kriteria saliva terstimulasi dan diet pada anak-anak di

82
GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi NICO ANDREAS SIHOMBING NIM. 140600082 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX

KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET

PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH

GALILEA HOSANA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

NICO ANDREAS SIHOMBING

NIM. 140600082

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2020

Nico Andreas Sihombing

Gambaran Penilaian Traffic Light Matrix Kriteria Saliva Stimulasi dan Diet pada Anak-

Anak Di Sekolah Galilea Hosana Medan

xiii + 58 halaman

Traffic Light Matrix (TLM) adalah pemeriksaan risiko karies gigi dengan

model tabel lampu lalu lintas menggunakan indikator warna merah, kuning dan hijau

dengan penilaian yang tersedia pada tabel. TLM sebagai suatu peringatan dini adanya

faktor risiko/kemungkinan seseorang mengalami kejadian karies. Faktor risiko yang

berkaitan dengan karies gigi terdiri dari saliva, plak, diet, penggunaan fluoride dan

beberapa faktor modifikasi yang tidak terlepas dari peran aktif pasien. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penilaian volume, laju alir, pH saliva

terstimulasi serta dikaitkan dengan diet makanan manis dan asam menggunakan

metode Traffic Light Matrix pada anak-anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea Hosana.

Jenis penelitian yang digunakan deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross

sectional. Sampel menggunakan saliva terstimulasi dari 75 anak yang diambil dengan

metode spitting selama 5 menit, kemudian volume, laju alir dan pH saliva diukur

menggunakan timbangan digital dan pHmeter digital. Penilaian diet manis dan asam

menggunakan kuesioner. Data dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui volume,

laju alir, pH saliva terstimulasi serta diet makanan manis dan asam. Hasil penelitian

diperoleh volume/laju alir berisiko rendah 72%, pH berisiko sedang 56%, diet manis

≥2 kali sehari (78,7%), diet asam ≤1 kali sehari (82,7%), penilaian risiko karies tiap

individu berisiko rendah (61,3%). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan volume/laju

alir saliva berisiko rendah, pH saliva berisiko sedang, diet tidak memengaruhi risiko

karies, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak relatif baik.

Kata Kunci : Traffic Light Matrix, saliva terstimulasi, volume, laju alir, pH,

diet manis dan diet asam.

Daftar rujukan : 45 (2007-2019)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

iv

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji

pada tanggal 10 Juni 2020

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Filia Dana Tyasingsih, drg., M. Kes

ANGGOTA : 1. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes., Sp.PMM

2. Minasari, drg., MM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-

Nya, Skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Ungkapan terimakasih dihaturkan atas limpahan kasih

sayang dan doa Ayahanda dr. J. E. Sihombing dan Ibunda dr. T. N. Ginting, M.K.M serta

kakak dr. Jessica Veronica Sihombing dan dr. Stephanie Sihombing yang selalu

mengiringi perjalanan kehidupan penulis. Curahan perhatian dan motivasi menjadi pribadi

yang hebat selalu diberikan dengan penuh kasih sayang. Ucapan terimakasih ini terasa tak

cukup untuk membalas kasih sayang yang terlimpah dari orang-orang tercinta ini.

Skripsi diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam

kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Filia Dana Tyasingsih, drg., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan tenaga serta memberi ilmu dan arahan dalam membimbing penulis

dalam menyelesaikan Skripsi ini.

2. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes., Sp.PMM, selaku Ketua Departemen

Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Penguji telah

memberikan masukan serta gagasan ide yang bermanfaat selama penulisan Skripsi.

3. Minasari, drg., MM selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan,

arahan, saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

4. Dr. Trelia Boel, M.Kes., Sp.RKG (K)., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

5. Syafrinani, drg., Sp.Pros(K), selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Biologi Oral Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan masukan yang berharga dan membantu selama

penyelesaian Skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

TIM PENGUJI SKRIPSI ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 3

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

1.4.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Traffic Light Matrix (TLM) ........................................................... 5

2.1.1 Penilaian Saliva pada Traffic Light Matrix .................................. 9

2.1.1.1 Hidrasi Saliva tanpa stimulasi ................................................... 10

2.1.1.2 Konsistensi saliva tanpa stimulasi ............................................. 11

2.1.1.3 pH saliva tanpa stimulasi .......................................................... 12

2.1.1.4 Laju aliran saliva terstimulasi ................................................... 13

2.1.1.5 pH saliva terstimulasi ............................................................... 13

2.1.1.6 Kemampuan buffer saliva terstimulasi ...................................... 14

2.1.2 Penilaian Bakteri pada Traffic Light Matrix ................................. 15

2.1.3 Penilaian Diet pada Traffic Light Matrix ..................................... 16

2.1.4 Penilaian Fluoride pada Traffic Light Matrix ............................... 17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

viii

2.1.5 Penilaian Faktor Modifikasi pada Traffic Light Matrix ................ 17

2.2 Saliva ............................................................................................. 18

2.2.1 Fungsi Saliva .............................................................................. 19

2.2.2 Pengaruh Volume dan Laju Alir Saliva Terhadap Karies ............ 20

2.2.3 Pengaruh pH Saliva Terhadap Karies .......................................... 21

2.3 Diet Makanan Manis dan Asam ............................................................ 21

2.4 Kerangka Teori ...................................................................................... 24

2.5 Kerangka Konsep .................................................................................. 25

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 26

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................ 26

3.2.1 Tempat Penelitian ...................................................................... 26

3.2.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 26

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ..................................................... 26

3.3.1 Populasi Penelitian ...................................................................... 26

3.3.2 Sampel Penelitian ........................................................................ 26

3.3.2.1 Besar Sampel ........................................................................... 26

3.3.2.2 Kriteria Sampel ........................................................................ 27

3.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 27

3.4.1 Variabel Bebas ............................................................................ 27

3.4.2 Variabel Terikat .......................................................................... 28

3.4.3 Variabel Terkendali ..................................................................... 28

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali ........................................................... 28

3.5 Definisi Operasional ...................................................................... 28

3.6 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 29

3.6.1 Alat Penelitian............................................................................. 29

3.6.2 Bahan Penelitian ......................................................................... 32

3.7 Prosedur Penelitian ...................................................................... 32

3.7.1 Surat Izin Penelitian .................................................................... 32

3.7.2 Pemberian Kuesioner dan Informed Consent ............................... 32

3.7.3 Pengumpulan Saliva ................................................................... 33

3.7.4 Penilaian Risiko Karies ............................................................... 33

3.7.5 Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 33

3.8 Etika Penelitian .............................................................................. 33

3.9 Alur Penelitian ............................................................................... 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 35

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................ 35

4.3 Volume saliva terstimulasi pada Traffic Light Matrix ..................... 36

4.4 Laju alir saliva terstimulasi pada Traffic Light Matrix .................... 37

4.5 pH saliva terstimulasi pada Traffic Light Matrix ............................. 37

4.6 Volume/Laju Alir terhadap pH Saliva Terstimulasi pada TLM ....... 38

4.7 Diet Makanan Manis pada Traffic Light Matrix .............................. 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

ix

4.8 Diet Makanan Asam pada Traffic Light Matrix .............................. 39

4.9 Penilaian Diet terhadap Volume/Laju Alir dan pH pada Traffic

Light Matrix .................................................................................. 40

4.10 Penilaian Risiko Karies Individu .................................................. 41

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Subjek Penelit ian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43

5.2 Volume, Laju Alir dan pH Saliva Terstimulasi serta Diet

terhadap Risiko Karies .................................................................. 45

5.2.1 Volume dan Laju Alir Saliva Terstimulasi pada Traffic Light

Matrix ......................................................................................... 46

5.2.2 pH Saliva Terstimulasi pada Traffic Light Matrix ........................ 48

5.2.3 Diet Manis dan Asam pada Traffic Light Matrix .......................... 49

5.2.4 Penilaian Risiko Karies Individu ................................................. 51

5.3 Kelemahan Penelitian..................................................................... 52

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .................................................................................... 53

6.2 Saran .............................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 54

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Status penyakit dan sikap pada TLM ...................................................... 8

2 Kontribusi kelenjar saliva ....................................................................... 10

3 Interpretasi kosistensi saliva pada TLM.................................................. 12

4 Interpretasi saliva terstimulasi pada TLM ............................................... 13

5 Interpretasi buffer saliva terstimulasi ...................................................... 15

6 Interpretasi penghitungan Streptococcus mutans pada TLM ................... 16

7 Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................... 35

8 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian TK B Usia 5-6 Tahun

berdasarkan Jenis Kelamin ..................................................................... 36

9 Distribusi Frekuensi Volume Saliva Terstimulasi terhadap Kriteria

Risiko Karies pada Anak-Anak Usia 5-6 Tahun dengan Metode

Traffic Light Matrix ............................................................................... 36

10 Distribusi Frekuensi Laju Alir Saliva Terstimulasi terhadap Kriteria

Risiko Karies pada Anak-Anak Usia 5-6 Tahun dengan Metode

Traffic Light Matrix ............................................................................... 37

11 Distribusi Frekuensi pH Saliva Terstimulasi terhadap Kriteria

Risiko Karies pada Anak-Anak Usia 5-6 Tahun dengan Metode

Traffic Light Matrix ............................................................................. 38

12 Distribusi Frekuensi Volume/Laju Alir terhadap pH Saliva pada

Anak-Anak Usia 5-6 Tahun dengan Metode Traffic Light Matrix ........... 38

13 Distribusi Frekuensi Diet Makanan Manis pada Anak-Anak Usia 5-6

Tahun dengan Metode Traffic Light Matrix ............................................ 39

14 Distribusi Frekuensi Diet Makanan Asam pada Anak-Anak Usia 5-6

Tahun dengan Metode Traffic Light Matrix ............................................ 39

15 Penilaian Risiko Karies terhadap Anak-Anak Usia 5-6 Tahun berdasarkan

Diet Makanan Manis dibandingkan dengan Volume/Laju Alir dan pH

Saliva Terstimulasi pada Traffic Light Matrix ........................................ 40

16 Penilaian Risiko Karies Anak-Anak Usia 5-6 Tahun berdasarkan Diet

Makanan Asam dibandingkan dengan Volume/Laju Alir dan pH Saliva

Terstimulasi dengan Metode Traffic Light Matrix .................................. 40

17 Distribusi Frekuensi Penilaian Risiko Karies Anak-Anak Usia 5-6

Tahun setiap Individu menggunakan Metode TLM ................................ 41

18 Distribusi Frekuensi Diet Makanan Manis terhadap Risiko Karies

setiap Individu ....................................................................................... 42

19 Distribusi Frekuensi Diet Makanan Asam terhadap Risiko Karies

setiap Individu ....................................................................................... 42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Traffic Light Matrix ............................................................................... 7

2 Droplet saliva pada tisu .......................................................................... 10

3 Interpretasi tingkat hidrasi saliva ............................................................ 11

4 Konsistensi saliva kental berbusa (kanan) dan sedikit kental (kiri) ......... 12

5 Interpretasi saliva tanpa stimulasi pada TLM.......................................... 12

6 Interpretasi saliva terstimulasi pada TLM ............................................... 14

7 Interpretasi pengukuran diet pada TLM .................................................. 16

8 Interpretasi pengukuran fluoride pada TLM ........................................... 17

9 Masker ................................................................................................... 29

10 Handscoon ............................................................................................. 30

11 Kertas label ............................................................................................ 30

12 Alat tulis ................................................................................................ 30

13 Wadah saliva 20 ml ................................................................................ 30

14 Wadah minuman 50 ml .......................................................................... 31

15 pH meter digital ..................................................................................... 31

16 Timbangan digital (mg) .......................................................................... 31

17 Minuman asam (pH 3,5)......................................................................... 32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian

Lampiran II Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent)

Lampiran III Kuesioner Penelitian

Lampiran IV Surat Ethical Clearence

Lampiran V Dokumentasi

Lampiran VI Master Data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan aktivitas asam

bakteri dari fermentasi karbohidrat.1 Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun

2013, prevalensi penduduk Indonesia sebanyak 4,6% didiagnosa karies. Pada Rikesdas

2007 prevalensi karies hampir sama dengan tahun 2013 yaitu 4,85%.2 Penduduk

Sumatera Utara dengan indeks karies 3,43 yang artinya sebanyak 343 gigi per seratus

orang mengalami karies. Berdasarkan BPSI (Badan Pusat Statistik Indonesia tahun

2018) penduduk Sumatera Utara mencapai 14.415.400 jiwa dan didapati sebanyak

61,1% menderita karies gigi.3

Tingginya karies di Indonesia belum mendapatkan penanganan yang

signifikan. Beberapa upaya pencegahan telah dilakukan untuk mengurangi angka

kejadian karies gigi, salah satunya dengan melakukan penilaian risiko karies. Risiko

karies merupakan peluang seseorang mempunyai satu atau beberapa karies dalam

kurun waktu tertentu. Penilaian risiko karies bermanfaat sebagai cara edukasi,

pendekatan antara dokter-pasien, perawatan/terapi lebih akurat serta perencanaan

waktu kunjungan.4

Ngo dan Gaffney memperkenalkan metode Traffic Light Matrix (TLM) sebagai

salah satu instrumen yang dapat digunakan menentukan faktor risiko berdasarkan

variabel-variabel yang mendasari terjadinya karies gigi.5,6 Traffic Light Matrix

digunakan sebagai suatu peringatan dini adanya faktor risiko/kemungkinan seseorang

mengalami kejadian karies.7 Faktor risiko yang berkaitan dengan karies gigi terdiri dari

saliva, plak, diet, penggunaan fluoride dan beberapa faktor modifikasi yang tidak

terlepas dari peran aktif pasien.8

Penilaian risiko karies menggunakan Traffic Light Matrix dilakukan dengan

cara mengisi model tabel pemeriksaan yang diberi tanda seperti lampu lalu lintas

dengan warna merah, kuning dan hijau pada kolomnya. Hasil pemeriksaan diperoleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

2

dan dicatat pada kolom sesuai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Warna

merah menunjukkan bahwa risiko karies tinggi (buruk), warna kuning berarti pasien

mudah terkena karies dan warna hijau menunjukkan risiko karies rendah (baik).9

Ainun (2017) mengatakan penggunaan TLM dalam menilai risiko karies terhadap

pengguna dan bukan pengguna alat ortodonti cekat pada subjek menjadi lebih efisien

waktu dalam mendeteksi dini risiko penyakit mengenai kesehatan gigi dan mulut.10

Gopinath (2010) mengatakan penurunan kualitas saliva menjadi suatu faktor

risiko terjadinya karies. Dokter gigi yang hanya merawat karies tanpa memperbaiki

faktor risiko ini mengakibatkan kejadian karies tetap terjadi dalam waktu yang relatif

singkat.7 Saliva berperan dalam kesehatan gigi dan mulut. Saliva berfungsi sebagai

pelumas, pembersih, pencerna, penetralisir asam atau basa, antimikroba dan

perlindungan terhadap demineralisasi gigi. Peningkatan sekresi saliva mempengaruhi

tingkat sekresi ion-ion yang menuju muara kelenjar saliva seperti kadar ion kalsium,

ion fosfat, konsentrasi fluoride, kapasitas buffer yang membantu remineralisasi gigi.7

Penelitian Husein (2014) menyelidiki keterkaitan/korelasi penilaian risiko

karies pada anak usia 5-8 tahun dimana ditemukan korelasi yang signifikan antara pH

saliva dan kapasitas buffer saliva dengan indeks karies anak.8 Penelitian yang

dilakukan Pandey (2015) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara laju alir, pH,

kapasitas buffer saliva dalam membentuk sistem reaksi antioksidant dimana perubahan

potensial konsentrasi yang rendah dapat menunda, memperlambat atau mencegah

proses oksidasi substrat proses pembentukan plak.11 Faktor risiko karies pada anak

biasanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, kesadaran dan kebiasaan orang tua

dalam merawat kesehatan gigi anak.8

Bakteri memfermentasi karbohidrat menghasilkan asam saat makan. pH saliva

akan turun dalam 1-3 menit sampai pH 4,5-5,0. Kondisi pH akan kembali normal

dalam 30-60 menit. Paparan makanan dalam waktu yang berdekatan mengakibatkan

enamel gigi dan saliva tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi

dengan sempurna.12

Menurut Adyatmaka (2008) penilaian risiko karies lebih baik dilakukan pada

usia anak-anak. Risiko karies anak bervariasi berdasarkan golongan umur dimana pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

3

usia 1 tahun sebesar 5%, usia 2 tahun 10%, usia 3 tahun 10%, usia 4 tahun 55%, dan

usia 5 tahun sebesar 75%. Tingginya angka persentase karies pada balita memerlukan

penilaian faktor risiko sebagai deteksi awal dan pencegahan.13 Menurut WHO (2009)

karies gigi masih menjadi masalah utama pada 60-90% murid sekolah. Pengamatan

pada 13 sekolah swasta di Jakarta menemukan bahwa 55% anak kelas 1 SD memiliki

gigi yang berlubang dengan rata-rata 2 gigi sulung per anak.14 Data Depkes RI (2010)

menunjukkan 63% penduduk Indonesia terutama anak-anak menderita penyakit gigi

dan mulut khususnya karies gigi.15

World Health Organization (2009) merekomendasikan kelompok usia 5 tahun

untuk gigi sulung diperiksa dan dinilai risiko karies sebagai upaya pencegahan dan

membangun pola perilaku untuk menjaga kesehatan giginya sejak anak-anak.14

Penelitian ini menilai beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi pada

anak usia 5-6 tahun di antaranya adalah laju alir, volume, pH saliva dan diet/pola

makan anak menggunakan metode Traffic Light Matrix.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas ingin diketahui tentang gambaran penilaian volume,

laju alir, pH saliva terstimulasi serta dikaitkan dengan diet makanan manis dan asam

menggunakan metode Traffic Light Matrix pada anak-anak usia 5-6 tahun di Sekolah

Galilea Hosana.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penilaian volume, laju alir, pH saliva terstimulasi

serta dikaitkan dengan diet makanan manis dan asam menggunakan metode Traffic

Light Matrix pada anak-anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea Hosana.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran penilaian risiko karies pada kondisi volume/

laju alir saliva terstimulasi anak-anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea Hosana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

4

2. Untuk mengetahui gambaran penilaian risiko karies pada pH saliva

terstimulasi anak-anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea Hosana.

3. Untuk mengetahui gambaran diet makanan manis dan asam pada anak-anak

usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea Hosana.

4. Untuk mengetahui gambaran penilaian risiko karies volume, laju alir, pH

saliva terstimulasi serta diet tiap individu anak-anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea

Hosana.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat mengenalkan metode Traffic Light Matrix

sebagai salah satu cara mendeteksi karies dalam pengembangan ilmu biologi oral

dan konservasi gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Metode penilaian karies ini diharapkan menjadi masukan bagi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dalam menggunakan metode Traffic

Light Matrix.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat diterapkan tenaga kesehatan gigi dan Unit

Kesehatan Sekolah dalam pengembangan penilaian risiko karies.

2. Sebagai masukan bagi orang tua untuk meningkatkan upaya pencegahan

karies pada usia anak sejak dini.

3. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang penilaian risiko karies

menggunakan metode Traffic Light Matrix pada faktor-faktor lain yaitu saliva tidak

terstimulasi, fluoride, plak, bakteri Streptococcus mutans serta faktor modifikasi

lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Traffic Light Matrix (TLM)

Pengalaman karies gigi di Australia menurun selama beberapa tahun terakhir.

Diep Ha (2015) mengatakan anak-anak di Australia jarang memiliki pengalaman

karies. Penggunaan fluor pada distribusi air minum, pasta gigi/produk professional

yang baik, peningkatan kebersihan mulut, akses perawatan gigi telah menjadi peran

utama dalam kasus ini. Namun, karies gigi tetap menjadi salah satu penyakit umum

pada anak-anak. Mike William di tahun 2001 bersama dengan H Ngo dan LJW

mengeluarkan Traffic Light Matrix sebagai sebuah penilaian risiko karies baik untuk

tingkat individu maupun kelompok. Distribusi karies dengan tingkat risiko yang

berbeda adalah langkah utama dalam merencanakan tindakan pencegahan yang sesuai

dengan kebutuhan individu.9

Program perawatan gigi yang digerakkan oleh CRA (caries risk assessment)

pada tingkat populasi dinilai lebih efisien dan hemat biaya. Hasil kegiatan

dikumpulkan agar menjadi suatu evaluasi dan pedoman tingkat kriteria keberhasilan

pencegahan karies. Salah satu tujuan CRA untuk anak-anak adalah menjaga kesehatan

mulut yang baik dari individu berisiko rendah sambil berusaha meningkatkan

kesehatan mulut anak-anak berisiko tinggi dengan memberikan perawatan gigi dan

mulut. H Ngo dan LJW menuliskan penilaian risiko/TLM didalam buku “Risk

assessment in the diagnosis and management of caries in: preservation and

restoration of tooth structure” sebagai salah satu cara penilaian risiko karies

mendukung program Caries Risk Assessment. Dasar upaya manajemen di dalam TLM

bertujuan sebagai alat motivasi pasien, identifikasi individu, pemahaman sifat

multifaktorial, interaktif dan edukatif kepada pasien.9

Pencegahan karies terbagi menjadi 4 yaitu pencegahan primodial, primer,

sekunder dan tersier. Penilaian faktor risiko karies bermanfaat sebagai tindakan

pencegahan primer dalam pendekatan edukasi kesehatan dan identifikasi faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

6

etiologi terhadap keputusan ataupun perawatan yang akan diberikan. Tindakan

pencegahan karies yang dilakukan oleh dokter gigi atau individu pasien akan

memberikan penilaian risiko karies berbeda setiap waktu. Prosedur penilaian risiko

karies digunakan dalam praktek medis sebagai alat bantu mendeteksi kesehatan gigi

dan mulut serta perencanaan perawatan yang tepat. 9,13

Traffic Light Matrix adalah suatu model tabel pemeriksaan isyarat lampu lalu

lintas dengan warna merah, kuning dan hijau pada kolomnya. Hasil pemeriksaan

dicatat pada kolom sesuai dengan kriteria yang sudah disediakan, misalnya pH saliva

tanpa stimulasi didapatkan <5,8 maka skor faktor risikonya warna merah. Warna

merah menunjukkan bahwa risiko karies pasien tinggi (buruk), warna kuning berarti

pasien mudah terkena karies dan warna hijau menunjukkan bahwa risiko karies

rendah (baik).9

Traffic Light Matrix memeriksa 19 kriteria penilaian pada 5 kategori yang

berbeda. Lima kategori tersebut meliputi saliva (6 kriteria), plak (3 kriteria), diet (2

kriteria), fluoride (3 kriteria) dan faktor modifikasi (5 kriteria).9

Traffic Light Matrix (TLM) merupakan metode pemeriksaan sistematis untuk

mengukur faktor risiko karies. Traffic Light Matrix membangun model penilaian

risiko yang meliputi penilaian motivasi dan aktivitas gaya hidup pasien. Metode ini

bukan untuk memprediksi karies, namun lebih kepada tindakan peringatan dini yang

memperingatkan kepada operator medis (dokter gigi) tentang kehadiran faktor risiko

yang dapat mengubah keadaan lingkungan mulut. Metode TLM berpatokan pada

ambang batas untuk setiap kategorinya dan memiliki dua elemen. 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

7

Gambar 1. Traffic Light Matrix.9

Elemen pertama dari metode TLM adalah Traffic Light yang meneliti 19 sub

kategori dalam 5 kriteria yaitu:9

a. Saliva

1. Kemampuan kelenjar saliva minor dalam memproduksi saliva (hidration)

2. Konsistensi saliva tanpa stimulasi

3. pH saliva tanpa stimulasi

4. Volume dan laju aliran saliva terstimulasi

5. pH saliva terstimulasi

6. Kemampuan buffer saliva terstimulasi

b. Diet

7. Jumlah gula yang dikonsumsi setiap harinya

8. Jumlah asam yang dikonsumsi setiap harinya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

8

c. Fluoride

9. Pasta gigi mengandung fluoride

10. Air minum mengandung fluoride

11. Perawatan gigi dengan fluoride

d. Oral Biofilm

12. pH plak

13. Pewarnaan menggunakan disclosing gel plaque

14. Jumlah bakteri Streptococcus mutans

e. Faktor Modifikasi

15. Riwayat kesehatan gigi

16. Riwayat penyakit sistematik

17. Keluhan lain (compliance)

18. Gaya hidup

19. Status sosial ekonomi

Elemen kedua dari model TLM adalah matriks. Matriks ini didesain dengan

tujuan menilai status penyakit dan sikap pasien dalam merawat kesehatan gigi dan

mulut. Matriks ini merupakan penilaian subjektif dokter gigi dalam mengumpulkan

informasi pada periode waktu tertentu yang berguna untuk mengukur kemampuan atau

keinginan pasien mengikuti perawatan yang telah disiapkan. Sikap menuju kesehatan

gigi dan mulut diberi skor A, B, atau C pada aksis vertikal. Status penyakit diberi skor

1, 2 atau 3 pada aksis horizontal.9

Tabel 1. Status penyakit dan sikap pada TLM9

STATUS PENYAKIT

1 2 3

S

IKA

P

A

B

C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

9

Kriteria penilaian:

Status Sikap

A. Self-Motivated : Memiliki kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut serta

perawatannya menjadi prioritas utama.

B. Dentally Aware : Memiliki kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut, namun

masih bergantung pada dental team untuk memotivasi dan

membantu untuk tetap sehat.

C. Unmotivated : Mempunyai kesadaran yang rendah dan sikap ketidakpedulian

terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Status Penyakit

1. No Apparent Disease : Tidak memerlukan perawatan, tetapi perlu edukasi

mengenai riwayat penyakit terdahulu seperti menjaga

perawatan restorasi, gigi tiruan dan panyakit sistemik jika

ada.

2. Controlled Disease : Tidak ada tanda-tanda penyakit aktif, tetapi kemungkinan

diperlukan perawatan untuk fungsional seperti restorasi

yang rusak dan perbaikan komponen piranti gigi (ortodonti

atau protesa).

3. Active Disease : Karies aktif terlihat dengan jelas baik sebagai lesi baru atau

aktivitas penyakit di sekitar restorasi yang telah ada.

2.1.1 Penilaian Saliva pada Traffic Light Matrix

Saliva memiliki peran penting dalam kesehatan gigi dan mulut. Saliva

memiliki tiga fungsi utama:16

1. Aksi pembersihan mekanis terhadap sisa makanan di mulut

2. Kapasitas buffer menjaga dan menetralkan asam yang berasal dari biofilm

3. Menyediakan reservoir ion untuk remineralisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

10

Saliva pada TLM terdiri dari saliva tanpa stimulasi dan saliva terstimulasi.

Pemeriksaan saliva pada TLM diawali dengan pengumpulan saliva tanpa stimulasi

kemudian saliva terstimulasi.17

2.1.1.1 Hidrasi Saliva tanpa stimulasi

Kelenjar saliva minor pada test ini menggunakan kelenjar saliva pada bagian

labial bibir bawah bagian dalam. Kelenjar saliva minor mudah didapatkan dan tidak

mengalami perubahan berhubungan dengan umur, berbeda dengan kelenjar minor

pada palatum yang mengalami perubahan dalam kecepatan waktu sekresi.16

Tabel 2. Kontribusi kelenjar saliva16

Kelenjar Saliva Kontribusi

Submandibular 60%

Parotid 20%

Sublingual 5%

Minor 15%

Cara pemeriksaan :

- Pasien didudukkan tegak lurus 900, tarik bibir bawah dan keringkan

- Letakkan tisu kering pada bagian labial bibir bawah bagian dalam

- Ukur seberapa lama droplet saliva muncul kembali dari sisi labial yang kering

Gambar 2. Droplet saliva pada tisu.17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

11

Gambar 3. Interpretasi tingkat hidrasi saliva.9

Interpretasi pemeriksaan :

a) Merah : Adanya disfungsi kelenjar saliva minor yang dapat disebabkan

- Dehidrasi berat

- Kerusakan kelanjar saliva akibat radioterapi atau patologi

- Ketidakseimbangan hormon

- Efek samping pengobatan

b) Kuning : Menandakan ada penundaan produksi saliva level ringan dari

- Dehidrasi

- Efek samping pengobatan

c) Hijau : Menandakan fungsi normal.9

2.1.1.2 Konsistensi saliva tanpa stimulasi

Saliva terdiri dari 99% air, 1% protein dan elektrolit serta terlihat bening,

encer, sedikit saja mengandung bubble, memiliki kemampuan untuk melapisi seluruh

bagian gigi, jaringan lunak dan keras.18

Cara pemeriksaan :

- Pasien duduk tegak lurus

- Pasien diminta untuk tidak menelan saliva selama 30 detik

- Miringkan kepala pasien sedikit ke depan

- Buka mulut dan catat konsistensi dari saliva

- Pasien diminta untuk menyentuh palatum dengan menggunakan ujung lidah

- Cek konsistensi mukosa pada dasar mulut dan konsistensi saliva. 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

12

Gambar 4. Konsistensi saliva kental berbusa (kanan) dan sedikit kental (kiri).11

Interpretasi :

Saliva kental memiliki kandungan air yang rendah sehingga kurang protektif

untuk melindungi jaringan keras dan lunak, mempunyai tingkat salivary clearance

yang rendah, dan tidak membentuk lapisan yang efektif pada permukaan gigi.11

Tabel 3. Interpretasi kosistensi saliva pada TLM9

Tebal, kental, berbusa, web test besar Merah

Tidak terlihat penyatuan (pooling) saliva, sedikit tebal Kuning

Encer dengan penyatuan saliva, film tipis berkilau pada dasar mulut Hijau

2.1.1.3 pH saliva tanpa stimulasi

pH saliva tanpa stimulasi setara dengan pH mulut berkisar antara 6 - 7,8.

Cara pemeriksaan :

- Taruh saliva di atas kertas lakmus pH menggunakan pipet tetes

- Setelah 10 detik, lihat berapa pHnya sesuai indikator pabrik. 19

Interpretasi :

pH kritis sebesar 5,5 membuat kerusakan mineral hidroksiapatit pada enamel dan

peningkatan pertumbuhan bakteri di rongga mulut. pH saliva semakin asam

meningkatkan proses demineralisasi.12

Gambar 5. Interpretasi saliva tanpa stimulasi pada TLM.9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

13

2.1.1.4 Laju aliran saliva terstimulasi

Komposisi saliva terstimulasi bergantung pada laju alir dan kombinasi

produksi dari kelenjar saliva mayor dan minor. Tingkat sekresi dihitung dengan mili

liter per menit. Umumnya hal ini diikuti oleh kapasitas buffer yang rendah dan

peningkatan jumlah Streptoccocus mutans dan Lactobacillus sp.20

- Tingkat normal sekresi saliva tanpa stimulasi: 0,3 – 0,5 ml/min

- Tingkat normal sekresi saliva terstimulasi: 1 – 2 ml/min

- Tingkat sekresi yang rendah dari saliva terstimulasi: <0,7 ml/min

- Kekeringan mulut yang parah : <0,1 ml/min.11

Cara pemeriksaan :

- Pasien duduk tegak lurus, minta pasien untuk mengunyah non-flavoured wax

- Atur waktu 5 menit pada stopwatch

- Pasien harus tetap mengunyah selama 5 menit dan mengeluarkan salivanya

dalam gelas ukur plastik yang disediakan

- Setelah 5 menit, ukur volume saliva yang telah dikumpulkan.

Interpretasi :

Mount GJ, dkk telah mengkategorikan laju alir saliva terstimulasi dalam 3 grup

pada TLM yakni: sangat rendah (merah), rendah (kuning) dan normal (hijau).9

Tabel 4. Interpretasi saliva terstimulasi pada TLM9

< 3,5 ml / 5 menit Merah

3,5 – 5 ml / menit Kuning

> 5 ml / 5 menit Hijau

2.1.1.5 pH saliva terstimulasi

Cara pemeriksaan :

- Ambil saliva menggunakan pipet tetes dari wadah saliva pada test sebelumnya

- Teteskan saliva di atas kertas lakmus pH menggunakan pipet tetes

- Setelah 10 detik, lihat berapa pHnya sesuai indikator pabrik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

14

Interpretasi :

pH kritis 5.5 menandakan gigi dalam keadaan demineralisasi.9

Gambar 6. Interpretasi saliva terstimulasi pada TLM.9

2.1.1.6 Kemampuan buffer saliva terstimulasi

Kapasitas buffer adalah ukuran kemampuan saliva untuk menetralkan asam

dan ini bergantung pada konsentrasi bikarbonat.11

Cara pemeriksaan :

- Ambil saliva menggunakan pipet tetes dari wadah saliva pada test sebelumnya

- Teteskan saliva pada kertas lakmus buffer

- Buang kelebihan saliva dengan menempatkannya pada posisi 90o di atas tisu

- Diamkan strip selama 5 menit dan amati perubahan warna pada kertas buffer,

bandingkan dengan warna indikator yang telah disediakan, kemudian beri skor.9

Interpretasi :

Ada dua sistem untuk menentukan kapasitas buffer dari saliva terstimulasi :

- CRT Buffer (Vivadent) : Tinggi, sedang, rendah dengan satu test pad.

- Saliva Check Buffer (GC Corp) : Ada tiga test pad yang berbeda dengan level

asam yang berbeda pada sistem scoring numerik dan sensitivitas tingkat tinggi.

Hasil dari kedua tes ini dapat ditranslasi dalam skala TLM :9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

15

Tabel 5. Interpretasi buffer saliva terstimulasi9

GC Corp Vivadent TLM

Skor akhir 0-5 Rendah Merah

Skor akhir 6-9 Sedang Kuning

Skor akhir 10-12 Tinggi Hijau

Apabila pemeriksaan buffer menunjukkan nilai yang rendah, tes sebaiknya

diulang untuk menentukan apakah nilai tersebut konstan atau tidak.9

2.1.2 Penilaian Bakteri pada Traffic Light Matrix

Bakteri yang umumnya berhubungan dengan proses karies adalah

Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinis dan Lactobacillus sp yang semuanya

mempunyai potensial kariogenik dan harus dapat diidentifikasi. Hubungan antara

jumlah Streptococcus mutans dengan tingkat konsentrasi Streptococcus mutans

menggambarkan tinggi/rendahnya aktivitas karies gigi.21

Lactobacillus sp memerlukan tempat retensif yang dapat ditemukan pada lesi

yang dalam. Level populasinya banyak dipengaruhi oleh tingginya diet karbohidrat.

Menurut Pretti (2010) saat saliva terstimulasi dalam 1-3 menit pH menurun menjadi

4,5-5,0 lingkungan asam ini menjadi peluang bagi bakteri penyebab karies

berkembang. pH akan kembali normal dalam waktu 30-60 menit. Paparan makanan

dalam waktu yang berdekatan mengakibatkan enamel gigi dan saliva tidak

mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna.12

Metode test bakteri ini menggunakan medium kultur dan diikubasi selama 48

jam. Jumlah bakteri dapat diperoleh dengan membandingkan kultur dengan sediaan

pada Tabel 6.

Langkah-langkah Klinis:

- Ambil saliva menggunakan pipet tetes dari wadah saliva pada test sebelumnya

- Basahi kedua sisi test strip

- Letakkan tablet NaHCO3 pada container

- Tutup rapat container dan letakkan pada inkubator selama 48 jam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

16

- Lihat hasilnya dan buang stripnya.

Interpretasi :

Hasil dari tes ini dianggap semi kuantitatif dan penghitungannya dapat

subjektif. Warna merah untuk jumlah Streptococcus mutans maupun Lactobacillus sp

menunjukkan risiko karies tinggi.9,21

Tabel 6. Interpetasi penghitungan Streptococcus mutans pada TLM9

Streptococcus mutans Lactobacillus sp TLM

> 106 CFU > 105 CFU Merah

Tidak dapat digunakan Tidak dapat digunakan Kuning

< 105 CFU < 104 CFU Hijau

2.1.3 Penilaian Diet pada Traffic Light Matrix

Pretti (2010) menunjukkan bahwa frekuensi asupan karbohidrat meningkatkan

risiko karies serta individu yang memiliki diet gula tinggi secara konsisten

mengakibatkan peningkatan level dari Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp.

Sumber diet asam seperti soft drink, jus buah, dan minuman berenergi memiliki pH

yang lebih rendah dari 5,5 dapat meningkatkan kemungkinan risiko karies dan erosi

gigi.12

Cara pemeriksaan :

- Pasien diminta untuk mencatat apa yang dikonsumsi dalam 5 hari,

- Dianjurkan untuk tidak dalam keadaan diet makanan tertentu

- Jumlah gula dan asam yang dikonsumsi dalam 5 hari akan digunakan untuk

mengklasifikasi profil risiko pasien.9

Gambar 7. Interpretasi pengukuran diet pada TLM.9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

17

2.1.4 Penilaian Fluoride pada Traffic Light Matrix

Fluoride memberikan proteksi terhadap karies dalam tiga tingkatan:

- Meningkatkan ketahanan enamel terhadap demineralisasi

- Meningkatkan reservoir ion untuk remineraslisasi

- Membantu metabolism sel bakteri di plak.9

Gambar 8. Interpretasi pengukuran fluoride pada TLM.9

2.1.5 Penilaian Faktor Modifikasi pada Traffic Light Matrix

Aktivitas karies dipengaruhi oleh faktor kosumsi makanan, bakteri, sistem

pertahanan (saliva dan gigi) dan waktu. Penilaian risiko juga didukung oleh faktor lain

seperti :

a. Gaya Hidup

Kebiasaan perilaku dan lingkungan dapat menjadi salah satu faktor

tinggi/rendahnya risiko karies. Kebiasaan yang buruk seperti merokok, minum

alkohol, menyirih, konsumsi junk food dapat meningkatkan risiko karies. Kebiasaan

buruk yang lain seperti bruxism, menggigit kuku atau pensil, menyikat gigi terlalu kuat

dan menghisap jempol dapat meningkatkan risiko karies. 22

b. Status kesehatan

Dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan seperti stress, rheumatoid,

diabetes serta obat yang dikonsumsi (anti-depresan, anti-hipertensi, anti-cholinergics,

anti-physcotics, diuretics), drugs (caffeine, tobacco, alcohol, marijuana,

amphetamine) dan sebagainya. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas sekresi

saliva dalam proses remineralisasi gigi.22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

18

c. Status sosio ekonomi

Faktor sosioekonomi memiliki pengaruh terhadap kesehatan secara umum

seperti, seorang anak dari strata sosioekonomi yang rendah dengan orang tua yang

memiliki level pedidikan yang rendah memiliki risiko karies yang tinggi.22

2.2 Saliva

Saliva merupakan cairan tubuh yang kompleks berperan dalam menjaga

kesehatan rongga mulut. Saliva memiliki konsistensi serous dan mucous. Serous

merupakan saliva dengan konsistensi yang encer, sedangkan mucous memiliki

konsistensi yang kental dan lengket. Pada waktu yang berbeda, konsistensi saliva

yang dihasilkan bervariasi. Pada saat makan sekresi saliva yang paling dominan

yaitu tipe serous, sedangkan selama tidur yang paling dominan yaitu tipe mucous.

Setiap kelenjar saliva pada manusia mensekresikan saliva yang berbeda.23

Kelenjar parotid lebih dominan mensekresikan tipe serous, kelenjar

sublingual hampir seluruhnya terdiri dari mucous, sedangkan kelenjar

submandibular bersifat seromucous. Kelenjar saliva minor hanya mensekresikan

tipe mucous, kecuali kelenjar von ebner, yang dapat ditemukan di sekitar papila

circumvallate, antara sepertiga posterior dan dua pertiga anterior dari lidah, yang

hanya mensekresikan tipe serous.23

Saliva terdiri dari 99% air, 1% lagi terdiri dari komponen organik, anorganik

dan berbagai elektrolit. Komponen organik dalam saliva mengandung makro

molekul dan mikro molekul. Makro molekul berupa musin, histatin, sistasin,

peroksidase, lisozim, laktoferin, defensin, Ig A, Ig M, Ig G, amilase, maltase dan

lipase. Mikro molekul antara lain glukosa, asam amino, urea, asam urat, dan lemak.

Komponen anorganik terdiri dari sodium, potasium, karbondioksida, oksigen dan

nitrogen yang terlarut, serta berbagai elektrolit seperti Na+, K+, Ca2+, Mg2+, HPO24-,

SCN-, dan F-. Beberapa kondisi dapat mempengaruhi proses sekresi saliva,

misalnya kebersihan rongga mulut, latihan fisik, obat-obatan, usia, stimulasi visual,

penyakit sistemik, alkohol dan rokok. Hal ini akan mengubah kuantitas maupun

sifat dari saliva tersebut yang menyebabkan beberapa masalah gigi dan mulut.24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

19

2.2.1 Fungsi Saliva

Saliva merupakan cairan penting rongga mulut dikarenakan memiliki

beberapa fungsi seperti:23,25

1. Sebagai proteksi dan pelumas

Saliva melapisi rongga mulut untuk membantu berbicara dan menelan serta

mencegah terjadinya iritasi mukosa (mekanis, kimiawi, dan termis).

2. Anti mikroba

Imunoglobulin yang terdapat pada saliva (IgA, IgM, IgG) mencegah

terjadinya ikatan adhesi antar mikroorganisme dan jaringan mulut. Aglutinasi atau

penggumpalan bakteri serta dengan mempengaruhi enzim spesifik yang diperlukan

untuk metabolisme bakteri seperti peroksidase, lisozim dan lactoferin.

3. Membantu proses pencernaan

Saliva mengandung enzim amilase/ptyalin yang berikatan dengan pati

menghasilkan disakarida dan enzim lipase pada saliva yang disekresi oleh kelenjar

von ebner berperan penting dalam pencernaan lemak.

4. Reservoir ion

Sebagai reservoir ion seperti kalsium, fosfor dan fluoride untuk

remineralisasi pada gigi.

5. Self cleansing

Aliran saliva yang baik menyediakan aksi pembersihan mekanis terhadap

residu/sisa makanan, debris maupun plak bakteri.

6. Meningkatkan sensitivitas pengecapan

Saliva mengalir melalui duktus, konsentrasi saliva akan berubah menjadi

hipotonik. Konsentrasi hipotonik saliva akan melarutkan substansial yang

menyebabkan gustatory buds untuk menerima rasa yang berbeda.

7. Menjaga integritas gigi

Saliva mengandung ion kalsium dan fosfat. Pertukaran ion antara saliva dan

gigi menbantu proses maturasi pada enamel. Enamel tersebut menjadi semakin

keras, kurang permeabel dan lebih tahan terhadap karies. Selain itu pertukaran ion

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

20

juga dapat menyebabkan remineralisasi dari lesi karies awal guna mencegah

perkembangan lebih lanjut.

8. Perbaikan jaringan dan pembekuan darah

Adanya faktor pertumbuhan epidermal yang merangsang pertumbuhan

epitel, oleh karena itu dapat membantu dalam penyembuhan luka. Selain itu saliva

juga mengandung faktor pembekuan darah seperti faktor IX, VII yang dapat

mempercepat waktu pembekuan.

9. Kapasitas buffer

Buffer merupakan suatu substansi yang dapat membantu untuk

mempertahankan agar pH tetap netral. Komponen yang memberikan efek buffer

pada saliva yaitu bikarbonat dan fosfat. Ketika ion bikarbonat bersentuhan dengan

ion asam, maka akan terbentuk asam karbonat lemah kemudian terurai menjadi air

dan karbon dioksida sehingga pH saliva menjadi normal. Selain itu glikoprotein

yang memiliki residu negatif dan sialin, polipeptida saliva juga memiliki kapasitas

buffer. pH saliva yang normal dapat menjaga keutuhan hidroksiapatit enamel gigi.

2.2.2 Pengaruh Volume dan Laju Alir Saliva Terhadap Karies

Laju alir saliva merupakan faktor utama yang mempengaruhi komposisi saliva.

Apabila laju alir saliva meningkat, maka konsentrasi protein total, klorida, bikarbonat,

natrium dan pH saliva juga akan meningkat, sedangkan apabila terjadi penurunan laju

alir akan menyebabkan derajat keasaman (pH) semakin rendah, dan bakteri akan lebih

mudah melekat pada permukaan gigi, sehingga meningkatkan risiko terjadinya karies.

Volume saliva juga penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup

seseorang. Jumlah produksi saliva per hari baik dengan stimulasi ataupun tanpa

stimulasi berkisar antara 500 sampai 1500 ml/hari.26

Laju aliran saliva tanpa stimulasi normal berkisar 0,25–0,35 ml/menit, rendah

0,1–0,25 mL/menit dan hiposalivasi kurang dari 0,1 ml/menit. Jumlah aliran saliva

terstimulasi yang normal berkisar lebih dari 1-3 ml/menit, rendah 0,7-1,0 mL/menit

dan hiposalivasi kurang dari 0,7 ml/menit pada keadaan hiposalivasi.26 Persentase

kontribusi kelenjar saliva pada keadaan tanpa stimulasi adalah 20% dari kelenjar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

21

parotis, lebih dari 65% dari kelenjar submandibular, 7% sampai 8% dari kelenjar

sublingual dan <10% dari kelenjar saliva minor. Pada keadaan saliva terstimulasi,

kontribusi dari setiap kelenjar saliva berbeda yaitu 50% dari kelenjar parotis, 30% dari

kelenjar submandibular, 10% dari kelenjar sublingual dan 10% dari kelanjar saliva

minor.23

2.2.3 Pengaruh pH Saliva dengan Karies

pH saliva memiliki kemampuan dalam pengaturan derajat keasamaan rongga

mulut yang penting dalam menjaga integritas gigi dan proses demineralisasi. pH

Saliva normal berkisar dari 6 - 7,8 dengan rata-rata pH 6,7. pH saliva dengan stimulasi

dapat dikatakan sehat apabila bernilai 6,71 - 7,8, asam 5,91 - 6,7 dan sangat asam 5,0-

5,9. Penurunan pH mulut di bawah 5,5 akan menyebabkan terjadi demineralisasi

enamel gigi.9

Bakteri plak akan memfermentasi karbohidrat (sukrosa) dan menghasilkan

asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1-3 menit sampai pH

4,5-5,0. Kemudian pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam 30-60 menit, dan

jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus-menerus maka akan menyebabkan

demineralisasi pada permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini maka bakteri

Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp, yang merupakan mikroorganisme

penyebab utama dalam proses terjadinya karies. Streptococcus mutans berperan dalam

permulaan (initition) terjadi karies gigi, sedangkan Lactobacillus sp, berperan pada

proses perkembangan dan kelanjutan karies.20,21

2.3 Diet Makanan Manis dan Asam

Diet merupakan upaya mengatur jumlah asupan makanan yang bernutrisi.

Nutrisi merupakan makanan bergizi, zat lain sumber energi atau zat pembangun yang

berguna untuk kelangsungan hidup serta proses pertumbuhan suatu organisme.1 Nutrisi

berperan bagi pertumbuhan fisik, perkembangan jaringan/sel, metabolisme,

penyembuhan luka/penyakit dan meningkatkan kesehatan seseorang khususnya

kesehatan gigi dan mulut. Kalsium, fluor, fosfor, zat besi, magnesium, natrium dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

22

vitamin D merupakan komponen pembentukan struktur tulang dan menjaga kesehatan

gigi dan mulut.27

Nutrisi/makanan selain memberi manfaat, ternyata dapat menimbulkan

masalah pada kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi berhubungan dengan jumlah,

jenis, frekuensi dan pola kebiasaan seseorang makan makanan tertentu. Karies ini

mempunyai prevalensi tertinggi pada anak-anak. Anak memiliki kegemaran

mengkonsumsi jajanan mengandung karbohidrat (tinggi sukrosa) yang menyebabkan

bakteri penyebab karies di rongga mulut mulai memproduksi asam sehingga terjadi

demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.27,28

Makanan yang mengandung karbohidrat seperti (gula, asam dan soda) adalah

makanan yang dapat merusak gigi karena asam dari karbohidrat mempengaruhi

mineral gigi mengakibatkan pH saliva menurun.16,29. Alhamda (2011) menyatakan

bahwa penyakit gigi dan mulut yang sering menyebabkan karies adalah makanan yang

manis seperti makanan yang mengandung gula, soda atau asam.30 Pola makan yang

tidak baik dalam mengatur jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi

mempengaruhi status nutrisi dalam mencegah atau membantu proses penyembuhan

suatu penyakit.31

Hubungan nutrisi dan pembentukan karies dimulai dari proses metabolisme

makanan, pembentukan pelikel, plak dan demineralisasi jaringan gigi. Karbohidrat

akan dimetabolisme membentuk ikatan polisakarida sebagai fase awal pembentukan

pelikel. Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif terhadap terjadinya proses

desifikasi/pengeringan jaringan. Pelikel mempunyai 2 sisi perlekatan yaitu sebagai

tempat melekat ke permukaan gigi dan sisi lainnya tempat bakteri membentuk

kolonisasi awal. Kolonisasi awal bakteri menghasilkan cadangan energi dan asam bagi

perkembangan bakteri dalam membentuk kolonisasi sekunder/plak.29,31

Makanan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu anti kariogenik,

kariogenik, dan kariostatik. Klasifikasi makanan ini penting untuk pengembangan

intervensi dalam modifikasi kebiasaan makan yang berhubungan dengan risiko karies

gigi.30 Kelompok antikariogenik adalah makanan yang dapat meningkatkan pH saliva

membantu dan menjaga remineralisasi enamel. Jenis makanan yang termasuk dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

23

kelompok ini seperti susu dan keju. Kelompok makanan kariostatik adalah makanan

yang tidak dimetabolisme oleh mikroorganisme di dalam mulut dan tidak

menyebabkan penurunan pH saliva kurang dari 5.5 dalam 30 menit. Makanan yang

termasuk dalam kelompok ini antara lain telur, daging, ikan, dan sebagian besar sayur-

sayuran.28

Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung fermentasi

karbohidrat sehingga menyebabkan penurunan pH plak menjadi 5,5 atau kurang dan

menstimulasi terjadinya proses pembentukan plak dan karies. Menurut Alhamda

(2011) anak-anak yang tidak memiliki pengawasan dari pihak sekolah cenderung

bebas memilih jajanan yang menurutnya enak dan menarik. Pihak sekolah perlu

mengajarkan serta menerapkan kegiatan menyikat gigi dan berkumur-kumur sesudah

makan sebagai tahap pencegahan risiko karies anak.30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

24

2.3 Kerangka Teori

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

Traffic Light Matrix

(Penilaian Risiko Karies)

Saliva Diet Fluoride Biofilm Modifikasi

Status Saliva

1. Laju Alir

2. pH

3. Volume

4. Buffer

Fungsi Saliva

1. Pembersihan

2. Pelumasan

3. Antimikroba

4. Proses pencernaan

5. Sensasi pengecapan

Komposisi

Saliva

Air (H2O)

Organik

Anorganik

Saliva

Terstimulasi Saliva Tanpa

stimulasi

Jenis & Frekuensi

Asupan Makanan

Jumlah, Pola

Makanan

Tertentu

Makanan Manis

dan Asam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

25

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

1. Saliva Terstimulasi

a. Volume

b. Laju Alir

c. pH

2. Diet makanan manis

dan Asam

Penilaian Risiko Karies

(Traffic Light Matrix)

Indikator (warna) : Merah, Kuning, Hijau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

26

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian : Deskriptif analitik dengan desain Cross Sectional.32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

a. Pengambilan data : Sekolah Taman Kanak-kanak Galilea Hosana

b. Pengolahan data : Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian pada bulan Januari 2020 sampai Juni 2020.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi : anak laki-laki dan perempuan di sekolah Taman Kanak-kanak

Galilea Hosana sebanyak 160 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel : bagian dari populasi yang dipilih memenuhi kriteria dengan rumus

penghitungan jumlah sampel.33

3.3.2.1 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus uji estimasi prevalensi.34

n = (Zα)2 S

d2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

27

Keterangan :

n = besar sampel yang diperlukan

S = standard deviasi penelitian sebelumnya (0,2)35

Zα = ketetapan penelitian sampel yang masih dapat ditolerir (1,96).

d = selisih rerata yang diduga (0,12)

n = (1,96)2 . 0,2

(0,12)2

n = 0,76832

0,0144

n = 53,355

Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel yang diambil sebanyak 75 orang.

Teknik pengambilan sampel menggunakan sistem purposive sampling.34

3.3.2.2 Kriteria Sampel

1. Anak-anak taman kanak-kanak sekolah Galilea Hosana berusia 5-6 tahun

2. Subjek bersedia berpartisipasi dalam penelitian

3. Subjek kooperatif pada saat penelitian

4. Subjek tidak memiliki penyakit sistemik

5. Subjek dalam keadaan sehat pada saat penelitian

6. Subjek tidak mengkonsumsi antibiotik 1 bulan terakhir

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

1. Volume saliva

2. Laju alir saliva

3. pH saliva

4. Diet makanan manis dan asam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

28

3.4.2 Variabel Terikat

Indikator (warna) penilaian risiko karies pada TLM, yaitu :9

1. Merah (risiko tinggi)

2. Kuning (risiko sedang)

3. Hijau (risiko rendah)

3.4.3 Variabel Terkendali

1. Anak-anak usia 5-6 tahun

2. Waktu pengumpulan saliva jam 09.00-11.00 WIB

3. Pengambilan saliva dengan metode spitting dan saliva terstimulasi

4. Jenis minuman yang sama dengan metode saliva terstimulasi (pH 3,5)

5. Kemampuan operator

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Perilaku anak

2. Oral Hygiene

3.5 Definisi Operasional

1. Traffic Light Matrix adalah salah satu metode penilaian risiko karies dengan

menggunakan indikator warna merah, kuning dan hijau pada kolomnya yaitu volume

saliva terstimulasi (merah <3,5 ml; kuning 3,5-5 ml; hijau >5 ml), laju alir saliva

terstimulasi (merah <0,7 ml/menit; kuning 0,7-1 ml/menit; hijau >1 ml/menit), pH

saliva terstimulasi (merah 5 - 5,9; kuning 5,91 - 6,7; hijau 6,71 - 7,8)

2. Saliva pada anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea Hosana digunakan untuk

mendukung penilaian risiko menggunakan metode Traffic Light Matrix.

3. Volume saliva terstimulasi pada anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea

Hosana dikumpulkan selama 5 menit dalam wadah ukur saliva kemudian diukur

menggunakan timbangan digital (1 mg saliva= 0,997 ml).26

4. Laju alir saliva terstimulasi pada anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea

Hosana diukur dari hasil volume kedalam satuan ml/menit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

29

5. pH saliva saliva terstimulasi pada anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea

Hosana diukur menggunakan pH meter digital.

6. Diet makanan manis dan asam adalah pemilihan makanan dan minuman

yang dikosumsi anak-anak berdasarkan jenis dan jumlah/frekuensi, dalam penelitian

ini diukur frekuensi makanan selingan pada anak usia 5-6 tahun di Sekolah Galilea

Hosana melalui lembaran kuesioner.

7. Metode spitting adalah cara pengumpulan saliva yang dibiarkan mengumpul

di dasar mulut, kemudian anak meludah pada wadah saliva setiap 60 detik atau saat

anak merasa ingin menelan saliva yang terkumpul dimulut. Kuantitas dan kualitas

saliva yang terbaik dilakukan pada jam 09.00-11.00 WIB mengikuti ritme sirkardian.

8. Risiko karies adalah peluang anak-anak mempunyai beberapa karies dalam

kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini dikategorikan dalam indikator TLM yaitu

warna merah (risiko tinggi), kuning (sedang) dan hijau (rendah).

9. Minuman asam adalah minuman rasa jeruk dalam kemasan botol yang

memiliki pH 3,5.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

indikator Traffic Light Matrix

Gambar 9. Masker

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

30

Gambar 10. Handscoon

Gambar 11. Kertas label

Gambar 12. Alat tulis

Gambar 13. Wadah saliva 20 ml

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

31

Gambar 14. Wadah minuman 50 ml

Gambar 15. pH meter digital

Gambar 16. Timbangan digital (mg)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

32

3.6.2 Bahan Penelitian

Saliva

Gambar 17. Minuman asam (pH 3,5)

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Surat Izin Penelitian

Surat penelitian diurus di bagian Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara dengan melampirkan Proposal Penelitian. Surat

penelitian diserahkan ke Sekolah Taman Kanak-kanak Galilea Hosana.

3.7.2 Pemberian Kuesioner dan Informed Consent

Subjek penelitian yang terpilih diberikan kuesioner dan dengan bantuan orang

tua mengisi informasi subjek, beberapa pertanyaan mengenai penilaian risiko karies

dengan pola makan/diet anaknya.36 Kepada orang tua subjek diberikan lembar

penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan

apabila bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian maka orang tua subjek

menandatangani lembar informed consent. Kuesioner di follow-up selama 2 minggu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

33

3.7.3 Pengumpulan Saliva

Setelah subjek memenuhi kriteria sampel, pengambilan saliva dilakukan

dengan metode spitting pada pukul 09.00-11.00 WIB. Subjek tidak diperkenankan

makan dan minum selama satu jam sebelum dilakukan pengumpulan saliva.23

3.7.4 Penilaian Risiko Karies

Data dan hasil pengumpulan saliva dibawa langsung ke Departemen Biologi

Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara untuk dianalisis.

Pengukuran volume, laju alir dan pH saliva dilakukan, kemudian dikategorikan

berdasarkan indikator parameter saliva Traffic Light Matrix.

3.7.5 Pengolahan dan Analisa Data yang dikerjakan

Data yang telah diperoleh dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui

volume, laju alir, pH saliva terstimulasi serta diet makanan manis dan asam.33

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian mencakup

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar informed consent diberikan kepada orang tua subjek yang menjelaskan

tujuan, manfaat dan prosedur penelitian.

2. Ethical Clearance

Lembar persetujuan pelaksanaan penelitian diajukan kepada Komisi Etik

Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat nasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

34

3.9 Alur Penelitian

Populasi

Menetapkan subjek berdasarkan kriteria sampel dari populasi penelitian

Subjek diberikan lembaran penjelasan dan informed consent kepada orang tua subjek

yang terpilih untuk meminta kesediaan subjek berpartisipasi dalam penelitian.

Memberikan lembaran kuesioner berisi pertanyaan tentang pola makan/diet anak

Persiapan Penelitian

Saliva terstimulasi dikumpulkan dengan metode spitting

Pengukuran volume, laju alir dan pH saliva terstimulasi

Penilaian Traffic Light Matrix

risiko karies menggunakan parameter saliva

Pengumpulan data

Analisis data

Hasil, pembahasan dan kesimpulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

35

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil serta analisis dari penelitian mengenai

gambaran Traffic Light Matrix (TLM) dengan kriteria saliva terstimulasi dan diet

makanan manis dan asam pada anak-anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak

Sekolah Galilea Hosana.

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Kanak kanak Sekolah Galilea Hosana. Taman

Kanak kanak ini mempunyai area dengan luas tanah 10.502 m2 yang terletak di Jl.

Bunga Terompet No.30, Padang Bulan Selayang II, Kec. Medan Selayang, Kota

Medan, Sumatera Utara dengan kode pos 20132. Sekolah ini berbatasan dengan :

Sebelah Barat : Medan Sunggal

Sebelah Timur : Medan Johor dan Medan Polonia

Sebelah Selatan : Medan Tuntungan

Sebelah Utara : Medan Sunggal dan Medan Baru

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada anak-anak TK B di Sekolah Galilea Hosana

dengan jumlah populasi 99 anak yang berusia 5-6 tahun. Distribusi frekuensi populasi

dari TK B dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Populasi Kelas TK B

Usia 5-6 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin

TK B Jumlah Persentase

Laki-laki 56 56,5 %

Perempuan 43 43,5 %

Jumlah 99 100 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

36

Subjek penelitian yang memenuhi kriteria sebanyak 75 anak. Kriteria

penelitian yaitu anak-anak TK Galilea Hosana berusia 5-6 tahun, bersedia

berpartisipasi dalam penelitian, kooperatif pada saat penelitian, tidak memiliki

penyakit sistemik, dalam keadaan sehat saat penelitian dan tidak mengkonsumsi

antibiotik pada 1 bulan terakhir sebelum menjadi subjek penelitian. Subjek penelitian

terdiri dari 42 laki-laki dan 33 perempuan. Persiapan dan penelitian dilaksanakan pada

bulan Januari sampai Februari 2020, kemudian pengolahan data dilakukan sampai

bulan Juni 2020. Distribusi frekuensi subjek penelitian pada TK B dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian TK B

Usia 5-6 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin

4.3 Volume saliva terstimulasi pada Traffic Light Matrix

Data hasil penelitian didapatkan dari volume saliva terstimulasi pada Traffic

Light Matrix. Hasil distribusi frekuensi volume saliva pada Traffic Light Matrix dapat

di lihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Volume Saliva Terstimulasi terhadap

Kriteria Risiko Karies pada Anak-Anak Usia 5-6 Tahun dengan

Metode Traffic Light Matrix

No Volume saliva Kriteria Risiko Karies Frekuensi Persentase

1 <3,5 ml Tinggi 7 9,3 %

2 3,5 ml – 5 ml Sedang 14 18,7 %

3 >5 ml Rendah 54 72 %

Jumlah 75 100 %

TK B Jumlah Persentase

Laki-laki 42 56 %

Perempuan 33 44 %

Jumlah 75 100 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

37

Pada Tabel 9 dijumpai volume saliva terstimulasi lebih banyak 5 ml dengan

kriteria rendah (hijau) sebanyak 54 anak (72%) sedangkan yang berisiko tinggi

(merah) sejumlah 9,3 %.

4.4 Laju alir saliva terstimulasi pada Traffic Light Matrix

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan data laju alir saliva terstimulasi pada

Traffic Light Matrix. Adapun Distribusi Frekuensi Laju alir saliva pada Traffic Light

Matrix dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Laju Alir Saliva Terstimulasi terhadap

Kriteria Risiko Karies pada Anak-Anak Usia 5-6 Tahun dengan

Metode Traffic Light Matrix

Berdasarkan Tabel 10 dijumpai laju alir saliva terstimulasi anak-anak berisiko

rendah sebanyak 54 anak (72%) sedangkan yang beresiko tinggi (merah) sebanyak 7

anak (9,3 %).

4.5 pH saliva terstimulasi pada Traffic Light Matrix

Data hasil penelitian didapatkan pH saliva terstimulasi pada Traffic Light

Matrix. Data distribusi frekuensi pH saliva pada Traffic Light Matrix dapat dilihat

pada Tabel 11.

No Laju alir saliva Kriteria Risiko Karies Frekuensi Persentase

1 < 0,7 ml/menit Tinggi 7 9,3 %

2 0,7 – 1 ml/menit Sedang 14 18,7 %

3 > 1 ml/menit Rendah 54 72 %

Jumlah 75 100 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

38

Tabel 11. Distribusi Frekuensi pH Saliva Terstimulasi terhadap Kriteria

Risiko Karies pada Anak-Anak Usia 5-6 Tahun dengan

Metode Traffic Light Matrix

No pH saliva Kriteria Risiko Karies Frekuensi Persentase

1 5,0 – 5,9 Tinggi 15 20 %

2 5,91 – 6,7 Sedang 42 56 %

3 6,71 – 7,8 Rendah 18 24 %

Jumlah 75 100 %

Tabel 11 dijumpai pH saliva terstimulasi pada Traffic Light Matrix pada

kriteria risiko karies sedang (kuning) yaitu 42 anak (56%) diikuti risiko rendah (hijau)

18 anak (24%) sedangkan yang mempunyai risiko tinggi (merah) sebanyak 15 anak

(20%).

4.6 Volume/Laju Alir terhadap pH Saliva Terstimulasi pada TLM

Hasil penelitian kelompok risiko karies digambarkan pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Volume/Laju Alir terhadap pH Saliva pada Anak-

Anak Usia 5-6 Tahun dengan Metode Traffic Light Matrix

pH Saliva Jumlah

% % % %

Volume /

Laju Alir

Saliva

2 2,7 % 4 5,3 % 1 1,3 % 7 9,3 %

2 2,7 % 9 12 % 3 4 % 14 18,7 %

11 14,6 % 29 38,7 % 14 18,7 % 54 72 %

Jumlah 15 20 % 42 56 % 18 24 % 75 100 %

Tabel 12 menunjukkan bahwa anak-anak Taman Kanak-kanak Sekolah Galilea

Hosana yang memiliki kriteria terbanyak warna hijau-kuning yaitu 29 anak (38,7 %),

kemudian diikuti warna hijau-hijau sebanyak 14 anak (18,7%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

39

4.7 Diet Makanan Manis pada Traffic Light Matrix

Frekuensi diet makanan manis dari anak-anak usia 5-6 Tahun dengan metode

Traffic Light Matrix dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Diet Makanan Manis pada Anak-

Anak Usia 5-6 Tahun dengan Metode Traffic Light Matrix

No Diet Makanan Manis Frekuensi Persentase

1 ≥2 kali sehari 59 78,7 %

2 1 kali sehari 9 12 %

3 Tidak pernah 7 9,3 %

Jumlah 75 100 %

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa anak-anak yang memiliki

kebiasaan makan makanan manis lebih dari atau sama dengan 2 kali sehari dijumpai

pada 59 anak (78,7%).

4.8 Diet Makanan Asam pada Traffic Light Matrix

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan frekuensi diet

makanan asam pada Traffic Light Matrix (Tabel 14).

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Diet Makanan Asam pada Anak-

Anak Usia 5-6 Tahun dengan Metode Traffic Light Matrix

No Diet Makanan Asam Frekuensi Persentase

1 ≥3 kali sehari 5 6,6 %

2 2 kali sehari 8 10,7 %

3 ≤1 kali sehari 62 82,7 %

Jumlah 75 100 %

Tabel 14 di atas distribusi frekuensi diet makanan asam paling banyak

dijumpai yaitu kurang atau sama dengan 1 kali sehari sebanyak 62 anak (82,7%) ,

sedangkan yang memiliki diet makanan asam lebih dari atau sama dengan 3 kali sehari

dijumpai sebanyak 5 anak (6.6%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

40

4.9 Penilaian Diet terhadap Volume/Laju Alir dan pH pada Traffic Light

Matrix

Tabel 15 menunjukkan frekuensi anak dengan diet makanan manis dan

volume/laju alir dan pH saliva terstimulasi. Tabel 16 menunjukkan diet makanan asam

dikaitkan dengan kondisi volume, laju alir dan pH saliva terstimulasi.

Tabel 15. Penilaian Risiko Karies terhadap Anak-Anak Usia 5-6 Tahun

berdasarkan Diet Makanan Manis dibandingkan dengan Volume/

Laju Alir dan pH Saliva Terstimulasi pada Traffic Light Matrix

Diet Manis Volume / Laju Alir Jumlah

pH Jumlah

Kriteria

≥2 kali

sehari 7 10 42 59 9 36 14 59

1 kali sehari 0 3 6 9 3 4 2 9

Tidak

Pernah 0 1 6 7 3 2 2 7

Jumlah 7 14 54 75 15 42 18 75

Pada Tabel 15 anak-anak Sekolah Galilea Hosana mempunyai frekuensi

mengkonsumsi makanan manis lebih dari 2 kali sehari dikaitkan dengan data

volume/laju alir kriteria hijau 42 anak dan pH saliva kriteria hijau 14 anak.

Tabel 16. Penilaian Risiko Karies Anak-Anak Usia 5-6 Tahun berdasarkan Diet

Makanan Asam dibandingkan dengan Volume/Laju Alir dan pH Saliva

Terstimulasi dengan Metode Traffic Light Matrix

Diet Asam Volume / Laju Alir pH Jumlah

Kriteria

≥3 kali sehari 0 1 4 1 2 2 5

2 kali sehari 0 1 7 1 4 3 8

1 kali sehari 7 12 43 13 36 13 62

Jumlah 7 14 54 15 42 18 75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

41

Tabel 16 anak-anak Sekolah Galilea Hosana terdata mengkonsumsi makanan

asam 1 kali sehari terhadap volume/laju alir kriteria hijau 43 anak dan pH saliva

kriteria kuning 36 anak.

4.10 Penilaian Risiko Karies Individu

Data hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori risiko karies.

Kriteria risiko karies tinggi, sedang dan rendah dikombinasikan berdasarkan kriteria

warna pada volume, laju alir serta pH saliva terstimulasi.(Tabel 17)

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Penilaian Risiko Karies Anak-Anak Usia 5-6

Tahun setiap Individu menggunakan Metode TLM

Secara individu dapat digambarkan risiko karies berdasarkan kriteria warna

volume, laju alir dan pH yang dikumpulkan risiko karies tinggi hanya pada 8 anak

(10,7 %).

Risiko Karies Volume pH Laju Alir Frekuensi Jumlah %

Tinggi 2

8 10,7 % Tinggi 4

Tinggi 2

Sedang 1

21 28 % Sedang 9

Sedang 11

Rendah 3

46 61,3 % Rendah 29

Rendah 14

Jumlah 75 100 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

42

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Diet Makanan Manis terhadap Risiko Karies

setiap Individu

Diet Manis Risiko Karies setiap Individu Jumlah

Kriteria Tinggi % Sedang % Rendah % %

≥2 kali sehari 7 9,3 % 13 17,3 % 39 52 % 59 78,6%

1 kali sehari 0 0 % 6 8 % 3 4 % 9 12 %

Tidak Pernah 1 1,3 % 2 2,7 % 4 5,4 % 7 9,4 %

Jumlah 8 10,6 % 21 28 % 46 61,4 % 75 100 %

Risiko karies setiap individu dikaitkan dengan pola diet makanan manis

terdapat 7 anak (9,3%) berisiko tinggi dengan pola makanan manis lebih dari dua kali

sehari. Kriteria risiko karies rendah dengan pola makanan manis lebih dari dua kali

sehari sebanyak 39 anak (52%).

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Diet Makanan Asam terhadap Risiko Karies

setiap Individu

Diet Asam Risiko Karies setiap Individu Jumlah

Kriteria Tinggi % Sedang % Rendah % %

≥3 kali sehari 1 1,3 % 0 0 % 4 5,4 % 5 6,7 %

2 kali sehari 0 0 % 2 2,7 % 6 8 % 8 10,7 %

1 kali sehari 7 9,3 % 19 25,3 36 48 % 62 86,6 %

Jumlah 8 10,6 % 21 28 % 46 61,4 % 75 100 %

Pada Tabel 19 menunjukkan ada 36 anak (48 %) berisiko rendah mempunyai

kebiasaan makan makanan asam 1 kali sehari dan ada 19 anak (25,3 %) berisiko

sedang memiliki kebiasaan diet makanan asam 1 kali sehari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

43

BAB 5

PEMBAHASAN

Penilaian risiko karies adalah penentuan kemungkinan timbulnya karies

(meliputi banyaknya jumlah lesi/kavitas) selama waktu tertentu. Kemampuan untuk

mendeteksi karies pada tahap awal dapat membantu mencegah terjadinya karies baru.

H Ngo mengeluarkan metode Traffic Light Matrix (TLM) sebagai peringatan awal

tentang adanya lingkungan yang kondusif bagi karies, serta edukasi kepada pasien

agar ikut bekerja sama dan bertanggung jawab dalam menciptakan kesehatan

gigi dan mulutnya. TLM diharapkan dapat menciptakan pandangan pasien bahwa

kesehatan gigi dan mulut bukan hanya tugas dan tanggung jawab dokter gigi semata

(help me) tetapi menjadi tugas dan tanggung jawab pribadi pasien (self help).9

Saliva telah diteliti sebagai cairan fisiologis tubuh yang potensial dalam

menegakkan diagnosis. Pengumpulannya mudah, tidak membutuhkan keahlian

khusus, tidak melukai jaringan dan kandungannya hampir sama dengan plasma darah,

menjadikan saliva sebagai faktor alternatif yang dapat diperhitungkan. Analisis saliva

juga dapat memberikan gambaran keberhasilan perawatan. Dokter gigi dapat

menegakkan diagnosis dari saliva dan memonitoring penyakit oral lebih dini sehingga

dapat mengurangi biaya pelayanan kesehatan yang tinggi.23

Penelitian ini bertujuan menggambarkan beberapa faktor risiko yang

menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak usia 5-6 tahun di antaranya; volume,

laju alir, pH saliva terstimulasi serta dikaitkan dengan diet makanan manis dan asam

menggunakan metode Traffic Light Matrix.

5.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria (inklusi) serta persetujuan orang

tua yang diberi lembaran kuesioner berisi pertanyaan mengenai kesehatan gigi dan

mulut. Kriteria (inklusi) terdiri dari kooperatif subjek pada saat penelitian, tidak

memiliki penyakit sistemik, keadaan sehat pada saat penelitian serta tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

44

mengkonsumsi antibiotik dalam 1 bulan terakhir. Penilaian diet makanan manis dan

asam subjek didapatkan melalui hasil kuesioner yang di follow-up selama 2 minggu.

Menurut Kasuma, siklus sirkardian mempengaruhi sekresi saliva dimana pada

masa musim panas, volume saliva dari kelenjar parotis lebih rendah, sedangkan pada

musim dingin volume saliva mencapai puncak. Komposisi saliva tidak konstan dari

waktu ke waktu dimana aliran saliva mencapai puncak pada tengah hari dan menurun

pada saat tidur. Kasuma mengatakan konsentrasi protein total, natrium dan klorida

mencapai level tertinggi pada jam 9.00 – 12.00. Penelitian ini dilakukan pada jam

9.00-11.00 mengacu pada siklus sirkardian diharapkan pengambilan saliva pada

kondisi yang terbaik. 23

Pengumpulan volume, laju alir dan pH saliva terstimulasi dilakukan di Sekolah

Galilea Hosana menggunakan metode spitting yaitu dengan membiarkan saliva

mengumpul di dasar mulut kemudian setiap 60 detik, anak meludah pada wadah yang

disediakan. Metode spitting paling mudah dilakukan pada anak prasekolah. Stimulasi

saliva dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu mengunyah paraffin wax, mengunyah

permen karet tidak berasa, mengunyah parafilm atau rubber band dan mengkosumsi

makanan/minuman berasa asam.23,37. Pada penelitian ini, anak diberikan minuman

asam karena mudah dilakukan daripada menguyah paraffin wax/permen karet yang

dikhawatirkan dapat tertelan mengingat usia anak masih 5-6 tahun.

Subjek penelitian berusia 5-6 tahun sebanyak 75 anak terdiri dari 42 laki-laki

dan 33 perempuan (Tabel 8). Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas 2013)

anak usia prasekolah merupakan awal masa gigi bercampur dengan prevalensi karies

yang cukup tinggi, proporsi masalah gigi dan mulut anak usia 1-6 tahun mencapai

10,4% dan yang menerima perawatan hanya 25,8%.2 Saat ini prevalensi dan keparahan

karies anak prasekolah pada beberapa Negara di dunia masih cukup tinggi dan

cenderung meningkat. Sebuah upaya pencegahan penyakit gigi melalui sekolah pada

jenjang yang lebih awal yaitu prasekolah perlu dilakukan, salah satunya dengan

penilaian risiko karies menggunakan metode Traffic Light Matrix.9

Traffic Light Matrix dapat dijadikan pedoman dalam menentukan strategi

penanggulangan masalah kondisi karies yang parah pada masyarakat melalui program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

45

promotif dan pencegahan, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat

memberikan perbaikan kesehatan gigi dan mulut. Upaya ini membutuhkan kerja sama

yang baik antara dokter gigi di Puskesmas sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan,

dengan pihak sekolah melalui kegiatan UKS/UKGS. Orang tua juga berperan dalam

mendukung upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah.38

Usia anak prasekolah (5-6 tahun) merupakan masa awal gigi bercampur yang

banyak memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut. Pada usia tersebut masalah

kesehatan gigi dan mulut dimungkinkan adanya asupan nutrisi menjadi tidak seimbang

yang dapat memengaruhi konsentrasi belajar serta prestasi siswa di sekolah.

Kerusakan gigi sulung dapat menjadi acuan terjadinya karies pada gigi permanen

sehingga dibutuhkan perhatian agar tidak terjadi kerusakan sejak dini yang berpotensi

mengganggu kualitas hidup seseorang pada masa yang akan datang.38

Berdasarkan penelitian Yulia (2019), anak-anak usia 5-6 tahun masih kurang

mengerti bagaimana cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Tingkat pengetahuan dan

kesadaran anak pada usia ini untuk memelihara kesehatan giginya sendiri juga sangat

dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan sekolah.39

Keluarga atau lingkungan sekolah yang tidak memperhatikan asupan makanan

bergizi dan bersifat kariogenik menjadi salah satu faktor risiko pendukung terjadinya

karies gigi, sehingga usia anak prasekolah merupakan usia yang tepat untuk diberikan

intervensi secara dini dalam hal upaya pemeliharaan kesehatan serta pencegahan

penyakit gigi dan mulut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Adyatmaka

(2008), anak usia 5-6 tahun gemar jajan makanan dengan tingkat kariogenik tinggi

seperti permen, coklat, dan es krim yang dapat berakibat terjadinya karies.13

5.2 Volume, Laju Alir dan pH Saliva Terstimulasi serta Diet terhadap

Risiko Karies

Pencegahan karies gigi sulung dan awal gigi bercampur dapat dilakukan

dengan cara edukasi/penyuluhan kepada anak dan orang tua (health promotion) serta

pemeriksaan gigi dan mulut sebagai langkah awal mendeteksi adanya risiko karies.

Metode TLM mengukur beberapa faktor risiko karies secara sistematis. Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

46

penelitian ini dilakukan pemeriksaan saliva terstimulasi (volume, pH, laju alir) serta

kondisi diet makanan manis dan asam pada anak-anak di Sekolah Galilea Hosana usia

5-6 tahun. TLM terbagi menjadi 3 kriteria risiko yaitu tinggi (merah), sedang (kuning)

dan rendah (hijau).9

Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh system saraf otonom parasimpatik dan

simpatik melalui refleks saliva. Reseptor yang teraktivasi pada saat stimulasi saliva

adalah gustatory receptor (perasa), mechano receptor (sentuhan), nociceptor (nyeri)

dan olfactory receptor (pembau). Ada 4 tipe rasa yang memicu sekresi saliva melalui

gustatory saliva refleks (reseptor perasa) yaitu rasa asam, asin, manis dan pahit. Rasa

asam dan asin merupakan stimulus kuat dalam memicu sekresi saliva. Pada penelitian

ini, pengumpulan saliva distimulasi oleh minuman asam. Pengambilan saliva dengan

metode spitting dipilih karena mudah dilakukan, non invasive serta anak lebih mudah

mengikuti intruksi dengan metode ini. 23

Karies gigi adalah proses patologis yang terjadi karena adanya 4 faktor utama

yaitu host, mikroorganisme, subtrat dan waktu. Menurut Iqbal, faktor yang

menyebabkan karies mudah terjadi pada gigi sulung adalah struktur enamel gigi yang

kurang solid dan tipis, morfologi luar gigi sulung memiliki resistensi makanan,

kebersihan mulut pada anak umumnya lebih jelek dan menyukai makanan serta

minuman yang kariogenik (misalnya permen).40

Berdasarkan pengamatan pada TK Galilea Hosana, volume dan laju alir saliva

terstimulasi anak-anak hampir seluruhnya berisiko rendah (hijau) sebanyak 54 anak

(72%). Menurut Wirawan (2017) karies gigi salah satunya dipengaruhi oleh host yaitu

keadaan kondisi gigi dan saliva. Pada usia gigi bercampur produksi saliva cenderung

meningkat karena gigi dalam masa pertumbuhan (hormon growth factor) sehingga gigi

terstimulasi, kemampuan buffer meningkat dan proses self-cleansing adekuat membuat

proses remineralisasi lebih meningkat daripada demineralisasinya.41

5.2.1 Volume dan Laju Alir Saliva Terstimulasi pada Traffic Light Matrix

Saliva berperan untuk menetralkan dan membersihkan asam yang diproduksi

oleh bakteri rongga mulut sehingga memberikan efek remineralisasi enamel gigi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

47

Saliva juga memiliki peranan penting dalam proses biologis yang terjadi di rongga

mulut di antaranya sebagai pelumas pada pengunyahan, penelanan makanan, self-

cleansing, perbaikan jaringan dan perlindungan dari karies gigi. Fungsi saliva akan

berjalan optimal apabila laju aliran saliva meningkat. Peningkatan laju aliran saliva

menyebabkan terjadinya proses pembersihan sisa makanan di rongga mulut lebih cepat

dan meningkatkan pH sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab

karies. 12,24

Bakteri memfermentasi karbohidrat menghasilkan asam saat makan. Laju alir

saliva merangsang produksi mineral seperti konsentrasi ion Ca2+, PO43-, F-, OH- dan

protein total, klorida, bikarbonat, natrium yang berperan memperbaiki dan menaikkan

pH rongga mulut menjadi normal kembali.25 Apabila terjadi penurunan laju alir saliva

menyebabkan derajat keasaman (pH) menjadi rendah. Bakteri akan lebih mudah

melekat pada permukaan gigi, sehingga meningkatkan risiko terjadinya karies.

Kondisi saliva yang terstimulasi akan meningkatkan laju alir dan kapasitas buffer

sehingga efek pembersihan dari fermentasi karbohidrat di dalam rongga mulut

meningkat.38

Tabel 9 dan Tabel 10 menunjukkan volume serta laju alir anak-anak usia 5-6

tahun di sekolah Galilea Hosana pada indikator hijau 54 anak (72%) yang artinya

kondisi volume dan laju alir anak normal. Laju alir saliva mempunyai efek pencegahan

terhadap karies dengan memengaruhi daya pembersihan terhadap substrat. Semakin

tinggi flow saliva, semakin cepat daya pembersihan yang menurunkan risiko terjadinya

karies. Nilai normal laju alir saliva terstimulasi anak adalah sebesar 1-3 ml/menit,

laju alir saliva rendah berkisar 0,7-1 ml/menit, dan laju alir saliva kurang dari 0,7

ml/menit dikategorikan hiposalivasi, laju alir saliva yang rendah menyebabkan

penumpukan sisa-sisa makanan sehingga dapat mengakibatkan perkembangan

karies.37

Laju alir saliva terstimulasi pada penelitian ini didapatkan melalui volume (ml)

dibagi dengan waktu (menit). Pemeriksaan volume saliva terstimulasi menggunakan

timbangan digital didapatkan satuan mg kemudian dikonversi menjadi satuan ml (1

mg saliva= 0,997 ml).26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

48

5.2.2 pH Saliva Terstimulasi pada Traffic Light Matrix

Pemeriksaan pH saliva menggunakan pH meter digital. Terdapat 2 cara dalam

mengukur pH saliva yaitu menggunakan pH lakmus dan pH meter. pH meter digital

digunakan dalam penelitian ini, karena relatif lebih akurat dan dapat dilakukan

kalibrasi dibandingkan dengan pH paper. pH normal pada anak adalah 6 – 7,8.39

Penelitian ini menggunakan metode TLM dikategorikan menjadi 3 yaitu pH 5,0-5,9

hijau, pH 5,91-6,7 kuning, pH 6,71-7,8 merah.9

pH pada Tabel 11 menunjukkan indikator merah 15 anak (20%), kuning 42

anak (56%), dan hijau 18 anak (24%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH saliva

terstimulasi pada TLM anak anak di Sekolah Galilea Hosana paling tinggi adalah

indikator kuning (risiko sedang) sebanyak 42 anak (56%) yang artinya pH yang

dimiliki adalah pH normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Hani, persentase pH

secara keseluruhan pada anak usia 5-10 tahun di Klinik Pedodonsia FKG Usakti

didapatkan 66% anak usia 5-10 tahun memiliki pH saliva 6,2-6,8 termasuk kategori

normal.39

Penurunan pH yang terjadi berhubungan erat dengan bakteri yang sedang

memetabolisme gula. Pembentukan karies dimulai dari proses metabolisme makanan,

pembentukan pelikel, kolonisasi awal bakteri, kolonisasi sekunder/plak dan

demineralisasi jaringan gigi.29,31 Pada saat makan, bakteri memfermentasi karbohidrat

menghasilkan asam saat makan. pH saliva akan turun dalam 1-3 menit sampai pH 4,5-

5,0. Kondisi pH akan kembali normal dalam 30-60 menit.41 Pada penelitian ini, tidak

ada jeda waktu antara konsumsi minuman dengan pengumpulan saliva terstimulasi

sehingga membuat kondisi pH saliva yang dikumpulkan menjadi menurun (pH asam).

Menurut Preethi (2010) waktu yang dibutuhkan pH saliva memperbaiki

kondisi asam pada proses metabolisme karbohidrat dalam 30-60 menit menjadi pH

normal. Paparan makanan dalam waktu yang berdekatan berhubungan erat dengan

proses terjadinya karies dimana enamel gigi dan saliva tidak mempunyai kesempatan

untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna.12,41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

49

5.2.3 Diet Makanan Manis dan Asam pada Traffic Light Matrix

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 bahwa anak-anak

yang mengkonsumsi makanan manis >2 kali sehari sebanyak 59 anak (78,7%), 1 kali

sehari sebanyak 9 anak (12%) dan tidak pernah 7 anak (9,3%). Hasil ini menunjukkan

bahwa kebiasaan anak mengkonsumsi makanan manis >2 kali sehari paling tinggi

yaitu sebanyak 59 anak (78,7%) artinya anak anak di Sekolah Galilea Hosana

memiliki diet makanan manis cukup banyak.

Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan anak menyukai makanan manis. Pada hasil

kuesioner terdapat 68 (90,7%) orang tua anak mengetahui anaknya sering

mengkosumsi makanan yang mengandung gula seperti coklat, permen dan minuman

bersoda. Penelitian Widayati (2014) mendukung dimana karies gigi pada anak usia 4-6

tahun dipengaruhi oleh perilaku orang tua kepada anak, seperti kebiasaan

pemeliharaan gigi anak, pemeliharaan (sikat gigi) dan kebiasaan dalam memberi

makanan manis, lengket dan minum susu.42

Perbandingan antara diet makanan manis dengan volume/laju alir dan pH

saliva terstimulasi dapat dilihat pada Tabel 15. Tergambar dari 59 anak (78,7%) yang

mengkonsumsi makanan manis ≥2 kali sehari, kondisi laju alir salivanya baik (hijau)

sebanyak 42 anak dan kondisi pH normal (kuning dan hijau) sebanyak 50 anak. Hal ini

berarti walaupun hampir keseluruhan anak sekolah Galilea Hosana sering

mengkosumsi makanan manis tetapi tidak menunjukkan risiko karies yang tinggi.

Pada hasil kuesioner kebiasaan menggosok gigi anak dinilai sangat baik yaitu pagi hari

(100%) dan malam sebelum tidur (96%) sehingga nilai volume, laju alir dan pH dalam

keadaan normal.

Pada Tabel 14 didapatkan anak-anak mengkonsumsi makanan asam ≤1 kali

sehari sebanyak 62 anak (82,7%) yang artinya hampir keseluruhan anak-anak di

Sekolah Galilea Hosana termasuk kategori diet asam yang baik. Tabel 16

menunjukkan diet makanan asam dikaitkan dengan kondisi volume, laju alir dan pH

saliva terstimulasi. Terdapat 5 anak dengan diet makanan asam ≥3 kali sehari memiliki

kondisi laju alir saliva yang baik. Jika dikaitkan dengan pH saliva ada 1 anak yang

memiliki pH asam 5,0-5,9 (merah). Pada indikator diet makanan manis dan asam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

50

anak-anak usia 5-6 tahun tidak dapat berdiri sendiri untuk menilai risiko terjadinya

karies karena untuk terjadinya karies dipengaruhi oleh banyak faktor serta diet menjadi

faktor pendukung saja.31

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal

daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengosumsi makanan. Terdapat

hubungan langsung antara prevalensi karies dan frekuensi konsumsi camilan

(makanan/minuman manis, soft drinks, jus buah dan permen) pada waktu di antara jam

makan utama. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan/minuman yang

mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut

akan mulai memproduksi asam sehingga terjadinya demineralisasi yang berlangsung

selama 20-30 menit setelah makan. Di antara waktu makan, saliva akan bekerja

menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, bila makanan dan

minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi

tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna

sehingga terjadi karies.43

Penelitian yang dilakukan oleh Olatosi menunjukan bahwa faktor diet

minuman asam/soft drink bisa menjadi faktor terjadinya karies yang signifikan.

Prevalensi karies pada anak prasekolah yang minum soft drinks sebesar 24,7%

sedangkan yang tidak sebesar 7,9%.44 Pada penelitian yang dilakukan pada anak-anak

di Uygur, frekuensi anak yang mengonsumsi minuman manis atau soft drinks 2 kali

atau lebih perhari memiliki prevalensi karies sebesar 92,4% dan yang sekali perhari

memiliki prevalensi sebesar 61,3%.45

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Alhamda (2011), menyatakan

bahwa penyakit gigi dan mulut yang sering menyebabkan karies adalah makanan yang

manis seperti makanan yang mengandung gula, soda atau asam. Pola diet ini

dipengaruhi oleh banyak faktor lain contohnya jika diet baik (tidak mengkosumsi

makanan manis dan asam) tetapi individu tersebut mengalami hiposalivasi maka akan

tetap terjadi demineralisasi. Jadi diet terkait oleh banyak faktor lain yang dalam

penelitian ini dikaitkan dengan volume, laju alir dan pH saliva terstimulasi. 30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

51

Pola makan yang tidak baik dalam mengatur jumlah dan jenis makanan yang di

konsumsi memengaruhi status nutrisi dalam mencegah atau membantu proses

penyembuhan suatu penyakit. Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan

mulut dengan prevalensi tertinggi pada anak. Anak memiliki kegemaran

mengkonsumsi jajanan mengandung karbohidrat (tinggi sukrosa) yang menyebabkan

bakteri penyebab karies di rongga mulut banyak memproduksi asam sehingga terjadi

demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.29

5.2.4 Penilaian Risiko Karies Individu

Selain hasil dari data berkaitan dengan usia 5-6 tahun secara umum (Tabel 9 –

16) dapat digambarkan juga kondisi data individu masing masing subjek dimana

dikategorikan menjadi 3 kriteria yaitu risiko tinggi, sedang dan rendah (pada Tabel

17). Hasil kombinasi warna antara volume, laju alir dan pH saliva terstimulasi yang

dikumpulkan, dapat dilihat ada 46 anak (61,3%) berisiko rendah artinya hampir

kebanyakan anak-anak sekolah Galilea Hosana memiliki kondisi saliva yang baik dan

hanya ada 8 anak yang memiliki risiko tinggi (10,7%) yang harus menjadi perhatian.

Pada penelitian ini dilihat dari Tabel 18 menunjukkan hampir keseluruhan anak

usia 5-6 tahun di sekolah Galilea Hosana memiliki kebiasaan diet makanan manis

lebih dari 2 kali sehari dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang

baik sehingga kondisi saliva dalam keadaan normal, namun ada 7 anak yang harus

diperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya.

Tabel 19 menunjukkan risiko karies setiap individu dikaitkan dengan diet

makanan asam dimana hampir keseluruhan (62 anak/82,7%) termasuk memiliki diet

makanan asam yang sedikit dengan kondisi saliva yang baik, namun ada 5 anak

dijumpai mengkosumsi makanan asam ≥3 kali sehari dengan 1 anak yang harus

diperhatikan karena kondisi salivanya berisiko tinggi. Hasil penelitian dapat dilihat

bahwa berapapun penilaian diet asam pada anak prasekolah jika dikaitkan dengan

kondisi saliva yang baik tidak akan menimbulkan risiko karies yang bertambah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

52

5.3 Kelemahan Penelitian

Stimulasi pada saliva dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu mengunyah paraffin

wax, mengunyah permen karet tidak berasa, mengunyah parafilm atau rubber band

dan mengkosumsi makanan/minuman berasa asam.23,37. Pada penelitian ini, anak usia

5-6 tahun diberikan minuman asam (pH 3,5) kemudian langsung dilakukan

pengumpulan saliva. pH saliva terstimulasi menjadi menurun disebabkan pH saliva

terpapar minuman bersifat asam (pH 3,5) dan bakteri memfermentasi

karbohidrat/sukrosa menghasilkan asam. pH saliva akan turun dalam 1-3 menit sampai

pH 4,5-5,0. Kondisi pH akan kembali normal dalam 30-60 menit.12 Hal ini menjadi

suatu kelemahan hasil penelitian dimana kemungkinan terjadi penurunan pH saat

pengumpulan saliva.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

53

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran penilaian

Traffic Light Matrix kriteria saliva stimulasi dan diet makanan manis dan asam pada

anak-anak di Sekolah Galilea Hosana dapat disimpulkan :

1. Anak-anak usia 5-6 tahun di sekolah Galilea Hosana pada Traffic Light Matrix

menunjukkan volume dan laju alir saliva terstimulasi berisiko rendah.

2. Penilaian pH saliva terstimulasi anak usia 5-6 tahun di sekolah Galilea Hosana pada

Traffic Light Matrix menunjukkan risiko sedang.

3. Pada indikator diet makanan manis maupun asam tidak menunjukkan pengaruh

sebagai risiko karies pada anak-anak sekolah Galilea Hosana karena pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut anak relatif baik.

4. Penilaian risiko karies secara individu anak-anak usia 5-6 tahun di sekolah Galilea

Hosana menggambarkan sebagian besar anak-anak memiliki risiko rendah, pola

makanan manis yang tinggi serta pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut relatif

baik.

6.2 Saran

1. Diharapkan para orang tua meningkatkan peran dalam memotivasi dan mengajarkan

kesehatan gigi dan mulut pada anak seperti cara menyikat gigi pada anak, diet

makanan manis/asam serta pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali

sehingga di masa yang akan mendatang anak mempunyai rasa tanggung jawab

terhadap kesehatannya (self help).

2. Diharapkan dapat meningkatkan peran dan kerja sama antara guru Sekolah Galilea

Hosana, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), dokter gigi, orang tua dan anak dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut anak untuk menurunkan risiko terjadinya karies.

3. Perlu melanjutkan dengan penelitian indikator yang lain pada Traffic Light Matrix

agar memperoleh pemeriksaan lengkap dalam mendukung dan mendapatkan hasil

yang lebih baik terhadap penilaian resiko karies.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

54

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumala P, et al. Kamus saku kedokteran dorland. Jakarta: EGC, 2006.

2. Riskesdas 2013. Http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20

riskesdas% 202013.pdf (17 Oktober 2019).

3. Badan Pusat Statistik Kota Medan 2018. https://medankota.bps.go.id/ (3

November 2019).

4. Rahayu K, Chandra D. Analisis faktor perilaku orang tua dalam perawatan

kesehatan gigi terhadap kejadian karies gigi pada siswa kelas I dan II SD II

Surya Buana Malang. Bachelors Degree (S1) thesis, University of

Muhammadiyah Malang 2019.

5. Young DA, Buchanan PM, Lubman RG, Badway NN. New directions in

interorganizational collaboration in dentistry: the cambra coalition model. J Dent

Educ, 2009; 71:595-600.

6. Walsh L. Caries risk assessment. University of Sydney 2018.

7. Gopinath VK, Arzreanne AR. Saliva as a diagnostic tool for assessment of dental

caries. Malaysia: Archives of Orofacial Sciences, 2010; 1(1):57-9.

8. Husein, Nazish MM. Caries risk assessment in children using salivary parameters.

United Arab Emirates: Ajman University of Science & Technology, 2014.

9. Mount GJ, Hume WR, Ngo H, Wolf MS. Risk assessment in the diagnosis and

management of caries in: Mount GJ, Hume WR of Ed 3rd preservation and

restoration of tooth structure. Queensland: Knowledge Books and Software 2016.

10. Mount, Ainun HN. Perbandingan tingkat resiko karies gigi pasien pengguna alat

ortodonti cekat dengan bukan pengguna alat ortodonti berdasarkan instrumen

traffic light matrix. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 2017.

11. Pandey, Pallavi N, Venugopal RV, Arun PR, Aditya SC. Estimation of salivary

flow rate, pH, buffer capacity, calcium, total protein content and total antioxidant

capacity in relation to dental caries severity, age and gender.

Contemporary Clinical Dent, 2015; 6(1):65-71.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

55

12. Preethi BP, Pyati A, Dodawad R. Evaluation of salivary flow rate, pH, buffering

capacity, calcium and total protein levels in caries free and caries active

adolescence, an in vivo study. Biomedical Research, 2010; 21(3):289-4.

13. Adyatmaka I. Model simulator risiko karies gigi pada anak prasekolah (disertasi).

Jakarta: Universitas Indonesia 2008.

14. World Health Organization. Oral health survey basic methods Ed 4th. Geneva

2009.

15. Depkes RI. Profi l Kesehatan Indonesia 2010. http://www.depkes.go.id/

downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESIA_2010.pdf

(2 November 2019).

16. Sumini, Bibi A, Devi N. Hubungan konsumsi makanan manis dengan kejadian

karies gigi pada anak prasekolah di TK B Ra Muslimat PSM Tegalrejo Semen

Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Jurnal Delima Harapan, 2014;

3(2):20-7.

17. Warren JJ, Weber GK, Marshall TA, et al. A longitudinal study of dental caries

risk among very young low SES children. Guideline World Health Organisation:

Sugars intake for adults and children. Geneva: Community Dent Oral Epidemiol,

2009; 37:116-22.

18. Granath L, Cleaton JP, Fatti P, Grossman E. Correlations between caries

prevalence and potential etiologic factors in large samples of 4-5-yr-old children.

Community Dent Oral Epidemiol, 2012; 19(5):257-60.

19. Featherstone JD, Domejean OS, Jenson L, Wolff M, Young DA. Caries risk

assessment in practice for age 6 through adult. J Calif Dent Assoc, 2013; 35:703-

7, 710-3.

20. Kingman A, Little W, Gomez I, et al. Salivary levels of Streptococcus mutans and

lactobacilli and dental caries experiences in a US adolescent population.

Community Dent Oral Epidemiol, 2011; 16:98-103.

21. Koga T, Asakawa H, Okahashi N, Hamada S. Sucrose-dependent cell adherence

and cariogenicity of serotype c Streptococcus mutans. J Gen Microbiol, 2013;

132:2873-83.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

56

22. Kidd EA, Bechal SJ. Dasar-dasar karies, Penyebab dan penanggulangannya.

Jakarta: EGC, 2011; 2-9,79-81.

23. Kasuma N. Fisiologi dan patologi saliva. Andalas University Press ed.1st 2015:1-

30.

24. Tulunoglu O, Demirtas S, Tulunoglu I. Total antioxidant levels of saliva in

children related to caries, age, and gender. Inter J of Ped Dent, 2014; 16(3):186-

191.

25. Motamayel FA, Goodarzi MT, Hendi SS, Abdolsamadi H, Rafieian N. Evaluation

of salivary flow rate, ph, buffering capacity, calcium and total protein levels in

caries free and caries active adolescence. J Dent Oral Hygiene, 2013; 5(4):35-9.

26. Petersson, Hansel G. Evaluation of a computer program for caries risk assessment

in school children. Umea University Swedia Departement of Odontology, 2009;

36(5):327-40.

27. Sondang P, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan

pemeliharaan 2008.

28. Budisuari MA, Oktarina, Mikrajab MA. Hubungan pola makan dan kebiasaan

menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan mulut (karies) di Indonesia. Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan, 2010; 13(1):83-91.

29. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of

pediatrics Ed 18th. Philadelphia: Saunders 2007.

30. Alhamda S. Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies Gigi (Kajian

Pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri Kota Bukit

Tinggi). Berita Kedokteran Masyarakat, 2011; 27(2):108-15.

31. Evans EW, Hayes C, Palmer CA, Bermudez OI, Cohen SA, Must A. Dietary

intake and severe early childhood caries in low-income, young children. J

Academy of Nutrition and Dietetics 2013; 113:1057-61.

32. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta,

2017.

33. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,

2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

57

34. Husein, Umar. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada Ed.2, 2010.

35. Nurhasanah DR, Aripin D, Rizali E. Perbedaan flow saliva anak usia 11-12 tahun

dengan risiko karies tinggi dan rendah. Padjadjaran J Dent Res Student,

2017;1(2):117-21.

36. Rama S. Perilaku anak sekolah dasar daerah tertinggal tentang pemeliharaan

kesehatan gigi. Bandung: J Ked Gi Unpad, 2017; 29(2):115-23.

37. Indriana T. Perbedaan laju aliran saliva dan pH karena pengaruh stimulus kimiawi

dan mekanis. Jember : J Kedokteran Med, 2011;17(44):1-5.

38. Diani P, Wahyuni IS, Andisetyanto P, Zenab Y. Karakteristik karies periode gigi

campuran pada anak usia 6-7 tahun di kecamatan tanjungsari sumedang.

Bandung: Padjajaran J Dent Res Student, 2017;1(2):95-101.

39. Yulia HN, Agustin TP. Gambaran ph saliva pada anak usia 5-10 tahun. Jakarta:

Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu, 2019; 1(1):40-4.

40. Iqbal M. Pencegahan karies gigi sulung pada anak. Medan: Skripsi FKG USU,

2007: 1-25.

41. Wirawan E, Puspita S. Hubungan pH saliva dan kemampuan buffer dengan dmf-t

dan def-t pada periode gigi bercampur anak usia 6-12 tahun. Yogyakarta: Insisiva

Dent J, 2017; 6(1):25-30.

42. Widayati N. Faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia 4–6

tahun. Surabaya: Jurnal Berkala Epidemiologi, 2014; 2(2):196–205.

43. Dyahtami IH. Hubungan pola diet dan perilaku pemeliharaan kebersihan mulut

dengan kejadian early childhood caries pada anak prasekolah di tk khansa dan tk

galilea hosana medan. Medan : Skripsi FKG USU, 2018:1-59.

44. Ollatosi OO, Inem V, Sofola. The prevalence of early childhood caries and its

associated risk factors among preschool children referred to a tertiary care

institution. Gujarat, India: Nigerian Journal of Clinical Practice, 2015(18):493-

501.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

58

45. Wulaerhan J, Abudureyimu A, Bao XL. Risk determinants associated with early

childhood caries in uygur children : a preschool-based cross-sectional study.

Urumqi, China : J Biomed Central Oral Health, 2014(14):1-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth :

Bapak/Ibu,

Nama saya Nico Andreas Sihombing yang sedang menjalani program pendidikan

Sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan

untuk mengizinkan putra/putri Bapak/Ibu sebagai subjek penelitian saya yang berjudul

“GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA

STIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA

HOSANA MEDAN”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penilaian Traffic

Light Matrix kriteria saliva stimulasi dan diet pada anak-anak di Sekolah Galilea

Hosana Medan.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi deteksi dini risiko karies

anak-anak di Sekolah Galilea Hosana.

Proses penelitian memerlukan kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu dan

putra/putri Bapak/Ibu untuk meluangkan sedikit waktunya dalam:

1. Pengisian lembar persetujuan (informed consent) oleh Bapak Ibu.

2. Pengisian kuesioner oleh Bapak/Ibu.

3. Mengikuti penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh putra/putri.

4. Mengkonsumsi minuman asam dan melakukan pengumpulan air liur/saliva

oleh putra/putri.

Keuntungan menjadi subjek penelitian yaitu untuk mengetahui risiko terjadinya

karies pada putra/putri Bapak/Ibu sehingga dapat dilakukan pencegahan dini.

Partisipasi Bapak/Ibu dan putra/putri Bapak/Ibu bersifat sukarela tanpa paksaan.

Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk

kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini, Bapak/Ibu tidak dikenakan biaya apapun.

Bila Bapak/Ibu membutuhkan penjelasan, dapat menghubungi saya:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

Nama : Nico Andreas Sihombing

Alamat : Jalan Pasar VII Padang Bulan no 134A Medan

No. HP : 082370991063

Jika Bapak/Ibu bersedia, lembar persetujuan putra/putri Bapak/Ibu menjadi

subjek penelitian terlampir, harap ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti.

Perlu diketahui bahwa lembar persetujuan tersebut tidak mengikat dan putra/putri

Bapak/Ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini

berlangsung. Semoga keterangan yang telah saya berikan cukup jelas dan dapat

dimengerti dengan baik. Atas kesediaan Bapak/Ibu mengizinkan putra/putri untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini saya mengucapkan banyak terima kasih.

Medan,

Peneliti

Nico Andreas Sihombing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, orang tua dari:

Nama :

Usia / Jenis Kelamin : tahun /

Alamat :

No. Telp/Hp Orang Tua :

Setelah membaca semua keterangan tentang resiko, keuntungan, dan hak-hak saya

sebagai orang tua subjek penelitian yang berjudul “GAMBARAN PENILAIAN

TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA STIMULASI DAN DIET

PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN” dengan

sadar dan tanpa paksaan untuk putra/putri saya bersedia mengizinkan berpartisipasi

dalam penelitian ini yang dilakukan oleh saudara Nico Andreas Sihombing sebagai

mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan

apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan

persetujuan ini.

Medan, ...................... 2020

Yang Menyetujui,

(.............................................)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian “Gambaran Penilaian Traffic Light Matrix Kriteria Saliva

Stimulasi dan Diet pada Anak-Anak di Sekolah Galilea Hosana”

I. DATA UMUM RESPONDEN

Nama Putra/Putri : No. Responden :

Tanggal :

Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda contreng (√).

II. DATA KHUSUS RESPONDEN

No Pertanyaan Jawaban

YA TIDAK

1 Apakah putra/putri selalu pergi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk

memeriksakan gigi

2 Apakah putra/putri sering mengkonsumsi makanan yang mengandung

gula seperti coklat, permen, minuman bersoda dll

3 Apakah putra/putri setelah mengkonsumsi makanan yang manis-manis

langsung menggosok gigi atau kumur-kumur

4 Apakah putra/putri menggosok gigi pada pagi hari

5 Apakah putra/putri menggosok gigi sebelum tidur

6 Apakah putra/putri menggunakan sikat gigi bergantian dengan orang lain

7 Apakah putra/putri menyikat gigi menggunakan pasta gigi yang

mengandung fluor

8 Apakah putra/putri setelah menggosok gigi berkumur-kumur dengan air

yang bersih

9 Apakah putra/putri menggosok gigi dalam waktu minimal 2 menit

10 Apakah putra/putri menggosok semua area mulut, mulai dari luar, dalam,

hingga ke gusi

11. Berapa kali putra/putri mengkomsumsi makanan manis selain jam makan?

a. ≥2 kali dalam sehari c. Tidak pernah

b. 1 kali dalam sehari

12. Berapa kali putra/putri mengkosumsi makanan asam(minuman bersoda, selain jam

makan?

a. ≥3 kali dalam sehari c. ≤1 kali dalam sehari

b. 2 kali dalam sehari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

Lampiran 4

SURAT ETHICAL CLEARENCE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

Lampiran 5

DOKUMENTASI

Edukasi kesehatan gigi dan mulut

Foto bersama Kelas B-1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

Foto bersama Kelas B-2

Foto bersama kelas B-3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

Foto bersama Guru Sekolah Galilea Hosana dan Tim Penyuluh

Analisa data di Departemen Biologi Oral

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

LAMPIRAN 6

MASTER DATA

NO Kelas NAMA

Saliva Interspretasi Jenis

Kelamin

DIET Risiko Karies INDIVIDU

Volume pH Laju

alir Volume pH

Laju

Alir Asam Manis

1 B1 ABRAHAM 6,26 5,82 1,252 HIJAU MERAH HIJAU L HIJAU MERAH SEDANG

2 B1 CALVIN HARRIS REFRIUS 6,8 5,8 1,36 HIJAU MERAH HIJAU L HIJAU MERAH SEDANG

3 B1 CHRISTIAN ALFREDO TARIGAN 5,78 6,19 1,156 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

4 B1 DARREN ADRILIHEN PERANGIN-ANGIN 8,66 7,2 1,732 HIJAU HIJAU HIJAU P HIJAU KUNING RENDAH

5 B1 DEO HEZEL RAULSYURA 8,2 5,01 1,64 HIJAU MERAH HIJAU L HIJAU MERAH SEDANG

6 B1 FABIO FAREL TOBING 7,81 6,52 1,562 HIJAU KUNING HIJAU L MERAH MERAH RENDAH

7 B1 FIANI REGINTA BR GINTING 3,8 5,99 0,76 KUNING KUNING KUNING P KUNING KUNING SEDANG

8 B1 FRANSISKUS DANTE MANIK 7,86 6,89 1,572 HIJAU HIJAU HIJAU L HIJAU HIJAU RENDAH

9 B1 GILBERT ALFREDO MANURUNG 8,94 6,05 1,788 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

10 B1 GIOVANO AGAS SARI PERANGIN-ANGIN 6,56 6,15 1,312 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

11 B1 GLADYS ADELINE GINTING 2,98 6,13 0,596 MERAH KUNING MERAH P HIJAU MERAH TINGGI

12 B1 HELOSAY PASARIBU 6,92 6,46 1,384 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

13 B1 ISABEL INDRI SITANGGANG 4,12 6,32 0,824 KUNING KUNING KUNING P HIJAU MERAH SEDANG

14 B1 JOAKIM MARTUA SIMARMATA 1,28 5,65 0,256 MERAH MERAH MERAH L HIJAU MERAH TINGGI

15 B1 JOSSLYN NAARAH SINURAYA 6,56 6,23 1,312 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

16 B1 PRISLLA GRACE SILALAHI 7,16 7,01 1,432 HIJAU HIJAU HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

17 B1 REYNARD APRILIO MANUEL SIAHAAN 7,22 6,61 1,444 HIJAU KUNING HIJAU L KUNING MERAH RENDAH

18 B1 ROLAND SEBAYANG 7,64 6,29 1,528 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

19 B1 SYELINE ZERITA ELDORA BR SIMBOLON 5,56 6,24 1,112 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU HIJAU RENDAH

20 B1 THEOFILUS NAROTAMA TANGGUH 6,32 6,57 1,264 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

21 B2 ARTHUR POSMA HOLONG NAINGGOLAN 5,92 5,75 1,184 HIJAU MERAH HIJAU L HIJAU KUNING SEDANG

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

22 B2 BEN ELSOVERY SIMAMORA 2,04 7,04 0,408 MERAH HIJAU MERAH L HIJAU MERAH SEDANG

23 B2 DARREN EVANDER ROTAMA 7,62 6,98 1,524 HIJAU HIJAU HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

24 B2 DHEEON FEBRIAN EXAUDI 4,34 5,15 0,868 KUNING MERAH KUNING L MERAH MERAH TINGGI

25 B2 ENMIA PUTRI BANCIN 3,84 6,91 0,768 KUNING HIJAU KUNING P HIJAU MERAH RENDAH

26 B2 FELICIA DAWIA BR GINTING 6,93 5,35 1,386 HIJAU MERAH HIJAU P KUNING MERAH SEDANG

27 B2 FERDINAND PRATAMA SIMATUPANG 6,81 6,26 1,362 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

28 B2 GABRIEL GINTING 9,84 5,35 1,968 HIJAU MERAH HIJAU L HIJAU HIJAU SEDANG

29 B2 GABRIEL JULIO HUTAGALUNG 3,17 5,83 0,634 MERAH MERAH MERAH L HIJAU MERAH TINGGI

30 B2 GABRIEL PRATAMA SIAHAAN (EBI) 4,18 5,93 0,836 KUNING KUNING KUNING L HIJAU MERAH SEDANG

31 B2 GERALDO CIRRILO RAY 7,12 6,17 1,424 HIJAU KUNING HIJAU L KUNING MERAH RENDAH

32 B2 HANGEO 7,74 6,86 1,548 HIJAU HIJAU HIJAU P KUNING MERAH RENDAH

33 B2 HAYKEL HITADO SARAGIH 9,12 5,89 1,824 HIJAU MERAH HIJAU L HIJAU KUNING SEDANG

34 B2 KEYLA 6,03 6,61 1,206 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

35 B2 NINDYA ANNEKE ULINA SURBAKTI 4,08 5,92 0,816 KUNING KUNING KUNING P HIJAU KUNING SEDANG

36 B2 PAUL 5,97 6,17 1,194 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

37 B2 THEO ANANTA PERMANA MELIALA 8,21 5,9 1,642 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU HIJAU RENDAH

38 B2 YEMIMA BENNETTA ULINA SEMBIRING 4,76 6 0,952 KUNING KUNING KUNING P HIJAU MERAH SEDANG

39 B2 RAFAEL SINURAT 4,76 5,93 0,952 KUNING KUNING KUNING L HIJAU MERAH SEDANG

40 B2 JOANNA SIREGAR 7,99 7,03 1,598 HIJAU HIJAU HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

41 B3 ADRIELL FIDELIS GINTING MUNTHE 8,04 6,82 1,608 HIJAU HIJAU HIJAU P MERAH MERAH RENDAH

42 B3 CLAIRENE JOREN MELIALA 7,68 5,98 1,536 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU KUNING RENDAH

43 B3 CRISTINE VALERIE VEWYERINA SITUMORANG 7,84 6,68 1,568 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

44 B3 DAVID GERRARD GINTING 9,24 6,54 1,848 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

45 B3 EMMANUELLA AMORA TARIGAN 8,76 6,24 1,752 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

46 B3 GAVRIEL ZIOVANNO BARUS 5,08 6,92 1,016 HIJAU HIJAU HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

47 B3 JACQUELINE SHALOM AGATHA HUTAGAOL 3,86 5,41 0,772 KUNING MERAH KUNING P HIJAU HIJAU TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

48 B3 JELITA REHMESURA PANGGABEAN 7,68 6,11 1,536 HIJAU KUNING HIJAU P KUNING MERAH RENDAH

49 B3 JESLYNNE EVIPHANIA LUMBANTOBING 6,72 5,68 1,344 HIJAU MERAH HIJAU P HIJAU MERAH SEDANG

50 B3 JOSIA CHRISAN PENGAYOM SEMBIRING 7,96 6,64 1,592 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

51 B3 JUNIO AURELLIO MANUEL SIANIPAR 6,52 6,61 1,304 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

52 B3 OWEN BENEDICT HAREFA 6,84 5,86 1,368 HIJAU MERAH HIJAU L HIJAU HIJAU SEDANG

53 B3 PIETER GEOVANO PURBA 4,52 6,59 0,904 KUNING KUNING KUNING L HIJAU KUNING SEDANG

54 B3 RAYFAEL HAHOLONGAN SITUMORANG 5,92 6,13 1,184 HIJAU KUNING HIJAU L MERAH MERAH RENDAH

55 B3 REGINA PRESILIA BR GINTING 8,02 6,43 1,604 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

56 B3 YEMIMA SONDANG HUTAURUK 9,32 6,45 1,864 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

57 B4 ABBIAH GREGORIUS SARAGIH 3,82 6,76 0,764 KUNING HIJAU KUNING L HIJAU MERAH RENDAH

58 B4 ANDRIELLA NATASYA SITEPU 5,94 5,33 1,188 HIJAU MERAH HIJAU L HIJAU KUNING SEDANG

59 B4 CALISSTA GOHANNA AGINTA SIMANJUNTAK 7,41 6,72 1,482 HIJAU HIJAU HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

60 B4 DANIEL SEBASTIAN BIRGINTA SEMBIRING 6,15 7,41 1,23 HIJAU HIJAU HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

61 B4 DION NATHANAEL NABABAN 7,37 5,72 1,474 HIJAU MERAH HIJAU L HIJAU MERAH SEDANG

62 B4 ENDIE BASTIAN SEMBIRING BRAHMANA 5,98 7,27 1,196 HIJAU HIJAU HIJAU L KUNING HIJAU RENDAH

63 B4 FIYONA GLORIA 4,87 6,13 0,974 KUNING KUNING KUNING P HIJAU MERAH SEDANG

64 B4 JOE RAFLY RIVANO SITANGGANG 4,73 6,39 0,946 KUNING KUNING KUNING L HIJAU MERAH SEDANG

65 B4 KEYRAN LOUISNA GINTING 3,49 5,91 0,698 MERAH KUNING MERAH P HIJAU MERAH TINGGI

66 B4 KEYSHA CHRISTABEL HUTAGAOL 2,32 5,96 0,464 MERAH KUNING MERAH P HIJAU MERAH TINGGI

67 B4 MICHELLE YOVANKA BR SITEPU 5,65 5,97 1,13 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

68 B4 MORA SEBASTIAN TONGGO PURBA 6,22 6,46 1,244 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

69 B4 MORGAN AKENO SIAGIAN 6,84 6,79 1,368 HIJAU HIJAU HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

70 B4 PATRICK TOMOTY SILALAHI 7,37 6,97 1,474 HIJAU HIJAU HIJAU L MERAH KUNING RENDAH

71 B4 RAJA MICHAEL CHRISTIAN GINTING 5,29 5,93 1,058 HIJAU KUNING HIJAU L HIJAU MERAH RENDAH

72 B4 SESILYA STEFANI TARIGAN 5,11 6,44 1,022 HIJAU KUNING HIJAU P HIJAU MERAH RENDAH

73 B4 STELLA CHRISTINE MARIS ZEBUA 1,88 6,19 0,376 MERAH KUNING MERAH P HIJAU MERAH TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI

74 B4 YEHEZKIEL TOGATOROP 4,76 7,14 0,952 KUNING HIJAU KUNING L HIJAU MERAH RENDAH

75 B4 ZEFANIA AGINA 8,24 6,93 1,648 HIJAU HIJAU HIJAU P KUNING MERAH RENDAH

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA