konsep pembinaan kepribadian muslim menurut … · kepribadian muslim sebagai ummah perbedaan itu...

71
KONSEP PEMBINAAN KEPRIBADIAN MUSLIM MENURUT MUHAMMAD IQBAL Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Pendidikan Islam Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh Ratika Elsa NIM: 107011001214 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KONSEP PEMBINAAN KEPRIBADIAN MUSLIM

    MENURUT MUHAMMAD IQBAL

    Skripsi

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

    Untuk Memenuhi Gelar Pendidikan Islam

    Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Oleh

    Ratika Elsa

    NIM: 107011001214

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1433 H/2012 M

  • SURAT PERNYATAAN PENULIS

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Ratika Elsa

    NIM : 1070110001214

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan memperoleh gelar strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

    hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan

    Undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Jakarta, Mei 2012

    Penulis

    Ratika Elsa

    (NIM: 107011001214)

  • i

    ABSTRAKSI

    Ratika Elsa, NIM: 107011001214, Konsep Pembinaan Kepribadian Muslim

    Menurut Muhammad Iqbal

    Kepribadian itu berkembang secara dinamis, dalam arti bahwa setiap

    orang mempergunakan segenap kemampuannya secara aktif untuk menyesuaikan

    diri, mengatasi, mengubah, dan menguasai lingkungan sekitar dan dirinya

    sendiri. Bagi Iqbal, kepribadian itu merupakan suatu perbuatan. Yang mana

    perbuatan tersebut diatur oleh tujuan yang terpimpin.

    Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini

    maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Riset Kualitatif, yaitu

    menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

    dari orang-orang prilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan

    untuk menganalisis pemikiran Muhammad Iqbal tentang konsep pembinaan

    kepribadian muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih di

    fokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan

    membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat

    kaitannya dengan masalah yang dibahas.

    Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif

    karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka.

    Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi

    hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variable, gejala dan keadaan.

    Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa

    yang diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan

    data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal

    dari naskan atau dokumen lainnya.

    Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan konsep pembinaan

    kepribadian muslim menurut Muhammad Iqbal yang mengutip hadits yaitu:

    “Thakhallaqu biakhlaqillah”, Iqbal mengklasifikasikannya kepada dua cara yaitu

    pertama dengan menanamkan dan mempertahankan sifat-sifat yang dapat

    memperkuat pribadi seseorang dan kedua dengan menjauhkan atau

    menyingkirkan sejauh mungkin sifat-sifat yang dapat melemahkan pribadi

    seseorang.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan taufik, inayah serta hidayah-Nya yang tiada ternilai dan tak

    tertandingi kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu

    tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi besar Muhammad SAW yang

    telah membimbing dan memberikan petunjuk kepada umatnya untuk mencapai

    kebahagiaan dunia maupun akhirat.

    Sebuah nikmat yang sangat besar yang dicurahkan Allah SWT kepada

    penulis sehingga dapat menyelesaikan penggarapan penulisan skripsi ini dengan

    judul:”Konsep Pembinaan Kepribadian Muslim menurut Muhammad

    Iqbal”.

    Secara khusus skripsi ini penulis persembahan kepada ayahanda dan

    ibunda tercinta Bapak H. Jamhuri dan ibu Sukaesih, yang dengan penuh kasih

    sayang, ketulusan dan kesabaran serta perhatiannya telah memberikan semangat

    yang terbaik dan tiada terhingga bagi penulis.

    Dan dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak dibantu oleh

    beberapa pihak, baik berupa sumbangan pikiran, tenaga, moril maupun materil.

    Maka dengan penuh ketulusan dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

    banyak terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi MA , selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Bapak Bahrissalim, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan

    Bapak Drs. Safiudin Shidiq, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

    Agama Islam.

    3. Bapak Dr. Anshori, MA, selaku dosen pembimbing akademik.

    4. Bapak Dr. Abdul Fattah Wibisono, MA, selaku dosen pembimbing skripsi

    ini yang telah membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya

  • iii

    di sela-sela kesibukannya memberikan bimbingan kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    5. Pemimpin dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

    Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan

    banyak referensi.

    6. Kepada kakak-kakakku (Marisa, Yuli, Muhidin, Maulana Yusuf) adik-

    adikku (Lidia, Ardi dan Satibi) dan keponakanku yang selalu penulis

    sayangi (Haifa, Jeisya dan Zaidan) serta seseorang yang selama ini telah

    banyak memberikan supportnya (Yusuf Gunawan) dan telah banyak

    memberikan kasih sayang serta perhatian dari segi moril maupun materil

    dalam penyelesaian skripsi ini.

    7. Kepada sahabat-sahabatku (Eva, Zulfa, Mia, Mimi, Intan, Nurfitria

    Salimusadri dan Uswatun Hasanah) yang selalu memberikan support, saran

    dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada teman-teman che

    lascar serta kepada teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan

    2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

    Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas

    segala budi baik mereka semua dengan ganjaran yang setimpal dan berlipat ganda.

    Amin

    Akhirnya penulis menyadari bahwa “Tak ada gading yang tak retak”

    penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik serta saran yang

    konstruktif sangat penulis harapkan.

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ................................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 5

    C. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 5

    D. Perumusan Masalah .............................................................................................. 5

    E. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5

    F. Manfaat penelitian ................................................................................................ 6

    G. Metodologi Penelitian ........................................................................................... 6

    H. Fokus Penelitian .................................................................................................... 7

    I. Sumber Data ......................................................................................................... 8

    J. Prosedur Penelitian ............................................................................................... 9

    BAB II KAJIAN TEORITIK ................................................................................. 10

    A. Pembinaan Kepribadian Muslim .................................................................... 10

    1. Pengertian Pembinaan .................................................................................. 10

    2. Upaya-upaya dalam Pembinaan Kepribadian Muslim ................................. 11

    B. Kepribadian Muslim ......................................................................................... 13

    1. Pengertian Kepribadian Muslim ................................................................... 13

    2. Pola-pola Kepribadian Muslim ..................................................................... 16

    3. Unsur-unsur Pembentuk Kepribadian Muslim ............................................. 17

    4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepribadian Muslim ............................. 21

    a. Heredity ................................................................................................. 22

    b. Pengalaman ............................................................................................ 23

    c. Kebudayaan ........................................................................................... 25

    BAB III BIOGRAFI MUUHAMMAD IQBAL .................................................... 28

    A. Kehidupan Iqbal ................................................................................................ 29

    B. Pendidikan dan Karir Iqbal ............................................................................... 31

    C. Karya-karya Iqbal .............................................................................................. 33

    D. Tokoh-tokoh yang mempengaruhi Pemikiran Iqbal .......................................... 35

  • v

    BAB IV KONSEP PEMBINAAN KEPRIBADIAN MUSLIM MENURUT

    MUHAMMAD IQBAL ........................................................................................... 40

    A. Kepribadian Muslim ........................................................................................... 40

    B. Pembinaan Kepribadian Muslim ......................................................................... 46

    1. Hal-hal yang dapat memperkuat kepribadian ............................................... 49

    a. „Isysq Muhabbat .................................................................................... 49

    b. Faqr ........................................................................................................ 51

    c. Keberanian ............................................................................................. 51

    d. Toleransi ................................................................................................ 52

    e. Kasb I Halal ........................................................................................... 52

    f. Kreatif .................................................................................................... 53

    2. Hal-hal yang dapat melemahkan kepribadian .............................................. 53

    a. Takut ...................................................................................................... 53

    b. Meminta-minta (su‟aal) ......................................................................... 54

    c. Perbudakan ............................................................................................. 55

    d. Sombong ................................................................................................ 55

    BAB V KESIMPULAN ........................................................................................... 58

    A. Kesimpulan ......................................................................................................... 58

    B. Saran ................................................................................................................... 60

    DAFTAR PUSTAKA

    Lampiran

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kepribadian bukanlah sesuatu yang dapat dikenakan ataupun ditanggalkan

    sebagaimana orang mengenakan pakaian ataupun mengikuti gaya mode tertentu.

    Kepribadian adalah tentang diri pribadi secara keseluruhan. Kepribadian juga

    merupakan sesuatu yang unik pada setiap masing-masing individu.

    Thomae seorang pelopor bigrafik psikologis berpendapat bahwa dalam teori

    kepribadian ditekankan bahwa setiap pribadi mempunyai ciri-cirinya yang khas.

    Tidak ada seorangpun yang mempunyai ciri seratus persen sama dengan orang

    lain. Setiap orang memiliki pribadi yang khusus, selain itu juga ada suatu

    stabilitas dalam kepribadian seseorang hingga dapat dikatakan ada suatu identitas

    pribadi.1

    Menurut Gordon Allport seorang psikolog pakar kepribadian asal Jerman

    yang dikutip oleh Inge Hutagalung, memberikan definisi kepribadian dengan:

    “Organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik yang menentukan

    caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.” Personality is

    1Rafi Sapuri, Psikologi Islam:Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2009), h.109

  • 2

    the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems

    that determine his unique adjustment to his environment.2

    Lebih lanjut, Muhammad Ismail memaparkan dalam bukunya yang berjudul

    Bunga Rampai Pemikiran Islam, yaitu:

    Kepribadian adalah diri setiap orang yang terdiri dari pola pikir (aqliyah)

    dan pola sikap (nafsiyah). Tidak ada hubungan dengan wajah, bentuk tubuh,

    kerapian berbusana atau hal-hal lainnya. Sebab semua itu hanyalah merupakan

    asesoris semata. Adalah suatu kedangkalan berfikir, bila seseorang menyangka

    bahwa asesoris semacam ini sebagai salah satu faktor kepribadian. Sebab manusia

    dapat dibedakan melalui akal dan tingkah lakunya dan inilah yang akan

    menunjukkan tinggi rendahnya derajat seseorang.3

    Pernyataan organisasi dinamis menunjukkan adanya kenyataan bahwa

    kepribadian itu selalu berkembang dan berubah. Walaupun pada saat yang sama

    ada organisasi system yang mengikat dan menghubungkan berbagai

    komponen/sifat dari kepribadian itu. Organisasi kepribadian meliputi kerja jiwa

    dan juga fisik yang tidak terpisah dalam kesatuan yang utuh. Ia juga mengandung

    kecenderungan-kecenderungan determinasi yang memainkan peranan aktif dalam

    tingkah laku individu. Oleh karena itu, kepribadian adalah sesuatu yang

    mendorong dan mendominasi dilakukannya sesuatu.4

    Dari penjelasan di atas dapat diambil sebuah gambaran bahwa kepribadian

    itu sesuatu yang mencirikan identitas seseorang yang khas dan unik yang

    ditentukan oleh pola sikap dan pola fikir tertentu dari individu yang menentukan

    caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Kepribadian

    setiap masing-masing individu tentu berbeda dan hal itu menjadikan manusia

    menjadi unik.

    Kepribadian muslim dari kepribadian orang perorang (Individu) dan

    kepribadian dalam kelompok masyarakat (Ummah). Kepribadian individu

    2Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif,

    (Jakarta: PT. Indeks, 2007), h. 1

    3Muhammad Ismail, Bunga Rampai Pemikiran Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),

    h.20.

    4Rifat Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, ( Tangerang: WNI press, 2009), cet. Ke-1, h. 20.

  • 3

    meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkah laku, serta kemampuan

    intelektual yang dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang secara

    individu, seorang muslim akan memiliki ciri khas masing-masing. Demikian akan

    ada kepribadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya walaupun sebagai

    individu, masing-masing pribadi itu berbeda. Tapi dalam pembentukan

    kepribadian muslim sebagai ummah perbedaan itu dipadukan.5

    Kepribadian manusia merupakan suatu misteri yang penuh dengan

    dinamika. Setiap manusia memiliki suatu keunikan tersendiri yang berbeda

    dengan yang lain, hal tersebut tergantung pada diri masing-masing bagaimana

    pengaruh-pengaruh yang muncul baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya

    diolah dan diproses.

    Namun sering kali kepribadian dipersepsikan secara kurang tepat oleh

    sebagian banyak orang. Seperti pendapat Muhammad Ismail di atas bahwa

    kepribadian seseorang sering dinilai dari wajahnya, bentuk tubuh, kerapihan

    berbusana dan hal-hal lainnya yang terlihat secara kasat mata. Anggapan seperti

    ini tidak sepenuhnya salah, namun bila wajah, bentuk tubuh, kerapihan berbusana

    dan hal-hal lain sebagainya dianggap sebagai salah satu faktor penentu

    kepribadian atau berpengaruh terhadap kepribadian, maka akan didapatkan suatu

    pengertian yang tidak mencakup dan menggambarkan hakikat kepribadian.

    Berkaitan dengan masalah kepribadian muslim, penulis tertarik dengan salah

    satu filsuf yang memiliki konsep khudi atau pribadi yaitu Muhammad Iqbal. Di

    mana Iqbal menjelaskan tentang pribadi muslim dalam bukunya Asrar I Khudi,

    yang membahas sejarah, tentang bagaimana memperkuat pribadi, menyusun

    ummat dan juga pesan-pesan guru-guru purba untuk zaman sekarang, sifat-sifat

    muslim, sifat-sifat buruk yang harus dihindari, peringatan supaya berhati-hati

    terhadap mistik yang dapat melemahkan roh dan sebagainya yang semuanya itu

    dituangkan oleh Iqbal dalam bentuk syair yang panjang.6

    5Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) Cet ke-3,h. 197.

    6Muhammad Iqbal, Asrar I Khudi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.15

  • 4

    Dalam buku Asrar I Khudi sebenarnya melukiskan kehidupan individual

    dari seorang Islam yang hendak dikesani Iqbal supaya sadar tentang tugasnya di

    dunia, tapi lambat laun dalam seluruh untaian syair yang amat panjang ini,

    digambarkannya segala segi wujud manusia sebagai makhluk yang termulia di

    tengah-tengah alam semesta.7

    Muhammad Iqbal sebagai seorang pemikir muslim modern dengan

    disemangati sikap mengembangkan ide yang relevan, membangkitkan usaha

    gerakan. Iqbal mencoba menterjemahkan pikirannya dalam bentuk kegiatan

    (gerakan). Pemikiran Iqbal tumbuh dari pemikiran para pemikir yang

    mendahuluinya. Ia mengumpulkan seluruh buah filsafat dan seni dari Timur dan

    Barat. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa ia meninggalkan pemikiran para

    pendahulunya, tempat ia menemukan semuanya itu. Yang ia kumpulkan dari

    sumber lain, dipakainya sebagai landasan tempat ia membangun bangunan besar

    sistemnya sendiri. Seperti halnya pemikir-pemikir besar lainnya, dalam dirinya

    “semua pemikiran yang mendahuluinya dibentuk kembali dibawah cahaya

    kejeniusannya.”8

    Iqbal amat dalam tinjaunnya tentang filsafat dan sejarah Islam serta

    telaahnya tentang filsafat barat. Menurutnya bahwa Intelektualisme Hindi dan

    Pantheisme Islam membinasakan kemauan dan kesanggupan orang Islam akan

    mengadakan suatu aksi untuk menentukan kejayaannya kembali menjadi zaman

    keemasan Islam. Maka dibinalah semacam filsafat yang berasal dari hadits Nabi

    Muhammad SAW: “Tumbuhkanlah dalam dirimu sifat-sifat Tuhan”, yang

    dipekatkannya dalam bahasa Farsi yakni “Khudi” yang berarti pribadi. Lafaz

    Khudi ini memang menurut tata bahasa Farsi dan Urdu ialah bentuk kecil dari kata

    khuda yang berarti Tuhan.9

    Dari pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih

    dalam tentang konsep pembinaan kepribadian muslim yang dikemukakan oleh

    7Muhammad Iqbal, Asrar I Khudi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.28.

    8M.M. Syarif, Iqbal tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf Jamil, (Bandung: Mizan,

    1993), h.80.

    9Muhammad Iqbal, Asrar I Khudi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.18.

  • 5

    salah satu ilmuwan muslim yang menggagas konsep tentang khudi atau

    kepribadian yakni Muhammad Iqbal (1873-1938), sehingga skripsi ini penulis beri

    judul: “KONSEP PEMBINAAN KEPRIBADIAN MUSLIM MENURUT

    MUHAMMAD IQBAL”. Skripsi ini diberi judul seperti itu karena pembinaan

    kepribadian muslim sangat penting bagi para generasi muslim agar tidak

    terjerumus kepada hal-hal yang bersifat duniawi.

    B. Identifikasi Masalah

    1. Pandangan Muhammad Iqbal tentang Tuhan

    2. Gagasan Muhammad Iqbal tentang Insan Kamil

    3. Konsep Khudi menurut Muhammad Iqbal

    C. Pembatasan Masalah

    Untuk memfokuskan penulis mengenai konsep khudi atau kepribadian

    yang digagas oleh Muhammad Iqbal, penulis membatasi permasalahannya

    yaitu:

    1. Pandangan Muhammad Iqbal tentang kepribadian muslim

    2. Konsep pembinaan kepribadian muslim menurut Muhammad Iqbal

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka untuk mempermudah

    penulis, masalah di atas dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apa pandangan Muhammad Iqbal mengenai Kepribadian Muslim?

    2. Bagaimana konsep pembinaan kepribadian muslim menurut Muhammad

    Iqbal?

    E. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian dan pengkajian serta penyusunan skripsi ini adalah

    untuk mengetahui konsep pembinaan kepribadian muslim menurut Muhammad

    Iqbal.

  • 6

    F. Manfaat Penelitian

    Kegunaan pengkajian dan penelitian yang dilakukan dalam penyusunan

    skripsi ini:

    a. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang

    kepribadian muslim.

    b. Untuk mengetahui konsep pemikiran pembinaan kepribadian muslim

    menurut Muhammad Iqbal.

    c. Untuk mengembangkan wawasan mengenai khazanah konsep

    kepribadian Muslim dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

    d. Untuk memberi gambaran bagi para pembaca, para orang tua, dan

    masyarakat pada umumnya mengenai konsep kepribadian muslim.

    G. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini bersifat Kualitatif. Riset kualitatis memproses pencarian

    gambaran data dari konteks kejadian secara langsung sebagai upaya melukiskan

    peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat pelabgai kejadiannya

    seperti merekat dan melibatkan perspektif yang partisipatif di dalam pelbagai

    kejadian, serta menggunakan penginduksian dalam menjelaskan gambaran

    fenomena yang diamatinya.10

    Dengan demikian, pendekatan kualitatif

    menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

    dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis

    gunakan untuk menganalisis pemikiran Muhammad Iqbal tentang konsep

    pembinaan kepribadian muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini

    lebih difokuskan pada penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan

    membaca, menelaah dan mengkaji sumber tulisan yang erat kaitannya dengan

    masalah yang dibahas.

    10Septiawan Sntana K, Menulis Ilmiah; Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Yayasan

    Obor Indonesia, 2001), ed. 1, h.29-30.

  • 7

    2. Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan

    berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak

    dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa

    adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.11

    3. Teknik pengumpulan data

    Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Studi dokumentar, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari

    sumber-sumber informasi milik onjek yang ditulis secara langsung tanpa

    perantara.

    b. Studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari

    literature yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan

    mengumpulkan data-data melalui bahwna bacaan seperti teks book, Jurnal

    ataupun artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini guna

    mendapatkan landasan teoritis.

    4. Teknik analisis data

    Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang berttujuan

    untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai obyek penelitian dengan

    tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.12

    Analisis data dilakukan dengan

    cara mendeskripsikan data-data secara sistimatis dan diformulasikan sedemikian

    rupa hingga diperoleh kesimpulan yang komprehensif.

    H. Fokus Penelitian

    Subjek penelitian ini adalah pandangan Muhammad Iqbal mengenai konsep

    kepribadian muslim, sedangkan objek penelitiannya yaitu pembinaan kepribadian

    muslim menurut pandangan Muhammad Iqbal.

    Cara penyajiannya bersifat deskriptif analitik. Penyajian deskriptif adalah

    menjelaskan tentang pengertian, maksud dan tujuan dari pembinaan kepribadian

    11Suharsimi Arikunto, Manajemen Peneltian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 234.

    12

    Suharsimi Arikunto, Manajemen Peneltian,h. 234

  • 8

    muslim. Analisisnya adalah menganalisa pemikiran Muhammad Iqbal dengan

    berbagai dalil-dalil yang memiliki keterkaitan, baik dalil al-Qurán maupun al-

    Hadits dan beberapa disiplin ilmu pengetahuan.

    I. Sumber Data

    Dalam mengumpulkan data, penulis sepenuhnya menggunakan metode

    penelitian kepustakaan. Untuk mendapatkan data-data penelitian, penulis

    mengumpulkan bahan kepustakaan terutama yang berkaitan dengan kepribadian

    remaja muslim. Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu sumber data

    primer dan sumber data sekunder.

    a. Sumber data Primer adalah sumber data utama yang akan menjadi

    rujukan dalam kajian ini. Diantaranya adalah :

    Muhammad Iqbal, Asrar-I Khudi Rahasia-rahasia Pribadi, Jakarta:

    Bulan Bintang, 1976.

    b. Sumber data Sekunder adalah sumber data pendukung yang melengkapi

    sumber data primer. Diantaranya adalah :

    Alisuf Sabri, Pengantar Umum dan Psikologi Perkembangan,

    Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet ke-1, 1993

    Donny Ghahral Adian, M.Iqbal: Seri Tokoh filsafat, Jakarta: Teraju,

    2003.

    Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,

    cet ke-3, 2002.

    Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian tinjauan Praktis

    Menuju Pribadi Positif, Jakarta: PT. Indeks, 2007.

    Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

    Cet ke-3, 2003.

    M. M Syarif, Iqbal Tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf

    Jamil, Bandung: mizan, 1993

    Rafi Sapuri, Psikologi Islam: tuntunan Jiwa Manusia Modern,

    Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2009.

    Rifat Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, Tangerang: WNI Press,

    2009.

  • 9

    J. Prosedur Penelitian

    a. Tahap Persiapan

    Pada tahapan ini penulis mengadakan kunjungan kepustakaan dalam

    rangka mengumpulkan data.

    b. Tahap Pelaksanaan

    Tahapan ini pelulis mengumpulkan data dari buku-buku sumber yang

    diperoleh dari kepustakaan untuk penelitian.

    c. Tahap Penyelesaian

    Dalam tahap ini penulis menyimpulkan hasil observasi dan kemudian

    menafsirkan serta menyusun data dalam bentuk hasil penelitian

    (laporan).

    Teknik penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skrispsi

    yang diterbitkan oleh fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

    Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2007”.

  • 10

    BAB II

    KAJIAN TEORITIK

    A. Pembinaan Kepribadian Muslim

    1. Pengertian Pembinaan

    Pembinaan diartikan sebagai proses, perbuatan, usaha, tindakan dan

    kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang

    baik.1

    Pengertian pembinaan menurut psikologi dapat diartikan sebagai upaya

    memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga

    keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen pendidikan luar sekolah,

    pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang

    dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal

    yang telah direncanakan.2

    Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola

    kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu

    dan ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan

    1Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Kamus Bahasa, Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. ke-10, h. 134.

    2Kang Abied (online ) Pembinaan: www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-

    psikologi, 09 April 2012, 15.29 WIB.

    http://www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologihttp://www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi

  • 11

    hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang

    pola kehidupannya.3

    Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

    pembinaan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu berasal dari sudut

    pembaharuan dan berasal dari sudut pengawasan. Pembinaan yang berasal dari

    sudut pembaharuan yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru dan memiliki

    nilai-nilai lebih baik bagi kehidupan masa yang akan datang. Sedangkan

    pembinaan yang berasal dari sudut pengawasan yaitu usaha untuk membuat

    sesuatu lebih sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.

    2. Upaya-upaya dalam Pembinaan

    Untuk mendekatkan remaja pada suatu pemecahan yang tepat, maka

    hendaknya ditinjau terlebih dahulu dari subjeknya, yaitu dengan mengetahui

    keadaan remaja dan sifat-sifatnya serta beberapa faktor dan penyebab timbulnya

    problem remaja, maka seterusnya perlu diadakan pengulangan, pemecahan

    masalah remaja/ jalan keluarnya.

    Untuk menghindari membengkaknya problem yang dihadapi oleh remaja

    maka perlu sekali diadakan pencegahan yang terarah diantaranya:

    a. Tindakan Preventif

    Yaitu segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-

    kenakalan, dapat dilakukan dengan pendekatan informal (keluarga), pendekatan

    formal (sekolah) atau juga melalui pendekatan nonformal (masyarakat).4

    1. Pembinaan pendidikan keluarga dilakukan dengan cara :

    a. Menghindari keretakan rumah tangga

    b. Menanamkan pendidikan agama yang sesuai dengan tingkat

    perkembangannya misalnya keimnan, akhlak dan ibadah.

    c. Pemeliharaan hubungan kasih sayang yang adil dan merata, atara

    sesama anggota keluarga.

    3kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.

    4kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.

    http://www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologihttp://www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi

  • 12

    d. Pengawasan yang intensif terhadap gejala aktivitas yang dilakukan oleh

    anak-anak dengan menekankan kemungkinan berprilaku negatif.

    e. Pemberian kesibukan yang bermanfaat dan tanggung jawab.

    f. Pembagian peranan dan tanggung jawab di antara para anggota

    keluarga.5

    2. Pembinaan Pendidikan formal dilakukan dengan cara :

    a. Mengintensifkan pelajaran pendidikan agama.

    b. Mengadakan pembenahan dan pemenuhan sarana dan prasarana

    pendidikan.

    c. Penerapan metodologi belajar mengajar yang efektif.

    d. Dalam pelaksanaan kurikulum hendaknya memperhatikan

    keseimbangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang memadai.

    e. Mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenai bakat, minat,

    kemampuan dan penyalurannya.

    f. Melatih dan membiasakan anak untuk bekerja sama dan berorganisasi

    seperti OSIS dan yang lainnya.6

    3. Pembinaan Pendidikan non formal (Masyarakat)

    Masyarakat adalah tempat pendidikan yang ketiga sesudah rumah

    tangga dan sekolah. Pembinaan masyarakat dimaksudkan untuk mengisi

    waktu senggang dengan kegiatan yang bermanfaat misalnya meningkatkan

    pendidikan kepramukaan, penyuluhan mental agama, pendidikan

    keterampilan, pembinaan olah raga, perluasan perpustakaan, Palang Merah

    remaja, Karang Taruna, Remaja Mesjid dan usaha-usaha lainnya.

    b. Tindakan Represif

    Tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja sesering

    mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat,

    ruang lingkup tindakan represif meliputi :

    1. Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan

    tempat atau alat berbuat nakal oleh remaja.

    5Kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.

    6Kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.

    http://www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologihttp://www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi

  • 13

    2. Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap remaja yang

    berbuat nakal.

    3. Penahanan sementara untuk kepentingan pemeriksaan dna perlindungan

    bagi remaja.

    4. Penuntutan dan peradilan terhadap perkara yang melanggar hukum.7

    c. Tindakan Kuratif

    Selanjutnya ialah usaha atau tindakan secara kuratif dan rehabilitasi,

    yaitu setelah usaha dan tindakan yang lain dilaksanakan. Tindakan ini

    merupakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan menanggulangi

    problem kenakalan remaja. Pembinaan khusus untuk memberikan kesan

    yang baik, bahwa seorang remaja itu diperbaiki dan diberikan dorongan,

    kesempatan dan fasilitas menjadi baik kembali sesudah melakukan sesuatu

    yang dianggap tidak wajar atau tercela.

    B. Kepribadian Muslim

    1. Pengertian Kepribadian Muslim

    Rifat Syauqi mengutip dari Sartain yang menyatakan bahwa kata

    “kepribadian” berbeda dengan kata “pribadi”. Pribadi artinya “person”

    (individu, diri). Sedangkan kepribadian yaitu terjemahan dari bahasa Inggris

    “personality” yang pada mulanya berasal dari bahasa Latin “per” dan “sonare”

    yang kemudian berkembang menjadi kata “persona” yang berarti topeng. Pada

    zaman romawi kuno, seorang aktor menggunakan topeng itu untuk

    menyembunyikan identitas dirinya agar memungkinkannya untuk bisa

    memerankan karakter tertentu sesuai dengan tuntutan skenario permainan

    dalam sebuah drama.8

    Dalam pengertian yang lebih rinci, William Stern mengemukakan

    kepribadian adalah suatu kesatuan banyak (unita multi complex) yang

    diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus

    seseorang yang bebas menentukan dirrinya sendiri. Menurutnya, ada tiga hal

    yang menjadi ciri khas kepribadian, yaitu: pertama, kesatuan banyak terdiri dari

    7Kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.

    8Rifat Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Tangerang: WNI Press, 2009), h. 19.

    http://www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi

  • 14

    unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara berjenjang dari unsur yang

    berfungsi tinggi ke unsur yang terendah. Kedua, bertujuan untuk

    mempertahankan diri dan mengembangkan diri. Ketiga, individualitas yaitu

    merdeka untuk menentukan diri sendiri secara luar sadar.9

    Kepribadian muslim dapat dilihat secara perorangan (individu) dan juga

    secara perkelompok (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas

    seseorang dalam sikap dan tingkah laku serta kemampuan intelektual yang

    dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing,

    maka sebagai individu seorang muslim akan menampilkan ciri khasnya

    masing-masing. Dengan demikian akan ada perbedaan kepribadian antara

    seorang muslim dengan muslim lainnya.10

    Manusia tercipta dan terlahir sebagai pribadi yang khas, unik dan

    sempurna. Inge Hutagalung memaparkan tentang hal ini dalam bukunya yang

    berjudul Pengembangan Kepribadian dengan kata-kata :

    Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam menyesuaikan

    dirinya terhadap lingkungan. Jadi, dengan demikian bahwa tidak ada dua orang

    yang mempunyai kepribadian yang sama. Contoh : manusia adalah makhluk

    yang unik dan ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia. Keunikan pada

    manusia meskipun dilahirkan sebagai dua anak kembar, tetapi tetap merupakan

    dua pribadi yang berbeda. Secara fisik memang ada kemiripan, terutama yang

    dilahirkan dengan jenis kelamin sama, namun secara kejiwaan mereka tidak

    sama.11

    Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa tidak ada orang yang sama dalam

    caranya menyesuaikan diri terhadap lingkungan, inilah salah satu penampakan

    yang mencirikan suatu kepribadian.

    Selanjutnya Jalaludin mengutip pendapat Whaterington yang

    menyimpulkan bahwa kepribadian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    9Jalaludin, Teologi pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 3, h. 192.

    10

    Jalaludin, Teologi pendidikan,… h. 196.

    11

    Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian tinjauan Praktis Menuju Pribadi positif,

    (Jakarta: PT. Indeks, 2007), h. 2.

  • 15

    1. Manusia karena keturunannya mula-mula hanya merupakan individu dan

    barulah menjadi suatu pribadi setelah mendapat (menerima) pengaruh

    dari lingkungan sosialnya dengan cara belajar.

    2. Kepribadian adalah istilah untuk menanamkan tingkah laku seseorang

    yang secara terintegrasi merupakan kesatuan.

    3. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada pikiran

    orang lain, dan pikiran tersebut ditentukan oleh nilai dari perangsang

    sosial seseorang.

    4. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat seperti bentuk badan,

    ras, akan tetapi merupakan gabungan dari keseluruhan dan kesatuan

    tingkah laku seseorang.

    5. Kepribadian tidak berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi

    menggunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada

    lingkungan sosialnya.12

    Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa kepribadian dapat

    didefinisikan sebagai individuality jika dikaitkan dengan ciri khas yang

    ditampilkan seseorang, sehingga secara individu seseorang dapat dibedakan

    dari orang lain. Sebaliknya disebut personality jika dikaitkan dengan tingkah

    laku seseorang secara lahiriah maupun batiniah, jika dihubungkan dengan sikap

    dan tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan kemampuan intelektual

    maka disebut mentality. Selanjutnya jika dihubungkan dengan sifat kedirian

    seseorang sebagai suatu kesatuan dari ciri khas yang dimiliki serta usaha untuk

    mempertahankan jati diri tersebut dari unsure pengaruh luar disbut identify.13

    Secara individu kepribadian muslim mencerminkan cirri khas yang

    berbeda. Ciri khas tersebut diperoleh berdasarkan potensi bawaan. Dengan

    demikian secara potensi (pembawaan/heredity) akan dijumpai adanya

    perbedaan kepribadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya.

    Perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang mereka miliki berdasarkan

    faktor bawaan masing-masing yaitu meliputi aspek jasmani dan aspek rohani.

    12Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-3, h.

    193.

    13

    Jalaludin, Teologi Pendidikan,…,h. 195.

  • 16

    Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, warna kulit, dan ciri-ciri

    fisik lainnya. Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap, mental, tingkat

    kecerdasan maupun sikap emosi.

    2. Pola-pola Kepribadian Muslim

    Pola kepribadian yang dimaksud di sini ialah gambaran tentang garis-

    garis bentuk kepribadian manusia pada umunya. Menurut ahli psikologi bahwa

    pola kepribadian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu:

    a. The concept of self yang merupakan pusat bentuk kepribadian

    b. Trait yang merupakan kemudi atau roda dar kepribadian itu. Trait ini

    berhubungan erat dan sangat dipengaruhi oleh bagian pusat atau self

    concept.

    Manusia adalah makhluk yang berkeyakinan yaitu mmeyakini adanya

    benar dan salah. Ia bekali beberapa sifat untuk mendekati kekuatan yang paling

    sempurna ditandai dengan adanya rasa takut, cinta dan tunduk. Ketiganya biasa

    disebut perangai dan mungkin merupakan perangai paling awal yang

    ditanamkan dalam jiwa manusia.

    Al-Quran mengemukakan sebuah contoh tentang rasa rindu manusia

    kepada kesempurnaan sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahim a.s. Pada kasus

    Nabi Ibrahim a.s. kita dapat melihat gambaran tentang pencarian dan

    ketundukan manusia terhadap kekuatan supranatural kendatipun sebenarnya

    nisbi. Kemudian lahirlah fenomena-fenomena alam, matahari dan bulan.14

    Allah SWT berfirman:

    14 Rifat Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Tangerang: WNI Press, 2009), h. 37.

  • 17

    Artinya : “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar,

    "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?

    Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang

    nyata.. dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda

    keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami

    memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin. ketika

    malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata:

    "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata:

    "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian tatkala Dia

    melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan

    itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi

    petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."

    Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah

    Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam,

    Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa

    yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku

    kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung

    kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang

    yang mempersekutukan Tuhan.15

    3. Unsur-unsur Pembentuk Kepribadian Muslim

    Menurut Mujib yang dikutip oleh Rafi Sapuri menyatakan bahwa

    pengembangan kepribadian Islam adalah usaha secara sadar yang dilakukan

    15 Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir al-Quran 30 Juz Huruf Arab dan Latin, (Bandung:

    Fa, Sumatra,1978), h. 253

  • 18

    oleh individu untuk memaksimalkan daya-daya insaninya agar ia mampu

    realisasi dan aktualisasi diri lebih baik sehingga memperoleh kualitas hidup di

    dunia maupun di akhirat. Manusia yang baik tidak dapat dilihat dari kadar

    (ukuran) fisik dan potensi diri berupa bakat dan kekuatan atau sesuatu yang lain

    berupa kekhasannya. Namun, perjalanan arah hidup yang difokuskan kea rah

    kebaikan (as-shirat al-mustaqim ila al-haqq) itulah manusia yang baik.16

    Dengan demikian pengembangan kepribadian Islam adalah setiap usaha

    individu dengan kekhasan daya insaninya yang menempuh perjalanan hidup

    secara fisik dan psikis ke arah kebenaran (al-haqq). Statement ini mengandung

    tiga unsur sebagai suatu keterkaitan terpadu (centered relationship), yaitu

    kehasan daya insane, perjalanan hidup dan kebenaran.

    Seseorang disebut memiliki kepribadian muslim manakala dalam

    mempersepsi sesuatu, dalam bersikap terhadap sesuatu dan dalam melakukan

    sesuatu dikendalikan oleh pandangan hidup muslim. Karakter seorang muslim

    terbentuk melalui pendidikan dan pengalaman hidup. Kepribadian seseorang di

    samping bermodal kapasitas fitrah bawaan sejak lahir dari warisan genetika

    orangtuanya, ia terbentuk melalui proses panjang riwayat hidupnya, proses

    internalisasi nilai pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya. Dalam

    perspektif ini, agama yang diterima dari pengetahuan maupun yang dihayati

    dari pengalaman rohaniah, masuk ke dalam struktur kepribadian seseorang.

    Orang yang menguasai ilmu agama atau ilmu akhlak (sebagai ilmu) tidak

    otomatis memiliki kepribadian yang tinggi, karena kepribadian bukan hanya

    aspek pengetahuan.17

    Pada umumnya, penentuan unsur-unsur pembentuk kepribadian oleh para

    ahli berbeda-beda. Perbedaan ini terlihat dari sudut pandang mereka yang

    digunakan dalam memahami kepribadian itu sendiri. Ada yang memahami

    kepribadian itu sendiri. Ada yang memahami unsur pembentuk kepribadian

    dengan terlebih dahulu berangkat dari pembahasan tentang substansi manusia.

    16Rafi Sapuri, Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja

    Grafindo Persada, 2009), h.109.

    17

    Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga

    Bangsa, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005), cet. 1, h. 46.

  • 19

    Ada yang memahami dari bagaimana manusia berfikir dan mengatur tingkah

    lakunya dan lain sebagainya.

    Menurut Eysenck seperti yang dikutif oleh Ramayulis, yaitu sebagai

    berikut:

    Kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan disposisi-disposisi yang

    terorganisasi dalam susunan hirarkis, berdasarkan atas keumuman dan

    kepentingannya, diurut dari yang paling bawah ke yang paling tinggi yaitu:

    1. Specific response, yaitu tindakan atau respons yang terjadi pada suatu

    keadaan atau kejadian tertentu.

    2. Habitual response memiliki corak yang lebih umum daripada specific

    response, yaitu respons yang berulang-ulang terjadi jika individu

    menghadapi kondisi atau situasi sejenis.

    3. Trait, yaitu habitual response yang saling berhubungan satu sama lain

    yang cenderung ada pada individu tertentu.

    4. Type yaitu organisasi yang lebih umum dan lebih mencakup lagi.18

    Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh

    lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam

    pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang

    mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimnan. Sebab

    Nabi mengemukakan “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah

    orang mukmin yang paling baik akhlaknya”. Pencapaian tingkat akhlak yang

    mulia merupakan tujuan pembentukan kepribadian muslim.19

    Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan upaya untuk

    mengubah sikap ke arah kecenderungan kepada nilai-nilai keislaman.

    Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi secara spontan. Semuanya berjalan

    dalam suatu proses yang panjang dan berkesinambungan. Di antara proses

    tersebut digambarkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan,

    18Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mullia, 2002), h. 106-107

    19

    Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-3,

    h.198.

  • 20

    peristiwa atau ide (attitude have referent) dan perubahan sikap harus dipelajari

    (attitude are learned).20

    Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya

    merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-

    nilai akhlaq al-karimah. Untuk itu setiap muslim dianjurkan untuk belajar

    seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang baik) hingga di akhir hayat

    (tetap dalam kebaikan). Pembentukan kepribadian melalui pendidikan tanpa

    henti (life long education), sebagai suatu rangkaian upaya menurut ilmu dan

    nilanilai keislaman, sejak dari buaian hingga ke liang lahat.

    Pembentukan kepribadian muslim secara menyeluruh adalah

    pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:

    1. Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari dari

    ajaran wahyu.21

    2. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran terangkum

    dalam materi bagi pembentukan akhlaq al-karimah.22

    3. Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama

    makhluk, khususnya sesama manusia.23

    4. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada

    pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan

    kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.24

    5. Aspek teleologis (tujuan), pembentukan kepribadian muslim mempunyai

    tujuan yang jelas.25

    6. Aspek duratif (waktu), pembentukan kepribadian muslim dilakukan sejak

    lahir hingga meninggal dunia.

    7. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian muslim dilakukan atas

    penghargaan terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan

    individu).26

    20Jalaludin, Teologi Pendidikan, …, h. 200

    21

    Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 203.

    22

    Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 203.

    23

    Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.

    24

    Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.

    25

    Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.

  • 21

    8. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian muslim meliputi

    bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani,

    rohani dan ruh.27

    Pembentukan kepribadian muslim merupakan pembentukan kepribadian

    yang utuh, menyeluruh terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung dijadikan

    alasan untuk member peluang bagi tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islam

    bersifat apologis (memihak dan membenarkan diri). Penyebabnya antara lain

    adalah ruang lingkupnya yang terlalu luas, kemudian tujuan yang akan

    dicapainyapun terlampau jauh sehingga dinilai sulit untuk diterapkan dalam

    suatu sistem pendidikan.

    Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat

    maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju kepada tujuan

    yang sama. Tujuan utamanya yaitu guna merealisasikan diri, baik secara

    pribadi (individu) maupun secara komunitas (ummah) untuk menjadi pengabdi

    Allah SWT yang setia. Tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang

    diberika Allah SWT.28

    Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari trait dan tipe

    (type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan

    konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe

    adalah pengelompokkan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep

    trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar daripada

    trait.

    4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Muslim

    Dalam mempelajari kepribadian, maka diperlukan pengetahuan tentang

    bagaimana sifat-sifat/ciri kepribadian itu terbentuk dan bagaimana proses

    perkembangannya. Alisuf Sabri menuliskan dalam bukunya Pengantar

    Psikologi Umum dan Perkembangan, bahwa totalitas kepribadian individu

    terbentuk melalui interaksi ketiga faktor, yaitu:

    26Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.

    27

    Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.

    28

    Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 214.

  • 22

    1. Heredity (pembawaan/genetik)

    Kepribadian bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, akan

    tetapi juga merupakan hasil pembelajaran hidup. Kepribadian senantiasa

    dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik melalui proses belajar.

    Seorang yang memiliki kepribadian yang menarik adalah individu yang

    mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memiliki kestabilan

    emosi yang mantap.29

    Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh heredity terhadap

    perkembangan kepribadian, kita dapat memperolehnya dari beberapa hasil

    penelitian yang dilakukan para ahli psikologi. Misalnya dengan cara

    membandingnkan antara dua orang yang hereditasnya sama namun hidup

    dalam lingkungan yang berbeda. Dalam hal ini, apabila heredity memang

    merupakan faktor yang lebih besar pengaruhnya bagi pembentukan

    kepribadian, maka lingkungan yang berbeda tidak akan berpengaruh

    terhadap kepribadian si anak kembar tersebut.

    Sekalipun dalam kenyataannya si kembar banyak dipengaruhi oleh

    kerjasama lingkungan, pada umumnya para orang tua cenderung

    memperlakukan anak kembar secara kembar segala-galanya (nama, baju,

    mainan dan sebagainya), hal ini berarti kepribadian dapat diperngaruhi

    oleh lingkungan (tanpa faktor heredity/pembawaan).

    Tetapi adapun hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi

    yang membuktikan bahwa kesamaan kepribadian tidak cukup dipengaruhi

    oleh lingkungan tersebut. Bagi anak kembar identik yang dipisahkan

    hidupnya akan tetapi terbukti kepribadian mereka tetap sama, dan

    kesamaannya tersebut tidak dapat diterangkan oleh faktor lingkungan.

    Dengan demikian berarti bahwa faktor herediti lebih berpengaruh daripada

    faktor lingkungan.30

    29Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian tinjauan Praktis Menuju Pribadi

    positif, (Jakarta: PT. Indeks, 2007), h.12.

    30

    Alisuf sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

    Jaya, 2001), h. 104.

  • 23

    Dalam hal ini Islam mengajarkan bahwa faktor genetika/heredity ikut

    berfungsi dalam pembentukan kepribadian muslim. Oleh karena itu,

    filsafat pendidikan Islam memberikan pedoman dalam pendidikan pre-

    natal (sebelum lahir). Pemilihan calon suami atau istri, sebaiknya

    memperhatikan latar belakang keturunan masing-masing.

    Namun Usman berpendapat lain, ia menyatakan bahwa Kepribadian

    bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, tetapi juga merupakan

    hasil pembelajaran hidup. Setidaknya ada dua faktor utama yang dapat

    mempengaruhi kepribadian seseorang. Pertama, faktor internal individu

    dan kedua, faktor eksternal individu. Usman Najati menjelaskan tentang

    hal ini dengan kata-kata:

    Para ahli ilmu jiwa modern pernah meneliti batasan setiap pengaruh

    keturunan (hereditas) dan lingkungan terhadap perbedaan individual. Hasil

    penelitian tersebut menegaskan adanya faktor keturunan yang signifikan di

    satu sisi dan faktor lingkungan yang sulit terelakan di sisi lain. Namun,

    dari semua hasil penelitian itu para psikologi sepakat bahwa kedua faktor

    antara keturunan dan lingkungan tersebut saling terkait dan memiliki

    pengaruh satu sama lainnya terhadap karakteristik manusia yang

    membentuk perbedaan individualnya. Dengan kata lain, masing-masing

    kedua pengaruh tersebut sulit untuk dipisahkan.31

    2. Pengalaman

    Meskipun setiap unsure heredity anak mudah mereaksi terhadap

    pengalaman-pengalaman baru (menurut tingkat kematangan atau

    kecenderungan temperamennya), akan tetapi reaksi-reaksinya itu akan

    berubah oleh interaksinya dengan orang tua, teman main, sanak keluarga

    dan sebagainya. Pentingnya interaksi emosi pada awal kehidupan si anak,

    dirasakan perlunya semenjak dilakukan studi terhadap anak-anak di rumah

    yatim piatu yang hidupnya sengsara/tidak bahagia.32

    31Muhammad Utsman Najati, Psikologi Dalam Perspektif Hadits (Al-Hadits wa ‘Ulumun

    Nafs, (Jakarta: PT. Pustaka al-Husna Baru, 2004), h. 276.

    32

    Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

    Jaya, 2001), h. 104

  • 24

    Para ahli psikologi yakin bahwa para ibu memiliki kesempatan yang

    baik untuk mempengaruhhi tingkah laku dan kepribadian anaknya kelak di

    kemudian hari karena ia sepanjang hari bersama anak-anaknya. Meskipun

    pada umumnya semua ibu-ibu menyetujui benar cara-cara yang membuat

    anak-anaknya menjadi seorang anak yang baik namun pada umumnya

    mereka mengeluh, merasa direpotkan oleh cara-cara yang dapat

    membangkitkan hal-hal yang baik pada anak-anaknya tersebut.33

    Meskipun sudah mengetahui sejumlah pengalalman anak yang akan

    mempengaruhi pembentukan kepribadiannya namun belum tentu kita

    dapat menjamin akan terbentuknya perkembangan anak yang sehat atau

    well adjusted. Ada beberapa cara mengasuh anak yang dilakukan orang

    tua, yaitu ada orang tua yang menggunakan cara yang keras, ada yang

    melakukannya dengan cara yang lunak. Tetapi ada juga orang tua yang

    merasa kebingungan melihat tetangganya menggunakan cara yang sama

    tetapi hasil akibatnya pada anak-anak berbeda, ada yang anaknya menjadi

    baik dan adapula yang tidak baik (anaknya mengalami gangguan). Oleh

    karena itu sebenarnta tidak ada satupun teori cara mengasuh anak yang

    terbukti mampu menjamin berhadil untuk semua anak.

    Menurut kenyataan yang bisa menghasilkan/membentuk pribadi yang

    ”well adjusted “ itu bukan dengan masalah cara tetapi masalah situasi,

    pengalaman yang dialami anak di lingkungan keluarga itu sendiri yaitu

    apabila setiap lingkungan keluarga mampu memelihara rasa aman dan

    perasaan menghargai satu sam lain yang selaras/ mengimbangi situasi

    yang ada di luar rumah maka anak-anak akan berkembang menjadi orang

    yang “well adjusted”.34

    Tetapi meskipun demikian, perlu diketahui bahwa seperti kegiatan-

    kegiatan lainnya, maka kegiatan pemeliharaan anak juga mengalami ragam

    perubahan. Suatu anak bisa menegur atau mengingatkan orang tuanya

    yang perlakuannya tidak menentu agar lebih tegas dan terus terang di

    33Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 105.

    34

    Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 107.

  • 25

    dalam menetapkan aturan-atura bertingkah laku bagi anak-anaknya. Dalam

    hal ini para ahli psikologi menilai bahwa perbuatan menegur semacam itu

    dapat menjadi didikan yang baik bagi dirinya, sehingga ia menjadi anka

    yang sabar dan tidak agresif dan menjadi anak yang selaras karea

    melakukan perbuatan semacam itu berarti ia belajar menahan reaksi dan

    takut dianggap sebagai anak yang kurang ajar dan sebagainya.35

    Di samping itu sekarang ini banyak anak-anak yang pandai

    mengendaki agar orang tuanya bersikap permisif atau longgar sehingga hal

    itu memungkinakan setiap angora keluarganya diikut sertakan dalam

    menentukan keputusan-keputusan keluarga sesuai dengan umur dan

    tingkat kematangannya. Anak yang dibesarkan di dalam keluarga yang

    permisif ini cenderung menjadi selalu ingin tahu, penuh ketakutan, bergaul

    agresif dan umumnya tidak bisa selaras atau menjadi orang yang sulit

    menyesuaikan diri.36

    Selain itu suasana dalam keluarga akan terjadi kemelut jika orangutan

    yang permisif di atas merasa menyesal kepada cara didikan yang ia

    lakukan karena semua kebijaksanaan yang dilakukannya tidak berfaedah

    bagi dirinya maupun pada anaknya. Keadaan semacam ini akan

    menjadikan anak-anaknya bersikap ambiquous atau mencurigai orang

    tuanya dan penguasa –penguasa lain selain orang tuanya.

    3. Kebudayaan (culture)

    Tingkah laku dapat diwariskan dari orang tua kepada anak karena

    anak mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku yang dilakukan

    orang tuanya dan orang-orang lain yang dekat dengan si anak. Dalam hal

    ini penurian mereka tidak memandang apakah itu perbuatan yang baik atau

    buruk karena memang mereka belum tahu apa-apa. Bagi anak-anak

    peniruan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi perkembangan

    35Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 106.

    36

    Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 108.

  • 26

    pribadinya. Melalui peniruan inilah anak menyerap sifat-sifat kepribadian

    yang dimiliki oleh orang-orang yang menjadi figur baginya.37

    Mengenai kepribadian secara jenis kelamin, meskipun kepribadian ini

    belum muncul sebelum dewasa namun anak telah belajar peranan sesuai

    dengan jenis kelaminnya dari sejak masih kecil. Mereka dipersiapkan

    untuk menjadi pria atau wanita dewasa melalui proses “sex typing”. Anak

    perempuan diajarkan main dengan boneka-boneka, menjahit, membantu

    pekerjaan di rumah, menyapu, mencuci dan sebagainya. Sedangkan anak

    laki-laki diajarkan main permainan yang agresif, menghargai dan member

    respon yang positif bagi anak-anak yang melalkukan sikap perbuatan

    seperti ayahnya dan membantu memberikan semangat agar anak laki-

    lakinya bersifat jantan.

    Faktor lingkungan yang dapat membentuk kepribadian itu sangat

    berkaitan erat dengan aspek-aspek/standar budaya yang ditunjukan oleh

    pribadi-pribadi orang yang dijadikan model peniruan si anak. Setiap

    kebudayaan masyarakat mempunyai masing-masing standar tingkah

    lakunya sendiri-sendiri sebagai model tingkah laku yang diakui

    masyarakat dan merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh warganya.38

    Perkumpulan atau organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda

    dan sebagainya merupakan contoh-contoh agen-agen lingkungan yang

    mempunyai pengaruh cultural budaya pada diri individu. Pada umumnya

    orang tua mendidik dan membesarkan anak-anak mereka selaras dengan

    nilai-nilai budaya masyarakatnya dan kebudayaan dunia pada umumnya.

    Kerna itu berbeda latar belakang kebudayaannya maka kepribadian

    masing-masing individu cenderung berbeda-beda pula.39

    Pengaruh kebudayaan berifat multidimensional dan berlangsung

    seumur hidup. Dalam hal ini berarti bukan hanya satu kesan/pengalaman

    budaya dari masa kanak-kanak yang akan membentuk suatu sifat

    37Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 109.

    38

    Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 106.

    39

    Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 110

  • 27

    kepribadian tertentu bagi orang dewasa itu hanya mungkin terbentuk

    melalui pengalaman masa kanak-kanak yang terdiri sebagai berikut:

    a. Pengalaman budaya yang dialami anak harus berlangsung terus

    menerus dalam jangka panjang, melalui serentetan peristiwa yang

    diperkuat oleh lingkungan/orang tuanya.

    b. Kebudayaan lingkungan akan menjadi pengalaman yang mengendap

    membentuk kepribadian apabila pengalaman-pengalaman itu telah

    dipelihara/dipertahankan dan terus menerus dialami kembali oleh si

    anak.40

    40Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 110.

  • 28

    BAB III

    BIOGRAFI MUHAMMAD IQBAL

    Dr. Sir Muhammad Iqbal adalah sosok yang fenomenal. Karirnya di

    bidang politik dan filsafat mampu memberikan konstribusi yang cukup

    besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Lebih dari siapapun, Iqbal

    telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang menjadi bekal

    individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban barat yang

    materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka

    konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi

    kemanusiaan dan sosial yang luas.1 Iqbal terkenal dengan julukannya

    sebagai Mufakkir-e-Pakistan (The Thinker Of Pakistan), Shair-eMashriq

    (The Poet of the East), dan Hakeem-ul-Ummat (The Sage of Ummah).2

    1Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta: Penerbit

    Teraju, 2003), h. 22-23

    2Muhammad Iqbal (on line) tersedia: www.wikipedia.org/wiki/Muhammad _Iqbal, 13

    April 2012, 13.40 WIB.

  • 29

    Iqbal adalah seorang pemikir dan penyair. Sebenarnya tidak mudah

    memilih apakah ia seorang penyair-pemikir atau pemikir-penyair, karena

    lebih banyak tulisan-tulisannya yang puitis dari pada filosofis. Pada diri

    Iqbal, filsafat dan puisi tidak dapat dipisahkan; hal yang demikian ini belum

    pernah terjadi kepada pemikir-pemikir besar lainnya – bahkan seorang dante

    sekalipun.3

    A. Kehidupan

    Anak sulung dari lima bersaudara dari keluarga Syaikh Kashmir,

    Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 di Sialkot,

    Punjab. Sialkot adalah sebuah kota peninggalan kerajaan dinasti

    Mughal India yang telah lama pudar gemerlapnya. Terletak beberapa

    mil dari Jammu dan Kashmir, kawasan yang hingga saat ini masih

    menjadi sengketa antara India dan Pakistan.4

    Leluhur Iqbal bila ditelusuri jejaknya berasal dari kalangan

    brahmana, subkasta Sapru. Kakeknya sendiri yang bernama Syaikh

    Rafiq, berasal dari Looehar berprofesi sebagai penjaja selendang.5

    Awalnya menganut agama Hindu, bahkan Ia merupakan seorang

    Pendeta dari Srinagar yang kemudian masuk Islam, Syaikh Muhammad

    Rafiq adalah namanya setelah masuk Islam, sebelumnya ia bernama

    Sahaj Ram Sapru. Ia pindah ke Sialkot setelah masuk agama Islam.6

    Ayahnya bernama Syaikh Nur Muhammad, merupakan seorang

    penjahit yang makmur, memiliki kedekatan dengan kalangan sufi.

    Kawan-kawannya menyebutnya sebagai “Sang filosof tanpa guru” (un

    parh falsafi) karena kecerdasan dan kesalehannya, dikenal memiliki

    perasaan mistis yang dalam serta rasa keingintahuan ilmiah yang tinggi.

    3M.M. Syarif, Iqbal Tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf Jamil,

    (Bandung: Mizan, 1993),.h. 27.

    4Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta: Penerbit

    Teraju, 2003).h. 23

    5Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h.24

    6Muhammad Iqbal (on line) tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad

    _Iqbal, 13 April 2012, 1340 WIB.

  • 30

    Ibunya sendiri, Imam Bibi, merupakan seorang wanita yang religious.

    Dari Ibunya, dia mendapat pendidikan dasar dan disiplin keislaman

    yang kuat, begitu juga dengan saudara laki-lakinya dan 3 saudara

    perempuannya.7

    Iqbal tumbuh dibawah bimbingan kedua orang tuanya yang taat,

    dengan bekal pendidikan agama yang kuat, ia dididik untuk belajar dan

    menghafal al-Qur‟an, baik oleh kedua orangtuanya ataupun oleh guru-

    gurunya. Kelak di kemudian hari ia sering berkata bahwa pandangan

    dunianya ia warisi dari kedua orangtuanya, bukan dibangun melalui

    spekulasi filosofis.

    Iqbal menghabiskan masa kanak-kanaknya di kota kelahirannya.

    Sebelum kuliah, ia dinikahkan dengan Karim Bibi, tepatnya pada bulan

    April 1893, yang merupakan putri dari seorang dokter kaya dari

    Gujarat.8 Darinya, Iqbal memiliki tiga orang anak, akan tetapi kedua

    anaknya meninggal yaitu Mi‟raj Begum yang meninggal di usia muda

    dan salah satunya meninggal ketika dilahirkan, tinggal Aftab Iqbal yang

    mengikuti jejak ayahnya belajar filsafat. Iqbal akhirnya bercerai dengan

    Karim Bibi pada tahun 1916.9

    Kemudian ketika ia berada di Eropa, Iqbal pernah menjalin

    hubungan yang cukup dekat dengan seorang wanita Muslim garda

    depan bernama Atiya Begum Faizee, karena perbedaan latar belakang

    keluarga, Iqbal hanya memendam perasaan cintanya. Sekitar tahun

    1909 Iqbal menikah dengan Sardar Begum, seoarang wanita yang

    cantik akan tetapi lemah fisiknya. Pernikahan ini tidak begitu sempurna,

    karena kemudian mereka berpisah untuk beberapa waktu. Namun Iqbal

    menikah untuk kedua kalinya dengan Sardar Begum pada Tahun 1913,

    kemudian dikarunia seoarang putra, Javid Iqbal, dan seorang putri,

    7 Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta: Penerbit

    Teraju, 2003) h. 23

    8Alam Iqbal (online) iqbal in Years:.www.allamaiqbal.co/person/years/years/htm,

    14 April, 15.30 WIB.

    9Muhammad Iqbal, {on line} tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad

    _Iqbal, 13 April 2012, 13.40 WIB.

    http://www.allamaiqbal.co/person/years/years/htm

  • 31

    Munirah. Namun sayang Sardar Begum meninggal di usia yang muda

    (37 tahun). Iqbal sendiri meninggal pada usia kurang lebih 61 tahun

    yaitu tanggal 21 April 1938 di Lahore.

    B. Pendidikan dan Karir

    Iqbal merupakan seoarang anak yang cerdas. Sejak kecil ia sudah

    dididik dengan dasar agama yang kuat oleh kedua orang tuanya, begitu

    pula dengan guru-gurunya di Maktab (madrasah). Berkat prestasinya

    yang cemerlang, selepas dari sekolah menengah (1893), Iqbal mendapat

    beasiswa ke perguruan tinggi. Atas bujukan Mir Hasan, sahabat karib

    ayahnya dan juga seorang Profesor Sastra Timur di Scotch Mission

    College, Iqbal diizinkan untuk melanjutkan studinya di sekolah tinggi

    modern di wilayah tersebut. Dari mir Hasan sendiri, Iqbal mendapat

    pengetahuan khusus mengenai kesusasteraan Arab, Urdu dan Persia. Di

    sekolah inilah semangat keilmuan Iqbal tumbuh.

    Dalam waktu dua tahun, Iqbal menyelesaikan kuliahnya di bidang

    ilmu-ilmu humaniora. Selepas itu, para dosen dan orang tuanya

    membujuknya untuk melanjutkan kuliah di Government College,

    Lahore, salah satu lembaga pendidikan terbaik di India. Di sana ia

    belajar filsafat, Sastra Ingris dan Arab, memperoleh gelar BA dengan

    nilai cum laude.10

    Kemudian, melalui beasiswa yang ia peroleh, ia melanjutkan gelar

    masternya di bidang filsafat. Pada masa-masa studi masternya ini, Iqbal

    bersahabat dengan Sir Thomas Arnold yang merupakan guru besar di

    bidang filsafat, persahabatan antara guru dan murid. Sir Arnold lah

    yang telah menjembatani ide-ide Iqbal tentang pemikiran Timur dan

    Barat. Dan Sir Arnold juga yang telah memotivasinya untuk

    melanjutkan studinya ke Eropa.11

    10Muhammad Iqbal, {on line} tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad

    _Iqbal

    11

    Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta:

    Penerbit Teraju, 2003), h. 26.

  • 32

    Pada tahun 1898, Iqbal mengikuti ujian awal ilmu hukum untuk

    menjadi pengacara, akan tetapi ia mengalami kegagalan. Kemudian

    pada tahun 1899, berkat kejeniusan yang dimilikinya, ia mendapat

    penghargaan medali emas karena satu-satunya yang lulus ujian

    komprehensif akhir. Beberapa bulan kemudian setelah ia menyelesaikan

    gelar masternya, ia mendapat tawaran untuk menjadi asisten dosen.12

    Iqbal menjalani karir pertamanya sebagai asisten pengajar Bahasa

    Arab di Macleod-Punjab Reader Of Arabic, Universitas Oriental

    College (1889-1890). Selain itu, ia juga mengajar mata kuliah sejarah

    dan ekonomi. Kemudian Iqbal mengundurkan diri dari pekerjaannya

    untuk menjadi asisten tidak tetap professor bahasa Inggris di Islamic

    dan Government College selama tiga tahun.13

    Pada tahun 1901, ia

    mengikuti seleksi sebuah posisi bergengsi sebagai Komisi Asisten

    Tambahan (Extra Assistant Commisiner). Akan tetapi ia gagal dengan

    alasan tidak lulus uji kesehatan. Akan tetapi kegagalannya ini

    membawa berkah tersendiri baginya. Pada saat itu karirnya sebagai

    penyair semakin memuncak. Hal ini mendorongnya untuk berangkat

    studi ke Eropa pada tahun 1905. Ia terlebih dahulu memperdalam

    pengetahuan fiilsafatnya di Uneversitas Cambridge, sambil menyiapkan

    desertasi doktoralnya dalam bidang filsafat. Iqbal menyelesaikan

    studinya dalam bidang filsafat moral (1907) di bawah bimbingan Dr.

    John Mc. Taggart dan Jawes Ward. Selain itu, ia juga mengambil

    kesempatan menimba ilmu dari dua orientalis terkemuka saat itu, E.G.

    Brown dan Reynold A. Nicholson.14

    Kemudian ia meneruskan belajarnya di bidang bahasa dan filsafat

    di Universitas Heidelberg dari Fraulein Wagnast dan Fraulein Senecal.

    Berkat kecerdasannya, ia bisa menguasai bahasa Jerman dalam waktu

    tiga bulan. Di Universitas Munich, ia mengajukan disertasinya kepada

    Prof. F. Homel dengan judul “The Development of Metaphysics In

    12Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h. 27

    13

    Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h.28

    14

    Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h.28

  • 33

    Persian: A Contribution to the History of Islamic Philosophy”.

    Kemudian ia mendapat gelar dictoris philosophiae gradum pada tahun

    1907.15

    Tak puas dalam menuntut ilmu, Iqbal kembali ke London dan

    belajar di Lincoln‟s Inn untuk gelar pengacara dan berhasil lulus pada

    tahun 1908. Iqbal juga sempat masuk ke School of Political Sciences

    selama beberapa waktu dan menggantikan Sir Thomas Arnorld selama

    sekitar tiga bulan.16

    Pada tahun yang sama Iqbal kembali ke India dan

    menjalankan profesinya sebagai pengacara dalam urusan naik banding.

    Selain itu, dia juga kembali mengajar di Government College dalam

    bidang sastra arab dan inggris juga dalam bidang filsafat. Akan tetapi

    kemudian ia mengundurkan diri dan lebih fokus pada profesinya

    sebagai pengacara. Meskipun begitu, ia tetap aktif di perguruan tinggi

    tersebut pada lembaga dan badan yang ada di dalamnya. Bahkan ia

    sempat menjabat sebagai Dekan Fakultas kajian-Kajian Ketimuran dan

    Kepala Jurusan Kajian-kajian Filsafat. Iqbal menjalani profesinya

    sebagai pengacara hingga tahun 1934, empat tahun sebelum wafatnya.

    C. Karya

    Iqbal banyak sekali menghasilkan karya, terutama karyanya yang

    berbentuk puisi, di samping itu Iqbal juga memiliki karya dalam bidang

    filsafat. Berikut ini adalah sebagian dari karya-karya Iqbal :

    1. Ilm al-Iqtisad, (1903)

    2. Development of Metaphysics in Persia: A Constribution to the

    History of Muslim Philosopy, (1908).

    3. Islam as a Moral and Political Ideal (1909).17

    4. Asrar-i-Khudi, merupakan kumpulan puisi yang menerangkan

    tentang rahasia diri, diterbitkan pada tahun 1915, dan ini

    15Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h.29

    16

    Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h. 29

    17

    Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002),

    Cet. Ke-3, h. 185.

  • 34

    merupakan karyanya di bidang puisi yang diterbitkan pertama

    kali.18

    5. Rumuz-i-Bekhudi, terbit pada tahun 1917, melengkapi karyanya

    terdahulu yaitu Asrar-e-Khudi. Dua karya tersebut sering kali

    dimasukkan dalam volume yang sama dengan judul Asrar-e-

    Rumuz.

    6. Bang-i-Dara (The Call of the Marching Bell) dipublikasikan pada

    tahun 1924. Puisinya ini ditulis dalam tiga tahapan.

    7. Tarana-e-Hind, merupakan sebuah lagu yang sangat patriotik,

    pertama kali dipublikasikan pada tahun 1905.

    8. The Development of Metaphysics in Persia, adalah desertasinya

    yang terbit pada tahun 1908 di London. Desertasi ini menjelaskan

    tentang perkembangan pemikiran keagamaan di Persia sejak masa

    Zoroaster hingga Mulla Hadi dari Sabzawar.

    9. The Science of Economics, merupakan karyanya yang pertama

    dipublikasikan dalam bahasa Urdu, karya ini dipublikasikan pada

    tahun 1903.

    10. Payam-e-Mashriq (pesan dari Timur), terbit pada tahun 1923

    dengan menggunakan bahasa Persia di Lahore.

    11. Zabur-e-Ajam (Persian Psalms), dipublikasikan pada tahun 1927,

    di dalamnya termasuk puisi Gulshan-e-Raz-e-Jadeed (Garden of

    New Secrets).

    12. The Reconstruction of Relegious Thought in Islam. Merupakan

    karyanya yang amat sangat terkenal di bidang filsafat, karya ini

    berbentuk prosa, pertama kali diterbitkan di London pada tahun

    1934.

    13. Bal-i-Jibril (Wings of Gabriel) terbit pada Tahun 1935.

    14. Zarb-i-Kalim dipublikasikan tahun 1936.

    15. Tulu'i Islam (Dawn of Islam).

    18Rafi Sapuri, Tuntunan jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2009), h.344.

  • 35

    16. Khizr-e-Rah (Guide of the Path).

    17. Armughan-e-Hijaz (The Gift of Hijaz) yang dipublikasikan pada

    tahun 1938 ini merupakan karyanya yang terakhir. Bagian

    pertama berisi quatrains dalam bahasa Persia, dan selanjutnya

    berisi beberapa puisi dan epigram dalam bahasa Urdu.

    D. Tokoh yang Mempengaruhi Pemikiran Iqbal

    Sebagai seorang filosof Muslim, pemikiran Iqbal tak lepas dari

    pengaruh dari beberapa tokoh-tokoh filosof dan sufisme. Tokoh-tokoh

    yang mempengaruhi corak pemikiran Iqbal di antaranya adalah Thomas

    Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel dan beberapa yang lainnya. Dan

    tokoh yang paling memberikan pengaruh bagi Iqbal, menurut Donny

    Ghahral, adalah Nietzsche dan Bergson.19

    Dua filosof barat di atas memberi pengaruh yang besar terhadap

    Iqbal, terutama konsepnya tentang hidup kreatif yang terus bergerak

    menuju realitas.20

    Selain itu pengaruh Rumi juga sangat besar dalam

    perkembangan pemikiran Iqbal.

    1. Friedrich Nietzsche

    Filsafat Nietzsche (1844-1900) adalah filsafat kehendak untuk

    penguasaan, konsep ini sangat berkaitan erat dengan konsep leben

    philoshopie tentang hidup. Tradisi lebenphiloshopie memandang

    hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai sesuatu

    yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apa pun yang

    mematikan gerak hidup.21

    Berdasarkan konsepnya mengenai hidup sebagai kehendak

    bebas, dia secara revolusioner telah mendekonstruksi tiga pondasi

    dasar peradaban Barat yang merupakan warisan klasik : filsafat,

    moralitas, dan agama (Yudeo-Kristiani) yang dinilainya tidak

    mewadahi kehendak untuk penguasaan. Nietzsche mengkritik

    tradisi filsafat barat yang sejak zaman Heraklitos selalu disibukkan

    19Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h.34.

    20

    Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h.34.

    21

    Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h. 36.

  • 36

    dengan mencari logos (prinsip utama yang mengatur semesta).

    Baginya, semua itu hanya omong kosong belaka. Kritik keduanya

    ditujukan pada moralitas. Baginya moralitas hanyalah nilai-nilai

    yang melemahkan dan bertentangan dengan hidup yang selalu

    ingin bergerak. Dengan kata lain moralitas menjadi penghambat

    bagi hidup yang berkehendak terhadap penguasaan.

    Kritiknya yang paling keras adalah kritiknya terhadap agama,

    terutama agama Kristen. Baginya, seorang Yesus, yang dianggap

    sebagai penyelamat oleh umat Kristen, hanyalah seorang nabi

    dengan moralitas budak. Moralitas budak sendiri merupakan

    sebuah term yang dipertentangkan dengan moralitas tuan. Kedua

    term ini merupakan ciptaan Nitzsche, yang mana moralitas tuan

    mengedepankan kompetisi, kekuasaan, kebebasan, kebanggaan,

    spontanitas, dan sensualitas. Sedangkan moralitas budak sendiri

    merupakan moralitas yang tumbuh dari rasa takut, kebencian dan

    kecemburuan terhadap sang tuan.

    Karya Nitzsche dalam terjemahan bahasa Inggris lah yang

    banyak membuka peluang terhadap perkembangan pemikiran

    Iqbal, meskipun dia lancar berbahasa Jerman dan membaca buku-

    buku bahasa Jerman. Sebagai mana kalangan terpelajar lainnya

    pada masa itu, Iqbal pun terpengaruh dengan konsep Nietzsche

    tentang kehendak untuk penguasaan.

    Bagi Iqbal, Nietzsche dilukiskan sebagai satu sosok jenius

    yang kesepian, bahkan nyaris putus asa. Ia merindukan seseorang

    yang bisa ia patuhi dan membimbingnya. Kritik Iqbal terhadap

    Nietzsche berkaitan erat dengan keterjebakan Nietzsche terhadap

    doktrin perulangan abadi (eternal rescue), padahal ia sendiri

    menolak kepercayaan bahwa manusia tak dapat dipertandingkan

    dalam ide evolusi.

    Inspirasi Nietzsche bagi Iqbal banyak terlihat dalam

    karyakaryanya, terutama dalam puisi-puisinya, terutama dalam

  • 37

    puisinya Payami-Masyriq. Seperti puisi dibawah ini tentang

    Nietzsche:22

    Jika kau nada lembut, jangan datang padanya

    Gemuruh topannya adalah musik yang ditiup seruling

    penanya

    Ia celupkan pisau bedah ke lubuk hati barat

    Tangannya berlumuran darah setelah membersihkan salib

    Kristus

    Pada pembangunan Ka’bah, ia mendirikan rumah berhala

    sendiri

    Hatinya adalah seorang mukmin, namun otaknya kafir

    Pergilah dan bakar dirimu di api unggun raja Namrudz ini;

    Agar taman Ibrahim berbunga dari api azar

    2. Henry Bergson

    Pengaruh Bergson terhadap Iqbal sangat besar, terutama

    tentang intuisi dan elan vital. Intuisi, menurutnya, merupakan

    semacam rasio simpati yang mana subjek peneliti menempatkan

    dirinya dalam objeknya untuk menemukan apa yang unik di

    dalamnya dan oleh karenanya tidak dapat diekspresikan. Berpikir

    secara intuitif adalah berpikir dalam durasi, yaitu waktu dalam

    gerak berkelanjutan, bukan waktu yang terspesialisasi oleh rasio

    menjadi momen-momen atau titik-titik dalam garis.

    Elan vital sendiri bagi Bergson, merupakan suatu kesadaran

    dari mana tumbuh kehidupan dan semua kemungkinan kreatifnya.

    Evolusi bersifat kreatif dan tidak deterministik seperti yang

    diungkapkan Darwin atau Marx karena masa depan bersifat

    terbuka. Berdasarkan argument elan vitalnya, dia menolak tujuan

    final yang ditetapkan di depan. Pada akhirnya, Bergson mengklaim

    bahwa elan vital sebagai kualitas realitas ultimo (Tuhan) kalau

    bukannya Tuhan itu sendiri.23

    22Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h. 42-43.

    23

    Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,..., h. 48-49.

  • 38

    3. Maulana Jalaluddin Rumi

    Besar dalam lingkungan religius Islam India membuat Iqbal

    sangat dekat dengan pemikiran filsuf Islam Persia, Maulana Rumi.

    Dalam budaya Urdu India, kental bermain pengaruh Persia seperti

    dalam bahasa pengadilan atau sufisme Parsi. Filosofi ajaran Rumi

    pada dasarnya kembali pada prinsip kesatuan dalam akar dimana ia

    berasal. Pengaruh filosofi ini selanjutnya tidak hanya nampak

    dalam karya-karya Islamis Iqbal namun juga dalam kerangka

    Pakistan yang ia cita-citakan.24

    Iqbal mengangkat Jalaludin Rumi sebagai guru spiritualnya.

    Jelas ini lebih ke imaginer, karena Rumi sudah meninggal ratusan

    tahun yang lalu. Di prosa lirik „Javid Nama‟, yang sengaja ia tulis

    dalam bahasa persia, untuk mengenang Rumi, Iqbal

    menggambarkan seluruh perjalanan spiritualnya dengan Rumi.

    Sebuah puisi Iqbal dalam antologinya Pas Chih Bayad Kard Ay

    Aqwam-i Sharq (Apa Yang Harus Dilakukan Bangsa-bangsa

    Timur) berjudul ”Kepada Matahari Yang Menerangi Dunia”

    khusus ditujukan kepada Rumi. Iqbal menyebut Rumi sebagai

    Raushan Damir, yaitu orang yang memiliki penglihatan ruhani

    yang tajam sehingga mampu membaca rahasia hati dunia dan

    peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang tersembunyi.25

    Dari Rumi kita dapat memetik banyak pelajaran bagaimana

    membenahi jiwa umat yang sedang kusut dan morat marit. Pikiran-

    pikiran Rumi yang profetik (mengandung pesan kenabian)

    memiliki tenaga pembebasan dan pencerahan, terutama bagi

    mereka yang bersedia meresapi ajaran Rumi secara mendalam.

    Menurut Iqbal, Rumi mengajarkan bahwa masyarakat tidak

    dapat didorong menjadi aktif tanpa apa yang disebut sukr dan

    junon, yaitu keadaan jiwa dan pikiran (state of mind) yang diliputi

    24

    Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h. 50.

    25

    Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,... h.51.

  • 39

    rasa mabuk kepayang dan anthusiasme ketuhanan. Sebagai

    keadaan jiwa dan pikiran yang menguasai diri seseorang, keduanya

    timbul dari dorongan Cinta yang kuat sehingga seseorang menjadi

    berani menggapai sebuah cita-cita walaupun harus menempuh

    berbagai kesukaran serta menuntut pengorbanan diri.

  • 40

    BAB IV

    KONSEP PEMBINAAN KEPRIBADIAN MUSLIM

    MENURUT MUHAMMAD IQBAL

    A. Kepribadian Muslim

    Konsep tentang hakikat khudi atau kepribadian atau individualitas

    merupakan konsep dasar dari filsafat Iqbal, dan menjadi alas penopang

    keseluruhan struktur pemikirannya. Masalah ini dibahas dalam karyanya yang

    ditulis dalam bahasa Persia dengan bentuk matsnawi berjudul Asrar-i Khudi,

    yang kemudian dikembangkan dalam berbagai puisi dan dalam kumpulan

    ceramah yang kemudian dibukukan dengan judul The Reconstruction of

    Relegious Thought in Islam.

    Menurut Iqbal, khudi arti harfiahnya pribadi atau self atau individualitas,

    merupakan suatu kesatuan yang real atau nyata, adalah pusat dan landasan

    dari semua kehidupan, merupakan suatu iradah kreatif yang terarah secara

    rasional. Arti terarah secara rasional, menjelaskan bahwa hidup bukanlah

    suatu arus tak terbentuk, melainkan suatu prinsip kesatuan yang bersifat

    mengatur, suatu kegiatan sintesis yang melingkupi serta memusatkan

    kecenderungan-kecenderungan yang bercerai-berai dari organisme yang hidup

    ke arah suatu tujuan konstruktif. Iqbal menerangkan bahwa khudi merupakan

  • 41

    pusat dan landasan dari keseluruhan kehidupan. Hal ini tercantum pada

    beberapa matsnawinya dalam Asrar-i Khudi:

    Bentuk kejadian ialah akibat dari khudi

    Apa saja yang kaulihat ialah rahasia khudi

    Dijelmakannya alam cita dan pikian murni

    Apa guna wujudmu melainkan untuk mengembangkan dayamu?

    Kalau kau perkuat dirimu dengan khudi

    Kau akan peca