kti putri mahfuzah a1e313067
DESCRIPTION
ktiTRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
TEMA
Penanganan anak yang memiliki ADHD (attention deficit and hyperactivity disorder ) Di
Sekolah Dasar (SD)
JUDUL
Anak hiperaktif
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah APLIKASI KOMPUTER 1
Dosen pengajar:
Norhafizah
Di susun Oleh:
Putri Mahfuzah
A1E313067
II A
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM S-1 PGSD
BANJARMASIN
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat Ridho Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah yang berjudul "Anak Hiperaktif".
Dalam makalah ini tersusun atas pengertian Anak Hiperaktif, ciri-ciri anak hiperaktif, faktor-faktor penyebab anak hiperaktif, dan penanganan untuk anak hiperaktif.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.Semoga makalah " Penanganan Anak Hiperaktif " ini bermanfaat bagi kita semua.
Banjarmasin Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 pengertian anak hiperaktif
2.2 ciri ciri anak hiperaktif
2.3 faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak
2.4 problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif
2.5 kiat mengatasi menghadapi anak hiperaktif
2.6 penanganan untuk anak hiperaktif
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini beragam, salah satu perilakunya adalah anak-
anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran
di kelas. Anak-anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu
gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah
mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang,
juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru
atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.
Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah
dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka
dapat memaksimalkan potnsi diri dan meningkatkan prestasinya.
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal
yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.
Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga
rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya
dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa
juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau
pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan / treatment
yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan
memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena
pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.
ADHD diderita oleh sekitar 2-11 % anak usia sekolah seluruh dunia (Zametkin & Ernst,-
1999) & sampai 3-4 % terdapat di AS (Bloom & Tonthat,2000) ;USDHHS,1999c ), walaupun
beberapa riset menyatakan penyebaran tidak dapat diperkirakan (Rowlan et all,2002). Gangguan
tersebut ditandai dengan beerkesinambungannya ketidak mampuan memperhatikan, tingkat
ketertarikan terhadap gangguan (distractibility), impulsivitas,toleransi yang rendah terhadap
frustasi dan banyak aktivitas yang dilakukan pada waktu dan tempat yang salah seperti di ruang
kelas (APA,1994).
1.2Rumusan masalah
1.2.1 Apa pengertian anak hiperaktif ?
1.2.2 Apa saja ciri-ciri anak hiperaktif ?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor penyebab anak hiperaktif ?
1.2.4 Apa saja problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif ?
1.2.5 Bagaimana penanganan untuk anak hiperaktif ?
1.3Tujuan
1.3.1 mengetahui pengertian anak hiperaktif
1.3.2 mengetahui ciri-ciri anak hiperaktif
1.3.3 mengetahui faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak
1.3.4 mengetahui problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif
1.3.5 mengetahui penanganan untuk anak hiperaktif.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 pengertian anak hiperaktif
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi
ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome.
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa
perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan
perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut
hingga dewasa.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku
yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa
berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan
tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak
mampu memusatkan perhatian.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi
ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.
Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan.
Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan
perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3. Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak
anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku
pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh
perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak
pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia
mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka
seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung
datang.
2.2 ciri ciri anak hiperaktif
Ciri utama anak yang menderita ADHD, yaitu:
1. Tidak ada perhatian
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi
pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak mendengarkan
perkataan orang lain.
2. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu
duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
3. Impulsif
Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak
tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu
berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
4. MenentangAnak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang
atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari,
coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
5. Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif
akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan
menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap
barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk
menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari
barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.
6. Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi
punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak
hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
7. Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau
menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh
temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif
pun seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul,
mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak
melakukan hal seperti itu.
8. Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata
anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak
bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
1) Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering
menggeliat.
2) Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3) Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
selayaknya.
4) Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5) Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak
pernah habis.
6) Sering terlalu banyak bicara.
7) Sering sulit menunggu giliran.
8) Sering memotong atau menyela pembicaraan.
9) Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis
terhadap lawan bicaranya).
2.3 faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak
Beberapa hal yang dapat menyebabkan perilaku hiperaktif ialah :
1. Kondisi saat hamil & persalinan. Misalnya keracunan pada akhir kehamilan
(ditandai dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki & ekskresi protein
melalui urin), cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.
2. Cedera otak sesudah lahir,yang disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.
3. Tingkat keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal
ini ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi
timbal berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau
cat rumah yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya
diberikan dibawah pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat
tinggi, karena obat tersebut mempunyai efek samping.
4. Lemah pendengaran, yang disebabkan infeksi telinga sehingga anak tidak dapat
mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak
terkendali & perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter
THT jika anak menunjukkan ciri berikut : perkembangan bahasa yang lambat,
lebih banyak memperhatikan mimik lawan bicara & lebih banyak berreaksi
terhadap perubahan mimik & isyarat.
5. Faktor psikis, yang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia
luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi
penyebab hiperaktivitas. Contoh kasus, orang tua yang bersikap sangat tegas
menyuruh anak berdiri 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi
ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu, maka anak malah mempunyai
energi berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negatif dibanding
kesalahan sebelumnya.
6. Faktor Genetik
Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
7. Faktor Neurologik
Penelitian menunjukan, anak hiperaktif lebih banyak disebabkan karena
gangguan fungsi otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit berat, cidera otak.
8. Faktor Lingkungan
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan hiperaktif
terutama keracunan timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot berwarna hitam
kendaraan bermotor yang menggunakan solar).
Menurut Irawati Iskandar (2009), pengaruh jangka panjang terhadap anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD).
1.Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik, sehingga akhirnya mengalami kegagalan sekolah.
2. Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua.
3. Anak sulit didisiplinkan, sehingga akhirnya mempunyai hambatan fungsi sosial dan pekerjaan.
Dalam upaya pencegahan, yang penting bagi kita adalah :
1. Mencoba menganalisis masalah yang dihadapi.
2. Mencari jalan untuk mencairkan suasana yang terlanjur tegang dan berusaha membina kembali hubungan yang hangat dan positif, yanag selanjutnya akan digunakan sebagai landasan untuk pelaksanaan sistem kontrol.
3. Menerima atau mencari bantuan dari luar bila diperlukan.
2.4 problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif
1. Problem di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.
Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara
keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan
tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman
yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan
pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca,
menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan
motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
2. Problem di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan
kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang
disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan
rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang
emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila
keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang
mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel,
orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak
mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi
anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak.
Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman.
Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana
menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal,
tidak mampu, dan ditolak.
3. Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya
kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit
melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri
dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
4. Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak
lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat
tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan
sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko
tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.
2.5 kiat mengatasi menghadapi anak hiperaktif
a. menyadari akan gangguan hiperaktif pada buah hatinya
ini adalah merupakan cara menghadapi dan melakukan perawatan pada anak dengan
ADHD itu sendiri. Setelah kita mengetahui akan hal ini, maka diharapkan akan timbul
perasaan saying terhadap anaknya dan tidak membedakan kasih saying dengan anak kakak
ataupun adik dari penderita. Sehingga kasih saying serta memberikan pendidikan anak tidak
dibedakan satu sama lainnya.
b. menghindari akan pemberian label anak dengan hiperaktif
maksudnya adalah jangan memberikan stigma negative kepada anak yang menyandang
gangguan kekurangan perhatian ini baik kepada keluarganya sendiri maupun masyarakat
ataupun pada teman-teman sekolahnya. Karena bila anak diberikan ”predikat negatir”
misalnya anak nakal. Anak bodoh ataupun malas atau sebutan-sebutan negative lainnya.
Karena justru hal ini akan menghambat proses penyembuhan pengobatan serta perawatan
anak dengan hiperaktif itu sendiri.
c. membudayakan sikap disiplin
memberikan pendidikan dan belajar sikap disiplin pada anak tentunya berbeda
perlakuannya dengan anak normal lainnya. Mengajak anak untuk belajar disiplin secara
bertahap adalah merupakan bagian dari terapi anak hiperaktif lainnya. Dan bila anak
melakukan suatu hal yang tidak menerapkan sikap disiplin jangan mudah memberikan
hukuman. Hal ini membutuhkan waktu dan kesabaran yang ekstra dari orang tuanya juga.
d. memperbanyak berkomunikasi dengan anak
kita tahu bahwasanya anak-anak dengan ADHD ini mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi dan juga mudah terganggu dalam perhatiannya. Dan seringkali melakuikan
komunikasi kepada anak kita akan membantu sang anak dalam belajar untuk bias
memusatkan perhatiannya pada satu topic pembicaraan dan komunikasi dengan anak yang
kita lakukan. Jangan pernah bosan untuk melakukan pembicaraan dengan anak-anak
semacam ini.
e. mengetahui akan kebiasaan sang anak
manfaat akan hal ini adalah degan kita mengetahui akan kebiasaan anak terutama dalam
waktu bermain dan kesukaannya dalam melakukan permainan tertentu akan bias membuat
orang tua mempunyai teknik kiat khusus dalam mengatasi anak hiperaktif ini. Kita tahu
bahwa anak sulit berkonsentrasi maka pada umumnya konsentrasi anak ketika bermain
sesuatu yang disenanginya akan bias bertambah maka ini juga bias dijadikan waktu yang
tepat dalam memberikan terapi hiperaktif ini.
f. luangkan waktu khusus untuk aktivitas anak
kita ketahui bersama bahwasanya anak dengan hiperaktif mempunyai energi yang
berlebihan sehingga hal ini bias kita salurkan dengan cara yang tepat. Ajak sang anak untuk
melakukan aktifitas fisik olahraga yang bermanfaat. Bias dilakukan ditempat yang terbuka
ataupun tempat yang tidak membahayakan dirinya. Bias dengan mengajak anak berjalan-
jalan. Sebuah penelitian yang membuktikan bahwa dengan anak yang berjalan secara teratur
akan membantu meningkatkan daya konsentrasi sang anak.
2.6 penanganan untuk anak hiperaktif
Melihat penyebab hiperaktif yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa
teori penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya sesuai
dengan landasan teori penyebabnya.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
1. Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
2. Kenali kelebihan dan bakat anak
3. Membantu anak dalam bersosialisasi.
4.Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
5. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
6. Menerima keterbatasan anak
7. Membangkitkan rasa percaya diri anak
8. Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya.
9. Latih anak-anak dapat medisiplin diri sendiri dengan sistematis, konsisten, jelas dan konsekuen.
10. Jangan menghukum anak hiperaktif karena itu bukan sepenuhnya kesalahan dia.
11. Jangan menjuluki anak hiperaktif dengan julukan yang buruk, seperti nakal, bodoh, dan lain sebagainya, karena mereka akan menjadi seperti apa yang kita katakan. Dan menjadi anak yang tidak percaya diri.
12. Penanganan sebaiknya diberikan mulai dari keluarga terdekat (ibu).
13. Memberikan kasih sayang kepada anak namun tidak memanjakannya.
14. Ketika menasehati anak sebaiknya jelas dan spesifik serta diulang-ulang agar
anak mudah memahami dan menggunakan kekerasan.
15. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak, selalu katakan ia anak baik dan berikan apresiasi bila ia melakukan hal yang baik.
16. Hindari tayangan TV, video dan games yang bersifat kekerasan
17. Praktekan pola hidup sehat dengan menu makanan alamiah yang sesuai Kebutuhan anak.
Beberapa terapi untuk anak hiperaktif :
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan didisain
khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada
anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur
kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa.
Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau
kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk
memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi
wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik
halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara
yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot
halusnya dengan benar.
4. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu
autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus
ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus.
Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-
ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan
berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis
sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman
sebaya dan mengajari cara-caranya.
6. Terapi Bermain
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak,
minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan
kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat
usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana
tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
7. Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami
mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif
terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis
perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari
solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya,
8. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap
sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya.
Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan
ketrampilan yang lebih spesifik.
9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal
inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui
gambar-gambar, misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication System). Beberapa
video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10. Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN
(Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik.
Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah
oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh
karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut.
Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.
Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif,
yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Selain itu beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan
membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
· Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
· Kenali kelebihan dan bakat anak
· Membantu anak dalam bersosialisasi
· Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif
(misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang
konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
· Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya
· Menerima keterbatasan anak
· Membangkitkan rasa percaya diri anak
· Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
· Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan
orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat
anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang
tua sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka
membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
c. Tipe gabungan
Ciri utama anak yang menderita ADHD, yaitu:
a. Tidak ada perhatian
b. Hiperaktif
c. Impulsif
d. Menentang
e. Destruktif
f. Tanpa tujuan
g. Tidak sabar dan usil
h. Intelektualitas rendah
Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif pada Anak
a. Kondisi saat hamil & persalinan
b. Cedera otak sesudah lahir
c. Keracunan timbal yang parah
d. Lemah pendengaran
e. Faktor psikis
f. Faktor Genetik
g. Faktor Neurologik
h. Faktor Lingkungan
Problem-Problem yang biasa dialami oleh Anak Hiperaktif
a. Problem di sekolah
b. Problem di rumah
c. Problem berbicara
d. Problem fisik
Penanganan untuk Anak Hiperaktif
a. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian
dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement
(hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang
paling banyak dipakai di Indonesia.
b. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic
yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu
untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
c. Terapi okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang
pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap
makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat
penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
d. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan
tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak
menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
e. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka
untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya
f. Terapi Bermain
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan,
kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam
melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan
untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai
sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai
aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
g. Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka
banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila
mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar
belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki
perilakunya,
h. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan
sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi
perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik
i. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar
komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan PECS (Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk
mengembangkan ketrampilan komunikasi.
j. Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam
DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik.
Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini
adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh
karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan
rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih
dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan
terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
3.2Saran
Dengan bantuan yang khusus dari ibu bapak, guru-guru, para dokter,atau lingkungan bermain, anak-anak ADHD akan mampu menangani masalah kurang pemusatan perhatian atau hiperaktif mereka dengan lebih baik. Mereka juga dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif mereka dalam suasana yang sesuai seperti latihan fisik atau senam. Oleh karena itu, lebih baik memilihkan aktivitas yang memberi mereka kebebasan bergerak. Atau membuat diagnosis lengkap yang memerlukan penilaian dari seorang pakar yang berpengalaman dalam mengevaluasi beberapa hal yang bisa menimbulkan sikap yang tidak dapat memusatkan perhatian. Diagnosis dibuat dengan mempelajari corak tertentu tingkah laku anak-anak serta laporan tingkah laku mereka di rumah dan di sekolah dari ibu bapak dan guru sekolah. Kerapakali perawatan ADHD yang berhasil, melibatkan pendekatan multidisiplin yang melibatkan bidang pengobatan, psikologi, social dan pendidikan.Untuk penanganan anak hiperaktif sebaiknya memiliki kelas khusus yang bisa menanganinya secara benar dan tepat seperti kelas Inklusi.
DAFTAR RUJUKAN
Beaty, Janice J. 2013. Observasi Perkekembangan Anak Usia Dini. Jakarta. Kencana
http://blogpoenyadina.blogspot.com/2010/12/makalah-anak-hiperaktif.html
http://askep-net.blogspot.com/2013/05/menghadapi-anak-hiperaktif.html
Taylor Eric.1992. Anak yang Hiperaktif, Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://earlychildhoodeducation-fifi.blogspot.com/2011/01/bk-di-tk.html14/10/11