kota pra islam.docx

5
Kota Pra Islam: Kerajaan Mataram Mataram dikenal juga sebagai Mataram Kuno. Terdapat dua dinasti dalam Kerajaan Mataram yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Jawa tengah bagian selatan. Wangsa Sanjaya bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732 M. Sedangkan Wangsa Sailendra mengamalkan corak pemerintahan Buddha mahayana dididirikan oleh Bhanupada tahun 752 M. 1 Nama Mataram sendiri pertama kali disebut dalam sebuah prasasti yang ditulis di masa Raja Bailitung. Perkembangan Kerajaan Mataram berawal di Jawa Tengah dan kemudian pindah ke Timur. Mataram merupakan masyarakat yang bertipe agraris. Permulaan perkembangan kerajaannya yang berbentuk Agraria berawal di lembah sungai. Perkembangannya biasanya berkaitan erat dengan produk hasil pertanian karena mempunyai teknologi pertanian. Ciri-ciri yang menonjolkan budaya Kerajaan Agraria dengan kegiatan ekonominya bergantung kepada pertanian, terletak di kawasan tanah yang subur biasanya di lembah sungai atau di kawasan pendalaman. Disamping itu juga, hasil utama kegiatan pertanian ialah padi. Pembinaan empangan dan saluran amat diperlukan untuk menjalankan kegiatan pertanian dan berternak . Hasil-hasil yang lain didapati dengan akti vitas berburu, mengumpulkan hasil hutan dan menangkap ikan. Dari segi agama Kerajaan Mataram pada mulanya beragama Hindu Buddha namun setelah perpindahan ke timur, agama Islam telah berkembang. 2.0 Wangsa Sailendra dan Wangsa Sanjaya Istilah Sailendra dikenal pasti dalam beberapa prasasti yang ditulis dalam prasasti Kalasan 778, Kelurak 728M, Abhayagiriwihara 792M dan Kayumwaungan 824 M. Beberapa pendapat seperti R.C Majumdar mengaitkan Wangsa Sailendra di Jawa dan Sriwijaya berasal dari Kalingga di India Selatan. 2 Namun bagi pendapat G. Coedes mengatakan Wangsa Sailendra di Indonesia berasal dari Fu-nan atau Kamboja, ini karena ejaan Funan dalam berita China dari kata Khamer Kuno yaitu Vnam atau Bvam yang berarti gunung. Walau bagaimana pun terdapat beberapa pendapat, akhirnya pendapat G. Coedes lebih diakui setelah penemuan J.G de Casparis yang berpendapat istilah Waranaradirajaraja dalam prasasti Candi Plqosqn Lorm Prasasti kelurak menyamakan Wiranara sebagau Warawaranagara atau Na-fu-na dalam berita China. Menurut pendapat Casparis setelah berpindah ke Na-fu-na , ada raja pergi ke Jawa dan mengalahkan Raja Sanjaya. Mulanya Jawa dikuasai oleh Raja beragama Siwa tetapi setelah kedatangan Raja Na-fu-na di Jawa Tengah terdapat dua wangsa iaitu Wangsa Sanjaya beragama hindu dan Wangsa Sailendra beragama Buddha. 1 H.M Vlekke Bernard. Nusantara Sejarah Indonesia.Dewan Bahasa dan Pustaka,Kuala Lumpur, 1967. Hal 34 2 Sanusi Pane. Sedjarah Indonesia.Perpustakana Perguruan Kem. P.P dan K. Jakrata, 1955. Hal 48

Upload: rasyid-flashback

Post on 25-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

odjod

TRANSCRIPT

Kota Pra Islam: Kerajaan MataramMataram dikenal juga sebagai Mataram Kuno. Terdapat dua dinasti dalam Kerajaan Mataram yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Jawa tengah bagian selatan. Wangsa Sanjaya bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732 M. Sedangkan Wangsa Sailendra mengamalkan corak pemerintahan Buddha mahayana dididirikan oleh Bhanupada tahun 752 M.[footnoteRef:1] Nama Mataram sendiri pertama kali disebut dalam sebuah prasasti yang ditulis di masa Raja Bailitung. [1: H.M Vlekke Bernard. Nusantara Sejarah Indonesia.Dewan Bahasa dan Pustaka,Kuala Lumpur, 1967. Hal 34]

Perkembangan Kerajaan Mataram berawal di Jawa Tengah dan kemudian pindah ke Timur. Mataram merupakan masyarakat yang bertipe agraris. Permulaan perkembangan kerajaannya yang berbentuk Agraria berawal di lembah sungai. Perkembangannya biasanya berkaitan erat dengan produk hasil pertanian karena mempunyai teknologi pertanian. Ciri-ciri yang menonjolkan budaya Kerajaan Agraria dengan kegiatan ekonominya bergantung kepada pertanian, terletak di kawasan tanah yang subur biasanya di lembah sungai atau di kawasan pendalaman. Disamping itu juga, hasil utama kegiatan pertanian ialah padi. Pembinaan empangan dan saluran amat diperlukan untuk menjalankan kegiatan pertanian dan berternak . Hasil-hasil yang lain didapati dengan aktivitas berburu, mengumpulkan hasil hutan dan menangkap ikan. Dari segi agama Kerajaan Mataram pada mulanya beragama Hindu Buddha namun setelah perpindahan ke timur, agama Islam telah berkembang.2.0 Wangsa Sailendra dan Wangsa Sanjaya Istilah Sailendra dikenal pasti dalam beberapa prasasti yang ditulis dalam prasasti Kalasan 778, Kelurak 728M, Abhayagiriwihara 792M dan Kayumwaungan 824 M. Beberapa pendapat seperti R.C Majumdar mengaitkan Wangsa Sailendra di Jawa dan Sriwijaya berasal dari Kalingga di India Selatan.[footnoteRef:2] Namun bagi pendapat G. Coedes mengatakan Wangsa Sailendra di Indonesia berasal dari Fu-nan atau Kamboja, ini karena ejaan Funan dalam berita China dari kata Khamer Kuno yaitu Vnam atau Bvam yang berarti gunung. Walau bagaimana pun terdapat beberapa pendapat, akhirnya pendapat G. Coedes lebih diakui setelah penemuan J.G de Casparis yang berpendapat istilah Waranaradirajaraja dalam prasasti Candi Plqosqn Lorm Prasasti kelurak menyamakan Wiranara sebagau Warawaranagara atau Na-fu-na dalam berita China. Menurut pendapat Casparis setelah berpindah ke Na-fu-na , ada raja pergi ke Jawa dan mengalahkan Raja Sanjaya. Mulanya Jawa dikuasai oleh Raja beragama Siwa tetapi setelah kedatangan Raja Na-fu-na di Jawa Tengah terdapat dua wangsa iaitu Wangsa Sanjaya beragama hindu dan Wangsa Sailendra beragama Buddha. [2: Sanusi Pane. Sedjarah Indonesia.Perpustakana Perguruan Kem. P.P dan K. Jakrata, 1955. Hal 48]

Menurut sumber Berita China munculnya Wangsa Silendra di Jawa disebut sebagai Ho Ling. Sekitar abad 5M, Dinasti Sung menyebut She-po dan Dinasti Tang 618 M - 906 M menyebut Jawa sebagai Ho Ling pada 818 M. Hanya pada 820 M 856 M berubah semula kepada She-po[footnoteRef:3] Berdasarkan Chiu-Tang Shu dan Hsin Tang Shu 618 M 906, Ho Lin juga disebut dengan She-po. Jika dilihat dari [3: ibid]

kedudukan geografi She-po terletak di lautan selatan, di sebelah Timur terletak di Po-li dan baratnya terletak To-po tenggara Sumatera ialah lautan, sedangkan di sebelah utara terletak Chen-la. Berdasarkan prasasti disebut Mataram Ibu kotanya di Kota Medang sampai zaman Pemerintahan Pu Sindok. Sumber Berita China menyatakan lokasi Mataram antara Bagelan di Jawa Tengah dan Madium di Jawa Timur.Pada awalnya mungkin yang berkuasa adalah Wangsa Sanjaya, hal ini sesuai dengan prasasti Canggal, namun Perkembangan berikutnya muncul keluarga Sailendra.Menurut para ahli, keluarga Sanjaya terdesak oleh Keluarga Sailendra tetapi mengenai perebutan kekuasan tersebut tidak diketahui secara pasti, yang jelas kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Raja-Raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra seperti yang tertera dalam prasasti Ligor, Nalanda maupun Klurak adalah Bhanum Wisnu, Indra dan Samaratungga atau Samaragrawira.Sedangkan raja-raja dari wangsa Sanjaya tertera dalam prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram yang berasal dari abad ke 8-9 yang bercorak Hindu terletak di Jawa Tengah bahagian Selatan.Kedua Wangsa tersebut akhirnya bersatu dengan adanya pernikahan anatara Rakai Pikatan dengan Pramodwardhani. Pramodwardhani adalah puteri dari Samaratungga. Raja Samaratungga selain mempunyai Puteri Pramodwardhani, juga mempunyai putera iaitu Balaputradewa kerana Samaratungga menikah dengan keturunan Raja Sriwijaya. Kegagalan Balaputradewa merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan menyebabkan ia menyingkir ke kakeknya di Sumatera dan tak lama kemudian menjadi raja di Sriwijaya. Dipindahkannya IbukotaSetelah pernikahan pramodhawardhani dengan Rakai pikatan selanjutnya pemerintahan kerajaan Mataram dikuasai oleh Wangsa Sanjaya dengan rajanya yang terakhir yaitu Wawa. Pada masa pemerintahan Wawa sekitar abad ke 10, Mataram di jateng mengalami kemunduran dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sinduk.Pu Sindok mendirikan Wangsa baru yaitu Wangsa Isyana dengan kerajaannya Medang Mataram. Ia berkuasa sampai 947 M. Beliau yang bergelar Si Isnan Tunggawijaya memerintah selama 20 tahun dam wilayah kekuasaannya meliputi Lembah Sungai Brantas antara Gunung Wilis dan Gunung Semeru,bagaian selatan Surabaya,Malang dan Kediri Utara. Pengganti selanjutnya tidak di ketahui dengan pasti kecuali pada awal abad ke-11 muncul nama Dharmawangsa Teguh 991 M 1016 M. Ia gigih untuk menaklukan Sriwijaya. Usahanya tidak berhasil, sebaliknya ia dan keluarganya mengalami kehancuran.Kehancuran tersebut akibat serangan dari Kerajaan Sriwijaya yang di bantu oleh kerajaan kecil bernama Wurawari. Salah satu anggota keluarga yang dapat keluar dari serangan tersebut adalah Airlangga. Tahun 1019 Airlangga dinobatkan oleh Pendeta Buddha dan Brahmana pendeta Hindu menjadi raja. Dalam lapangan ekonomi, kerajaan Mataram mengembangkan ekonomi agararia karena terletak di pendalam dan daerah yang subur tetapi pada perkembangan berikutnya, Mataram mulai mengembangkan kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai Begawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur. 3.0 Pusat pemerintahan dan Perpindahan. Pemerintahan Raja Sanjaya merupakan raja pertama memerintah di Medang, Jawa Tengah. Raja Sannu sebelumnya diserang musuh dan gugur karena kemungkinan ibu kota diserang musuh. Setelah Sanjaya menjadi Raja, Baginda perlu berpindah untuk membangunkan ibu kota dan istana baru. Menurut Berita China , Ibu Kota Ho Ling dari She-po ke Po-Lu-Chia. Raja HoLing yang tinggal di Kota She-Po, tetapi neneknya bernama Ki Yen telah berpindah ke Ibu Kota Timur (Po-Lu-Chia-Sse). Kemungkian besar kawasannya di sekitar Rembang. Walaupun ramai Sarjana cenderong memhubungkan berita perpindahan pusat Ho-Ling ke Timur dengan Prasasti Dinoyo di Malang,760 M tetapi tidak dapat dipastikan.Menurut pendapat H.M Bernard, sesudah tahun 900M pusat kehidupan kebudayaan di Jawa dan pusat kehidupan politiknya telah berpindah ke timur.[footnoteRef:4] Kemungkinan sebahagian daripada penduduk-penduduk bersama dengan raja mereka telah berundur ke daerah-daerah yang lebih jauh ke sebelah timur. Jumlah penduduk Jawa pada masa itu sedikit dan mempunyai tanah yang luas untuk pertanian. Walaupun perpindahan ini ke Timur, namun di Jawa Tengah tidak luput dari perkembangan. Dari segi sudut sejarah tidak ada semestinya Jawa tengah bahawa wilayah itu hilang telah hilang penduduk dan susunan politiknya. [4: H.M Vlekke Bernard. Nusantara Sejarah Indonesia.Dewan Bahasa dan Pustaka,Kuala Lumpur, 1967.hal:39]

Raja pertama selepas perpindahan ke Jawa Timur ini ada dikenali sebagai Raja Sindok. Nama beliau disebutkan dalam beberapa prasasti, mula-mula sebagai tokoh yang terutama di negeri iu, dan kemudiannya sebagai raja. Tulisan-tulisan awal sekali bertarikh semenjak tahun 919 M dan yang akhir sekali dari tahun 947. Sindok telah mengambil gelaran raja diantara tahun 927 dengan 929, menuntut bahawa dia ialah seorang keturunan Mataram. Penggunaan gelaran Raja Mataram diteruskan sungguh pun kekuasaannya tidak meliputi Jawa Tengah. Prasasti Hamparan dan Sankhara adalah adalah bersamaan dengan masa dari perpindahan Ibu Kota Ho Ling dari She-po-tcheng ke Po-lu-Chia Sse. Dalam Berita China Raja Ho-ling tinggal di Kota She-po, tetapi neneknya bernama Ki-yen tinggal di Timu, Po-Lu-Chia-Sse. Namun masalahnya siapakah Ki-Yen dan apakah sebab ia berpindah tidak dapat dijelaskan. Dalam catatan perpindahandisebabkan ibu kota diserbu munsuh, namun antara 742 M 755 M tiada sebarang berita serang dicatatkan. Yang terjadi hanyalah, pengantian pemerintahan dari Sanjaya ke Rakai Panangkaran da jika Sankhara adalah Rakai Panangkaran, Nama lengkap raja: Rakai Panangkaran Dyah Sanskhara Sri Sanggramadhananjaya. Namun mengenai lokasi Po-Lu- Chia-Sse belum dapat diselesaikan. Po-lu mungkin dari Waru yang mengampiri cerita dari prasasti mungkin terletak d sekitar rembang kerana memenuhi syarat dekar dengan Krapyak. Ramai Sarjana menghubungkan perpindahan ke Ho-Ling ke Timur denga Prasasti Dinoyo, Malang 760 M tetapi tidak dapat dipastikan.Wangsa Pu Sindok runtuh pada tahun 1222 akibat serang Ken Arok, pendirian Kerajaan Singosari.[footnoteRef:5] [5: ibid]

4.0 faktor perpindahan ibu kota Beberapa teori yang dikemukakan tentang perpindahan ibukota antara lain teori yang dikemukakan tentang perpindahan ini ialah teori Van Bammelan yang menyatakan teori letusan gunung berapi. Perpindahan ke Jawa Timur disebabkan Kerajaan Mataram di Jawa Tengah mengalami kehancuran akibat letusan gunung berapi yang dashyat. Sehingga para pujangga menganggap sebagai pralaya iaitu kehancuran dunia. Jika sebuah istana hancur maka harus dibangunkan istana baru di tempat lain. Hal ini sesuai dengan landasan kosmologis Kerajaan Mataram bahwa kerajaan harus dibangun dengan kerajaan baru dan wangsa baru. Oleh karena itu Pu Sinduk membangun kembali Kerajaan Mataram di Jawa Timur dan menganggap dirinya sebagai wangsa baru dari keturunan Mataram. Teori ini disokong juga dengan pendapat Beochari yang mengatakan bahwa ini adalah hukuman Tuhan dan beliau setuju dengan teori letusan gunug berapi. Menurut Pratasati Paradah 943 M dan Anjukladang 937, kerajaan baru Pu Sindok tetap bernama Mataram. Ibu kotanya terletak di Tamwlang berdasrkan prasasti Turyan 929M dan lokasi Tamwlang mungkin dekat Jombang sekarang iaitu desa Tambelang. Pu Sindok memerintah sejak 929M- 948M dan selama pemerintahannya terdapat 20 prasasti. Satu teori lain yang memungkinkan perpindahan ini adalah teori peralihan modal ekonomi. Perpindahan ini bertujuan untuk mengelakkan hegemoni Sriwijaya dan dorongan ekonomi itu sendiri. lembah Sg.Brantas merupakan lokasi strategis untuk perdagangan maritim antar kepulauan terutamanya bagai kawasan kepulauan Maluku. Kerajaan agaria memerlukan kerajaan maritim untuk memasarkan sumber-sumbernya. Oleh itu Kerajaan Mataram memerlukan tempat untuk memasarkan sumbernya.5.0 Wujudkah Raja Pu Sindok ? Perpindahan ke Jawa Timur dikaitkan dengan pemerintahan Pu Sindok, namun wujudkah peribadi bernama Pu Sindok? Ini kerana menurut pendapat penyelidik C.C. Berg semua prasasti Raja Pu Sindok adalah palsu. Menurutnya para pujangga pilih nama seorang pegawai tinggi dalam zama Mataram dan Jawa Tengah iaitu Pu Sindok. Berg menyatakan kenyataan dalam semua prasasti Pu Sindok mempunyai struktur yang sama dan sehingga membosankan. Menurut pendapat beliau lagi, tidak pernah wujud seseorang raja yang bernama Pu Sindok. Namun pendapat Berg ini dibantah oleh Beochari yang mengatakan sememangnya semua prasasti seseorang raja yang mempunyai ciri yang sama, dan ini yang membezakannya dengan prasasti raja yang lain. Lagipun nama tempat pendarmaan Pu Sindok disebut dalam prasasti iaitu Isanabhawana dalam prasasti Kamalagyan dan Pucangan. Hal ini menunjukan Pu Sindok benar wujud. Pendapat Beochari ini disokong oleh J.G Casparis yang menyatakan prasasti Anjukladang tentang serbuan dari Malayu bergerak hingga ke Nganjuk tapi dihalau oleh pasukan raja pimpinan Pu Sindok, dan waktu itu beliau belum menjadi raja. Hanya selepas atas jasanya Pu Sindok dilantik menjadi raja, namun sayangnya prasasti Anjukladang belum dapat dibaca keseluruhannya. Kewujudan Pu Sindok dan perpindahan ke Jawa Timur dan perpindahan itu tidak memerlukan penaklukan merupakan perkara yang membingungkan penyelidik. Hal ini terjadi kerana sejak Rakai Watukura Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataran telah meluas ke Timur dan terdapat prasasti Waharu dan Sumbut memceritakannya. Pusat pemerintahan Pu Sindok berpindah mungkin kerana serangan munsuh dan harus berpindah dari Tamwlang. Terdapat dalam Prasasti Paradah dan Anjukladang, Ibu Kota Mataram disebut di Watugaluh, dan kemungkinan besar Watugaluh beraada di Jombang tepi kali Brantas[13]. Yang anehnya dari sekian banyak prasasti Pu Sindok masih belum ada satupun dapat dikolisasikan dengan tepat.6.0 Kesimpulan Punca sebenar perpindahan ke Jawa Timur yang tidak memerlukan penaklukan belum dapat dipastikan dengan tepat, namun penulis berpegang kepada teori yang telah disarankan oleh Van Bammelan iaitu akibat faktor alam selepas letusan gunung berapi. Namun selain faktor itu, faktor lain adalah akibat kehendak ekonomi itu sendiri. Sesebuah kerajaan tidak mungkin akan menafikan perpindahan di atas dasar ekonomi yang turut akan mempengaruhi perpindahan itu. Pemerintahan Pun Sindok jga masih kabur, kemungkinan besar akan terdapat hujah hujah baru akan datang selepas banyak lagi kajian sarjana dalam Kerajaan Mataram ini. Hal ini bergantung dengan maklumat dan data yang dikumpul. Namun apa yang dapat dilakukan sekarang, penulis bersetuju dengan pendapat Van Bammelan dan mungkin ada pendapat yang lebih jelas lagi selepas beliau pada masa akan datang.