandungan Nitrat dan Pospat Sebagai Faktor Tingkat Kesuburan Perairan Pantai.

Jurnal Disprotek, 6(1), 13–19.

Ramdhan M. 2015. Studi Kualitas Perairan Teluk Ekas Berdasarkan Komponen Fisika Kimia. SOSIO

DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015, 58-66.

Siburian R, Simatupang L dan Bukit M. 2017. Analisis Kualitas Perairan laut Terhadap Aktivitas Di

Lingkungan Pelabuhan Waingapu-Alor Sumba Timur. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

(JPKM). Volume 23 No. 1.

Talley, L.D. 2002. Salinity Patterns in The Ocean. Encyclopedia of Global Environmental Changen,

Volume 1, pp 629-640.

Widiadmoko, W. 2013. Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia

di Perairan Teluk Hurun. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampung. Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.