kordents 5

2
LEMBAGA PERS MAHASISWA EDENTS Dari Redaksi Kordents Volume 5 Edisi 11-24 Mei 2015 Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Edents Pemimpin Umum: Rio Putri P. ; Pemimpin Redaksi: Gita Suksesi.; Pemimpin Artistik: Anih Purwanti; Editor: Nur Wahidin; Reporter: Shelby, Dewi, Filza Layouter: Eka Ajeng Sekretariat: Gedung PKM lt. 1 FEB Undip, Tembalang Edents Call Center : 024 - 91181513 Vol. 5 Edisi 11- 24 Mei 2015 Minggu Ini lpmedents.com di KORAN EDENTS www.lpmedents.com Dinamika Intelektual Mahasiswa Keberadaan Senat Mahasiswa di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro tentu harus dapat mengayomi dari berbagai organisasi mahasiswa yang ada. Tak hanya mengayomi, namun juga melakukan koordinasi antarormawa supaya tercipta sinergisitas yang baik. Demi menuju sinergisitas tersebut, maka SEMA FEB Undip mencoba untuk mendisiplinkan ormawa dengan cara pengecekan terhadap setiap proposal yang dikeluarkan oleh masing-masing ormawa. Jika sebelumnya pengecekan dilakukan di Dekanat saja, sekarang pengecekan proposal melalui dua tahap, yang pertama ialah melalui SEMA dan yang kedua di Dekanat. Melihat kenyataan yang ada, bukannya mendisiplinkan, beberapa ormawa malah mengatakan hal tersebut menjadi tidak efisien. Hal ini dikarenakan revisi proposal harus dilakukan berulang kali. Setelah lolos dari revisi SEMA, proposal masih harus melewati Dekanat yang bisa jadi akan kembali direvisi. Oleh karena itu, pada Koran Edents Volume 5 edisi 11 Mei – 24 Mei 2015 akan dibahas mengenai pengajuan proposal tersebut, apakah mendisiplinkan atau malah merepotkan? Selanjutanya, di Koran kali ini dibahas pula kabar kampus mengenai perayaan ulang tahun LPM Edents dengan tema Be The Good Impact. Dalam perayaan ini, LPM Edents melakukan launching dan bedah majalah ke XXII dengan tema Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia sekaligus penayangan perdana siaran Edents TV yang merupakan produk terbaru dari LPM Edents. Selain itu, ulang tahun ke-39 juga dimeriahkan dengan kompetisi esai yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Oleh karena itu, Koran Edents edisi kali ini juga akan menampilkan salah satu finalis kompetisi esai yang lolos ke babak 10 besar. Akhir kata, terimakasih kepada para pembaca setia LPM Edents dan selamat membaca! Perkuat Sektor Perbankan Indonesia melalui Integrasi Perbankan ASEAN FEB Undip (8/5) – CIMB NIAGA bersama dengan ECOFINSC selenggarakan seminar BELS (Banking Education Lecturing Series) bertajuk Integrasi Perbankan ASEAN di Hall gedung C FEB Undip. Perbankan mendapatkan keuntungan dengan adanya AEC, seperti memperbesar daya saing global. Sebab, hanya bank terkualifikasi yang bisa masuk dalam QAB (Qualified ASEAN Bank). Sekarang ini terdapat 199 bank di Indonesia yang sebagian besar sahamnya dimiliki asing karena mudahnya birokrasi dan persyaratan mendirikan bank di Indonesia. Seharusnya terdapat sismbiosis mutualisme antara bank lokal dengan bank asing agar bank lokal juga bisa berkiprah di internasional. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah sebagai Bekal Penulisan Skripsi FEB Undip (7/5) –Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan mengadakan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) di Gedung PKM lantai dua FEB Undip. Akhmad Syakir Kurnia selaku perwakilan Dosen IESP menuturkan bahwa mahasiswa merupakan akademisi yang harus berpikir kritis, kemudian hasil pemikiran itu dituangkan dalam sebuah tulisan ilmiah atau critical writing. Penulisan karya ilmiah harus objektif, menggunakan bahasa yang formal, dan tidak ambigu. Karya ilmiah harus disusun secara logis, memuat pemikiran dan argumentasi kritis, terstruktur, serta tidak partisan. Ulang Tahun, LPM Edents Usung Tema Kemaritiman FEB Undip (7/5) – Memperingati hari jadi ke-39, LPM Edents adakan seminar bertajuk Be The Good Impact di Hall Gedung C pukul 08.50 WIB, Kamis lalu. Seminar juga dimaksudkan dalam rangka launching dan bedah majalah Edisi XXII vol. 1 bertemakan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia. Turut hadir, sepuluh besar finalis terbaik esai yang berhasil mengalahkan sekitar 90 finalis lainnya di seluruh Indonesia. ISTC, Bangun Jiwa Stock Traders pada Mahasiswa FEB Undip (6/5) “Tidak hanya orang kaya saja yang mampu bermain saham atau berinvestasi di pasar modal, namun mahasiswa seperti Anda juga mampu menjadi miliarder,” ujar Chandra selaku Branch Manager Phillip Securities Semarang saat menyampaikan materi pada Indosat Stock Trading Contest (ISTC) pada Rabu lalu. ISTC merupakan roadshow di bidang pendidikan yang diadakan oleh Indosat bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Wingamers selaku penyedia layanan virtual online trading di Indonesia. Peraturan mengenai alur administrasi pengurusan proposal kegiatan organisasi mahasiswa (ormawa) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang terlebih dahulu melalui Senat Mahasiswa (SEMA) sebelum sampai kepada pihak dekanat bukanlah aturan yang baru. Pada periode kepengurusan sebelumnya, aturan tersebut juga telah diberlakukan, dan untuk periode kepemimpinan dibawah Dwi Swasana Ramadhan, Ketua SEMA 2014/2015 sekarang ini, senat mahasiswa berusaha untuk merapihkan sekaligus mempertegas fungsi senat mahasiswa itu sendiri sebagai badan penilai dan pengawas. “Jadi gini, untuk proposal masuk SEMA itu yang benar udah sejak tahun kemarin. Dan tahun ini kita mencoba untuk memperapih kembali dan memperjelas fungsi SEMA sebagai penilai pengawas sehingga kita mulai mempertegas nya,”jelas Dwi. Penjelasan yang sama pun diungkapkan oleh Edy Yusuf Agung Gunanto selaku Pembantu Dekan III FEB Undip. Ia menjelaskan bahwa sebenarnya sama dengan tahun lalu, kan sudah ada kesepakatan juga supaya SEMA sebagai pengawas itu bisa mengawasi kegiatan Ormawa. Sudah ada jadwal agar kegiatan-kegiatan itu supaya sinkron, sinergi, dan tidak tumpang tindih. “Yang saya dengar itu ada beberapa kegiatan yang sama, contohnya career development. Kalau kegiatan itu disinkronkan kan jadi lebih bagus lagi,” lanjut Edy. Terkait dengan peraturan administrasi pengurusan proposal kegiatan organisasi, pihak ormawa juga menyampaikan tanggapan yang baik. Nurmalita Rhizky H dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan menyampaikan bahwa Prosedur dalam proposal dan surat menyurat lebih teratur dan jelas, sehingga pengurus himpunan menjadi lebih tertib dan rapi. Tanggapan lain juga disampaikan oleh Taufika Nurani, Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa FEB UNDIP. “Prosedur yang diterapkan SEMA sekarang ini yang terintegrasi antara SEMA dan bagian kemahasiswaan fakultas bagus karena membuat koordinasi lebih baik,” tuturnya. Revisi dari SEMA dan Dekanat, Efisienkah? Di sisi lain, kebijakan ini pun dianggap memiliki beberapa kekurangan. Beberapa Ormawa kompak mengeluh bahwa birokrasi kampus semakin membingungkan dan tidak efisien. “Kalau dari Dekanatnya sendiri itu awalnya misal kita udah diberitahu ini salahnya apa ini salahnya apa, terus kita datang lagi salahnya beda lagi, jadinya bolak balik minta tanda tangan lagi,” jelas Maftuh Hanifah, pengurus Kelompok Studi Ekonomi Islam. Berbeda lagi dengan keluhan yang disampaikan oleh perwakilan Economic Finance Study Club, Bernadhete Claudia Rindina. Ia menuturkan bahwa poin-poin yang direvisi oleh SEMA menurutnya kurang begitu penting, misalnya privasi organisasi yang diantaranya ialah visi misi, struktur organisasi, dan tujuan. Pun menurut Bernadhete, hal tersebut tidak searah dengan poin- poin revisi yang diberikan oleh bidang kemahasiswaan Dekanat. Masalah mengenai kepastian format proposal yang kurang jelas juga menjadi keluhan Ormawa. “Masalah yang dihadapi ketika mengurus proposal yaitu terkait formatnya, apakah sebenarnya ada kepastian format resminya atau tidak. Kan selama ini banyak yang bingung juga,” terang Taufika. Selain itu, Nurmalita juga menambahkan bahwa masalah yang dihadapinya dalam mengurus proposal adalah ketika proposal sudah jadi dan segera diberikan ke SEMA, ternyata sekretariat SEMA sedang kosong. Revisi yang dilakukan berulang kali dari pihak SEMA membuat semakin tidak efisien. Belum lagi jika ada revisi dari pihak Dekanat. “Untuk masalah itu akan kita komunikasikan kembali dengan pihak dekanat, jadi dari pihak dekanat itu mau bagaimana apakah mau SEMA yang melakukan pengecekan proposal atau dekanat masih mau kembali ke dekanat gitu. Kalau dekanat mau memberikan wewenang ke kita untuk mengoreksi ya seharusnya di dekanat udah tidak memberikan koreksi,” terang Dwi. Ia juga menambahkan bahwa ketetapan yang dibuat oleh SEMA sebenarnya sudah dikordinasikan dengan pihak Dekanat. Proses pengecekan proposal kegiatan ormawa dilakukan oleh komisi 3 (Hukum dan Anggaran) dan komisi 4 (Kesejahteraan Mahasiswa). “Tahapnya itu yang pertama di acc oleh komisi 3 atau komisi 4, kemudian disetujui oleh pimpinan senat yang terdiri dari 3 orang,” imbuhnya. Sementara itu, perihal masalah birokrasi proposal di dekanat, telah diklarifikasi oleh Edy Yusuf. “Dari sisi fakultas agak ribetnya itu kan lebih banyak ke format nya, jadi format proposalnya. Kalau proposal itu judulnya tidak sesuai dengan yang diusulkan pada awal maka perlu diselaraskan,” tegas Edy Yusuf. Edy juga menambahkan bahwa keluhan-keluhan dari ormawa tersebut dikarenakan adanya ketidaksinkronan antara pihak SEMA dengan Dekanat serta sikap mahasiswa yang enggan memantau proposal kegiatan di Dekanat. Peraturan ini adalah kesepakatan semua perwakilan dari setiap ormawa sudah selayaknya antar ormawa dapat saling bekerjasama. Dengan adanya sinkronisasi yang baik antara SEMA dan Dekanat akan menciptakan efisiensi dalam birokrasi fakultas. “Alur administrasi pengurusan proposal perlu diperbaiki menjadi lebih baik lagi agar kedepannya tidak membingungkan dan menjadi lebih efisien,” ujar Taufika. Bernadethe pun berharap waktu yang digunakan untuk melakukan revisi oleh SEMA atau Dekanat tidak bertambah lama. (gt) Administrasi Baru, Mendisiplinkan atau Merumitkan? Dari sisi fakultas agak ribetnya itu kan lebih banyak ke format nya, jadi format proposalnya. Kalau proposal itu judulnya tidak sesuai dengan yang diusulkan pada awal maka perlu diselaraskan. -Edy Yusuf Agung Gunanto, Pembantu Dekan III FEB UNDIP- Laporan Utama sumber: bawaslu-jabarprov.go.id

Upload: lpm-edents

Post on 22-Jul-2016

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kordents 5 edisi 11-24 Mei 2015 berisi laporan utama mengenai ketetapan alur administrasi baru kegiatan ormawa FEB Undip yang melalui senat mahasiswa terlehi dahulu. Hal ini menimbulkan pro dan kontra disetiap ormawa FEB. Ada pula kabar gembira dari LPM Edents yang merayakan hari jadinya ke-39 tahun pada 7 Mei 2015. Selain itu, terdapat pula opini dari salah satu 10 finalis essay competition Edents Day 2015. Selamat membaca penerus bangsa!

TRANSCRIPT

Page 1: Kordents 5

LEMBAGA PERS MAHASISWA EDENTS

Dari Redaksi

Kordents Volume 5Edisi 11-24 Mei 2015

Diterbitkan OlehLembaga Pers Mahasiswa

EdentsPemimpin Umum: Rio Putri P. ;

Pemimpin Redaksi: Gita Suksesi.; Pemimpin Artistik: Anih

Purwanti;Editor: Nur Wahidin;

Reporter: Shelby, Dewi, FilzaLayouter: Eka Ajeng

Sekretariat: Gedung PKM lt. 1 FEB Undip, TembalangEdents Call Center :

024 - 91181513

Vol. 5 Edisi 11- 24 Mei 2015

Minggu Ini

lpmedents.comdi

KORAN EDENTSw w w. l p m e d e n t s. c o mDinamika Intelektual Mahasiswa

Keberadaan Senat Mahasiswa di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro tentu harus dapat mengayomi dari berbagai organisasi mahasiswa yang ada. Tak hanya mengayomi, namun juga melakukan koordinasi antarormawa supaya tercipta sinergisitas yang baik.

Demi menuju sinergisitas tersebut, maka SEMA FEB Undip mencoba untuk mendisiplinkan ormawa dengan cara pengecekan terhadap setiap proposal yang dikeluarkan oleh masing-masing ormawa. Jika sebelumnya pengecekan dilakukan di Dekanat saja, sekarang pengecekan proposal melalui dua tahap, yang pertama ialah melalui SEMA dan yang kedua di Dekanat.

Melihat kenyataan yang ada, bukannya mendisiplinkan, beberapa ormawa malah mengatakan hal tersebut menjadi tidak efisien. Hal ini dikarenakan revisi proposal harus dilakukan berulang kali. Setelah lolos dari revisi SEMA, proposal masih harus melewati Dekanat yang bisa jadi akan kembali direvisi. Oleh karena itu, pada Koran Edents Volume 5 edisi 11 Mei – 24 Mei 2015 akan dibahas mengenai pengajuan proposal tersebut, apakah mendisiplinkan atau malah merepotkan?

Selanjutanya, di Koran kali ini dibahas pula kabar kampus mengenai perayaan ulang tahun LPM Edents dengan tema Be The Good Impact. Dalam perayaan ini, LPM Edents melakukan launching dan bedah majalah ke XXII dengan tema Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia sekaligus penayangan perdana siaran Edents TV yang merupakan produk terbaru dari LPM Edents. Selain itu, ulang tahun ke-39 juga dimeriahkan dengan kompetisi esai yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Oleh karena itu, Koran Edents edisi kali ini juga akan menampilkan salah satu finalis kompetisi esai yang lolos ke babak 10 besar.

Akhir kata, terimakasih kepada para pembaca setia LPM Edents dan selamat membaca!

Perkuat Sektor Perbankan Indonesia melalui Integrasi Perbankan ASEANFEB Undip (8/5) – CIMB NIAGA bersama dengan ECOFINSC selenggarakan seminar BELS (Banking Education Lecturing Series) bertajuk Integrasi Perbankan ASEAN di Hall gedung C FEB Undip. Perbankan mendapatkan keuntungan dengan adanya AEC, seperti memperbesar daya saing global. Sebab, hanya bank terkualifikasi yang bisa masuk dalam QAB (Qualified ASEAN Bank). Sekarang ini terdapat 199 bank di Indonesia yang sebagian besar sahamnya dimiliki asing karena mudahnya birokrasi dan persyaratan mendirikan bank di Indonesia. Seharusnya terdapat sismbiosis mutualisme antara bank lokal dengan bank asing agar bank lokal juga bisa berkiprah di internasional.

Pelatihan Karya Tulis Ilmiah sebagai Bekal Penulisan SkripsiFEB Undip (7/5) –Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan mengadakan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (PKTI) di Gedung PKM lantai dua FEB Undip. Akhmad Syakir Kurnia selaku perwakilan Dosen IESP menuturkan bahwa mahasiswa merupakan akademisi yang harus berpikir kritis, kemudian hasil pemikiran itu dituangkan dalam sebuah tulisan ilmiah atau critical writing. Penulisan karya ilmiah harus objektif, menggunakan bahasa yang formal, dan tidak ambigu. Karya ilmiah harus disusun secara logis, memuat pemikiran dan argumentasi kritis, terstruktur, serta tidak partisan.

Ulang Tahun, LPM Edents Usung Tema KemaritimanFEB Undip (7/5) – Memperingati hari jadi ke-39, LPM Edents adakan seminar bertajuk Be The Good Impact di Hall Gedung C pukul 08.50 WIB, Kamis lalu. Seminar juga dimaksudkan dalam rangka launching dan bedah majalah Edisi XXII vol. 1 bertemakan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia. Turut hadir, sepuluh besar finalis terbaik esai yang berhasil mengalahkan sekitar 90 finalis lainnya di seluruh Indonesia.

ISTC, Bangun Jiwa Stock Traders pada MahasiswaFEB Undip (6/5) – “Tidak hanya orang kaya saja yang mampu bermain saham atau berinvestasi di pasar modal, namun mahasiswa seperti Anda juga mampu menjadi miliarder,” ujar Chandra selaku Branch Manager Phillip Securities Semarang saat menyampaikan materi pada Indosat Stock Trading Contest (ISTC) pada Rabu lalu. ISTC merupakan roadshow di bidang pendidikan yang diadakan oleh Indosat bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Wingamers selaku penyedia layanan virtual online trading di Indonesia.

Peraturan mengenai alur administrasi pengurusan proposal kegiatan organisasi mahasiswa (ormawa) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang terlebih dahulu melalui Senat Mahasiswa (SEMA) sebelum sampai kepada pihak dekanat bukanlah aturan yang baru. Pada periode kepengurusan sebelumnya, aturan tersebut juga telah diberlakukan, dan untuk periode kepemimpinan dibawah Dwi Swasana Ramadhan, Ketua SEMA 2014/2015 sekarang ini, senat mahasiswa berusaha untuk merapihkan sekaligus mempertegas fungsi senat mahasiswa itu sendiri sebagai badan penilai dan pengawas. “Jadi gini, untuk proposal masuk SEMA itu yang benar udah sejak tahun kemarin. Dan tahun ini kita mencoba untuk memperapih kembali dan memperjelas fungsi SEMA sebagai penilai pengawas sehingga kita mulai mempertegas nya,” jelas Dwi. Penjelasan yang sama pun diungkapkan oleh Edy Yusuf Agung Gunanto selaku Pembantu Dekan III FEB Undip. Ia menjelaskan bahwa sebenarnya sama dengan tahun lalu, kan sudah ada kesepakatan juga supaya SEMA sebagai pengawas itu bisa mengawasi kegiatan Ormawa. Sudah ada jadwal agar kegiatan-kegiatan itu supaya sinkron, sinergi, dan tidak tumpang tindih. “Yang saya dengar itu ada beberapa kegiatan yang sama, contohnya career development. Kalau kegiatan itu disinkronkan kan jadi lebih bagus lagi,” lanjut Edy.

Terkait dengan peraturan administrasi pengurusan proposal kegiatan organisasi, pihak ormawa juga menyampaikan tanggapan yang baik. Nurmalita Rhizky H dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan menyampaikan bahwa Prosedur dalam proposal dan surat menyurat lebih teratur dan jelas, sehingga pengurus himpunan menjadi lebih tertib dan rapi. Tanggapan lain juga disampaikan oleh Taufika Nurani, Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa FEB UNDIP. “Prosedur yang diterapkan SEMA sekarang ini yang terintegrasi antara SEMA dan bagian kemahasiswaan fakultas bagus karena membuat koordinasi lebih baik,” tuturnya.

Revisi dari SEMA dan Dekanat, Efisienkah?Di sisi lain, kebijakan ini pun dianggap memiliki beberapa kekurangan. Beberapa Ormawa kompak mengeluh bahwa birokrasi kampus semakin membingungkan dan tidak efisien. “Kalau dari Dekanatnya sendiri itu awalnya misal kita udah diberitahu ini salahnya apa ini salahnya apa, terus kita datang lagi salahnya beda lagi, jadinya bolak balik minta tanda tangan lagi,” jelas Maftuh Hanifah, pengurus Kelompok Studi Ekonomi Islam. Berbeda lagi dengan keluhan yang disampaikan oleh perwakilan Economic Finance Study Club, Bernadhete Claudia Rindina. Ia menuturkan bahwa poin-poin yang direvisi oleh SEMA menurutnya kurang begitu penting, misalnya privasi organisasi

yang diantaranya ialah visi misi, struktur organisasi, dan tujuan. Pun menurut Bernadhete, hal tersebut tidak searah dengan poin-poin revisi yang diberikan oleh bidang kemahasiswaan Dekanat.

Masalah mengenai kepastian format proposal yang kurang jelas juga menjadi keluhan Ormawa. “Masalah yang dihadapi ketika mengurus proposal yaitu terkait formatnya, apakah sebenarnya ada kepastian format resminya atau tidak. Kan selama ini banyak yang bingung juga,” terang Taufika. Selain itu, Nurmalita juga menambahkan bahwa masalah yang dihadapinya dalam mengurus proposal adalah ketika proposal sudah jadi dan segera diberikan ke SEMA, ternyata sekretariat SEMA sedang kosong.

Revisi yang dilakukan berulang kali dari pihak SEMA membuat semakin tidak efisien. Belum lagi jika ada revisi dari pihak Dekanat. “Untuk masalah itu akan kita komunikasikan kembali dengan pihak dekanat, jadi dari pihak dekanat itu mau bagaimana apakah mau SEMA yang melakukan pengecekan proposal atau dekanat masih mau kembali ke dekanat gitu. Kalau dekanat mau memberikan wewenang ke kita untuk mengoreksi ya seharusnya di dekanat udah tidak memberikan koreksi,” terang Dwi. Ia juga menambahkan bahwa ketetapan yang dibuat oleh SEMA sebenarnya sudah dikordinasikan dengan pihak Dekanat. Proses pengecekan proposal kegiatan ormawa dilakukan oleh komisi 3 (Hukum dan Anggaran) dan komisi 4 (Kesejahteraan Mahasiswa). “Tahapnya itu yang pertama di acc oleh komisi 3 atau komisi 4, kemudian disetujui oleh pimpinan senat yang terdiri dari 3 orang,” imbuhnya.

Sementara itu, perihal masalah birokrasi proposal di dekanat, telah diklarifikasi oleh Edy Yusuf. “Dari sisi fakultas agak ribetnya itu kan lebih banyak ke format nya, jadi format proposalnya. Kalau proposal itu judulnya tidak sesuai dengan yang diusulkan pada awal maka perlu diselaraskan,” tegas Edy Yusuf. Edy juga menambahkan bahwa keluhan-keluhan dari ormawa tersebut dikarenakan adanya ketidaksinkronan antara pihak SEMA dengan Dekanat serta sikap mahasiswa yang enggan memantau proposal kegiatan di Dekanat.

Peraturan ini adalah kesepakatan semua perwakilan dari setiap ormawa sudah selayaknya antar ormawa dapat saling bekerjasama. Dengan adanya sinkronisasi yang baik antara SEMA dan Dekanat akan menciptakan efisiensi dalam birokrasi fakultas. “Alur administrasi pengurusan proposal perlu diperbaiki menjadi lebih baik lagi agar kedepannya tidak membingungkan dan menjadi lebih efisien,” ujar Taufika. Bernadethe pun berharap waktu yang digunakan untuk melakukan revisi oleh SEMA atau Dekanat tidak bertambah lama. (gt)

Administrasi Baru, Mendisiplinkan atau Merumitkan?

Dari sisi fakultas agak ribetnya itu kan lebih banyak ke format nya, jadi format proposalnya. Kalau proposal itu judulnya tidak sesuai dengan yang diusulkan pada awal maka perlu

diselaraskan.-Edy Yusuf Agung Gunanto, Pembantu Dekan III FEB UNDIP-

Laporan Utama

sumber: bawaslu-jabarprov.go.id

Page 2: Kordents 5

Kordents. 5 Edisi 11 - 24 Mei 2015w w w. l p m e d e n t s. c o mKunjungi !

Pada tahun 1930an Presiden Amerika, Roosevelt menemukan konsep baru dalam pemerintahan untuk mengukur efektifitas sebuah pemerintahan. Konsep ini dinamakan New Deal, penyusunan langkah-langkah khusus selama seratus hari pertama ketika seorang presiden mulai menjabat. Konsep menarik ini sudah tersebar luas, tidak terkecuali di Indonesia. Langkah khusus yang dilakukan mendapat sorotan publik dengan topik utama perbedaan orientasi kebijakan dari pendahulunya. Seratus hari bukanlah hitungan hari yang lama dalam suatu pemerintahan, jika dibanding dengan masa jabatan yang mencapai lima tahun. Akan tetapi, seratus hari pertama telah berubah menjadi energi utama dan sumber stamina yang menggerakan seluruh komponen Negara dalam menjalankan kebijakan. Konsep ini juga telah menjadi semacam pencerdasan politik bagi publik untuk menilai keseriusan presiden dalam merealisasikan visi dan misinya. Poros Maritim dunia yang merupakan visi dari presiden sudah menjadi identitas pemerintahan. Dalam konteks Poros Maritim, apakah pemerintah sudah menaruh keseriusan dalam identitas yang dibuatnya, kita akan mencari jawaban dan solusinya.

Poros Maritim Dunia adalah menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur mencakup praktik dan proses pembangunan maritim di berbagai aspek, seperti politik, sosial-budaya, pertahanan, infrastruktur, dan ekonomi. Indonesia negara maritim terbesar di dunia. Sektor kelautan bisa menghasilkan seperempat APBN setara lima ratus triliun, namun belum dikelola dengan baik dan optimal. Harus dibangun armada dan keterampilan serta sentra industri pengolahan dan perdagangan berbasis komunitas kelautan di sedikitnya sepuluh wilayah (zona) maritim. Dari total wilayah Indonesia, 70%-nya merupakan wilayah perairan. Indonesia dengan total jumlah pulau mencapai 13.446 (Bakosurtanal, 2014)

Presiden Jokowi mengungkapkan ada lima pilar Poros Maritim, yaitu: membangun budaya maritim Indonesia, membangun kedaulatan pangan laut, pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, kerjasama luar negeri dengan menerapkan diplomasi maritim, dan pembangunan kekuatan pertahanan maritim. Langkah strategis yang diambil cukup memberi dampak dalam keberjalanan pemerintahan, yaitu membentuk Kemenko Kemaritiman yang menaungi Kementrian ESDM, KKP, Pariwisata, dan Perhubungan. Lima pilar yang disampaikan diakomodir oleh Kemenko Kemaritiman beserta seluruh jajaran Kementerian dan dibidang pertahanan dan keamanan diakomodir oleh pihak TNI, khususnya TNI AL. Namun, nampaknya belum ada satupun kementrian khususnya yang berada di bawah koordinasi Kemenko Kemaritiman yang menunjukan isyarat positif bahwa pembangunan identitas Indonesia mencapai titik keseriusan. Kementrian-kementrian masih belum bisa berjalan secara sinkron, karena belum mengerti bagaimana menerjemahkan gagasan Poros Maritim dalam ukuran

kebijakan-kebijakan yang sifatnya strategis dan sinergis. Ini adalah bentuk ketidakmampuan merawat harapan dan optimisme publik sepanjang New Deal, bahkan selepas New Deal pun pemerintah masih belum menunjukan etiket baik. Secara teoritis, hal ini akan menjadi beban tersendiri bagi pemerintah untuk melanjutkan kepemerintahan karena terdistorsinya kepercayaan publik.

Indonesia membutuhkan identitas. Poros Maritim yang dicanangkan oleh pemerintah menjadi jawaban dari pencarian identitas yang sejatinya sudah pantas di sandang sejak lama. Pengakuan atas identitas ini penting untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara. Poros Maritim menjadi angin segar di tengah kegersangan ide dan menjadi pelita digelapnya malam mengenai arah masa depan yang ingin dituju oleh Indonesia. Poros Maritim dapat dipahami sebagai sebuah doktrin, yang memberi arahan mengenai tujuan bersama dan sejatinya siapa kita. Doktrin ini lebih menekankan pada realitas geografis, geostrategis, dan geoekonomi Indonesia. Harapannya Poros Maritim yang dibuat oleh pemerintah tidak berhenti pada level abstraksi dan konseptualisasi. Gagasan itu menjadi operasional ketika platform pemerintah juga memuat sejumlah agenda konkret dalam pemerintahan kedepan. Dengan kata lain, gagasan Poros Maritim bagian penting dari agenda pembangunan nasional. Selain itu, peningkatan kekuatan Angkatan Laut berguna untuk menegakkan tertib hukum di perairan Indonesia dan menunjukkan keseriusan Indonesia terhadap perlindungan domain maritimnya. Kekuatan Angkatan Laut mungkin tidak menyelesaikan semua masalah, tapi perlindungan kepentingan nasional Indonesia di laut dan pencapaian poros maritim dunia dipastikan tidak akan terwujud tanpa penguatan Angkatan Laut dan seluruh unsur-unsur pendukung yang terkandung di dalamnya.

Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana strategi untuk mewujudkan gagasan Poros Maritim. Penting disadari, upaya mewujudkan visi Indonesia sebagai ”Poros Maritim Dunia” perlu proses dan waktu tidak singkat. New Deal diawal hanya sebagai pemanasan dan pembentukan pondasi pola dan langkah strategis dari pemerintah untuk bekerja selama mengemban amanah.

Namun, kita tidak boleh hanya terpaku pada perbincangan mengenai cita-cita dan New Deal, tetapi harus mulai bekerja membangun pondasi yang kuat bagi perwujudan cita-cita tersebut. Kerja untuk mewujudkan gagasan Poros Maritim perlu difokuskan. Kesiapan sumber daya manusia menjadi hal pertama. Kemudian dituangkan dalam determinasi untuk melakukan penguatan infrastruktur maritim. Fokus pada pembangunan infrastruktur ini harus sudah tertuang dalam rencana kerja agenda pembangunan. Pembangunan maritim perlu biaya yang besar. Sulit rasanya membayangkan semua itu dapat dilakukan oleh Indonesia secara mandiri, jika kita berbicara skala akselerasi dan keadaan terkini. Karena itu, Indonesia perlu menyusun kerangka kerja sama maritim bilateral maupun multilateral. Komunikasi bilateral telah

digulirkan. Tawaran Tiongkok membangun kerja sama dengan Indonesia menjadi jawaban, kerjasama ini terkait gagasan jalur sutra industri abad ke-21, dengan mengucurkan investasi dalam pembangunan pelabuhan khusus. Hal ini patut disambut dengan tangan terbuka. Asalkan dengan catatan, kita bukan hanya menjadi penyuplai bahan mentah, kemudian menjadi pasar konsumsi dari barang-barang jadi. Kita harus menjadi pengolah dari barang-barang mentah sendiri, membangun pabrik-pabrik dan sentra industri, menyiapkan alih teknologi dan membangun infrastruktur yang terkoneksi hingga pelosok negeri, serta siap menembus pasar ekspor dengan kepercayaan diri tinggi.

Pembangunan sektor industri maritim jika terealiasi akan membantu pertumbuhan ekonomi, terutama di kawasan Indonesia timur yang selama ini terabaikan. Secara umum, beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi di Indonesia cukup menjanjikan bila dibandingkan negara lain di kawasan Asia Pasifik, maupun di level global. Pada tahun 2012 ekonomi Indonesia tumbuh 6,23%, kemudian tahun 2013 sebesar 5,78% dan pada tahun 2014 sedikit melemah menjadi 5,01% (BPS, 2014). Angka ini terbilang cukup tinggi ditengah krisis ekonomi yang terjadi di berbagai belahan dunia pada kurun waktu 2008 - 2014. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini ditargetkan sebesar 5,7%. Indonesia memiliki potensi bahari yang sangat besar. Diantaranya, perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi kelautan, pariwisata bahari, hutan mangrove, dan sumberdaya alam pulau-pulau kecil. Total nilai ekonomi perikanan ini dianggap membuka lapangan kerja baru dan menjadi sumber pendapatan negara yang sangat besar dan mampu menumbuhkan ekonomi Indonesia. Sejak 69 tahun Indonesia merdeka kita belum bisa menentukan arah dan tujuan pembangunan secara pasti. Tapi setelah muncul identitas baru ini, arah pembangunan masa depan Indonesia semakin jelas, yaitu sebagai Poros Maritim dunia.

*Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Oseanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip (10 besar finalis esssay competition Edents Day)

Opini

POROS MARITIM DUNIA SEBAGAI IDENTITAS DAN ARAH PEMBANGUNAN INDONESIA

Oleh: Amir Yarkhasy Yuliardi*

Perayaan hari jadi Lembaga Pers Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, atau yang dikenal dengan Edents Day, tahun ini terselenggara dengan tema Be The Good Impact. “Di umur yg sudah ke-39 tahun ini, kami ingin lebih bermaanfaat lagi untuk mahasiswa, dosen, dan pastinya para pembaca berita kami,” ujar Samuel Petra Novianto selaku ketua panitia saat ditanyai mengenai pengusungan tema tersebut.

Edents Day kali ini dibagi menjadi 3 rangkaian acara utama. Pertama, launching majalah Edents Volume 1 Edisis XXII Mei 2015 dan produk terbaru LPM Edents, yakni Edents TV. Selanjutnya, ialah bedah majalah yang menghadirkan dua pembicara, yakni Sahala Hutabarat, selaku akademisi Fakultas Perikanan dan Kelautan Undip, dan Suwarno selaku Kepala Sub Direktorat Kelembagaan Kelautan dan Perikanan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Sahala, menyampaikan meteri mengenai tantangan dan peluang pembangunan lingkungan kelautan dan kemaritiman Indoneisa. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia sebenarnya merupakan negara kepulauan. Negara kepulauan ini merupakan anugerah dari Tuhan. Meski begitu, dengan kelebihan Indonesia menjadi negara kepulauan, hal ini berpotensi bahwa Indonesia dapat menjadi negara maritim. Hal tersebut bisa terjadi jika potensi dalam negara kepulauan ini dapat dioptimalkan sebaik mungkin.

Sementara itu, pembicara kedua, Suwarno membahas tentang strategi guna menjadikan Indonesia sebagai negara poros maritim. Dalam penyampainya ia mengatakan bahwa kunci poros maritim sebenarnya bukan lautnya, tetapi ekonomi politik. Pada dasarnya kemajuan kemaritiman tergantung pada komitmen untuk

membangun. Sebab, sebenarnya perkembangan komitmen pemerintah tiap periode di bidang kemaritiman itu semakin kompleks.

Kemudian, acara yang ketiga ialah pengumuman pemenang kompetisi esai. Juara I dimenangkan oleh Akhmat Fauzi Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan judul esai ”Merancang Pembangunan Pelabuhan Laut Dalam Demi Membangun Peran Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”. Sedangkan juara II diraih oleh Fawaz Muhammad Sidiqi dari Ilmu Kelautan Undip dengan judul esai “Menjemput Takdir Menjadi Poros Maritim Dunia.

Hal inilah yang membedakan Edents Day tahun 2015 dengan yang sebelumnya. Tahun ini, terselenggara pula kompetisi esai dengan tema yang selaras dengan majalah, yakni Indonesia menuju Poros Maritim Dunia. Kompetisi ini terbuka untuk semua mahasiswa dari Universitas yang ada di seluruh Indonesia.

Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan Edents Day ke-39. Menurut Petra, manajemen waktu yang tidak sesuai dengan rencana awal menjadi salah satu kendala dalam terselenggaranya acara tersebut. Selain itu, menurut salah satu peserta, Muhammad Fajri, (Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 2014) ada ketimpangan antara pembicara satu dengan pembicara dua. “Ketika pembicara 2 mengisi materi, kualitasnya sangat timpang dan itu diletakkan setelah pembicara 1 mengisi dengan bersemangat jadi seolah-olah pembicara 2 tertelan oleh penyampaian pembicara 1,” jelas Fajri.

Terlepas dari kendala yang dihadapi, Petra berharap di umur yang sudah ke 39 tahun LPM Edents bisa lebih baik lagi dari tahun–tahun sebelumnya. Semoga dengan adanya Edents TV nama LPM Edents bisa lebih dikenal lagi oleh orang–orang dan berita–berita yang disampaikan tetap independen, kritis, dan lebih menarik lagi untuk dibaca. Sementara untuk peserta, Petra berharap ilmu yang didapat dari acara ini tidak hanya disimpan untuk dirinya sendiri, melainkan juga bisa dibagikan kepada teman–temannya yang tidak ikut acara. “Bisa makin bersuara aja ya di dunia pers mahasiswa. Harapannya bisa menjadi penggerak untuk event-event seperti ini, untuk peduli dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang perlu banyak dikritisi,” harap Alexander Hasan, salah satu finalis 10 besar kompetisi esai LPM Edents. (gt)

LPM Edents Rayakan Ulang Tahun ke-39Kabar Kampus

Di umur yg sudah ke- 39 tahun ini, kami ingin lebih bermaanfaat lagi untuk mahasiswa, dosen, dan

pastinya para pembaca berita kami.-Samuel Petra Novianto-

lemustar47.wordpress.com