kontekstualisasi ayat-ayat syifa’ dalam al-qur’an di...

120
KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI MASA PANDEMI (APLIKASI TEORI DOUBLE MOVEMENT FAZLUR RAHMAN) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Fahmi Efendi NIM. 53020160047 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2020

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

61 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM

AL-QUR’AN DI MASA PANDEMI

(APLIKASI TEORI DOUBLE MOVEMENT FAZLUR

RAHMAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Fahmi Efendi

NIM. 53020160047

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020

Page 2: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fahmi Efendi

NIM : 53020160047

Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Program Studi : Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Kontekstualisasi Ayat-Ayat Syifa’

Dalam Al-Qur’an di Masa Pandemi (Aplikasi Teori Double Movement Fazlur

Rahman)” adalah benar-benar merupakan hasil penelitian/karya saya sendiri,

kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya berdasarkan kode etik ilmiah,

dan bebas dari plagiarisme. Jika kemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme,

maka saya siap ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Salatiga, 14 Oktober 2020

Yang menyatakan,

Fahmi Efendi

Page 3: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Fahmi Efendi

NIM : 53020160047

Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Program Studi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Judul : Kontekstualisasi Ayat-Ayat Syifa’ Dalam Al-Qur’an

di Masa Pandemi (Aplikasi Teori Double Movement

Fazlur Rahman)

Telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

Salatiga, 14 Oktober 2020

Pembimbing,

Dr. M. Ghufron, M.Ag.

Page 4: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

iv

Page 5: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Dahulu, Impian yang kutulis adalah sekedar tinta berwujud tulisan di atas kertas.

Kini, apa yang ada di kertas itu talah aku jalani dan rasakan.

Dari sana aku percaya Tuhan Maha Tau, sampai pada titik terdalam hatiku.

Jadi, Jangan pernah takut bermimpi kawan! Jalani saja seperti petualangan.

PERSEMBAHAN

Untuk Ibu, Bapak dan Adik Tercinta.

Untuk Kakung yang telah mengajariku Alif, Ba, Ta yang telah berpulang

kehadapan Tuhan Yang Maha Baik ketika aku menyelesaikan skripsi ini.

Untuk Dosen-dosen, Guru-guru, Sahabat-sahabat tercinta.

Untuk kampus, fakultas dan prodiku yang telah menyediakan asupan petualangan

teramat menyenangkan.

Untuk mereka yang telah melengkapi kisah perjalanaku selama menempuh dunia

perkuliahan ini.

Untuk manusia-manusia kaya akan keyakinan impian dan tekad yang aku temui

dalam perjalananku menuntut ilmu, bekerja, berorganisasi, pengabdian,

menjalani hobi, dan cinta. Yang tidak dapat aku sebut satu persatu namanya.

Page 6: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis curahkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “Kontekstualisasi Ayat-Ayat Syifa’

dalam Al-Qur’an di Masa Pandemi (Aplikasi Teori Double Movement Fazlur

Rahman)”. Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW. Sang tokoh revolusioner umat Islam yang telah membimbing

umat dari zaman jahiliah menuju zaman kegemilangan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Strata I (SI) sebagai mahasiswa semester akhir di IAIN Salatiga. Skripsi ini penulis

susun dengan segala keterbatasan ditengah pandemi yang sedang merebak di

seluruh dinia yang membatasi akses dan gerak dari tiap-tiap individu. Terimakasih

yang sebesar besarnya penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan draft ini secara utuh. Semoga Allah membalasnya dengan lipatan

ganda yang lebih. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Zakiyudin, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga beserta staf

jajarannya.

2. Dr. Benny Ridwan, M. Hum selaku dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan

Humaniora.

3. Ibu Tri Wahyu Hiyati, M.Ag selaku Kepala Program Studi Ilmu Al Qur’an

dan Tafsir yang telah memberi motivasi dan dorongannya.

Page 7: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

vii

4. Dr. M. Ghufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

bersedia memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar dalam proses

penulisan skripsi ini.

5. Bapak Farid Hasan, S.TH.I., M. Hum. Selaku dosen pembimbing akademik

yang telah mengarahkan dan banyak memberi saran masukan bermanfaat

selama penulis menjalani perkuliahan.

6. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora yang telah ikhlas

memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis duduk di bangku

perkuliahan ini.

7. Bapak dan Ibu tercinta yang tak henti-hentinya mencurahkan do’a-do’a

terindahnya kepada anak-anaknya serta dukungan materi yang tulus ikhlas

mereka upayakan. Semoga lelah kalian menjadi sumber pahala yang tak

terhitung nilainya dihadapan Allah swt. dan Allah swt. tempatkan kalian di

tempat terindah-Nya.

8. Untuk mbah kakung yang selalu kuingat senyumnya, mbah putri, adik

tercinta, dan segenap keluarga besar, terimakasih atas do’anya. Semoga

penulis dapat menjadi pribadi yang dapat membahagiakan keluarga besar.

9. Untuk sahabat dan teman-teman tercinta, rekan-rekan organisasi di PSHT,

PC IPNU-IPPNU Magelang, DPK KNPI Kec. Grabag, PMII, REMAJA

MASJID AT-TAQWA dan Pengurus Masjid At-Taqwa Salatiga, yang telah

memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

viii

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya, yang

pernah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik langsung

atau tidak langsung.

Jazakumullah bi ahsanil jaza’ atas segalanya. Demikianlah ucapan terima

ksih ini penulis sampaikan. Semoga dengan adanya karya tulis ini bisa memberikan

manfaat bagi penulis dan khususnya bagi para pembaca semuanya.

Salatiga, 14 Oktober 2020

Penulis,

Fahmi Efendi

Page 9: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

ix

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library research)

yang mengkaji ayat-ayat Syifa’ dalam Al-Qur’an dengan menggunakan teori

Double Movement dari Fazlur Rahman. Tulisan ini terinspirasi karena adanya

pandemi/wabah penyakit yang merebak diseluruh dunia. Sehingga tujuan dari

penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana Al-Qur’an

mengenalkan dirinya sebagai Syifa’ dan perannya dalam memberi solusi terhadap

masalah yang dihadapi manusia.

Dengan menganalisis menggunakan jenis metode deskriptif kualitatif,

Fokus penelitian ini terlebih dahulu menggali makna Syifa’ dalam Al-Qur’an

menurut beberapa pendapat para ahli. Setelah diketahui maknanya, kemuadian

penulis menyajikan beberapa ayat Al-Qur’an yang membahas tentang Syifa’. Hal

tersebut dilakukan guna mengetahui asbab an-nuzul ayat dan maksud Al-Qur’an

sebagai obat/Syifa’. Selanjutnya adalah menerapkan metode Double Movement

untuk memahami ayat-ayat Syifa’ dengan berpegang pada pemahaman historis yang

ada.

Sehingga dengan langkah tersebut, penulis dapat memperoleh hasil dari

penelitian ini yang membuktikan bahwa Al-Qur’an dapat berfungsi sebagai

obat/Syifa’ di tengah situasi pandemi ini. Di mana ketakutan, kehawatiran, dan

kecemasan yang berlebih justru memperentan manusia terpapar virus dan penyakit.

Al-Qur’an hadir ditengah kondisi itu dan mampu menjadi sumber pemasok sitem

imun yang dapat melindungi manusia dari paparan virus yang menyerang manusia

sehingga dapat mengantar manusia pada keadaan sehat, baik jiwanya ataupun

raganya. Sesuai dengan apa yang dikabarkan dalam ayat-ayat Syifa’.

Kata kunci: Pandemi, Syifa’, Teori Double Movement

Page 10: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf Arab ke huruf

Latin yang digunakan adalah hasil Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 atau Nomor 0543

b/u 1987, tanggal 22 Januari 1988, dengan melakukan sedikit modifikasi untuk

membedakan adanya kemiripan dalam penulisan.

A. Penulisan huruf :

No Huruf Arab Nama Huruf Latin

Alif Tidak dilambangkan ا .1

Ba’ B ب .2

Ta T ت .3

ṡa ṡ ث .4

Jim J ج .5

Ḥa ḥ ح .6

Kha Kh خ .7

Dal D د .8

\z\al z ذ .9

Ra R ر .10

Za Z ز .11

Sin S س .12

Syin Sy ش .13

Ṣad ṣ ص .14

Ḍad ḍ ض .15

Ṭa’ ṭ ط .16

Ẓa ẓ ظ .17

ain ‘ (koma terbalik di atas)‘ ع .18

Page 11: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

xi

Gain G غ .19

Fa’ F ف .20

Qaf Q ق .21

Kaf K ك .22

Lam L ل .23

Mim M م .24

Nun N ن .25

Wawu W و .26

Ha’ H ه .27

Hamzah ‘ (apostrof) ء .28

Ya’ Y ي .29

B. Vokal:

Fathah Ditulis “ a “

Kasroh Ditulis “ i “

Dhammah Ditulis “ u “

C. VOKAL PANJANG:

+ا Fathah + alif Ditulis “ a> “ جاهلية Ja>hiliyah

+ى Fathah + alif

Layin Ditulis “ a> “ تنسى Tansa>

+ي Kasrah +ya’

Mati Ditulis “ i> “ حكيم Haki>m

+و Dlammah +

wawu mati Ditulis “ u> “ فروض Furu>d

D. Vokal rangkap:

Page 12: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

xii

+ي Fathah + ya’

mati Ditulis “ ai “ بينكم Bainakum

+و Fathah +

wawu mati Ditulis “ au “ قول Qaul

E. Huruf rangkap karena tasydid ( ) ditulis rangkap:

Iddah‘ عد ة “ Ditulis ” dd د

Minna من ا “ Ditulis “ nn ن

F. Ta’ Marbuthah:

1. Bila dimatikan ditulis h :

Hikmah حكمة

Jizah جزية

(ketentuan ini tidak berlaku untuk kata-kata bahasa arab yang sudah

diserap kedalam bahasa indonesia)

2. Bila Ta’ Marbuthah hidup atau berharakat maka ditulis t :

Zaka>t al-fiṭr زكاةالفطر

Ḥaya>t al-insa>n حياةالانسان

G. Vokal pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan Apostrof (‘)

A’antum أأنتم

U’iddat أعد د

La’insyakartum لئن شكرتم

H. Kata sandang alif +lam

Al-qamariyah القران al-Qur’a>n

Page 13: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

xiii

Al-syamsiyah السماء al-sama>’

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat:

Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

Z|awi al-furu>d ذوي الفروض

السن ةأهل Ahl al-sunnah

Page 14: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

xiv

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. iii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................................ xiv

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan masalah ........................................................................ 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 13

D. Kajian pustaka ................................................................................................... 15

E. Metode penelitian ............................................................................................... 18

F. Sistematika penulisan ........................................................................................ 21

BAB II ............................................................................................................................. 23

KAJIAN TEORI TAFSIR FAZLUR RAHMAN ......................................................... 23

A. Riwayat Hidup Fazlur Rahman ........................................................................ 23

1. Masa Berkiprah Di Pakistan ............................................................................. 25

2. Masa Berkiprah di Chicago .............................................................................. 27

B. Tanggapan Kritis Fazlur Rahman Terhadap Metode Tafsir Klasik .............. 28

C. Karya-Karya Fazlur Rahman ........................................................................... 31

D. Teori Double Movement Fazlur Rahman .......................................................... 37

BAB III ........................................................................................................................... 46

KAJIAN AYAT-AYAT SYIFA’ .................................................................................... 46

A. Pengertian Syifa’ Secara Umum ....................................................................... 46

Page 15: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

xv

B. Kajian Ayat-Ayat Syifa’ Dalam Al-Qur’an, Asbab al-Nuzul, Serta

Penjelasannya Dalam Kitab Tafsir ........................................................................... 50

1. Surat Al-Isra’ (17): 82 .................................................................................... 50

2. Surat An-Nahl (16): 69 ................................................................................... 56

3. Surat Yunus (10): 57 ...................................................................................... 62

4. Fushshilat, (41): 44 ......................................................................................... 65

5. Asy-Syu’ara’ (26): 80 ..................................................................................... 68

6. At-Taubah (14): 14 ......................................................................................... 73

BAB IV ............................................................................................................................ 79

APLIKASI TEORI DOUBLE MOVEMENT TERHADAP AYAT-AYAT SYIFA’ .. 79

A. Relevansi Ayat-Ayat Syifa’ Dalam Konteks Masa Sekarang .......................... 79

B. Penerapan Tehnik-Metodik ............................................................................... 80

C. Kontekstualisasi Ayat-Ayat Syifa’..................................................................... 87

BAB V ............................................................................................................................. 96

PENUTUP ...................................................................................................................... 96

A. KESIMPULAN ................................................................................................... 96

B. SARAN ................................................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 100

Page 16: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kajian terhadap Al-Qur’an dari berbagai segi, terutama segi

penafsirannya selalu menunjukan perkembangan yang cukup signifikan,

sejak diturunkannya Al-Qur’an hingga sekarang ini. Munculnya berbagai

penafsiran atasnya dan karya-karya tafsir yang sarat dengan berbagai ragam

metode maupun pendekatan, merupakan bukti bahwa upaya untuk

menafsirkan Al-Qur’an memang tidak pernah berhenti. Hal ini merupakan

keniscayaan sejarah, sebab umat islam pada umumnya ingin senantiasa

menjadikan Al-Qur’an sebagai “mitra dialog” dalam menjalani kehidupan

dan mengembangkan peradaban. Proses dialektika antara teks yang terbatas

dan konteks yang tak terbatas itulah yang sesungguhnya menjadi pemicu

dan pemacu bagi perkembangan penafsiran Al-Qur’an.1

Desakan arus modernisasi dan globalisasi pada setiap dimensi

kehidupan manusia harus diakui telah membawa berbagai konsekuensi yang

harus ditanggung oleh peradaban modern manusia. Di samping

menawarkan berbagai kenikmatan (Seductive life) materiel dan fisik,

modernisasi juga telah memberikan efek negatif, yaitu dislokasi kejiwaan,

disorientasi kejiwaan (kehilangan pegangan hidup karena runtuhnya nilai-

1 Amin Abdullah dalam kata pengantar buku Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir: Peta

Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta: Nun Pustaka,

2013), V.

Page 17: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

2

nilai fundamental), alienasi (keterasingan), dan deprivatisasi relatif

(perasaan tersingkir). Semua persoalan tersebut tentunya memerlukan

respons dari umat Islam dan mencari solusinya. Pada sisi inilah, selayaknya

umat Islam kembali mengkaji dan mengkontekstualisasikan Al-Qur’an,

agar nilai-nilainya dapat menjadi solusi dari persoalan kemanusiaan dan

peradaban.2

Dalam Islamic Studies atau Dirasah Islamiyah, kajian terhadap

penafsiran Al-Qur’an oleh sebagian orang kadang dianggap sebagai ilmu

yang telah matang dan gosong. Padahal kenyataan sejarah membuktikan

bahwa tafsir itu selalu berkembang seiring dengan derap langkah

perkembangan peradaban dan budaya manusia. Tafsir sebagai sebuah hasil

dari dialektika antara teks yang statis dan konteks yang dinamis memang

mau tidak mau harus mengalami perkembangan dan bahkan perubahan.

Sebab hal itu merupakan konsekuensi logis dari diktum yang dianut oleh

umat Islam bahwa Al-Qur’an itu shalih li kulli zaman wa makan.3

Keyakinan terhadap diktum ini setidaknya dilatarbelakangi oleh beberapa

pandangan “Tradisional” brikut. Pertama, Umat Islam meyakini betul

bahwa Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan sebagagai

petunjuk bagi manusia akhir zaman, sehingga Al-Qur’an diturunkan hingga

akhir zaman. Kedua, Al-Qur’an diyakini sebagai mukjizat abadi karena Al-

Qur’an memiliki keunggulan yang selalu mampu melemahkan para

2 Yayan Rahtikawati dan Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir Al-Qur’an: Strukturalisme,

Semantik, Semiotik, dan Hermeneutik (Bandung: Pustaka setia,2013), 8. 3 Amin Abdullah dalam kata pengantar buku Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir: Peta

Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Kontemporer..., Xi.

Page 18: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

3

penentangnya (orang-orang yang meragukan dan menolaknya) pada setiap

waktu dan tempat. Ketiga, Beberapa hasil penelitian dan karya ilmiah, baik

yang dibuat oleh kalangan muslim maupun nonmuslim menunjukkan bahwa

Al-Qur’an memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan kitab suci

lainnya. Hal ini semakin mengukuhkan keyakinan sebagian umat Islam

terhadap diktum trsebut.4

Seperti yang telah kita ketahui pada awal tahun 2020, covid-19

menjadi masalah kesehatan dunia. Kasus ini diawali dengan informasi dari

Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) pada tanggal

31 Desember 2019 yang menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia

dengan etiologi yang tidak jelas di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Kasus ini terus berkembang hingga adanya adanya laporan kematian dan

terjadi importasi di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO

menetapkan covid-19 sebagai Public Health Emergency of International

Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan

Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Januari 2020, WHO resmi menetapkan

penyakit novel coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus

Disease (COVID-19). Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia telah

melaporkan 2 kasus konfirmasi covid-19. Pada tanggal 11 Maret 2020,

WHO sudah menetapkan covid-19 sebagai pandemi.5

4 Yayan Rahtikawati dan Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir Al-Qur’an: Strukturalisme,

Semantik, Semiotik, dan Hermeneutik..., 9. 5 Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Pedoman Pencegahan Dan

Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19), (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:

Maret, 2020). 4.

Page 19: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

4

Pemerintah melalui gugus tugas percepatan penanganan covid-19

kembali memperbarui soal data jumlah pasien virus corona di Indonesia

pada selasa (7/7/2020). Juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19,

Ahmad Yurianto, mengatakan hari ini kasus baru bertambah lebih dari

1.200 orang. “Covid-19 terkonfirmasi sebanyak 1.268 orang sehingga

menjadi total kasus positif sebanyak 66.226 orang,” ujar Yurianto dalam

siaran BNPB, Senin (6/7/2020). Yuri juga mengatakan penambahan kasus

sembuh hari ini mencapai 866 pasien. Sehingga total kasus sembuh

sebanyak 30.785 orang. “sementara jumlah yang meninggal dunia menjadi

3.309 orang setelah penambahan 39 orang” pungkasnya. Seperti deketahui,

pada senin (5/7/2020) kemarin, kasus positif covid-19 total ada sebanyak

64.958 kasus. Sementara, jumlah pasien sudah sembuh menjadi 29.910

orang. Adapun total pasien meninggal dunia sejumlah 3.241 orang.6

Cara kerja virus ini adalah dengan menyerang sistem pernapasan.

Virus corona dapat menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan,

infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. covid-19 ini dapat

menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu

hamil, maupun ibu menyusui. Seseorang dapat tertular virus ini dengan

berbagai cara, antara lain yaitu dengan tidak sengaja menghirup percikan

ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19 batuk atau bersin.

Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah

6 Reza Deni, “Update: Tambahan Kasus Positif Covid-19 per 7 Juli sebanyak 1.269 orang”,

dalam https://www.tribunnews.com/corona/2020/07/07/update-tambahan-kasus-positif-covid-19-

per-7-juli-sebanyak-1268-orang, diakses 8 juli 2020.

Page 20: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

5

menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita covid-19 dan

kontak jarak dekat dengan penderita covid-19.7

Harapan umat manusia untuk menghentikan pandemik virus corona

adalah penemuan vaksin yang dapat memberikan imunitas atas virus

tersebut. Berbagai negara berlomba melakukan penelitian untuk

menemukan obat dan vaksin yang efektif. Kalaupun vaksin tersebut berhasil

ditemukan belum tentu akan lolos dari semua prosedur uji coba, atau efektif

digunakan oleh seluruh umat manusia. Untuk melindungi diri dari paparan

virus corona, masyarakat dunia telah menjalankan langkah pencegahan

yang utama. Antara lain dengan berdiam diri dirumah, menjaga jarak

dengan orang lain, hingga rajin mencuci tangan. Selain langkah pencegahan

yang utama ini, selama vaksin belum ditemukan, satu hal yang krusial untuk

dilakukan adalah menjaga sistem imun atau daya tahan tubuh agar tetap

sehat. Dan pendekatan agama diyakini sebagai salah satu alternatif untuk

meningkatkan imunitas.8

Allah mengutus Rasullullah untuk menyampaikan ajaran-ajaran Al-

Qur’an agar manusia bisa selamat hidup di dunia dan akhirat kelak. Tidak

ada satupun ajaran-ajaran Al-Qur’an yang luput dari persoalan hidup

manusia. Oleh sebab itu, tidak heran jika Al-Qur’an bisa dijadikan pedoman

hidup. Berbagai persoalan dikupas tuntas di dalam Al-Qur’an. Mulai dari

7 Ari Fadli, “Mengenal Covid-19 dan Penyebabnya Dengan “Peduli Lindungi” Aplikasi

Berbasis Android,” dalam https://www.researchgate.net/publication/340790225, diakses 17 Juli

2020. 8 Muchlish M Hanafi, “Qur’anic Immunity”, Webinar Prospek dan Tantangan Al-Qur’an

Sebagai Obat Di Masa Pandemi (Salatiga: IAIN Salatiga, Rabu 10 Juni 2020).

Page 21: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

6

masalah keimanan, ekonomi, keluarga, hingga masalah kesehatan. Al-

Qur’an sebagai wahyu Allah yang membawa kabar gembira, tentu sangat

relevan untuk menjawab persoalan-persoalan semacam itu. Ajaran-ajaran

Islam yang terkandung dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an sejatinya ingin

membebaskan kita dari beban hidup yang menimbulkan gangguan fisik

maupun psikologis. Hanya saja, masih banyak yang belum menyadari akan

hal itu.9

Islam itu adalah agama rahmat, tidak ada Islam yang tidak ada

rahmat. Karena itu, Islam yang qur’ani adalah Islam yang menjadi rahmat

dan “Islam” yang tidak menjadi rahmat bukanlah Islam yang sesuai dengan

ideal kitab suci itu, sehingga berarti Al-Qur’an juga Hadis yang menjadi

dasarnya itu adalah bangunan rahmat, bukan sekedar bangunan kalimat,

kata dan huruf-huruf. Dengan demikian, paradigma Islam yang qur’ani itu

bukan Islam sebagai agama asing yang sama sekali bebeda dari agama dan

budaya lain, sehingga umat Islam harus berbeda dari umat-umat yang lain

dalam segala hal.10

Turunan berikutnya adalah dimana Al-Quran sebagai Syifa’

merupakan sisi penilaian yang bermakna dua sisi. Pertama, Al-Qur’an

menunjukkan makna Syifa’ sebagai petunjuk kepada makna umum, dan

yang Kedua, sebagai petunjuk kepada makna khusus. Makna pertama

memberi gambaran tentang seluruh isi Al-Qur’an secara maknawi, surat-

9 Ahmad Faidi, Ayat-Ayat Syifa’: Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis (Salatiga: LP2M

IAIN Salatiga, 2018), iii. 10 Umar Latif, “Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat dan Obat Penawar (Syifa’) Bagi

Manusia”, Jurnal Al-Bayan, Vol.21 , No. 30, (Juli-Desember 2014): 78.

Page 22: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

7

surat, ayat-ayat maupun huruf-hurufnya memiliki potensi penyembuh atau

obat, dan sesuai dengan firman Tuhan Swt dalam surat Yunus ayat 57

sebagai berikut:

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang

kepadamu suatu pelajaran dari Tuhanmu, dan penyembuh segala

penyakit yang ada di dalam dada,dan petunjuk serta rahmat bagi

orang-orang yang beriman.”11

Penyebutan kata “dada” diartikan dengan hati, dan hal itu

menunjukkan bahwa wahyu-wahyu Ilahi itu berfungsi menyembuhkan

penyakit-penyakit ruhani, seperti: ragu, dengki maupun takabur. Di dalam

Al-Qur’an, hati ditunjukkan sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan

benci, berkehendak dan menolak. Bahkan hati dinilai mampu melahirkan

ketenangan ataupun kegelisahan. Adapun pada makna berikutnya, di mana

kata Syifa’ secara khusus yang dimaksud dalam Al-Qur’an hanya sebagian

ayat atau surat yang menggambarkan tentang obat dan penyembuh bagi

hambanya, dan ini sesuai dengan surat al-Isra’ ayat 82 yang bunyinya

sebagai berikut:

Artinya: “Dan kami menurunkan sebagian dari Al-Qur’an

sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”12

Berdasarkan pemaparan di atas, telah kita ketahui bahwa fungsi Al-

Qur’an salah satunya adalah sebagai Syifa’ atau obat penyembuh bagi yang

sakit. Namun yang menjadi menarik untuk selanjutnya dibahas secara lebih

11 Ibid., 78 12 Ibid., 82.

Page 23: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

8

mendalam adalah ketika masa pandemi ini, dimana Al-Qur’an dapat

menjalankan perannya sebagai Syifa’ bagi umat manusia. tentu untuk dapat

menjawab itu dibutuhkan penafsiran atau pemaparan yang sesuai dengan

konteks yang terjadi saat ini.

Para ulama terdahulu telah memiliki suatu metodologi sebagai suatu

upaya mendialogkan Al-Qur’an dan Hadis dalam konteks mereka. Akan

tetapi ketika suatu metode itu dibawa kepada konteks yang berbeda, metode

itu bisa jadi tidak mampu lagi mendialogkan keduanya sebagaimana

kebutuhan konteks yang baru. Bahkan langkah mundur jika problem-

problem kontemporer dewasa ini dipecahkan dengan metode orang-orang

dulu yang jelas berbeda dengan problem saai ini. Hal tersebut sudah tentu,

menuntut adanya metode penafsiran baru yang sesuai dengan

perkembangan situasi sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan peradaban

manusia. dan ini menurut Amin Abdullah merupakan solusi untuk

menjembatani kebuntuan dan krisis Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang kurang

relevan dengan konteks dan semangat zaman sekarang ini.13

Salah satu metode penafsiran baru yang akan penulis angkat pada

tulisan ini adalah sebuah metode yang dicetuskan atau ditawarkan oleh

Fazlur Rahman, seorang pemikir dan tokoh intelektual Islam kontemporer

yang terkemuka, lahir di Pakistan pada tahun 1919 M. Kepiawaiannya

tercermin dari gagasan-gagasan yang di apresiasikan dalam sejumlah buku

13 Mukhamad Saifunnuha, “Aplikasi Teori Penafsiran ‘Double Movement’ Fazlur Rahman

Sebagai Upaya Kontekstualisasi Ayat-Ayat Qital Dalam Al-Qur’an”, Skripsi (Salatiga: Program

Sarjana IAIN Salatiga, 2018), 20.

Page 24: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

9

dan artikel, mulai dari persoalan filsafat, teologi, mistik, yang tidak syak

lagi, membutuhkan penafsiran baru terhadap kandungan Al-Qur’an.

Tantangan kehidupan moderen dan kontemporer mengharuskan Fazlur

Rahman untuk berfikir keras dalam menemukan preskripsi demi mengatasi

masalah-masalah kehidupan yang muncul, menyadarkannya untuk

mengkaji ulang beberapa pandangan yang baku di kalangan umat Islam,

tetapi tidak akomodatif bahkan “sulit” diaplikasikan dalam masyarakat.

Fazlur Rahman memandang perlu diupayakannya reinterpretasi Al-Qur’an.

Dalam hal ini, beliau menawarkan metode tafsir kontemporer yang berbeda

dengan metode-metode tafsir era sebelumnya. Metode tafsir yang memiliki

nuansa “unik” dan menarik untuk dikaji secara intensif, yaitu metode yang

populer dengan nama “Double Movement” (Gerakan Ganda).14

Menurut Fazlur Rahman, ayat-ayat Al-Qur’an tidak bisa dipahami

secara literal (harfiah) begitu saja sebagaimana yang dipahami oleh para

mufassir klasik. Baginya, memahami Al-Qur’an dengan cara mengambil

makna harfiahnya tidak saja akan menjauhkan seseorang dari petunjuk yang

ingin diberikan oleh Al-Qur’an, namun lebih jauh lagi, merupakan upaya

pemerkosaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri. Bagi Rahman, pesan

yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh Al-Qur’an bukanlah makna

yang ditunjukkan oleh ungkapan harfiah suatu ayat, melainkan nilai moral

yang ada “di balik” ungkapan literatur tersebut. Oleh karenanya, ayat-ayat

14 Rodiah, dkk, Studi Al-Qur’an Metode dan Konsep (Yogyakarta: eLSAQ Press,2010), 2-

3.

Page 25: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

10

Al-Qur’an harus lebih dipahami dalam kerangka pesan moral yang

dikandungnya. Untuk mengetahui pesan moral sebuah ayat Al-Qur’an,

Rahman memandang penting situasi dan kondisi historis yang

“melatarbelakangi” pewahyuan ayat-ayat Al-Qur’an. Situasi dan kondisi

historis ini bukan hanya sekedar apa yang dikenal dalam ilmu tafsir sebagai

Asbāb al-Nuzul, tetapi jauh lebih luas dari itu. Bagi Rahman ayat-ayat Al-

Qur’an adalah pernyataan moral, religius dan sosial Tuhan untuk merespon

apa yang terjadi dalam masyarakat. Ayat-ayat tersebut menurut Fazlur

Rahman memiliki apa yang disebut sebagai “ideal moral” yang harus

dijadikan acuan untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an.15

Sebagaimana dikemukakan di atas, metode tafsir yang ditawarkan

Fazlur Rahman adalah merupakan proses penafsiran Al-Qur’an yang

bermuara pada gerakan ganda. Yakni, dari situasi kontemporer menuju era

Al-Qur’an di turankan, lalu kembali lagi ke masa sekarang. Elaborasi

definitif metode gerakan ganda ini adalah sebagai berikut:

Gerakan pertama, bertolak dari situasi kontemporer menuju ke era

Al-Qur’an diwahyukan, dalam pengertian bahwa perlu dipahami arti atau

makna dari sesuatu pernyataan dengan cara mengkaji situasi atau problem

historis di mana pernyataan Al-Qur’an tersebut hadir sebagai jawaban.

Dengan kata lain, memahami Al-Qur’an sebagai suatu totalitas di samping

sebagai ajaran-ajaran spesifik yang merupakan respon terhadap situasi-

15 Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode

Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta: Nun Pustaka, 2013), 104-105.

Page 26: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

11

situasi spesifik. Kemudian, respon-respon yang spesifik ini digeneralisir dan

dinyatakan sebagai pernyataan-pernyataan yang mempunyai tujuan-tujuan

moral umum yang dapat “disaring” dari ayat-ayat spesifik yang berkaitan

dengan latar belakang sosio historis dan ratio legis yang diungkapkan.

Selama proses ini, perhatian harus diberikan pada arah ajaran Al-Qur’an

sebagai suatu totalitas sehingga setiap arti atau makna tertentu yang

dipahami, setiap hukum yang dinyatakandan setiap tujuan atau sasaran yang

diformulasikan akan bertalian dengan lainnya. Ringkasnya, pada gerakan

pertama ini, kajian diawali dari hal-hal yang spesifik dalam Al-Qur’an,

kemudian menggali dan mensistematisir prinsip-prinsip umum, nilai-nilai

dan tujuan jangka panjangnya.16

Selanjutnya, gerakan kedua, dari masa Al-Qur’an diturunkan

(setelah menemukan prinsip-prinsip umum) kembali lagi ke masa sekarang.

Dalam pengertian bahwa ajaran-ajaran (prinsip) yang bersifat umum

tersebut harus ditubuhkan dalam konteks sosio historis yang konkrit di masa

sekarang. Untuk itu perlu dikaji secara cermat situasi sekarang dan dianalisa

unsur-unsurnya sehingga situasi tersebut bisa dinilai dan diubah sejauh yang

dibutuhkan serta ditetapkan prioritas-prioritas baru pula. Gerakan kedua ini

juga akan berfungsi sebagai pengoreksi hasil-hasil dari pemahaman dan

penafsiran yang dilakukan pada gerakan pertama. Kerena jika hasil-hasil

pemahaman itu tidak bisa diterapkan pada situasi sekarang, itu artinya telah

terjadi kegagalan dalam menilai situasi sekarang dengan tepat atau

16 Rodiah, dkk, Studi Al-Qur’an Metode dan Konsep.., 11.

Page 27: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

12

kegagalan dalam memahami Al-Qur’an. Karena, adalah mustahil bahwa

sesuatu yang dulunya bisa dan sungguh-sungguh telah terealisir dalam

tatanan secara spesifik (masyarakat Arab) di masa lampau tidak bisa

direalisasikan dalam konteks sekarang. Ini dilakukan dengan jalan

mempertimbangkan perbedaan “dalam hal-hal spesifik yang ada pada

situasi sekarang” yang mencakup baik pengubahan aturan-aturan di masa

lampau sehingga selaras dengan tuntutan situasi sekarang (sejauh tidak

melanggar prinsip-prinsip umum di masa lampau) maupun mengubah

situasi sekarang sepanjang diperlukan hingga sesuai dengan prinsip-prinsip

umum tersebut.17

Dengan metode analisis yang digagas oleh Fazlur Rahman, yaitu

metode Double Movement, penulis memiliki keyakinan bahwa ayat-ayat

Syifa’ dalam Al-Qur’an atau fungsi Al-Qur’an sebagai Syifa’ itu dapat

dipahami dan diambil manfaatnya lebih jauh lagi sesuai dengan keadaan di

masa sekarang, karena dalam teorinya tersebut, Rahman senantiasa ingin

mendialogkan Al-Qur’an dan Hadis yang sifatnya terbatas dengan konteks

perkembangan dan permasalahan zaman yang selalu dinamis dan tidak

terbatas. Termasuk upaya untuk menggali solusi ditengah pandemi penyakit

yang sedang berlangsung saat ini.

B. Batasan dan Rumusan masalah

Untuk menghindari pembahasan yang melebar, dan berdasarkan

pada pemaparan di atas, penulis membatasi penelitian ini pada ruang

17 Ibid., 12.

Page 28: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

13

lingkup persoalan bagaimanakah Al-Qur’an dapat berfungsi sebagai Syifa’

yang akan diketahui melalui kajian ayat-ayat Syifa’ dalam Al-Qur’an.

Adapun pokok masalah yang akan dijadikan acuan dalam penelitian

ini berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah Aplikasi teori Double Movement Fazlur Rahman

terhadap ayat-ayat Syifa’ dalam Al-Qur’an?

2. Bagaimanakah relevansi motode Double Movement Fazlur Rahman

terhadap pemahaman Al-Qur’an sebagai Syifa’ di masa pandemi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui makna Al-Qur’an sebagai Syifa’.

2. Untuk mengetahui pengaplikasian teori Double Movement Fazlur

Rahman terhadap pemahaman ayat-ayat Syifa’ Dalam Al-Qur’an.

3. Untuk mengetahui relevansi aplikasi teori Double Movement Fazlur

Rahman terhadap fungsi dan pemahaman Al-Qur’an sebagai Syifa’

dalam masa pandemi.

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Page 29: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

14

a. Untuk menambah khazanah pengetahuan bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca tentang salah satu fungsi

Al-Qur’an yaitu sebagai Syifa’.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi

penelitian selanjutnya.

c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

pemikiran dan menambah bahan pustaka di IAIN Salatiga,

khususnya dalam bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

d. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya untuk

melakukan penelitian yang lebih luas dan lengkap serta

mendetai di lain kesempatan.

2. Secara Praktis

a. Agar kaum muslimin atau siapapun yang membaca tulisan

ini dapat memperoleh manfaat dan dapat menjadi salah satu

sumber bacaan dalam rangka menggali solusi dari

permasalah hidup yang ada.

b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi jalan alternatif

kepada kaum muslim dalam menyikapi salah satu fungsi Al-

Qur’an sebagai Syifa’ yang selanjutnya dapat diambil

manfaatnya bagi kehidupan, untuk membentengi diri dari

setiap penyakit, baik penyakit ruhani atau jasmani.

Terkhusus jika kaum muslim dalam keadaan pandemi seperti

covid-19 yang sedang berlangsung saat ini.

Page 30: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

15

D. Kajian pustaka

Studi tentang pembahasan Syifa’ sebagai salah satu fungsi Al-

Qur’an telah beberapa kali penulis temui. Namun untuk kajian yang khusus

membahas fungsi Al-Qur’an sebagai Syifa’ terkhusus menggali peran dan

fungsinya dalam masa pandemi belum penulis temukan.

Untuk menghindari kesamaan pembahasan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya, penulis menelusuri kajian-kajian yang telah dahulu

dilakukan atau memiliki kesamaan di beberasa sisi. Diantara kajian

terdahulu terkait pembahasan makna Syifa’ dalam Al-Qur’an adalah sebagai

berikut:

Sebuah buku yang ditulis oleh Ahmad Faidi yang berjudul “Ayat-

Ayat Syifa’: Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis”. Buku tersebut

membahas tentang ayat-ayat Syifa’ sebagai terapi psikologis. Salah satu

penyakit ruhani yang sering kali memicu munculnya penyakit-penyakit lain

bagi manusia, yaitu adalah “kegelisahan” atau dalam istilah psikologi

disebut sebagai anexiety disorder. Yang pada dasarnya, perasaan gelisah

merupakan perasaan yang wajar dimiliki oleh siapa saja. Namun jika

dibiarkan berkelanjuan akan menjadi gangguan yang bisa merusak mental

dan kesehatan tubuh manusia.18

Sebuah buku karya Ilyas Sumpena yang berjudul “Hermeneutika Al-

Qur’an”. Buku tersebut membahas tentang konsep hermeneutika Al-Qur’an

18 Ahmad Faidi, Ayat-Ayat Syifa: Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis (Salatiga: LP2M

IAIN Salatiga, 2018).

Page 31: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

16

dalam pandangan Fazlur Rahman serta menjabarkan cukup lengkap tentang

konsep dan bangunan pemikiran Fazlur Rahman.19

Tulisan lain yang membahas tentang Al-Qur’an sebagai Syifa’

penulis temukan dalam sebuah jurnal. Yaitu tulisan karya Masruri Sukmal,

Syamsuwir, Inong Satriadi, yang berjudul Syifa’ Dalam Perspektif Al-

Qur’an. Tulisan ini membahas seputar penelitian Al-Qur’an sebagai Syifa’

untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk pengobatan Islami berdasarkan

ayat-ayat al-Quran. Dari hasil penelitian ini penulis menunjukkan bahwa

dalam Al-Qur’an terdapat penawar (Syifa’) bagi segala macam bentuk

penyakit orang-orang beriman. Adapun cara memcegah penyakitnya yaitu

dengan metode Neurofisiologi Al-Qur’an, yaitu dengan mendengarkan

bacaan Al-Qur’an dan dengan metode Relaksasi Transendensi yaitu

relaksasi jiwa dengan membaca Al-Qur’an. Sedangkan cara penerapan Al-

Qur’an sebagai obat yaitu dengan metode Ruqyah, memperbanyak zikir

kepada Allah, mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan memperbanyak berdo’a

kepada Allah.

Sebuah artikel yang membahas tentang Al-Qur’an sebagai Syifa’

adalah karya Muchlis M Hanafi. Yang berjudul QUR’ANIC IMMUNITY,

Prospek dan Tantangan Al-Qur’an Sebagai Obat Di Masa Pandemi. Artikel

ini juga disampaikan dalam acara Webinar Nasional yang diselenggarakan

oleh Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Institut Agama Islam Negeri

Salatiga, pada hari rabu, tanggal 10 juni 2020. Tulisan ini mengangkat

19 Ilyas Sumpena, Hermeneutika Al-Qur’an (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014).

Page 32: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

17

penafsiran ayat-ayat Syifa’, apakah Al-Qur’an dapat menjadi alternatif saat

terjadi serangan wabah penyakit.20

Penelitian Siti Robikah dalam skripsinya yang berjudul “Aplikasi

Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman Terhadap Pemahaman

Ahli Kitab Dalam Al-Qur’an”. Penelitian ini adalah jenis penelitian

kualitatif yang menitik beratkan pada telaah kepustakaan (Library

Research) dengan analisis deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengaplikasikan teori Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman

dalam memahami term ahli kitab dalam Al-Qur’an.21

Penelitian yang dilakukan oleh Mukhamad Saifunnuha dalam

skripsinya yang berjudul Aplikasi Teori Penafsiran “Double Movement”

Fazlur Rahman Sebagai Upaya Kontekstualisasi Ayat-Ayat Qital Dalam Al-

Qur’an. Jenis penelitian ini adalah Library Research yaitu penelitian

dengan mengumpulkan data-data, menelaah buku-buku dan literatur yang

berkaitan dengan topik penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

ayat-ayat Qital dengan metode Double Movement Fazlur Rahman. Dengan

terlebih dahulu penelitian ini memfokuskan pada pemaknaan kata qital

dalam Al-Qur’an.Setelah didapatkan makna qital beserta semua derivasinya

20 Muchlish M Hanafi, “Qur’anic Immunity”, Webinar Prospek dan Tantangan Al-Qur’an

Sebagai Obat Di Masa Pandemi (Salatiga: IAIN Salatiga, Rabu 10 Juni 2020). 21 Siti Robikah, “Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman Terhadap

Pemahaman Ahli Kitab Dalam Al-Qur’an”, Skripsi (Salatiga: Program Sarjana IAIN Salatiga,

2018).

Page 33: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

18

dalam Al-Qur’an; yaitu berarti perang atau memerangi, kemudian penulis

paparkan ayat-ayat qital.22

E. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (liberary research)

dengan analisis deskriptif. Penulis mengumpulkan tulisan dan buku

yang berkaitan dengan tema kemudian menerapkan pemikiran tokoh

tersebut untuk menjawab problematika yang menjadi latar belakang

adanya penelitian. Jenis metode yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang sedang diteliti

dengan menggambarkan keadaan obyektif di masa sekarang dengan

fakta-fakta yang nampak sebagaimana adanya.

Adapun sumber data yang dikumpulkan terdiri dari sumber-

sumber primer dan sekunder.

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah merupakan sumber data

utama dalam penelitian. Adapun sumber data primer yang

penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Al-Qur’an al-Karim

sebagai sumber pokok. Kitab tafsir Al-Mishbah karya M

Quraish Shihab, Buku karya Ilyas Sumpena berjudul

22 Mukhamad Saifunnuha, “Aplikasi Teori Penafsiran ‘Double Movement’ Fazlur Rahman

Sebagai Upaya Kontekstualisasi Ayat-Ayat Qital Dalam Al-Qur’an”, Skripsi (Salatiga: Program

Sarjana IAIN Salatiga, 2018).

Page 34: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

19

“Hermeneutika Al-Qur’an”. Dan buku-buku lain yang

membahas tentang metode dan pemikiran Fazlur Rahman.

b. Sumber data sekunder

Adapun sumber data sekunder yang digunakan untuk

melengkapi sumber data primer diantaranya adalah; Syifa’

Dalam Perspektif Al-Qur’an karya Musri Sukmal, Syamsuwir,

dan Inong Satriadi. Buku karya Ahmad Faidi yang berjudul

“AYAT-AYAT SYIFA: Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis”.

Madzahibut Tafsir; Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an

Periode Klasik Hingga Kontemporer karya Abdul Mustaqim,

Jurnal karya Rifki Ahda Sumantri yang berjudul “Hermeneutika

Al-Qur’an Fazlur Rahman Metode Tafsir Double Movement”.

Tulisan karya Muchlish M Hanafi yang berjudul “Qur’anic

Immunity; Prospek dan Tantangan Al-Qur’an Sebagai Obat Di

Masa Pandemi”, tulisan ini sekaligus disampaikan dalam acara

Webinar yang di selenggarakan oleh Program Studi Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir, IAIN Salatiga pada hari rabu, tanggal 10 juni

2020, dan lain-lain seperti skripsi, thesis, jurnal dan sebagainya

yang memiliki relevansi dengan pokok masalah yang dikaji

dalam penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Page 35: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

20

Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk

keperluan penelitian.23 Dengan demikian, maka langkah utama dalam

penelitian adalah mendapatkan data. Mengingat penelitian ini adalah

penelitian pustaka, maka penulis melakukan penghimpunan buku-buku,

artikel, jurnal, dan literatur lainnya yang berkaitan dengan judul

penelitian ini, yang selanjutnya akan diklasifikasikan berdasarkan

bahasan tema dan akan dibahas sesuai dengan sistematika pembahasan.

3. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan pendekatan tematik (Maudhu’i), yaitu dengan

menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan Syifa’. Kemudian ayat-

ayat tersebut diklasifikasikan berdasarkan judul sub bab yang tercakup

pada tema.

4. Pendekatan Dalam Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dengan

menggunakan analisis Double Movement Fazlur Rahman, dengan

melihat konteks dulu dan sekarang yang nantinya akan didapatkan hasil

akhir penafsiran yang sesuai dengan problematika dalam konteks masa

kini. Dan di akhir pembahasan akan diambil kesimpulan sebagai

jawaban dari rumusan masalah.

23 Neni Hasnunidah, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Media Akademi,

2017), 87.

Page 36: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

21

F. Sistematika penulisan

Mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Ushuluddin,

Adab dan Humaniora IAIN Salatiga, sistematika penulisan skripsi hasil

penelitian pustaka terdiri dari tiga bagian utama, yaitu awal, inti dan bagian

akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lambang berlogo, judul, persetujuan

pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan

persembahan, kata pengantar,abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar

dan daftar lampiran.

Bagian inti dan bagian akhir dalam penelitian ini tersusun menjadi

lima bab dengan rincian sebagai berikut :

BAB I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab pertama

merupakan gambaran awal tentang laporan penulisan ini.

BAB II memaparkan sejarah hidup Fazlur Rahman dan penjelasan

teori Double Movement-nya.

BAB III memaparkan pengertian Syifa’ secara umum, kajian ayat-

ayat Syifa’, penjelasannya dalam kitab tafsir serta pembahasan asbab an-

nuzulnya.

BAB IV yaitu, kontekstualisasi ayat-ayat Syifa’ menggunakan teori

Double Movement terhadap permasalahan wabah atau pandemi yang sedang

berlangsung saat ini di seluruh dunia.

Page 37: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

22

BAB V merupakan bagian akhir atau penutup yang berisi

kesimpulan dari seluruh rangkaian yang telah dipaparkan dan merupakan

jawaban atas permasalahan yang ada. Bab ini juga berisi saran-saran dari

penulis terkait hasil penelitian dan menunjukkan hasil akhir dari penelitian

yang telah di lakukan.

Page 38: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

23

BAB II

KAJIAN TEORI TAFSIR FAZLUR RAHMAN

A. Riwayat Hidup Fazlur Rahman

Fazlur Rahman dilahirkan pada hari Minggu, 21 September 1919 M, di

sebuah daerah yang bernama Hazara, barat laut Pakistan. Ayahnya bernama

Maulana Syahab al Din dan nama keluarganya adalah Malak. Ia dibesarkan

dalam sebuah lingkungan keluarga muslim yang taat, yang mempraktekkan

ajaran fundamental Islam seperti, shalat, puasa dan sebagainya. Maka tidak

heran jika Fazlur Rahman pada waktu berusia 10 tahun telah menguasai teks al-

Qur’an di luar kepala. Orang yang sangat berjasa dalam menanamkan dan

membentuk kepribadiannya adalah ayah dan ibunya sendiri. Ayahnya adalah

seorang alim yang bermadzhab Hanafi yang berlatar belakang pendidikan dari

Deoband, sebuah madrasah tradisional terkemuka di anak benua Indo-Pakistan

saat itu. Tidak seperti kebanyakan ulama di zamannya yang menentang dan

menganggap pendidikan modern dapat meracuni keimanan dan moral, Maulana

Syahab meyakini bahwa Islam harus menghadapi realitas kehidupan modern,

tidak saja sebagai sebuah tantangan tetapi juga merupakan kesempatan.

Keyakinan inilah yang kelak dipraktekkan ayahnya pada diri Fazlur Rahman

dan bahkan terus bertahan sampai akhir hayat nya. Sementara ibunya sangat

berperan dalam menanamkan nilai-nilai kebenaran, kasih sayang dan kejujuran,

terutama nilai cinta yang ditancapkan pada Fazlur Rahman sewaktu kecil.24

24 Rodiah, dkk, Studi Al-Qur’an Metode dan Konsep..., 3.

Page 39: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

24

Ketika Fazlur Rahman berusia 14 tahun keluarganya pindah ke Lahore, di

sana Fazlur Rahman menerima pendidikan modern. Pada tahun 1940, dia

menyelesaikan sarjana muda (B.A) dalam jurusan Bahasa Arab di Universitas

Punjab. Dua tahun kemudian ia memperoleh gelar Master of Art (M.A) dalam

jurusan dan universitas yang sama. Pada tahun 1946 M, ia melanjutkan studi

pada program Doctoral (Ph.D Program) di Universitas Oxford, Inggris. Pada

program ini Fazlur Rahman berkonsentrasi pada kajian Filsafat Islam. Ia

menyelesaikan studi Doktornya dalam waktu 3 tahun (1946-1949) dengan

desertasi yang berjudul Avicenna’s Psychology di bawah bimbingan Prof.

S.Van Den Bergh dan H.A.R. Gibb. Pada saat kuliah di Oxford ia memiliki

kesempatan mempelajari bahasa-bahasa barat, sehingga ia dapat menguasai

bahasa Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab, dan Urdu. Hal itu sangat

berguna untuk memperdalam dan memperluas keilmuannya, terutama dalam

studi-studi Islam melalui penelusuran literatur-literatur keislaman yang ditulis

para orientalis dalam bahasa-bahasa mereka. Dengan pengalamannya, ia tidak

bersikap apologetik, tetapi justru lebih memperlihatkan penalaran objektif.25

Setelah selesai kuliah di Oxford University, ia tidak langsung pulang ke

negerinya, Pakistan. Ia mengajar beberapa tahun di Durham University, Inggris.

Selanjutnya di Institute of Islamic Studies, McGill University, Kanada. Ketika

di Durham University dia berhasil menyelesaikan karya orisinilnya dengan

25 Ibid., 4.

Page 40: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

25

judul Prophecy in Islam:Philosophy and Ortodoxy. Pada tahun 1960-an

Rahman pulang ke negerinya, Pakistan. Dua tahun kemudian dia ditunjuk

sebagai Direktur Lembaga Riset Islam setelah sebelumnya menjabat sebagai

staf di lembaga tersebut. Selama kepemimpinannya lembaga ini berhasil

menerbitkan dua jurnal ilmiah, Islamic Studies dan Firk u-Nazr (berbahasa

Urdu). Pada tahun 1964, Rahman ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasihat

Ideologi Islam Pemerintah Pakistan setelah beberapa saat sebelumnya dia

melepaskan jabatannya selaku Direktur Lembaga Riset Islam. Setelah melepas

kedua jabatannya di Pakistan, Rahman hijrah ke Barat. Dia diterima sebagai

tenaga pengajar di Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat.

Kemudian pada tahun 1969 dia menjabat sebagai guru besar kajian Islam dalam

berbagai aspeknya di Departement of Near Eastern Languages ang Civilization,

University of Chicago. Rahman menetap di Chicago kurang lebih selama 18

tahun, sampai meninggal dunia pada 26 Juli 1988.26

1. Masa Berkiprah Di Pakistan

Ketika Fazlur Rahman masih berada di Barat. Ada sebuah surat

panggilan yang dilayangkan kepadanya dari pemerintah pakistan,

dimana Pakistan pada waktu itu dipimpin oleh Sultan Ayyub Khan,

meminta agar Rahman kembali ke negaranya. Pada akhirnya Rahman

mengabulkan permintaan tersebut. Setibanya di Pakistan, ia ditunjuk oleh

Sultan Ayyub Khan sebagai Direktur Lembaga Riset Islam dan sebagai

26 N Nafisatur Rofiah, “Poligami Perspektif Teori Double Movement Fazlur Rahman”,

Jurnal Mukadimah, DOI:10.30743, (Februari 2020): 2-3.

Page 41: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

26

Anggota Penasihat Ideologi Pemerintahan Pakistan. Dan kedua jabatan

penting itulah yang telah memberi peluang kepada Rahman untuk terlibat

secara intens dalam memberikan definisi “Islam” bagi negaranya yang

baru beberapa tahun lepas dari penjajahan Inggris dan khususnya ikut

memberi jawaban-jawaban yang dibutuhkan kaum muslimin saat itu.

Namun Rahman juga dihadapkan pada perselisihan-perselisihan tentang

Islam di negaranya, yang terdiri dari kubu Tradisionalis, Sekularis, dan

Fundamentalis serta kalangan Modernis sendiri.27

Kaum Tradisionalis berpandangan bahwa hanya para ulama saja

yang berwenang dalam menafsirkan hukum. Karena itulah, hukum fikih

harus diterapkan pemerintah dibawah nasihat para ulama. Mereka

menghendaki hukum fikih yang dihasilakn dalam sejarah Islam oleh para

ulama melalui deduksi dari Al-Qur’an dan sunah Nabi harus

diberlakukan di Pakistan.28

Sedangkan kubu sekularis juga menuntut Pakistan menjadi negara

sekular modern, yang menggunakan konstitusi parlementer modern

tanpa rujukan prinsip-prinsip Islam. Meskipun kelompok ini jumlahnya

minoritas, namun peranannya dalam perdebatan-perdebatan

konstitusional tidak boleh diremehkan. Posisi kubu sekularis ini

mengambang di antara kaum Tradisionalis dan Fundamentalis di satu

pihak, serta kubu Modernis di pihak lain. Perbedaan pandangan diantara

27 Jazim Hamidi, et.al., Metodologi Tafsir Fazlur Rahman Terhadap Ayat-Ayat Hukum dan

Sosial, (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2013), 16. 28 Ibid., 16

Page 42: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

27

mereka lalu masuk ke dalam perdebatan sengit ketika merumuskan

undang-undang oleh majlis konstituante. Permasalahn-permasalahan

yang diperdebatkan meliputi hal-hal yang sifatnya mendasar seperti

pengertian negara Islam, kedaulatan, keadilan, prinsip kesejahteraan

sosial. Kontroversi-kontroversi persoalan tersebut sering memuncak, dan

tidak jarang menimbulkan berbagai teror dan kasi fisik, sehingga dapat

mengancam segi-segi keamanan negara. Di saat kondisi seperti itulah

Fazlur Rahman muncul dengan mengemukakan gagasan pembaruannya,

yang mewakili sudut pandang kubu Modernis. Ketika mengemukakan

gagasannya tersebut, Fazlur Rahman lebih memiliki metodologi yang

sistematis dibandingkan dengan kubu Modernis, sehingga ia dikenal

sebagai pelopor Neo-Modernis.29

2. Masa Berkiprah di Chicago

Pada periode atau masa berkiprahnya di Pakistan, Fazlur Rahman

belum secara terang terangan menyatakan diri terlibat langsung dalam

arus pembaharuan pemikiran Islam, maka pada periode atau masa

berkiprahnya di Chicago ini dia mendeklarasikan dirinya sebagai juru

bicara Noe-Modernis dan dia terlibat langsung dalam kajian Islam

normatif yang didukung dengan suatu Metodologi Tafsir Sistematis.30

Fazlur Rahman hijrah ke Chicago pada tahun 1970-an, di sana beliau

menjabat sebagai Guru besar kajian Islam dan berbagai aspek pada

29 Ibid., 17. 30 Suarni, “Pembaharuan Pemikiran Keagamaan: Studi Terhadap Pemikiran Keagamaan

Fazlur Rahman”, Jurnal Subtantia, (Vol. 18, No. 1, April/2016), 104.

Page 43: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

28

Departement of Near Eastern Languages and Civilization, University of

Chicago. Sedangkan mata kuliah yang diajarkan meliputi pemahaman

Al-Qur’an, filsafat Islam, tasawuf, hukum Islam, pemikiran politik Islam,

Modernisme Islam, kajian-kajian tentang Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah,

Syeh Wali Allah dan Iqbal. Negara barat adalah terkenal dengan negara

yang menjunjung tinggi kebebasan berfikir, sehingga ia merasa di

Chicago akan banyak menyediakan dan mendorong untuk lebih

meningkatkan vitalitas kerja intelektual yang lebih sempurna. Hal ini

terbukti bahwa pada periode ini, Rahman lebih banyak menulis karya-

karya intelektualnya baik berbentuk buku atau maupun artikel-artikel, ia

juga sering diundang untuk memberi ceramah dalam berbagai seminar

internasional. Setelah kepindahannya ke Chicago, Fazlur Rahman

merasa telah memperoleh kebebasan intelektual, dan disanalah ia

menyusun pemikiran-pemikiran tentang pembaruan dalam Islam, dan di

sana pula banyak mahasiswa dari berbagai negara muslim belajar Islam

dengannya. Dan karya-karyanya mencakup hampir semua studi Islam.

Sampai beliau wafat akibat serangan jantung pada tanggal 26 Juli 1988.31

B. Tanggapan Kritis Fazlur Rahman Terhadap Metode Tafsir Klasik

Pada masa kontemporer, metode Al-Qur’an yang berkembang sudah

sangat beragam. Fazlur Rahman misalnya, menggagas apa yang disebut-nya

sebgai metode “Tafsir Kontekstual”. Menurutnya Rahman, ayat-ayat Al-

31 Jazim Hamidi, et.al., Metodologi Tafsir Fazlur Rahman.., 20-21.

Page 44: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

29

Qur’an tidak bisa dipahami secara literal (harfiah) begitu saja sebagaiman

yang dipahami oleh mufassir klasik. Baginya, memahami Al-Qur’an dengan

cara mengambil makna harfiahnya tidak saja akan menjauhkan seseorang

dari petunjuk yang ingin diberikan oleh Al-Qur’an, namun lebih jauh lagi,

merupakan upaya pemerkosaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri.

Bagi Fazlur Rahman, pesan yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh Al-

Qur’an bukanlah makna yang ditunjukkan oleh ungkapan harfiah suatu ayat,

melainkan nilai moral yang ada “di balik” ungkapan literal tersebut. Oleh

karenanya, ayat-ayat Al-Qur’an harus lebih dipahami dalam kerangka pesan

moral yang dikandungnya.32

Fazlur Rahman melihat bahwa persoalan metodologi interpretasi

tidak dibicarakan secara adil oleh kaum muslimin. Akibatnya, kekuatan

menggugah dari pesan ketuhanan yang dibawa Muhammad SAW. secara

efektif telah lenyap. Ia mengatakan , “ada suatu kesalahan umum dalam

memahami pokok-pokok keterpaduan Al-Qur’an yang berpasangan dengan

ketegaran praktis untuk berpegang pada ayat-ayat (Al-Qur’an) secara

terisolasi.”33

Fazlur Rahman mengkritisi bahwa metode tafsir klasik cenderung

menggunakan pendekatan dalam menginterpretasikan Al-Qur’an secara

parsial/terpisah-pisah dan sepotong-sepotong. Sehingga mengakibatkan

persoalan yang dihadapi bukannya selesai, tetapi justru menimbulkan

32 Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir..., 104. 33 Yayan Rahtikawati, Dadan Rusman, Metodologi Tafsir Al-Qur’an..., 471.

Page 45: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

30

persoalan baru. Para mufassir telah menerapkan penafsiran ayat per ayat

sesuai kronologinya dalam mushaf, kendati terkadang merujuk pada ayat

yang lain, hal ini sayangnya tidak dilakukan secara sistematis.34

Fazlur Rahman juga menilai bahwa selama berabad-abad

berbagai upaya telah dilakukan, namun para sarjana dan ulama belum

menghasilkan suatu teori penafsiran yang memuaskan. Ia berasumsi bahwa

diperlukan metode-metode baru yang menemukan prinsip-prinsip

kontemporer dari Al-Qur’an. Metode yang memiliki jangkauan lebih dari

sekedar menggunakan analogi (qiyas) tradisional. karena metode ini gagal

dalam menemukan prinsip-prinsip umum Al-Qur’an dan sering

menggeneralisasikan prinsip-prinsip khusus dengan mengorbankan prinsip-

prinsip umumnya. Tanpa sikap dan orientasi baru maka pemahaman

kontemporer bagi kitab yang abadi tersebut tampaknya tidak bisa

dikembangkan. Ringkasnya, untuk melakukan penafsiran ulang Al-Qur’an

yang mampu memenuhi tuntutan kontemporer tersebut diperlukan

seperangkat metodologi yang sistematis dan komprehensif.35

Fazlur Rahman juga mengemukakan kekecewaan terhadap kaum

modernis yang tidak mampu menawarkan metodologi penafsiran yang

handal dalam mengatasi problem umat Islam era kontemporer. Metode yang

mereka tawarkan cenderung bersifat mempertahankan islam sambil

mengadopsi tradisi modern. Format yang paling umum dari metode ini

34 Rifki Ahda Sumantri, “Hermeneutika Al-Qur’an Fazlur Rahman Metode Tafsir Double

Movement”, Komunika (Vol. 7 No.1, Januari-Juni/2013), 6. 35 Rodiah, Studi Al-Qur’an Metode dan Konsep..., 7-8.

Page 46: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

31

adalah mencoba menafsirkan ayat-ayat atau hadis secara individual

berdasarkan subyektivitas dan tidak jarang kecenderungan pribadi

mengemuka dengan berbagai keyakinan dan praktek barat modern. Metode

yang tidak jauh berbeda juga diterapkan dengan cara merujuk kepada

beberapa otoritas tradisional demi memperkuat suatu penafsiran yang

diperoleh berdasarkan pemikiran modern.36

C. Karya-Karya Fazlur Rahman

Pada periode awal perjalanan intelektualnya, ada tiga karya besar

yang disusun Fazlur Rahman, yaitu:

1. Avicenna’s Pshichology (1952)

2. Avicenna’s De Anima (1959)

3. Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy (1958)

Dua yang pertama, Avicenna’s Pshichology (1952) dan Avicenna’s

De Anima (1959), merupakan terjemahan dan suntingan karya Ibnu Sina

(Avicenna). Sementara yang terakhir, Prophecy in Islam: Philosophy and

Orthodoxy (1958), mengupas perbedaan doktrin kenabian antara yang

dianut oleh para filosof dengan yang dianut oleh kaum ortodoksi. Untuk

melacak akar pemikiran filsafat Islam, Fazlur Rahman mengambil sampel

dua folosof ternama yaitu al-Farabi (870-950) dan Ibnu Sina (980-1037).

Dia mengupas pandangan kedua filosof tersebut tentang wahyu kenabian

pada tingkat intelektual, proses psikologis wahyu tehnis atau imajinatif,

36 Rifki Ahda Sumantri, Hermeneutika Al-Qur’an Fazlur Rahman..., 7.

Page 47: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

32

doktrin mukjizat dan konsep dakwah dan syari’ah. Untuk mewakili

pandangan ortodoksi, Fazlur Rahman menelusuri pemikiran Ibnu Hazm,

al-Ghazali, al-Syahrastani, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Khaldun.. dari

pelacakan tersebut, Fazlur Rahman menyimpulkan bahwa ada kesepakatan

aliran ortodoksi dalam menolak pendekatan intelektualis-murni para

filosof terhadap fenomena kenabian. Hasil dari penelusuran tersebut

mengantarkan Fazlur Rahman sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada

perbedaan mendasar antara posisi filosof Muslim dan Ortodoksi. Dalam

periode pertama ini, Fazlur Rahman belum memberikan perhatian serius

terhadap kajian-kajian Islam normatif. Akan tetapi kajiannya lebih ke arah

Islam historis.37

Pada periode selanjutnya, yaitu periode kedua bagi Fazlur Rahman

ketika berkiprah di pakistan, Fazlur Rahman melahirkan karyanya berjudul

Islamic Methodology in History (1965). Dalam buku ini, Fazlur Rahman

memperlihatkan adanya evolusi historis perkembangan empat prinsip

dasar (sumber pokok) pemikiran Islam: Al-Qur’an, Sunnah, Ijtihad, dan

Ijma’. Serta peran aktual empat prinsip dasar (Al-Qur’an, Sunnah, Ijtihad,

dan Ijma’) dalam perkembangan sejarah Islam. Dalam buku tersebut

Rahman Fazlur Rahman memaparkan dan membuktikan adanya eksistensi

Sunnah Nabi. Hal ini sengaja dilakukan oleh Rahman untuk menyangkal

pendapat orientalis (Barat) yang menolak adanya Sunnah Nabi yang sudah

eksis pada awal Islam. Kemudian dalam bab selanjutnya Rahman

37 Suarni, Pembaharuan Pemikiran Keagamaan..., 103.

Page 48: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

33

mengembangkan adanya Sunnah dan Hadi, serta memaparkan

perkembangan-perkembangan Post-Formatif dalam Islam dan Ijtihad pada

abad-abad kemudian serta perubahan sosial dan Sunnah di masa lampau.38

Buku kedua yang ditulis Fazlur Rahman pada periode kedua ini adalah

Islam (1966). Buku ini dipandang sebagai karya klasik dan bahkan

menjadi buku dasar untuk pengantar Islam, yang menyuguhkan

rekonstruksi sistemik terhadap perkembangan Islam selama empat belas

abad. Dalam buku tersebut dibahas mengenai Muhammad dan Wahyu,

Perjuangan dan strateginya, kemudian bab-bab selanjutnya membahas

tentang perkembangan dan asal-usul tradisi dan sampai pada

perkembangan yang terjadi pada theoloi, syari’ah, filsafat, taSAWuf, dan

sekte-sekte dan perkembangan pemikiran pra modern dan modernisme

serta diakhiri dengan pembahasan warisan dan prospeknya.39

Selanjutnya pada periode ketiga ketika berkiprah di Chicago, Fazlur

Rahman menyusun karyanya yang berjudul The Philosophy of Mulla

Shadra (1975), Major Themes of the Qur’an (1980), Islam and Modernity:

Transformation of an Intellectual Tradition (1982) serta Health and

Medicine in the Islamic Tradition (1987). Buku pertama tersebut ditulis

Fazlur Rahman untuk membantah pandangan para Sarjana Barat yang

keliru bahwa tradisi filsafat Islam itu tidak ada lagi selain itu, ia juga ingin

memperkenalkan pemikiran Mulla Shadra secara kritis dan analitis dengan

38 Jazim Hamidi, et.al., Metodologi Tafsir Fazlur Rahman..., 17-18. 39 Ibid., 21.

Page 49: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

34

berpijak pada karya menumental Shadra, yaitu Al-Asfar Al-Arbahy. Buku

kedua adalah Major Themes of the Qur’an (1980) membahas tema-tema

pokok dalam Al-Qur’an yang dibagi menjadi delapan tema, yaitu: Tuhan,

Manusia sebagai Individu, Manusia sebagai Anggota Masyarakat, Alam

semesta, Kenabian dan Wahyu, Eskatologi, Setan dan Kejahatan sera

lahirnya Masyarakat Muslim. Sedangkan metode yang dipakai Rahman

dalam menafsirkan Al-Qur’an dalam buku tersebut adalah dengan metode

Sinetik-Logis, yaitu dengan mensintesiskan berbagai tema dalam Al-

Qur’an secara logis ketimbang kronologis, di mana Al-Quran dibiarkan

berbicara sendiri, sedangkan penafsiran digunakan hanya membuat

hubungan antara konsep-konsep yang berbeda, selain itu Rahman juga

masih menggunakan metode historis-kronologis dan analisa bahasa

(Pendekatan Semantik). Sementara itu, tema-tema yang dibahas oleh

Rahman dalam bukunya tersebut, pada dasarnya telah dibahas oleh para

modernis klasik, seperti Sayyid Ahmad Khan, Amir Ali, dan Iqbal.40

Buku yang ketiga Islam and Modernity: Transformation of an

Intellectual Tradition (1982) adalah hasil penelitian Rahman yang dibiayai

oleh Ford Foundation dalam pendidikan Islam. yang melibatkan beberapa

sarjana dan hasilnya dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam dari

zaman pertengahan sampai abad modern-kontemporer kurang berkualitas

dan maju seperti pendidikan di negara-negara Barat. Oleh karena itu,

dalam buku tersebut Rahman mengusulkan agar diadakan upaya

40 Ibid., 22.

Page 50: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

35

pembaruan pendidikan Islam, yaitu pertama, menerima pendidikan sekuler

modern sebagaimana yang berkembang di Barat dan mencoba untuk

“mengislamisasikan”nya. sedangkan untuk melakukan Islamisasi

pendidikan, kata Rahman harus dilakukan dua langkah, pertama,

membentuk watak pelajar atau mahasiswa dengan nilai Islam dalam

kehidupan individu dan masyarakat. Kedua, untuk memungkinkan para

ahli yang berpendidikan modern untuk menanami di bidang masing-

masing dengan perspektif Islam dengan mengubah kandungan dan

orientasi kajian-kajian pendidikan.41

Selain itu, menurut Rahman, untuk menghilangkan adanya

lingkaran setan dari sistem pendidikan sebagaiman yang telah terjadi

dalam dunia Islam selama ini, maka langkah yang harus ditempuh oleh

kaum muslimin adalah membuat pembeda yang jelas antara Islam normatif

dan Islam historis. Dalam pendahuluan buku tersebut Rahman juga telah

menyinggung tentang metodologi penafsirannya serta kegagalan yang

dilakukan oleh para theolog, filosof, hukum dan sufi dalam mendekati Al-

Qur’an.42

Dan buku yang terakhir Health and Medicine in the Islamic

Tradition (1987) merupakan usahanya untuk menggambarkan bahwa

Islam yang dipandang biasanya sebagai agama namun Islam juga memiliki

konsep kesehatan dan pemeliharaannya. Dan buku ini mampu membahas

41 Ibid., 23. 42 Ibid., 23.

Page 51: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

36

aspek yang kompleks, yang berkaitan dengan kesehatan dan

pemeliharaannya dalam pandangan Islam.43

Buku-buku diatas merupakan karya Fazlur Rahman sebelum ia

menhembuskan nafas terakhir pada tanggal 26 Juli 1998 dalam usianya

yang ke 69, di Chicago, Illinois. Adapum karya-karyanya dalam bentuk

artikel ilmiah tersebar di banyak jurnal, baik jurnal lokal (Pakistan) atau

jurnal Internasional, serta yang dimuat dalam buku-buku bermutu dan

terkenal. Artikel-artikel yang ditulisnta antara lain:

1. Some Islamic Issues in the Ayyub Khan

2. Islam, Challenges and Opportunities

3. Revival and Reform in Islam: a Study of Islamic Fundamentalism

4. Islam: Legacy and Contemporary Challenges

5. Roots of Islamic Neo-Fundamentalism

6. The Muslim World

7. The Impact of Modernity on Islam

8. Islamic Modernism its Scope, Methode an Alternatives

9. Divine Revelation and the Prophet

10. Interpreting the Qur’an

11. The Quranic Concept of God, the Universe and Man

12. Some Key Ethical Concept of the Quran44

43 Ibid., 23. 44 Mukhamad Saifunnuha, Aplikasi Teori Penafsiran ‘Double..., 39.

Page 52: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

37

D. Teori Double Movement Fazlur Rahman

Mengawali dekade pada tahun 1970-an, Fazlur Rahman

melontarkan gagasa pembaharuan metodologi tafsir Al-Qur’an. Meskipun

lontaran pertama kali dilakukan pada tahun 1970, perumusannya secara

sistematik baru terjadi pada tahun 1977-1978 dalam bukunya yang

diterbitkan pada tahun 1982, Islam and Modernity: Transformation of an

Intellectual Tradition. Pada pengantar karya ini, Fazlur Rahman

menjelaskan teori hermeneutika Al-Qur’an secara lebih sitematis.45

Fazlur Rahman menekankan sinergi prinsip tafsir, Al’Qur’an

yufassiru ba’dhuhu ba’dhan (aspek metafisik) dan pendekatan historis-

psikologis masa pewahyuan dan kondisi kekinian dalam penerapan “ideal

moral” dari legal spesifik teks Al-Quran. Bagi Fazlur Rahman, penafsiran

yang objektif dapat dilakukan dalam wilayah teks keagamaan (Al-Qur’an,

hadis, dan lainnya) sebagai hasil dialektika antara teks dengan konteks.

Teks akan menemukan maknanya dalam konteks. Hal inilah yang akan

dikenal sebagai konsep asbab an nuzul, konsep penelaahan latar belakang

historis terhadap ayat.46

Fazlur Rahman berpandangan bahwa semua ayat-ayat Al-Qur’an,

sebagaimana pada saat diwahyukan dalam kurun waktu tertentu dari

sejarah, beserta keadaan yang umu maupun khusus yang menyertainya,

menggunakan ungkapan yang relatif mengenai keadaan tersebut. Meski

45 Yayan Rahtikawati, Dadan Rusman, Metodologi Tafsir Al-Qur’an..., 471. 46 Ibid., 472

Page 53: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

38

demikian, bukan berarti pesan Al-Qur’an dibatasi oleh waktu dan keadaan

yang bersifat historis. Ia tentu memiliki suatu weltanschaung yang

universal yang disebut-nya sebagai ideal-moral. Inilah yang harus dicari

untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an.47

Metode Double Movement memang menjadi andalan Fazlur

Rahman dalam membangun metodologi penafsiran Al-Qur’an. Metode ini

tidak ditujukan pada hal-hal metafisis dan teologis. Ide dasar metode ini

terumuskan dalam gagasannya tentang perlunya membedakan antara legal

spesifik Al-Qur’an dengan aspek ideal moralnya. 48

Maksud legal spesifik yaitu ketentuan hukum yang ditetapkan secara

khusus, sedangkan ideal moral adalah tujuan dasar moral yang dipesankan

A;-Qur’an. Ideal moral ini lebih tepat untuk diterapkan daripada ketentuan

legal spesifiknya. Sebab, ideal moral bersifat universal. Pada tataran ini

Al-Qur’an dianggap berlaku untuk setiap masa dan tempat (shalih li kulli

zaman wa makan). Al-Quran juga dipandang elastis dan fleksibel.

Sedangkan legal spesifiknya lebih bersifat partikular. Hukum yang

terumus secara tekstual disesuaikan dengan kondisi masa dan tempat.49

Pembedaan legal spesifik dari ideal moral mengandaikan

pergerakan dalam dua arah yang saling bertemu (Double Movement).

47 Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir..., 106. 48 Umma Farida, Pemikiran Dan Metode Tafsir Al-Qur’an Kontemporer, (Kudus: Buku

Ilmiah, 2010), 20. 49 Ibid., 20.

Page 54: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

39

Pertama, dari situasi sekarang menuju ke masa turunnya Al-Quran. Dan

kedua, dari masa turunnya Al-Qur’an kembali ke masa kini.50

Gerakan pertama dari dua gerakan metodis, yang terdiri dari dua

langkah, pada dasarnya merupakan penjabaran dari tiga pendekatan

pemahaman dan penafsiran Al-Qur’an, yaitu pendekatan historis,

kontekstual, dan sosiologis. Agaknya gerakan pertama ini lebih

dikhususkan terhadap ayat-ayat hukum. Rumusan gerakan pertama ini

diungkapkan sebagai berikut:

Langkah pertama, orang harus memahami arti atau makna suatu

pernyataan (ayat) dengan mengkaji situasi atau problema historis di

mana pernyataan Al-Qur’an tersebut merupakan jawabannya. Tentu

saja sebelum mengkaji ayat-ayat spesifik dalam situasi-situasi

spesifiknya, suatu kajian situasi makro dalam batasan-batasan

masyarakat, agama, adat-istiadat, lembaga bahkan keseluruhan

kehidupan masyarakat di Arabia pada saat Islam datang dan

khususnya di Makkah dan sekitarnya, harus dilakukan terlebih

dahulu. Langkah kedua, adalah menggeneralisasikan respon-respon

spesifik tersebut dan menyatakannya sebagai ungkapan-ungkapan

yang memiliki tujuan moral sosial umum, yang dapat disaring dari

ungkapan ayat-ayat spesifik dalam sinar latar belakang sosio-historis

dan dalam sinar “rationes leges” (‘ilat hukum) yang sering

digunakan. Benarlah bahwa langkah pertama yaitu memahami

makna dari suatu pernyataan spesifik (sudah memperlihatkan ke arah

langkah yang kedua) dan membawa kepadanya. Selama proses ini

perhatian harus ditujukan kepada ajaran Al-Qur’an sebagai suatu

keseluruhan., sehingga setiap arti tertentu yang dipahami, setiap

hukum yang dinyatakan, dan setiap tujuan yang dirumuskan akan

koheren dengan yang lainnya. Al-Qur’an sendiri mendakwakan

secara pasti bahwa “ajaran tidak mengandung konradiksi”

melainkan koheren dengan keseluruhan (Rahman, 1979:221).51

50 Ibid., 21. 51 Ibid., 21.

Page 55: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

40

Ide pokok yang terkandung dalam gerakan pertama, sebagaimana

dikutip di atas adalah penerapan metode berpikir induktif :”berpikir dari

ayat-ayat spesifik menuju kepada prinsip”, atau dengan kata lain adalah

“berpikir dari aturan-aturan legal spesifik menuju pada moral sosial yang

bersifat umum yang terkandung di dalamnya” (Rahman, 1979). Terdapat

tiga perangkat untuk dapat menyimpulkan prinsip-prinsip sosial. Pertama

adalah perangkat ‘ilat hukum (ratio leges) yang dinyatakan dalam Al-

Qur’an secara eksplisit; Kedua, ‘ilat hukum yang dinyatakan secara

implisit yang dapat diketahui dengan cara menggeneralisasikan beberapa

ungkapan spesifik yang terkait; Ketiga, adalah perangkat sosio-historis

yang bisa berfungsi untuk menguatkan ‘ilat hukum implisit ntuk

menetapkan arah maksud tujuannya, juga dapat berfungsi untuk membantu

menggunakan ‘ilat hukum beserta tujuannya yang sama sekali tidak

dinyatakan. 52

Mengenai ‘ilat (ratio logis, alasan hukum) dan hikmat (sasaran),

pada prinsipnya Fazlur Rahman sependapat dengan prinsipnya Syaikh

Yamani, bahwa kedua kata tersebut mengandung implikasi makna yang

berbeda jika dikaitkan dengan aspek ibadah (religious), tetapi jika

dikaitkan dengan aspek muamalah (pranata sosial), keduanya memiliki

pengertian yang erat. Namun Rahman tidak sependapat jika dikatakan

bahwa dalam aspek ibadah tidak terkandung hikmat dan dalam aspek

52 Husein Alyafie, “Fazlur Rahman Dan Metode Ijtihadnya: Telaah Sekitar Pembaruan

Hukum Islam”, Jurnal Hunafa (Vol.6, No. 1, April/2009), 41.

Page 56: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

41

muamalah tidak terkandung nilai religius, atau semata-mata dikatakan

sekuler. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh mayoritas muslim sekularis

yang mengidentifikasikan “aspek religius” sebagai hal-hal yang bersifat

abadi, tidak dapat diubah karena terkandung hikmah di dalamnya,

sedangkan muamalah dipandang sebagai hal-hal yang mutlak dan bebas

mengalami perubahan. Menurut Fazlur Rahman, di dalam aspek ibadah

terdapat hikmah sebagaimana terdapat dalam aspek muamalah. Namun

antara keduanya mempunyai kualifikasi (standar) yang berbeda. Standar

hikmah dalam aspek muamalah adalah nilai logis, sebaliknya aspek-aspek

sosial juga mengandung nilai-nilai religius yang bersifat abadi, tiada

semata-mata bersifat sekuler. Nilai-nilai moral-sosial yang terkadang

dalam aspek muamalah adalah bersifat religius dan abadi. Bahkan hukum-

hukum yang ditarik dari nilai-nilai moral-sosial tersebut sebagai respon

terhadap zaman apapun juga bersifat religius, sekalipun ia tidak bersifat

abadi. Dengn bahasa lain, aturan (hukum) sosial bisa saja sepanjang tidak

bertentangan dengan nilai-nilai dan tujuan moral-sosial tidak dapat

dibenarkan secara Islam. Fazlur Rahman sendiri tidak pernah

mempermasalahkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral-sosial tersebut

apakah sebagai ‘ilat ataupun sebagai hikmah.53

Gerakan kedua, merupakan upaya perumusan prinsip-prinsip umum,

nilai-nilai dan tujuan-tujuan Al-Qur’an yang telah disistemasikan melalui

53 Ibid., 42

Page 57: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

42

gerakan pertama terhadap sistuasi dan atau kasus aktual sekarang.

Rumusan gerakan kedua ini dinyatakan Rahman sebagai berikut:

Gerakan kedua harus dilakukan dari pandangan umum (yaitu yang

telah disistematisasikan melalui gerakan pertama) menjadi

pandangan-pandangan spesifik yang harus dirumuskan dan

direalisasikan sekarang ini. Artinya, ajaran-ajaran yang bersifat

umum tersebut harus dirumuskan dalam konteks sosio-historis

yang konkrit sekarang ini. Sekali lagi kerja ini memerlukan kajian

yang cermat atas situasi sekarang dan analisis berbagai unsur

komponenya, sehingga kita bisa menilai situasi sekarang yang

diperlukan dan menentukan prioritas-prioritas baru untuk bisa

menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an secara baru pula

(Rahman,1987).54

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa dalam gerakan kedua ini terdapat

dua kerja yang saling terkait. Pertama adalah kerja merumuskan prinsip

umum Al-Qur’an menjadi rumusan-rumusan spesifik, maksudnya yang

berkaitan dengan tema-tema khusus, misalnya prinsip ekonomi Qur'ani;

prinsip demokrasi Qur’ani; prinsip hak-hak asasi Qur’ani dan lain-lain.,

dimana rumusan prinsip-prinsip tersebut harus mempertimbangkan

konteks sosio-historis yang konkrit, dan bukan rumusan spekulatif yang

mengawang-awang, kerja pertama tidak mungkin terlaksana kecuali

disertai kerja kedua yaitu pembahasan secara akurat terhadap kehidupan

aktual yang sedang berkembang dalam segala aspeknya: ekonomi, politik,

budaya, dan lain-lain. Kenyataan kehidupan aktual suatu masyarakat atau

bangsa memiliki corak-corak tertentu yang bersifat situasional dan

kondisional. Selain itu, ia sarat akan perubahan-perubahan. Oleh karena

54 Ibid., 42.

Page 58: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

43

itu, tanpa pencermatan situasi dan kondisi aktual, akan cenderung kepada

upaya pemaksaan prinsip-prinsip Qur’ani, sedangkan yang diinginkan

Rahman bukanlah seperti itu, melainkan hanyalah “perumusan” prinsip

umum Al-Qur’an dalam konteks sosio-historis aktual. Bahkan suatu

prinsip tidak dapat diterapkan sebelum ia dirumuskan kembali.55

Dua gerakan tersebut akhirnya menghasilkan rumusan-rumusan

spesifik Qur’ani mengenai berbagai aspek kehidupan aktual sekarang ini.

Rumusan-rumusan tersebut akan menjadi pertimbangan bagi mujtahid

yang bersangkutan dalam menetapkan pendapat-pendapat hukumnya.

Keduanya, yaitu rumusan-rumusan spesifik Qur’ani mengenai kehidupan

aktual mengenai pendapat-pendapat hukum hasil ijtihad akan mengalami

proses interaksi dalam masyarakat. Terlepas dari kenyataan apakah

keduanya akan diterima atau ditolak dalam masyarakat, namun secara

teoritis keduanya merupakan visi Qur’ani yang dibangun dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi aktual masyarakat setempat, yaitu

sebuah visi Qur’ani yang realistis. Sampai disini kerja ijtihad informal

telah rampung, sedangkan kristalisasi hasil ijtihad menjadi ijma’ dan

kebijakan taqnin merupakan upaya sosialisasi hasil ijtihad, dan bukan

ijtihad itu sendiri.56

Dua gerakan metodis Rahman yang disebutnya sebagai “ijtihad

intelektual”, barang pasti akan menghasilkan keputusan-keputusan hukum

55 Ibid., 43. 56 Ibid., 44.

Page 59: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

44

yang baru jika dibandingkan dengan ketetapan fikih yang telah dahulu

dirumuskan oleh fuqaha, atau bahkan akan menghasilkan keputusan-

keputusan yang menyimpang sedikit atau banyak dari aturan-aturan yang

terkandung secara tekstual dalam ayat-ayat hukum. Kemungkinan itu

sangat besar, namun tidak mungkin akan menghasilkan keputusan hukum

yang menyimpang dari prinsip umum Al-Qur’an. Rahman sendiri

menyatakan secara gamblang ijtihad sebagai “kerja untuk memperbarui”-

atau jika menggunakan bahasa yang tegas adalah “mengubah”-aturan-

aturan yang terkandung di dalam Al-Qur’an atau preseden agar keduanya

mampu mencakupi situasi dan kondisi baru dengan memberikan sebuah

solusi baru pula.57

Selanjutnya Rahman menjelaskan “ijtihad/ijtihad intelektual” itu

tidak sekedar kerja bahasa melalui seperangkat seperangkat kaidah

kebahasaan, tetapi sesungguhnya ia memerlukan keterlibatan kerja sains-

sains kesejarahan untuk mengungkap tata kehidupan masyarakat Arab pra-

Islam dan masyarakat muslim masa nabi sebagai latar belakang sosiologis

Al-Qur’an dalam segala aspek kehidupan aktual mereka; agama, politik,

ekonomi, kebudayaan dan pranata sosial lainnya. Selain itu, juga

memerlukan keterlibatan sains-sains sosial modern untuk mengungkapkan

situasi dan kondisi kehidupan aktual sekarang ini dalam segala aspeknya.

Berdasarkan pertimbangan inilah, Rahman menolak hak previlese exlusive

kalangan ulama’ (Rahman 1989;499) karena kenyataannya para ulama’

57 Ibid., 44.

Page 60: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

45

yang mayoritas keluaran sistem pendidikan Islam tradisional seperti

pendidikan pesantren dan madrasah yang mengabaikan pemberian peranan

filsafat bagi peserta didiknya sebagai sarana berpikir kritis dan tidak pula

dibekali sains-sains sosial modern. Karena “minimnya dan kekunoan ilmu-

ilmu yang mereka tekuni menghalangi mereka untuk bisa menempati

posisi sebagai orang-orang yang mau berpikir jernih”, ungkap Rahman

(1967;498). Kiranya rekonstruksi pendidikan Islam seperti tengah mulai

digalakkan sekarang ini diharapkan sebagai penawar krisis intelektual

masyarakat Islam.58

58 Ibid., 45.

Page 61: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

46

BAB III

KAJIAN AYAT-AYAT SYIFA’

A. Pengertian Syifa’ Secara Umum

Selain berfungsi sebagai hidayah, Al-Qur’an memperkenalkan

dirinya sebagai kitab petunjuk (hudan) yang akan mengantarkan manusia

menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga

memperkenalkan dirinya sebagai obat yang menyembuhkan berbagai

penyakit. Al-Qur’an menggunakan terminologi Syifa’

(obat/penyembuhan) dengan berbagai derivasinya.59

Pada bab ini penulis menghimpun beberapa ayat-ayat Al-Qur’an

yang terkait dengan tema Syifa’. Dalam Al-Qur’an, Kata Syifa’ memiliki

makna penyembuh/obat, yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an berperan

sebagai media pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik itu

penyakit mental, spiritual, moral maupun penyakit yang berhubungan

dengan jasmani. Adapun arti penyembuh/obat (Syifa’) yang terkandung

dalam Al-Qur’an itulah sumber pengobatan dan penyembuhan bagi siapa

saja yang meyakininya. Dalam kasus tersebut, Al-Qur’an sebagai Syifa’

dibagi menjadi dua bagian, yaitu Bersifat Umum, yang artinya bahwa

seluruh isi kandungan Al-Qur’an baik maknawi, surat-suratnya, ayat-ayat,

maupun huruf-hurufnya adalah memiliki potensi penyembuh atau obat.

59 Muchlish M Hanafi, “Qur’anic Immunity”, Webinar Prospek dan Tantangan Al-Qur’an

Sebagai Obat Di Masa Pandemi, (Salatiga: IAIN Salatiga, Rabu 10 Juni 2020).

Page 62: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

47

Dan yang selanjutnya Bersifat Khusus, yakni tidak seluruh Al-Qur’an,

melainkan hanya sebagian saja, bahwa ada dari ayat-ayat atau surat surat

yang terkandung dalam Al-Qur’an dapat menjadi obat atau penyembuh

terhadap suatu penyakit secara spesifik bagi orang-orang yang mengimani

dan meyakini kekuasaan Allah.60

Sebuah tawaran pendekatan pengobatan alternatif telah dicetuskan

dalam suatu metode pengobatan versi Islam yang disebut dengan

pengobatan cara Nabi (al-tibb al-nabawi), yang coba dikembangkan oleh

para ilmuwan Islam dengan didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

Para ilmuwan penggagas pengobatan Nabi berupaya menunjukkan bahwa

prinsup-prinsip pengobatan medis dapat diketemukan di dalam Al-Qur’an

dan mengungkapkan seputar pandangan-pandangan medis seputar dunia

pengobatan yang diungkapkan Nabi sama sekali tidak bertentangan

dengan teori medis saat ini yang dikatakan lebih modern. Para tokoh yang

berkonsentrasi dalam masalah ini tidak menafikkan capaian-capaian para

fisikawan yang melakukan penelitian dalam pengembangan pengobatan

periode ini, melainkan otoritas-otoritas di lapangan seringkali dijadikan

rujukan. Hal-hal yang ingin mereka capai dengan penelitian dan

mengembanghkan pengobatan cara Nabi adalah bisa disebut sebagai suatu

60 Nurul Hikmah, “Syifa’ Dalam Perspektif Al-Qur’an” Skripsi (Jakarta: Program

Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2010), 14-16.

Page 63: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

48

kemajuan dan elaborasi yang akan memberikan motode pengobatan yang

berkarakter Islami. 61

Bentuk-bentuk khusus dari pengobatan Nabi adalah singgungannya

terhadap praktek praktek kegiatan pengobatan yang dianjurkan oleh Nabi

atau dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an. Para pencetusnya menyebut

sebagai pengobatan-pengobatan metode ilahiah (adwiyya ilahiyya) atau

pengobatan-pengobatan cara Nabi (adwiyya nabawiyya), contohnya

seperti salat (shalat), sabar (sabr), puasa (shaum), jihad, mantra-mantra

dan Alqur’an itu sendiri (ruqan,tunggal ruqya). Dengan di didasarkan pada

pengaruh spiritual dan fisikalnya, Pengobatan-pengobatan ini dapat

digunakan untuk menyembuhkan kerancuan-kerancuan yang terjadi pada

fisik dan efisiensinya sebagai penyembuh. Misalnya, dapat kita lihat dalam

ritual salat sebagai latihan fisik, dimana orang yang mengerjakan salat

menggerakkan tulang-tulang sendinya dan mengendorkan organ-organ

dalamnya, dan sebagai bentuk kegiatan religius yang menghubungkan

pikiran orang yang mengerjakannya ke akhirat, menjauhkannya dari sakit,

memperkuat jiwa serta panca inderanya.62

Menurut Ibn al-Qayyim dan al-Dhahabi, Al-Qur’an merupakan obat

yang sempurna untuk semua penyakit, baik penyakit ragawi ataupun

penyakit jiwa. Apa yang terkandung dalam Kitab tersebut bisa digunakan

61 Dale F. Eickelman, Al-Qur’an Sains Dan Ilmu Sosial, terj. Lien Iffah Naf’atu

Fina dan Ari Hendri (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), 83. 62 Ibid., 83.

Page 64: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

49

sebagai pengobatan pelengkap dengan menghubungkannya pada bagian

yang sakit, baik dengan cara menempatkannya pada tempat yang sakit,

atau misalnya dalam kasus sakit mata, membiarkan mata orang yang sakit

menatap Al-Qur’an. Di dalam menjelaskan efisiensi penggunaan Al-

Qur’an sebagai Syifa’, Ibn al-Qayyim menekankan kembali kepada

perlunya kepercayaan dak keyakinan pasien terhadap pengobatan dengan

metode tersebut; seperti halnya dalam pengobatan pada umumnya, di

dalam penggunaan Al-Qur’an sebagai Syifa’ juga dibutuhkan keyakinan

pasien yang sangat kuat akan manfaat-manfaat pengobatan tersebut.

Hanya dengan upaya itulah penyakit dapat di sembuhkan.63

Ayat-ayat Al-Qur’an juga bisa digunakan sebagai obat. Para

penggagasnya memberi anjuran seperti menuliskan satu ayat tertentu

dengan tinta, baik ditulis di kertas, maupun langsung di dalam pembuluh,

kemudian teks/ayat tersebut dilarutkan di dalam air. Kemudian, air

tersebut diminum oleh pasien sebagai obat. Secara sederhana, juga bisa

dengan cara membaca suatu ayat atau membacanya diatas air, di mana

kemudian air tersebut di minum oleh pasien atau disemburkan kepadanya.

Beberapa ayat-ayat Al-Qur’an memiliki kegunaan-kegunaan khusus –

QS.Al-An’am: 98, misalnya, bisa digunakan untuk menyembuhkan sakit

gigi, QS.Yusuf:111 dan QS.Al-Ahqaf: 35 dapat digunakan untuk

membantu memudahkan proses persalinan dan QS.Hud: 44 untuk

menyembuhkan mimisan. Para penggagas metode ini memberikan

63 Ibid., 84.

Page 65: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

50

peringatan agar ayat-ayat ini ditulis dengan cara yang telah disebutkan

diatas untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang sebenarnya, dan

tidak boleh digunakan sebagai jimat-jimat penjaga.64

Obat-obat yang ditulis tidak harus selalu berisi ayat-ayat Al-Qur’an,

teks-teks yang lain pun diperbolehkan. Al-Dhahabi menekankan bahwa

teks-teks ini harus dilihat sebagai upaya permohonan kepada Tuhan dan

oleh karena itu, teks-teks tersebut haruslah teks-teks yang bermakna dan

tidak boleh berisi segala sesuatu yang tercampur dari ajaran non-Islam.65

B. Kajian Ayat-Ayat Syifa’ Dalam Al-Qur’an, Asbab al-Nuzul, Serta

Penjelasannya Dalam Kitab Tafsir

Kata Syifa’ dalam berbagai derivasinya disebut dalam Al-Qur’an

sebanyak enam kali. Empat kali dalam bentuk kata benda (noun), dan dua

kali dalam bentuk kata kerja.66 Maka dalam penelitian ini, penulis

membatasi kajian ayat-ayat Syifa' dalam konteks penafsirannya sebagai

penyembuh/obat dengan berdasar pada upaya penggalian usaha seputar

manfaat Al-Qur’an yang dapat menjadi alternatif penyembuhan atau

pencegahan virus dalam masa pandemi. Antara lain:

1. Surat Al-Isra’ (17): 82

64 Ibid., 85 65 Ibid., 85. 66 Muchlish M Hanafi, “Qur’anic Immunity”, Webinar Prospek dan Tantangan Al-Qur’an

Sebagai Obat Di Masa Pandemi, (Salatiga: IAIN Salatiga, Rabu 10 Juni 2020).

Page 66: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

51

ف آء و ر ح ة ل لم ؤمنين و لا ي زيد الظالمين إلاخ س اراو ن ن ز ل من الق رء ان م اه و ش

﴿٨٢﴾67

“Dan (sedangkan) Kami telah menurunkan Al-Qur’an

sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan ia

tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain

kerugian.”(QS. Al-Isra’:82)68

Asbāb al-Nuzul

Thabathaba’i menjadikan ayat diatas sebagai awal kelompok

baru, yang berhubungan dengan uraian surah ini tentang keistimewaan

Al-Qur’an dan fungsinya sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad

SAW. Memang sebelum ini sudah banyak uraian tentang Al-Qur’an

bermula pada ayat 9, lalu ayat 41 dan seterusnya, dan ayat 59 yang

berbicara tentang tidak diturunkannya lagi mukjizat indrawi.

Kelompok ayat-ayat ini kembali berbicara tentang Al-Qur’an dengan

menjelaskan fungsinya sebagai obat penawar penyakit-penyakit

jiwa.69

Merujuk pada sekian riwayat yang diperselisishkan nilai dan

maknanya, antara lain riwayat oleh Ibn Mardawaih melalui sahabat

Nabi SAW. Ibn Mas’ud ra. Yang memberitakan bahwa ada seseorang

67 Qur’an in Word 68 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 7 , 531. 69 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 7, 532.

Page 67: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

52

tang datang kepada Nabi SAW. mengeluhkan dadanya, maka Rasul

SAW. bersabda: “Hendaklah engkau membaca Al-Qur’an.” Riwayat

dengan makna serupa dikemukakan juga oleh al-Baihaqi melalui

Wai’lah Ibn al-Ashqa’.70

Tanpa mengurangi penghormatan terhadap Al-Qur’an dan

hadits-hadits Nabi SAW., agaknya riwayat ini bila benar, maka yang

dimaksud bukanlah penyakit jasmani, tetapi ia adalah penyakit

ruhani/jiwa yang berdampak pada jasmani. Ia adalah psikosomatik.

Memang tidak jarang seseorang merasa sesak nafas atau dada

bagaikan tertekan karena adanya ketidakseimbangan ruhani.71

Penjelasan Ayat

Ibnu Asyur, pakar tafsir asal tunisia, ketika menjelaskan

QS.al-Isra’:82 mengatakan bahwa Al-Qur’an secara keseluruhan

adalah obat penyembuh dan berbagai penyakit dapat disembuhkan

dengannya, tidak hanya meliputi penyakit jiwa namun juga termasuk

penyakit fisik. Kata Min pada frasa ‘Minal Qur’ani’ tidak memiliki

arti ‘sebagian’ (li al-tab’idh), tetapi penjelasan tentang jenis obat,

yaitu keseluruhan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Menurutnya,

ayat ini mengandung bukti bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-

ayat yang dapat berfungsi atau dapat berguna untuk menyembuhkan

70 Ibid., 532. 71 Ibid., 532.

Page 68: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

53

berbagai macam penyakit (yang sifatnya jasmani/fisik), seperti yang

telah dijelaskan dalam banyak hadis. Kata Syifa’ dalam ayat tersebut

adalah bentuk Musytarak yang melingkupi dua jenis penyembuhan,

yaitu penyakit psikis dan penyakit fisik.72

Dalam tafsir Al-Mishbah dijelaskan bahwa Ayat ini dapat

dinilai berhubungan langsung dengan ayat-ayat sebelumnya dengan

memahami huruf wauw yang biasa diterjemahkan dan pada awal ayat

ini dalam arti wauw al-hal yang terjemahannya dalah sedangkan. Jika

ia dipahami demikian, maka ayat ini seakan-akan menyatakan: “Dan

bagaimana kebenaran itu tidak akan menjadi kuat dan batil tidak akan

lenyap, sedangkan, Kami telah menurunkan Al-Qur’an sebagai obat

penawar keraguan dan penyakit-penyakit yang ada dalam dada dan

Al-Qur’an juga adalah rahmat bagi orang-orang yang beriman dan ia

yakni Al-Qur’an itu tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim

selain kerugian disebabkan oleh kekufuran mereka.”73

Kata Syifa’ biasa diartikan kesembuhan atau obat, dan

digunakan juga dalam arti keterbebasan dari kekurangan, atau

ketiadaan aral dalam memperoleh manfaat. Ketika menafsirkan QS.

Yunus (10): 57, penulis antara lain mengemukakan bahwa sementara

72 Muchlish M Hanafi, “Qur’anic Immunity”, Webinar Prospek dan Tantangan Al-Qur’an

Sebagai Obat Di Masa Pandemi, (Salatiga: IAIN Salatiga, Rabu 10 Juni 2020). 73 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 7, 531.

Page 69: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

54

ulama memahami bahwa ayat-ayat Al-Qur’an dapat juga

menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani.74

Sufi besar Hasan al-Bashri–sebagaimana dikutip oleh

Muhammad Sayyid Thanthawi–dan berdasarkan Abu asy-Syeikh

berkata:”Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai obat terhadap

penyakit-penyakit hati,dan tidak menjadikannya obat untuk penyakit

jasmani.”75

Thabathaba’i memahami fungsi Al-Qur’an sebagai obat dalam

arti menghilangkan dengan bukti-bukti yang dipaparkannya aneka

keraguan/syubhat serta dalih yang boleh jadi hinggap di hati

sementara orang. Hanya saja ulama ini menggaris bawahi bahwa

penyakit-penyakit tersebut berbeda dengan kemunafikan apalagi

kekufuran. Di tempat lain dijelaskan bahwa kemunafikan adalah

kekufurang yang disembunyikan, sedang penyakit-penyakit kejiwaan

adalah keraguan dan kebimbangan batin yang dapat hinggap di hati

orang-orang beriman. Mereka tidak wajar dinamai munafik apalagi

kafir, tetapi tingkat keimanan mereka masih rendah.76

Rahmat adalah kepedihan di dalam hati karena melihat

ketidakberdayaan pihak lain, sehingga mendorong yang pedih hatinya

itu untuk membantu menghilangkan atau membantu menghilangkan

74 Ibid., 531. 75Ibid., 531. 76 Ibid., 532

Page 70: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

55

atau mengurangi ketidakberdayaan tersebut. Ini adalah rahmat

manusia/makhlik. Rahmat Allah dipahami dalam arti bantuan-Nya,

sehingga ketidakberdayaan itu tertanggulangi. Bahkan seperti tulis

Thabathaba’i, rahmat-Nya adalah limpahan karunia-Nya terhadap

wujud dan sarana kesinambungan wujud serta aneka nikmat yang

tidak dapat terhingga. Rahmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepada

orang-orang mukmin adalah kebahagiaan hidup dalam sebagai

aspeknya, seperti pengetahuan tentang ketuhanan yang benar, akhlaq

yang luhur, amal-amal kebajikan, kehidupan berkualitas di dunia dan

akhirat, termasuk perolehan surga dan ridha-Nya. karena itu jika Al-

Qur’an di sifati sebagai rahmat untuk orang-orang mukmin, maka

maknanya adalah limpahan karunia kebajikan dan keberkatan yang di

sediakan Allah bagi mereka yang menghayati dan mengamalkan

nilai-nilai yang diamanatkan Al-Qur’an.77

Ayat ini membatasi rahmat Al-Qur’an untuk orang-orang

mukmin, karena merekalah yang paling berhak menerimanya

sekaligus paling banyak memperolehnya. Akan tetapi ini bukan

berarti bahwa selain mereka tidak memperoleh walau secercah dari

rahmat akibat kehadiran Al-Qur’an. Perolehan mereka yang sekedar

beriman tanpa kemantapan, jelas lebih sedikit dari perolehan orang

77 Ibid., 533.

Page 71: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

56

mukmin, dan perolehan orang kafir atas kehadirannya lebih sedikit

lagi dibanding orang-orang yang sekedar beriman.78

2. Surat An-Nahl (16): 69

إل النحل أ ن اتذي من الب ال ب ي وت و من الشج ر و ما ي عرش ون و أ وح ى ر بك

ث ك لي من ك ل الثم ر ات ف اسل كي س ب ل ر ب ك ذ ل لا ي ر ج من ب ط ون ا ﴾٦٨﴿

ف آء ل لناس إن ف ﴾٦٩﴿ ذ لك لأ ي ة ل ق وم ي ت ف كر ون ش ر اب مت لف أ لو ان ه فيه ش

79

“Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah

sarang-sarang pada sebagian pegunungan dan sebagian pepohonan,

dan pada sebagian tempat-tempat tinggi yang mereka buat. Kemudian

makanlah dari setiap buah-buahan, lalu tempuhlah jalan Tuhanmu

dalam keadaan mudah’. Keluar minuman yang bermacam-macam

warnanya, di dalamnya terdapat penyembuhan bagi manusia.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda

bagi orang-orang yang berpikir.”80

Asbāb al-Nuzul

Ayat ini dalam mengarahkan redaksinya kepada Nabi

Muhammad SAW. dengan menyatakan: Dan ketahuilah wahai Nabi

agung bahwa Tuhanmu yang membimbing dan selalu berbuat baik.,

78Ibid., 533. 79 Qur’an in Word 80 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 7, 280.

Page 72: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

57

telah mewahyukan yakni mengilhamkan kepada lebah sehingga

menjadi naluri baginya bahwa: “Buatlah sebagaimana keadaan

seorang yang membuat secara sungguh-sungguh,sarang-sarang pada

sebagian gua-gua pegunungan dan di sebagian bukit-bukit dan pada

sebagian celah-celah pepohonan dan pada sebagian tempat-tempat

tinggi yang mereka yakni manusia buat.” Kemudian makanlah yakni

hisaplah dari setiap macam kembang buah-buahan, lalu tempuhlah

jalan-jalan yang telah diciptakan oleh Tuhanmu Pemeliharamu dalam

keadaan mudah bagimu.81

Penjelasan Ayat

Setelah menyebut minum susu dan anggur, kini disebutkan

madu. Ibn ‘Asyur menilai bahwa penempatan uraian tentang susu dan

perasan buah-buahan secara bergandengan karena keduanya

melibatkan tangan guna memperolehnya; susu diperah dan buah-

buahan diperas, berbeda dengan madu yang diperoleh tanpa perasan.

Al-Biqa’i berpendapat bahwa karena pembuktian tentang kekuasaan

Allah swt. Melalui lebah jauh lebih mengagumkan daripada kedua

sumber minuman yang disebut sebelum ini, dan karena madu tidak

sebanyak kedua minuman sebelumnya, maka uraiannya ditempatkan

setelah keduanya, sambil mengubah gaya redaksinya.82

81 Ibid., 280. 82 Ibid., 280.

Page 73: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

58

Dengan perintah Allah swt. Kepada lebah yang mengantarnya

memiliki naluri yang demikian mengagumkan. Lebah dapat

melakukan aneka kegiatan yang bermanfaat dengan sangat mudah,

bahkan bermanfaat bagi manusia. manfaat itu antara lain adalah

senantiasa keluar dari dalam perutnya setelah mengisap sari

kembang-kembang, sejenis minuman yang sungguh lezat yaitu madu

yang bermacam-macam warnanya sesuai dengan waktu dan jenis sari

kembang yang diisapnya. Di dalamnya, yakni pada madu itu, terdapat

obat penyembuh bagi manusia walaupun kembang yang dimakannya

ada yang bermanfaat dan ada yang berbahaya bagi manusia.

sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda

kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang-orang yang berpikir.83

Sari kembang-kembang yang diisap oleh lebah mengandung

unsur cairan zat semacam zat gula yang setelah masuk ke perut lebah

menjadi bertambah manis akibat percampurannya dengan zat-zat

kimiawi yang melekat pada lebah. Nah, setelah terbang mengisap sari

kembang, lebah langsung kembali ke sarangnya dan mengeluarkan

yang tidak dibutuhkannya lagi dari apa yang telah diisapnya dan telah

mengendap di perutnya itu ke sarang-sarangnya, dan itulah madu

lebah. Saat lebah menempatkan madu itu di sarang-sarangnya, ia

masih berbentuk cairan yang sangat halus, tetapi lama-kelamaan

mengering karena kehangatan lilin yang merupakan bahan sarang-

83 Ibid., 281

Page 74: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

59

sarangnya serta kehangatan madu itu sendiri. Pergantian musim dan

aneka kembang yang diisapnya mewarnai madu ini. Di musim bunga,

warna madu biasanya keputih-putihan dan di musim panas kecoklat-

coklatan.84

Firman-Nya: ( يهرج من بطرنا ) yakhruju min buthuniha/keluar

dari perutnya dan seterusnya adalah uraian baru. Seakan-akan ada

yang bertanya setelah mendengar keajaiban lebah bahwa:”Apa

gerangan manfaat yang dapat diraih dari binatang aneh ini?” Kalimat

keluar dan seterusnya menjawab pertanyaan tadi sambil

mengingatkan betapa besar nikmat Allah.85

Firman-Nya: ( فيه شفاء للن ا س ) fihi syifa’ linnas/di dalamnya

terdapat obat penyembuh bagi manusia dijadikan alasan oleh para

ulama untuk menyatakan bahwa madu adalah obat bagi segala macam

penyakit. Mereka juga menunjuk pada hadits yang diriwayatkan oleh

Imam Bukhori bahwa salah seorang sahabat Rasul SAW. mengadu

bahwa saudaranya sedang sakit perut. Rasul SAW. menyarankan agar

memberinya minum madu. Saran Rasul SAW. dia laksanakan, tetapi

sakit perut saudaranya belum juga sembuh. Sekali lagi, sang sahabat

mengadu dan sekali lagi juga Rasul SAW. menyarankan hal yang

84 Ibid., 282. 85 Ibid., 282.

Page 75: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

60

sama. Hal serupa berulang untuk ketiga kalinya, Rasul SAW. kali ini

bersabda: “Allah maha benar, perut saudaramu berbohong. Beri

minumlah ia madu.” Sang sahabat kembali memberi saudaranya madu

dan kali ini ia sembuh. (HR. Bukhari dan Muslim melalui Abu Sa’id

al-Khudri).86

Dewasa ini banyak dokter menasihati pengidap penyakit

diabetes–misalnya–untuk tidak mengonsumsi madu. Ini menunjukkan

bahwa madu tidak menjadi obat penyembuh bagi semua penyakit.

Memang, boleh saja tidak menjadi obat penyembuh untuk semua

penyakit. Memang, boleh saja yang dimaksud dengan kata ( الناس )

an-nas/manusia pada ayat di atas adalah sebagian manusia, bukan

semuanya.87

Agaknya, memang benar pendapat yang menyatakan madu

bukanlah obat untuk semua penyakit. Bahwa saudara sahabat Rasul

SAW. yang diinformasikan oleh hadits di atas dapat sembuh karena

ketika itu tidak ada faktor dalam dirinya yang menampik kehadiran

madu sebagai obat, tetapi seandainya ada faktor tersebut maka madu

tidak menjadi obat, bahkan boleh jadi menambah parah penyakitnya.88

86 Ibid., 283. 87 Ibid., 283. 88 Ibid., 283.

Page 76: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

61

Redaksi ayat ini, menurut Ibn ‘Asyur, telah mengisyaratkan

bahwa madu bukanlah obat semua penyakit. Kalimat ayat ini di

dalamnya, yakni di dalam madu, terdapat obat penyembuhan

menunjukkan bahwa obat itu berada di dalam madu. Seakan-akan

madu adalah wadah dan obat berada dalam wadah itu. Wadah

biasanya selalu lebih luas dari apa yang ditampungnya, ini berarti

tidak semua obat ada dalam madu. Dengan demikian, tidak semua

penyakit dapat diobati dengan madu karena tidak semua obat ada

didalamnya. Bahwa “tidak semua obat”, dipahami dari bentuk nakirah

(indifinite) yang dikemukakan bukan dalam redaksi negasi sehingga

ia tidak bermakna semua. Memang, boleh jadi ada faktor-faktor

tertentu pada orang-orang tertentu yang menjadikan fisiknya tidak

sesuai dengan zat-zat yang terdapat pada madu.89

Pakar-pakar tafsir al-Muntakhab menulis bahwa madu

mengandung dalam porsi yang besar unsur fruktosa dan perfentous,

yaitu semacam zat gula yang sangat mudah dicerna. Ilmu kedokteran

modern menyimpulkan bahwa glukosa sangat berguna bagi proses

penyembuhan bebagai jenis penyakit melalui injeksi atau dengan

perantaraan mulut yang berfungsi sebagai penguat. Di samping itu,

madu juga memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi, terutama

vitamin B kompleks.90

89 Ibid., 284. 90 Ibid., 284.

Page 77: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

62

Ayat 69 ini ditutup dengan kalimat bagi orang-orang yang

berpikir, sedang ayat 67 ditutup dengan bagi orang-orang yang

berakal. Sebelumnya telah dikemukakan kesan tentang ditutupnya

ayat 65 dengan kalimat bagi orang-orang yang mendengar. Ayat 67

yang uraiannya berkaitan dengan buah-buahan, manfaatnya bagi

manusia, kaitan sistem kerjanya yang juz’iy dengan yang kulliy adalah

uraian yang memerlukan penalaran akal, agaknya karena itulah ia

dututup dengan kalimat bagi orang-orang yang berakal, sedang di

sini uraiannya berkaitan dengan kehidupan dan sistem kerja lebah

serta keajaiban-keajaibannya. Hal-hal tersebut memerlukan

perenungan yang lebih dalam dari sebelumnya., karena itu ditutup

dengan bagi orang-orang yang berpikir. Demikian Thabathaba’i.91

3. Surat Yunus (10): 57

أ ي ه ا النا ف آء ل م ا ف الصد ور و ه دى و ر ح ة ي س ق د ج آء تك م موعظ ة م ن رب ك م و ش

92﴾۵۷﴿ ل لم ؤمنين

“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya telah datang kepada

kamu pengajaran dari Tuhan kamu dan obat bagi apa yang terdapat

dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.”

(QS. Yunus:57)93

91 Ibid., 284. 92 Qur’an in Word 93 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 6, 102.

Page 78: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

63

Asbāb al-Nuzul

Kelompok ayat-ayat ini kembali kepada persoalan pertama

yang disinggung oleh surah ini yang sekaligus menjadi topik

utamanya. Yaitu keheranan mereka atas turunnya wahyu kepada Nabi

Muhammad SAW. terhadap mereka, setelah bukti kebenaran Al-

Qur’an dipaparkan bahkan di tantangkan, kini–kepada semua

manusia–ayat ini menyampaikan fungsi wahyu yang mereka ingkari

dan lecehkan itu. Wahai seluruh manusia, di mana dan kapanpun

sepanjang masa, sadarilah bahwa sesungguhnya telah datang kepada

kamu semua pengajaran yang sangat agung dan bermanfaat dari

Tuhan Pemelihara dan Pembimbing kamu yaitu Al-Qur’an al-Karim

dan obat yang sangat ampuh bagi apa, yakni penyakit-penyakit

kejiwaan yang terdapat dalam dada, yakni hati manusia dan petunjuk

yang sangat jelas menuju kebenaran dan kebajikan serta rahmat yang

amat besar lagi melimpah bagi orang-orang mukmin.94

Penjelasan Ayat

Ayat diatas menegaskan adanya empat fungsi Al-Qur’an:

pengajaran, obat, petunjuk, serta rahmat. Thahir Ibn’Asyur

mengemukakan bahwa ayat ini memberi perumpamaan tentang jiwa

manusia dalam kaitannya dengan kehadiran Al-Qur’an. Ulama itu

memberi ilustrasi lebih kurang sebagai berikut. Seseorang yang sakit

94 Ibid., 103.

Page 79: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

64

adalah yang tidak stabil kondisinya, timpang keadaannya lagi lemah

tubuhnya. Ia menanti kedatangan dokter yang dapat memberinya obat

guna kesembuhannya. Sang dokter tentu saja perlu memberi

peringatan kepada pasien ini menyangkut sebab-sebab penyakitnya

dan dampak-dampak kelanjutan penyakit itu, lalu memberinya obat

guna kesembuhannya, kemudian memberinya petunjuk dan saran

tentang cara hidup sehat agar kesehatannya dapat terpelihata sehingga

penyakit yang dideritanya tidak kambuh lagi. Nah, jika yang

bersangkutan memenuhi tuntunan sang dokter, niscaya ia akan sehat

sejahtera dan hidup bahagia serta terhindar dari segala penyakit. Dan

itulah rahmat yang sungguh besar.95

Kalau kita menerapkan secara berurut keempat fungsi Al-

Qur’an yang disebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengajaran

Al-Qur’an pertama kali menyentuh hati yang masih diselubungi oleh

kabut keraguan dan kelengahan serta aneka sifat kekurangan. Dengan

sentuhan pengajaran itu, keraguan berangsur sirna dan berubah

menjadi keimanan, kelengahan beralih sedikit demi sedikit menjadi

kewaspadaan. Demikian dari saat- ke saat, sehingga ayat-ayat Al-

Qur’an menjadi obat bagi aneka penyakit-penyakit ruhani. Dari sini,

jiwa seseorang akan menjadi lebih siap meningkat dan meraih

petunjuk tentang pengetahuan yang benar dan makrifat tentang Tuhan.

Ini membawa pada lahirnya akhlak luhur, amal-amal kebajikan yang

95 Ibid., 104.

Page 80: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

65

mengantar seseorang meraih kedekatan kepada Allah swt. Dan ini,

pada gilirannya nanti, mengundang aneka rahmat yang puncaknya

adalah surga dan ridha Allah swt.96

4. Fushshilat, (41): 44

ق ل ه و للذي ت ه ء اعج مي و ع ر ب يا لق ال وا ل ولا ف صل ت ء اي ع لن اه ق رء ان أ عج م ن ء ام ن وا و ل و ج

ن ون ف ء اذ انم و ق ر و ه و ع ل يهم ع مى أ ول ئك ي ن ا ف آء و الذين لا ي ؤم د ون من مك ان ه دى و ش

97﴾۴۴﴿ ب عيد

Artinya: Dan jika seandainya kami menjadikannya suatu

bacaan dalam bahasa non Arab tentulah mereka mengatakan:

“Mengapa tidak di jelaskan ayat-ayatnya?” Apakah dalam bahasa

asing, sedang (rasul) adalah orang Arab? Katakanlah: “Ia bagi orang-

orang yang beriman adalah petunjuk dan penyembuh. Dan orang-

orang yang tidak beriman, pada telinga mereka ada sumbatan, sedang

ia bagi mereka suatu kebutuhan. Mereka itu orang-orang yang

dipanggil dari tempat yang jauh.”98

Asbāb al-Nuzul

Salah satu yang dikatakan orang kafir menyangkut Al-Qur’an

adalah bahwa: “Hati kami berada dalam tutupan dari apa yang

engkau seru kami kepadanya”(ayat 5), sedang sebelum itu Allah telah

menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah “Kitab yang dirinci ayat-

96 Ibid., 105. 97 Qur’an In Word 98 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 10, 428.

Page 81: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

66

ayatnya” (ayat 2). Di sini para pendurhaka itu di kecam oleh ayat di

atas dengan menyatakan: Sungguh kami telah menurunkan Al-Qur’an

dalam bahasa yang mereka mengerti dan jika seandainya kami

menjadikannya yakni Al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa non

Arab atau bahasa Arab yang tidak jelas bagi orang-orang kafir itu

maknanya, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan

dan dirinci ayat-ayatnya?” Komentar kaum musyrikin dibantah

bahwa: Apakah patut Al-Qur’an dalam bahasa asing, sedang rasul

yang menyampaikannya adalah orang Arab dan masyarakat pertama

yang ditemuinya adalah masyarakat berbahasa Arab? Katakanlah: “Ia

yakni Al-Qur’an secara khusus bagi orang-orang yang beriman

adalah petunjuk yang dapat menyingkap kebingumgan dan

penyembuh segala macam penyakit kejiwaan. Mata dan telinga

mereka terbuka lebar memperhatikan dan mendengarnya. Dan orang-

orang yang tidak beriman, pada telinga mereka terdapat sumbatan,

karena itu mereka tidak memperoleh manfaat dari kehadiran Al-

Qur’an sedang ia yakni Al-Qur’an ini bagi mereka secara khusus

adalah suatu kebutuhan yakni mereka itu adalah seperti orang-orang

yang dipanggil dari tempat yang jauh sehingga tidak heran jika

mereka tidak mendengar.”99

Ucapan kaum musyrikin tersebut dipahami oleh sementara

kaum ulama sebagai gambaran kekeraskepalaan mereka. Yakni

99 Ibid., 428.

Page 82: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

67

mereka mengususlkan agar Al-Qur’an turun dalam bahasa non Arab,

supaya lebih jelas kebenarannya. Dalam arti Nabi Muhammad

berbahasa Arab, tidak mengenal bahasa lain, namun wahyu yang

beliau sampaikan bukan bahasa yang beliau tahu. Usul kaum musrikin

ini dijawab bahwa: “Seandainya usul mereka diterima, maka mereka

akan tetap menolak dan berkata: Mengapa tidak dijelaskan dan dirinci

ayat-ayatnya dst.” Pendapat ini rasanya terlalu dipaksakan,

sebagaimana tidak ada pula riwayat yang mendukungnya.100

Penjelasan Ayat

Yang di maksud dengan kata ( qur’anan pada ayat di ) قرءان

atas adalah makna kebahasaannya yakni bacaan bukan pengertian

istilahnya yakni kitab suci umat Islam.101

Kata ( أعجمي ) a’jamiy terambil dari kata ( عجمة ) ‘ujmah

yakni ketidakjelasan. Seseorang yang tidak jelas bahasanya dinamai

oleh pemakai bahasa Arab sebagai a’jamiyy, dari sini ia diartikan

orang yang tidak dapat berbahasa Arab, atau kalaupun dapat,

bahasanya sulit dimengerti oleh satu dan lain sebab.102

100 Ibid., 428. 101 Ibid., 428. 102 Ibid., 429.

Page 83: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

68

Kata ( عرب ) ‘arabiyy berbentuk tunggal. Ada yang

memahaminya sebagai predikat dari kata rasul, ada juga yang

menjadikannya predikat dari kata pendengar-pendengarnya, kendati

kata tersebut berbentuk tunggal. Ini menurut mereka karena ayat di

atas bermaksud menggambarkan dua hal yang bertolak belakang,

bukan bermaksud menggambarkan banyak atau sedikitnya pendengar

itu.103

5. Asy-Syu’ara’ (26): 80

و إذ ام رضت ف ه و ي شفين﴿٨٠﴾104

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku”.105

M. Quraish Shihab menjelaskan ayat di atas dalam tafsirnya

bahwa “Dan, di samping itu, apabila aku memakan atau meminum

sesuatu yang mestinya kuhindari atau melakukan kegiatan yang

menjadikan aku sakit, maka hanya Dia pula Yang menyembuhkan aku

sehingga kesehatanku kembali pulih.106

Asbāb al-Nuzul

103 Ibid., 429. 104 Qur’an In Word 105 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 9, 258. 106 Ibid., 258.

Page 84: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

69

Ayat ini turun karena masyarakat yang hidup di zaman Nabi

Ibrahim mengalami sakit, namun mereka masih saja meminta

pertolongan kepada berhala-berhala mereka. Sehingga turun ayat ini,

agar Nabi Ibrahim menyampaikan kepada masyarakat yang hidup

pada saat itu supaya sadar bahwa sesungguhnya Allah lah yang

memberi sakit, dan Dialah pula yang akan memberikan

kesembuhan.107 Karena sesungguhnya Dialah yang memberi

kesembuhan, serta Dia pula yang mematikan, juga menghidupkan kita

kembali untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita,

setelah kita mati nanti.108

Penjelasan Ayat

Firman-Nya: ( وإذمرضت ) wa idza maridhtu/dan apabila aku

sakit berbeda dengan redaksi lainnya. Perbedaan pertama adalah

penggunaan kata idza/apabila dan mengandung makna besarnya

kemungkinan atau bahkan kepastian terjadinya apa yang dibicarakan,

dalam hal ini adalah sakit. Ini mengisyaratkan bahwa sakit–berat atau

ringan,fisik atau mental–merupakan keniscayaan hidup manusia.

perbedaan kedua adalah redaksinya yang menyatakan “apabila aku

sakit” bukan “Apabila Allah menjadikan aku sakit”. Namun demikian,

dalam hal penyembuhan–seperti juga dalam pemberian hidayah,

107 Syaikh Abdul Malik, Tafsir AL-Azhar, juz.XIX (Surabaya:Yayasan Jatimojong, 1981),

120. 108 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 10, 67.

Page 85: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

70

makan, dan minum–secara tegas beliau mengatakan bahwa yang

melakukannya adalah Dia, Tuhan semesta alam itu.109

Dengan demikian, terlihat dengan jelas bahwa berbicara

tentang nikmat, secara tegas, Nabi Ibrahim as. Menyatakan bahwa

sumbernya adalah Allah swt., berbeda dengan ketika berbicara

tentang penyakit. Ini karena penganugerahan nikmat adalah sesuatu

yang terpuji sehingga wajar bila disandarkan kepada Allah, sedang

penyakit adalah sesuatu yang dapat dikatakan buruk sehingga tidak

wajar dinyatakan bersumber dari Allah swt. Demikian Nabi Ibrahim

as. Mengajarkan bahwa segala yang terpuji dan indah bersumber dari-

Nya. adapun yang tercela dan negatif, hendaklah terlebih dahulu dicari

penyebabnya pada diri sendiri.110

Perlu dicatat juga bahwa penyembuhan, sebagaimana

ditegaskan oleh Nabi Ibrahin as. Ini, bukan berarti upaya manusia

untuk meraih kesembuhan tidak diperlukan lagi. Sekian banyak hadis

Nabi Muhammad SAW. yang memerintahkan untuk berobat. Ucapan

Nabi Ibrahim as. Itu hanya bermaksud menyatakan bahwa sebab dari

segala sebab adalah Allah swt.111

Ketika menafsirkan ayat kelima surah al-Fatihah, penulis

antara lain mengemukakan bahwa: Dlam kehidupan ini, ada yang

109 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 9, 258. 110 Ibid., 258. 111 Ibid., 259.

Page 86: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

71

dinamai hukum-hukum alam atau “sunnatullah”, yakni ketetapan-

ketetapan Tuhan yang lazim berlaku dalam kehidupan nyata seperti

hukum-hukum sebab-akibat. Manusia mengetahui sebagian dari

hukum-hukum tersebut. Misalnya, seseorang yang sakit lazimnya

dapat sembuh apabila berobat dan mengikuti saran-saran dokter.

Tetapi, jangan duga bahwa dokter atau obat yang diminum itulah yang

menyembuhkan penyakit itu. Tidak! Yang menyembuhkan adalah

Allah swt. Kenyataan menunjukkan bahwa sering kali dokter telah

“menyerah” dalam mengobati seorang pasien., bahkan telah

memperkirakan batas kemampuannya bertahan hidup, namun dugaan

sang dokter meleset, bahkan si pasien tak lama kemudian segar bugar.

Apa arti itu semua? Apa yang terjadi disana? Yang terjadi bukan

sesuatu yang lazim. Ia tidak berhubungan dengan hukum sebab dan

akibat yang selama ini kita ketahui. Itu adalah ‘inayatullah

(pertolongan dan perlindungan Allah yang khusus).112

Jika demikian dalam kehidupan kita, di samping ada yang

dinamai sunnatullah, yakni ketetapan-ketetapan Ilahi yang lazim

berlaku di kehidupan nyata seperti hukum sebab akibat, ada juga yang

dinamai ‘inayatullah, yakni pertolongan dan bimbingan Allah di luar

kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.113

112 Ibid., 259. 113 Ibid., 259.

Page 87: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

72

Bahkan, lebih dari itu, dapat dipertanyakan tentang

“sunnatullah” atau hukum-hukum alam seperti hukum alam seperti

hukum sebab akibat yang disebutkan di atas “siapakah yang

mengaturnya?” “siapa yang menjadikan atau mewujudkannya”

Kesembuhan si penderita apakah disebabkan oleh obat yang

diminumnya atau petunjuk dokter yang ditaatinya? Keduanya tidak!

Demikian jawab agamawan, antara lain berdasarkan ucapan Nabi

Ibrahim as. Yang diabadikan oleh ayat yang ditafsirkan ini. Ilmuwan

pun menjawab demikian karena, menurut mereka, hukum-hukum

alam tiada lain kecuali “ikhtisar dari pukul rata statistik”. Setiap saat

kita melihat air mengalir menuju tempat yang rendah, matahari terbit

dari sebelah timur, si sakit sembuh karena meminum obat tertentu, dan

sebagainya. Hal tersebut lazim kita lihat dan ketahui. Maka

muncullaah apa yang dinamai “hukum-hukum alam”. Tetapi, jangan

menduga bahwa “sebab” itulah yang mewujudkan akibat karena para

ilmuwan sendiri pun tidak tahu secara pasti faktor apa dari sekian

banyak faktor yang mengantarkannya ke sana.114

Hakikat “sebab” yang diketahui hanyalah bahwa ia

berbarengan dan atau terjadi sebelum terjadi akibatnya. Tidak ada

suatu bukti yang dapat menunjukkan bahwa “sebab” itulah yang

mewujudkan “akibat”. Sebaliknya, sekian banyak keberatan ilmiah

yang tidak mendapat jawabab tuntas atau memuaskan menghadang

114 Ibid., 260.

Page 88: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

73

pendapat yang menyatakan bahwa apa yang kita namakan “sebab”

itulah yang mewujudkan akibat.115

Setelah ditemukannya bagian-bagian atom, elektron, dan

proton, sadarlah para ilmuwan masa kini tentang ketidakpastian dan

lahirlah salah satu prinsip ilmiah, yaitu probability. Ilmuwan kini

mengakui bahwa apa yang sebelum ini diduga bahwa keadaan A pasti

menghasilkan keadaan B, tidak lagi dapat dipertahankan. Kini,

mereka berkata keadaan A boleh jadi mengakibatkan B atau C atau D

atau selain itu semua. Paling tinggi yang dapat dikatakan adalah

bahwa keadaan B mengandung kemungkinan yang lebih besar

daripada keadaan C dan bahwa derajat kemungkinan keadaan ini lebih

besar dari keadaan itu. Adapun memastikannya, hal tersebut diluar

kemampuan siapa pun. Ia kembali pada ketentuan takdir, apa pun

hakikat atau siapapun takdir itu. Demikian tulis Sayyid Quthub

mengutip pendapat ilmuwan Inggris, Sir. James Jannes.116

6. At-Taubah (14): 14

ق اتل وه م ي ع ذ ب م الله ب يديك م و ي زهم و ي نص رك م ع ل يهم و ي شف ص د ور ق وم مؤمنين

﴿١٤﴾117

115 Ibid., 260. 116 Ibid., 260. 117 Qur’an In Word

Page 89: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

74

“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka

dengan tangan-tangan kamu dan Dia akan menghinakan mereka dan

memenangkan kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-

orang yang beriman, dan menghilangkan panas hati orang-orang

mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya.

Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”118

Asbāb al-Nuzul

Setelah menyebut tiga pokok yang mengharuskan kaum

muslimin berperang, yaitu karena kaum musyrikin membatalkan

perjanjian, berkemauan keras mengusir Nabi Muhammad SAW. dari

Mekkah–baik sebelum hijrah maupun sesudahnya–dan merekalah

yang memulai penganiayaan dan peperangan, melalui ayat ini disebut

apa yang dapat dihasilkan oleh pelaksanaan perintah itu, yakni

Perangilah mereka demi memenuhi perintah Allah dan demi meraih

Ridha-Nya niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan

tangan-tangan kamu, yakni dengan usaha kamu membunuh, melukai,

menawan, dan mengambil harta mereka dan, dengan memerangi

mereka Dia juga akan menghinakan mereka dalam kehidupan

duniawi dan ukhrawi dan memenangkan kamu terhadap mereka, serta

melegakan hati orang-orang yang beriman, dan menghilangkan

panas hati, yakni amarah yang terpendam di hati orang-orang

mukmin atas penganiayaan kaum musyrikin di masa lalu atas mereka

serta keluarga dan teman-teman mereka. Demikian itulah buah yang

118 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 5, 33.

Page 90: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

75

dapat kamu peroleh dengan memerangi mereka. Adapun kaum

musyrikin, persoalan mereka kembali dan terserah kepada Allah. Dan

Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya dari orang

musyrik atau munafik yang selama ini memusuhi kamu dan, bila itu

terjadi, mereka akan menjadi saudara-saudara kamu seagama, Allah

Maha Mengetahui siapa yang wajar memperoleh pengampunan—ya

dan mengetahui pula isi hati kamu baik yang bersemangat untuk

berperang maupun yang enggan, lagi Maha Bijaksana dalam segala

tindakan dan ketetapannya.119

Penjelasan Ayat

Firman-Nya: ( ينصركم عليهم ) yanshurukum

‘alaihim/memenangkan kamu terhadap mereka setelah sebelumnya

telah dinyatakan akan menghinakan mereka perlu dicantumkan

karena menghinakan mereka belum tentu akibat kemenangan yang

diraih kaum muslimin, bahkan belum tentu kehinaan tersebut

berkaitan langsung dengan kemenangan kaum muslimin. Karena itu,

menjadi sangat wajar pada kemenangan kaum muslimin disebutkan

setelah kehinaan yang diderita kaum musyrikin.120

Melegakan hati berbeda dengan menghilangkan panas hati.

Yang pertama dengan terbunuh dan terhinanya lawan dan yang kedua

119 Ibid., 33. 120 Ibid., 33.

Page 91: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

76

karena kemenangan yang diraih. Bisa juga menghilangkan panas hati

merupakan peringkat yang lebih tinggi dari melegakan hati. Dalam

arti, kelegaan tersebut memang telah menyenangakan tetapi boleh jadi

bekas-bekas kejengkelan, dendam, dan amarah masih hinggap di hati.

Dengan hilangnya panas hati, semua kembali normal, tidak sedikitpun

kejengkelan akan berbekas sehingga, jika kelak ada di antara kaum

musyrikin itu yang memeluk Islam, panas hati dan dendam tersebut

tidak mereka rasakan lagi karena Allah telah menghilangkan dari hati

mereka.121

Kata ( غيض ) ghaidh/panas hati adalah amarah yang disertai

dengan dorongan untuk melakukan pembalasan. Fakhruddin ar-Razi

berpendapat bahwa ayat ini menunjukkan betapa kekeuh keimanan

para sahabat Nabi Muhammad SAW. hati mereka penuh amarah

terhadap orang-orang kafir demi agama sehingga timbul keinginan

yang meluap untuk mengalahkan mereka. Tentu saja, hati yang

demikian itu halnya adalah hati yang dipenuhi dengan iman. Di sisi

lain–tulisnya lebih jauh–ayat ini juga merupakan salah satu mukjizat

dari aspek pemberitaan gaib karena Allah telah memberitakan hal-hal

di atas sebelum terjadinya dan ternyata kemudian ia terjadi

sebagaimana diberitakan dan sekian banyak juga dari kaum musyrikin

121 Ibid., 33.

Page 92: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

77

yang tadinya memerangi Nabi SAW. akhirnya memeluk Islam dan

diampuni Allah swt. 122

Dari cara penyebutan dan penjelasan ayat-ayat di atas, diperoleh

beberapa informasi, dari empat ayat yang menyebut kata Syifa’, dua di

antaranya ditujukan kepada manusia secara menyeluruh (an-nas) (QS.

Yunus: 57 dan QS. An-Nahl: 69), dan dua yang selanjutnya ditujukan

kepada orang-orang yang beriman (QS. Fusshilat: 44 dan Al-Isra’:82).

Ayat tersebut memberi kesan informasi bahwa konsep kesembuhan yang

ditawarkan Al-Qur’an berlaku untuk semua manusia, baik mukmin atau

bukan orang mukmin. Kemudian yang berbentuk kata benda, tiga di

antaranya menjelaskan fungsi Al-Qur’an sebagai obat penyembuh (QS.

Al-Isra’:82, QS. Yunus: 57, dan QS. Fusshilat: 44), dan satu lainnya

tentang madu sebagai obat (QS. An-Nahl:68-69). Satu hal yang memberi

isyarat penyembuhan dengan Al-Qur’an, selain madu, tidak bisa

diabaikan. Bahkan, dengan bermain angka, bila empat kata Syifa’

menggambarkan penyembuhan 100%, maka penyembuhan dengan Al-

Qur’an (Tiga kali disebut) memiliki porsi 75%, dibanding madu yang 25%

(sekali disebut). Enam ayat tersebut disatas menggambarkan proses

penyembuhan yaitu; yang memberi kesembuhan adalah Allah; media

122 Ibid., 33.

Page 93: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

78

penyembuhan yang bersifat psikis atau ruhani adalah Al-Qur’an, dan;

media yang bersifat fisik adalah madu.123

Dalam bab selanjutnya, penulis berupaya memahami ayat-ayat Syifa’

secara kontekstual dengan menggunakan teori yang digagas oleh Fazlur

Rahman, yaitu Double Movement (Gerakan Ganda). Dimana hasilnya

nanti diharapkan mampu menjawab permasalahan pandemi yang sedang

berlangsung saat ini.

123 Muchlish M Hanafi, “Qur’anic Immunity”, Webinar Prospek dan Tantangan Al-Qur’an

Sebagai Obat Di Masa Pandemi (Salatiga: IAIN Salatiga, Rabu 10 Juni 2020).

Page 94: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

79

BAB IV

APLIKASI TEORI DOUBLE MOVEMENT TERHADAP AYAT-

AYAT SYIFA’

Membahas mengenai Al-Qur’an tidak hanya sebatas ruang lingkupnya

sebagai hidayah, namun Ia juga berfungsi sebagai Syifa. Jika dikaitkan dengan

kondisi saat ini, maka akan timbul sebuah pertanyaan mengenai Bagaimanakah Al-

Quran dapat hadir sebagai jawaban sekaligus solusi bagi masyarakat dunia

terkhusus kaum muslimin dalam menghadapi pandemi atau wabah penyakit yang

sedang berlangsung saat ini?, dimana vaksin untuk jenis virus baru ini masih dalam

tahap uji coba dan belum dapat digunakan untuk masyarakat luas, terkhusus bagi

mereka yang terpapar wabah ini.

A. Relevansi Ayat-Ayat Syifa’ Dalam Konteks Masa Sekarang

Situasi pandemi covid-19 di Indonesia dipandang berbagai pihak

semakin mengkhawatirkan dikarenakan jumlah kasus yang semakin

meningkat. Sampai saat ini, belum ada obat khusus yang disarankan untuk

mencegah atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus ini. Untuk

melindungi diri dari paparan virus sementara vaksin atau obat masih dalam

tahap uji klinis, masyarakat dunia diimbau untuk melakukan pencegahan

dengan 3M, yaitu, menghindari kerumunan, mencuci tangan, dan memakai

masker.

Al-Qur’an datang dan hadir selain berfungsi sebagai hidayah, ia juga

memperkenalkan dirinya sebagai obat/Syifa’ yang menyembuhkan

Page 95: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

80

berbagai penyakit. Petunjuk yang termuat dalam Al-Qur’an tidak hanya

terbatas untuk orang-orang yang beriman, tetapi juga mencakup untuk

seluruh umat manusia, muslim dan non muslim, bahkan alam semesta.

Dalam kasus ini, penulis mencoba menggunakan teori double

movement yang digagas oleh Fazlur Rahman sebagai alat atau metode

dalam memahami term Al-Qur’an sebagai Syifa’ yang kiranya sesuai

dengan situasi yang terjadi pada saat ini. Berikut, tehnik-metodik dari teori

Double Movement.

1. Memahami makna atau arti dari suatu ayat dengan menganalisis dan

mengkaji Asbāb al-Nuzul dimana Al-Qur’an atau pernyataan dari ayat

tersebut merupakan jawabannya.

2. Membentuk gagasan atau simpulan umum sebagai jawaban-jawaban

spesifik dan menyatakannya sebagai sebuah pernyataan yang memiliki

tujuan-tujuan moral-sosial umum.

3. Membawa nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang umum tersebut kedalam

konteks sosio-historis di masa sekarang, dengan menganalisis secara

cermat kondisi dan situasi masa kini.

B. Penerapan Tehnik-Metodik

TAHAP 1 : Memahami fungsi Al-Qur’an sebagai Syifa’ pada

masa lampau, memahami kondisi dimana ayat-ayat tentang syifa’

diturunkan, serta kondisi sosial masyarakat pada saat itu. Tujuan dari

Page 96: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

81

gerakan pertama ini adalah untuk menangkap spirit atau pesan yang ingin

disampaikan dalam ayat tersebut.

Kelompok ayat-ayat yang telah disebutkan pada bab sebelumnya

membicarakan tentang Al-Qur’an dengan menjelaskan fungsinya sebagai

obat penawar penyakit-penyakit jiwa. Salah satu sumber yang

menjelaskan pada masa Nabi SAW. Ibn Mas’ud ra. Yang memberitakan

bahwa ada seseorang yang datang kepada Nabi SAW. mengeluhkan

dadanya, maka Rasul SAW. bersabda: “Hendaklah engkau membaca Al-

Qur’an.” Riwayat dengan makna serupa dikemukakan juga oleh al-Baihaqi

melalui Wai’lah Ibn al-Ashqa’. Yang dimaksud dalam pernyataan tersebut

bukanlah penyakit jasmani, tetapi ia adalah penyakit ruhani/jiwa yang

berdampak pada jasmani. Ia adalah psikosomatik. Memang tidak jarang

seseorang merasa sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena adanya

ketidakseimbangan ruhani.

Ayat yang mengabarkan tentang Syifa’ juga turun berkaitan dengan

masyarakat yang hidup di zaman Nabi Ibrahim yang mengalami sakit,

namun mereka masih saja meminta pertolongan kepada berhala-berhala

mereka. Sehingga turun ayat ini, agar Nabi Ibrahim menyampaikan kepada

masyarakat yang hidup pada saat itu supaya sadar bahwa sesungguhnya

Allah lah yang memberi sakit, dan Dialah pula yang akan memberikan

kesembuhan.124 Karena sesungguhnya Dialah yang memberi kesembuhan,

124 Syaikh Abdul Malik, Tafsir AL-Azhar, juz XIX, 120.

Page 97: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

82

serta Dia pula yang mematikan, juga menghidupkan kita kembali untuk

mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita, setelah kita mati

nanti.

Sejarah juga mencatat perihal apa yang orang kafir pertanyakan

mengenai Al-Qur-an yang diturunkan dalam bahasa Arab, yang kemudian

pertanyaan mereka ditanggapi bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa

Arab atau tidak, mereka tetap tidak akan beriman. Dan Al-Quran secara

khusus bagi orang-orang beriman adalah petunjuk yang dapat menyingkap

kebingumgan dan penyembuh segala macam penyakit kejiwaan.

Al-Qur’an datang membawa kabar kepada seluruh manusia, di mana

dan kapanpun sepanjang masa, untuk menyadarkan sepenuhnya bahwa

telah datang kepada manusia pengajaran yang sangat agung dan

bermanfaat dari Tuhan, yaitu Al-Qur’an al-Karim dan obat yang sangat

ampuh bagi penyakit-penyakit kejiwaan yang terdapat dalam dada, yakni

hati manusia dan petunjuk yang sangat jelas menuju kebenaran dan

kebajikan serta rahmat yang amat besar dan melimpah bagi orang-orang

mukmin.

Dari ayat-ayat Syifa’ yang coba penulis pahami dan rangkum

tersebut, diperoleh beberapa informasi, dari empat ayat yang menyebut

kata Syifa’, dua di antaranya ditujukan kepada manusia secara menyeluruh

(an-nas) (QS. Yunus: 57 dan QS. An-Nahl: 69), dan dua yang selanjutnya

ditujukan kepada orang-orang yang beriman (QS. Fusshilat: 44 dan Al-

Page 98: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

83

Isra’:82). Ayat tersebut memberi kesan informasi bahwa konsep

kesembuhan yang ditawarkan Al-Qur’an berlaku untuk semua manusia,

baik mukmin atau bukan orang mukmin. Kemudian yang berbentuk kata

benda, tiga di antaranya menjelaskan fungsi Al-Qur’an sebagai obat

penyembuh (QS. Al-Isra’:82, QS. Yunus: 57, dan QS. Fusshilat: 44), dan

satu lainnya tentang madu sebagai obat (QS. An-Nahl:68-69). Satu hal

yang memberi isyarat penyembuhan dengan Al-Qur’an, selain madu, tidak

bisa diabaikan. Bahkan, dengan bermain angka, bila empat kata Syifa’

menggambarkan penyembuhan 100%, maka penyembuhan dengan Al-

Qur’an (Tiga kali disebut) memiliki porsi 75%, dibanding madu yang 25%

(sekali disebut). Enam ayat tersebut disatas menggambarkan proses

penyembuhan yaitu; yang memberi kesembuhan adalah Allah; media

penyembuhan yang bersifat psikis atau ruhani adalah Al-Qur’an, dan;

media yang bersifat fisik adalah madu.

Berdasarkan dari Asbāb al-Nuzul ayat-ayat yang menginformasikan

seputar Syifa’ tersebut, penulis mendapatkan nilai-nilai universal dengan

tujuan-tujuan umum sebagai berikut:

1. Secara umum ayat-ayat tersebut memberi kesan informasi bahwa

konsep kesembuhan yang ditawarkan Al-Qur’an berlaku untuk semua

manusia, baik mukmin atau bukan orang mukmin.

2. satu satunya sumber kesembuhan hanya dari Allah dan Allah lah yang

berhak memberi kesembuhan bagi setiap penyakit yang diderita

manusia.

Page 99: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

84

3. Penyakit ruhani/jiwa memiliki dampak pada kesehatan jasmani.

4. Al-Qur’an secara khusus bagi orang-orang yang beriman adalah

petunjuk yang dapat menyingkap kebingungan dan penyembuh segala

macam penyakit kejiwaan.

5. Al-Qur’an dapat melegakan hati orang-orang yang beriman, dan

menghilangkan panas hati, yakni amarah yang terpendam di hati orang-

orang mukmin.

Gerakan kembali menuju masa Al-Qur’an diturunkan dengan

melihat latar belakang situasi dan sektor sosialnya telah coba penulis

simpulkan dan mengambil nilai-nilai serta tujuan umumnya secara

sitematis. Hal itu menandai hasil dari gerakan pertama teori Double

Movement, yang berarti, selanjutnya masuk pada gerakan kedua.

TAHAP 2 : Mengambil dan membawa nilai-nilai, prinsip-

prinsip dan tujuan-tujuan universal yang didapatkan dari

pemahaman ayat-ayat Syifa’ pada masa lampau, ke dalam masa

sekarang yang konkrit dengan segala kondisi, situasi, dan

problematikanya.

Sebalum mengkontekstualisasikan nilai, prinsip, dan tujuan umum

tersebut kedalam konteks yang konkrit di masa sekarang, terlebih dahulu

perlu dilakukan kajian yang mendalam atas situasi dan kondisi yang terjadi

saat ini untuk mengetahui secara jelas problematika yang sedang dihadapi

Page 100: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

85

dan membutuhkan solusi. Hal-hal yang menjadi perhatian serta menjadi

poin penting atas gambaran situasi dan kondisi pada masa sekarang adalah:

Pertama, adanya pandemi/wabah penyakit (disease). Pandemi

adalah suatu wabah penyakit global, penyakit digambarkan sebagai

gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.

Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat

dipertahankan. Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis. Bila

tidak diketahui dan tidak berhasil ditangani dengan baik, sebagian besar

penyakit akan berlanjut menurut pola gejalanya yang khas. Sebagian

penyakit akan sembuh sendiri (self limiting) atau dapat sembuh cepat

dengan sedikit intervensi atau tanpa intervensi sebagian menjadi kronis

dan tidak pernah benar-benar sembuh. Pada umumnya penyakit terdeteksi

ketika sudah menimbulkan perubahan pada metabolisme atau

mengakibatkan pembelan sel yang menyebabkan muncul tanda-tanda

gejala.125 Dan penyakit baru–covid-19–ini telah dinyatakan sebagai

pandemi karena penyakit ini telah menyebar di seluruh dunia melampaui

batas.

Kedua, Problem Psikososial dan Kesehatan mental, dampak dari

pandemi. Psikososial, membahas seputar faktor psikologis dan lingkungan

sosial sekitar terhadap kesehatan fisik dan mental serta kemampuan

individu untuk berfungsi. Menurut WHO (2020), munculnya pandemi

125 Nadya, “Konsep Sehat dan Sakit”, dalam https://uin-

alaudin.ac.id/tulisan/detai/konsep-sehat-da-sakit, diakses 14 Oktober 2020.

Page 101: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

86

menimbulkan stres pada berbagai lapisan masyarakat. Menurut sejumlah

penelitian terkait pandemi (antara lain flu burung dan SARS)

menunjukkan adanya dampak negatif terhadap kesehatan mental

penderitanya. Salah satu anjuran yang dikeluarkan oleh Kementrerian

Kesehatan RI adalah memberi dukungan kesehatan jiwa dan Psikososial

terhadap masyarakat yang tertuang dalam buku pedoman dukungan

kesehatan jiwa dan sosial pada masa pandemi yang di dalamya memuat

tentang anjuran kepada masyarakat untuk meningkatkan imunitas

tubuh.126

Dari sekian banyak problem yang ada pada masa pandemi ini,

kekhawatiran dan ketakutan masyarakat seluruh dunia semakin menemui

titik puncaknya dikarenakan belum adanya vaksin yang dapat digunakan

untuk menyembuhkan penderita yang terpapar virus. Banyaknya kasus

kematian yang disebabkan oleh virus ini, menyebabkan adanya vaksin

yang dapat digunakan sebagai penawar covid-19 sangat dinanti-nantikan.

Untuk bisa mendapatkan vaksin ini membutuhkan waktu yang tidak

singkat.127

Dengan melihat dan mengamati problematika di atas yang penulis

rangkum, dapat kita lihat bahwasannya tantangan Al-Qur’an pada masa

126 Kemenkes RI, Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Pada Masa

Pandemi Covid-19, (Jakarta: Kemenkes RI, 2020), 6. 127 Liputan6.com, “5 Alasan Vaksin Virus Corona Covid-19 Belum Ditemukan”, dalam

https://www.liputan6.com/news/read/4231917/5-alasan-vaksin-virus-corona-covid19-belum

ditemukan, diakses 4 Oktober 2020.

Page 102: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

87

sekarang ini adalah bagaimana ia dapat hadir sebagai Syifa’ dan dapat

memberi solusi atas pandemi atau wabah penyakit yang sedang terjadi.

Setelah menelaah dan dapat kita ketahui kondisi konkrit masa

seekarang, maka langkah yang selanjutnya diterapkan adalah

mengkontekstualisasikan nilai-nilai universal pada Ayat-ayat Syifa’ yang

sebelumnya telah penulis simpulkan, dengan segala kondisi dan

problematika pada masa sekarang.

C. Kontekstualisasi Ayat-Ayat Syifa’

Secara sederhana, prinsip-prinsip umum dari ayat-ayat Syifa’ yang

dapat penulis tangkap adalah: Pertama, mempercayai satu satunya sumber

kesembuhan hanya dari Allah dan Allah lah yang berhak memberi

kesembuhan bagi setiap penyakit yang diderita manusia. Kedua, Penyakit

ruhani/jiwa memiliki dampak pada kesehatan jasmani. Ketiga, Al-Qur’an

secara khusus bagi orang-orang yang beriman adalah petunjuk yang dapat

menyingkap kebingungan dan penyembuh segala macam penyakit

kejiwaan.

Prinsip-prinsip diatas akan coba penulis terapkan dalam menjawab

problematika dewasa ini untuk menjawab masalah Psikososial dan

kesehatan mental yang akan penulis uraikan berikut ini:

1. Problem kehawatiran, kecemasan, dan ketakutan ditengah masyarakat

akan penularan virus di masa pandemi.

Page 103: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

88

Adanya ketakutan yang berlebih akibat gempuran berita mengenai

covid-19 secara masif, berdampak pada gangguan kejiwaan yang lahir

kerena situasi tersebut dan hal itu sangat berpengaruh pada kinerja otak.

Dalam kondisi gelisah, cemas, dan takut, tubuh coba meresponnya agar

bisa mengendalikannya. Mula-mula hipotalamos pituitary adrenal

melepaskan hormon kortisol. Tubuh ketika tidak dapat mengendalikan

gangguan gelisah dengan baik akan meningkatkan kinerja saraf di

amygdala (pusat rasa cemas di otak). Hal itu menyebabkan produksi

hormon kortisol meningkat. Hirmon ini sangat membantu untuk

menghadang stres. Namun, dalam jangka panjang, hormon ini akan

menghambat sistem otak lainnya yang membantu membuat tenang.

Kondisi ini akan menyebabkan gangguan gelisah yang lebih parah dan

timbulnya stres. Pada saat gangguan gelisah telah berubah wujud

menjadi stres, maka pengaruh buruk terhadap kesehatan semakin besar.

Stres memberikan dampak total pada individu yaitu terhadap fisik,

psikologi, intelektual, sosial, dan spriritual. Kondisi ini berimbas pada

menurunnya daya tahan tubuh. 128

Kelebihan hormon kortisol dalam tubuh bisa menyebabkan

melemahnya sitem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang

menurun memudahkan virus dan bakteri menyerang tubuh. Oleh karena

itu, mudah bagi seseorang terpapar berbagai penyakit fisik seperti batuk

dan flu. Pada saat orang merasakan stres, takut yang berlebihan dan

128 Ahmad faidi, Ayat-Ayat Syifa’; Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis.., 24.

Page 104: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

89

depresi inilah tubuh tidak hanya mengeluarkan hormon kortisol, tetapi

juga mengeluarkan hormon glukokortikoid. Berdasarkan penelitian di

Ohio State, hormon glukokortikoid yang diproduksi secara berlebihan

ketika mengalami gangguan mental akan berpengaruh pada hormon

lain, seperti timus, tempat limfosit (salah satu sel imun) diproduksi dan

menghambat produksi sitokinin dan interleukin yang merangsang dan

mengkoordinasikan sel darah putih. Padahal dalam situasi seperti ini,

orang-orang justru memerlukan kondisi badan dan pikiran yang sehat

dan fit agar sistem imun yang ada dalam dirinya terproduksi secara

optimal untuk melawan wabah yang sedang melanda.129

Ibn al-Qayyim al-Jawziya menunjukkan penerimaannya terhadap

penularan dengan cara yang tegas. Dia berpendapat bahwa Tuhan

memberikan beberapa penyakit sebuah kemampuan untuk berpindah

objek. Penyakit-penyakit yang dapat berpindah ini (naqalla) menyebar

dari satu orang kepada yang lain melalui udara yang berwabah,

sebagaimana yang dijelaskan dalam teori medis baru-baru ini. Sama

seperti al-Dhahabi, Ibn al-Qayyim juga menekankan bahwa walaupun

penularan itu ada, tetapi manusia tidak harus berpikir bahwa itulah

penyebab utama dari penyakit. Penularan merupakan sebab yang

diciptakan oleh Tuhan dan menolak keberadaannya berarti menolak

aturan Tuhan, akan tetapi berpikir bahwa penularan merupakan satu-

129 Ibid., 25.

Page 105: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

90

satunya sebab penyakit berarti telah berbuat syirik karena hal itu akan

menyamakan penularan dengan Tuhan.130

Semua yang terjadi pada akhirnya merupakan subjek untuk

kehendak Tuhan; oleh karena itu, ketakutan yang berlebihan terhadap

penularan mengindikasikan bahwa seseorang lebih mempercayai

penularan penyakit ketimbang Tuhan dan hal ini bisa merusak jiwa dan

membahayakan keselamatan.131

2. Sistem Imun Bagi Manusia

Pada dasarnya, Al-Qur’an secara keseluruhan merupakan obat bagi

setiap penyakit, baik ruhani maupun jasmani. Setiap surat, setiap ayat,

bahkan setiap huruf dalam Al-Qur’an dapat menjadi media

penyembuhan bagi segala macam penyakit. Meski demikian,

berdasarkan penelitian dan penafsiran para ulama, Al-Qur’an sendiri

mengandung beberapa ayat yang secara spesifik memiliki khasiat

khusus sebagai do’a penyembuhan penyakit baik ruhani maupun

jasmani. 132

Pengobatan dengan media Al-Qura’an tidaklah sama dengan

pengobatan medis. Jika salah satu pengobatan medis dilakukan dengan

cara mengkonsumsi obat, maka pengobatan dengan media Al-Qur’an

dapat dilakukan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an serta

130 Ibid., 26. 131 Dale F. Eickelman dkk, Al-Qur’an, Sains, dan Ilmu Sosial, terj. Lien Iffah Naf’atu Fina

dan Ari Hendri..., 70-74. 132 Ahmad faidi, Ayat-Ayat Syifa’; Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis...,47.

Page 106: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

91

mentadabburinya. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang

mengandung motivasi yang baik untuk proses penyembuhan.

Dr. Ahmed Al-Qadhi di klinik besar Florida, Amerika Serikat,

melakukan sebuah riset dan berhasil membuktikan hanya dengan

mendengarkan dan membaca ayat suci Al-Qur’an mampu menangkal

berbagai macam penyakit, baik bagi mereka yang bisa berbahasa arab

atau tidak, dapat merasakan dampak psikologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, dan memperoleh ketenangan jiwa.

Penelitiannya ditunjang dengan bantuan pralatan elektronik terbaru untu

mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan

kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan,

bacaan Al-Qur’an berpengaruh besar hingga 97% dapat melahirkan

ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.133

Penemuan yang sama juga dilakukan Muhammad Salim yang

diterbitkan oleh Universitas Boston. Keduanya menyatakan bahwa

membaca Al-Qur’an dengan bersuara akan membuat vibrasi atau

getaran yang membuat sel-sel yang sudah rusak pada tubuh akan

kembali sembuh dan bekerja dengan baik kembali. Hal ini selaras

dengan firman Allah Ta’ala “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu

yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang

133 Veri Julianto dkk, “Pengaruh Mendengarkan Murattal Al-Qur’an Terhadap Peningkatan

Kemampuan Konsentrasi”, Jurnal Psikologi Ilmiah (Vol. 1, No.2, Juni/2014), 121.

Page 107: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

92

beriman” (QS. 17:82).134 Karena imun yang kuat adalah sebaik-baik

vaksin pada masa pandemi ini.

Dan berikut beberapa sikap yang dapat diterapkan dalam rangka

menekan tingkat kecemasan dalam mendukung produksi sistem imum

meningkat. Pertama, Husnudzan, Untuk menekan kecemasan yang

berlebih, penting bagi kita untuk menerapkan sikap Husnudzan kepada

Allah dalam situasi pandemi ini, yaitu senantiasa sabar dan yakin

dengan pertolongan Allah. Hal ini telah Allah sampaikan dalam Q.S Al-

Hadid: 22-23, Allah berfirman :

ك م إلا ف كت اب م ن ق بل أ ن نب أ ه آ إن ذ لك يب ة ف الأ رض و لا ف أ نف س م آأ ص اب من مص

ير ﴿ الله لا ي ب ك ل ٢٢ع ل ى الله ي س ك م و وا ع ل ى م اف ات ك م و لا ت فر ح وا ب آ ء ات ﴾ لك يلا ت س

135﴾٢٣﴿ ت ال ف خ ور م

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)

pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul

Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian

itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya

kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya

kamu jangan terlalu gembira terhadapapa yang diberikan-Nya kepadamu.

Dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi

membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid: 22-23)136

134 Bobby Herwibowo, “Tiga Cara Tingkatkan Immunitas Diri Ala Rasullullah”, dalam

https:/republika.co.id/berita/q7ne6u469/tiga-cara-tingkatkan-imunitas-diri, diakses 30 September

2020. 135 Qur’an In Word 136 Ahmad faidi, Ayat-Ayat Syifa’; Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis...,76.

Page 108: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

93

Ayat di atas memberikan gambaran pada kita bahwa apapun yang

terjadi dalam hidup kita, sudah menjadi ketetapan Allah. Baik atau

buruk, menyenangkan hati ataupun sesuatu yang membuat hati gelisah

dan sedih tidak bisa kita tolak. Seburuk apapun sesuatu yang menimpa

kita, kita tidak perlu bergelisah hati. Kita harus tetap berpikiran posistif

dan yakin bahwa Allah pasti akan menolong kita dan di balik itu semua

pasti terselip hikmah yang luar biasa.

Kedua, Tawakkal, Sikap lain yang perlu diterapkan juga dalam

kondisi ini adalah sikap Tawakal. Tawakal merupakan sebuah bentuk

sikap penyerahan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dalam kondisi

vaksin yang masih dalam tahap uji coba, kita harus percaya bahwa satu

satunya sumber kesembuhan hanya dari Allah dan Allah lah yang

berhak memberi kesembuhan bagi setiap penyakit yang diderita

manusia. Setiap orang yang sanggup melakukan hal itu, ia cenderung

terbebas dari perasaan gelisah, cemas, khawatir, sedih, dan kecewa atas

situasi yang sedang terjadi dalam prosesnya menjalani kehidupan. Allah

SWT berfirman:

يب ن آ إلا م اك ت ب الله ل ن ا ه و م ولا ن و ع ل ى الله ف لي ت و كل الم ؤمن ون ق ل لن ي ص

﴿١۵﴾137

137 Qur’an In Word

Page 109: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

94

“Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan

apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami,

dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus

bertawakal.” (QS. At-Taubah: 51)138

Sifat tawakal adalah sifat di mana menyerahkan secara total segala

urusan terhadap kehendak Allah. Namun bukan berarti hanya bersifat

pasif. Pasrah dan berdiam diri tanpa usaha sedikitpun. Tawakal yang

dimaksukan adalah ikhlas dan sabar dengan segala kehendak Allah

tentunya dengan diimbangi usaha dan do’a secara maksimal. Usaha

disini seperti mematuhi protokol kesehatan yang telah dianjurkan oleh

pemerintah.139

Selain perintah-perintah Al-Qur’an yang telah penulis paparkan

diatas sebagai bentuk ikhtiar membentengi diri terhadap wabah

penyakit, masih banyak lagi amalan yang dapat diterapkan–bahkan telah

menjadi kebiasaan sehari-hari bagi umat muslim–dalam rangka menjaga

kesehatan jasmani yang termuat di dalam Al-Qur’an, Berikut amalan-

amalan tersebut:

a. Puasa, dapat meningkatkan produksi sel-sel darah putih sehingga

meningkatkan daya tahan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang

meningkat sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh maupun

mental.140

138 Ahmad faidi, Ayat-Ayat Syifa’; Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis..., 99. 139 Ibid., 99. 140 Ibid., 60.

Page 110: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

95

b. Dzikir, akan membuat hati menjadi tenang, tidak takut dan gelisah.

Pada saat berdzikir, secara tidak langsung hati mengamini tentang

kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Kesadaran seperti itu akan

menumbuhkan rasa percaya bahwa tidak ada tempat yang pantas

dijadikan sebagai tempat bersandar. Dengan begitu, hati akan

merasa lapang dalam menghadapi setiap ujian.141

c. Sholat, sholat yang dilaksanakan secara khusyuk dan mantap benar-

benar menjadi obat yang ampuh untuk meredam berbagai gangguan

mental, salah satunya adalah gangguan gelisah dan stres.

Berdasarkan referensi yang penulis baca, sholat tidak hanya media

untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi gerakan sholat juga

merupakan media olahraga yang bisa menyehatkan tubuh.142

d. Wudhu, telah kita ketahui bersama, penularan bakteri atau virus

melalui udara tentu akan melewati saluran napas dan sangat

mungkin bakteri atau virus ini banyak terdapat di lubang hidung dan

mulut, dalam hal ini aktivitas wudhu seperti mencici tangan,

berkumur, dan membersihkan rongga hidung akan sangat

berpengaruh bagi kebersihan diri, apalagi wudhu dilakukan paling

tidak lima kali dalam sehari sebelum sholat fardhu, dan akan lebih

bagus lagi bila ditambah sholat sunah yang menambah lagi aktifitas

wudhu

141 Ibid., 47. 142 Ibid., 51.

Page 111: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

96

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan mengaplikasikan teori Double Movement yang digagas Fazlur

Rahman, penulis berupaya memahami ayat-ayat Syifa’ dalam Al-Qur’an secara

komprehensif dengan melihat konteks peristiwa dan sosio historis dimana ayat-ayat

itu diturunkan. Maka dengan mengikuti langkah-langkah dalam teori tersebut,

penulis mendapatkan hasil serta kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari ayat-ayat Syifa’ yang coba penulis pahami dan rangkum tersebut,

diperoleh beberapa informasi, dari empat ayat yang menyebut kata

Syifa’, dua di antaranya ditujukan kepada manusia secara menyeluruh,

dan dua yang selanjutnya ditujukan kepada orang-orang yang beriman.

Ayat tersebut memberi kesan informasi kepada manusia bahwa konsep

kesembuhan yang ditawarkan Al-Qur’an berlaku untuk semua manusia,

baik mukmin atau bukan orang mukmin. Kemudian informasi yang

merujuk kata benda ada tiga, di antaranya menjelaskan fungsi Al-Qur’an

secara fisik sebagai obat penyembuh dan satu lagi tentang madu sebagai

obat. Enam ayat tersebut disatas menggambarkan proses penyembuhan

yaitu; yang memberi kesembuhan adalah Allah; media penyembuhan

yang bersifat psikis atau ruhani adalah Al-Qur’an, dan; media yang

bersifat fisik adalah madu.

Page 112: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

97

Ayat-ayat Syifa’ dalam Al-Qur’an mempunyai konteks peristiwa

dan konteks sosio historis pada masa itu, yang keduanya diperlukan

dalam rangka memahami ayat-ayat Syifa’ tersebut. Al-Qur’an datang

membawa kabar kepada seluruh manusia, di manapun dan kapanpun

sepanjang masa, untuk menyadarkan sepenuhnya bahwa telah datang

kepada manusia pengajaran yang sangat agung dan bermanfaat dari

Tuhan, yaitu Al-Qur’an al-Karim dan obat yang sangat ampuh bagi

penyakit-penyakit kejiwaan yang terdapat dalam dada. Al-Qur’an

menjelaskan fungsinya sebagai obat penawar penyakit-penyakit jiwa..

Yang dimaksud dalam pernyataan tersebut bukanlah penyakit jasmani,

tetapi ia adalah penyakit ruhani/jiwa yang berdampak pada jasmani.

Ayat-ayat tentang Syifa’ juga turun berkaitan dengan masyarakat

yang hidup di zaman Nabi Ibrahim yang mengalami sakit, namun

mereka masih saja meminta pertolongan kepada berhala-berhala

mereka. Sehingga turun ayat ini, agar Nabi Ibrahim menyampaikan

kepada masyarakat yang hidup pada saat itu supaya sadar bahwa

sesungguhnya Allah lah yang memberi sakit, dan Dialah pula yang akan

memberikan kesembuhan. Dan Al-Quran secara khusus bagi orang-

orang beriman adalah petunjuk yang dapat menyingkap kebingungan

dan penyembuh segala macam penyakit kejiwaan.

2. Dengan menggunakan teori Double Movement, penulis memperoleh

prinsip-prinsip umum dalam ayat-ayat Syifa’. prinsip-prinsip tersebut

yang dapat penulis tangkap adalah: Pertama, mempercayai satu satunya

Page 113: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

98

sumber kesembuhan hanya dari Allah, dan Allahlah yang berhak

memberi kesembuhan bagi setiap penyakit yang diderita manusia.

Kedua, Penyakit ruhani/jiwa memiliki dampak pada kesehatan jasmani.

Ketiga, Al-Qur’an secara khusus bagi orang-orang yang beriman adalah

petunjuk yang dapat menyingkap kebingungan dan penyembuh segala

macam penyakit kejiwaan serta Al-Qur’an dapat melegakan hati orang-

orang yang beriman, dan menghilangkan panas hati, yakni amarah yang

terpendam di hati orang-orang mukmin.

Prinsip-prinsip tersebut dapat kita kontekstualisasikan sesuai dengan

situasi dan kondisi masa sekarang dimana wabah covid-19 masih ada

ditengah-tengah masyarakat dunia terkhusus di Indonesia dan

mengimplementasikannya dalam kondisi ini. Diantaranya adalah

problem seputar Psikososial, yaitu adanya kehawatiran, kecemasan, dan

ketakutan ditengah masyarakat. Serta problem Vaksin Covid-19 yang

tak kunjung ditemukan ditengah situasi darurat.

Page 114: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

99

B. SARAN

Penulis dengan penuh kesadaran mengakui bahwa tulisan ini masih

penuh dengan kekurangan dan ketidak sempurnaan. Untuk melengkapi

kekurangan dan kelemahan terhadap tulisan yang penulis susun ini, sangat

dianjurkan bagi para akademisi atau dari kalangan medis terkhusus medis Islam

untuk lebih mengembangkannya lebih jauh agar Al-Qur’an benar-benar dapat

dirasakan oleh masyarakan lebih luas kemukjizatannya dan sebagai rahmat bagi

alam semesta.

Page 115: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

100

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora,

Salatiga: IAIN Salatiga, 2018.

Abdullah, Amin.Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran Al-

Qur’an Periode Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Nun

Pustaka, 2013.

Rahtikawati, Yayan dan Rusmana, Dadan.Metodologi Tafsir Al-Qur’an:

Strukturalisme, Semantik, Semiotik, dan Hermeneutik. Bandung:

Pustaka setia, 2013.

Rahman, Fazlur.Islam dan Modernitas; Tentang Transformasi Intelektual,

terj. Ahsin Mohamad. Bandung: Penerbit Pustaka, 1985.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Pedoman

Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Maret 2020.

Deni, Reza. “Update: Tambahan Kasus Positif Covid-19 per 7 Juli sebanyak

1.269 orang.” Dalam

https://www.tribunnews.com/corona/2020/07/07/update-tambahan-

kasus-positif-covid-19-per-7-juli-sebanyak-1268-orang, diakses 8

Juli 2020.

Fadli, Ari. “Mengenal Covid-19 dan Penyebabnya Dengan “Peduli

Lindungi” Aplikasi Berbasis Android.” dalam

Page 116: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

101

https://www.researchgate.net/publication/340790225. diakses 17

Juli 2020.

Hanafi, Muchlish. “Qur’anic Immunity.” Webinar Prospek dan Tantangan

Al-Qur’an Sebagai Obat Di Masa Pandemi. Salatiga: IAIN Salatiga,

Rabu 10 Juni 2020.

Faidi, Ahmad.Ayat-Ayat Syifa’: Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis.

Salatiga: LP2M IAIN Salatiga, 2018.

Latif, Umar. “Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat dan Obat Penawar

(Syifa’) Bagi Manusia”. Al-Bayan, vol.21, No. 30, Juli-

Desember/2014.

Saifunnuha, Mukhamad. “Aplikasi Teori Penafsiran ‘Double Movement’

Fazlur Rahman Sebagai Upaya Kontekstualisasi Ayat-Ayat Qital

Dalam Al-Qur’an”. Skripsi. Salatiga: IAIN Salatiga, 2018.

Rodiah, et.al. Studi Al-Qur’an Metode dan Konsep. Yogyakarta: eLSAQ

Press, 2010.

Robikah, Siti. “Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman

Terhadap Pemahaman Ahli Kitab Dalam Al-Qur’an”, Skripsi.

Salatiga: IAIN Salatiga, 2018.

Hasnunidah, Neni.Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Media

Akademi, 2017.

Sumpena, Ilyas.Hermeneutika Al-Qur’an. Yogyakarta: Penerbit Ombak,

2014.

Page 117: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

102

Rofiah, Nafisatur. “Poligami Perspektif Teori Double Movement Fazlur

Rahman”. Mukadimah, DOI:10.30743, Februari 2020.

Jazim Hamidi, et.al. Metodologi Tafsir Fazlur Rahman Terhadap Ayat-Ayat

Hukum dan Sosial. Malang: Universitas Brawijaya Press, 2013.

Suarni. “Pembaharuan Pemikiran Keagamaan: Studi Terhadap Pemikiran

Keagamaan Fazlur Rahman”. Jurnal Subtantia. Vol. 18, No. 1,

April/2016.

Sumantri, Rifki Ahda. “Hermeneutika Al-Qur’an Fazlur Rahman Metode

Tafsir Double Movement”. Komunika, Vol. 7 NO.1, Januari-

Juni/2013.

Farida, Umma.Pemikiran Dan Metode Tafsir Al-Qur’an Kontemporer.

Kudus: Buku Ilmiah, 2010.

Alyafie, Husein. “Fazlur Rahman Dan Metode Ijtihadnya: Telaah Sekitar

Pembaruan Hukum Islam”. Jurnal Hunafa. 6, No. 1, April/2009.

Malik, Syaikh Abdul.Tafsir AL-Azhar. juz. XIX, Surabaya: Yayasan

Jatimojong, 1981.

Nadya. “Konsep Sehat dan Sakit.” dalam https://uin-

alaudin.ac.id/tulisan/detai/konsep-sehat-da-sakit, diakses 14

Oktober 2020.

Kemenkes RI.Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Pada

Masa Pandemi Covid-19. Jakarta: Kemenkes RI, 2020.

Liputan6.com. “5 Alasan Vaksin Virus Corona Covid-19 Belum

Ditemukan”, dalam

Page 118: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

103

https://www.liputan6.com/news/read/4231917/5-alasan-vaksin-

virus-corona-covid19-belum-ditemukan, diakses 4 Oktober 2020.

Eickelman, Dale F, et.al. Al-Qur’an, Sains, dan Ilmu Sosial, terj. Lien Iffah

Naf’atu Fina dan Ari Hendri. Yogyakarta: Kalimedia, 2017.

Julianto, Veri, et.al. “Pengaruh Mendengarkan Murattal Al-Qur’an

Terhadap Peningkatan Kemampuan Konsentrasi”. Jurnal Psikologi

Ilmiah , Vol. 1, No.2, Juni/2014.

Herwibowo, Bobby. “Tiga Cara Tingkatkan Immunitas Diri Ala

Rasullullah”, dalam https://republika.co.id/berita/q7ne6u469/tiga-

cara-tingkatkan-imunitas-diri, diakses 30 September 2020.

Page 119: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

104

Daftar Riwayat Hidup

Saya yang menyatakan di bawah ini:

Nama : Fahmi Efendi

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 09 Juni 1996

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Lengkap : Kupen, Baleagung, Grabag, Magelang

Nama Orang Tua

Ayah : Muhamad Rosidi

Ibu : Ghofiroh

Motto : Hidup adalah petualangan, nikmatin aja sobat.

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2006 : Lulus dari SDN BALEAGUNG

2. Tahun 2011 : Lulus dari MTsN GRABAG

3. Tahun 2015 : Lulus dari SMKN 1 NGABLAK

4. Tahun 2016-2020 : IAIN SALATIGA

PENGALAMAN KERJA

Page 120: KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN DI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9783/2/FAHMI EFENDI, SKRIPSI... · KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT SYIFA’ DALAM AL-QUR’AN

105

1. Tahun 2015, Pernah bekerja di PT KNOWN YOU SEED INDONESIA

2. Tahun 2013-2015, Pengampu ekstrakurikuler di MTsN Grabag dan SMPN

2 Grabag

3. Tahun 2016-2018, bekerja sebagai kasir di toko Retail dan petugas penjaga

tempat Fotocopy (Masih dalam satu lingkup kepemilikan usaha)

4. Tahun 2018-2020, Sebagai Staff Manager sekaligus Admin English Cafe

Salatiga

5. Tahun 2020, Sebagai Petugas Sensus Badan Pusat Statistik (PS-BPS) dalam

short program pendataan penduduk bulan September.

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Magelang, Sebagai

pelatih ranting.

2. Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama (PC IPNU) Magelang,

sebagai koordinator bidang Student Crisis Center (SCC)

3. Remaja Masjid At-Taqwa Kota Salatiga

4. SENAT Mahasiswa Fakultas, sebagai Sekretaris dan penanggung jawab

bidang Legislasi.

5. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Salatiga, sebagai

koordinator bidang Ekonomi, Sosial, Politik.

6. Pencak Silat Komisariat IAIN Salatiga, Penanggung Jawab Devisi Bidang

Seni Prestasi.

7. Dewan Perwakilan Kecamatan Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPK-

KNPI) Kecamatan Grabag, sebagai Sekretaris.

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan dapat

dipertanggung jawabkan.

Yang Menyatakan

Fahmi Efendi